• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. salah satu ancaman bagi kesehatan umat manusia di abad 21. WHO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. salah satu ancaman bagi kesehatan umat manusia di abad 21. WHO"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Diabetes Mellitus

Di antara penyakit degeneratif, Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit yang akan meningkat jumlahnya di masa datang. Diabetes Mellitus merupakan salah satu ancaman bagi kesehatan umat manusia di abad 21. WHO memperkirakan bahwa pada tahun 2000 jumlah pengidap Diabetes Mellitus di atas umur 20 tahun berjumlah 150 juta orang dan dalam kurun waktu 25 tahun kedepan, pada tahun 2025, jumlah itu akan membengkak menjadi 300 juta orang (Kumalasari, 2006). Meningkatnya prevalensi Diabetes Mellitus di negara berkembang diakibatkan oleh perubahan pola makan (Kadri, 2008).

Diabetes Mellitus terjadi karena kurangnya sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya disertai kelainan metabolik, menimbulkan berbagai komplikasi kronik di mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah (Federer, 1963). Salah satu penyakit sistemik yang banyak menyebabkan infertilitas adalah Diabetes Mellitus (Bashandy , 2007).

Insulin Dependent Diabetes Mellitus ( IDDM ) atau Diabetes Mellitus Tergantung Insulin (DMTI) disebabkan oleh destruksi sel β pulau Langerhans akibat proses autoimun. Sedangkan Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM) atau Diabetes Mellitus Tidak Tergantung Insulin (DMTTI) disebabkan kegagalan relatif sel β dan resistensi insulin. Resistensi insulin adalah turunnya kemampuan insulin untuk merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan perifer

(2)

dan untuk menghambat produksi glukosa oleh hati. Sel β tidak mampu mengimbangi resistensi insulin ini sepenuhnya, artinya terjadi defisiensi relatif insulin (Federer, 1963).

Diagnosis klinis Diabetes Mellitus mempunyai gejala khas polifagia, poliuria, polidipsia, dan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya (Kumalasari, 2006). Gejala lain yang mungkin dikeluhkan adalah rasa lemah, kesemutan, gatal-gatal, mata kabur dan disfungsi ereksi pada pria. Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa dengan metode enzimatik digunakan sebagai patokan penyaring dan diagnosis Diabetes Mellitus. Bila didapatkan kadar glukosa darah sewaktu ≥ 200 mg/dI dan kadar glukosa darah puasa ≥ 126 mg/dI sudah cukup untuk menegakkan diagnosis Diabetes Mellitus (Kumalasari, 2006).

Makanan yang masuk ke dalam tubuh kita, diabsorbsi oleh darah. Dalam bentuk glukosa oleh kerja insulin, glukosa dibawa ke hati dan disimpan berupa glikogen. Pada kondisi Diabetes Mellitus terjadi gangguan fungsi insulin sehingga glukosa menumpuk di aliran darah. Keadaan ini disebut sebagai hiperglikemi (Chandrashekaret al., 2009).

Hiperglikemi dan defisiensi insulin mampu mempengaruhi struktur maupun fungsi jaringan, termasuk struktur protein sel. Hiperglikemi akan meningkatkan Reactive Oxygen Spesies(ROS). (Hayatiet al., 2005). Peningkatan sintesa glukose 6-fosfat dan dilanjutkan dengan peningkatan produksi fruktose 1,6-bisfosfat akan mendorong peningkatan sintesa glukosamine, dihidroksiaseton dan gliseraldehide. Peningkatan dehidrooksiaseton akan diikuti dengan peningkatan gliserol 3-fosfat, diasilgliserol (DAG) dan aktivasi Protein Kinase C

(3)

(PKC), seterusnya meningkatkan produksi ROS. Peningkatan sintesa gliseraldehide 3-fosfat diikuti dengan peningkatan produksi enediol, 1,3-bisfosfogliserat dan metiglioksal. Pembentukan enediol akan diikuti pembentukan α-ketoaldehid, sedangkan peningkatan 1,3-bisfosfogliserat akan diikuti dengan peningkatan pembentukan piruvat, sedangkan peningkatan metilglioksal akan meeningkatkan proses glikasi. Baik α-ketoaldehid, piruvat dan proses glikasi akan meningkatkan pembentukan ROS. Hal ini merupakan salah satu penjelasan yang dapat menerangkan pengaruh hiperglikemi pada jaringan maupun sel (Hayati et al., 2005).

2.2.Infertilitas Pada Diabetes Melitus

Diabetes mellitus juga mempengaruhi fungsi reproduksi pria pada berbagai tahap sebagai akibat efeknya terhadap proses spermatogenesis , maupun pengaruhnya dalam menimbulkan disfungsi ereksi (Sudoyo, 2006).

Stres oksidatif yang terjadi pada Diabetes Mellitus berkaitan erat dengan infertilitas karena memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap disfungsi sperma (Christina, 2005). Sebanyak 40,88% pasien pria yang infertil memiliki sperma dengan kadar ROS yang tinggi. Pembentukan ROS sebenarnya merupakan proses tubuh, namun apabila terjadi peningkatan yang berlebihan maka akan dapat berpengaruh negatif terhadap tubuh yaitu menurunnya sistem penetralan dan pembuangan radikal bebas. Beberapa ROS yang berperan dalam reproduksi adalah Superoksida (O2-), Hidrogen Peroksida (H2O2), Peroksil ( ROO-), Hidroksil (OH-), dan Nitrit Oksida (NO) (Fauzi, 2008). Pembentukan ROS yang

(4)

radikal bebas. Peningkatan stress oksidatif akan menyebabkan terjadinya proses autooksidasi glukosa dan berbagai substrat lain seperti asam amino. Peningkatan stress oksidatif juga akan meningkatkan proses glikasi protein yang kemudian berlanjut dengan meningkatnya produk glikasi lanjut (David et al.,2007). Ada pengaruh antara produk glikasi lanjut dan Reactive Oxygen Spesies (ROS). Produk glikasi lanjut akan memfasilitasi pembentukan ROS, sebaliknya ROS akan memfasilitasi pembentukan produk glikasi lanjut. ROS akan merusak lipid dan protein melalui proses oksidasi, cross linking dan fragmentasi. ROS berpotensi toksik terhadap kualitas dan fungsi sperma. Spermatozoa mudah terserang oleh induksi stres oksidatif karena dalam membran plasmanya banyak mengandung asam lemak tak jenuh rantai ganda (Davidet al.,2007).

Stres oksidatif merusak integritas DNA di inti spermatozoa, akan menginduksi terjadinya apoptosis sel. Apoptosis adalah kematian sel terprogram dimana proses ini merupakan proses fisiologis yang ditentukan oleh perubahan morfologi dan biokimia sel. Proses ini diregulasi oleh faktor intrinsik dan ekstrinsik, dan dapat dirangsang oleh berbagai stimulus. Faktor ekstrinsik yang paling potensial pada apoptosis sel di testis adalah radiasi, kemoterapi, dan toksin seluler (Christina, 2005).

Peningkatan ROS merusak membran mitokondria dan menghilangkan fungsi potensial membran mitokondria sehingga menginduksi terjadinya apoptosis (Mansjoer et al., 2000). Pada pria infertil ditemukan adanya peningkatan apoptosis sel, yang pada akhirnya menyebabkan turunnya jumlah spermatozoa (Christina, 2005).

(5)

Stres oksidatif berperan sebagai mediator kerusakan membran plasma, sehingga mengurangi fungsi spermatozoa. Stres oksidatif menginduksi kerusakan DNA yang mempercepat apoptosis sel epitel germinal, sehingga menurunkan hitung jumlah spermatozoa dan menyebabkan perubahan morfologi spermatozoa (Alwi et al.,2007). Energi untuk motilitas spermatozoa disuplai dalam bentuk adenosin trifosfat yang disintesis oleh mitokondria di leher sperma. Sehingga apabila terjadi kerusakan pada membran mitokondria akan mengganggu motilitas spermatozoa.

2.3. Fisiologi Reproduksi Tikus Jantan

Sistem reproduksi tikus jantan terdiri atas testis dan skrotum, epididimis dan vas deferens, sisa kelenjar ekskretori pada masa embrio yang berfungsi untuk transport sperma, kelenjar asesoris, uretra dan penis. Selain uretra dan penis, semua struktur ini berpasangan (Rugh, 1967).

2.3.1.Testis

Testis ditutupi dengan jaringan ikat fibrosa, tunika albuginea, bagian tipisnya atau septa akan memasuki organ membentuk lobus yang mengandung tubulus disebut tubulus seminiferus. Bagian tunika memasuki testis dan bagian arteri testikular yang masuk disebut sebagai hilus. Arteri memberi nutrisi setiap bagian testis, dan kemudian akan kontak dengan vena testiskular yang meninggalkan hilus (Rugh, 1967).

Epitel tubulus seminiferus berada tepat di atas membran basalis yang dikelilingi oleh jaringan ikat fibrosa yang tipis. Antara tubulus terdapat stroma interstisial, dimana terdapat sel leydig ataupun sel sertoli dan kaya akan pembuluh

(6)

darah dan cairan limfe. Sel interstisial testis mempunyai inti bulat yang besar dan mengandung granul yang kasar dengan sitoplasma bersifat eosinofilik. Diketahui bahwa jaringan interstisial sel leydig mensintesa androgen. Epitel seminiferus tidak mengandung sel spermatogenik secara eksklusif, tetapi mempunyai nutrisi yang menjaga sel sertoli, yang tidak dijumpai di tubuh lain. Sel sertoli bersentuhan dengan dasarnya ke membran basalis dan menuju lumen tubulus seminiferus. Di dalam inti sel sertoli terdapat nukleolus yang banyak, pada sentralnya terdiri atas badan yang bersifat asidofilik dan sisanya di perifer bersifat basidofilik. Sel sertoli diperkirakan mempunyai banyak bentuk tidak teratur . Pada masa istirahat berhubungan dekat dengan membran basalis dan inti ovalnya paralel dengan membran. Sel sertoli sebagai sel penyokong untuk perubahan spermatid menjadi spermatozoa. Spermatozoa matang, panjang, piramid dan intinya berada tegak lurus dengan membran basalis. Sitoplasma dekat lumen secara umum mengandung banyak kepala spermatozoa yang matang sedangkan ekornya berada bebas dalam lumen (Rugh, 1967).

2.3.2. Spermatogenesis

Sel germinal primordial tikus jantan muncul sekitar 8 hari kehamilan, dengan jumlah hanya 100, yang merupakan awal dari jutaan spermatozoa yang akan diproduksi dan masih berada di daerah ekstra gonad. Karena sel germinal kaya akan alkalin fosfatase untuk mensuplai energi pergerakannya melalui jaringan embrio, maka sel germinal dapat dikenal dengan teknik pewarnaan. Pada hari ke 9 dan 10 kehamilan sebagian mengalami degenerasi dan sebagian lain mengalami proliferasi dan bahkan bergerak (pada hari ke 11 dan 12) ke daerah genitalia. Pada

(7)

saat itu jumlahnya mencapai sekitar 5000 dan identifikasi testis dapat dilakukan. Proses proliferasi dan differensiasi berlangsung di daerah medulla testis. Pada kasus steril, kehilangan sel germinal berlangsung selama perjalanan dari bagian ekstra gonad menuju daerah genitalia. Menuju akhir masa fetus, aktivitas mitosis sel germinal primordial dalam bagian genitalia berkurang dan beberapa sel mulai degenerasi menjelang hari ke-19 kehamilan. Tidak berapa lama setelah kelahiran, sel tampak lebih besar, yaitu spermatogonia. Setelah itu akan ada spermatogonia dalam testis tikus sepanjang hidupnya. Ada 3 jenis spermatogonia : tipe A, tipe intermediate dan tipe B (Rugh, 1967).

Tipe A adalah induk stem cell yang mampu mengalami mitosis sampai menjadi spermatozoa. Spermatogonia tipe A yang paling besar dan mengandung inti kromatin yang mirip partikel debu halus dan nukleolus kromatin tunggal terletak eksentrik. Kromosom metafasenya panjang dan tipis. Dapat meningkat, melalui spermatogonia intermediate menjadi spermatogonia B yang lebih kecil, lebih banyak, dan mengandung inti kromatin serpihan kasar di atas atau dekat permukaan dalam membran inti. Terdapat plasmosom mirip nukleolus yang terletak di tengah. Kromosom metafase biasanya pendek, bulat, dan mirip kacang. Spermatogonia tipe B membelah dua untuk meningkatkan jumlahnya atau berubah menjadi spermatosit primer, diperkirakan lamanya dari metafase spermatogonia menjadi profase meiosis sekitar 3 sampai 9 hari, menuju metafase kedua selama 4 hari atau kurang, dan menuju spermatozoa imatur selama 7 hari atau lebih. Maka, waktu dari metafase spermatogonia menjadi spermatozoa imatur paling sedikit 10 hari (Rugh, 1967).

(8)

Sel tipe A pertama kali muncul 3 hari setelah kelahiran. Ketika jumlahnya meningkat, sel germinal primordial yang merupakan asalnya dan kemudian berada di samping membran dasar, akan berkurang jumlahnya. Pembelahan meiosis dalam testis mulai 8 hari setelah kelahiran. Tanda pertama bahwa spermatogonia B akan metamorfosis menjadi spermatosit primer adalah pembesaran dan bergerak menjauhi membran dasar. Spermatosit primer membelah menjadi 2 spermatosit sekunder yang lebih kecil, yang kemudian membelah menjadi 4 spermatid. Mereka mengalami metamorfosis radikal menjadi spermatozoa matur dengan jumlah yang sama, kehilangan sitoplasmanya dan berubah bentuk (Rugh, 1967).

Antara tahap spermatosit primer dan sekunder, materi kromatin harus membelah. Sintesa premeiotik DNA terjadi di spermatosit primer selama fase istirahat dan berakhir sebelum onset profase meiosis, rata-rata selama 14 jam. Tidak ada pembentukan DNA terjadi pada tahap akhir spermatogenesis. Proses spermatogenesis tikus pada dasarnya sama dengan mamalia lain. Satu siklus epitel seminiferus selama 207±6 jam, dan 4 siklus yang mirip terjadi antara spermatogonia A dan spermatozoa matur. Produksi spermatozoa matur dari sel spermatogonia berlangsung 5 minggu pada tikus. Testis dan khususnya spermatozoa matur, merupakan sumber hyaluronidase terkaya, dan enzim ini efektif membubarkan sel cumulus sekitar ovum matur pada saat fertilisasi. Setiap spermatozoa membawa enzim yang cukup untuk membersihkan jalan melalui sel cumulus menuju matriks sel ovum. Bahan asam hialuronik semen cenderung

(9)

bergabung ke sel granulosa sel cumulus, agar kepala sperma dapat disuplai dengan enzim melimpah (Rugh, 1967).

2.3.3. Efek Stres Oksidatif terhadap Fungsi Reproduksi Tikus Jantan

ROS berpotensi toksik pada kualitas dan fungsi sperma. Spermatozoa mudah terserang oleh induksi stres oksidatif karena dalam membran plasmanya banyak terkandung asam lemak tak jenuh rantai ganda (Irawati, 2008). Selain merusak membran plasma, stress oksidatif juga dapat merusak integritas DNA pada nukleus spermatozoa. Kerusakan DNA ini pada akhirnya akan menginduksi terjadinya apoptosis sel. Apoptosis adalah kematian sel yang sudah terprogram dimana proses ini merupakan proses fisiologis yang ditentukan oleh perubahan morfologi dan biokimia sel yang menyebabkan sel tersebut mati. Proses ini diregulasi oleh faktor intrinsik dan ekstrinsik dan dapat dirangsang oleh berbagai stimulus. Pada apoptosis sel yang terjadi di testis, faktor ekstrinsik yang paling potensial adalah radiasi. kemoterapi, dan toksin seluler. Proses kematian sel ini memegang peranan penting dalam menentukan fertilitas pria. Pada pria infertil ditemukan adanya peningkatan apoptosis sel, yang pada akhirnya menyebabkan turunnya jumlah spermatozoa (Irawati, 2008).

Kemampuan ROS dalam menurunkan motilitas sperma menyebabkan penurunan fleksibilitas dan pergerakan ekor sperma. Peroksidasi lipid membran sel sperma ini dapat terjadi secara enzimatik dan nonenzimatik. Secara enzimatik melibatkan enzim NADPH-cytochrome P450 reductase dan bereaksi dengan kompleks perferryl (ADP-FE3+O2.-). Selain peroksidasi lipid, kerusakan langsung

(10)

mitokondria sperma oleh ROS yang menyebabkan penurunan ketersediaan energi juga menyebabkan penurunan motilitas sperma (Tremallen, 2008).

2.4.Morinda citrifoliaLinn (Mengkudu / Pace)

Sudah sejak zaman dahulu masyarakat Indonesia mengenal dan memakai tanaman berkhasiat obat sebagai salah satu upaya dalam penanggulangan masalah kesehatan yang dihadapinya. Pengetahuan tentang tanaman obat, merupakan warisan budaya bangsa berdasarkan pengalaman, pengetahuan dan keterampilan, yang secara turun-temurun diwariskan oleh generasi terdahulu kepada generasi berikutnya, termasuk generasi saat ini (Heyne, 1987).

Obat tradisional adalah obat yang telah terbukti oleh sekelompok masyarakat secara turun-temurun berguna untuk memelihara kesehatan atau untuk mengatasi gangguan kesehatan. Obat tradisional merupakan salah satu aset nasional yang hingga saat ini dimanfaatkan sebagai usaha pengobatan. Hal ini didukung oleh adanya sumber bahan obat tradisional yang melimpah di Indonesia dan mempunyai potensi yang cukup besar untuk digunakan dalam pengobatan dan pencegahan penyakit, peningkatan daya tahan tubuh, dan mengembalikan kesegaran tubuh. Penggunaan tanaman obat dapat berupa keseluruhan bagian tanaman atau hanya bagian-bagiannya seperti daun, buah, biji, akar, kulit dan batang (POM, 2001).

WHO merekomendasikan penggunaan obat tradisional termasuk herbal dalam pemeliharaan kesehatan masyarakat, pencegahan dan pengobatan penyakit, terutama untuk penyakit kronis, penyakit degeneratif dan kanker. WHO juga

(11)

mendukung upaya-upaya dalam peningkatan keamanan dan khasiat dari obat tradisional (WHO, 2002).

Ada beberapa tumbuhan obat termasuk sayuran dan buah-buahan yang berkhasiat sebagai hipoglikemik, yaitu zat yang dapat menurunkan kadar glukosa dalam darah. Salah satu tumbuhan obat tersebut adalah mengkudu (Morinda citrifolia Linn). Tumbuhan ini mempunyai mekanisme kerja dengan cara menstimulasi pankreas sehingga dapat berikatan dengan reseptor pada sel-sel β dan meningkatkan sekresi insulin dan menurunkan glukosa darah (Depkes RI, 2004 dalam Cristina , 2005).

Gambar 2.1.Morinda citrifoliaLinn

Morinda citrifolia Linn termasuk dalam Filum: Angiospermae, Sub filum: Dycotiledones, Divisi: Lignosae,Famili: Rubiaceae,Genus: Morinda, Spesies: Citrifolia. Dengan nama ilmiah:Morinda citrifolia Linn. Nama Lokal Mengkudu (Indonesia), Pace, Kemudu, Kudu (Jawa), Cengkudu (Sunda), Kodhuk(Madura), Wengkudu (Bali). Terdapat sekitar 80 spesies tanaman yang termasuk dalam genus Morinda. Menurut H.B. Guppy dalam Rock JF. (1913) , ilmuwan Inggris yang mempelajari Mengkudu sekitar tahun 1900, kira-kira 60 persen dari 80 spesies Morinda tumbuh di pulau-pulau besar maupun kecil, di antaranya Indonesia, Malaysia dan pulau-pulau yang terletak di Lautan India dan Lautan

(12)

Pasifik. Hanya sekitar 20 spesies Morinda yang mempunyai nilai ekonomis, antara lain: Morinda Bracteata, Morinda Officinalis, Morinda Fructus, Morinda Tinctoria dan Morinda citrifolia. Morinda citrifolia adalah jenis yang paling populer, sehingga sering disebut sebagai "Queen of The Morinda". Spesies ini mempunyai nama tersendiri di setiap negara, antara lain Noni di Hawaii, Nonu atau Nono di Tahiti, Cheese Fruit di Australia, Mengkudu / Pace di Indonesia dan Malaysia. Buah mengkudu secara keseluruhan merupakan makanan bergizi lengkap. Buah mengkudu mempunyai kandungan zat aktif, seperti yang tertera dalam tabel dibawah ini:

Tabel 2.1. Kandungan Zat Nutrisi dalam Mengkudu NO. Senyawa Mengkudu No. Senyawa Mengkudu

1. Xeronine 29. Alanine

2. Plant Sterois 30. Proline

3. Alizarin 31. Caratenoids

4. Lycine 32. Leucine

5. Sodium 33. Rubiadin

6. Caprylic Acid 34. Phospate 7. Arginine 35. Sitosterols 8. Proxeronie 36. Alkaloids 9. Antra quinines 37. Damnachantal 10, Trace Element 38. Ursolic acid 11. Phenylalanine 39. Histidine 12. Magnesium 40. Morindone 13. Saranjidiol 41. Asperuloside 14. Cafactors 42. Aspartate 15. Glutamate 43. Proxeronase 16. Nordamnachantal 44. Glucopyronase 17. Caproic acid 45. Serotonine Precursors 18. Multireseptor activators 46. Rubiadin Mme 19. Scolopetin 47. Carbonate 20. Mm MaR glucob 48. Tryptophane 21. Bioflavonoids 49. Clororubin

22. Cysteine 50. Tyrosine dan serine 23. Serotonine 51. Morindine

24. Terpenes 52. Glycoside

25. Enzymes 53. Metionene

26. Threonine 54. Morindadiol

27. Protein 55. Iron

28. Acetin glucob 56. Vitamins

(13)

Menurut hasil penelitian, selain mengandung zat-zat nutrisi, mengkudu juga mengandung zat aktif dan manfaatnya untuk kesehatan, seperti yang tertera dalam tabel dibawah ini:

Tabel 2.2. Kandungan Buah Mengkudu dan Manfaatnya untuk Kesehatan

No Kandungan Manfaat

1 Terpenoid - Membantu tubuh dalam proses

sintesis tubuh

- Pemulihan sel-sel tubuh 2 Zat anti bakteri

- Antrakuinon - Mendukung perawatan dan

- Acubin penyembuhan penyakit infeksi

-- Alizarin kulit, pilek, demam

3 Scolopetin - Anti peradangan dan anti alergi

- Mengatur tekanan darah menjadi normal

- Menstabilkan gula darah

4 Zat anti kanker - Menghambat rasa sakit

- Meningkatkan fungsi setiap sel - Mematikan jamur kulit, parasit

bakteri yang menimbulkan penyakit 5 XeroninedanProxeronine - Menghilangkan rasa sakit kepala,

otot syaraf

6 Asam Askorbat - Sebagai vitamin C

-Asam kaproat - Antioksidan

-Asam Kaprik -Asam Kaprilat

(Sumber: Solomon dalam Puji Rahayu, 2006)

2.4.1.Komposisi Kimia Buah Mengkudu

Buah mengkudu mengandung berbagai senyawa yang penting bagi kesehatan (Tabel 1 dan 2). Hasil penelitian membuktikan bahwa buah mengkudu mengandung senyawa metabolik sekunder yang sangat bermanfaat bagi

(14)

kesehatan, selain kandungan nutrisinya yang juga beragam seperti vitamin A, C, Niasin, Tiamin dan Riboflavin, serta mineral seperti zat besi, kalsium, natrium, dan kalium.

Beberapa jenis senyawa fitokimia dalam buah mengkudu adalah Terpen, Acubin,

Lasperuloside, Alizarin, Zat-Zat Antrakuinon, Asam Askorbat, Asam Kaproat, Asam Kaprilat, Zat-Zat Skopoletin, Damnakantal, dan Alkaloid (Anon 1997

dalam Pohan dan Antara 2001). Senyawa turunan Antrakuinon dalam mengkudu

antara lain adalah Morindin, Morindon dan Alizarin, sedangkan alkaloidnya

antara lain Xeronin dan Proxeronin (prekursor xeronin). Xeronin merupakan

alkaloid yang dibutuhkan tubuh manusia untuk mengaktifkan enzim serta mengatur dan membentuk struktur protein (Solomon ,1998).

Tabel 2.3. Komposisi Kimia buah Mengkudu dalam 100 gr bagian yang dapat dimakan. Komponen Kadar (%) Air 89,10 Protein 2,90 Lemak 0,60 Karbohidrat 2,20 Serat 3 Abu 1,20 Lain-lain 1 Sumber : Jonas (2000)

2.4.2.Efek Farmakologi Buah Mengkudu

Berbagai penelitian telah membuktikan adanya aktivitas antibakteri dari Mengkudu. Acubin, lasperuloside dan alizarin serta komponen antrakuinon lainnya terbukti mempunyai aktivitas antibakteri. Komponen-komponen tersebut

(15)

morgaii, Staphylococcusaureus, Bacillus subtilis, E. coli, Salmonella,dan Shigela

serta dapat digunakan sebagai obat pada infeksi kulit, flu (batuk), dan demam yang disebabkan oleh bakteri. Ekstrak buah matang menunjukkan aktivitas

antibakteri terhadapP.aeruginosa, M. pyrogenes, danE coli(Bushnelet al. dalam

Wanget al. 2002). Menurut Younoset al. (1990), ekstrak mengkudu mempunyai efek analgesik dan sedatif. Sifat analgesik dari ekstrak mengkudu bila dibandingkan dengan morfin, mencapai 75%. Selain itu belum ada laporan yang menyatakan adanya pengaruh ketergantungan (adiktif) dan efek samping dari jus buah mengkudu. Pada binatang percobaan, jus mengkudu dapat membuat binatang tersebut lebih toleran terhadap rasa sakit.

Ekstrak buah mengkudu pada berbagai konsentrasi dapat menghambat

produksitumor necrosis factor-alpha(TNF-a) yang merupakan promotor endogen

tumor (Hokama 1993; Asahina et al. dalam Wang et al., 2002). Hirazumi et al.

(1994) melaporkan bahwa jus mengkudu dapat menekan pertumbuhan kanker

Lewis Lung Carcinoma (LLC), yaitu nama sejenis kanker yang diinokulasikan ke dalam tikus percobaan melalui aktivitas sistem kekebalan tubuh inang. Hirazumi

et al. (1996) juga melaporkan bahwa jus buah mengkudu berfungsi sebagai imunomodulator yang mempunyai efek antikanker. Hal itu disebabkan jus mengkudu mengandung substansi kaya polisakarida yang menghambat pertumbuhan tumor. Kemungkinan jus mengkudu dapat menekan pertumbuhan tumor melalui aktivasi sistem kekebalan pada inang (Hirazumi dan Furuzawa 1999).

(16)

Beberapa peneliti telah melakukan pengujian aktivitas antioksidan buah mengkudu untuk mengetahui mekanisme efek pencegahan kanker. Hasil penelitian Wang dan Su (2001) membuktikan bahwa jus mengkudu sangat potensial untuk menghambat radikal bebas. Aktivitas antioksidan jus mengkudu dibandingkan dengan tiga jenis antioksidan yang sudah dikenal yaitu vitamin C, bubuk biji anggur dan piknogenol, yang diukur dengan menggunakan aktivitas

penghambatan Superoxide Anion Radicals (SAR), adalah 2,80x lebih kuat dari

vitamin C, 1,40x lebih besar dari Piknogenol, dan 1,10x lebih besar dari biji anggur.

Tabel 2.4. Kandungan Nutrisi dalam 100 gr buah Mengkudu

Jenis nutrisi Jumlah

Kalori (kal) 167 Vitamin A (IU) 395,83 Vitamin C (mg) 175 Niasin (mg) 2,50 Tiamin (mg) 0,70 Riboflavin (mg) 0,33 Besi (mg) 9,17 Kalsium (mg) 325 Natrium (mg) 335 Kalium (mg) 1,12 Protein (g) 0,75 Lemak (g) 1,50 Karbohidrat (g) 51,67 Sumber : Jones (2000)

Morinda citrifolia Linn adalah salah satu tanaman obat tradisional yang mengandung bahan aktif antioksidan (Agbaje et al., 2007). Morinda citrifolia Linn mengandung Selenium yang berfungsi penting untuk mengaktifkan glutation peroksidase, yaitu salah satu enzim yang sangat penting dalam tubuh yang menetralisir radikal-radikal bebas, terutama yang menyerang molekul lemak

(17)

(Endang, 2005; Halliwel, 2004), juga mengandung vitamin A dan vitamin C. Selain itu, Morinda citrifolia Linn juga mengandung berbagai komponen aktif yang penting bagi tubuh, seperti senyawa-senyawa terpenoid, damnacanthal, xeronine, proxeronine, anthraquinone,danscopoletin(Anton, 2008).

Menurut hasil penelitian Wang et al., (2001), Morinda citrifolia Linn mengandung zat nutrisi, mineral, dan mengandung zat aktif seperti antraquinon (anti bakteri dan jamur), damnacanthal (zat anti kanker), xeronin dan proxeronin (mengatur dan mengaktifkan sel), terpenoid (pemulihan sel-sel tubuh) . Adnyana, dkk 2004 dari Unit Bidang Ilmu Farmakologi-Toksikologi Farmasi FMIPA ITB Bandung telah melakukan penelitian Uji Aktivitas Antidiabetes Ekstrak Etanol 70% Buah Mengkudu (Morinda citrifoliaLinn) dengan menggunakan metode Uji Toleransi Glukosa Oral (UTGO) dan metode Diabetes Imbasan-Aloksan. Dari hasil penelitian tersebut, ternyata ekstrak etanol 70% buah mengkudu (Morinda citrifolia Linn) mampu menurunkan kadar glukosa darah pada tikus putih yang telah dibebani glukosa dan yang telah mendapat imbasan aloksan.

Penelitian Bambanget al., pada tahun 2005 membuktikan bahwa jus buah mengkudu mampu menurunkan laju pembentukan AGEs (Advanced Glycation End Products) dan berperan sebagai senyawa antioksidan (Agbajeet al.,2007).

Gambar

Gambar 2.1. Morinda citrifolia Linn
Tabel 2.1. Kandungan Zat Nutrisi dalam Mengkudu
Tabel 2.2. Kandungan Buah Mengkudu dan Manfaatnya untuk Kesehatan
Tabel 2.3.  Komposisi  Kimia  buah  Mengkudu  dalam  100  gr  bagian  yang dapat dimakan
+2

Referensi

Dokumen terkait

setelah menganalisis video pembelajaran, siswa dapat mengaitkan hubungan antara informasi yang didapat dari video tersebut dengan penerapan nilai-nilai Pancasila sila ke-1 dan

Sebelum digunakan, inkubator, wadah dan alat-alat untuk mengambil telur dicuci dengan alkohol 10%, sedangkan air yang digunakan diberi larutan Malachite green dengan

Alhamdulillah, puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah serta inayah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan

Kinerja Badan POM Dalam Angka Triwulan III Tahun 2017 33 Pelaksanaan kegiatan MDI sampai dengan TW III tahun 2017 adalah telah dilaksanakan implementasi tata kelola

(2) Dokumen pertanggungjawaban biaya sebagaimana pada ayat (1) terdiri dari : SPPD, bukti tanda terima pembayaran lumpsum oleh Pejabat Negara, Pegawai Negeri Sipil dan Pegawai

Hasil rapat gabungan wajib dituangkan dalam risalah yang ditandatangani oleh seluruh anggota Direksi dan Dewan Komisaris yang hadir dan disampaikan kepada seluruh

Pada bagian ini dijelaskan bahwa, jika pemberi kerja tidak mampu untuk membayar pekerjaan yang telah dilaksanakan selama lebih dari 28 hari, pemberi kerja dinyatakan bangkrut

Berikut tahap penyelesaian masalah yang dilakukan siswa: (a) Pada tahap memahami masalah siswa mampu menuliskan dan menyebutkan informasi pada masalah secara lengkap,