• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab II Tinjauan Pustaka. 2.1 Konsep Pendidikan Pasien dan Keluarga (PPK) Definisi Pendidikan Pasien dan Keluarga (PPK)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Bab II Tinjauan Pustaka. 2.1 Konsep Pendidikan Pasien dan Keluarga (PPK) Definisi Pendidikan Pasien dan Keluarga (PPK)"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

Bab II Tinjauan Pustaka 2.1Konsep Pendidikan Pasien dan Keluarga (PPK)

2.1.1 Definisi Pendidikan Pasien dan Keluarga (PPK)

Pendidikan pasien merupakan proses membantu pasien dengan cara memberikan pengajaran tentang perilaku kesehatan agar pasien tersebut dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari untuk mencapai kesehatan yang optimal dan kemandirian dalam perawatan dirinya (Bastable, 2002). Potter dan Perry (2005) menjelaskan bahwa pasien dan keluarga memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan kesehatan agar mereka mampu membuat keputusan sehubungan dengan kesehatan dan gaya hidupnya. Pemberian pendidikan kesehatan yang efektif penting dalam asuhan kesehatan yang diberikan kepada pasien berfungsi untuk menurunkan jumlah klien ke rumah sakit dan meminimalkan penyebaran penyakit yang dapat dicegah.

KARS (2011) menjelaskan bahwa Pendidikan Pasien dan Keluarga (PPK) merupakan pemberian pengetahuan yang diperlukan oleh pasien dan keluarga selama proses asuhan maupun pengetahuan yang dibutuhkan setelah pasien dipulangkan (discharge)ke pelayanan kesehatan lain atau ke rumah. Pendidikan yang diberikan juga mencakup informasi sumber-sumber di komunitas untuk tambahan pelayanan dan tindak lanjut apabila diperlukan, serta bagaimana akses ke pelayanan emergensi bila dibutuhkan. Asiri, Bawazir, dan Jradi (2013) menjelaskan bahwa Pemberian informasi kepada pasien dan keluarga merupakan cara yang paling efektif untuk mendorong pasien dan keluarga menerapkan gaya

(2)

hidup sehat dalam kehidupannya. Penerapan gaya hidup sehat tidak hanya membantu dalam pencegahan penyakit saja, tetapi juga dapat mengurangi resiko komplikasi sebagai hasil dari penyakit yang diderita pasien tersebut.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pemberian Pendidikan Pasien dan Keluarga (PPK) merupakan hak yang dimiliki oleh pasien dan keluarga agar mereka mampu membuat keputusan sehubungan dengan masalah kesehatan yang mereka hadapi dan gaya hidup mereka sesuai dengan masalah kesehatannya. Pendidikan pasien dan keluarga dilakukan dengan memberikan pengetahuan tentang perilaku kesehatan selama proses asuhan maupun setelah pasien dipulangkan (discharge) ke pelayanan kesehatan lain atau ke rumah.

2.1.2 Tujuan Pendidikan Pasien dan Keluarga(PPK)

American Nurses Association (ANA) menjelaskan bahwa perawat perlu memberikan pendidikan kesehatan agar pasien dapat menerima informasi tentang perawatan kesehatan dengan cara yang menyenangkan dan dilakukan di tempat yang tidak asing baginya. Pendidikan pasien yang komprehensif memiliki tiga tujuan penting yaitu; pemeliharaan dan peningkatan serta pencegahan penyakit, perbaikan kesehatan, dan koping terhadap gangguan fungsi. Pemeliharaan dan peningkatan serta pencegahan penyakit mencakup manajemen stres, kebersihan, imunisasi, nutrisi, latihan, dan pemeriksaan kesehatan (misalnya tekanan darah, penglihatan, dan tingkat kolesterol). Perbaikan kesehatan mencakup informasi tentang penyakit dan kondisi pasien, lingkungan rumah sakit atau klinik, perawatan jangka panjang, dan keterbatasan yang dihasilkan dari penyakit atau pembedahan. Koping terhadap gangguan fungsi meliputi perawatan rumah

(3)

(medikasi, diet, aktivitas, dan alat bantu), rehabilitasi untuk fungsi tubuh yang tersisa (terapi fisik, terapi okupasi, dan terapi wicara), dan pencegahan komplikasi (Potter & Perry, 2005).

2.1.3 Manfaat Pendidikan Pasien dan Keluarga (PPK)

Pendidikan pasien telah menunjukkan potensinya untuk meningkatkan kepuasan pasien, memperbaiki kualitas kehidupan, efektif mengurangi komplikasi penyakit, menurunkan ansietas, dan memaksimalkan kemandirian dalam melakukan aktivitas sehari-hari, dan memberikan jaminan terhadap perawatan pasien (Bastable, 2002; Farzianpour, 2014). Potter dan Perry (2005) menjelaskan bahwa rancangan pengajaran yang baik, rencana pengajaran yang komprehensif dan yang sesuai dengan kebutuhan pembelajaran klien akan menurunkan biaya perawatan, meningkatkan kualitas perawatan, dan dapat membantu klien mencapai tingkat kesehatan yang optimal serta meningkatkan kemandirian.

2.1.4 Media Pendidikan Pasien dan Keluarga (PPK)

Media pendidikan kesehatan disebut juga dengan alat bantu pendidikan (Audio Visual Aids/AVA). Mahfoedz dan Suryani (2008) menjelaskan bahwa media pendidikan kesehatan merupakan alat yang dapat membantu mempermudah proses penerimaan pesan (informasi) kesehatan bagi pasien maupun keluarga. Di rumah sakit media penyampaian pendidikan kesehatan yang dapat digunakan adalah; booklet, leaflet, flyer dan poster. Booklet adalah media penyampaian pesan dalam bentuk buku berisi tulisan, gambar maupun keduanya. Leaftlet merupakan media penyampaian pesan berbentuk lembaran yang dilipat isi pesannya tulisan, gambar maupun keduanya. Flyer media ini hampir sama seperti leflet namun tidak

(4)

dalam bentuk lipatan. Poster merupakan bentuk media cetak yang berisi pesan-pesan/informasi kesehatan, biasanya ditempel ditembok-tembok, papan mading, dan tempat umum.

2.1.5 Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pendidikan Pasien Dan Keluarga (PPK)

Nursalam dan Effendi (2008), dan Glanz, Rimer, dan Viswanath (2008) menjelaskan bahwa faktor predisposisi dari pendidikan kesehatan mencakup pengetahuan dan sikap, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, daya tanggap, dan struktur kekuasaan. Kelo, Martikainen, dan Eriksson (2013) juga mendukung pernyataan diatas bahwa pemberian pendidikan pasien dan keluarga didasarkan pada pengetahuan pasien dan keluarga tentang penyakitnya, tindakan yang telah dilakukan pasien dan keluarga dalam mengatasi masalah kesehatannya, pengalaman tekait dengan kondisi yang dialami pasien, dan sikap pasien dan keluarga tersebut dalam mengambil keputusan terkait masalah kesehatan yang dialami oleh pasien.

Bastable (2002) menjelaskan bahwa faktor yang mempengaruhi pemberian pendidikan kesehatan pada pasien dan keluarga berasal dari perawat dan pasien itu sendiri. Faktor yang berasal dari perawat meliputi pengetahuan, keterampilan, dan motivasi perawat dalam memberikan pendidikan kesehatan. Faktor yang berasal dari pasien mencakup stres akibat penyakit yang dideritanya, lingkungan yang kurang mendukung dan motivasi dari pasien itu sendiri.

(5)

2.1.6 Peran Perawat Dalam Pemberian Pendidikan Pasien dan Keluarga (PPK)

Karlsen (1997) dan Kruger (1991 dalam Jones, 2010) menjelaskan bahwa perawat sendiri mengakui pendidikan kesehatan merupakan komponen penting dari perawatan pasien. Penelitian ini menunjukkan bahwa perawat melihat pendidikan pasien sebagai prioritas dan melihatnya sebagai sama pentingnya dengan kegiatan perawatan lainnya. Perawat memberikan Pendidikan Pasien dan Keluarga (PPK) sesuai dengan 6 standar yang telah ditetapkan oleh Joint Commission International(KARS, 2011).

Standar PPK.1 menjelaskan tetang rumah sakit menyediakan pendidikan untuk menunjang partisipasi pasien dan keluarga dalam pengambilan keputusan dan proses pelayanan. Setiap rumah sakit mengembangkan/memasukkan pendidikan kedalam proses asuhan berbasis misi, jenis pelayanan yang diberikan dan populasi pasien.Pendidikan direncanakan untuk menjamin bahwa setiap pasien diberikan pendidikan sesuai kebutuhannya.

Standar PPK.2 menjelaskan tetang dilakukannya pengkajian pendidikan masing-masing pasien dan dicatat di rekam medisnya. Proses pemberian pendidikan pada pasien dimulai dengan melakukan pengkajian kebutuhan pembelajaran pasien. Hal ini mencakup pengkajian terhadap kebutuhan informasi dan kemampuan (skill) yang berkaitan dengan masalah kesehatan yang dialami oleh pasien (Bastable, 2002; Jones, 2010). Pasien dan keluarga juga belajar tentang hak mereka untuk berpartisipasi pada proses pelayanan. Pendidikan yang diberikan juga sebagai bagian dari proses memperoleh informed concent untuk

(6)

pengobatan dan didokumentasikan di rekam medis pasien. Pada standar ini juga harus dilakukan pengkajian kemampuan dan kemauan belajar pasien dan keluarga. Hal ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan pasien dan keluarga serta mengetahui kesediaan pasien dan keluarga untuk menerima informasi.

Standar PPK.3 menjelaskan tentang pendidikan dan pelatihan membantu pemenuhan kebutuhan kesehatan berkelanjutan dari pasien. Informasi kesehatan umum diberikan rumah sakit, atau oleh sumber dikomunitas, dapat dimasukkan bila membuat resume kegiatan harian setelah pasien pulang, praktik pencegahan yang relevan dengan kondisi pasien atau sasaran kesehatannya, serta informasi untuk mengatasi penyakit atau kecacatannya yang relevan dengan kondisi pasien.

Standar PPK.4 menjelaskan tentang pemberian pendidikan pasien dan keluarga termasuk topik-topik berikut ini, terkait dengan pelayanan pasien: penggunaan obat yang aman, penggunaan peralatan medis yang aman, potensi interaksi antara obat dengan makanan, pedoman nutrisi, manajemen nyeri, dan teknik-teknik rehabilitasi. rumah sakit menggunakan materi dan proses pendidikan pasien yang standar paling sedikit pada topik tentang penggunaan obat-obatan yang didapat dari pasien secara efektif dan aman (bukan hanya obat yang dibawa pulang) termasuk potensi efek samping obat, penggunaan peralatan medis secara efektif, potensi interaksi antara obat yang diresepkan dengan obat lain (termasuk OTC/over the counter) serta makanan, diet dan nutrisi, manajemen nyeri, dan teknik rehabilitasi.

Standar PPK.5 menjelaskan tentang metode pemberian pendidikan mempertimbangkan nilai-nilai dan pilihan pasien dan keluarga, dan

(7)

memperkenankan interaksi yang memadai antara pasien, keluarga dan staf agar terjadi pembelajaran. Pasien dan keluarga didorong berpartispasi dalam proses pelayanan dengan memberikan kesempatan untuk memberikan pendapat dan mengajukan pertanyaan kepada staf untuk meyakinkan pemahaman yang benar dan mengantisipasi partisipasi. Kesempatan berinteraksi dengan staf, pasien, dan keluarga mengijinkan umpan balik untuk menjamin bahwa informasi dipahami, bermanfaat,dan dapat digunakan. Rumah sakit memutuskan kapan dan bagaimana pendidikan secara verbal diperkuat dengan materi secara tertulis untuk meningkatkan pemahaman dan memberi rujukan (referensi) pendidikan dimasa yang akan datang.

Standar PPK.6 menjelaskan tentang tenaga kesehatan yang memberi pelayanan pasien berkolaborasi dalam memberikan pendidikan. Dalam memberikan pendidikan pasien, perawat selalu berkomunikasi dengan tenaga kesehatan lainnya untuk menentukan informasi yang dibutuhkan oleh pasien dan keluarga (Sayin & Aksoy, 2012). Pengetahuan tentang subjek yang diberikan, waktu tersedia yang adekuat, dan kemampuan berkomunikasi secara efektif adalah pertimbangan yang penting dalam pemberian pendidikan yang efektif (KARS, 2011).

Pelaksanaan Pendidikan Pasien dan Keluarga (PPK) di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan mengikuti standar yang telah ditetapkan oleh KARS dan tercantum dalam Strandar Prosedur Operasional (SPO). Berikut ini Standar prosedur Operasional Pendidikan Pasien dan Keluarga di RSUP H. Adam Malik Medan.

(8)

2.2Konsep Kepuasan Pasien 2.2.1 Definisi Kepuasan Pasien

Kepuasan adalah reaksi emosional terhadap kualitas pelayanan yang dirasakan. Kualitas pelayanan ini bentuk dari pendapat menyeluruh dan sikap yang diperlihatkan terhadap pelayanan yang diberikan. Dengan kata lain, kepuasan pasien adalah kualitas pelayanan yang dipandang dari kepentingan pasien itu sendiri (Anjaryani, 2009).

Pohan (2006) menjelaskan bahwa kepuasan pasien adalah suatu tingkat perasaan pasien yang timbul akibat dari kinerja layanan kesehatan yang diperolehnya setelah pasien membandingkan dengan apa yang diharapkannya. Semakin besar kekurangan dari hal yang dibutuhkan, maka semakin besar rasa ketidakpuasan. Dengan demikian dapat pula diartikan bahwa, semakin tinggi selisih antara kebutuhan pelayanan kesehatan yang bermutu dengan pelayanan yang telah diterimanya, maka semakin tinggi pula terjadinya rasa ketidakpuasan pasien (Waluyo, 2010).

Haryanti dan Hadi (2000 dalam Anjaryani, 2009) menjelaskan bahwa ada dua teori dalam memahamikepuasan pada konsumen dalam hal ini terhadap pasien yaitu the expectancy disconfirmation model dan equity theory.The expectancy disconfirmation model (kepuasan atau ketidakpuasan konsumen) adalah hasil perbandingan antara harapan dan prapembelian atau pemilihan atau pengambilan keputusan (prepurchase expectation) yaitu keyakinan kinerja yang diantisipasi dari suatuproduk atau jasa dan dibandingkan dengan hasil yang diperoleh.Equity theorydikemukakan oleh Stacy Adams tahun 1960, dua

(9)

komponen yang terpenting dari teori ini, yaitu apa yang di dapat (inputs) dan apa yang dikeluarkan (outcomes). Prinsip dari teori ini adalah bahwa orang akan merasa puas tergantung pada apakah ia merasa adil (equity) atau tidak atas suatu situasi. Jika input dan outputnya sama apabila dibandingkan dengan input dan output orang/jasa yang dijadikan perbandingan maka kondisi itu disebut puas (Anjaryani, 2009).

2.2.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Kepuasan Pasien

Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan pasien pada dasarnya dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu faktor yang berasal dari individu/ pasien dan faktor yang berada di luar individu. Faktor yang berasal dari individu berpengaruh terhadap bagaimana pasien mempersepsikan lingkungan. Faktor luar individu mencakup bagaimana pelayanan keperawatan dan fasilitas lain diberikan kepada pasien (Waluyo, 2010).

Beberapakarakteristik individu yang diduga menjadi faktor yang mempengaruhi tingkat kepuasan pasien adalah; pendidikan, umur, jenis kelamin, pekerjaan, kondisi ekonomi yang berhubungan dengan pemilihan kelas perawatan, lokasi rumah sakit terhadap pasien, jenis/diagnosa penyakit yang berhubungan dengan keparahan penyakit, lama perawatan, dan alasan memilih rumah sakit (Waluyo, 2010). Oroh (2014) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa ada hubungan antara jenis kelamin dan lama perawatan dengan tingkat kepuasan pasien rawat inap terhadap pelayanan keperawatan dan tidak ada hubungannya antara umur dengan tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan.

(10)

2.1. Skema alur proses pelayanan keperawatan terhadap kepuasan pasien

2.2.3 Pengukuran Tingkat Kepuasan Pasien

Pengukuran tingkat kepuasan bertujuan untuk mengetahui sejauh mana dimensi-dimensi mutu pelayanan kesehatan yang diberikan dapat memenuhi harapan pasien (Pohan, 2006). Parasuraman, et al (1990 dalam Waluyo, 2010) menjelaskan bahwa dimensi yangmempengaruhi kualitas pelayanan terdiri dari ketanggapan (responsiveness), kehandalan (reliability), jaminan (assurance), kepedulian (emphaty), dan bukti langsung (tangibles). Ketanggapan (responsiveness), sehubungan dengan kesediaan dan kemampuan para karyawan untuk membantu para pasien dan merespon permintaan mereka dengan tanggap, serta menginformasikan jasa secara tepat. Kehandalan (reliablility) berkaitan

Outcome Kepuasan Input Karakteristik pasien rawat inap :  Umur  Jenis kelamin  Pendidikan  Pekerjaan  Penghasilan  Jenis penyakit  Kelas perawatan  Lama perawatan Output Pelayanan prima untuk pasien rawat inap Proses Pelayanan perawat

(11)

dengan kemampuan memberikan pelayanan yang dijanjikan dengan segera, jujur, aman, tepat waktu, ketersediaan, akurat dan memuaskan. Keseluruhan aspek ini berhubungan dengan kepercayaan terhadap pelayanan dalam kaitannya dengan ketepatan waktu pelaksanaan tindakan. Jaminan (assurance) yakni mencakup pengetahuan, keterampilan, kesopanan, mampu menumbuhkan kepercayaan pasiennya. Jaminan juga berarti bahwa bebas bahaya, resiko dan keragu-raguan.Kepedulian (empathy) berarti kemudahan dalam melakukan hubungan komunikasi yang baik, perhatian pribadi dan memahami kebutuhan pasien sebagai pelanggan dan bertindak demi kepentingan pasien.Bukti fisik (tangibles), bukti langsung yang meliputi fasilitas fisik, perlengkapan dan material yang digunakan rumah sakit dan penampilan karyawan yang ada

2.3Hubungan Pendidikan Pasien dan Keluarga (PPK) Dengan Kepuasan Pasien

Kepuasan klien menjadi dasar untuk melaksanakan berbagai usaha peningkatan kualitas di rumah sakit. Tetapi, kebutuhan populasi individual yang unik mengharuskan profesi pelayanan kesehatan untuk melihat kepuasan pasien lebih rinci agar lebih memahami harapan-harapan klien. The picker/Commonwealth mengembangkan dimensi yang berpusat pada klien yang perlu mendapatkan perhatian rumah sakit dalam memberikan pelayanan keperawatan yang dapat meningkatkan kepuasan pasien. Salah satu dimensi yang harus dilihat adalah dimensi informasi, komunikasi dan pendidikan kesehatan (Potter & Perry, 2005).

(12)

Pendidikan pasien dan keluarga merupakan pemberian pengetahuan yang diperlukan oleh pasien dan keluarga selama proses asuhan maupun pengetahuan yang dibutuhkan setelah pasien dipulangkan (discharge)ke pelayanan kesehatan lain atau ke rumah (KARS, 2011). Pendidikan kesehatan yang efektif menjadi penting dalam asuhan keperawatan untuk menurunkan jumlah klien ke rumah sakit dan meminimalkan penyebaran penyakit yang dapat dicegah (Potter dan Perry, 2005). Rancangan yang baik, rencana pengajaran yang komprehensif, yang sesuai dengan kebutuhan pembelajaran klien akan menurunkan biaya perawatan, meningkatkan kualitas perawatan, dan membantu klien mencapai tingkat kesehatan yang optimal serta meningkatkan kemandirian. Topik-topik pendidikan kesehatan yang diberikan di rumah sakit meliputi: penggunaan obat-obatan yang didapat pasien secara efektif dan aman (bukan hanya obat yang dibawa pulang) termasuk potensi efek samping obat, penggunaan peralatan medis secara efektif dan aman, potensi interaksi antara obat yang diresepkan dengan obat lainnya serta makanan, diet dan nutrisi, manajemen nyeri, dan teknik-teknik rehabilitasi (KARS, 2011).

Kepuasan pasien sebagai salah satu tujuan pendidikan kesehatan merupakan bentuk/sikap dari hasil reaksi afeksi yang bersifat subjektif terhadap obyek yang menghasilkan penilaian dan bersumber dari pengalaman pasien. Penelitian Asiri, Bawazir, dan Jradi (2013) yang dilakukan di pusat pelayanan kesehatan primer di Riyadh menyatakan bahwa 80,5% pasien merasa puas dengan pemberian pendidikan pasien dan keluarga dari segi kualitas materi cetak yang diberikan, isi materinya, dan cara pemberiannya yang sesuai dengan kebutuhan

(13)

kesehatan pasien. Hal ini juga didukung oleh penelitian Mulyanasari (2014) yang menyatakan bahwa 53,3% pasien merasa puas dengan pendidikan kesehatan pada pelayanan home care yang diberikan perawat dengan tingkat pengetahuan perawat sedang. Pengukuran kepuasan pasien bertujuan untuk mengetahui sejauh mana dimensi-dimensi mutu pelayanan kesehatan yang diberikan oleh rumah sakit (Pohan,2006). Kepuasan pasien menurut Parasuraman, et al (1990 dalam Waluyo 2010) dapat diukur dengan 5 aspek yaitu ketanggapan (responsiveness), kehandalan (reliability), jaminan (assurance), kepedulian (emphaty), dan bukti langsung (tangibles).

Referensi

Dokumen terkait

Menghitung-hitung diri saat menjelang datangnya ramadhan menjadi sangat penting, sehingga setiap muslim akan mempunyai azam yang lebih kuat lagi untuk berupaya menggunakan

Pembentukan kabinet pada masa pemerintahan Jokowi-JK merupakan tantangan awal yang akan menentukan kinerja pemerintahan ini lima tahun yang akan datang. Dengan

“Kami selaku pimpinan, telah bermusyawarah dan selalu merapatkan strategi apa saja yang akan diadakan dalam program keagamaan, agar setiap tahunnya pembiasaan yang

 Upaya baik dan hasil kondusif untuk meningkatkan suasana akademik..  Etika profesi 

Metode penelitian yang digunakan adalah gabungan antara konsep lean manufacturing dengan menggunakan Quality Filter Mapping (QFM) dan Statistical Process Control (SPC)

observasi atau teknik lain dalam waktu dan situasi yang berbeda. Bila hasil yang keluar berbeda maka dilakukan lagi

BUKU IVA : PANDUAN PENGISIAN DOKUMEN KINERJA PROGRAM STUDI BUKU IVB : PANDUAN PENYUSUNAN LAPORAN EVALUASI DIRI PROGRAM STUDI BUKU VA : PEDOMAN PENILAIAN DOKUMEN KINERJA PROGRAM

Penyerahan alat yang berupa alat pembersih telur asin ini bertujuan untuk mengetahui daya kerja mesin pada kegiatan produksi telur asin secara nyata. Industri