• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Lingkungan pada Lokasi Pengamatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Lingkungan pada Lokasi Pengamatan"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan Lingkungan pada Lokasi Pengamatan

Gambaran Umum Lokasi Pengamatan

Pengamatan pertumbuhan tanaman nenas dilakukan pada dua tempat yang memiliki jenis tanah yang berbeda. Lokasi pertama adalah areal pertumbuhan tanaman nenas yang tumbuh pada lahan gambut yang berlokasi di Desa Galang Kecamatan Sungai Pinyuh Kabupaten Pontianak, sedangkan lokasi kedua merupakan areal tanaman nenas yang tumbuh pada tanah aluvial yang berlokasi di Desa Sungai Pangkalan Kecamatan Sungai Raya Kabupaten Bengkayang. Kedua lokasi ini merupakan perkebunan nenas yang ditanam secara monokultur dengan luasan 1-2 ha per kepala keluarga.

Gambar 1. Peta lokasi pengamatan nenas di Kalimantan Barat.

Secara georafis kedua daerah tersebut terletak di sekitar garis khatulistiwa dengan posisi Desa Galang pada 0o16’ LU dan 109o04’ BT dengan ketinggian

(2)

tempat 2 meter dari permukaan laut, sedangkan posisi Desa Sungai Pangkalan pada 0o42’ LU dan 108o56’ BT dengan ketinggian tempat 3 meter dari permukaan laut. Lokasi kedua daerah yang tidak terlalu berjauhan dengan ketinggian tempat yang relatif sama, menyebabkan perbedaan iklim di kedua tempat tidak terlalu nyata. Pada ketinggian tempat seperti ini tanaman nenas menunjukkan pertumbuhan yang baik, meskipun pada jenis tanah yang berbeda. Di daerah tropis, tanaman nenas dapat ditanam di daerah yang mempunyai ketinggian sampai 800 meter di atas permukaan laut. Apabila tanaman nenas ditanam di daerah yang lebih tinggi maka buah nenas menjadi terlalu masam, dan hal ini akan mempengaruhi kualitas buah nenas yang dihasilkan.

Lokasi pengamatan pada lahan gambut merupakan sentra produksi tanaman nenas di Kalimantan Barat yang berjarak 55 km dari ibukota propinsi (Pontianak) sedangkan lokasi pada lahan aluvial berjarak 110 km dari Pontianak. Kedua lokasi ini merupakan daerah yang mudah dijangkau oleh kendaraan darat, baik dari ibukota propinsi maupun ibukota kabupaten atau kecamatan. Keadaan ini memudahkan pemasaran buah nenas ke seluruh wilayah Kalimantan Barat, dengan kualitas buah yang baik. Dari pantai sebelah Barat Kalimantan, Desa Galang berjarak 10 km dari garis pantai sedangkan Desa Sungai Pangkalan berjarak 7 km dari bibir pantai. Keadaan ini menyebabkan tingkat kesuburan tanah dipengaruhi oleh adanya pengaruh pasang surut air laut, dengan membawa unsur hara yang dimanfaatkan oleh tanaman.

Tanaman nenas merupakan salah satu komoditi unggulan masyarakat yang bercocok tanam di lahan gambut. Jenis tanaman lain yang biasa ditanam di lahan gambut kalimantan barat adalah tanaman lidah buaya, jagung, tanaman buah-buahan seperti pepaya dan rambutan, serta tanaman sayuran. Pada lahan gambut penanaman nenas mencapai 1000 – 1500 Ha, sedangkan pada lahan aluvial hanya seluas 50 Ha. Jenis tanaman yang ditanam sebagian besar merupakan tipe Queen, dan sebagian kecil merupakan tipe lain.

Curah Hujan dan Pola Curah Hujan

Curah hujan merupakan sumber air utama bagi tanaman, baik langsung (pada lahan kering) ataupun tidak (lahan beririgasi). Curah hujan merupakan

(3)

unsur iklim yang besar pengaruhnya terhadap suatu sistem usahatani, terutama pada lahan kering dan tadah hujan.

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan di dua lokasi pengamatan (Gambar 3), diketahui bahwa masing-masing lokasi memiliki penyebaran, intensitas, jumlah dan lama hujan yang berbeda baik secara harian, bulanan maupun rata-rata selama sepuluh tahun terakhir. Curah hujan merupakan faktor penting dalam aktivitas pertanian terutama produksi tanaman didaerah tropika.

Hasil pengamatan curah hujan selama setahun, kedua lokasi memiliki kisaran curah hujan tahunan yang cukup tinggi yaitu antara 2500 – 3500 mm/tahun atau 230 – 260 mm/bulan. Pola Curah Hujan pada dua lokasi pengamatan menunjukkan pola yang hampir sama walaupun dengan jumlah dan intensitas yang berbeda. Berdasarkan pola curah hujan yang ada, lahan gambut memiliki pola curah hujan yang cenderung merata sepanjang bulan. Hujan turun pada musim penghujan maupun kemarau, tetapi jumlah dan intensitas curah hujan pada musim kemarau lebih rendah.

0 100 200 300 400 500 600 700 Mei Jun jul Agt Sep Okt Nop Des Jan Peb Ma r Apr Bulan (mm)

Lahan Gambut Lahan Aluvial

Gambar 3. Pola penyebaran Curah Hujan pada dua lokasi selama 1 tahun pengamatan (Mei 2006 – April 2007).

Menurut Kartasapoetra (2004) bulan basah adalah bulan dengan curah hujan melebihi 100 mm, sedangkan bulan kering adalah bulan dengan curah hujann kurang dari 60 mm. Antara bulan basah dan bulan kering disebut bulan

(4)

lembab. Bulan lembab ini tidak termasuk dalam perhitungan. Klasifikasi iklim menurut Schmidt-Fergusson menentukan bulan basah dan bulan kering berdasarkan curah hujan rata-rata sepuluh tahun terakhir. Curah hujan bulan basah dan bulan kering dijumlahkan dan dihitung rata-ratanya, kemudian ditentukn nilai golongan iklim yaitu :

Jumlah rata-rata curah hujan bulan kering

Q = --- x 100 % Jumlah rata-rata curah hujan bulan basah

Berdasarkan data curah hujan sepuluh tahun terakhir (Gambar 4), kedua lokasi pengamatan tidak memiliki bulan kering. Melalui perhitungan nilai Q, kedua wilayah tersebut termasuk kedalam tipe iklim A, yaitu sangat basah (Q = 0). 0 50 100 150 200 250 300 350 400

Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt

Nop De s Bulan (m m )

Lahan gambut Lahan aluvial

Gambar 4. Pola Curah Hujan tahunan selama sepuluh tahun terakhir pada dua lokasi pengamatan.

Lahan Aluvial memiliki pola curah hujan yang tidak merata sepanjang bulan. Hujan tetap turun pada musim penghujan dan musim kemarau. Hujan yang turun pada musim penghujan yaitu pada bulan September hingga Januari memiliki jumlah dan intensitas yang tinggi dibandingkan dengan bulan-bulan lainnya. Pada bulan Juli dan Agustus merupakan bulan-bulan yang memiliki curah hujan dengan intensitas yang paling kecil.

(5)

Berdasarkan pola Curah Hujan rata-rata sepuluh tahun terakhir, kedua lokasi menunjukkan pola yang hampir sama. Lahan gambut memiliki jumlah dan intensitas yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan lahan aluvial. Keadaan ini akan mempengaruhi ketesediaan air pada tanah untuk pertumbuhan tanaman.

Suhu Udara

Suhu merupakan indikasi jumlah energi (panas) yang terdapat dalam suatu system atau massa. Oleh karena itu erat kaitannya dengan kesetimbangan radiasi surya pada sistem atau massa tersebut. Semakin banyak energi radiasi surya yang tersimpan/tertahan dalam sistem tersebut makin tinggi suhunya. Suhu mempengaruhi proses biokimia pada fotosintesa, respirasi proses dalam jaringan atau dilepas ke lingkungannya. Pengaruh suhu juga terlihat pada perkembangan, pembentukan daun, inisiasi organ produktif, pematangan buah dan umur tanaman (Bey dan Las 1991).

Transpirasi atau kehilangan uap air melalui stomata daun dipengaruhi oleh suhu. Jumlah transpirasi adalah rendah pada suhu rendah dan meningkat jika suhu menaik. Dibawah kondisi respirasi yang berlebihan, maka kehilangan air akan melewati jumlah air yang memasuki tanaman dan kelayuan segera terjadi.

Kisaran suhu rata-rata di dua lokasi pengamatan tidak terlalu berbeda. Suhu rata-rata desa Galang berkisar antara 26,5-28,4 oC sedangkan Desa Sungai Pangkalan berkisar antara 26,2-28,7 oC. Gambar 5 memperlihatkan suhu maksimum dan minimum dari kedua lokasi pengamatan. Lahan Gambut memiliki suhu maksimum siang hari sebesar 34ºC pada bulan Mei sampai September, sedangkan suhu minimum berkisar 21ºC malam hari pada bulan Juli sampai Oktober. Lahan aluvial memiliki kisaran suhu maksimum siang hari sebesar 33ºC pada bulan Mei sampai September, sedangkan suhu minimum malam hari sebesar 22ºC pada bulan Agustus sampai September. Data Klimatologi selama pengamatan dapat dilihat pada Lampiran 2.

(6)

Lahan Gam but 0 5 10 15 20 25 30 35 40 Me i Jun Jul Agt Sep Okt Nop Des Jan Peb Ma r Apr Bulan Su h u ( C ) maksimum minimum Lahan Aluvial 0 5 10 15 20 25 30 35 Mei Jun Ju l Agt Sep Ok t Nop Des Jan Peb Mar Apr Bulan Su h u ( C ) maksimum minimum

Gambar 4 Keadaan suhu maksimum dan minimum di lokasi pengamatan tanaman nenas pada Lahan Gambut dan Lahan Aluvial.

Kelembaban Udara

Pada lokasi pengamatan di Desa Galang dengan kondisi tanah gambut kelembaban udara berkisar antara 81 – 85 % , sedangkan di desa Sungai Pangkalan dengan kondisi tanah aluvial kelembaban udara rata-rata berkisar 82 – 87%. Keadaan kelembaban udara pada lokasi pengamatan dapat dilihat pada gambar 6.

Secara umum pola kelembaban udara pada kedua lokasi pengamatan menunjukkan pola yang sama, dimana terjadinya penurunan kelembaban udara terjadi pada bulan Juni dan mencapai titik terendahnya pada bulan Juli kemudian meningkat lagi pada bulan Agustus. Kelembaban udara tertinggi terjadi pada bulan Desember dan terjadi penurunan lagi hingga mencapai titik terendah pada bulan Februari dan Maret. Penurunan kelembaban udara yang terjadi pada bulan

(7)

Juli dan Agustus diduga berhubungan dengan adanya musim kemarau yang terjadi pada daerah tersebut.

76 78 80 82 84 86 88 Mei Jun Ju l Agt Sep Okt Nop Des Jan Peb Mar Apr Bulan ( % )

Lahan Gambut Lahan Aluvial

Gambar 6 Keadaan kelembaban udara di lokasi pengamatan.

Jenis Tanah

Desa Galang memiliki jenis tanah gambut dengan ketebalan 1 - 2 meter dan kandungan C organiknya lebih dari 54,65 % (Tabel 2). Pengertian tanah gambut badalah tanah yang secara alamiah mengandung C organik sebanyak 40% atau lebih dengan ketebalan 100 cm atau lebih. Namun bila sudah diusahakan, mengandung C organik sebanyak 15 % atau lebih. Berdasarkan asal dan penyusunnya, gambut desa Galang termasuk kedalam jenis gambut kayuan

(woody peat) yaitu gambut yang berasal dari jenis pohon-pohonan (hutan tiang)

beserta tanaman semak (paku-pakuan) dibawahnya, dan berdasarkan proses pembentukannya tergolong gambut ombrogen yaitu gambut yang pembentukannya dipengaruhi oleh curah hujan (Noor 2001). Berdasarkan ketebalan lapisan bahan organiknya, gambut desa Galang tergolong gambut tengahan, yaitu lahan gambut yang mempunyai ketebalan lapisan organik antara 100 – 200 cm.

Berdasarkan hasil analisis tanah dalam penelitian ini diketahui bahwa pH gambut 4,10 hal ini menunjukkan bahwa tanah gambut bereaksi masam. Menurut Noor (2001) umumnya gambut trofik terutama gambut ombrogen mempunyai kisaran pH 3,0 – 4,5, kecuali mendapat penyusupan air laut atau payau. Kemasaman tanah gambut cenderung makin tinggi jika gambut tersebut

(8)

makin tebal. Lahan gambut mempunyai lapisan bawah berupa marin (pirit) berpotensi masam. Apabila pirit teroksidasi akibat reklamasi atau pongolahan, maka kemasaman tanah dan perairan meningkat hingga mencapai pH 2 – 3. Keadaan ini mengakibatkan banyak masalah dalam pengembangan pertanian dan perikanan.

Lokasi pengamatan di desa Sungai Pangkalan memiliki jenis tanah aluvial yang merupakan hasil proses penimbunan, sehingga sifat dan cirinya tidak dapat lepas dari bahan induk pembentuknya. Kesuburan tanah aluvial tidak selalu didapat di daerah tropika, didaerah aliran sungai yang hulu sungainya berasal dari permukaan yang sangat lapuk, bahan aluvuimnya biasanya tidak subur (Sanchez 1992).

Berdasarkan hasil analisis tanah pada Tabel 2, tingkat kesuburan tanah aluvial yang ditanami nenas di Kalimantan Barat lebih rendah dibandingkan dengan lahan gambut. Kandungan unsur hara dan kriteria tanah memiliki penggolongan sifat yang dinilai berdasarkan sifat umum tanah secara empiris dan belum dihubungkan dengan kebutuhan tanaman (Lampiran 6).

Kedua jenis tanah memiliki tingkat kemasaman yang sangat tinggi yaitu gambut dengan pH 3,9 dan aluvial dengan pH 4,1. Tingkat kemasaman tanah yang cukup tinggi ini disebabkan karena adanya ion H+ dan adanya curah hujan yang cukup tinggi yang menyebabkan basa-basa mudah tercuci. Pada tanah gambut kemasaman tanah berhubungan erat dengan asam organik yaitu asam humik dan fulvik. Pada kondisi tanah yang sangat masam tanah akan membebaskan ion besi dan alumunium yang dapat meracuni perakaran tanaman.

Reaksi tanah dapat mempengauhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman, oleh karena peranannya langsung berpengaruh terhadap ketersediaan unsur-unsur didalam tanah. Nilai pH tanah merupakan faktor penting dalam mempengaruhi kelarutan unsur-unsur yang cenderung berseimbang dengan fase padat. Kelarutan oksida-oksida atau hidroksida Fe dan Al secara langsung bergantung pada konsentrasi ion hidroksil (OH) dan kelarutannya menurun jika pH meningkat (Depdikbud 1991).

(9)

Tabel 2. Kandungan unsur hara makro dan mikro gambut dan aluvial pada lokasi pengamatan di Kalimantan Barat

Peubah Gambut Sifat* Aluvial Sifat*

Kandungan Hara

C organik (%) 54,65 sangat tinggi ( > 5 ) 0,89 sangat rendah ( < 1 ) N total (%) 1,06 sangat tinggi (< 0,75) 0,10 rendah ( 0,1-0,2 )

P (ppm) 14,3 rendah ( 10-15 ) 2,1 sangat rendah ( < 10 ) Ca (me/100 g) 2,34 rendah ( 2-5 ) 0,37 sangat rendah ( < 2 ) Mg (me/100 g) 1,43 sedang ( 1,1-2,0 ) 0,22 rendah ( 0,4-1,0 )

K (me/100 g) 0,10 rendah ( 0,1-0,3 ) 0,07 sangat rendah ( < 0,1 )

H (me/100 g) 0,82 0,36

Fe (me/100 g) 5,20 2,12

Zn (me/100 g) 2,16 0,40

Mn (me/100 g) 7,20 1,40

Kriteria Tanah

pH 3,90 sangat masam ( < 4,5 ) 4,10 sangat masam ( < 4,5 ) KTK (me/100g) 76,65 sangat tinggi ( > 40 ) 13,90 rendah ( 5-16 )

KB (%) 5,2 sangat rendah ( < 20 ) 5,5 sangat rendah ( < 20 ) Tekstur .pasir 0 90,72 .debu 0 2,99 .liat 0 6,29 Kadar Air 68,42 0 Kadar Abu 3,50 0

*) Standar penilaian sifat umum tanah secara empiris dari Laboratorium Departemen Ilmu Tanah IPB

Secara umum gambut memiliki kandungann unsur hara yang lebih baik daripada aluvial. Hal ini menyebabkan Kapasitas Tukar Kation (KTK)nya sangat tinggi yaitu sebesar 76,65 me/100g untuk tanah gambut, sedangkan pada tanah aluvial bersifat rendah yaitu sebesar 13,90 me/100g. Semakin besar KTK maka semakin besar pula kemampuan dari permukaan koloid tanah menjerap dan mempertukarkan sejumlah kation, yang bisanya adalah Ca, Mg, K, Na, NH4, Al, Fe dan H (Depdikbud, 1991).

Kandungan unsur C dan N pada tanah gambut sangat tinggi, sedangkan unsur P dan K rendah. Kandungan unsur hara N yang cukup tinggi menyebabkan pertumbuhan vegetatif tanaman menjadi lebih baik. Nitrogen terutama dibutuhkan tanaman guna sintesis protein, namun secara struktural merupakan bagian dari klorofil. Tanaman yang tumbuh harus mengandung Nitrogen dalam membentuk sel-sel baru.

(10)

Tekstur tanah aluvial menunjukkan tanah tersebut didominasi oleh fraksi pasir 90,72%, debu 2,99% dan liat 6,29%. Hal ini menunjukkan bahwa tanah aluvial yang ditanami tanaman nenas memiliki porositas tanggi sehingga apabila terjadi hujan akan mengalami tingkat pencucian unsur hara yang tinggi.

Kajian Budidaya Tanaman Nenas

Benih

Nenas dapat diperbanyak dengan menggunakan tunas mahkota, tunas batang (anakan), tunas dasar buah, dan stek batang. Tanaman nenas yang ditanam di lahan gambut maupun aluvial di Kalimantan Barat umumnya menggunakan benih nenas yang berasal dari tunas batang (anakan). Hasil wawancara menyatakan bahwa lebih dari 80% petani menggunakan tunas batang sebagai benih, sedangkan sisanya menggunakan benih dari bagian tanaman yang lain. Alasan menggunakan tunas batang adalah untuk memperoleh pohon nenas yang baik dan cepat menghasilkan buah. Hal ini sesuai dengan pendapat Sunarjono (1987) bahwa antara anakan (sucker), tunas ketiak daun (shoots) dan mahkota

(crown) terdapat perbedaan sifat fisiologis dalam umur berbunga dan

produksinya. Makin kebagian atas tanaman, umurnya makin panjang dan produksinya rendah.

Benih nenas yang ditanam di lahan gambut dan aluvial berasal dari daerah Pontianak, yang merupakan tipe Queen, dengan ciri daun berduri. Diperkirakan masuknya benih yang pertama sekali sudah sangat lama dan dikembangkan pertama kali di sekitar pekarangan rumah penduduk.

(11)

Benih nenas yang baru diambil biasanya tidak langsung ditanam, para petani memberikan perlakuan penjemuran terlebih dahulu sebelum benih ditanam.

Sebagian besar petani yang diwawancarai 75% melakukan penjemuran selama dua hingga tiga minggu (Gambar 7). Bagian bawah daun bibit yang kering akan dibuang dan ditinggalkan bagian atas yang masih segar. Menurut Sunarjono (1987) bahwa anakan atau mahkota bunga yang baru dipotong (dipisahkan) dapat ditanam langsung, tanpa disemai dahulu. Namun sebaiknya dibiarkan dahulu beberapa hari sebelum ditanam. Hal ini dimaksudkan agar lukanya tertutup kalus lebih dahulu sehingga cepat berakar.

Persiapan Lahan

Umumnya lahan yang digunakan untuk penanaman nenas di Kalimantan Barat berasal dari hutan atau semak belukar yang dilakukan pembersihan dengan cara ditebang dan dibakar. Hasil pengamatan di lapangan memperlihatkan lahan gambut yang ditanami nenas masih memperlihatkan adanya sisa-sisa bagian tanaman seperti batang maupun akar pada areal pertanaman. Hal ini menunjukkan bahwa petani di lahan gambut tidak membersihkan lahannya sebaik mungkin sebelum melakukan penanaman. Pada lahan aluvial di Desa Sungai Pangkalan lahan terlihat telah dibersihkan sebelum dilakukan penanaman. Hal ini diduga karena vegetasi yang tumbuh merupakan semak belukar yang memiliki batang yang kecil.

Gambar 8. Saluran draenase dan Jarak tanam nenas

Pembuatan saluran draenase dilakukan oleh petani pada lahan yang akan ditanami nenas (Gambar 8). Ada beberapa alasan mereka membuat saluran air,

(12)

sebanyak 40% menyatakan saluran sebagai batas saja antara satu lahan dengan lahan lainnya. Sebanyak 50% menyatakan bahwa saluran dapat mencegah lahan dari penggenangan air atau banjir, sedangkan 10% tidak menyatakan alasan. Dari data ini menunjukkan bahwa kesadaran petani tentang fungsi saluran pada pertanaman nenas sudah cukup tinggi.

Hasil penelitian secara kuantitatif menyatakan bahwa semua petani baik yang melaksanakan budidaya nenas di lahan gambut maupun lahan aluvial tidak melakukan pengolah tanah terlebih dahulu sebelum penanaman. Setelah lahan ditebas dan dibakar bibit yang telah dijemur ditanam dengan berbagai macam jarak tanam. Dari hasil wawancara dengan petani responden dapat dibagi dalam empat kelompok jarak tanam yang dilakukan seperti yang disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Penggolongan jarak tanam nenas pada lahan gambut dan aluvial Golongan Jarak Tanam Gambut (%) Aluvial (%)

I lebih dari 100 x 100cm 50 30

II 100 x 100 cm 15 25

III kurang dari 100 x 100 cm 5 10

IV tidak beraturan 25 35

Sebagian besar dari petani lahan gambut (50%) melakukan penanaman nenas dengan menggunakan jarak tanam lebih dari 1 meter, seperti 120 x 150 cm, 100 x 120 cm dan 100 x 150 cm. Sedangkan pada lahan aluvial petani lebih banyak menggunakan jarak tanam yang tidak beraturan (35%). Penentuan jarak tanam akan mempengaruhi kualitas dan kuantitas produksi tanaman nenas. Jarak tanam yang rapat menyebabkan persaingan penyerapan unsur hara oleh akar tanaman. Persaingan penyerapan unsur hara akan semakin tinggi apabila banyak anakan yang tumbuh. Keadaan ini menyebabkan pertumbuhan tanam,an menjadi terhambat dan kualitas semakin menurun.

Tabel 4 memperlihatkan bobot dan ukuran buah nenas yang berasal dari lahan gambut lebih baik dibanding nenas dari lahan aluvial. Demikian pula dengan penyerapan unsur N, P dan K pada daun tanaman (Gambar 13) menunjukkan pertumbuhan tanaman nenas di lahan gambut lebih baik daripada lahan aluvial. Penanaman yang tidak beraturan yang dilakukan oleh petani

(13)

disebabkan kurangnya pemahaman tentang pentingnya jarak tanam dalam pengelolaan perkebunan dan kualitas produksi.

Penanaman dan Pemeliharaan Tanaman

Lahan yang sudah dipersiapkan ditanami dengan bibit tanaman nenas sesuai jarak tanam. Untuk meluruskan tanaman digunakan tali dan setiap jarak dilakukan pengajiran, kemudian bibit ditanam sebanyak 1 bibit setiap lubang tanam. Kedalaman-tanamnya beragam, tetapi umumnya berkisar antara 5-7 cm. Setelah itu lubang tanam ditutup kembali lalu sedikit ditekan agar bibit dapat berdiri dengan tegak.

Petani tidak pernah melakukan pemupukan baik pada tanaman nenas yang tumbuh di lahan gambut maupun lahan aluvial karena berproduksi dengan baik walaupun tanpa menggunakan pupuk. Diduga pertumbuhan nenas yang baik disebabkan lahan yang digunakan merupakan lahan bukaan baru sehingga tanah masih banyak menyediakan unsur hara makro maupun mikro. Dari hasil analisis tanah gambut mengandung unsur hara yang lebih baik daripada aluvial (Tabel 2). Keadaan ini mengakibatkan pertumbuhan tanaman nenas pada gambut lebih baik daripada aluvial, demikian juga dengan buah nenasnya.

Gambar 9 memperlihatkan perbandingan antara tanaman nenas pada lahan aluvial dan lahan gambut. Penanaman pada lahan gambut dilakukan dengan jarak tanam dengan ukuran tertentu. Penanaman nenas pada lahan aluvial tidak dilakukan dengan jarak tanam yang beraturan, hal ini mengakibatkan pertumbuhan tanaman agak terhambat karena terlalu rapat terutama setelah tumbuh anakan. Penanaman nenas dengan menggunakan jarak tanam yang teratur akan memudahkan pemeliharaan tanaman dan pertumbuhan tanaman menjadi normal sehingga buah yang dihasilkan menjadi lebih besar. Penentuan jarak tanam telah mempertimbangkan anakan yang akan tumbuh sehingga tanaman tetap akan berproduksi dengan baik.

(14)

a

b

Gambar 9 Kondisi kebun nenas pada lahan aluvial (a) dan lahan gambut (b).

Pembersihan lahan dilakukan oleh petani dengan beragam kegiatan. Sebanyak 20% menyatakan melakukan pembersihan lahan secara rutin, 40% membersihkan lahannya apabila akan melakukan pemanenan, sedangkan 40 melakukan pembersihan lahan bila dianggap perlu saja. Jenis gulma yang hidup pada lahan gambut didominasi oleh jenis pakis, sedangkan pada lahan aluvial didominasi oleh rumput dan alang-alang. Tetapi penebasan juga dilakukan oleh petani pada tanaman nenas yang sudah dipanen. Serasah tanaman dibiarkan saja di areal pertanaman, tujuannya adalah untuk menjaga kelembaban tanah. Terlebih pada lahan gambut, dimana pada musim kemarau lahan menjadi sangat kering dan

(15)

pertumbuhan tanaman menjadi terhambat. Adanya serasah akan mempertahankan kelembaban tanah sehingga perakaran dapat menyerap hara.

Pengamatan yang dilakukan pada lokasi pengamatan ternyata penyiraman tanaman tidak pernah dilakukan oleh petani. Hal ini diduga karena pada lokasi tersebut mengalami curah hujan cukup tinggi yang terjadi sepanjang tahun.

Hama yang sering menyerang tanaman nenas berupa hama tikus dan musang. Sedangkan penyakit yang menyerang tanaman jarang sekali dikeluhkan oleh petani. Kerusakan tanaman lebih banyak disebabkan kebakaran pada musim kemarau yang terjadi pada lahan gambut (Gambar 10). Dari hasil wawancara dengan petani, penggunaan pestisida dan pupuk tidak pernah dilakukan petani selama bertanam nenas baik pada lahan gambut maupun aluvial.

Gambar 10. Kondisi tanaman yang kekurangan air (kemarau).

Kondisi kekeringan yang terjadi pada musim kemarau akan mengakibatkan tanaman dan lahan gambut mudah terbakar terbakar, hal ini sulit untuk ditanggulangi oleh petani karena api menjalar dari bagian bawah lahan.

Panen dan Pasca Panen

Pemanenan tanaman nenas dilakukan pada saat buah telah tua, dengan ciri-ciri warna kulit buah hijau kekuningan, mata menjadi membesar dan agak mendatar, dan kalau dipukul mengeluarkan bunyi seperti menggema. Tidak terdapat perbedaan waktu panen tanaman nenas dari kedua lokasi tersebut. Tanaman yang telah berumur 9-10 bulan akan mengalami pembungaan, dan setelah 3 – 5 bulan setelah itu buah nenas dapat dipanen.

(16)

Gambar 11. Buah nenas yang telah matang dan buah hasil panen.

Tanaman nenas dapat dipanen sepanjang musim, dan hasil panen buah yang terbesar biasanya pada bulan-bulan Mei, Juni, Nopember dan Desember. Walaupun tanaman nenas pada kedua lokasi dapat dipanen sepanjang tahun, tetapi pada bulan-bulan September dan Oktober biasanya buah nenas agak sulit didapat

Pemanenan buah nenas dilakukan dengan cara memotong tangkai buah dengan menyisakan 1,5-2 cm dari dasar buah, dengan tidak memotong bagian mahkota buah (Gambar 11). Tanaman nenas yang telah diambil buahnya biasanya ditebas atau dipotong dan biomassanya dibiarkan saja menjadi mulsa untuk menjaga kelembaban tanah. Buah yang telah dipanen biasanya langsung dijual oleh petani secara langsung dipinggir-pinggir jalan atau dititpkan di warung.

Kualitas Tanaman dan Buah Nenas

Pertumbuhan tanaman

Tanaman nenas yang tumbuh pada lahan gambut dan lahan aluvial dikelola langsung oleh petani. Setiap petani rata-rata memiliki 1-2 Ha, dengan cara yang masih tradisional. Benih diperoleh dari tanaman sekitarnya atau kebun tetangga dan selama bercocok tanam para petani tidak pernah menggunakan pestisida, baik untuk membasmi hama dan penyakit tanaman maupun untuk pengaturan masa panen. Tanaman yang ditanam nenas yang ditanam umumnya tipe Queen yang memiliki daun yang berduri, dan ukuran buah yang tidak terlalu besar berkisar 0,5 – 1,3 kg. Jumlah anakan yang tumbuh pada tunas batang biasanya dibirkan tumbuh dan tidak dibatasi sehingga mempengaruhi ukuran buah.

(17)

Pengamatan pertumbuhan tanaman nenas pada lokasi lahan gambut dan aluvial dilakukan sebanyak 5 kali selama 1 tahun, dimulai pada bulan Mei 2006 hingga Mei 2007. Dari hasil pengukuran beberapa parameter tanaman, terdapat perbedaan pola pertumbuhan, baik yang disebabkan oleh faktor iklim maupun tingkat kesuburan tanah. Hasil pengukuran panjang daun, lebar daun dan tinggi tanaman pada Gambar 12 memperlihatkan adanya perbedaan pola pertumbuhan tanaman. Pada masa awal, tanaman menunjukkan pertumbuhan yang normal dimana antara tanaman yang tumbuh di lahan gambut dengan lahan aluvial tidak menunjukkan perbedaan nyata,kecuali pada parameter tinggi tanaman. Keadaan ini disebabkan pada awal masa pertumbuhan ketersediaan unsur hara pada tanah masih mencukupi untuk pertumbuhan tanaman, juga curah hujan yang terjadi pada bulan Mei dan Juni masih cukup tinggi (Gambar 3).

Pada pengamatan II yang dilakukan pada bulan Agustus 2006 memperlihatkan pertumbuhan tanaman masih normal yang diperlihatkan dari penambahan panjang dan lebar daun serta tinggi tanaman yang cukup signifikan Pada pengamatan ke III terlihat pertumbuhan sedikit lambat pada tanaman nenas yang tumbuh di lahan aluvial. Hal ini disebabkan karena rendahnya curah hujan dibulan Juli dan agustus yang hanya mencapai 63,5 dan 60,5 mm. Pada pengamatan ke IV , tanaman nenas yang tumbuh dilahan aluvial memperlihatkan pertumbuhan yang lambat hingga memasuku fase refroduktif, sedangkan tanaman yang tumbuh pada lahan gambut menunjukkan pertumbuhan yang lebih baik hingga memasuki fase refroduktif (berbuah). Keadaan ini disebabkan karena ketersediaan air pada tanah yang cukup disebabkan curah hujan yang cukup tinggi.

Perkembangan tanaman (Gambar 12) menunjukkan pertumbuhan yang sedikit lambat pada bulan Juli hingga September baik pada semua parameter yang diukur. Keadaan ini disebabkan karena keadaan iklim pada bulan-bulan tersebut yang kurang mendukung perkembangan tanaman. Suhu maksimum pada siang hari pada dua lokasi mencapai 33-34 °C pada bulan Mei hingga September. Demikian pula dengan kelembaban udara yang mencapai titik terendah hingga 80 – 83 % pada bulan Juli dan Agustus. Keadaan ini menyebabkan kehilangan air pada tanaman melalui evapotranspirasi akan semakin besar sehingga

(18)

menghambat metabolisme di dalam sel yang mengakibatkan proses fotosintesis menjadi terhambat.

Pe rk e mbangan Pan jang Dau n

0 10 20 30 40 50 60 70 80 Apr-0 6 Jun-0 6 Agu st-06 Okt-0 6 Des-0 6 Feb-0 7 Apr-0 7 Bulan ( c m ) Lahan Gambut Lahan Aluv ial

Perk e m bangan Le bar Daun

0 1 2 3 4 5 6 Apr-0 6 Jun-06 Agu st-06 Okt-0 6 Des-06 Feb-07 Apr-07 Bulan ( c m ) Lahan Gambut Lahan Aluv ial

Pe rk em bangan Tinggi Tanam an

0 20 40 60 80 100 Apr-0 6 Jun-06 Agu st-06 Okt-06 Des-0 6 Feb-07 Apr-07 Bulan ( c m ) Lahan Gambut Lahan Aluv ial

Gambar 12. Perkembangan pertumbuhan tanaman nenas pada lahan gambut dan aluvial

Dibandingkan dengan tanaman nenas yang tumbuh dilahan aluvial, tanaman yang tumbuh pada lahan gambut menunjukkan pertumbuhan yang lebih baik pada pengamatan ke III sampai ke V. Adanya perbedaan jumlah Curah Hujan dikedua

(19)

tempat menyebabkan kandungan air tanah dikedua tempat berbeda. Hal ini tentu saja mempengaruhi proses metabolisme sel sehingga menyebabkan pertumbuhan tanaman pada dua lokasi menjadi berbeda.

Fase pembungaan tanaman nenas baik yang tumbuh pada lahan gambut maupun lahan aluvial terjadi pada pengamatan IV, yaitu pada bulan Nopember, dan setelah 100-150 hari setelah itu buah nenas baru dapat dipanen. Dengan amemasuki fase pertumbuhan refroduktif, maka pada pengamatan V pertumbuhan vegetatif tanamam nenas menjadi terhenti atau lambat sekali.

Hasil analisis jaringan daun tanaman menunjukkan bahwa kandungan unsur N, P dan K pada tanaman nenas yaitu 1,01% N, 0,22% P dan 0,71%K untuk gambut, sedangkan untuk tanah aluvial adalah 0,85% N, 0,13% P dan 0,69% K. Data tersebut menyatakan bahwa tanaman nenas yang tumbuh pada lahan gambut memiliki kandungan N, P dan K yang lebih tinggi daripada yang tumbuh di lahan aluvial (Gambar 13). Hal ini berhubungan dengan penyerapan unsur hara yang tersedia dari masing-masing tanah untuk pertumbuhan tanaman (Tabel 2). Keadaan ini tentu saja menyebabkan pertumbuhan tanaman nenas yang tumbuh pada lahan gambut lebih baik jika dibandingkan dengan tanaman yang tumbuh di lahan aluvial.

Kebutuhan unsur hara N dan K yang tinggi pada tanaman nenas karena tanaman ini merupakan tanaman yang sukulen. Untuk mempertahankan sukulensinya maka tanaman memerlukan unsur hara N yang banyak. Poerwowidodo (1992) diacu dalam Safuan (2007) mengemukakan bahwa, pasok nitrogen yang tinggi mempercepat pengubahan karbohidrat menjadi protein dan kemudian diubah menjadi protoplasma dan sebagian kecil dipergunakan menyusun dinding sel. Pengaruh nitrogen dalam meningkatkan bagian protoplasma dibandingkan bagian bahan dinding sel, menimbulkan beberapa akibat seperti peningkatan ukuran sel, menyebabkan daun dan batang tanaman lebih sukulen dan kurang keras, juga meningkatkan bagian air sebagai akibat meningkatnya kandungan air protoplasma. Sedangkan pemupukan K pada tanaman akan menurunkan koefisien transpirasi. Peningkatan konsentrasi K di dalam sel akan mempertahankan potensi osmotik dan meningkatkan kemampuan sel-sel untuk mengangkut air dan menahannya.

(20)

0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2

Mei-06 Agt-06 Nop-06 Feb-07 Mei-07

( % N ) Lahan Gambut Lahan Aluvial 0 0,05 0,1 0,15 0,2 0,25

Mei-06 Agt-06 Nop-06 Feb-07 Mei-07

( % P ) Lahan Gambut Lahan Aluvial 0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8

Mei-06 Agt-06 Nop-06 Feb-07 Mei-07

( % K ) Lahan Gambut Lahan Aluvial Gambar 13. Kandungan unsur N, P dan K pada jaringan daun tanaman

nenas.

Kualitas Buah nenas

Tanaman nenas yang dibudidayakan pada lahan gambut dan lahan aluvial sebagian besar merupakan tipe Queen. Buah yang dihasilkan dari tanaman nenas tersebut memiliki berat 800 – 1300 gram, dan memiliki daging buah yang

(21)

berwarna kuning muda apabila mentah dan kuning keemasan apabila telah tua atau matang. Buah nenas yang telah matang biasanya langsung dijual untuk dikonsumsi oleh masyarakat karena memiliki kesegaran dan rasa yang manis.

Gambar 14. Sampel buah nenas Queen yang berasal dari lahan Aluvial dan lahan Gambut di Kalimantan Barat. (a) sampel buah matang, (b) bentuk dan warna daging buah.

Buah yang dihasilkan dari lahan gambut umumnya memiliki ukuran yang lebih besar dari lahan aluvial. Sedangkan dari bentuk morfologi dan warnanya tidak jauh berbeda.

Aluvial Gambut Aluvial Gambut Daging Buah a b Buah Matang

(22)

Tabel 4 memperlihatkan bahwa buah nenas yang berasal dari lahan gambut memiliki keunggulan dibandingkan dengan buah nenas yang berasal dari lahan aluvial terutama pada bobot buah, bobot buah tanpa mahkota, bobot mahkota, jumlah daun mahkota, panjang buah, diameter buah dan kadar air. Sedangkan buah yang berasal dari lahan aluvial memiliki keunggulan pada Padatan Total Terlarut (PTT) dan Asam Total. Tetapi pada rasio PTT/TAT menunjukkan bahwa buah yang berasal dari lahan aluvial memiliki keunggulan pada Padatan Total Terlarut (PTT) dan Asam Total. Tetapi pada rasio PTT/TAT menunjukkan bahwa buah yang berasal dari lahan gambut memiliki nilai yang lebih tinggi yaitu sebesar 8,45 dan buah dari lahan aluvial sebesar 8,22. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kemanisan dari buah nenas yang berasal dari lahan gambut lebih baik jika dibandingkan dengan nenas asal lahan aluvial.

Tabel 4 Hasil analisis sampel buah nenas yang berasal dari lahan gambut dan lahan aluvial dibandingkan dengan nenas queen Bogor.

Peubah Lahan Gambut Lahan Aluvial Queen Gati Bogor * Queen Hijau Bogor * Bobot buah dengan mahkota (gr) 1.226 810 1.240 1160

Bobot buah tanpa mahkota (gr) 1.026 750 800 1100 Jumlah daun mahkota (helai) 141,6 128,5 116 83

Tinggi mahkota (cm) 18,35 18,6 45 14

Panjang buah (cm) 16,2 14,31 16 14

Diameter buah (cm) 9,49 8,76 10,78 9,9

Diameter hati (cm) 2,36 2,4 2,43 1,96

Kedalaman mata (cm) 1,63 1,62 1,23 1,1 Padatan total terlarut (Brix) 17,75 20,48 14 14

Asam total (%) 2,1 2,49 5 6,3

pH buah 5,2 4,8 5,5 5,5

Kadar Air (%) 83,91 82,36

*) Deskripsi Plasma Nutfah Koleksi PKBT 2005.

Dibandingkan dengan nenas queen gati bogor, nenas yang berasal dari lahan gambut memiliki ukuran yang tidak jauh berbeda. Hal ini dapat dilihat pada bobot buah, panjang dan pH buah. Bauah nenas yang berasal dari lahan aluvial

(23)

memiliki bobot yang lebih kecil dari nenas bogor, tetapi memiliki panjang yang hampir sama dengan nenas queen hijau bogor.

Bobot Buah 0 200 400 600 800 1000 1200 1400 Kemarau Penghujan ( g ra m )

Lahan Gambut Lahan Aluvial

Bobot Buah Tanpa M ahk ota

0 200 400 600 800 1000 1200 Kemarau Penghujan ( g ra m )

Lahan Gambut Lahan Aluvial 1 Panjang Buah 13 13.5 14 14.5 15 15.5 16 16.5 Kemarau Penghujan ( c m )

Lahan Gambut Lahan Aluvial

Diam e te r Buah 8.2 8.4 8.6 8.8 9 9.2 9.4 9.6 Kemarau Penghujan ( c m )

Lahan Gambut Lahan Aluvial

Gambar 15. Ukuran buah nenas dari lahan gambut dan alluvial pada musim kemarau dan musim penghujan.

Gambar 15 memperlihatkan perbandingan dari buah nenas yang diambil pada musim kemarau dan musim hujan yang berasal dari lahan gambut dan aluvial pada beberapa parameter. Buah nenas yang dipanen pada musim penghujan memiliki ukuran yang lebih besar bila dibandingkan buah yang dipanen pada musim kemarau. Keadaan ini disebabkan ketersediaan air pada tanah dan kelembaban serta suhu udara yang mendukung reaksi biokimia di dalam sel tanaman. Pertumbuhan tanaman tergantung pada aktivitas sistem fotosintesis, sehingga faktor lingkungan yang mendukung menyebabkan fotosintesis berjalan lebih efisien untuk pembentukan asimilat pada buah. Demikian pula dengan ketersediaan unsur hara di dalam tanah, kecepatan reaksi dan pergerakannya akan dipengaruhi oleh keadaan lingkungan disekitarnya terutama adanya kelembaban dan suhu tanah yang optimum.

(24)

Kadar Air Buah 81.5 82 82.5 83 83.5 84 84.5 Kemarau Penghujan ( % )

Lahan Gambut Lahan Aluvial

Padatan Total Te rlarut

16 16.5 17 17.5 18 18.5 19 19.5 20 20.5 21 Kemarau Penghujan ( B rix )

Lahan Gambut Lahan Aluvial

As am Total 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 Kemarau Penghujan ( % )

Lahan Gambut Lahan Aluvial

pH 4.5 4.6 4.7 4.8 4.9 5 5.1 5.2 5.3 Kemarau Penghujan Lahan Gambut Lahan Aluvial

Gambar 16. Kualitas buah nenas dari lahan gambut dan alluvial pada musim kemarau dan musim penghujan.

Kadar air buah nenas pada musim penghujan pada lahan gambut lebih tinggi dibandingkan buah yang dipanen pada musim kemarau (Gambar 16). Kadar air buah yang tinggi dipengaruhi oleh kondisi lingkungan dengan kelembaban dan kadar air tanah yang cukup tinggi diserap oleh tanaman. Padatan total terlarut tidak menunjukkan perbedaan pada buah yang dipanen pada musim kemarau maupun pada musim penghujan. Demikian pula dengan asam total.

Padatan total terlarut dan asam total buah nenas yang berasal dari lahan alluvial lebih tinggi daripada buah yang berasal dari lahan gambut. Hal ini disebabkan karena pengaruh iklim pada lahan aluvial yang memiliki fluktuasi yang lebih tinggi dari lahan gambut menyebabkan peningkatan laju respirasi. Peningkatan kandungan padatan total terlarut dengan kandungan utama gula sederhana mungkin disebabkan oleh laju respirasi yang meningkat, sehingga terjadi pemecahan oksidatif dari bahan-bahan yang kompleks seperti karbohidrat, protein dan lemak. Hal ini menyebabkan kandungan pati pada buah menurun dan sukrosa yang terbentuk akan terhidrolisis menjadi glukosa dan fruktosa (Winarno 2002)

(25)

Hasil Uji organoleptik dari 25 orang fanelis pada sampel buah nenas yang berasal dari dua lokasi tersebut menunjukkan bahwa buah nenas yang berasal dari lahan gambut memang disukai, baik dari rasa maupun dari penampilan buah seperti yang diperlihatkan pada Gambar 17.

0 20 40 60 80 100 120

Aroma Keempukan Kereny ahan Kemanisan Int.rs manis Int.rs asam

( %

)

Lahan Gambut Lahan Aluvial

Gambar 17. Hasil uji organoleptik pada buah nenas.

Dari hasil uji organoleptik menunjukkan bahwa buah nenas yang berasal dari lahan gambut lebih disukai karena rasanya yang manis karena intensitas rasa manis dan asamnya yang cocok, sedangkan nenas yang berasal dari lahan aluvial disukai karena kerenyahan dan keempukannya.

Input Budidaya pada Lahan Gambut

Secara umum input budidaya tanaman nenas pada lahan gambut dan lahan aluvial ditujukan untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman dan kualitas buah. Input budidaya pada kedua lokasi akan berbeda sesuai dengan keadaan tempat dan kondisi tanaman yang diamati.

Lahan Gambut

a. Pemilihan Lokasi

Pemilihan lokasi tanam adalah untuk menjamin agar produksi nenas dapat dioptimalkan dan mencegah kegagalan proses produksi, serta dapat menghasilkan buah sesuai dengan mutu yang ditetapkan. Tujuan dari pemilihan lokasi adalah untuk mendapatkan lahan yang bebas dari penyakit endemis,

(26)

subur dengan lapisan top soil tanah yang cukup tebal dan banyak mengandung humus.

Penanaman nenas yang dilakukan pada lahan gambut dilakukan pada lokasi yang datar, dengan pH tanah berkisar 3,9 – 4,5. Pertumbuhan nenas pada tingkat kemasaman tanah ini cukup baik bagi pertumbuhan dan produksi nenas. Demikian halnya dengan data iklim selama sepuluh tahun terakhir menunjukkan bahwa pada lahan gambut terjadi hujan sepanjang tahun dengan curah hujan rata-rata 2000 - 3000 mm per tahun dengan suhu rata-rata 26 - 28ºC.

b. Pemilihan Benih

Pemilihan benih tanaman dianjurkan menggunakan benih yang memiliki daya adaptasi yang baik pada lahan gambut. Tujuan pemilihan benih adalah untuk mendapatkan benih yang berkualitas dan mempunyai daya tumbuh yang baik, ukuran yang seragam, tidak mengandung penyakit dan berproduksi tinggi. Benih dapat diperbanayak dengan menggunakan bagian mahkota (crown), tunas batang (seler batang), seler (sucker) dan tunas akar. Ukuran panjang benih berkisar 30-50 cm, kelopak daun paling bawah dibuang 4-6 helai (1 cm).

c. Persiapan Lahan (Pembersihan)

Pembersihan lahan bertujuan untuk menyiapkan lahan agar siap untuk ditanami dengan membuang bahan-bahan yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman. Pembersihan lahan gambut yang akan ditanami nenas dilakukan dengan membuang sisa-sisa kayu yang besar, membersihkan semak, pohon kecil, cabang dan ranting pohon besar yang doperkirakan dapat menghalangi tanaman muda untuk mendapatkan sinar matahari.

Sasaran dari kegiatan ini agar lahan bebas dari sisa kayu besar, semak belukar dan dahan-dahan yang dapat menjadi sumber penularan hama dan penyakit. Sifat daripada gambut yang memiliki kandungan air yang tinggi pada musim penghujan dan sangat kering pada musim kemarau perlu diatasi dengan membuat saluran-saluran air dengan ukuran lebar 1 – 1,5 meter. Hal ini bertujuan agar keluar masuknya air ke lahan pertanaman melalui pasang surutnya sungai sesuai dengan kebutuhan tanaman. Saluran yang terlalu sempit menyebabkan terjadinya penggenangan pada lahan, dan hal ini tidak

(27)

menguntungkan bagi perkembangan akar tanaman nenas. Saluran yang terlalu lebar akan menyebabkan air mudah terbuang yang menyebabkan lahan menjadi lebih mudah kering.

d. Persiapan Lahan (Pengajiran)

Pengajiran adalah suatu upaya untuk menentukan posisi tanam sehingga diproleh populasi tanam sesuai dengan standar yang ditetapkan. Tujuan pengajiran adalah memperoleh jarak tanam yang menjamin tanaman dapat tumbuh optimum. Peralatan yang digunakan dalam pengajiran adalah tali rafia, ajir dan meteran. Ajir dapat terbuat dari bahan bambu atau kayu yang berfungsi intuk menandai dan melubangi tanah.

Pengajiran dilakukan dengan membuat tanda menggunakan ajir dengan mengacu pada jarak tanam. Untuk lahan gambut penanaman dilakukan pada pola tanam 1 alur dengan jarak tanamn baris 80-100 cm dan jarak tanam antar baris 100-120 cm. Pada areal pengembangan yang lebih luas sebaiknya menggunakan alat ukur theodolit.

e. Penanaman

Penanaman adalah kegiatan meletakkan benih pada lubang tanam yang telah dipersiapkan sesuai dengan jarak tanam. Benih ditanam sedalam 5-10 cm, dengan jumlah satu benih per lubang. Tanah dipadatkan/ditekan disekitar pangkal batang nenas agar tanaman tidak mudah roboh dan perakaran nenas dapat mencapai tanah. Kemudian dilakukan penyiraman agar tanah lembab dan basah. Setelah satu bulan setelah tanam segera dilakukan penyulaman. Anakan yang tumbuh pada tanaman nenas hendaknya dipelihara tidak lebih dari 3 anakan saja. Hal ini bertujuan untuk menjaga kualitas buah yang dihasilkan oleh tanaman tersebut.

f. Sanitasi Lahan

Kebersihan lingkungan tanaman nesa perlu dijaga agar tanaman dapat tumbuh optimal. Penyiangan dilakukan agar pertanaman bebas dari gulma sampai menjelang panen. Kegiatan lain adalah menjarangkan anakan untuk mengatur jumlah anakan maksimal 3 anakan dalam setiap rumpun.

(28)

g. Pemupukan

Lahan gambut memiliki kandungan unsur hara yang baik untuk pertumbuhan tanaman nenas. Kendala yang utama adalah tingkat kemasamannya yang tinggi sehingga menyebabkan unsur hara Al, Fe dan Mn yang bersifat racun bagi perakaran tanaman meningkat. Pengapuran perlu dilakukan pada lahan gambut untuk meningkatkan pH tanah agar unsur-unsur hara yang dibutuhkan tanaman menjadi tersedia, sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan dan kualitas buah.

Pemupukan N, P dan K perlu dilakukan pada lahan terutama pada kebun-kebun yang telah berumur diatas 5 tahun. Hal ini disebabkan kandungan unsur hara yang ada telah habis diserap oleh perakaran tanaman, terutama yang memiliki jumlah anakan yang banyak. Apabila tanaman tidak dipupuk akan menyebabkan ukuran tanaman dan buah yang semakin kecil.

h. Pengendalian OPT

Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) adalah upaya pengendalian dengan mengamati dan melakukan pengendalian terhadap hama dan penyakit tanaman. Tujuannya adalah untuk mengetahui jenis hama dan penyakit yang mempunyai potensi untuk menghambat pertumbuhan dan produksi tanaman.

Kegiatan pengendalian dilakukan dengan pengamatan OPT secara dini dan berkala dengan melakukan identifikasi timbulnya hama dan penyakit, mengidentifikasi jenis-jenis OPT yang membahayakan produksi dan mutu, identifikasi cara pengendaliannya, kemudian melakukan pengendalian hama dan penyakit secara terpadu.

i. Panen

Pemanenan buah dilakukan apabila buah telah menunjukkan ciri matang pohon. Pemanenan buah sebaiknya dilakukan pada pagi hari yaitu antara pukul 08.00 – 11.00 WIB. Buah yang telah matang pohon dicirikan dengan 20% warna pada pangkal buah berwarna kuning dan pangkal batang buah telah keriput, pangkal mata buah telah menguning.

Pelaksanaan panen dilakukan dengan memangkas tangkai dengan pisau. Buah yang dipanen sebaiknya tidak dilempar/dibanting. Pengumpulan hasil

(29)

panen dilakukan dibawah tempat teduh dengan diberi alas (jangan dibiarkan di tanah). Untuk nenas segar, sebelum dilakukan perlakuan lebih lanjut diupayakan menghilangkan panas lapang dengan diangin-anginkan atau disemprot dengan uap air bersih lalu ditutup dengan terpal.

j. Sortasi dan Pengkelasan Buah

Sortasi dan pengkelasan buah adalah melakukan pemilihan dan pemisahan beradasarkan ukuran dan tingkat kematangan buah. Tujuannya adalah untuk mendapatkan buah yang baik dan yang rusak serta untuk mendapatkan buah yang seragam.

Prosedur pelaksanaan adalah dengan memisahkan buah yang bentuknya abnormal, cacat, luka atau busuk dari buah yang bentuknya normal dan baik. Buah yang muda, terlalu matang atau terlalu kecil serta buah yang memar dan cacat dikatagorikan sebagai out of grade atau di luar kelas. Buah selanjutnya dibersihkan dengan sikat lunak atau dilap dengan kain.

k. Pengepakan Buah

Pengepakan buah bertujuan untuk menjaga tingkat kesegaran dan mutu produk. Setelah dikelaskan , buah dipak. Pangkal tangkai buah dicelupkan

paraffin cair, kemudian buah dengan mahkota disusun pada posisi tidur.

Kemasan dapat berupa peti kayu atau kotak karton.

Untuk pengangkutan jarak dekat kapasitas maksimum kemasan 50 kg, dan untuk pengangkutan jarak jauh antar buah duberi penyekat yang berbahan lunak.

Gambar

Gambar 1. Peta lokasi pengamatan nenas di Kalimantan Barat .
Gambar 3. Pola penyebaran Curah Hujan pada dua lokasi  selama 1 tahun   pengamatan (Mei 2006 – April 2007)
Gambar 4. Pola Curah Hujan  tahunan selama sepuluh tahun terakhir pada dua lokasi  pengamatan
Gambar 4 Keadaan suhu maksimum dan minimum di lokasi pengamatan tanaman nenas  pada Lahan Gambut dan Lahan Aluvial
+7

Referensi

Dokumen terkait

Analisis data untuk mengukur hubungan antara variabel orientasi pasar dengan inovasi produk diperoleh nilai β = 0.237 dan t hitung = 4,467 dengan tingkat

Manfaat teoritis dalam penelitian ini ialah dengan menggunakan pengembangan media pembelajaran sparkol videoscribe berbantuan pendekatan open ended pada materi

Sistem perpipaan harus mempunyai fleksibilitas yang cukup, agar pada saat terjadi ekspansi termal dan kontraksi, pergerakan dari penyangga dan titik persambungan pada system

Berdasarkan dari tabel 2 di atas dapat dilihat bahwa kelompok umur 15-64 paling banyak memanfaatkan Puskesmas pada bulan Januari-Juni 2014 di era JKN adalah

Tingginya zona hambat pada ekstrak air kulit kayu rambai menunjukkan bahwa ekstrak air memiliki kepolaran senyawa antibakteri yang lebih tinggi daripada ekstrak etanol,

Jika perasaan bahagia lebih kuat dari gerakan kembung-kempisnya perut, pikiran akan memilih perasaan bahagia sebagai obyek dan mengamatinya sebagai ‘bahagia,

(1) Kegiatan pembelajaran dimulai dengan apersepsi, “3 ekor anak ayam, berapa jumlah kakinya anak-anak?”, (2) Guru menjelaskan konsep perkalian sebagai penjumlahan berulang,

Data water pressure yang didapat pada phase 5 akan diaplikasikan pada phase 6 agar diketahui seberapa besar pengaruh water pressure pada daerah tersebut serta melakukan