• Tidak ada hasil yang ditemukan

UJI DAYA HAMBAT AIR PERASAN BAWANG PUTIH TERHADAP PERTUMBUHAN Staphylococcus aureus INTISARI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "UJI DAYA HAMBAT AIR PERASAN BAWANG PUTIH TERHADAP PERTUMBUHAN Staphylococcus aureus INTISARI"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

UJI DAYA HAMBAT AIR PERASAN BAWANG PUTIH TERHADAP PERTUMBUHAN Staphylococcus aureus

Dini Tasurini*, Euis Safarin,Iim Munawaroh

Program Studi Diploma III Analis Kesehatan STIKes Muhammadiyah Ciamis

*email:dinitasurini@gmail.com

ABSTRACT

Garlic is a clump of herbaceous annuals which have a height of about 60 cm. Garlic is widely grown in the fields in a mountainous area that gets enough sunlight. Garlic contains volatile oil, which is anti-bacterial and antiseptic carpenter. Garlic in addition to many dishes as a flavoring is also used as traditional medicine as a cure ulcers, because it is easy to obtain and how to use easily. Squeezed by mashed or blended and then the juice can be directly used for treatment purposes. The purpose of this study was to determine the inhibitory power of the juice of garlic against Staphylococcus aureus growth. This research is a descriptive study.Samples are used as much as 300 grams. The benefits of this research in order to garlic can be used as a traditional medicine that can inhibit the growth of Staphylococcus aureus. The method used is the Kirby Bauer. With the principle of checks: using different concentrations of the juice of garlic to inhibit the growth of Staphylococcus aureus. The results showed inhibition zone diameter of garlic juice is the minimum inhibition zone diameter of 17 mm at a concentration of 10% and a maximum of 27 mm at a concentration of 50%, it is expected the public to use garlic juice as a traditional medicine .

Key words : Staphylococcus aureus, Kirby Bauer INTISARI

Bawang putih adalah herba semusim berumpun yang mempunyai ketinggian sekitar 60 cm. Bawang putih banyak ditanam di ladang-ladang di daerah pegunungan yang cukup mendapat sinar matahari. Bawang putih mengandung minyak atsiri, yang bersipat anti bakteri dan antiseptik. Bawang putih selain sebagai penyedap masakan banyak juga digunakan sebagai obat tradisional sebagai obat bisul, karena mudah diperoleh dan cara pemakaianya mudah. Pemakaianya dengan cara dihaluskan atau diblender kemudian air perasan atau lumatanya dapat langsung digunakan untuk keperluan pengobatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui daya hambat air perasan bawang putih terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus. Manfaat penelitian ini agar bawang putih dapat digunakan sebagai obat tradisional yang dapat menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus. Metode yang digunakan yaitu Kirby Bauer. Dengan prinsip pemeriksaan : menggunakan berbagai konsentrasi air perasan bawang putih untuk menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus. Hasil penelitian menunjukan diameter zona hambat air perasan bawang putih yaitu diameter zona hambat minimumnya 17 mm pada konsentrasi 10% dan maksimumnya 27 mm pada konsentrasi 50%. Simpulan dari penelitian ini adalah sampel air perasan bawang putih dapat menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus pada konsentrasi 20 % sudah dinyatakan sensitif, berarti mikroorganisme mempunyai kelemahan ketika diberikan obat antimikroba.

(2)

Pendahuluan

Masyarakat Indonesia sudah lama memanfaatkan bawang putih sebagai obat tradisional yang sering dipakai dalam mengobati berbagai macam penyakit karena mempunyai kandungan senyawa kimia yang berfungsi sebagai antibakteri, tetapi baru sedikit masyarakat Indonesia yang mengetahui khasiat dari bawang putih (Puspitasari, 2008).

Bawang putih adalah bumbu dapur yang mempunyai peranan penting dalam melezatkan dan menimbulkan aroma yang sedap pada masakan. Akan tetapi selain sebagai bumbu, bawang putih memiliki khasiat yang luar biasa bagi kesehatan. Berbagai penelitian telah dilakukan untuk mengetahui khasiat bawang putih, namun keterbatasan informasi yang diterima masyarakat dan adanya pergeseran pola hidup masyarakat ke arah moderen mengakibatkan khasiat bawang putih mulai dilupakan masyarakat (Ramadanti, 2008).

Sudah sejak zaman dahulu, bawang putih telah digunakan masyarakat secara luas untuk mengobati infeksi. Bawang putih mempunyai spektrum antimikroba yang lebar sehingga dapat membunuh bakteri gram negatif dan bakteri gram positif.

Bawang putih termasuk dalam family Liliaceae. Bawang putih oleh masyarakat digunakan untuk menurunkan tekanan darah, mengurangi rasa pening di kepala, mengatasi cacingan, menghilangkan nyeri haid, mengatasi asma, batuk, masuk angin, dan sengatan binatang. Sebagian besar pengaruh terapi bawang putih adalah karena mengandung senyawa bahan aktif seperti sativine, allicin, allylsulphide, allyl propyl disulphide, allyl

vinyl suphoxide, allistatin, garlicin, dan alkyl thiosulphinate (Indri, 2008). Salah satu zat aktif yang terkandung dalam bawang putih sebagai anti mikroba selain minyak atsiri adalah allicin. Allicin dapat membunuh bakteri gram positif dan gram negatif (Tajudin, 2003).

Di berbagai daerah Indonesia bawang putih tidak hanya digunakan untuk bumbu masak tetapi banyak digunakan sebagai obat-obat tradisional, mereka menggunakan bawang putih untuk obat sakit gigi, jerawat dan bisul. Mereka mengobati penyakitnya dengan menggunakan air perasan bawang putih dengan cara di lulurkan ke daerah yang terkena penyakit bisul.

Bisul adalah infeksi kulit yang dimulai dari dalam folikel rambut atau kelenjar minyak. Infeksi ini sering muncul tiba-tiba sebagai benjolan merah muda yang menyakitkan yang biasanya berdiameter 1,3-1,9 cm. Awalnya kulit menjadi merah pada daerah yang terinfeksi, dan benjolan lunak itu berkembang. Kulit sekitarnya menjadi merah dan bengkak. Setelah 4-7 hari, benjolan mulai berubah putih karena pus mengumpul di bawah kulit. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Staphylococcus aureus.

Staphylococcus aureus adalah bakteri gram positif, dan sering di temukan sebagai bakteri mikro flora normal pada kulit. Namun jika bakteri ini masuk ke dalam kulit, mereka dapat memicu infeksi kulit, seperti furunkel. Bakteri bisa masuk kedalam kulit melalui luka-luka kecil atau melalui folikel rambut.

Staphylococcus aureus juga merupakan mikroorganisme patogen yang mampu menyebabkan berbagai penyakit pada manusia. Secara in vitro Staphylococcus aureus dapat menyerang dan bertahan hidup di dalam sel epitel

(3)

termasuk sel endotel, sehingga sulit dikenali oleh sistem pertahanan tubuh. Staphylococcus aureus juga mampu membentuk koloni kecil yang berbeda yang menyebabkan infeksi Staphylococcus sulit disembuhkan dan sering berulang (Anandika, 2011).

Oleh karena hal tersebut di atas, maka peneliti melakukan penelitian Uji Daya Hambat Air Perasan Bawang Putih Terhadap Pertumbuhan Staphylococcus aureus.

Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif untuk mengetahui daya hambat air perasan bawang putih terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus.

Populasi yang digunakan adalah semua bawang putih yang termasuk kedalam spesies Allium sativum.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan untuk penelitian ini adalah autoclaf, oven,neraca, cawan petri, gelas kimia, tabung reaksi, lampu spirtus, kapas lidi steril, kain kasa streril, inkubator, pinset, penggaris, batang pengaduk, hot plate, pipet ukur, rak tabung, parut, spatel, erlenmeyer.

Bahan yang digunakan untuk penelitian ini adalah air perasan bawang putih, aquadest, Media MH (Mueller Hinton) , bakteri Stapylococusaureus, NaCl fisiologis, obat Penisilin.

Prosedur Penelitian A. Sterilisasi Alat

Alat-alat yang digunakan yang berhubungan dengan sampel, seperti cawan petri dan tabung reaksi yang akan digunakan dicuci bersih, di keringkan,

dibungkus kemudian disterilkan dengan cara sterilisasi kering menggunakan oven selama 1 jam pada suhu 170ºC (Dwijosaputra, 2005).

B. Pembuatan Media MH (Mueller Hinton) Siapkan bahan dan alat yang akan digunakan, Timbang 11.4 gram media Mueller Hinton, masukkan kedalam labu Erlenmeyer lalu larutkan dalam 500 ml aquadest, kemudian aduk rata, Sterilisasi dalam autoclave pada suhu 121 ºC selama 15 menit, dinginkan sampai suhu 45 ºC, Tuangkan dalam cawan petri sebanyak 15-20 ml, Biarkan dingin dan membeku (Yasmon, 2012).

C. Pemeriksaan Sampel

Pembuatan air perasan bawang putih yaitu Timbang bawang putih 300 gram, Parut bawang putih, menggunakan parut yang steril, Kemudian peras bawang putihmenggunakan kain yang steril, Simpan air perasan bawang putih dalam wadah (Harmita, 2012).

D. Pembuatan konsentrasi Air perasan Bawang Putih

Konsentrasi Air perasan Bawang putih Volume aquadest yang ditambahkan 10% 0,5 mL 4,5 mL 20% 1 mL 4 mL 30% 1,5 mL 3 ,5 mL 40% 2 mL 3 mL 50% 2,5 mL 2,5 mL

E. Pembuatan Disk Perasan Bawang Putih

Masukkan masing-masing konsentrasi perasan bawang putih kedalam tabung reaksi steril. Ambil disk lalu masukkan kedalam masing-masing konsentrasi perasan bawang putih sampai disk tersebut benar-benar terendam rata selama 15 menit (Harmita, 2008).

(4)

Pembuatan disk kontrol negatif: masukan aquadest kedalam tabung reaksi steril, ambil disk kosong steril, lalu masukan kedalam tabung yang berisi aquadest.

Pembuatan disk kontrol positif: Timbang Penisilin sebanyak 0,05 gram, masukan kedalam tabung reaksi yang steril kemudian tambahkan aquadest sebanyak 10 mL. Ambil disk kosong steril. Lalu masukan kedalam tabung yang berisi penisilin (Yasmon, 2012).

F. Penanaman Suspensi Bakteri pada Media Mueller Hinton

Ambil kapas lidi steril, lalu masukkan kedalam suspense bakteri Staphylococcus aureus, Peras kapas lidi dengan cara memutarnya pada dinding tabung, Goreskan kapas lidi pada media Mueller Hinton agar secara merata, Biakkan selama kurang lebih 5 menit agar mongering pada suhu kamar (Yasmon, 2012).

G. Uji KHM (Konsentrasi Hambatan Minimum)

Diambil disk yang sudah ada konsentrasi air perasan bawang putih lalu letakkan di atas media Mueller Hinton yang sudah ditanami bakteri Staphylococcus aureus, Untuk control negatif, ambil disk yang sudah direndam di dalam aquadest lalu letakkan di atas media Mueller Hinton yang sudah ditanami bakteri Staphylococcus aureus, Inkubasi selama 24 jam pada suhu 37 ºC, Ukur diameter zona hambat yang dibentuk sebagai daya hambat air perasan bawang putih terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus. Cara pengukurannya dilakukan menggunakan satuan millimeter dengan ukuran kertas cakram 6 mm.

Hasil Penelitian

Sampel yang diperiksa adalah bawang putih yang dijual dipasaran Bawang putih yang masih bersiung-siung, tidak busuk, bawang putih yang terbungkus kulit tipis

Hari pertama melakukan uji pendahuluan untuk kontrol bakteri Staphylococcus aureus, koloni bakteri Staphylococcus aureus ditanam pada media MSA dan agar darah diinkubasi pada suhu 37ºC selama 24 jam. Hasil penanaman pada media MSA dan Agar darah dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1 Hasil penanaman pada media MSA dan Agar darah

MSA Agar Darah Bentuk

koloni

Bulat Hemolisis sebagian Warna Kuning

Keemasan

Warna kehijau-hijauan

Hari kedua dilakukan pewarnaan gram dari media MSA dan agar darah. Hasil pewarnaan dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2 Hasil pewarnaan gram pada koloni bakteri di media MSA dan Agar darah

Media Bentuk Susunan Sifat MSA Coccus Staphylococcus Gram

Positif

Agar Darah

Coccus Staphylococcus Gram Positif

Hari ketiga pembuatan suspensi bakteri dan melakukan uji KHM menggunakan air perasan bawang putih dengan berbagai konsentrasi terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus metode cakram (Kirby Bauer). Hasil Pemeriksaan dapat dlihat pada tabel 3.

(5)

Tabel 3 Hasil pemeriksaan zona hambat pada berbagai konsentrasi

Konsentrasi Ukuran Zone hambat Selisih zona hambat R I S Kontrol media - - - - - Kontrol (-) - - - - - Kontrol (+) 42 mm 36 mm - - S 10% 23 mm 17 mm - I - 20% 25 mm 19 mm - - S 30% 28 mm 22 mm - - S 40% 30 mm 24 mm - - S 50% 33 mm 27 mm - - S

R = Resisten (≤ 12 mm);I = Intermediate (13-17 mm) ;S= Sensitif (≥ 18 mm)

Pembahasan

Pada hari pertama dilakukan uji pendahuluan identifikasi bakteri Staphylococcus aureus pada media MSA dan agar darah. Media MSA adalah media selektif yang digunakan untuk menemukan dan mengidentifikasi Staphylococcus. Konsentrasi garam yang tinggi menghambat sebagian bakteri gram negatif dan gram positif kecuali bakteri Staphylococcus. Staphylococcus aureus dapat memfermentasikan manitol sebagai sumber karbon dalam medium untuk menghasilkan asam. pH yang rendah mengubah warna indikator phenol red dari merah menjadi kuning. Hasilnya terbentuk koloni warna kuning keemasan dan terjadi perubahan warna pada media MSA dari warna merah menjadi kuning. Pada hari kedua dilakukan pewarnaan gram untuk memastikan bakteri Staphylococcus aureus (Syahrurachman, 2010).

Pada hari ketiga dilakukan penanaman bakteri pada media Mueller Hinton. Pemilihan media Mueller Hinton dalam penelitian ini dilakukan untuk pengujian perhitungan zona hambatan menggunakan kertas cakram. Kertas cakram direndam dalam konsentrasi 10%, 20%, 30%, 40%, dan 50% dan ditempatkan dipermukaan media Mueller Hinton. Kemudian diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37ºC

untuk mengukur zona hambat yang terbentuk.

Penilaian terhadap zona hambat dilakukan dengan membandingkan besarnya diameter zona hambat (dalam mm) dengan tabel standarnya. Dan hasil penilainnya berupa sensitif, resisiten dan intermediate. Diakatakan sensitif apabila diameter zona hambat ≥ diameter zona hambat standar, Intermediate apabila diameter zona hambat diantara resisten dan sensitif, Resisten apabila zona hambat ≤ diameter zona hambat standar (Yasmon, 2012)

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan didapat hasil intermediate pada konsentrasi 10%=17 mm karena terbentuk zona hambat diantara resisten dan sensitif, berarti kemampuannya kurang efektif tetapi masih dapat menghambat dengan daya yang rendah.. Pada konsentrasi 20%-50% didapat hasil sensitif karena ukuran zona hambat ≥ 18 mm, sensitif adalah kelemahan mikroorganisme ketika diberikan obat antimikroba. Sedangkan resisiten adalah ketahanan suatu miroorganisme terhadap antimikroba.

Zat aktif antimikroba yang terkandung dalam bawang putih sebagai adalah allicin dan Dialil sulfide. Allicin merupakan antimikroba yang bersifat bakterisidal (dapat membunuh bakteri). Allicin dapat membunuh bakteri gram positif dan gram negatif. Allicin merupakan zat aktif yang mempunyai daya antibiotika yang cukup ampuh. Banyak yang membandingkan zat aktif ini dengan siraja antibotik yaitu penisilin (Rahmawati, 2012; Dewi 2012).

Dialil sulfide dapat mengurangi

(6)

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada sampel air perasan bawang putih dapat menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus, berarti bawang putih memiliki antimikroba.

Ucapan Terima Kasih

Sumber dana penelitian ini menggunakan dana hibah dari LPPM STIKes Muhammadiyah Ciamis. Pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terimakasih sebanyak-banyaknya kepada Ketua STIKes Muhammadiyah Ciamis, Ketua LPPM STIKes Muhammadiyah Ciamis dan Ketua Program Studi D3 Analis Kesehatan STIKes Muhammadiyah Ciamis.

Daftar Pustaka

Dewi, Nurfita. 2012. Untung Segunung Bertanam Aneka Bawang. Yogyakarta : Penerbit Pustaka Baru Press.

Anandika, Dwi. 2011. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: Penerbit Djambatan

Harmita. 2008. Buku Ajar Analisis Hayati. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran Edisi 3.

Khomsan. 2001. Antioxidant health effects of aged garlic extract. Journal of Nutrition 131: 1010S–1015S.

Puspitasari, 2008. Umbi Ajaib Tumpas Penyakit. Jakarta: Penerbit penebar swadaya.

Pujarwoto, 2003. Daya Antimikroba Obat Tradisional Terhadap Bakteri. Jakarta :Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Kesehatan RI.

Rahmawati, Reny. 2012. Bawang Putih Tunggal (Bawang Lanang). Yogyakarta : Penerbit Pustaka Baru Press.

Ramadanti, 2008. Koleksi Bawang Putih Sebagai Tumbuhan Berhasiat.

Yogyakarta: Percetakan Andi Offset.

Syahrurachman,Agus, Dkk. 2010. Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi, Tangerang :Binarupa Aksara Publisher.

Singgih, Wibowo. 2003. Budi Daya Bawang Putih, Bawang Merah dan BawangBombay. Jakarta: PT Penebar Swadaya.

Tajudin. 2003 . Khasiat dan Manfaat Bawang Putih: Raja antibiotika alami .Agro media Pustaka, Jakarta.

Trubus. 2010. Herbal Indonesia Berkhasiat. Jakarta: Agro Media. Yasmon, Andi. 2012. Penuntun Praktikum

Mikrobiologi Kedokteran, Jakarta : FKUI.

Gambar

Tabel 1 Hasil penanaman pada media MSA  dan Agar darah
Tabel 3 Hasil pemeriksaan zona hambat  pada berbagai konsentrasi

Referensi

Dokumen terkait

melaksanakan penyiapan perumusan bahan kebijakan penelitian dan pengembangan di bidang pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah, pendidikan

Telah tersedianya informasi mengenai iklan yang terbit dan berakhir pada hari tersebut sehingga tidak sulit bagi manajer dalam menghubungi pelanggan untuk

Astiko (2015) menyebutkan bahwa unsur hara P memiliki hubungn dengan laju fotosintesis, meningkatnya unsur hara P dapat meningkatkan laju fotosintesis pada tanaman

geotechnical borings in New York City, although large, cannot cover every location. There are gaps without any

PENGARUH JUS LIDAH BUAYA (Aloe vera) TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH DAN MALONDIALDEHID (MDA) PADA TIKUS WISTAR DIABETES YANG DIINDUKSI

Berdasarkan hasil statistik kefir susu kambing inokulum ragi tape menunjukan hasil yang signifikan (p=<0,005) yang berarti kefir efektif dalam menghambat bakteri

Kewajiban memberikan nafqah oleh suami kepada isterinya yang berlaku dalam fiqih didasarkan kepada prinsip pemisahan harta antara suami dan istri.prinsip ini

Skripsi yang berjudul “Pendapat Hakim pengadilan Agama Barabai Tentang Prosedur Penetapan Asal Usul Anak” oleh Nail Auni Rabihah (1001110016) penelitian ini lebih