BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1Landasan Teori 2.1.1 Bank Syariah
Menurut UU No. 21 Tahun 2008 tentang bank syariah, Bank Syariah
adalah Bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan Prinsip
Syariah (Soemitra, 2009).
2.1.2 Fungsi Bank Syariah
BankSyariah memiliki tiga fungsi utama yaitu menghimpun dana dari
masyarakat, menyalurkan dana kepada masyarakat, memberikan
pelayanandalam bentuk jasa perbankan syariah ( Ismail, 2011).
1. Penghimpunan Dana Masyarakat
Bank syariah menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk titipan
dengan menggunakan akad al-Wadiah dan dalam bentuk investasi dengan
menggunakan akad al-Mudharabah. Al-Wadiah adalah akad antara pihak
pertama (masyarakat) dengan pihak kedua (bank), dimana pihak pertama
menitipkan dananya kepada bank, dan pihak kedua, bank menerima titipan
untuk dapat memanfaatkan titipan pihak pertama dalam transaksi yang
diperbolehkan dala Islam. Al-Mudrabah adalah akad antara pihak yang
memiliki dana kemudian menginventasikan dananya (Shahibul mal)
dimana mudharib dapat memanfaatkan dana yang diinvestasikan oleh
shahibul mal untuk tujuan tertentu yang di perbolehkan dalam Islam.
2. Penyaluran Dana Kepada Masyarakat
Bank menyalurkan dana kepada masyarakat dengan menggunakn
bermacam-macam akad, antara lain akad jual beli dan akad kemitraan.
Dalam akad jual beli, maka return yang diperoleh bank atas penyaluran
dananya adalah dalam bentuk margin keuntungan. Margin keuntungan
merupakan selisih antara harga jual kepada nasabah dan harga beli bank.
pendapatan dari yang diperoleh dari aktivitas penyaluran dana kepada
nasabah yang menggunakan akad kerjasama usaha adalah bagi hasil.
3. Pelayanan Jasa Bank
Aktivitas pelayanan jasa, merupakan aktivitas yang diharapkan oleh bank
syariah untuk dapat meningkatkan pendapatan bank yang berasal dari fee
atas pelayanan jasa bank. Beberapa bank berusaha untuk meningkatkan
teknologi informasi agar dapat memberikan pelayanan jasa yang
memuaskan nasabah. Pelayanan yang dapat memuaskan pelanggan ialah
pelayanan yang cepat dan akurat, dengan pelayanan jasa, bank syariah
mendapat imbalan berupa fee yang disebut fee based income.
2.1.3 Perbedaan Bank Syariah dengan Bank Konvensional
Bank konvensional dan bank syariah dalam beberapa hal memiliki
persamaan, terutama dalam sistem teknis penerimaan uang, mekanisme
pembiayaan dan bank syariah menyangkut aspek legal, struktur organisasi,
usaha yang dibiayai dan lingkungan kerja.
Secara garis besar perbandingan bank syariah dengan bank konvensional
adalah sebagai berikut :
Tabel 2.1 Perbandingan Bank Syariah dengan Bank Konvensional
Bank Syariah Bank Konvensional
Melakukan investasi yang halal saja Investasi yang halal dan haram Berdasarkan prinsip bagi hasil, jual beli,
atau sewa
Memakai perangkat bunga
Berorientasi pada keuntungan (profit oriented) dan kemakmuran serta kebahagiaan dunia akhirat.
Profit oriented
Hubungan dengan nasabah dalam bentuk hubungan kemitraan.
Hubungan dengan nasabah dalam bentuk hubungan kreditur-debitur
Penghimpunan dana dan penyaluran dana harus sesuai dengan Fatwa Dewan Pengawas Syariah
Tidak terdapat dewan sejenis.
(sumber : Antonio, 2001)
2.1.4 Perbedaanantara Bunga dan Bagi Hasil
Islam mendorong pertumbuhan ekonomi disebabkan oleh
pertumbuhan usaha riil. Pertumbuhan usha rill akan memberikan pengaruh
positif pada pembagian hasil yang diterima oleh beberapa pihak yang
melakukan usaha.pembagian hasil usaha dapat diaplikasikan dengan model
bagi hasil. Bagi hasil yang diterima atas hasil usaha, akan memberikan
keutungan bagi pemilik modal yang menempatkan dananya dalam kerjasama
usaha. Bunga juga memberikan keuntungan kepada pemilik dana atau
investor. Namun keuntungan yang diperoleh pemilik dana atas bunga tentunya
berasal dari bunga sifatnya tetap tanpa memperhatikan hasil usaha pihak yang
dibiayai, sebaliknya keuntungan yang berasal dari bagi hasil akan berubah
mengikuti hasil usaha pihak yang mendapatkan dana. Dengan sistem bagi
hasil, kedua pihak antara pihak investor dan pihak penerima dana akan
menikmati keuntungan dengan pembagian yang adil.
Tabel 2.2 Perbandingan Bunga dan Bagi hasil
Bagi Hasil Bunga
Bagi hasil ditetapkan dengan rasio nisbah yang disepakati antara pihak yang melaksanakan akad pada saat akad dengan berpedoman adanya kemungkinan keuntungan atau kerugian.
Besarnya bunga ditetapkan pada saat perjanjian dan mengikat kedua pihak yang melaksanakan perjanjian dengan asumsi bahwa pihak penerima pinjaman akan selalu mendapatkan keuntungan. Besarnya bagi hasil dihitung
berdasarkan nisbah yang diperjanjikan dikalikan dengan jumlah pendapatan atau keuntungan yang diperoleh.
Besarnya bunga yang diterima berdasarkan perhitungan presentase bunga dikalikan dengan jumlah dana yang dipinjamkan.
Jumlah bagi hasil akan dipengaruhi oleh besarnya pendapatan dan atau keuntungan. Bagi hasil akan berfluktuasi.
Jumlah bunga yang diterima tetap, meskipun usaha peminjam meningkat atau menurun.
Sistem bagi hasil adil karena perhitungannya berdasarkan hasil usaha.
Eksistensi bunga diragukan oleh semua agama.
( sumber : Ismail, 2011 ).
2.1.5 Perilaku Konsumen
James F. Engel et al. (1986) dalam Tjiptono (2007) berpendapat bahwa
perilaku konsumen didefinisikan sebagai tindakan-tindakan individu yang
secara langsung terlibat dalam usaha memperoleh dan menggunakan
barang-barang jasa ekonomis termasuk proses pengambilan keputusan yang
(1984) dalam Tjiptono (2007) juga mendefinisikan perilaku konsumen sebagai
proses pengambilan keputusan dan aktivitas individu secara fisik yang
dilibatkan dalam proses mengevaluasi, memperoleh, menggunakan atau dapat
mempergunakan barang-barang dan jasa.
Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa
perilaku konsumen adalah tindakan-tindakan yang dilakukan individu,
kelompok atau organisasi yang berhubungan dengan proses pengambilan
keputusan dalam mendapatkan, menggunakan barang-barang atau jasa
ekonomis yang dapat dipengaruhi lingkungan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen :
1. Kekuatan Sosial Budaya
a) Faktor Budaya
Budaya dapat didefinisakan sebagai hasil kreativitas manusia dari satu
generasi berikutnya yang sangat menentukan bentuk perilaku dalam
kehidupannyasebagai anggota masyarakat. Kebudayaan merupakan suatu hal
yang kompleks yang meliputi ilmu pengetahuan, kepercayaan, seni, moral,
adat, kebiasaan dan norma-norma yang berlaku pada masyarakat.
Fleming Hansen (1972) dalam Tjiptono (2007) mengemukakan bahwa
karakteristik budaya adalah hasil karya manusia, proses belajar, mempunyai
aturan/berpola, bagian dari masyarakat, menunjukan kesamaan tertentu tetapi
pula terdapat variasi-variasinya, pemenuhan kepuasan dan
kemantapan/ketetapan, penyesuai terorganisasi dan terintegrasi secara
b) Faktor kelas sosial
Kelas sosial dapat didefinisikan sebagai suatu kelompok yang terdiri
dari sejumlah orang yang mempunyai kedudukan yang seimbang dalam
masyarakat. Fleming Hansen (1972) dalam Tjiptono (2007)
mengemukakan bahwa kelas sosial dapat dikategorikan ke dalam kelas
puncak atas, kelas puncak bawah, kelas menengah atas, kelas menengah
bawah, kelas bawah atas, dan kelas bawah rendah.
c) Faktor Kelompok Anutan (Small Reference Group)
Kelompok anutan didefinisikan sebagai suatu kelompok orang yang
mempengaruhi sikap, pendapat, norma dan perilaku konsumen.
William J. Stanton (1981) dalam Tjiptono (2007) mengemukakan
bahwa perilaku konsumen dipengaruhi oleh kelompok anutan yang
mereka menjadi anggotanya atau yang mereka cita-citakan.
d) Faktor Keluarga
Keluarga dapat didefinisikan sebagai suatu unit masyarakat yang
terkecil yang perilakunya sangat mempengaruhi dan menentukan dalam
pengambilan keputusan nasabah. Keluarga dapat terbentuk keluarga inti
yang terdiri dari tokoh ayah, ibu dan anak. Dapat pula berbentuk keluarga
besar yang terdiri dari tokoh ayah, ibu, anak, kakek dan nenek serta warga
2. Kekuatan Faktor Psikologis
a) Faktor Pengalaman Belajar
Belajar dapat didefinifikan sebagai suatu perubahan perilaku akibat
pengalaman sebelumnya. Perilaku konsumen dapat dipelajari karena
sangat dipengaruhi oleh pegalaman belajarnya. Pengalaman belajar
konsumen akan menentukan tindakan dan pengambilan keputusan
membeli.
b) Faktor Kepribadian
Kepribadian dapat didefinisikan sebagai suatu bentuk dari sifat-sifat
yang ada pada diri individu yang sangat menentukan perilakunya.
Kepribadian konsumen sangat ditentukan oleh faktor internal dirinya
(motif, IQ, emosi, cara berfikir, persepsi) dan faktor eksternal dirinya
(lingkungan fisik, keluarga, masyarakat, sekolah, lingkungan alam),
kepribadian konsumen akan mempengaruhi persepsi dan pengambilan
keputusan dalam membeli.
c) Faktor Sikap dan Keyakinan
Sikap dapat didefinisikan sebagai suatu penilaian kognitif seseorang
terhadap suka atau tidak suka, perasaan emsional yang tindakannya
cenderung kearah berbagai objek atau ide. Sikap dan keyakinan konsumen
terhadap suatu produk atau merek dapat diubah melalui komunikasi yang
persuasif dan pemberian informasi yang efektif kepada konsumen.
d) Konsep Diri atau Self-Concept
Konsep diri dapat didefinisikan sebagai cara kita melihat diri sendiri
2.1.6 Kualitas Pelayanan
Kualitas pelayanan adalah upaya pemenuhan kebutuhan dan keinginan
konsumen serta ketepatan penyampaiannya dalam mengimbangi harapan
konsumen (Tjiptono, 2007). Untuk mempermudah penilaian dan pengukuran
kualitas pelayanan dikembangkan suatu alat ukur kualitas layanan yang
disebut SERVQUAL (service Quality). SERVQUAL ini merupakan skala multi
item yang dapat digunakan untuk mengukur persepsi konsumen atas kualitas
layanan yang meliputi lima dimensi (Parasuraman, 1988) yaitu:
1. Bukti fisik (tangible), kemampuan suatu perusahaan dalam menunjukkan
eksistensinya kepada pihak eksternal. Penampilan dan kemampuan sarana
dan prasarana fisik perusahaan dan keadaan lingkungan sekitarnya adalah
bukti nyata dari pelayanan yang diberikan oleh pemberi jasa. Yang
meliputi fasilitas fisik (gedung, gudang, dan lain sebagainya),
perlengkapan dan peralatan yang dipergunakan (teknologi), serta
penampilan pegawainya.
2. Reliabilitas (reliability), yakni kemampuan perusahaan untuk memberikan
pelayanan sesuai yang dijanjikan secara akurat dan terpercaya. Kinerja
harus sesuai dengan harapan pelanggan yang berarti ketepatan waktu,
pelayanan yang sama, untuk semua pelanggan tanpa kesalahan, sikap yang
simpatik, dan dengan akurasi yang tinggi.
3. Daya Tanggap (responsiveness), suatu kemampuan untuk membantu dan
memberi pelayanan yang cepat (responsif) dan tepat kepada pelanggan,
menunggu tanpa adanya suatu alasan yang jelas menyebabkan persepsi
yang negatif dalam pelayanan.
4. Jaminan (assurance), pengetahuan, kesopansantunan, dan kemampuan
para pegawai perusahaan untuk menumbuhkan rasa percaya para
pelanggan kepada perusahaan. Terdiri dari beberapa komponen antara lain
komunikasi (communication), kredibilitas (credibility), keamanan
(security), kompetensi (competence), dan sopan santun (courtesy).
5. Empati (empathy), memberikan perhatian yang tulus dan bersifat
individual atau pribadi yang diberikan kepada para pelanggan dengan
berupayamemahami keinginan konsumen. Dimana suatu perusahaan
diharapkan memiliki pengertian dan pengetahuan tentang pelanggan,
memahami kebutuhan pelanggan secara spesifik, serta memiliki waktu
pengoperasian yang nyaman bagi pelanggan.
2.1.7 Bagi Hasil
Sistem bagi hasil merupakan sistem di mana dilakukannya perjanjian
atau ikatanbersama di dalam melakukan kegiatan usaha (Muchtasib,2009). Di
dalam usaha tersebut diperjanjikan adanya pembagian hasil atas keuntungan
yang akan di dapat antara kedua belah pihak atau lebih. Bagi hasil dalam
sistem perbankan syari'ah merupakan ciri khusus yang ditawarkan kapada
masyarakat, dan di dalam aturan syari'ah yang berkaitan dengan pembagian
hasil usaha harus ditentukan terlebih dahulu pada awal terjadinya kontrak
ditentukan sesuai kesepakatan bersama, dan harus terjadi dengan adanya
kerelaan (An-Tarodhin) di masing-masing pihak tanpa adanya unsur paksaan.
1. Pembiayaan dengan menggunakan prinsip bagi hasil :
a. Pembiayaan Musyarakah
Pembiayaan Musyarakah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau
lebih untuk suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak
memberikan kontribusi dana (amal/expertise) dengan kesepakatan
bahwa keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama sesuai dengan
kesepakatan.
b. Pembiayaan Mudharabah
Pembiayaan Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua
pihak dimana pihak pertama (shahibul mal) menyediakan seluruh
(100%) modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola.
Keuntungan usaha secara mdharabah dibagi menurut kesepakatan yang
dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila rugi ditanggung oleh
pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian si pengelola.
Seandainya kerugian itu diakibatkan karena kecurangan atau kelalaian
si pengelola, harus bertnggung jawab atas kerugian tersebut.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Bagi Hasil
a. Faktor Langsung
Di antara faktor-faktor langsung (direct factors) yang mempengaruhi
perhitungan bagi hasil adalah investment rate, jumlah dana yang
1) Investment rate merupakan persentase aktual dana yang di
investasikan dari total dana. Jika bank menentukan investment rate
sebesar 80 persen, hal ini berarti 20 persen dari total dana
dialokasikan untuk memenuhi likuiditas.
2) Jumlah dana yang tersedia untuk diinvestasikan merupakan jumlah
dana yang tersedia untuk diinvestasikan. Dana tersebut dapat
dihitung dengan menggunakan salah satu metode ini :
a) Rata-rata saldo minimum bulanan
b) Rata-rata total saldo harian
3) Nisbah (profit sharing ratio)
a) Salah satu ciri al-mudharabah adalah nisbah yang harus
ditentukan dan disetujui pada awal perjanjian.
b) Nisbah antara satu bank dan bank lainnya dapat berbeda.
c) Nisbah juga dapat berbeda dari waktu ke waktu dalam satu
bank, misalnya deposit 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, dan 12 bulan.
d) Nisbah juga dapat berbeda antara satu account dan account
lainnya sesuai dengan besarnya dana dan jatuh temponya.
b. Faktor Tidak Langsung
1) Penentuan butir-butir pendapatan dan biaya mudharabah
a) Bank dan nasabah melakukan share dalam pendapatan dan
biaya ( Profit and sharing). Pendapatan yang “ dibagi hasilkan
b) Jika semua biaya di tanggung bank hal ini disebut revenue
sharing.
2) Kebijakan akunting ( prinsip dan metode akunting ).
Bagi hasil secara tidak langsung di pengarhi oleh berjalannya
aktivitas yang diterapkan, terutama sehubungan dengan pengakuan
pendapatan dan biaya.
2.1.8 Produk Penghimpunan Dana Bank Syariah
Menurut (Karim, 2011) produk penghimpun dana di bank syariah dapat
berbentuk giro, tabungan dan deposito. Prinsip operasional syariah yang
diterapkan dalam penghimpunan dana masyarakat adalah prinsip wadi’ah dan
mudharabah. Berikut ini produk penghimpun dana yang diterapkan dalam
perbankan syariah:
a. Giro
Giro menurut fatwa Dewan Pengawas Syariah NO:
01/DSN-MUI/IV/2000 yaitu simpanan dana yang penarikannya dapat dilakukan
setiap saat dengan penggunaan cek, bilyet giro, sarana perintah
pembayaran lainnya, atau dengan pemindahbukuan.
Menurut (Karim, 2011) giro syariah adalah giro yang dijalankan
berdasarkan prinsip syariah. Dalam hal ini, Dewan Syariah Nasional
(DSN) telah mengeluarkan fatwa yang menyatakan bahwa giro yang
dibenarkan secara syariah adalah giro yang dijalankan berdasarkan prinsip
Giro wadi’ah adalah giro yang dijalankan berdasarkan akad
wadi’ah, yakni titipan murni yang setiap saat dapat diambil jika
pemiliknya menghendaki. Dalam kaitan dengan produk giro, bank syariah
menerapkan prinsip wadiah yad dhamanah, yakni nasabah bertindak
sebagai penitip yang memberikan hak kepada bank syariah untuk
menggunakan atau memenfaatkan uang atau barang titipannya.
Ketentuan umum giro wadi’ah sebagai berikut :
1) Dana wadi’ah dapat digunakan oleh bank untuk kegiatan komersial
dengan syarat bank harus menjamin pembayaran kembali noinal dana
wadi’ah tersebut.
2) Keuntungan atau kerugian dari penyaluran dana menjadi hak milik
atau ditanggung bank, sedangkan pemilik dana tidak dijanjikan
imbalan dan tidak menanggung kerugian. Bank dimungkinkan
memberikan bonus kepada pemilik dana sebagai suatu isentif untuk
menarik dana masyarakat tapi tidak boleh diperjanjikan dimuka.
3) Pemilik dana wadi’ah dapat menarik kembali dananya sewaktu-waktu
(on call) baik sebagaian ataupun seluruhnya.
Giro mudharabah adalah, giro yang dijalankan berdasarkan akad
mudharabah. Dalam hal ini, bank syariah bertindak sebagai mudharib
(pengelola dana), sedangkan nasabah bertindak sebagai shahibul mall
(pengelola dana) .
Bank syariah dalam kapasitasnya sebagai mudharib memiliki sifat
bijaksana serta bertindak baik dan bertanggungjawab atas segala sesuatu
yang timbul akibat kesalahan atau kelalaiannya. Disamping itu bank
syariah juga bertindak sebagai kuasa dari usaha bisnis pemilik dana yamg
diharapkan dapat memperoleh keuntungan seoptimal mungkin tanpa
melanggar berbagai aturan syariah.
Dari hasil pengelolaan dana mudharabah, bank syariah akan
membagihasilkan kepada pemilik dana sesuai dengan nisbah yang
disepakatidan dituangkan dalam akad pembukuan rekening. Dalam
mengelola dana tersebut bank tidak bertanggung jawab terhadap kerugian
yang bukan disebabkan oleh kelalaiannya. Namun apabila yang terjadi
adalah salah arus, bank bertanggung jawab penuh atas terhadap kerugian
tersebut.
Ketentuan umum giro berdasarkan mudharabah sebagai berikut:
1) Dalam transaksi ini, nasabah bertindak sebagai shahibul mall atau
pemilik dana, dan bank bertindak sebagai mudharib atau pengelola
dana.
2) Dalam kapasitasnya sebagai mudharib, bank dapat melakukan berbagai
macam usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan
mengembangkannya, termasuk didalamnya mudharabah dengan pihak
lain.
3) Modal harus dinyatakan denagn jumlahnya, dalam bentuk tunai dan
4) Pembagian keuntungan haru dinyatakan dalam bentuk nisbah dan
dituangkan dalam bentuk akad pembukaan rekening.
5) Bank sebagai mudharib menutup biaya operasional giro dengan
menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi haknya.
6) Bank tidak diperkenankan mengurangi nisbah keuntungan nasabah
tanpa persetujuan yang bersangkutan.
b. Tabungan
Tabungan menurut fatwa Dewan Pengawas Syariah NO:
02/DSN-MUI/IV/2000 yaitu simpanan dana yang penarikannya hanya dapat
dilakukan menurut syarat-syarat tertentu yang telah disepakati, tetapi tidak
dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, dan/atau alat lainnya yang
dipersamakan dengan itu.
Menurut (Karim, 2011) tabungan syariah merupakan tabungan
yang dijalankan bedasarkan prinsip-prinsip syariah. Dalam hal ini, Dewan
Syariah Nasional telah mengeluarkan fatwa yang menyatakan bahwa
tabungan yang dibenarkan adalah tabungan yang berdasarkan prinsip
wadi’ah dan mudharabah.
Tabungan wadi’ah adalah tabungan yang dijalan kan berdasarkan
akad wadi’ah, yakni titipan murni yang harus dijaga dan dikembalikan
setiap saat sesuai dengan kehendak pemiliknya. Berkaitan dengan produk
tabungan wadi’ah, bank syariah menggunakan akad wadi’ah yad adh
-dhamanah.
1) Tabungan wadiah merupakan tabungan yang bersifat titipan murni
yang harus dijaga dan dikembalikan setiap saat (on call) sesuai dengan
kehendak pemilik harta.
2) Keuntungan atau kerugian dari penyaluran dana atau pemanfaatan
barang menjadi milik atau tanggungan bank, sedangkan nasabah
penitip tidak dijanjikan imbalan dan tidak menanggung kerugian.
3) Bank dimungkinkan memberikan bonus kepada pemilik harta sebagai
sebuah insentif selama tidak diperjanjikan dalam akad pembukaan
rekening.
Tabungan mudharabah adalah tabungan yang dijalankan berdasar
kan akad mudharabah. Dalam hal ini, bank syariah bertindak sebagai
mudharib (pengelol dana), sedangkan nasabah bertindak sebagai shahibul
maal (pemilik dana).
Ketentuan umum tabungan mudharabah sebagai berikut :
1) Dalam transaksi ini, nasabah bertindak sebagai shahibul maal atau
pemilik dana, dan bank bertinda sebagai mudharib atau pemilik dana.
2) Dalam kapasitasnya sebagai mudharib, bank dapat melakukan berbagai
macam usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan
mngembangkannya, termasuk didalamnya mudharabah dengan pihak
lain.
3) Modal harus dinyatakan dengan jumlahnya, dalam bentuk tunai dan
bukan piutang.
4) Pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk nisbah dan
5) Bank sebagai mudharib menutup biaya operasional tabungan dengan
menggunakan nisbah keuntngan yang menjadi haknya.
6) Bank tidak diperenankan mengurangi nisbah keuntungan nasabah
tanpa persetujuan yang bersangkutan.
c. Deposito
Deposito menurut fatwa Dewan Pengawas Syariah NO:
03/DSN-MUI/IV/2000 yaitu simpanan dana berjangka yang penarikannya hanya
dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian nasabah
penyimpan dengan bank.
Menurut (Karim, 2011) deposito syariah adalah deposito yang
dijalankan berdasarkan prinsip syariah. Dalam hal ini Dewan Syariah
Nasional MUI telah mengeluarkan fatwa yang menyatakan bahwa
deposito yang dibenarkan adalah deposito yang berdasarkan prinsip
mudharabah.
Dalam hal ini, bank syariah bertindak sebagai mudharib (pengelola
dana), sedangkan nasabah bertindak sebagai shahibul maal (pemilik dana).
Dalam kapasitasnya sebagai mudharib, bank syariah dapat melakukan
berbagai macam usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah
serta mengembangkannya, termask melakukan akad mudharabah dengn
2.1.9 Nilai Nasabah
Nilai pelanggan (nasabah) adalah tradeoff antara persepsi
pelanggan terhadap kualitas atau manfaat produk dan pengorbanan yang
dilakukan lewat harga yang di bayarkan Monroe (1993) dalam Tjiptono
(2007).
Nilai nasabah dapat di ukur dengan :
1. Emotional Value, yaitu utilitas yang berasal dari perasaan atau
afektif/emosi positif yang ditimbulkan dari mengonsumsi produk.
2. Social Value, yaitu utilitas yang didapatkan dari kemampuan produk
untuk meningkatkan konsep diri-sosial konsumen.
3. Quality atau Performance Value, yaitu utilitas yng didaptkan dari
produk karena reaksi biaya jangka pendek dan biaya jangka panjang.
4. Price atau Value For Money, yaituutilitas yang diperoleh dari persepsi
terhadap kualitas dan kinerja yang diharapkan atas produk.
Nilai bagi nasabah bisa juga dilihat sebagai cerminan dari kualitas,
manfaat dan pengorbanan yang diberikan untuk mendapatkan sebuah
produk atau layanan. Sebuah produk atau layanan perbankan dikatakan
mempunyai nilai yang tinggi di mata nasabah apabila mampu memberikan
kualitas, manfaat dan pengorbanan yang seminimal mungkin.
Sebuah perbankan dikatakan mempunyai nilai yang tinggi dimata
nasabah apabila memberikan pelayanan yang memuaskan, hal tersebut
juga akan meningkatkan kepuasan itu sendiri dan menjadikan loyalnya
2.1.10 Kepuasan Nasabah
Kepuasan nasabah adalah dampak dari perbandingan antara harapan
nasabah sebelum pembelian dengan yang sesungguhnya dipercaya oleh
nasabah dari produk yang dibeli tersebut (Sumarwan,2003).
Menurut Kotler (2000), kepuasan merupakan tingkat perasaan dimana
seseorang menyatakan hasil perbandingan atas kinerja produk yang
diterima dan yang diharapkan. Apabila kinerja dibawah harapan, maka
pelanggan akan kecewa. Bila kinerja sesuai dengan harapan, pelanggan
akan puas. Sedangkan bila kinerja melebihi harapan, maka pelanggan akan
sangat puas.
Kepuasan pelanggan dapat diukur dengan :
1. Produk sesuai dengan yang diharapkan
2. Pelayanan sesuia dengan yang diharapkan nasabah
3. Bagi hasil sesuai dengan akad yang telah disepakati
4. Merekomendasikan keorang lain
Menurut Kotler dan Keller (2007), menyatakan kunci untuk
mempertahankan pelanggan adalah kepuasan pelanggan. Pelanggan yang
puas akan:
1. Melakukan pembelian ulang
2. Mengatakan hal yang baik tentang perusahaan kepada orang lain atau
rekomendasi.
3. Kurang memperhatikan merk dan iklan produk pesaing.
Kepuasan pelanggan berbeda dengan kualitas pelayanan, dimana
kepuasan merupakan evaluasi spesifik terhadap transaksi pemberi jasa,
sedangkan persepsi terhadap kualitas jasa terkait dengan penilaian umum
mengenai superioritas pemberi jasa.
Dengan demikian tingkat kepuasan merupakan fungsi dari
perbedaan antara kinerja yang dirasakan dengan harapan. Harapan
pelanggan dapat dibentuk oleh pengalaman masa lampau, komentar dari
kerabatnya serta janji dan informasi pemasar dan saingannya. Pelanggan
yang puas akan setia lebih lama, dan memberi komentar yang baik bagi
perusahaan ( Perbankan ).
2.2Kerangka Pemikiran
Penelitian ini akan menjelaskan pengaruh tangible, reliability,
reponsiveness, assurance, empathy, bagi hasil dan nilai nasabah terhadap
kepuasan nasabah pada Bank Syariah Mandiri Cabang Tegal. (1) Bukti fisik
(tangible) meliputi fasilitas fisik, perlengkapan, pegawai dan sarana
komunikasi. (2) Reliabilitas (reliability) kemampuan bank dalam melayani
nasabah secara tepat dan akurat. (3) Daya tanggap (responsiveness) membantu
nasabah dan memberikan pelayanan yang cepat. (4) Jaminan (assurance)
memberikan rasa aman bagi nasabah serta kesopanasantunan. (5) Empati
(empathy) memberikan perhatian kepada nasabah dan memahami keinginan
nasabah. (6) Bagi Hasil perjanjian yang dilakukan antara nasabah dengan bank
dalam melakukan kegiatan usaha bersama. (7) Nilai Nasabah (pelanggan)
pengorbanan yang dilakukan lewat harga yang di bayarkan Monroe (1993)
dalam Tjiptono (2007).
Penelitian terdahulu Menurut Kharisma dan Agus (2012),dalam
penelitiannya berhasil menemukan adanya pengaruh kualitas pelayanan, bagi
hasil dan nilai nasabah terhadap kepuasan nasabah pada Bank Victoria
Syariah. Penelitian Hastuti (2013) juga menemukan pengaruh kualitas
pelayanan dan pola bagi hasil terhadap kepuasan nasabah penyimpan pada
Bank Syariah, bahwa kualitas pelayanan dan pola bagi hasil berpengaruh
Gambar 2.1 Kerangka pemikiran
Kualitas Pelayanan
H1(+)
H2(+)
H3(+)
H4 (+)
H8 (+)
H5 (+)
H6 (+)
H7(+)
Tangible
X1
Reliability
X2
Responsiveness
X3
Asssurance
X4
Empathy
X5
Bagi Hasil
X6
Nilai Nasabah
X7
Kepuasan Nasabah
2.3 Hipotesis
Berdasarkan uraian dan kerangka pemikiran diatas didapat jawaban
sementara atas rumusan masalah tersebut yaitu:
H1 : Tangible secara parsial berpengaruh positif signifikan terhadap kepuasan
nasabah .
H2 : Reliability secara parsial berpengaruh positif signifikan terhadap kepuasan
nasabah.
H3 : Reponsivenesssecara parsial berpengaruh positif signifikan terhadap
kepuasan nasabah.
H4 : Assurance secara parsial berpengaruh positif signifikan terhadap kepuasan
nasabah.
H5 : Empathy secara parsial berpengaruh positif signifikan terhadap kepuasan
nasabah.
H6 : Bagi Hasil secara parsial berpengaruh positif signifikan terhadap kepuasan
nasabah.
H7 : Nilai Nasabah secara parsial berpengaruh positif signifikan terhadap
kepuasan nasabah.
H8 : Tangible, Reliability, Respnsiveness, Assurance, Empathy, Bagi Hasil Dan
Nilai Nasabah secara simultan berpengaruh positif signifikan terhadap