• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Bab I

Pendahuluan

I.1 Latar Belakang

Systems thinking merupakan pendekatan dengan cara pandang yang menganggap bahwa suatu problem merupakan satu kesatuan sistem dalam dunia yang luas. Prinsip systems thinking adalah tidak memecah problem menjadi bagian-bagiannya karena dapat menghasilkan kondisi yang berbeda dari problem yang sebenarnya dihadapi. Karakteristik lain pendekatan systems thinking adalah melakukan investigasi dan penilaian terhadap problem dengan cara sistemik, dimana penilaian problem dan fungsi solusi dianggap sebagai sistem pembelajaran dengan sistem sebagai “lensa” dalam melihat problem. Dengan demikian, systems thinking merupakan bentuk sederhana pendekatan sistem yang memiliki banyak kelebihan dan bukan sesuatu yang rumit (Edson, 2008).

Sebagai sebuah pendekatan, systems thinking dianggap mampu menangani problem yang kompleks. Pernyataan tersebut didukung dengan berbagai penelitian yang menunjukkan keberhasilan penerapan systems thinking menangani problem dalam organisasi seperti pada Ford Motor Company (Seligman, 2005). Dalam artikel tersebut dideskripsikan pengalaman Departemen TI pada Ford yang telah berhasil memanfaatkan systems thinking untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Namun pada disiplin ilmu Sistem Informasi (SI), dalam salah satu penelitian dinyatakan bahwa “…systems thinking is currently under-emphasized in a field that is ostentsibly about system” (Alter, 2004). Systems thinking dianggap terlalu abstrak dan sangat jarang digunakan dalam mendeskripsikan komponen, batasan, input, output, dan lingkungan suatu sistem. Berbagai disiplin ilmu dalam SI lebih menekankan pada tool thinking dan mengesampingkan systems thinking, padahal

systems thinking dapat mengurangi kemungkinan munculnya kegagalan dalam proyek SI. Oleh karena itu, bahasan pada penelitian akan mengangkat topik mengenai pendekatan systems thinking yang dimanfaatkan pada salah satu bentuk SI yang berperan sebagai pendukung pembuatan keputusan.

(2)

Berdasarkan teori pembuatan keputusan, keputusan seringkali diartikan sebagai respon terhadap pilihan. Sedangkan pembuatan keputusan itu sendiri merupakan proses yang melibatkan beragam aktivitas, dimana sebagian besar berkaitan dengan penanganan informasi (McNurlin dan Sprague, 2006). Suatu keputusan yang baik akan menghasilkan pencapaian tujuan. Oleh sebab itu, hal terpenting dari dukungan SI adalah kemampuan dalam menyediakan informasi yang benar di saat yang tepat untuk para pengambil keputusan. Adapun salah satu bentuk dukungan SI yang ditawarkan adalah Sistem Pendukung Pembuatan Keputusan (SPPK), yaitu suatu bentuk sistem informasi berbasis komputer yang menggabungkan model dan data dalam rangka memecahkan problem semi terstruktur dan beberapa problem yang tidak terstruktur, dengan melibatkan peran

user secara intensif (Turban, 2008).

Seiring dengan meluasnya pemanfaatan komputer dan Internet, tidaklah sulit untuk menyatakan bahwa SPPK telah mencapai masa kejayaannya (Alter, 2007). Namun, hal tersebut tidak mengurangi makna dari SPPK itu sendiri pada masa kini, terbukti dengan berlanjutnya berbagai penelitian dari para peneliti dan praktisi mengenai pembuatan keputusan dalam organisasi serta berkembangnya

tools dan metode seperti OLAP, expert systems, dan intelligent agents. Sumber peningkatan pendukung pembuatan keputusan agar lebih baik tidak hanya mencakup aspek teknologi, bisa saja berasal dari aspek informasi, layanan, dan lain sebagainya. Penggunaan istilah SPPK dalam penelitian ini dianggap lebih sesuai dibandingkan dengan sistem pendukung keputusan atau yang lebih dikenal sebagai Decision Support System (DSS), karena memberikan perspektif yang lebih luas dengan mempertimbangkan cara pandang profesional bisnis dalam proses pembuatan keputusan.

Pada awal kemunculannya, SPPK berfokus pada pemanfaatan komputer secara interaktif pada pembuatan keputusan semi terstruktur. Namun, perubahan lingkungan seringkali mempengaruhi problem yang dihadapi, dengan semakin besarnya unsur ketidakpastian dalam kemunculan problem maupun kemungkinan solusinya. Bahkan Ho dan Sculli (1994) menyatakan dalam penelitiannya bahwa

(3)

SPPK akan memiliki desain dan arsitektur yang semakin kompleks dikarenakan semakin tidak terstrukturnya keputusan dalam organisasi. Kondisi tersebut menuntut penyesuaian dalam mengembangkan SPPK agar tetap dapat memenuhi kebutuhan informasi organisasi. Dengan berbagai kelebihan yang ditawarkan oleh

systems thinking, diduga bahwa kompleksitas dalam mengembangkan SPPK tersebut dapat disederhanakan.

Sebelum melangkah lebih jauh, sebaiknya terdapat gambaran awal yang dapat mendeskripsikan seperti apakah yang dimaksud dengan kompleksitas itu sendiri. Menurut Ashby (Daellenbach dan McNickle, 2005), salah satu pemikir dalam

systems thinking modern, kompleksitas adalah kuantitas informasi yang dibutuhkan untuk mendeskripsikan sesuatu. Hal tersebut mencakup jumlah komponen yang terlibat beserta keterhubungannya dalam menyusun sesuatu, sebagai holistic. Sehingga secara sederhana dapat dikatakan bahwa sesuatu yang terdiri dari banyak elemen, memiliki banyak keterhubungan, dinamis serta berada pada lingkungan yang terus berubah, menunjukkan kompleksitas yang tinggi. Terkait dengan kompleksitas pembuatan keputusan organisasi, maka dapat dikatakan bahwa pembuatan keputusan akan lebih kompleks jika melibatkan lebih banyak informasi kuantitatif dan kualitatif, serta tingginya unsur ketidakpastian yang terlibat dalam pertimbangan keputusan.

Soft Systems Methodology (SSM) sebagai salah satu metodologi systems thinking

merupakan bagian dari konsep systems thinking yang digunakan pada penelitian. SSM tersebut sesuai untuk diterapkan pada situasi dimana para stakeholder

memiliki ketertarikan yang serupa namun menggunakan cara pandang yang menekankan dan merinci hal berbeda, tanpa mengubah substansinya. Sehingga metodologi ini dianggap tepat untuk mengakomodasi pandangan para stakeholder. SSM akan digunakan dalam rangka memperjelas situasi problem yang dihadapi, khususnya pada pembahasan ini akan berada dalam domain situasi kompleks pembuatan keputusan.

(4)

Selain itu, systems thinking juga menawarkan analytical tool framework yang dapat mempermudah pemahaman mengenai kesisteman (systems view) dengan melibatkan 3 aspek, yaitu sintesis, analisis, dan inquiry. Tool tersebut dinamakan

Conceptagon. Menurut Edson (2008), Conceptagon tersebut berisi pemahaman yang lengkap mengenai sistem, situasi problem, dan kemungkinan solusi. Terkait dengan penelitian, cara pandang kesisteman yang holistic tersebut akan digunakan untuk analisis kebutuhan SPPK. Diharapkan usulan kerangka kerja analisis kebutuhan SPPK yang dihasilkan dari penelitian dapat membantu dalam mengidentifikasi kebutuhan SPPK sesuai dengan kebutuhan informasi organisasi.

I.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, ditemukan belum adanya pendekatan dalam bentuk kerangka kerja yang digunakan untuk melakukan analisis kebutuhan SPPK pada situasi kompleks pembuatan keputusan. Dengan demikian, dapat dinyatakan beberapa pertanyaan penelitian (research questions) terkait dengan rumusan masalah tersebut, yaitu:

a) Apa yang menjadi karakteristik kompleksitas pembuatan keputusan?

b) Bagaimana cara SSM menstrukturkan situasi kompleks pembuatan keputusan? c) Bagaimana memanfaatkan Conceptagon Analytical Tools untuk melakukan

analisis terhadap SPPK?

d) Bagaimana kerangka kerja analisis kebutuhan SPPK dan cara menerapkannya?

I.3 Tujuan

Dalam rangka menjawab pertanyaan penelitian yang telah didefinisikan, dapat dirumuskan beberapa tujuan dari penelitian, diantaranya:

a) Mendefinisikan karakteristik kompleksitas pembuatan keputusan

b) Melakukan analisis terhadap cara SSM dalam menstrukturkan situasi kompleks.

c) Melakukan analisis SPPK dengan memanfaatkan Conceptagon Analytical Tools.

(5)

I.4 Batasan Masalah

Permasalahan yang dibahas dalam penelitian memiliki batasan-batasan diantaranya:

a) SPPK yang dimaksudkan pada penelitian ini bertujuan untuk membantu pembuatan keputusan pada organisasi, bukan individu.

b) Penelitian ini tidak mencakup pembahasan mengenai pembuatan keputusan dari aspek psikologis ataupun perspektif pribadi stakeholder.

c) Kerangka kerja analisis kebutuhan SPPK akan dicoba diterapkan sesuai dengan skenario yang didefinisikan.

d) Pembahasan pada penelitian tidak menekankan pada penerapan teknologi implementasi SPPK seperti artificial intelligence, data mining dan lain sebagainya.

I.5 Kegunaan Hasil

Hasil penelitian adalah berupa usulan kerangka kerja analisis kebutuhan SPPK yang dikembangkan dengan memanfaatkan SSM dan Conceptagon Analytical Tools. Kerangka kerja analisis kebutuhan SPPK diharapkan dapat menyumbangkan body of knowledge dalam menangani situasi kompleks pembuatan keputusan hingga mendefinisikan kebutuhan SPPK yang berkenaan dengan problem. Kerangka kerja analisis kebutuhan SPPK dapat dimanfaatkan oleh para stakeholder dalam menstrukturkan kompleksitas proses pembuatan keputusan dan juga para analis dalam mengidentifikasi kontribusi SPPK dan spesifikasinya berdasarkan cara pandang yang sistemik.

I.6 Metodologi

Bahasan pada penelitian menekankan pada identifikasi kompleksitas pembuatan keputusan serta pengembangan kerangka kerja analisis kebutuhan SPPK untuk situasi kompleks tersebut dengan memanfaatkan SSM dan Conceptagon Analytical Tools. Adapun jenis penelitian yang dilakukan adalah kualitatif, yang pada dasarnya bersifat interpretive dengan context-dependent, berarti bahwa penelitian didasarkan pada hasil interpretasi peneliti dengan memperhatikan konteks pengamatannya. Proses dan makna (perspektif subyek) lebih ditonjolkan

(6)

dalam penelitian kualitatif. Adapun observasi dilakukan tanpa partisipan, atau dikenal dengan non-participant observation. Sedangkan teknik pengumpulan data atau empirical materials menggunakan archival research dengan jenis analisis (modes of analysis) yang berkaitan dengan analisis tekstual, yaitu “content analysis” yang mengasumsikan bahwa pemahaman sesuatu terbentuk pada konteksnya (Myers, 1997).

I.6.1 Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian bersumber dari kumpulan studi yang pernah dilakukan oleh pihak lain. Sebagian besar sumber yang digunakan dalam penelitian bertemakan teori pembuatan keputusan dan sistem pendukung keputusan sebagai objek yang diteliti, systems thinking sebagai pendekatan untuk memandang objek sebagai sesuatu yang holistic, serta berbagai penelitian mengenai kompleksitas.

Data berupa penelitian-penelitian yang membahas mengenai kompleksitas diperlukan untuk melakukan analisis dalam rangka mendefinisikan karakteristik umum kompleksitas. Dalam proses pembuatan keputusan, kompleksitas dapat berada pada sistem yang diamati, faktor yang terlibat dalam pembuatan keputusan ataupun pada dampak yang diakibatkan dari pembuatan keputusan. Pendefinisian kompleksitas yang dimaksudkan pada penelitian perlu didefinisikan di awal karena beragam pemahaman mengenai kompleksitas dapat menimbulkan persepsi yang berbeda.

Data selanjutnya yang diperlukan adalah berbagai penelitian yang membahas pendekatan systems thinking dalam menangani problem. Sumber yang digunakan berasal dari jurnal-jurnal, buku pedoman, serta artikel untuk mendapatkan sari dari penelitian yang telah dilakukan, khususnya mengenai cara SSM dan

Conceptagon digunakan dalam menangani problem.

Terakhir, data yang dibutuhkan adalah berbagai penelitian mengenai pembuatan keputusan dan SPPK. Domain penelitian mengenai keputusan bersifat lintas

(7)

disiplin ilmu, karena banyaknya topik mengenai keputusan yang berasal dari ilmu manajemen, sistem informasi, dan lain sebagainya. Dari berbagai penelitian tersebut, dilakukan analisis terhadap sumber-sumber yang membahas mengenai SPPK dengan mencakup seluruh konsep yang dimiliki oleh Conceptagon Analytical Tools. Dengan demikian, diharapkan dapat menghasilkan analisis kebutuhan SPPK secara menyeluruh.

I.6.2 Kerangka Kerja Penelitian

Dalam rangka memudahkan pencapaian tujuan penelitian, diberikan suatu kerangka yang memperlihatkan guidelines penelitian sehingga terdapat acuan yang jelas dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian yang diberikan pada rumusan masalah. Pertanyaan-pertanyaan tersebut akan dijawab dengan melaksanakan observasi. Adapun penelitian yang dilakukan termasuk kategori

Design Science Research (DSR), dimana terdapat usaha untuk mengembangkan sesuatu yang baru dan diperlukan cara berpikir yang kreatif (Vaishnavi dan Kuechler., 2008). Design science research memiliki suatu kerangka yang terdiri atas 5 tahapan, yaitu awareness of problem, suggestion, development, evaluation, dan conclusion (Hevner, 2004). Kerangka tersebut kemudian dimodifikasi dan dirancang untuk melaksanakan penelitian, yang ditunjukkan pada Gambar I.1.

Adapun hasil dari penelitian adalah berupa kerangka kerja, sebagai representasi dari suatu model. Menurut Hevner (2004), suatu IT artifact digunakan untuk menangani problem, yang terdiri atas: construct untuk memikirkan (to think) problem yang dinyatakan dalam bentuk vocabulary dan simbol, models untuk merepresentasikan dan mengeksplorasi problem dalam bentuk abstrak dan representasi, methods untuk menganalisis dan optimasi problem berupa algoritma dan practice, serta instantiations untuk menunjukkan bagaimana pengaruhnya pada problem yang dinyatakan dalam implementasi. Pendefinisian masing-masing

(8)

Systems thinking Pembuatan keputusan PENGKAJIAN PUSTAKA ANALISIS PERANCANGAN KERANGKA KERJA ANALISIS KEBUTUHAN SPPK PEMBUATAN KESIMPULAN PENERAPAN KERANGKA KERJA

Conceptagon Analytical Tools Analisis kebutuhan SPPK Kasus: Perencanaan Transportasi Library research Skenario TAHAPAN PENELITIAN METODE YANG DILAKUKAN Frameworks and conceptual model methodology

Soft Systems Methodology Content Analysis – Case Study

Situasi kompleks pembuatan keputusan

Pemetaan SSM dan Conceptagon Analytical Toolspada proses analisis kebutuhan SPPK

Construct Kerangka Kerja

Modeldan MethodKerangka Kerja

Instantiation Kerangka Kerja Karakteristik situasi kompleks

pembuatan keputusan Karakteristik kompleksitas Structuring Kompleksitas Pembuatan Keputusan Kompleksitas -Systems view

-Conceptagon Analytical Tools - SSM -Complex systems - Kasus sistem kompleks - Proses pembuatan keputusan - SPPK

DESIGN SCIENCE RESEARCH

(9)

Berdasarkan Gambar I.1, penelitian dilakukan melewati 5 tahapan dengan menggunakan metode/teknik sesuai dengan tujuan dari setiap tahap tersebut, beberapa metode tersebut adalah:

a) penelitian kepustakaan (library research), dilakukan berdasarkan tinjauan terhadap literatur ataupun penelitian terdahulu yang menunjang tercapainya tujuan penelitian ini.

b) frameworks and conceptual model, yaitu penelitian yang mengarah pada pengembangan kerangka kerja analisis kebutuhan SPPK.

c) skenario dengan studi kasus, dilakukan untuk memperlihatkan penerapan usulan kerangka kerja analisis kebutuhan SPPK yang dihasilkan.

Sedangkan penjelasan dari kelima tahapan pada kerangka kerja penelitian, yaitu: Pertama, mengkaji penelitian yang sudah ada dan dianggap dapat mendukung penelitian yang dilakukan. Pada tahapan ini dipaparkan berbagai penelitian mengenai kompleksitas, teori umum pembuatan keputusan dan SPPK, serta berbagai penelitian mengenai systems thinking, terutama SSM dan Conceptagon Analytical Tools. Tahapan ini disertai dengan latar belakang dan rumusan masalah akan mewakili awareness of problem dari DSR.

Kedua, tahap analisis terbagi menjadi 3 tema analisis yaitu analisis yang bertujuan untuk menentukan karakteristik kompleksitas pembuatan keputusan, analisis kapabilitas SSM dalam menstrukturkan problem, dan analisis kebutuhan SPPK dengan memanfaatkan Conceptagon Analytical Tools. Tahapan ini akan menjawab pertanyaan penelitian (a), (b), dan (c) dengan menerapkan library research. Tahap analisis dilaksanakan dengan menjalankan analisis teoretis dan analisis kasus. Adapun skema pelaksanaan analisis diberikan pada Gambar I.2. Hasil pada tahapan ini berupa construct, karena akan memunculkan kebutuhan pengembangan kerangka kerja. Jika dikembalikan pada DSR, tahap tersebut merupakan suggestion.

(10)

Gambar I.2 Skema analisis

Ketiga, merancang kerangka kerja analisis kebutuhan SPPK atau merupakan

development pada DSR. Tahap ini dilakukan dengan menggunakan metode

frameworks and conceptual model. Rancangan kerangka kerja akan menjawab sebagian pertanyaan penelitian (d) dengan menunjukkan model dalam bentuk kerangka kerja yang dibangun berdasarkan construct yang telah didefinisikan, beserta method untuk menjalankannya.

Keempat, mencoba menerapkan kerangka kerja tersebut untuk menganalisis kebutuhan SPPK pada kasus yang dapat menunjukkan kompleksitas situasi pembuatan keputusan. Contoh penerapan tersebut dianggap sebagai instantiation

(11)

Dengan demikian, hasil dari tahapan penerapan kerangka kerja akan melengkapi jawaban terhadap pertanyaan penelitian (d).

Terakhir, membuat kesimpulan berdasarkan keseluruhan proses penelitian dan juga mendefinisikan peluang penelitian selanjutnya.

I.7 Sistematika

Laporan penelitian tersusun atas enam bab, mencakup:

Bab I Berisi tentang uraian latar belakang, rumusan, tujuan, dan batasan masalah, serta kegunaan hasil, dilengkapi dengan metodologi yang digunakan, dan sistematika penulisan laporan.

Bab II Kajian pustaka berisi penelitian-penelitian mengenai teori pembuatan keputusan dan sistem pendukung pembuatan keputusan, pendekatan yang digunakan untuk melakukan analisis problem yaitu systems thinking, serta penelitian mengenai kompleksitas. Beberapa konsep systems thinking yang digunakan adalah pengertian sistem, cara pandang kesisteman termasuk multiple perspectives dan Conceptagon Analytical Tools, SSM, serta contoh penerapan systems thinking.

Bab III Berisi analisis teoretis mengenai kompleksitas dengan maksud mendefinisikan karakteristik umum kompleksitas, identifikasi pemanfaatan SSM dalam menstrukturkan proses pembuatan keputusan, serta analisis kebutuhan SPPK dengan Conceptagon Analytical Tools. Hasil analisis teoretis digunakan pada tahap selanjutnya, yaitu analisis kasus dan perancangan kerangka kerja.

Bab IV Berisi analisis kasus perencanaan transportasi untuk penanganan kemacetan, untuk mendefinisikan karakteristik kompleksitas berdasarkan kesesuaian karakteristik umum dan temuan pada kasus, juga memperjelas cara SSM dalam menangani kompleksitas pembuatan keputusan pada kasus, serta mengidentifikasi kebutuhan SPPK spesifik dengan

(12)

Bab V Berisi kebutuhan kerangka kerja kebutuhan SPPK yang dirancang serta komponen yang sesuai untuk memenuhinya, dan model kerangka kerja analisis kebutuhan SPPK yang diusulkan untuk menangani situasi kompleks pembuatan keputusan. Kerangka kerja dibangun dari construct

yang dihasilkan pada tahapan analisis. Kerangka kerja analisis kebutuhan SPPK dikontribusikan sebagai alat bantu dalam mendeskripsikan SPPK yang dapat mendukung aktivitas pada proses pembuatan keputusan dalam situasi kompleks. Pada bab ini juga diberikan contoh penggunaan kerangka kerja (instantiation) berdasarkan skenario.

Bab VI Berisi kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan dan saran untuk pengembangan selanjutnya.

Gambar

Gambar I.1   Kerangka kerja penelitian
Gambar I.2  Skema analisis

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka peneliti bermaksud melakukan penelitian dengan judul “STUDI EKSPERIMENTAL VAPOR CARBURETOR

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas dipandang perlu untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Penggunaan Model Pengajaran Berdasarkan

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan peneliti lebih lanjut dan akan dituangkan dalam sebuah skripsi dengan judul

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Kreativitas Belajar dan Soft Skill

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang diuraikan di atas, peneliti tertarik mengadakan penelitian dengan judul “ANALISIS PENGARUH PENILAIAN KINERJA STRATEGIS,

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut: “Apakah

Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan, ditemukan beberapa identifikasi masalah yaitu: (1) Hasil belajar Biologi siswa SMA kelas XI masih rendah; (2)

Berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang penerapan program sister village sebagai mitigasi bencana erupsi