• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian dan Jenis-Jenis Proses Produksi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian dan Jenis-Jenis Proses Produksi"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

Gambar 1.1 Kerangka Konseptual

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritis

1. Pengertian dan Jenis-Jenis Proses Produksi a. Pengertian produksi

Mendefenisikan suatu hal merupakan langkah awal yang lazim sebelum melakukan pembahasan secara lebih mendalam untuk itu penulis akan menguraikan pengertian dari proses produksi menurut

(2)

pendapat beberapa ahli, masing-masing dari sudut pandangan yang digunakan sehingga lebih dapat dipahami.

Menurut Indriyo Gitosudarmo (2000:2) mengatakan bahwa ”Proses produksi adalah merupakan interaksi antara bahan dasar, bahan-bahan pembantu, tenaga kerja dan mesin-mesin serta alat-alat perlengkapan yang dipergunakan”.

Menurut Teguh Baroto (2002:13) “proses produksi adalah aktivitas bagaimana produk jadi dari bahan baku yang melibatkan mesin, energi, pengetahuan teknis, dan lain-lain”.

Menurut Arman Hakim Nasution (2003:1)”proses produksi, yaitu metode dan teknik yang digunakan dalam mengolah bahan baku menjadi produk”.

Produksi adalah suatu kegiatan yang menghasilkan output dalam bentuk barang maupun jasa. Contoh : pabrik batre yang memproduksi batu baterai, pabrik mutifa yang memproduksi obat-obatan, dan lain sebagainya. Pengertian produksi dapat diartikan sebagai usaha untuk menciptakan atau menambah faedah ekonomi suatu benda dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan manusia. Sedangkan orang, badan usaha, atau organisasi yang menghasilkan barang dan jasa disebut produsen.

Menurut Pandji Anoraga (2000:197) ”produksi nampaknya berkonotasi sebagai organisasi produk, yaitu aktivitas yang

(3)

menghasilkan barang, baik barang jadi maupun barang setengah jadi, bahan industri dan suku cadang, dan komponen-komponen”.

Dari beberapa definisi diatas dapat diketahui bahwa untuk menghasilkan barang atau jasa diperlukan usaha mendayagunakan masukan berupa tenaga kerja, bahan baku, dan peralatan. Perkembangan dari pada proses produksi menghasilkan banyak macam jenis-jenis proses produksi dalam perusahaan.

b. Jenis- Jenis proses produksi

Menurut Sofyan Assauri (1999:75) ada 2 jenis proses produksi : 1) Proses produksi yang terus-menerus (continuous processes) 2) Proses produksi yang terputus-putus (intermittent processes)

Sebenarnya perbedaan pokok antara kedua proses ini terletak pada panjang tidaknya waktu persiapan / mengatur (set up) peralatan produksi yang digunakan untuk memprodusir sesuatu produk atau beberapa produk tanpa mengalami perubahan. Sebagai contoh dapat dilihat apabila kita menggunakan mesin-mesin untuk dipersiapkan (set up) dalam memprodusir produk dalam jangka

(4)

waktu yang pendek, dan kemudian diubah atau dipersiapkan ( diset-up) kembali untuk memprodusir produk lain, maka dalam hal ini prosesnya terputus-putus tergantung dari produk yang dikerjakan. Proses yang terputus-putus disebut intermitten process / manufacturing. Dalam proses seperti ini terdapat waktu yang pendek (short run) dalam persiapan (set up) peralatan untuk perubahan yang tepat guna dapat menghadapi variasi produk yang berganti-ganti, misalnya terlihat dalam pabrik yang menghasilkan produknya untuk atau berdasarkan pesanan seperti : pabrik kapal, atau bengkel besi / las. Dalam contoh lain dapat dilihat adanya perusahaan pabrik-pabrik yang menggunakan mesin-mesin untuk dipersiapkan (set up) dalam memprodusir produk dalam jangka waktu yang panjang / lama, tanpa mengalami perubahan, maka dalam hal ini prosesnya terus-menerus selama jenis produk yang sama dikerjakan. Proses yang terus-menerus ini disebut continuous process / manufacturing. Dalam proses ini terdapat waktu yang panjang tanpa adanya perubahan-perubahan dari pengaturan dan penggunaan mesin serta peralatannya. Proses seperti ini terdapat dalam pabrik yang menghasilkan produknya untuk pasar (produksi massa) seperti pabrik susu atau pabrik ban.

Sifat-sifat atau ciri-ciri proses produksi yang terus-menerus (continuous process / manufacturing) ialah :

(5)

1) Biasanya produk yang dihasilkan dalam jumlah yang besar (produksi massa) dengan variasi yang sangat kecil dan sudah distandardisir.

2) Proses seperti ini biasanya menggunakan sistem atau cara penyusunan peralatan berdasarkan urutan pengerjaan dari produk yang dihasilkan.

3) Mesin-mesin yang dipakai dalam proses produksi seperti ini adalah mesin-mesin yang bersifat khusus untuk menghasilkan produk tersebut, yang dikenal dengan nama Special Purpose Machines. 4) Oleh karena mesin-mesinnya bersifat khusus dan biasanya agak

otomatis, maka pengaruh individual operator terhadap produk yang dihasilkan kecil sekali, sehingga operatornya tidak perlu mempunyai keahlian atau skill yang tinggi untuk pengerjaan produk tersebut.

5) Apabila terjadi salah satu mesin / peralatan terhenti atau rusak, maka seluruh proses produksi akan terhenti.

6) Oleh karena mesin-mesinnya bersifat khusus dan variasi dari produknya kecil maka job structurenya sedikit dan jumlah tenaga kerjanya tidak perlu banyak.

7) Persediaan bahan mentah dan bahan dalam proses adalah lebih rendah daripada intermitten process / manufacturing.

(6)

8) Oleh karena mesin-mesin yang dipakai bersifat khusus maka proses seperti ini membutuhkan maintenance specialist yang mempunyai pengetahuan dan pengalaman yang banyak.

9) Biasanya bahan-bahan dipindahkan dengan peralatan handling yang fixed (fixed path equipment) yang menggunakan tenaga mesin seperti ban berjalan (conveyer).

Sifat-sifat atau ciri-ciri dari proses produksi yang terputus-putus (intermitten process / manufacturing) ialah :

1) Biasanya produk yang dihasilkan dalam jumlah yang sangat kecil dengan variasi yang sangat besar (berbeda) dan didasarkan atas pesanan.

2) Proses seperti ini biasanya menggunakan sistem, atau cara penyusunan peralatan berdasarkan atas fungsi dalam proses produksi atau peralatan yang sama dikelompokkan pada tempat yang sama, yang disebut dengan process lay out atau departmentation by equipment.

3) Mesin-mesin yang dipakai dalam proses produksi seperti ini adalah mesin-mesin yang bersifat umum yang dapat digunakan untuk menghasilkan bermacam-macam produk dengan variasi yang hampir sama, mesin mana dikenal dengan nama General Purpose Machines.

(7)

4) Oleh karena mesin-mesinnya bersifat umum dan biasanya kurang otomatis, maka pengaruh individual operator terhadap produk yang dihasilkan sangat besar, sehingga operatornya perlu mempunyai keahlian atau skill yang tinggi dalam pengerjaan produk tersebut. 5) Proses produksi tidak mudah / akan terhenti walaupun terjadi

kerusakan atau terhentinya salah satu mesin atau peralatan.

6) Oleh karena mesin-mesin bersifat umum dan variasi dari produknya besar, maka terhadap pekerjaan (job) yang bermacam-macam menimbulkan pengawasan (control) nya lebih sukar.

7) Persediaan bahan mentah biasanya tinggi, karena tidak dapat ditentukan pesanan apa yang akan dipesan oleh pembeli dan juga persediaan bahan dalam proses lebih tinggi daripada continuous process / manufacturing, karena prosesnya terputus-putus / terhenti-henti.

8) Biasanya bahan-bahan dipindahkan dengan peralatan handling yang dapat flexible (varied path equipment) yang menggunakan tenaga manusia seperti kereta dorong atau forklift.

9) Dalam proses seperti ini sering dilakukan pemindahan bahan yang bolak balik sehingga perlu adanya ruangan gerak (aisie) yang besar dan ruangan tempat bahan-bahan dalam proses (work in process) yang besar.

(8)

Kekurangan / kerugian proses produksi yang terus menerus (continuous manufacturing) adalah :

1) Terdapat kesukaran untuk menghadapi perubahan produk yang diminta oleh konsumen atau pelanggan. Jadi proses produksi seperti ini khusus untuk menghasilkan produk-produk yang :

a) Permintaan (demand) nya besar dan stabil b) Style produknya tidak mudah berubah

2) Proses produksi mudah terhenti, karena apabila terjadi kemacetan di suatu tempat / tingkat proses (di awal, di tengah atau di belakang), maka kemungkinan seluruh proses produksi akan terhenti yang disebabkan adanya saling hubungan dan urut-urutan antara masing-masing tingkat proses.

3) Terdapat kesukaran dalam menghadapi perubahan tingkat permintaan, karena biasanya tingkat produksi (rate of production) nya telah tertentu, sehingga sangat kaku (rigid).

Kebaikan / kelebihan proses produksi yang terus menerus (continuous manufacturing) adalah :

1) Dapat diperoleh tingkat biaya produksi per unit (unit production cost) yang rendah apabila :

a) Dapat dihasilkannya produk dan volume yang cukup besar. b) Produk yang dihasilkan distandarsir.

(9)

2) Dapat dikuranginya pemborosan-pemborosan dari pemakaian tenaga manusia, terutama karena sistem pemindahan bahan yang menggunakan tenaga mesin / listrik.

3) Biaya tenaga kerja (labor cost) nya adalah rendah, karena jumlah tenaga kerjanya yang sedikit dan tidak memerlukan tenaga yang ahli (cukup yang setengah ahli) dalam pengerjaan produk yang dihasilkan.

4) Biaya pemindahan bahan di dalam pabrik juga lebih rendah, karena jarak antara mesin yang satu dengan mesin yang lain lebih pendek dan pemindahan tersebut digerakkan dengan tenaga mesin (mekanisasi).

Kekurangan / kerugian proses produksi yang terputus-putus (intermitten manufacturing) adalah :

1) Scheduling dan routing untuk pengerjaan produk yang akan dihasilkan sangat sukar dilakukan karena kombinasi urut-urut pekerjaan yang banyak sekali di dalam memprodusir satu macam produk, dan disamping itu dibutuhkan scheduling dan routing yang

(10)

banyak sekali karena produknya yang berbeda tergantung dari pemesanannya.

2) Oleh karena pekerjaan routing dan scheduling banyak sekali dan sukar dilakukan, maka pengawasan produksi (production control) dalam proses produksi seperti ini sangat sukar dilakukan.

3) Dibutuhkannya investasi yang cukup besar dalam persediaan bahan mentah dan bahan-bahan dalam proses, karena prosesnya terputus-putus dan produk yang dihasilkan tergantung dari pesanan.

4) Biaya tenaga kerja dan biaya pemindahan bahan sangat tinggi, karena banyak dipergunakannya tenaga manusia dan tenaga yang dibutuhkan adalah tenaga yang ahli dalam pengerjaan produk tersebut.

Kebaikan / kelebihan dari proses produksi yang terputus-putus (intermitten manufacturing) adalah :

1) Mempunyai fleksibilitas yang tinggi dalam menghadapi perubahan produk dengan variasi yang cukup besar.

Fleksibilitas ini diperoleh terutama dari :

a) Sistem penyusunan peralatan (lay out) nya yang berbentuk process lay out

(11)

b) Jenis / type mesin yang digunakan dalam proses yang bersifat umum (general purpose machines)

c) Sistem pemindahan bahan yang tidak menggunakan tenaga kerja mesin tetapi tenaga manusia.

2) Oleh karena mesin-mesin yang digunakan dalam proses bersifat umum (general purpose machines), maka biasanya dapat diperoleh penghematan uang dalam investasi mesin-mesin, sebab harga mesin-mesin ini lebih murah daripada mesin-mesin yang khusus (special purpose machines).

3) Proses produksi tidak mudah terhenti akibat terjadinya kerusakan atau kemacetan di suatu tempat / tingkat proses.

c. Faktor-Faktor Produksi

Proses produksi mempuyai hubungan yang erat antara input dari proses produksi dengan output proses produksi pada pelaksanaan kegiatan proses produksi terdapat pola atau tahap urutan tertentu. Urutan penyelesaian proses produksi akan berbeda-beda dan bermacam-macam antara satu produk dengan produk lainnya.

Untuk kegiatan pelaksanaan proses produksi akan menggunakan sumber-sumber yang dimiliki oleh suatu perusahaan. Sumber-sumber tersebut adalah unsur terpenting dalam proses produksi dengan demikian penyelesaian pekerjaan dapat dilakukan dengan efektif, efisien, serta memperkecil kemungkinan terjadinya kesalahan.

(12)

Suatu perusahaan memerlukan sumber daya yang akan dipergunakan untuk memproduksi barang-barang. Sumber daya tersebut adalah bahan mentah , bahan pembantu, mesin-mesin dan peralatan-peralatan lain, tenaga kerja, modal serta tanah untuk lokasi perusahaan. Tiap-tiap perusahaan tentu saja akan mempunyai jumlah dan jenis sumber-sumber produksi yang berbeda-beda satu dengan yang lain. Pengusaha akan berusaha agar dengan faktor-faktor produksi tertentu yang ada padanya itu menghasilkan barang-barang yang mendatangkan keuntungan yang sebesar-besarnya. Jenis dan jumlah faktor-faktor produksi inilah yang menentukan jenis serta jumlah barang-barang yang dapat dihasilkan oleh perusahaan yang bersangkutan. Jenis serta jumlah faktor-faktor produksi ini sangat terbatas adanya. Di sinilah letak pentingnya kebijaksanaan pimpinan perusahaan untuk mengatur jenis dan jumlah barang-barang yang harus diproduksinya dengan faktor-faktor yang terbatas adanya itu agar keuntungan yang diperolehnya maksimal. Kurang tepatnya penentuan luas produksi akan berakibat semakin kecilnya keuntungan yang diperoleh perusahaan. Kerugian ini terjadi karena orang berproduksi kurang dari optimal, sehingga biaya tetap hanya ditanggung oleh satuan-satuan hasil (unit-unit produk) yang sedikit sehingga biaya tetap per unit menjadi terlalu tinggi. Berproduksi lebih dari optimal berarti adanya sebagian barang-barang hasil yang tidak akan terjual. Hal ini akan menimbulkan tanggungan beban biaya pergudangan yang terlalu besar, lagi pula sebenarnya faktor-faktor

(13)

produksi yang digunakan untuk menghasilkan barang-barang yang berkelebihan ini dapat digunakan untuk membuat barang-barang yang dapat mendatangkan keuntungan.

Disamping itu penentuan luas produksi yang tepat akan berarti pula suatu pengusahaan lebih efektif memanfaatkan faktor-faktor produksi yang tersedia bagi perusahaan yang bersangkutan. Ketidaktepatan penentuan luas produksi akan berakibat ketidaktepatan alokasi faktor-faktor produksi. Hal ini membuat semakin besarnya kerugian finansial yang diderita oleh perusahaan. Disamping faktor-faktor produksi yang tersedia, jumlah permintaan akan menentukan luas produksi yang paling menguntungkan. Dari uraian di atas jelas bahwa luas produksi yang optimal akan dipengaruhi atau dibatasi oleh beberapa faktor yaitu :

1) Tersedianya bahan dasar

2) Tersedianya kapasitas mesin-mesin yang dimiliki 3) Tersedianya tenaga kerja

4) Batasan permintaan

5) Tersedianya faktor-faktor produksi yang lain

Pentingnya luas produksi untuk masing-masing perusahaan berbeda-beda :

(14)

1) Bagi perusahaan yang memproduksi barang-barang yang bermacam-macam jenisnya.

Hal ini disebabkan karena sifat alat-alat produksi / mesin-mesin yang dimilikinya) harus diselenggarakan perencanaan yang teliti terhadap penentuan luas produksi. Tiap jenis barang yang dihasilkan akan mendatangkan keuntungan yang berbeda-beda besarnya. Oleh karena itu harus dianalisa, diteliti secermat-cermatnya, sampai seberapa besar jumlah yang harus diproduksi untuk masing-masing jenis barang tersebut agar tercapai keuntungan yang maksimal.

2) Bagi perusahaan yang karena alat-alat produksinya (mesin-mesin digunakan)

Mengakibatkan barang-barang yang diproduksi itu tertentu / telah pasti dan tidak mudah untuk diubah-ubah dalam jangka pendek, maka bagi perusahaan ini menentukan apa dan berapa yang harus diproduksi tidak atau kurang penting dibandingkan dengan perusahaan jenis pertama di atas.

3) Perusahaan yang memproduksikan barang-barang untuk keperluan pasar

Penentuan luas produksi dalam perusahaan ini sangat penting, sebab dalam hal ini perusahaan harus mengadakan ramalan-ramalan untuk masa-masa yang akan datang terhadap jumlah serta jenis barang yang diminta oleh para pembeli potensial, kemudian

(15)

menyesuaikan jumlah dan jenis yang diramalkan tersebut dengan kemampuan yang ada pada perusahaan untuk memproduksinya. Untuk keperluan ini perusahaan perlu metode analisa yang baik 4) Perusahaan yang memproduksikan barang-barang untuk keperluan langganan (pesanan)

Tidakla begitu sulit untuk merencanakan penentuan luas produksinya. Apa dan berapa yang harus diproduksi tergantung pada apa dan berapa yang dipesan oleh para langganan. Perusahaan cukup menyesuaikannya dengan kemampuan yang ada padanya.

2. Pemeriksaan Operasional

a. Pengertian Pemeriksaan Operasional

Menurut Arens and Loebbecke (1999:434) “mengemukakan defenisi audit operasional digambarkan sebagai kaji-ulang setiap bagian prosedur dan metode operasi sebuah organisasi untuk mengevaluasi efisiensi dan efektivitasnya”.

Menurut Soejono Karni (2000:2) “audit berasal dari bahasa Latin “audire” yang berarti mendengarkan. Kata audit berarti pemeriksaan akuntan terhadap

(16)

Menurut Ali Masjono Mukhtar (1999:116) “ pemeriksaan adalah proses yang sistematis dan memiliki objektif yang ditujukan adalah untuk mendapatkan dan mengevaluasi bukti-bukti yang berhubungan dengan kegiatan ekonomi dan kejadian untuk meyakinkan hubungannya dengan hasil yang diinginkan pemakai”. Menurut Katijo (2008:8) “audit operasional sering disebut sebagai audit manajemen atau audit kinerja dan bertujuan untuk menilai efisiensi dan efektivitas dari suatu kegiatan entitas. Audit ini dapat dilakukan terhadap perusahaan atau instansi pemerintah, lembaga-lembaga pemerintah dan juga organisasi non pemerintah”.

Menurut Boynton, Johnson dan Kell (2002:7) “ audit operasional (operational audit) berkaitan dengan kegiatan memperoleh dan mengevaluasi bukti-bukti tentang efisiensi dan efektivitas kegiatan operasi entitas dalam hubungannya dengan pencapaian tujuan tertentu”.

Menurut Boynton, Johnson dan Kell (2002:498) auditing operasional adalah suatu proses sistematis yang mengevaluasi efektivitas, efisiensi, dan kehematan operasi organisasi yang berada dalam pengendalian manajemen serta melaporkan kepada orang-orang yang tepat hasil-hasil evaluasi tersebut beserta rekomendasi perbaikan.

Menurut Guy, Alderman dan Winters (2001:419) audit operasional (operational audit) merupakan penelaahan atas prosedur dan metode operasi entitas untuk menentukan tingkat efisiensi dan efektivitasnya. Pada kesimpulan tentang audit operasional, rekomendasi yang umumnya diberikan adalah memperbaiki prosedur. Audit operasional kadang-kadang disebut sebagai audit kinerja, audit manajemen, atau audit komprehensif. Secara internasional, istilah yang paling sering digunakan untuk audit operasional adalah audit nilai uang (value-for-money auditing).

Yang melaksanakan audit operasional biasanya dilaksanakan oleh salah satu dari tiga kelompok : yaitu Auditor Intern berada dalam posisi yang begitu

(17)

unik untuk melaksanakan audit operasional sehingga beberapa orang menggunakan istilah auditing internal dan auditing operasional saling bergantian. Akan tetapi, tidaklah tepat untuk menyimpulkan bahwa semua auditing operasional dilakukan oleh auditor intern hanya melakukan auditing operasional. Banyak departemen audit intern melaksanakan audit operasional dan keuangan. Seringkali hal itu dilaksanakan secara bersamaan. Auditor pemerintah federal dan negara bagian melaksanakan auditing operasional, yang seringkali merupakan bagian dari pelaksanaan audit keuangan. Kantor-kantor akuntan melaksanakan audit atas laporan keuangan historis, sebagian dari audit itu biasanya terdiri dari pengindetifikasian masalah-masalah operasional dan membuat rekomendasi yang dapat bermanfaat bagi klien audit.

b. Kriteria Pemeriksaan Operasional

Kesulitan utama yang dihadapi dalam pemeriksaan operasional adalah menentukan kriteria untuk mengevaluasi apakah efisiensi dan efektivitas telah tercapai. Salah satu pendekatan untuk menyususn kriteria bagi pemeriksaaan operasional adalah dengan menetapkan tujuannya untuk menentukan apakah beberapa aspek unit usaha itu dapat dibuat lebih efektif dan efisien, dan untuk merekomendasikan perbaikan. Pendekatan ini mungkin mamadai bagi auditor yang berpengalaman dan terlatih baik, tetapi akan sulit bagi kebanyakan auditor

(18)

c. Tahap-Tahap Pemeriksaan Operasional 1) Perencanaan

Dalam perencanaan, auditor operasional harus menentukan ruang lingkup penugasan dan menyampaikan hal itu kepada unit organisasional. Juga perlu menentukan staf yang tepat dalam penugasan, mendapatkan informasi mengenai latar belakang unit organisasional, memahami struktur pengendalian intern, dan memutuskan bukti yang tepat yang harus dikumpulkan.

2) Pengumpulan dan Evaluasi Bahan Bukti

Karena pengendalian intern dan prosedur operasi merupakan bagian yang kritis dalam pemeriksaan operasional, maka dokumentasi, tanya jawab dengan klien dan pengamatan, sering kali digunakan secara ekstensif. Pemeriksaan operasional harus mengumpulkan cukup bahan bukti kompeten agar dapat menjadi dasar yang layak guna mencari suatu kesimpulan mengenai tujuan yang sedang diuji.

3) Pelaporan dan Tindak Lanjut

Auditor bertanggung jawab untuk melaporkan hasil auditnya kepada manajemen atau pihak lain yang memberikan penugasan melalui suatu laporan hasil audit. Dengan demikian, pihak perusahaan dapat mempertanggungjawabkan dan mengambil tindakan koreksi yang diperlukan.

(19)

1) Fungsional

Fungsi adalah sarana untuk mengkategorikan aktivitas suatu perusahaan, seperti fungsi penagihan atau fungsi produksi. Ada banyak cara untuk mengkategorikan dan mensubdivisikan fungsi-fungsi. Misalnya, terdapat fungsi akuntansi, tetapi terdapat juga fungsi-fungsi pengeluaran kas, dan pembayaran gaji.

2) Organisasional

Audit operasional atas suatu organisasi menyangkut keseluruhan unit organisasional, seperti departemen, cabang, atau anak perusahaan. Penekanan dalam suatu audit organisasi adalah beberapa efisien dan efektif fungsi-fungsi saling berinteraksi. Rencana organisasi dan metode-metode untuk mengkoordinasikan aktivitas-aktivitas khususnya penting dalam audit jenis ini.

3) Penugasan Khusus

Penugasan auditing operasional khusus timbul atas permintaan manajemen. Ada banyak variasi dalam audit seperti ini. Contoh-contohnya mencakup penentuan kecurangan dalam suatu divisi, dan membuat rekomendasi untuk mengurangi biaya produksi suatu barang.

e. Standar Pemeriksaan Operasional

Ada lima macam standar professional yang diterbitkan oleh Dewan sebagai aturan mutu pekerjaan akuntan publik :

(20)

2. Standar Atestasi

3. Standar Jasa Akuntansi dan Review 4. Standar Jasa Konsultansi

5. Standar Pengendalian Mutu

Kelima macam standar profesional tersebut diklasifikasikan dan dikumpulkan dalam satu yang diberi judul : “ Standar Profesioanl Akuntan Publik”. Disamping kelima macam standar tersebut, buku standar professional akuntan publik juga berisi aturan etika kompartemen akuntan publik.

Standar Auditing merupakan pedoman audit atas laporan keuangan historis. Standar auditing terdiri dari sepuluh standar dan dirinci dalam bentuk Pernyataan Standar Auditing (PSA). Dengan demikian PSA merupakan penjabaran lebih lanjut masing-masing standar yang tercantum dalam Standar Auditing. PSA berisi ketentuan-ketentuan dan pedoman-pedoman utama yang harus diikuti oleh akuntan publik dalam melaksanakan perikatan audit. Kepatuhan terhadap pernyataan standar auditing yang dikeluarkan oleh Dewan bersifat wajib (mandatory) bagi anggota Ikatan Akuntan Indonesia yang berpraktik sebagai akuntan publik. Termasuk di dalam PSA adalah Interpretasi Pernyataan Standar Auditing (IPSA), yang merupakan Interpretasi resmi yang dikelurakan oleh Dewan terhadap ketentuan-ketentuan yang diterbitkan oleh Dewan dalam PSA. Dengan demikian IPSA memberikan jawaban atas pernyataan atau keraguan dalam penafsiran ketentuan-ketentuan yang dimuat dalam PSA sehingga merupakan perluasan lebih lanjut berbagai ketentuan dalam PSA. Tafsiran resmi

(21)

ini bersifat mengikat bagi anggota Ikatan Akuntan Indonesia yang berpraktik sebagai akuntan publik, sehingga pelaksanaan bersifat wajib (mandatory).

Standar Atestasi memberikan kerangka untuk fungsi atestasi bagi jasa akuntan publik yang mencakup tingkat keyakinan tertinggi yang diberikan dalam jasa audit atas laporan keuangan historis maupun tingkat keyakinan yang lebih rendah dalam jasa nonaudit. Standar atestasi terdiri dari sebelas standar dan dirinci dalam bentuk Pernyataan Standar Atestasi (PSAT). PSAT merupakan penjabaran lebih lanjut masing-masing standar yang terdapat dalam standar atestasi. Termasuk di dalam Pernyataan Standar Atestasi adalah Interpretasi Pernyataan Standar Atestasi (IPSAT), yang merupakan Interpretasi resmi yang dikeluarkan oleh Dewan terhadap ketentuan-ketentuan yang diterbitkan oleh Dewan dalam keraguan dalam penafsiran ketentuan-ketentuan yang dimuat dalam PSAT sehingga merupakan perluasan lebih lanjut berbagai ketentuan dalam PSAT. Tafsiran resmi ini bersifat mengikat bagi anggota Ikatan Akuntan Indonesia yang berpraktik sebagai akuntan publik, sehingga pelaksanaannya bersifat wajib (mandatory).

Standar jasa akuntansi dan review. Standar jasa akuntansi dan review memberikan kerangka untuk fungsi nonatestasi bagi jasa akuntan publik yang mencakup jasa akuntansi dan review standar jasa akuntansi dan review dirinci dalam bentuk Pernyataan Standar jasa Akuntansi dan Review (PSAR) termasuk di dalam Pernyataan Standar Jasa Akuntansi dan Review adalah Interpretasi Pernyataan Standar Jasa Akuntansi dan Review (IPSAR), yang merupakan Interpretasi resmi yang dikeluarkan oleh Dewan terhadap ketentuan-ketentuan

(22)

yang diterbitkan oleh Dewan dalam PSAR. Dengan demikian IPSAR memberikan jawaban atas pertanyaan atau keraguan dalam penafsiran ketentuan-ketentuan yang dimuat dalam PSAR sehingga merupakan perluasan lebih lanjut berbagai ketentuan dalam PSAR. Tafsiran resmi ini bersifat mengikat bagi anggota Ikatan Akuntan Indonesia yang berpraktik sebagai Akuntan Publik, sahingga pelaksanaannya bersifat wajib.

Standar jasa konsultansi memberikan panduan sebagai akuntan publik di dalam penyediaan jasa konsultansi bagi masyarakat. Jasa konsultansi pada hakikatnya berbeda dari jasa atestasi akuntan publik terhadap asersi pihak ketiga. Dalam jasa atestasi , para praktisi menyajikan suatu simpulan mengenai keandalan suatu asersi tertulis yang menjadi tanggung jawab pihak lain, yaitu pembuat asersi (aserter). Dalam jasa konsultasi, para praktisi menyajikan temuan, simpulan dan rekomendasi. Sifat dan lingkup pekerjaan jasa konsultansi ditentukan oleh perjanjian antara praktisi dengan kliennya. Umumnya, pekerjaan jasa konsultansi dilaksanakan untuk kepentingan klien. Standar Jasa Konsultansi dirinci dalam bentuk Pernyataan Standar Jasa Konsultansi (PSJK). Termasuk di dalam Pernyataan Standar Jasa Akuntansi dan review adalah interpretasi Pernyataan Standar Jasa Konsultansi (IPSJK), yang merupakan interpretasi resmi yang dikeluarkan oleh Dewan terhadap ketentuan-ketentuan yang diterbitkan oleh Dewan dalam PSJK.

Standar pengendalian mutu memberikan panduan bagi kantor akuntan publik didalam melaksanakan pengendalian mutu jasa yang dihasilkan oleh kantornya dengan mematuhi berbagai standar yang diterbitkan oleh Dewan

(23)

Standar Profesional Akuntan Publik dan aturan etika kompartemen Akuntan Publik yang diterbitkan oleh kompartemen Akuntan Publik, Ikatan Akuntan Indonesia. Dalam perikatan Jasa Profesional, Kantor Akuntan Publik bertanggung jawab untuk menyetujui untuk mematuhi berbagai standar yang relevan yang diterbitkan oleh Dewan dan Kompartemen Akuntan Publik. Dalam pemenuhan tanggung jawab tersebut, kantor Akuntan Publik wajib mempertimbangkan intergrtitas stafnya dalam menentukan hubungan profesionalnya ; bahawa akuntan public dan para stafnya independen terhadap kliennya sebagai mana diatur oleh aturan etika, kompartemen akuntan publik dan bahwa staf akuntan publik kompeten, professional, dan objektif serta akan menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama (due professional care). Oleh karena itu, kantor akuntan publik harus memiliki sistem pengendalian mutu untuk memberikan keyakinan memadai tentang kesesuaian perikatan professional dengan berbagai standar dan aturan relevan yang berlaku. Standar pengendalian mutu dirinci dalam bentuk pernyataan standar pengendalian mutu (PSM). Termasuk di dalam pernyataan standar pengendalian mutu adalah interpretasi pernyataan standar pengendalian mutu atau (IPSM), yang merupakan interpretasi resmi yang dikeluarkan oleh Dewan terhadap ketentuan-ketentuan yang diterbitkan oleh Dewan PSM.

f. Penyelesaian Pemeriksaan Operasional Terhadap Proses Produksi Tahap terakhir dari suatu pemeriksaan operasional meliputi pekerjaan-pekerjaan yang berikut :

(24)

a) Penelaahan (review) atas kertas-kertas kerja yang telah dibuat oleh para asisten dan pembahasan ayat-ayat penyesuaian.

Penelaahan atas kertas kerja dan pengisian daftar penguji tersebut janganla ditunggu sampai seluruh pekerjaan pemeriksaan sudah selesai sama sekali. Hal itu justru sebaiknya dilakukan seawal mungkin, misalnya pada waktu analisa suatu perkiraan telah selesai .b) Pemeriksaan atas peristiwa setelah tanggal neraca.

Akuntan bukan saja harus memeriksa transaksi dan peristiwa selama tahun pembukuan yang bersangkutan, tetapi juga peristiwa-peristiwa setelah tanggal neraca (after balance sheet date events) sampai tanggal laporan akuntan, peristiwa ini juga disebut peristiwa-peristiwa kemudian (subsequent events)

c) Perumusan pendapat akuntan dan pembahasannya dengan langganan. Setelah semua bukti pemeriksaan terkumpul, akuntan harus dapat mengolahnya sehingga pendapat akuntan yang akan diberikannya dapat dirumuskan. Akuntan tidak cukup melihat apa-apa yang tertulis dalam pembukuan langganan saja. Faktor-faktor lingkungan sekitarnya harus juga diperhatikan.

d) Permintaan surat pernyataan langganan.

Antara lain disebutkan disitu jasa-jasa pemeriksaan khusus (special audit atau special examination atau investigation), pemberian nasehat pada pimpinan perusahaan (management advisory services atau consulting), dan jasa-jasa dibidang perpajakan.

(25)

e) Penyelesaian dan pengiriman laporan

Kalau tahap akhir ini dihubungkan dengan urutan-urutan pekerjaan sebelumnya, kita akan mendapatkan gambaran mengenai seluruh proses pemeriksaan.

Contoh Pemeriksaan Proses Produksi

PT ABC

Daftar Biaya Pemesanan

Nama Pemesanan : PT IDOLA No.Pekerjaan :101 Jenis Produk : Lemari Tgl dipesan :4/1/1992

Spesifikasi : - Tgl dimulai :6/1/1992

Banyak : 5 Buah Tgl permintaan selesai :10/1/1992

(26)

Dibebankan

Tgl No.BPB Jumlah Tanggal Jumlah Tgl Tarif

OH

Jumlah

6 Jan 21 Rp.72.500 6 Jan Rp.24.000 1 Jan 50%

TKL Rp.60.000 9 Jan 28 Rp.69.000 7 Jan Rp.24.000 8 Jan Rp.24.000 9 Jan Rp.24.000 10 Jan Rp.24.000

Jumlah Rp.141.500 Jumlah Rp.120.000 Jumlah Rp.60.000

Harga jual Rp 500.000 Biaya Produksi Bahan langsung Rp 141.500 T.krj.langsung Rp 120.000 Overhead Pabrik Rp 60.000 Rp (321.500) Beban Usaha Beban Pemasaran Rp (32.000)

(27)

B. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Beberapa tinjauan terdahulu berkaitan dengan pemeriksaan operasional terhadap proses produksi yang dilakukan oleh internal auditor dalam meningkatkan proses produksi.

Adapun tinjauan terdahulu tersebut antara lain : Tabel 2.1

No Nama Peneliti KIKI PRATIWI SITORUS

A Judul Penelitian Peranan satuan kerja audit intern untuk mencapai

(28)

Medan

Tahun Penelitian 2008

Masalah yang diteliti Adapun masalah-masalah yang diteliti oleh penulis adalah :

1. Apakah fungsi satuan kerja audit intern pada PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Medan sudah dilaksanakan sebagaimana mestinya dalam upaya

peningkatan operasional?

2. Bagaimana satuan kerja audit intern sesuai kedudukannya dapat berperan dalam mencapai pengendalian yang baik?

Masalah yang ditelititi Adapun masalah masalah yang diteliti oleh penulis adalah :

1. Apakah fungsi satuan kerja audit intern pada PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Medan sudah dilaksanakan sebagaimana mestinya dalam upaya peningkatan operasional ?

2. Bagaimana satuan kerja audit intern sesuai kedudukannya dapat berperan dalam mencapai pengendalian yang baik?

Metode Penelitian Deskriptif Analitis

Hasil Temuan Memberikan satuan analisa dan penilaian atas

peranan satuan kerja audit melalui fungsi dan kedudukannya untuk mencapai pengendalian yang baik dari hasil penenelitian

(29)

No Nama Peneliti ERIC CHRISTIAN DAMANIK

B Judul Penelitian Harga pokok produksi obat-obatan pada PT

MUTIFA MEDAN

Tahun Penelitian 2003

Masalah yang ditelititi Adapun masalah-masalah yang diteliti oleh penulis adalah :

1. Bagaimana penggolongan dan pengalokasian

biaya-biaya dalam perusahaan, apakah sudah sesuai dengan teori Akuntansi Biaya

2. Bagaimana perhitungan harga pokok produksi yang selama ini telah dilaksanakan perusahaan?

3. Kendala apa yang dihadapi dalam perhitungan harga pokok produksi?

(30)

Hasil Temuan Dibutuhkan untuk melihat bagaimana efisiensi yang telah dilakukan oleh masing-masing Departemen dalam rangka pengambilan keputusan terutama yang berkaitan dengan efisiensi biaya produksi

No Nama Peneliti Titus Tamima Lubis

C Judul Penelitian Analisa Terhadap Proses Produksi dan

Pengawasan Produksi Untuk Peningkatan Mutu Produk yang Dihasilkan Pada

PT BINTANG CEMARA INDUSTRI MEDAN

Tahun Penelitian 1997

Masalah yang ditelititi Adapun masalah yang diteliti oleh penulis adalah untuk mengetahui mutu atau hasil produksi yang efektif dan efisien

Metode Penelitian Deskriptif Analitis

Hasil Temuan Produksi barang atau jasa sesuai dengan bentuk

kualitas, serta dalam batas-batas biaya yang telah direncanakan akan sebelumnya

Referensi

Dokumen terkait

Sesuai dengan kriteria diterima atau ditolaknya hipotesis maka dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa menerima hipotesis yang diajukan terbukti atau dengan kata lain variabel

Berdasarkan masalah tersebut di atas maka perlu dicari tipe dan takaran pelatihan yang sesuai dengan tuntunan penampilan cabang olahraga itu, maka dalam

Faktor tempat yang erat kaitannya dengan sejarah merupakan salah satu faktor yang sangat kuat dalam konsep perancangan gedung Parlemen Australia, suatu hal yang tentu akan

7) Kepada Masyarakat Kelurahan Tegal Sari Mandala II Medan yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk mengisi kuesioner sehingga skripsi ini bisa selesai. 8) Kepada

Pemimpin perusahaan juga kurang memberikan motivasi atau dorongan serta mengajari kepada karyawan untuk bekerja dengan baik walaupun hasil penelitian menunjukkan

terpusat, fokus, serta bisa diselesaikan dengan adanya batasan perumusan masalah yang ada di dalamnya. Dalam kegiatan ini peneliti membuat dan menyusun instrumen penelitian

Hasil penelitian sebagai berikut terdapat 43 leksem yang berkaitan dengan kegiatan bercocok tanam padi; 28 leksem dikategorikan sebagai verba; 15 leksem dikategorikan

1, Tahun 2014 Halaman 90 Rectangular adalah grafik pengendali yang mempunyai nilai variansi paling besar, atau dengan kata lain mempunyai batas – batas