• Tidak ada hasil yang ditemukan

ABSTRAK JEKTA SURBAKTI.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ABSTRAK JEKTA SURBAKTI."

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

JEKTA SURBAKTI. Pengaruh Kadar Gula Dan Lama Pemeraman Air Kelapa Yang Berbeda Terhadap Kualitas Nata De Coco (Acetobacter xylinum) di bawah bimbingan Khusnul Khotimah.

Dilihat dari kenyataan bahwa air kelapa tua yang ada di kota Samarinda hanya dibuang begitu saja. Padahal dengan pengolahan yang tepat limbah air kelapa tersebut dapat dijadikan produk yang bermanfaat salah satunya menjadi nata de coco. Dengan lama pemeraman air kelapa dan kosentrasi gula yang berbeda diduga dapat menghasilkan nata de coco yang berkualitas baik melalui uji organoleptik dan ketebalan nata yang dihasilkan.

Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juli 2009 sampai dengan bulan September 2009 bertempat di Laboratorium Pengolahan, Program Studi Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan, Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.

Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa lama pemeraman air kelapa dan penambahan gula berpengaruh terhadap nata de coco yang dihasilkan. Dalam hal ini diketahui nata de coco terbaik berdasarkan uji organoleptik dan Pengamatan ketebalan pada perlakuan A2B3 (pemeraman air kelapa selama 2 hari dan penambahan gula 3%) dan yang paling rendah yaitu perlakuan A1B1 (pemeraman air kelapa selama 1 hari dengan penambahan gula 1%).

(6)

RIWAYAT HIDUP

JEKTA SURBAKTI, lahir di Kabanjahe, Medan tanggal 13 Februari 1986. Merupakan anak ke-1 dari 5 bersaudara dari pasangan Tawar Surbakti dan Nirwana Ginting

Tahun 1993 memulai pendidikan di Swasta Bakti (SD. Bakti) JL. Jamin Ginting No. 22, Pancur Batu Kec. Pancur Batu dan lulus pada tahun 1999. Kemudian melanjutkan pendidikan ke Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Negeri II Pancur Batu dan lulus pada tahun 2002, selanjutnya meneruskan ke Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri I Pancur Batu dan lulus pada tahun 2005. Setelah itu melanjutkan pendidikan tingkat tinggi pada tahun 2006 di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda Program Studi Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan, Jurusan Pengolahan Hasil Hutan.

Di Politeknik mengikuti organisasi Keluarga Besar Mahasiswa Kristen (KBMK) Politeknik Pertanian Negeri Samarinda dan menjabat sebagai Koordinator bagian Hubungan Masyarakat (Humas) pada tahun 2008-2009.

Tahun 2009 mengikuti kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL) di PT. Perkebunan Nusantara XIII (Persero) Kebun Longkali dan Pabrik Minyak Sawit Longkali di Desa Mendik Kec. Longkali, Kab. Paser, Kalimantan Timur dari bulan Maret sampai dengan bulan Mei 2009.

Pada tahun 2005-2006 pernah sebagai Agen Distribusi buah jeruk antara Berastagi dan Padang Sidempuan

Sebagai syarat untuk memperoleh predikat Ahli Madya Diploma III Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan, penulis mengadakan penelitian dengan judul “pengaruh kadar gula dan lama pemeraman air kelapa yang berbeda terhadap kualitas nata de coco (Acetobacter xylinum)”.

(7)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karuniah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan karya ilmiah ini. Penelitian ini dilaksanakan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi dan memperoleh gelar Ahli Madya Diploma III (A. Md) di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.

Keberhasilan dan kelancaran dalam melaksanakan penyusunan karya ilmiah ini juga tidak lepas dari peran serta dan bantuan dari beberapa pihak, untuk itu dengan kerendahan hati dan sikap hormat yang setinggi–tingginya penulis ucapkan terima kasih kepada :

1. Ayah dan Ibu serta keluarga, terima kasih yang tak terhingga atas semua doa, dukungan, bantuan dan restunya

2. Bapak Ir. Wartomo, MP selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri Samarinda 3. Bapak Edy Wibowo Kurniawan, S.TP.,M.Sc selaku ketua Program Studi

Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan

4. Ibu Khusnul Khotimah, S. TP selaku dosen dosen pembimbing dalam penyusunan karya ilmiah ini

5. Bapak Agus Syardana EP, SP.,M.Si Selaku dosen penguji dalam penyusunan laporan karya ilmiah ini

6. Bapak dan Ibu Dosen, Teknisi dan Staf Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan (TPHP)

(8)

7. Sahabat-sahabat TPHP, Mahasiswa TPHP yang telah banyak membantu dan memberikan motivasi dalam penyusunan karya ilmiah ini

8. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas bantuanya dan kerjasamanya

Semoga amal baik dan keikhlasannya akan mendapatkan pahala dari TUHAN Yang Maha Kuasa, Amin. Menyadari tidak ada yang sempurna disebabkan oleh keterbatasan yang penulis miliki, karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca yang sifatnya membangun. Akhir kata semoga laporan karya ilmiah ini bermanfaat bagi para pembaca dan penulis khususnya.

Samarinda, 28 September 2009

Penyusun

(9)

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL ... i HALAMAN PENGESAHAN ... ii ABSTRAK ... iii RIWAYAT HIDUP ... iv KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI... vii

DAFTAR TABEL ... ix DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN ... xi I. PENDAHULUAN ... 1 A. Latar Belakang ... 1 B. Tujuan Penelitian ... 2

C. Hasil yang Diharapkan ... 2

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 3

A. Tinjauan Umum Tanaman Kelapa... 3

B. . Tinjauan Umum Tentang Air Kelapa... 3

C. Tinjauan Umum Tentang Nata De Coco (Acetobacter xylinum) ... 5

D. Tinjauan Umum Tentang Gula Pasir ... 6

E. Tinjauan Umum Tentang ZA dan Asam Cuka... 6

F. Tinjauan Umum Tentang Kecepatan Terbentuknya Selulosa ... 7

G. Tinjauan Umum Tentang Ketebalan Nata De Coco ... 8

H. Tinjauan Umum Tentang Berat Jenis Nata De Coco ... 8

I. Tinjauan Umum Tentang Uji Organoleptik ... 8

III. METODE PENELITIAN ... 10

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 10

B. Alat dan Bahan ... 10

C. Prosedur Penelitian ... 11

D. Analisi Data ... 13

(10)

1. Kecepatan Terbentuknya Selulosa ... 14

2. Ketebalan Nata ... 14

3. Berat Jenis Nata De Coco ... 14

4. Uji Organoleptik ... 15

F. Jadwal Kegiatan ... 15

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 16

A. Kecepatan Terbentuknya Selulosa ... 16

B. Ketebalan Nata ... 19

C. Berat Jenis Nata De Coco ... 23

D. Uji Organoleptik ... 26

1. Warna ... 26

2. Rasa ... 30

3. Aroma ... 33

4. Tekstur ... 36

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 39

A. Kesimpulan ... 39

B. Saran ... 41

DAFTAR PUSTAKA ... 42

(11)

DAFTAR TABEL

No. Tubuh Utama Halaman

1. Tabel 1. Komponen Kimia Air Kelapa yang Bermanfaat Bagi Pertumbuhan Bakteri

Acetobacter xylinunm ... 4

2. Tabel 2. Hasil Pengamatan Kecepatan Terbentuknya Selulosa ... 16

3. Tabel 3. Hasil Rata-Rata Pengamatan Kecepatan Terbentuknya Selu... 17

4. Tabel 4. Hasil Pengamatan Ketebalan Nata De Coco ... 19

5. Tabel 5. Hasil Rata-Rata Pengamatan Ketebalan Nata De C... 20

6. Tabel 6. Tabel Ansira (Analisis Sidik Ragam) Ketebalan Nata Dee C... 21

7. Tabel 7. Hasil Uji BNT Terhadap Ketebalan Nata De Coco... 22

8. Tabel 8. Hasil Pengamatan Berat Jenis Nata De Coco ... 23

9. Tabel 9. Hasil Rata-Rata Pengamatan Berat Jenis Nata De Coco ... 24

10.Tabel 10. Tabel Ansira (Analisis Sidik Ragam) Berat Jenis Nata De Co... 25

11.Tabel 11. Hasil Uji Organoleptik Warna ... 27

12.Tabel 12. Hasil Rata-Rata Pengamatan Warna ... 27

13.Tabel 13. Hasil Uji Organoleptik Rasa ... 30

14.Tabel 14. Hasil Rata-Rata Pengamatan Rasa ... 30

15.Tabel 15. Hasil Uji Organoleptik Aroma ... 33

16.Tabel 16. Hasil Rata-Rata Pengamatan Aroma ... 33

17.Tabel 17. Hasil Uji Organoleptik Tekstur ... 36

(12)

DAFTAR GAMBAR

No. Tubuh Utama Halaman

1. Diagram 1. Rata-Rata Faktor A Terhadap Kecepatan Terbentuknya Selulosa.... 17

2. Diagram 2. Rata-Rata Faktor B Terhadap Kecepatan Terbentuknya Selulosa.... 18

3. Diagram 3. Rata-Rata Hasi Pengamatan Ketebalan Nata De Coco... 20

4. Diagram 4. Rata-Rata Faktor A Terhadap Ketebalan Nata De Coco... 20

5. Diagram 5. Rata-Rata Faktor B Terhadap Ketebalan Nata De Coco... 21

6. Diagram 6. Rata-Rata Hasil Pengamatan Berat Jenis Nata De Coc... 24

7. Diagram 7. Rata-Rata Faktor A Terhadap Berat Jenis Nata De Coco... 25

8. Diagram 8. Rata-Rata Faktor B Terhadap Berat Jenis Nata De Coco... 25

9. Diagram 9. Rata-Rata Hasil Pengujian Warna Terhadap Nata De Coco... 28

10. Diagram 10. Rata-Rata Faktor A Pengujian Warna Terhadap Nata De Coco... 28

11. Diagram 11. Rata-Rata Faktor B Pengujian Warna Terhadap Nata De Coco... 29

12. Diagram 12. Rata-Rata Hasil Pengujian Rasa Terhadap Nata De Coco... 31

13. Diagram 13. Rata-Rata Faktor A Pengujian Rasa Terhadap Nata De Coco... 31

14. Diagram 14. Rata-Rata Faktor B Pengujian Rasa Terhadap Nata De Coco... 32

15. Diagram 15. Rata-Rata Hasil Pengujian Rasa Terhadap Nata De Coco ... 34

16. Diagram 16. Rata-Rata Faktor A Pengujian Aroma Terhadap Nata De Coco... 34

17. Diagram 17. Rata-Rata Faktor B Pengujian Aroma Terhadap Nata De Coco... 35

18. Diagram 18. Rata-Rata Hasil Pengujian Tekstur Terhadap Nata De Coco... 37

19. Diagram 19. Rata-Rata Faktor A Pengujian Tekstur Terhadap Nata De Coco.. 37 20. Diagram 20. Rata-Rata Faktor B Pengujian Tekstur Terhadap Nata De Coco. 38

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

No Tubuh Utama Halaman

1. Lampiran 1. Analisis Ketebalan Nata De Coco ... 44

Tabel 1. Hasil Pengamatan Ketebalan Nata De Coco... 44

Tabel 2. Hasil Rata-Rata Ketebalan Nata De Coco ... 44

Tabel 3. Analisis sidik Ragam Ketebalan Nata De Coco ... 47

Tabel 4. Tabel Notasi Ketebalan Nata De Coco ... 49

2. Lampiran 2. Anallisis Berat Jenis Nata De Coco ... 50

Tabel 5. Hasil Pengamatan Berat Jenis Nata De coco ... 50

Tabel 6. Hasil Rata-Rata Pengamatan Berat Jenis Nata De Coco ... 50

Tabel 7. Analisis Sidik Ragam ... 53

3. Lampiran 3. Proses Pembuatan Nata De Coco ... 54

Gambar 1. Pemilihan Bahan ... 54

Gambar 2. Persiapan Bahan ... 54

Gambar 3. Perebusan dan Pencampuran Bahan ... 55

Gambar 4. Pendinginan dan Penambahan Starter Pada Larutan Air Kelapa .. 55

Gambar 5. Proses Fermentasi ... 56

Gambar 6. Nata De Coco Hasil Fermentasi ... 56

Gambar 7. Penimbangan dan Pengukuran Nata De Coco ... 57

Gambar 8. Nata De Coco Dipotong Kecil-Kecil ... 57

(14)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kelapa merupakan tanaman tropis yang penting bagi negara-negara Asia dan Pasifik. Kelapa selain memberikan devisa bagi negara juga merupakan mata pencaharian jutaan petani. Pohon kelapa sering disebut pohon kehidupan manusia diseluruh dunia. Hampir semua bagian tanaman kelapa memberikan manfaat bagi manusia. Hanya saja produk kelapa mendapatkan saingan dari produk kelapa sawit. Namun ditinjau dari ragam produk yang dapat dihasilkan oleh buah kelapa, produk kelapa sawit belum mampu menyainginya. Hal ini merupakan peluang untuk pengembangan kelapa menjadi aneka produk yang bermanfaat.

Air kelapa yang digunakan sebagai bahan dalam pembuatan nata, harus memenuhi kriteria atau standar kualitas tertentu. Kelapa yang baik diperoleh dari kelapa tua optimal, tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda. Di Indonesia, nata relatif baru masuk pada tahap sosialisasi di tingkat masyarakat menengah kebawah. Masih banyak masyarakat belum mengenal jenis minuman ini. Namun berdasarkan baberapa pengamatan, dapat diketahui bahwa masyarakat mulai menyenangi jenis minuman ini. Oleh karena itu, peluang pasar masih sangat terbuka bagi para produsen dan pembisnis nata.

Dalam sehari-hari, nata dikonsumsi sebagai komponen minuman segar, seperti misalnya diminum dengan sirup, sebagai campuran koktail, atau

(15)

sebagai pengganti kolang-kaling. Namun, yang paling populer adalah nata de coco yang secara khusus dalam larutan gula atau sirup yang siap santap, dan sangat sesuai diminum dalam keadaan dingin. Modifikasi ke arah diversifikasi pemanfaatan produk masih memungkinkan untuk dikembangkan lagi.

Pambayun (2002) B. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kadar gula dan lama pemeraman air kelapa yang berbeda terhadap kualitas nata de coco yang dihasilkan.

C. Hasil yang diharapkan

Hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah

1. Menyediakan bahan informasi bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya dibidang pengolahan industri hasil perkebunan serta bagi Politeknik Pertanian Negeri Samarinda, tentang pengolahan nata de coco berdasarkan kadar gula dan umur air kelapa yang berbeda terhadap kualitas nata de coco.

2. Memberikan informasi kepada masyarakat bahwa kelapa dan olahannya khususnya nata de coco layak dikonsumsi oleh masyarakat karena kaya akan serat dan baik untuk pencernaan.

(16)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tanaman Kelapa

Suhardiman (1999), dalam dunia tumbuh-tumbuhan, maka kelapa bisa digolongkan sebagai berikut:

Diviso : Spermatophyta

Klas : Monocotyledoneae

Ordo : Palmales

Familia : Palmae

Genus : Cocos

Species : Cocos mucifera

Menurut Setyamidjaja (2000), buah kelapa merupakan bagian terpenting dari tanaman kelapa karena memiliki nilai ekonomis dan gizi tinggi. Dilihat dari persentase komponennya, buah kelapa terdiri dari empat komponen yaitu 35% sabut, 12% tempurung, 28% daging buah dan 25% daging buah. Masing-masing komponen dapat dimanfaatkan untuk kerajinan keset, sapu, tempurung kelapa untuk arang, buah kelapa untuk minyak goreng, santan, kopra dan air kelapa untuk nata de coco.

B. Tinjauan Umum Tentang Air Kelapa

Menurut Suhardiyono (2000), air kelapa merupakan salah satu produk dari tanaman kelapa yang belum banyak dimanfaatkan. Air kelapa muda merupakan minuman yang sangat populer dan air kelapa dari buah yang tua

(17)

telah dikembangkan sebagai produk industri, namun pemasarannya masih sangat terbatas maka sering kali air kelapa air kelapa ini dibuang begitu saja, baik kesungai ataupun keparit pembuangan. Ditambahkan Djatmiko (1998),

air kelapa merupakan bahan utama dalam pembuatan nata de coco. Air kelapa sangat baik digunakan sebagai bahan utama dalam pembuatan nata karena mengandung nutrisi yang dibutuhkan bagi pertumbuhan, perkembang biakan dan aktivitas bakteri Acetobacter xylinum. Komponen kimia kelapa tua dapat

dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Komponen Kimia Air Kelapa yang Bermanfaat Bagi Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Xylinum.

No Komponen Satuan Nilai

1 Air % 91,50 2 Karbohidrat % 4,60 3 Protein % 0,14 4 Lemak Mg/100ml 1,15 5 Kalium Mg/100ml 312,00 6 Natrium Mg/100ml 105,00 7 Kalsium Mg/100ml 29,00 8 Magnesium Mg/100ml 30,00 9 Ferum Mg/100ml 0,10 10 Cuprun Mg/100ml 0,04 11 Fosfor Mg/100ml 37,00 12 Sulfur Mg/100ml 24,00

Sumber: Ketaren dan djatmiko, 1978.

Menurut Pambayun (2002), selain karbon dan nitrogen, air kelapa juga memiliki protein, mineral, dan vitamin yang diperlukan untuk

(18)

metabolisme bakteri pembentuk nata. Protein dalam air kelapa (walaupun dalam jumlah sedikit) tersusun dari 17 macam amino.

Kelengkapan asam-asam amino dalam air kelapa ini sangat mendukung pertumbuhan, perkembangan, dan aktifitas bibit Acetobacter

xylinum. Ada dugaan bahwa kalium dalam air kelapa sebagian besar

digunakan dalam pembentukan kofaktor enzim ekstraseluler oleh bakteri pembentuk nata. Vitamin-vitamin yang terkandung dalam air kelapa diantaranya adalah vitamin C (2,2-3,7 mg/100g), asam nikotinat (0,64 Mg/ml), asam pantotenat (0,52 Mg/ml), biotin (0,02), riboflavin (0,01 Mg/ml), asam folat (0,003 Mg/ml), serta tiamin dan pridoksin masing-masing sebagai trace vitamin.

C. Tinjauan Umum Tentang Nata De Coco (Acetobacter Xylinum)

Menurut Palungkun (1992), nata berasal dari bahasa Spanyol yang berarti krim (cream). Jadi, nata de coco krim yang berasal dari air kelapa.

Krim ini dibentuk oleh mikro organisme Acetobacter xylinum melalui proses

fermentasi. Mikro organisme ini membentuk jel pada permukaan larutan yang mengandung gula. Ditambahkan Pambayun (2002), kata yang berasal dari bahasa Spanyol yang berarti krim, dijernihkan kedalam bahasa latin sebagai ‘natare’ yang berarti terapung-apung. Nata dapat dibuat dari air kelapa, santan kelapa, tetes tebu, limbah cair tebu, atau sari buah. Nata yang dibuat dari air kelapa disebut nata de coco.

Menurut Anonim (2004), Nata de coco merupakan hasil fermentasi air kelapa dengan bantuan mikroba Acetobacter xylinum, yang berbentuk padat,

(19)

berwarna putih, transparan, berasa manis dan bertekstur kenyal. Selain banyak diminati karena rasanya yang enak dan kaya akan serat, pembuatan nata de coco pun tidak sulit dan biaya yang dibutuhkan tidak banyak.

Menurut Pambayun (2002), Adapun ciri-ciri nata de coco yang bagus adalah berwarna putih transparan, mempunyai permukaan yang halus dan rata, mempunyai ketebalan nata disemua bagian, mempunyai selaput tipis dipermukaan bagian atas yang dapat dengan mudah dipisahkan, dan mempunyai lapisan tipis lembek dibagian bawah. Lapisan tipis menyerupai plastik dibagian atas dan lapisan lembek dibagian bawah tersebut harus dibuang.

D. Tinjauan Umum Tentang Gula Pasir

Menurut Pambayun (2002), Senyawa sumber karbon dapat digunakan dalam fermentasi nata adalah senyawa karbohidrat yang tergolong monosakarida dan disakarida. Pembentukan nata dapat terjadi pada media yang mengandung senyawa-senyawa glukosa, sukrosa, dan laktosa. Sementara, yang paling banyak digunakan berdasarkan pada pertimbangan ekonomis, adalah sukrosa atau gula pasir. Adapun dari segi warna sukrosa, yang paling baik adalah yang berwarna putih. Sukrosa kecoklatan akan mempengaruhi kenampakan nata hingga tampak kurang menarik.

E. Tinjauan Umum Tentang ZA dan Asam Cuka

Menurut Pambayun (2002), sumber Nitrogen seperti aminum sulfat dan amonium fosfat (dipasar dikenal dengan ZA) adalah salah satu pendukung

(20)

pertumbuhan aktivitaas bakteri Acetobacter xylinum, selain sumber nitrogen

ZA juga sebagai nutrisi untuk pertumbuhan bakteri Acetobacter xylinum.

Asam asetat atau asam cuka kosentrasi rendah dapat digunakan. Namun, untuk mencapai tingkat keasaman pH yang diinginkan yaitu pH 4,3 dibutuhkan jumlah yang ralatif banyak. Pambayun (2002).

F. Tinjauan Umum Tentang Kecepatan Terbentuknya Selulosa

Menurut Pambayun (2002), ketersediaan karbohidrat dan protein yang terdapat dalam air kelapa belum mencukupi kebutuhan untuk pembentukan nata secara maksimal. Untuk mendukung pertumbuhan bibit nata dan pembentukan nata, kedalam air kelapa tersebut perlu ditambahkan gula pasir dan ZA sehingga dapat mempengaruhi tekstur atau kekenyalan nata yang dihasilkan.

Menurut Atmaka (1998) bahwa pembentukan nata de coco karena proses pengambilan glukosa dari larutan gula atau gula dalam air kelapa oleh sel-sel Acetobacter xylinum. Kemudian glukosa tersebut digabungkan dengan

asam lemak membentuk prekursor (penciri nata) pada membrane sel. Prekursor ini selanjutnya dikeluarkan dalam bentuk ekstraksi dan bersama enzim mempolimerisasikan glukosa menjadi selulosa diluar sel. Pambayun (2002) juga menuturkan, Campuran air kelapa yang sudah diberi bibit, dibiarkan selama 7-8 hari agar terjadi proses fermentasi dan terbentuklah nata de coco. Setelah ditanam bibit nata akan segera berkembang dan tumbuh dengan perkembangan yang sangat pesat hingga hari kelima. Pada puncak perkembangan ini, bakteri Acetobacter xylinum mengeluarkan enzim

(21)

ekstrseluler yang mampu menyusun satuan gula (glukosa) menjadi senyawa selulosa hingga membentuk matriks menyerupai gel yang disebut nata.

G. Tinjauan Umum Tentang ketebalan nata de coco

Menurut Pambayun (2002), pembentukan nata adalah Acetobacter

xylinum diawali dengan pembentukan lembaran benang-benang selulosa.

Pembentukan benang tersebut awalnya tampak seperti flagel. Selanjutnya bakteri Acetobacter xylinum mikrofibril selulosa yang sangat banyak dan

dapat mencapai ketebalan tertentu. Akhirnya susunan selulosa tersebut akan tampak seperti lembaran putih transparan dengan permukaan licin dan halus yang disebut nata. Pada proses fermentasi nata sebaiknya menggunakan nampan plastik dengan ukuran 21cm x 35 cm x 5cm dengan volume 1 liter . dengan volume tersebut ketebalan nata akan mencapai 1 cm.

H. Tinjauan Umum Tentang Berat Jenis Nata De coco

Pambayun (2002), Menyatakan bahwa nata de coco merupakan jaringan selulosa yang terapung diatas cairan yang dapat dikonsumsi sebagai komponen minuman segar, seperti misalnya diminum dengan sirup, sebagai campuran koktail, atau sebagai pengganti kolang kaling.

I. Tinjauan Umum Tentang Uji Organoleptik

Menurut Wagiyono (2003) Pengujian organoleptik adalah pengujian yang didasarkan pada proses pengindraan. Pengindraan diartikan sebagai suatu proses fisio-psikologis yaitu kesadaran atau pengenalan alat indra akan sifat-sifat benda karena adanya rangsangan yang diterima alat indra yang berasal dari benda tersebut. Uji kesukaan disebut juga uji hedonik. Panelis

(22)

adalah seorang atau sekelompok orang yang bertugas melakukan proses pengindraan dalam uji organoleptik. Pada umumnya anggota panelis berjumlah 15 sampai 25 orang yang berasal dari orang yang telah terlatih secara khusus untuk kegiatan pengujian. Panelis dimintakan tanggapan pribadinya tentang kesukaan atau sebaliknya (ketidak sukaan). Disamping panelis mengemukakan tanggapan senang, suka atau sebaliknya mereka juga mengemukakan tingkat kesukaannya.

Tingkat-tingkat kesukaan ini disebut skala hedonik misalnya dalam hal suka dapat mempunyai skala hedonik seperti amat sangat suka, sangat suka, suka dan agak suka. Sebaliknya jika tanggapan itu tidak suka dapat mempunyai skala hedonik seperti suka dan agak suka terdapat tanggapan yang disebut sebagai netral, yaitu bukan suka tetapi juga bukan tidak suka. Skala hedonik dapat juga diubah menjadi skala numerik dengan angka mutu menurut tingkat kesukaan. Dengan data numerik ini dapat dilakukan analisis secara statistik. Kesan mutu hedonik lebih spesifik dari pada sekedar kesan suka atau tidak suka. Mutu hedonik dapat bersifat umum yaitu baik atau buruk dan bersifat spesifik seperti empuk atau keras untuk daging, pulen atau keras untuk nasi, renyah yaitu pada kripik dan udang (wagiyono, 2003).

(23)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu 1. Tempat

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pengolahan Hasil Perkebunan di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.

2. Waktu

Waktu yang dibutuhkan dalam penelitian ini selama ± 3 bulan, terhitung sejak penyiapan bahan sampai pengolahan data dimulai dari bulan Juli 2009 sampai September 2009

B. Alat dan Bahan 1. Alat

Alat-alat yang akan digunakan adalah ember, gelas ukur, koran, karet, panci, saringan, kompor, taper wear, pisau, telenan, timbangan, botol dan alat tulis menulis.

2. Bahan

Bahan-bahan yang digunakan adalah air kelapa, gula dan starter, BAP dan asam asetat.

(24)

C. Prosedur Penelitian

1. Disiapkan alat dan bahan.

2. Kemudian disiapkan air kelapa sebanyak 1 liter dari masing-masing lama pemeraman air kelapa tua (sehari pemeraman dan dua hari pemeraman). 3. Dicampurkan air kelapa dengan gula pasir dengan konsentrasi 1%, 2%,

3% dan BAP sebanyak 0,08% dalam satu liter air kelapa setiap perlakuan. 4. Didihkan air kelapa 10-15 menit sampai benar-benar mendidih kemudian

dinginkan larutan air kelapa sampai dingin.

5. Kemudian dimasukkan larutan air kelapa kedalam wadah fermentasi dan tambahkan starter 10 % dalam satu liter larutan air kelapa.

6. Tutup wadah fermentasi dengan kertas yang bersih dan diikat dengan menggunakan karet pada masing-masing wadah. Inkubasi selama 7 hari. 7. Lakukan pengamatan awal terbentuknya selulosa.

8. Setelah diinkubasi selama 7 hari larutan air kelapa akan membentuk lembaran-lembaran yang disebut nata de coco dan diukur panjang, lebar dan ketebalan nata de coco kemudian dihitung berat jenis nata de coco 9. Cuci nata sampai benar-benar bersih dan nata tersebut dipotong dan

dibentuk sesuai dengan keinginan.

10.Nata yang telah dipotong dan dibentuk kemudian dimasukkan kedalam panci untuk direbus. Perebusan dilakukan 2-4 kali dengan waktu masing 30 menit sampai keasaman hilang dan pH menjadi naik menjadi ph 4-6. 11.Kemudian nata dikemas dan disimpan untuk melakukan pengujian

(25)

Air kelapa sebanyak satu liter

Pemeraman selama satu hari, pemeraman selama dua hari

Air kelapa dicampur gula

(1%, 2%, 3% dalam satu liter air kelapa tua) dan tambahkan BAP 0,08%

Didihkan 10 -15 menit

Dicampur dengan starter sebanyak 10% hingga merata

Diinkubasi selama 7 hari

Nata de coco mentah

Dipotong-potong dan dicuci

Direbus selama 30 menit sebanyak 3-4 kali hingga mencapai pH (4-6)

Ditiriskan

Didinginkan

Nata de coco

(26)

D. Analisis Data

Perlakuan dari penelitian ini menggunakan analisa data penelitian Rancang Ancak Lengkap (RAL). RAL digunakan untuk percobaan yang mempunyai media sama atau homogen, maka tempat percobaan tidak

memberikan pengaruh pada respon yang diamati. penelitian ini menggunakan 2 faktor perlakuan dengan kombinasi lama pemeraman air kelapa dan konsentrasi gula yang diberikan dengan 3 kali ulangan pada masing-masing perlakuian. Faktor A adalah lama pemeraman air kelapa yang terdiri dari level :

A1 = Pemeraman 1 hari A2 = Pemeraman 2 hari

Faktor B adalah konsentrasi gula yang diberikan : B1 = konsentrasi gula 1%

B2 = konsentrasi gula 2% B3 = konsentrasi gula 3%

Jika F hitung yang diproleh dari perhitungan analisa sidik ragam berbeda nyata, maka akan dilanjutkan dengan uji lanjutan BNT.

Rumus RAL:

Yij = µ + Ti + €ij ; i = 1,2…t j = 1,2…t

Keterangan:

Yij : respon atau nilai pengamatan dari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j. µ : nilai tengah umum.

Ti : pengaruh perlakuan ke-i.

(27)

E. Parameter yang Diamati

Adapun parameter yang diamati adalah kecepatan terbentuknya selulosa, ketebalan nata, berat jenis dan uji organoleptik yang meliputi rasa, aroma, warna, tekstur nata de coco.

1. kecepatan Terbentuknya selulosa

Pengamatan kecepatan terhadap terbentuknya selulosa akan dihitung mulai dari awal inkubasi nata de coco. Lama waktu pembentukan akan ditentukan sehingga diketahui perlakuan yang baik untuk kecepatan terbentuknya selulosa pada nata de coco.

2. Ketebalan Nata

Nata yang dihasilkan dengan perlakuan yang berbeda, ketebalannya akan diukur dengan menggunakan penggaris dan dicatat hasilnya. Tujuan mengukur ketebalan nata untuk mengetahui pengaruh kadar gula dan lama pemeraman air kelapa yang baik untuk menghasilkan nata yang paling tebal.

3. Berat Jenis Nata De Coco

Berat jenis nata de coco dihitung yaitu untuk mengetahui penambahan asam asetat dan umur air kelapa yang berbeda dalam menghasilkan nata de coco yang berkualitas baik.

(28)

4. Uji Organoleptik

Uji organoleptik tingkat kesukaan konsumen atau panelis terhadap nata de coco yang dihasilkan dengan jumlah panelis sebanyak 25 orang dengan skala kesukaan terhadap rasa, aroma, warna, tekstur adalah sebagai berikut:

1. Sangat tidak suka 2. Tidak suka 3. Suka 4. Sangat suka 5. Sangat suka sekali

F. Jadwal kegiatan

NO

BULAN KE

I II III

1 Proposal penelitian

2 Persiapan alat dan bahan

3 Pembuatan nata de coco

4 Pengujian

5 Pengolahan data

(29)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Kecepatan Terbentuknya Selulosa

Kecepatan terbentuknya selulosa dapat diketahui semakin cepat terbentuknya selulosa akan mempercepat dalam pembentukan nata. Dari hasil rata-rata yang didapatkan nilai yang terkecil adalah nilai yang baik untuk kecepatan terbentuknya selulosa. Pada (faktor A) terlihat pada (faktor A2)

dengan nilai 2,56 sedangkan (faktor A1) memiliki nilai 2,67 dari rata-rata

kecepatan pembentukan selulosa terlihat pada (faktor A2). Sedangkan pada

pengaruh penambahan gula (faktor B) juga berpengaruh nyata. Dimana nilai (B3) sebesar 2,16 sedangkan nilai (B1) dan (B2) berada pada satu range dimana

nilai (B1) sebesar 3 dan (B2) sebesar 2,67. Dari hasil yang didapatkan

kecepatan terbentuknya selulosa berada pada perlakuan penambahan gula 3% (B3). Adapun hasil yang didapatkan dari penelitian terlihat pada tabel 1

dibawah ini.

Tabel 2. Hasil pengamatan kecepatan terbentuknya selulosa.

Perlakuan Ulangan Jumlah Rata-Rata 1 2 3 A1 B1 3 3 3 9 3 B2 3 3 2 8 2.67 B3 2 3 2 7 2.33 A2 B1 3 3 3 9 3 B2 3 2 3 8 2.67 B3 2 2 2 6 2 Jumlah 16 16 15 47 15.67

(30)

Tabel 3. Hasil Rata-Rata Pengamatan Kecepatan Terbentuknya Selulosa

Faktor B Faktor A Jumlah Rata-rata

A1 A2 B1 9 9 18 3 B2 8 8 16 2,67 B3 7 6 13 2.16 Total 24 23 47 Rata-rata 2.67 2.56

Sumber : Data Primer Setelah Diolah (2009) Keterangan :

A1 : Pemeraman Air Kelapa Selama Satu Hari

A2 : Pemeraman Air Kelapa Selama Dua Hari

B1 : Penambahan Gula 1%

B2 : Penambahan Gula 2%

B3 : Penambahan Gula 3%

Perbandingan antara kecepatan terbentuknya selulosa dilihat diagram dibawah ini : 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 A2 A1 Hari

(31)

0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 B3 B2 B1 Hari

Diagram 2. Rata-Rata Faktor B Terhadap Kecepatan Terbentuknya Selulosa

Dari data diatas diketahui bahwa perlakuan yang berpengaruh terhadap kecepatan terbentuknya selulosa terlihat pada perlakuan penambahan gula 3% (B3) dengan kecepatan terbentuknya selulosa pada hari ke dua. Adapun

perlakuan yang lambat terbentuknya selulosa terlihat pada perlakuan penambahan gula 1% (B1) dengan kecepatan pembentukan selulosa pada hari

ke tiga. Menurut Pambayun (2002), Campuran air kelapa yang sudah diberi bibit, dibiarkan selama 7-8 hari agar terjadi proses fermentasi dan terbentuklah nata de coco. Setelah ditanam bibit nata akan segera berkembang dan tumbuh dengan perkembangan yang sangat pesat hingga hari kelima. Pada puncak perkembangan ini, bakteri Acetobacter xylinum mengeluarkan enzim

ekstrseluler yang mampu menyusun satuan gula (glukosa) menjadi senyawa selulosa hingga membentuk matriks menyerupai gel yang disebut nata.

(32)

B. Ketebalan Nata

Dari rata-rata yang dihasilkan terhadap ketebalan nata de coco, nata yang paling tebal dihasilkan pada perlakuan A2B3 sebesar 3.50, Pada

perlakuan A1B1 nata yang dihasilkan dengan ketabalan sebesar 2.15 (pada

perlakuan pemeraman air kelapa selama satu hari dengan penambahan gula 1%) dan lebih tipis dari A2B3. Sedangkan ketebalan nata de coco terhadap

pemeraman air kelapa (faktor A) nata de coco yang dihasilkan lebih tebal pada perlakuan pemeraman air kelapa selama satu hari (A2) sebesar 1.07 sedangkan

pada perlakuan pemeraman air kelapa selama satu hari (A1) sebesar 0.92 jadi

pada faktor A nata de coco yang dihasilkan lebih tebal pada perlakuan pemeraman air kelapa selama dua hari (A2). sedangkan pada faktor

penambahan gula (B) nata de coco yang dihasilkan lebih tebal pada perlakuan penambahan gula sebanyak 3% (B3) sebesar 1.13 sedangkan pada perlakuan

penambahan gula sebanyak 1% sebesar 0.85. jadi pada faktor B nata de coco yang dihasilkan lebih tebal pada perlakuan penambahan gula sebanyak 3% (B3). Dari hasil pengamatan yang didapatkan dapat dilihat pada tabel 3

dibawah ini.

Tabel 4. Hasil Pengamatan Ketebalan Nata De Coco

Perlakuan Ulangan Jumlah Rata-rata

1 2 3 A1 B1 0.70 0.70 0.80 2.20 0.73 B2 0.90 0.90 1.00 2.80 0.93 B3 1.00 1.10 1.20 3.30 1.10 A2 B1 1.10 0.90 1.00 2.90 0.97 B2 1.20 0.90 1.10 3.20 1.07 B3 1.10 1.20 1.20 3.50 1.17 Jumlah 6.00 5.7 6.3 17.9 5.97

(33)

Tabel 5. Hasil Rata-Rata Pengamatan Ketebalan Nata De Coco

Faktor B Faktor A Jumlah Rata-rata

A1 A2 B1 2.20 2.90 5.10 0.85 B2 2.80 3.20 6.00 1.00 B3 3.30 3.50 6.80 1.13 Total 8.30 9.60 17.9 2.98 Rata-rata 0.92 1.07

Sumber : Data Primer Setelah Diolah (2009) Keterangan :

A1 : Pemeraman Air Kelapa Selama Satu Hari

A2 : Pemeraman Air Kelapa Selema Dua Hari

B1 : Penambahan Gula 1%

B2 : Penambahan Gula 2%

B3 : Penambahan Gula 3%

Perbandingan akan tingkat ketebalan nata de coco yang dapat dilihat diagram dibawah ini.

1.5 1.75 2 2.25 2.5 2.75 3 3.25 3.5 3.75 4

A1B1 A1B2 A1B3 A2B1 A2B2 A2B3

Angka Penilaian

(34)

0 0.5 1 1.5 2 A1 A2 Angka Penilaian

Diagram 4. Rata-Rata Faktor A Terhadap Ketebalan Nata De Coco

0 0.5 1 1.5 2 B1 B2 B3 Angka Penilaian

Diagram 5. Rata-Rata Faktor B Terhadap Ketebalan Nata De Coco

Dari hasil pengamatan diatas kemudian dilanjutkan dengan analisa rancangan percobaan analisis sidik ragam untuk ketebalan sebagai berikut

Tabel 6. Tabel Ansira (Analisis Sidik Ragam) Ketebalan nata de coco

SK DB JK KT F.hitung F tabel 5 % 1% Perlakuan 5 0.3561 0.0712 0.1282tn 3,11 5,06 A 1 0.0938 1.162 12.0256** 4,75 9,33 B 2 0.2411 0.101 15.4615** 3,88 6,93 AB 2 0.0212 0.031 1.3580tn 3,88 6,93 Galat 12 0.0933 0,109 Total 17 0.8055

Sumber : Data Primer Setelah Diolah (2009) Keterangan:

xx = berbeda sangat nyata tn

(35)

Dari analisis sidik ragam diketahui bahwa perbedaan perlakuan pemeraman air kelapa (faktor A) berpengaruh nyata terhadap ketebalan nata de coco yang dihasilkan dan untuk penambahan gula (faktor B) juga berpengaruh nyata terhadap ketebalan nata de coco yang dihasilkan. Karena proses analisis menunjukan perbedaan sangat nyata dilakukan uji lanjutan dengan menggunakan BNT (Beda Nyata Terkecil) pada taraf 5% dan 1% untuk mengetahui tingkat pemeraman air kelapa (faktor A) dan tingkat penambahan gula (faktor B) yang paling optimum. Hasil yang didapatkan dari uji lanjutan dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 7. Hasil Uji BNT Terhadap Ketebalan Nata De Coco.

Perlakuan Rata-rata Notasi

5% 1% A1B1 0.73 a A A1B2 0.93 b B A2 B1 0.97 bc C A2B2 1.07 d D A1 B3 1.17 e E A2 B3 1.27 f F

Sumber : Data Primer Setelah Diolah (2009)

Setelah dilakukan uji BNT diketahui ketebalan nata de coco paling tebal pada perlakuan A2B3 (pemeraman air kelapa selama dua hari dan

penambahan sebanyak gula 3%) dan ketebalan nata de coco paling tipis diperoleh pada perlakuan A2B3 (pemeraman air kelapa selama satu hari dan

penambahan sebanyak gula 1%). Menurut Atmaka (1998) pembentukan nata de coco karena proses pengambilan glukosa dari larutan gula atau gula dalam air kelapa oleh sel-sel Acetobacter xylinum. Kemudian glukosa tersebut

(36)

digabungkan dengan asam lemak membentuk prekursor (penciri nata) pada membrane sel. Prekursor ini selanjutnya dikeluarkan dalam bentuk ekstraksi dan bersama enzim mempolimerisasikan glukosa menjadi selulosa diluar sel.

C. Berat Jenis Nata De Coco

Dari hasil yang didapatkan nilai terkecil yang dihasilkan dari berat jenis nata de coco terdapat pada perlakuanA2 B2 yaitu 1.08 dan nilai terbesar

yang dihasilkan dari berat jenis nata de coco terdapat pada perlakuan A1B1

yaitu 1.29.

Pada pemeraman air kelapa (faktor A) nilai perlakuan pada pemeraman air kelapa selama satu hari (A1) sebesar 1.20 sedangkan pada

perlakuan pemeraman air kelapa selama 2 hari nilai berat jenis yang dihasilkan sebesar (A2) berada pada range yang sama. Sedangkan pada

penambahan gula (faktor B) nilai pada perlakuan B1 sebesar 1.20, pada

perlakuan B2 1.13 dan pada perlakuanB3 sebesar 1.15 berada pada satu range

yang sama. Dari hasil pengamatan yang didapatkan dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 8. Hasil Pengamatan Berat Jenis Nata De Coco

Perlakuan Ulangan Jumlah Rata-rata 1 2 3 A1 B1 1.32 1.34 1.22 3.88 1.29 B2 1.22 1.21 1.13 3.55 1.18 B3 1.24 1.17 1.09 3.40 1.13 A2 B1 1.08 1.19 1.07 3.34 1.11 B2 1.01 1.25 1.00 3.26 1..08 B3 1.17 1.18 1.12 3.47 1.16 Jumlah 7.04 7.34 6.63 20.9 6.95

(37)

Tabel 9. Hasil Rata-Rata Pengamatan Berat Jenis Nata De Coco

Perlakuan Faktor A Jumlah Rata-rata

A1 A2 B1 3.88 3.34 7.22 1.20 B2 3.55 3.26 6.81 1.13 B3 3.40 3.47 6.87 1.15 Total 10.83 10.07 6.90 3.48 Rata-rata 1.20 1.12 20.9

Sumber : Data Primer Setelah Diolah (2009)

Keterangan :

A1 : Pemeraman Air Kelapa Selama Satu Hari

A2 : Pemeraman Air Kelapa Selema Dua Hari

B1 : Penambahan Gula 1%

B2 : Penambahan Gula 2%

B3 : Penambahan Gula 3%

Nilai rata-rata yang dihasilkan terhadap berat jenis nata de coco dapat dilihat pada diagram dibawah ini.

0 0.5 1 1.5 2

A1B1 A1B2 A1B3 A2B1 A2B2 A2B3

Angka Penilaian

(38)

0 0.5 1 1.5 2 A1 A2 Angka Penilaian

Diagram 7. Rata-Rata Faktor A Terhadap Berat Jenis Nata De Coco

0 0 .5 1 1 .5 2 B 1 B 2 B 3 An g k a P e n ilaia n

Diagram 8. Rata-Rata Faktor B Terhadap Berat Jenis Nata De Coco

Dari analisa rancangan percobaan analisis sidik ragam untuk ketebalan adalah sebagai berikut :

Tabel 10. Tabel Ansira (Analisis Sidik Ragam) Berat jenis nata de coco

SK DB JK KT F.hitung F tabel 5 % 1% Perlakuan 5 0.0798 0.0159 0.5803tn 3,11 5,06 A 1 0.0321 0.0321 1.1715tn 4,75 9,33 B 2 0.0164 0.0082 0.2993tn 3,88 6,93 AB 2 0.0313 0.0156 0.5693tn 3,88 6,93 Galat 12 0.3291 0,0274 Total 17 0.4878 0.3881

Sumber : Data Primer Setelah Diolah (2009)

Keterangan:

xx = berbeda sangat nyata tn

(39)

Dari analisis sidik ragam diketahui bahwa perlakuan pemeraman air kelapa (faktor A) tidak berpengaruh nyata terhadap berat jenis nata de coco yang dihasilkan dan untuk penambahan gula (faktor B) juga tidak berpengaruh nyata terhadap berat jenis nata de coco yang dihasilkanhal ini disebabkan nilai rata-rata pada perlakuan semakin kecil tetapi nilai rata-rata yang semakin kecil adalah nilai yang baik untuk berat janis nata de coco yang dihasilkan, karena nata de coco adalah makanan yang kaya akan serat yang terlihat terapung pada cairan oleh karena itu proses analisis tidak dilakukan uji lanjutan. Menurut Pambayun (2002), Menyatakan bahwa nata de coco merupakan jaringan selulosa yang terapung diatas cairan yang dapat dikonsumsi sebagai komponen minuman segar, seperti misalnya diminum dengan sirup, sebagai campuran koktail, atau sebagai pengganti kolang kaling.

D. Uji Organoleptik 1. Warna

Warna nata de coco diukur berdasarkan tingkat kesukaan panelis menggunakan uji organoleptik terhadap nata de coco. Pengujian organoleptik ini menggunakan 25 panelis untuk menguji berbagai jenis perlakuan-perlakuan yang diberikan pada pembuatan nata de coco. Bila nilai tingkat kesukaan terhadap warna kurang baik nata de coco tersebut tidak dapat dikatakan berkualitas baik karena tidak disukai konsumen dan apabila semakin tinggi nilai yang diperoleh menunjukkan bahwa tingkat kesukaan terhadap nata de coco yang dihasilkan dari jenis perlakuan tersebut juga semakin tinggi.

(40)

Tabel 11. Hasil Uji Organoleptik Warna

Sumber : Data Primer Setelah Diolah (2009)

Tabel 12. Hasil Rata-Rata Pengamatan Warna

Faktor B Faktor A Jumlah Rata-rata

A1 A2 B1 9.19 10.40 19.59 3.27 B2 9.79 10.66 20.45 3.41 B3 10.22 11.64 21.86 3.64 Total 29.20 31.70 61.90 Rata-rata 3.24 3.52

Sumber : Data Primer Setelah Diolah (2009)

Keterangan :

A1 : Pemeraman Air Kelapa Selama Satu Hari

A2 : Pemeraman Air Kelapa selama Satu Hari

B1 : Penambahan Gula 1%

B2 : Penambahan Gula 2%

B3 : Penambahan Gula 3%

Keterangan Range Penilian Panelis :

1.00-1.49 : tidak suka 1.50-2.49 : agak tidak suka 2.50-3.49 : agak suka 3.50-4.49 : suka 4.50-5.00 : sangat suka

Perlakuan Ulangan Jumlah Rata-rata

1 2 3 A1 B1 3.24 3.00 3.03 9.19 3.06 B2 3.50 3.21 3.08 9.79 3.32 B3 3.24 3.48 3.50 10.22 3.41 A2 B1 3.48 3.68 3.24 10.40 3.47 B2 3.50 3.48 3.68 10.66 3.55 B3 3.68 4.00 3.96 11.64 3.88 Jumlah 20.64 20.85 20.49 61.90 20.69

(41)

Dari hasil uji organoleptik diperoleh rata-rata nilai kesukaan terhadap warna adalah perlakuan A2B3 sebesar 3.88 (perlakuan

pemeraman air kelapa selama dua hari dengan penambahan gula 3%), dan perlakuan yang paling sedikit disukai panelis adalah perlakuan A1B1

sebesar 3.06 (perlakuan pemeraman air kelapa selama satu hari dan penambahan gula 1%). Perbandingan akan tingkat kesukaan terhadap warna dapat dilihat pada diagram dibawah ini.

0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4

A1B1 A1B2 A1B3 A2B1 A2B2 A2B3

Angka Penilaian

Diagram 9. Rata-Rata Hasil Pengujian Warna terhadap nata de coco

0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 A1 A2 Angka Penilaian

(42)

0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 B1 B2 B3 Angka Penilaian

Diagram 11. Rata-Rata Faktor B Pengujian Warna nata de coco

Dari diagram diatas dapat diketahui bahwa pemeraman air kelapa (faktor A) mempengaruhi warna pada nata de coco yang dihasilkan faktor A2 sebesar 3.52 dan masuk dalam range suka dengan nilai faktor A1 3.24

masuk didalam range agak suka. Sehingga dapat disimpulkan tingkat kesukaan panelis nata terhadap de coco pemeraman air kelapa selama dua hari (A2) lebih disukai dibandingkan dengan nata de coco yang terbuat dari

pemeraman air kelapa selama satu hari (A1).

Untuk faktor penambahan gula juga berpengaruh terhadap warna yang dihasilkan. Hal ini dapat dilihat dari data dan range penilian panelis dimana perlakukan penambahan gula 3% (B3) disukai oleh panelis dengan

nilai rata-rata sebesar 3.64 memasuki range suka sedangkan pada perlakuan penambahan gula 1% (B1) nilai rata-rata yang dihasilkan

sebesar 3.27dan penambahan gula 2% (B2)nilai rata-rata yang dihasilkan

sebesar 3.41 nilai rata-rata yang dihasilkan dari dua perlakuan yaitu (B1)

(43)

2. Rasa

Tingkat kesukaan panelis terhadap rasa pada nata de coco akan diuji dengan menggunakan pengujian organoleptik dengan menggunakan 25 panelis. Adapun hasil yang didapatkan terlihat pada tabel berikut ini.

Tabel 13. Hasil Uji Organoleptik Rasa

Perlakuan Ulangan Jumlah Rata-rata 1 2 3 A1 B1 2.06 2.22 2.16 6.44 2.15 B2 2.22 2.72 2.60 7.54 2.51 B3 2.60 2.36 2.70 7.66 2.55 A2 B1 2.96 2.22 2.72 7.90 2.63 B2 3.24 2.72 2.60 8.56 2.85 B3 3.08 2.96 3.24 9.28 3.09 Jumlah 16.16 15.52 16.02 47.38 15.78

Sumber : Data Primer Setelah Diolah (2009)

Tabel 14. Hasil Rata-Rata Pengamatan Rasa

Faktor B Faktor A Jumlah Rata-rata A1 A2 B1 6.44 7.90 14.34 2.39 B2 7.54 8.56 16.10 2.68 B3 7.66 9.28 16.94 2.82 Total 21.64 25.74 47.38 Rata-rata 2.40 2.86

Sumber : Data Primer Setelah Diolah (2009)

Keterangan :

A1 : Pemeraman Air Kelapa Selama Satu Hari

A2 : Pemeraman Air Kelapa Selama Dua Hari

B1 : Penambahan Gula 1%

B2 : Penambahan Gula 2%

B3 : Penambahan Gula 3%

Keterangan Range Penilian Panelis :

1.00-1.49 : tidak suka 1.50-2.49 : agak tidak suka 2.50-3.49 : agak suka 3.50-4.49 : suka 4.50-5.00 : sangat suka

(44)

Dari tabel diatas dapat diketahui tingkat kesukaan panelis terhadap rasa pada nata de coco, dilihat dari rata-rata yang dihasilkan terhadap rasa yang paling banyak disukai adalah perlakuan A2B3 sebesar 3.09 pada

perlakuan pemeraman air kelapa selama dua hari dengan penambahan gula 3% , dan perlakuan yang paling sedikit disukai panelis adalah perlakuan A1B1 sebesar 2.15 pada perlakuan pemeraman air kelapa selama satu hari

dengan penambahan gula sebanyak 1%. Perbandingan akan tingkat kesukaan terhadap rasa dapat dilihat diagram dibawah ini.

0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4

A1B1 A1B2 A1B3 A2B1 A2B2 A2B3

Angka Penilaian

Diagram 12. Rata-Rata Hasil Pengujian Rasa Nata De Coco

0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 A1 A2 Angka Penilaian

(45)

0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 B1 B2 B3 Angka Penilaian

Diagram 14. Rata-Rata Faktor B Pengujian Rasa nata de coco

Dari rata-rata range yang didapatkan hasil pengujian secara organoleptik dapat diketahui pemeraman air kelapa (faktor A ) berpengaruh terhadap rasa dimana kita lihat nilai dari hasil organoleptik yang lebih disukai oleh panelis pada perlakuan pemeraman air kelapa selama dua hari (A2) dari pada pemeraman air kelapa selama satu hari

(A1). Dapat dilihat dari nilai range dimana (A2) sebesar 2.86 yang telah

mencapai nilai agak suka sedangkan (A1) dengan nilai sebesar 2.40 berada

pada taraf agak tidak suka.

Dari rata-rata range penambahan gula (Faktor B) juga berpengaruh dimana yang disukai oleh panelis terlihat pada perlakuan penambahan gula 2% (B2) sebesar 2.68 dan perlakuan penambahan gula 3% (B3)

sebesar 2.82 telah mencapai taraf agak suka sedangkan pada perlakuan penambahan gula 1% (B1) sebesar 2.39 berada pada taraf agak tidak suka.

(46)

3. Aroma

Tingkat kesukaan panelis menggunakan uji organoleptik. Panelis yang digunakan dalam Pengujian organoleptik ini adalah sebanyak 25 orang. Hasil yang didapatkan dari uji organoleptik aroma terlihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 15. Hasil Uji Organoleptik Aroma

Perlakuan Ulangan Jumlah Rata-rata

1 2 3 A1 B1 2.16 2.05 2.03 6.24 2.08 B2 2.03 2.16 2.70 6.99 2.33 B3 2.22 2.70 2.16 7.10 2.37 A2 B1 3.00 3.70 2.18 7.88 2.63 B2 3.50 3.50 2.70 9.70 3.23 B3 3.00 3.50 2,70 9.20 3.07 Jumlah 15.91 17.61 14.47 47.11 15.71

Sumber : Data Primer Setelah Diolah (2009)

Tabel 16. Hasil Rata-Rata Pengamatan Aroma

Faktor B Faktor A Jumlah Rata-rata

A1 A2 B1 6.24 7.88 14.12 2.353 B2 6.99 9.70 16.69 2.782 B3 7.10 9.20 16.30 2.717 Total 20.33 26.78 47.11 Rata-rata 2.26 2.98

Sumber : Data Primer Setelah Diolah (2009)

Keterangan :

A1 : Pemeraman Air Kelapa Selama Satu Hari

A2 : Pemeraman Air Kelapa Selama Dua Hari

B1 : Penambahan Gula 1%

B2 : Penambahan Gula 2%

(47)

Keterangan Range Penilian Panelis :

1.00-1.49 : tidak suka 1.50-2.49 : agak tidak suka 2.50-3.49 : agak suka 3.50-4.49 : suka 4.50-5.00 : sangat suka

Dari hasil uji organoleptik yang didapatkan rata-rata nilai kesukaan terhadapat aroma yang paling disukai adalah perlakuan A2B2 sebesar 3.23

(perlakuan pemeraman air kelapa selama dua hari dengan penambahan gula 2%) dan perlakuan yang paling sedikit disukai panelis adalah perlakuan A1B1 sebesar 2.08 (perlakuan pemeraman air kelapa selama satu

hari dengan penambahan gula 1%). Perbandingan akan tingkat kesukaan terhadap aroma dapat dilihat diagram 10.

0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4

A1B1 A1B2 A1B3 A2B1 A2B2 A2B3

Angka Penilaian

(48)

0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 A1 A2 Angk a Pe nilaian

Diagram 16. Rata-Rata Faktor A Pengujian Aroma nata de coco

0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 B1 B2 B3 Angka Penilaian

Diagram 17. Rata-Rata Faktor B Pengujian Aroma nata de coco

Dari hasil uji organoleptik dapat bahwa diketahui tingkat kesukaan panelis terhadap nata de coco yang terbuat dari pemeraman air kelapa selama satu hari (A2) lebih disukai dibandingkan nata de coco yang terbuat

dari lama pemeraman selama satu hari (A1). Hal ini dikarenakan aroma

(49)

4. Tekstur

Tekstur nata de coco diukur berdasarkan tingkat kesukaan panelis dengan menggunakan uji organoleptik 25 panelis. Dari hasil uji organoleptik hasil rata-rata dapat dilihat pada tabel 17 dibawah ini.

Tabel 17. Hasil Uji Organoleptik Tekstur

Perlakuan Ulangan Jumlah Rata-rata 1 2 3 A1 B1 3.21 3.00 3.18 9.69 3.23 B2 3.68 3.52 3.16 10.36 3.45 B3 3.84 3.16 3.50 10.50 3.50 A2 B1 3.96 3.00 4.00 10.96 3.65 B2 3.68 3.96 3.84 11.48 3.83 B3 4.16 4.00 3.96 12.12 4.04 Jumlah 22.53 20.64 21.94 65.11 21.70

Sumber : Data Primer Setelah Diolah (2009

Tabel 18. Hasil Rata-Rata Pengamatan Tektur

Faktor B Faktor A Jumlah Rata-rata A1 A2 B1 9.69 10.96 20.65 3.44 B2 10.36 11.48 21.84 3.67 B3 10.50 12.12 22.62 3.77 Total 30.55 34.56 65.11 Rata-rata 3.39 3.84

Sumber : Data Primer Setelah Diolah (2009) Keterangan :

A1 : Pemeraman Air Kelapa Selama Satu Hari A2 : Pemeraman Air Kelapa Selama Dua Hari B1 : Penambahan Gula 1%

B2 : Penambahan Gula 2% B3 : Penambahan Gula 3%

Keterangan Range Penilian Panelis : 1.00-1.49 : tidak suka

1.50-2.49 : agak tidak suka 2.50-3.49 : agak suka 3.50-4.49 : suka 4.50-5.00 : sangat suka

(50)

Dari hasil uji organoleptik terhadap tekstur nata de coco yang dihasilkan diperoleh rata-rata nilai kesukaan panelis perlakuan yang paling banyak disukai adalah perlakuan A2B3 sebesar 4.04 (tingkat pemeraman

air kelapa selama dua hari dengan penambahan gula 3%) dan perlakuan yang paling sedikit disukai panelis adalah perlakuan A1B1 sebesar 3.23

(tingkat pemeraman air kelapa selama satu haridan penambahan gula 1%). Perbandingan akan tingkat kesukaan terhadap tekstur dapat dilihat diagram dibawah ini 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5

A1B1 A1B2 A1B3 A2B1 A2B2 A2B3

angka penilian

Diagram 18. Rata-Rata Hasil Pengujian tekstur nata de coco

0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 A1 A2 angka penilian

(51)

0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 B1 B2 B3 angka penilian

Diagram 20. Rata-Rata Faktor B Pengujian Tekstur nata de coco

Dari rata-rata hasil pengujian secara organoleptik dapat juga diketahui bahwa pemeraman air kelapa (faktor A) mempengaruhi tekstur nata de coco yang dihasilkan Pengaruh perlakuan ini bisa kita lihat dengan melihat range dari penilian secara organoleptik dimana faktor (A2)lebih

disukai oleh panelis dari pada faktor (A1)dimana nilai faktor (A2) sebesar

3.84 memiliki nilai yang masuk dalam range suka sedangkan nilai faktor (A1) sebesar 3.39 masuk didalam range agak suka. Hal ini disebabkan

karena tingkat kekenyalan faktor (A2) lebih kenyal dari pada tingkat

kekenyalan pada faktor (A1).

Untuk faktor penambahan gula juga berpengaruh terhadap warna yang dihasilkan. Hal ini dapat dilihat dari data dan range penilian panelis dimana perlakukan penambahan gula 2% (B2) dan penambahan gula 3%

(B3) disukai oleh panelis dengan nilai rata-rata pada Faktor (B2) sebesar

3.67 dan faktor (B3) sebesar 3.77 memasuki range suka sedangkan pada

perlakuan penambahan gula 1% (B1) nilai rata-rata yang dihasilkan

sebesar 3.44Hal ini disebabkan karena tingkat kekenyalan faktor (B2) dan

(52)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian pembuatan nata de coco dengan kombinsasi lama pemeraman air kelapa dan penambahan gula dengan konsentrasi yang berbeda dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Berdasarkan nilai rata-rata kecepatan terbentuknya selulosa yang paling cepat dihasilkan dari perlakuan pemeraman air kelapa selama dua hari dan penambahan gula 3% (A2B3) hal ini disebabkan pada perlakuan A2

(pemeraman air kelapa selama dua hari) memiliki tingkat keasaman yang cukup untuk menunjang pertumbuhan bakteri acetobacter xylinum.

Tingkat keasaman yang baik untuk pertumbuhan acetobacter xylinum

sekitar pH 4,3 dengan penambahan gula 3% sehingga untuk pertumbuhan

acetobacter xylinum dapat terpenuhi dan terbentuknya selulosa semakin

cepat.

2. Berdasarkan analisa sidik ragam dan uji beda nyata terkecil diperoleh rata-rata ketebalan nata de coco yang paling tebal dihasilkan dari perlakuan A2B3 (pemeraman air kelapa selama dua hari dan penambahan gula 3%)

sebesar 1.17 hal ini disebabkan karena laju pertumbuhan bakteri acetobacter xylinum lebih cepat pada perlakuan A2B3 sehingga nata yang

(53)

3. Berat jenis nata dengan nilai terkecil yang terbaik dihasilkan dari perlakuan pemeraman air kelapa selama dua hari dan penambahan gula 2% (A2B2) nilai yang tertinggi dihasilkan pada perlakuan pemeraman air

kelapa selama satu hari dan penambahan gula sebesar 1% (A1B1).

4. Rasa nata de coco yang terbaik didapat dari perlakuan pemeraman air kelapa selama dua hari dan penambahan gula 3% (A2B3) dengan nilai

sebesar 3.29 karena nata de coco mempunyai rasa manis.

5. Warna nata de coco yang terbaik didapat dari perlakuan pemeraman air kelapa selama dua hari dan penambahan gula 3% (A2B3) dengan nilai

sebesar 3.88. Nata de coco yang dihasilkan mempunyai warna putih transparan.

6. Aroma nata de coco yang terbaik didapat dari perlakuan pemeraman air kelapa selama dua hari dan penambahan gula 3% (A2B3) karena

mempunyai aroma khas nata (aroma kelapa).

7. Tekstur nata de coco yang terbaik didapat dari perlakuan pemeraman air kelapa selama dua hari dan penambahan gula 3% (A2B3) karen nata de

coco yang dihasilkan mempunyai tekstur yang kenyal dengan ukuran 0,5 cm yang berbentuk seperti dadu.

8. Setelah melakukan penelitian ini maka penulis menyimpulkan bahwa nata de coco dapat dijadikan salah satu peluang usaha karena murah dari segi bahan baku dan mudah dalam pengolahannya.

(54)

B. Saran

1. Berdasarkan hasil uji organoleptik disarankan pembuatan nata de coco terbaik sebaiknya digunakan pemeraman air kelapa selama dua hari karena selain dapat aroma nata yang khas dan juga dalam penambahan gula 3 % dapat membentuk cita rasa dan tingkat kekenyalan pada nata de coco.rasa. 2. Dalam pengolahan nata dibutuhkan ketelitian yang teliti serta kesterilan

ruangan dan alat yang digunakan untuk menunjang kesuksesan dalam pengolan nata de coco. Dalam pemberian bibit nata sebaiknya jangan diaduk cukup diberi pada salah satu sudut wadah fermentasi yang digunakan. Karena jika diaduk akan mengundang bakteri lain sehingga air kelapa mudah terkontaminasi dan membuat nata tidak dapat terbentuk. Pengadukan juga dapat menyebabkan hasil nata menjadi bergelombang (tidak rata). Penutupan nampan juga tidak boleh terlalu rapat, mengingat

bakteri acetobacter xylinum memerlukan udara (oksigen)bagi

pertumbuhannya. Pada waktu fermentasi nata de coco nampan jangan sampai dibuka dan digeser atau terkena goncangan. Nampan fermantasai yang sering dibuka akan mengundang mikroorganisme lain terutama jamur ikut tumbuh pada permukaan nata.

(55)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2004. Mempelajari Proses Pembuatan Nata De Coco,

http://www.google. 28 juni 2009

Atmaka, 1998. Manfaat Limbah Air Kelapa. Yasaguna, Jakarta . Hlm. 116

Djatmiko, 1998. Budidaya Tanaman Kelapa dan Manfaatnya. Penebar Swadaya, Jakarat. Hlm 13

Ketaren, S. Dan Djatmiko, 1978. Daya Guna Hasil Kelapa. Departemen Teknologi Hasil Pertanian, Fateta< IPB, Bogor.

Pambayun R. 2002. Teknologi Pengolahan Nata De Coco. Penerbit Kanisus, Yogyakarta. 84 hlm

Palungkun, 1992. Aneka Produk Olahan Kelapa. Penebar Swadaya, Jakarta. Hlm 114

Suhardiman, 1999. Bertanam Kelapa Hibrida. Penebar Swadaya, Jakarta. Hlm 105

Setyamidjaja, 2000. Bercocok Tanaman Kelapa Yasaguna, Jakarta. Hlm 120

Suhardiyono, 2000. Tanaman Kelapa Budidaya dan Manfaatnya. Penerbit Kaniius, Yogyakart. Hlm. 171

Wagiono, 2003. Menguji Kesukaan Secara Organoleptik. Departemen pendidikan Nasional, Jakarta.

(56)
(57)

Lampiran 1. Analisis Ketebalan Nata De Coco

Tabel 1. Hasil Pengamatan Ketebalan Nata De Coco

Sumber : Data Primer Setelah Diolah (2009)

Tabel 2. Hasil Rata-Rata Ketebalan Nata De Coco

Faktor B Faktor A Jumlah Rata-rata

A1 A2 B1 2.20 2.90 5.10 0.85 B2 2.80 3.20 6.00 1.00 B3 3.30 3.50 6.80 1.13 Total 8.30 9.60 17.9 2.98 Rata-rata 0.92 1.07 Sumber : Data Primer Setelah Diolah (2009)

Keterangan :

A1 : Pemeraman Air Kelapa Selama Satu Hari

A2 : Pemeraman Air Kelapa Selema Dua Hari

B1 : Penambahan Gula 1%

B2 : Penambahan Gula 2%

B3 : Penambahan Gula 3%

Perlakuan Ulangan Jumlah Rata-rata

1 2 3 A1 B1 0.70 0.70 0.80 2.20 0.73 B2 0.90 0.90 1.00 2.80 0.93 B3 1.00 1.10 1.20 3.30 1.10 A2 B1 1.10 0.90 1.00 2.90 0.97 B2 1.20 0.90 1.10 3.20 1.07 B3 1.10 1.20 1.20 3.50 1.17 Jumlah 6.00 5.7 6.3 17.9 5.97

(58)

1. ) ( 2 ab t Tij FK= 3 2 3 ) 9 , 17 ( 2 x x FK= 18 41 , 320 = FK 8006 , 17 = FK 2. FK t TK JKP= − 2 8006 , 17 3 ) 50 , 3 20 , 3 90 , 2 30 , 3 80 , 2 20 , 2 ( 2 2 2 2 2 2 − + + + + + = JKP 8006 , 17 3 47 , 54 − = JKP 8006 , 17 1567 , 18 − = JKP 3561 , 0 = JKP 3. JKT=T(Yij2)−FK 8006 , 17 ) 20 , 1 20 , 1 10 , 1 10 , 1 90 , 0 20 , 1 00 , 1 90 , 0 00 , 1 20 , 1 10 , 1 00 , 1 00 , 1 90 , 0 90 , 0 80 , 0 70 , 0 70 , 0 ( 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 − + + + + + + + + + + + + + + + + + = JKT 8006 , 17 25 , 18 = JKT 4494 , 0 = JKT 4. JKG=JKTJKP=0,4494−0,3561=0,0933 5. 17,8006 3 3 60 , 9 30 , 8 ( ) ( ) ( 2 2 2 − + = − Σ = x FK rb A faktor taraf T A JK 0938 , 0 8066 , 17 8944 , 17 8006 , 17 9 05 , 161 8006 , 17 9 16 , 92 89 , 68 = − = − = − + =

(59)

6. 17,8006 2 3 80 , 6 6 1 , 5 ) ( ) ( 2 2 2 2 − + + = − Σ = x FK ra B faktor taraf T B JK 2411 , 0 8006 , 17 0417 , 18 8006 , 17 6 25 , 108 8006 , 17 6 24 . 46 36 01 . 26 = − = − = − + + = 7.JK (AB) = JKP – JK (A) – JK (B) =0.3561 – 0.0938 – 0.2411 = 0.0212 8. db perlakuan = ab – 1 = (2 x 3) – 1 = 6 – 1 = 5 9. db galat = ab (r – 1) = 2 x 3 (3 – 1) = 6 x 2 = 12 10. db total = (r x ab) – 1 = (3 x 2 x 3) – 1 = 18 – 1 = 17 11. db faktor A = (a – 1) = 2 – 1 = 1 12. db faktor B = (b – 1) = 3 – 1 = 2 13. db interaksi AB = (a – 1) (b – 1) = (2 – 1) (3 – 1) = 1 x 2 = 2 14. 0,0712 5 3561 , 0 = = = n dbperlakua JKP KTP 15. 0,0078 12 0933 , 0 = = = dbgalat JKG KTG 16. 0,0938 1 0938 , 0 ) ( ) ( ) ( = = = A db A JK A KT 17. 0,1206 2 2411 , 0 ) ( ) ( ) ( = = = B db B JK B KT 18. 0,0106 2 0212 , 0 ) ( ) ( ) ( = = = AB db AB JK AB KT 19. Fhitung Perlakuan = 9,1282 0078 , 0 0712 , 0 = = KTG KTP 20. Fhitung (A) = 12,0256 0078 , 0 0938 , 0 ) ( = = KTG A KT

(60)

21. Fhitung (B) = = = 0078 , 0 1206 , 0 ) ( KTG B KT 15,4615 22. Fhitung (AB) = 1,3580 0078 , 0 0106 , 0 ) ( = = KTG AB KT

a. Jika Fhitung > Ftabel 1% maka dinyatakan berbeda sangat nyata (**)

b. Jika Fhitung > Ftabel 5% maka dinyatakan berbeda nyata (*)

c. Jika Fhitung≤ Ftabel 5% maka dinyatakan tidak berbeda nyata (tn)

Table 3. Analisis Sidik Ragam Ketebalan Nata De Coco

SK Db JK KT Fhitung F tabel 5 % 1% Perlakuan 5 0,3561 0,0712 0,1282 3,11 5,06 A 1 0,0938 0,0938 12,0256** 4,75 9,33 B 2 0,2411 0,1206 15,4615** 3,88 6,93 AB 2 0,0212 0,0106 1,3580n 3,88 6,93 Galat 12 0,0933 0,0078 Total 17 0,.8055

Kesimpulan dari tabel ansira :

a. Pengaruh utama faktor A yaitu berbeda sangat nyata b. Pengaruh utama faktor B yaitu berbeda nyata

c. Pengaruh interaksi faktor A dan B yaitu tidak berbeda nyata

23. 0,9944 18 9 , 17 3 ) 3 2 ( 9 , 17 9 , 17 = = = = x t x r y 24. 0.0888 100% 8.88 9944 , 0 0883 , 0 % 100 9944 , 0 0078 , 0 % 100 = = = × = = x x y KTG KK %

a. Jika KK besar, minimal 10% pada kondisi homogen dan 20% pada kondisi heterogen, uji yang baik digunakan adalah uji duncan, karena uji ini paling teliti

(61)

b. Jika KK sedang, antara 5% – 10% pada kondisi homogen dan antara 10% - 20% pada kondisi heterogen. Uji lanjutan yang baik adalah BNT (beda nyta terkecil)

c. Jika KK kecil, maksimal 5% pada kondisi homogen dan maksimal 10% pada kondisi heterogen. Uji yang baik digunakan adalah BNJ (beda nyata jujur) 25. BNTα = tα (dbgalat) x ulangan KTG × 2

Pengurutan nilai dari terkecil hingga terbesar : A1 B1 : 0,79 A1 B2 : 0,93 A2 B2 : 1,07 A1 B3 : 1.10 A2 B2 : 1.17 A2 B3 : 1.27 a.BNT0,05 = t0,05 (12) x 3 0078 . 0 2× = 2.179 x 0,07211 = 0.1570 b. BNT0,01 = t0,01 (12) x 3 0078 . 0 2× = 3,055 x 0.7211 = 0.220

(62)

26. Tabel Notasi

Tabel 4. Tabel Notasi Ketebalan Nata De Coco

Perlakuan Rata - Rata Taraf

5% 1% A1 B1 0,79 a A A1 B2 0,93 b B A2 B2 1,07 bc C A1 B3 1.10 d D A2 B2 1,17 e E A2 B3 1.27 f F

(63)

Lampiran 2. Analisis Berat Jenis Nata De Coco

Tabel 5. Hasil Pengamatan Berat Jenis Nata De Coco

Sumber : Data Primer Setelah Diolah (2009)

Tabel 6. Hasil Rata-Rata Pengamatan Berat Jenis Nata De Coco

Perlakuan Faktor A Jumlah Rata-rata A1 A2 B1 3.88 3.34 7.22 1.20 B2 3.55 3.26 6.81 1.13 B3 3.40 3.47 6.87 1.15 Total 10.83 10.07 6.90 3.48 Rata-rata 1.20 1.12 20.9 Sumber : Data Primer Setelah Diolah (2009)

Keterangan :

A1 : Pemeraman Air Kelapa Selama Satu Hari

A2 : Pemeraman Air Kelapa Selema Dua Hari

B1 : Penambahan Gula 1%

B2 : Penambahan Gula 2%

B3 : Penambahan Gula 3%

Perlakuan Ulangan Jumlah Rata-rata

1 2 3 A1 B1 1.32 1.34 1.22 3.88 1.29 B2 1.22 1.21 1.13 3.55 1.18 B3 1.24 1.17 1.09 3.40 1.13 A2 B1 1.08 1.19 1.07 3.34 1.11 B2 1.01 1.25 1.00 3.26 1..08 B3 1.17 1.18 1.12 3.47 1.16 Jumlah 7.04 7.34 6.63 20.9 6.95

Gambar

Tabel  1.  Komponen  Kimia  Air  Kelapa  yang  Bermanfaat  Bagi  Pertumbuhan                            Bakteri Acetobacter Xylinum
Gambar 1. Bagan Alir Pembuatan Nata de coco (Pambayun, 2002).
Diagram 1. Rata-Rata Faktor A Terhadap Kecepatan Terbentuknya Selulosa
Diagram 2. Rata-Rata Faktor B Terhadap Kecepatan Terbentuknya Selulosa
+7

Referensi

Dokumen terkait

pengetahuan para pakar, sehingga para peternak dapat mengetahui cara membudidayakan bibit unggul pada ternak sapi dan kambing mereka, tetapi sistem pakar tidak dapat

Dari data diatas dan latar belakang yang sudah di jelaskan diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Analisis Pengaruh Penggunaan KTM Plus Terhadap

Crook (1998) pula menyatakan bahawa integrasi yang positif antara pendidikan dan komputer secara tidak langsung telah mengiktiraf kepentingan komputer dalam proses pengajaran

Terdapat pengaruh yang signifikan dari penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) terhadap hasil belajar siswa pada materi passing bola basket

Analisis dilakukan untuk mengetahui siapa saja tokoh yang berperan dalam. jalan cerita serta yang mendukung gambaran kepribadian

Berdasarkan dari rumusan masalah dan hasil penelitian mengenai pengaruh peningkatan kemampuan gerak motorik kasar anak tunagrahita (downdyndrome) di SLB C Negeri Tulungagung

Pembelajaran Praktikum Berbasis Inkuiri Melalui Pemodelan, Perancangan dan Implementasi (MPPBI-PPI) Untuk Meningkatkan Kompetensi Calon Guru Biologi dengan tujuan jangka

Temuan - Hasil yang diperoleh adalah atribut produk, citra merek, dan harga jual berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian pelanggan Bangkok Fashion Cell