• Tidak ada hasil yang ditemukan

Abstrak GAMBARAN ULTRASONOGRAFI GINJAL PADA PENYAKIT GINJAL KRONIS BERDASARKAN STADIUM DI RSUP SANGLAH DENPASAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Abstrak GAMBARAN ULTRASONOGRAFI GINJAL PADA PENYAKIT GINJAL KRONIS BERDASARKAN STADIUM DI RSUP SANGLAH DENPASAR"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

Abstrak

GAMBARAN ULTRASONOGRAFI GINJAL PADA PENYAKIT GINJAL KRONIS BERDASARKAN STADIUM DI RSUP SANGLAH DENPASAR

Penyakit ginjal kronis (PGK) merupakan penyakit tak bergejala yang hingga saat ini masih menjadi masalah kesehatan dunia. Bali merupakan kota dengan tingkat kenaikan insiden gagal ginjal paling tinggi di Indonesia. Sayangnya, banyak dari masyarakat Bali yang tidak tahu mereka mengalami PGK sampai mereka membutuhkan pengobatan dialisis pada stadium akhir. Cara terbaik untuk mengurangi kematian yang disebabkan oleh PGK adalah melalui diagnosis yang akurat pada stadium awal. Diantara berbagai metode diagnostik, ultrasonografi merupakan teknik pencitraan yang berbiaya rendah, nyaman, non-invasif, dan bisa menjadi pendekatan klinis yang penting untuk mendeteksi PGK dan pasien dengan risiko tinggi PGK. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran ultrasonografi PGK di RSUP Sanglah Denpasar berdasarkan stadium dan etiologinya.

Metode penelitian ini adalah deskriptif dengan rancangan penelitian potong lintang. Sampel pada penelitian ini terdiri dari 90 sampel ginjal yang berasal dari rekam medis 45 pasien PGK yang melakukan ultrasonografi ginjal di Instalasi Radiologi RSUP Sanglah pada 1 Januari 2015 sampai 31 Desember 2015.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa stadium 1 dan 2 masih memiliki ukuran ginjal yang normal. Stadium 1-5 memiliki kesamaan dalam ekhogenitas yang meningkat dan batas sinus korteks yang tidak jelas. Sistem pelvicalyceal hanya melebar pada stadium 2 (50%) dan stadium 5 (27,1%). Kelainan batu, kista, dan massa sama sekali tidak terdapat di stadium 1, sebaliknya ketiganya terdapat di stadium 5. Sebanyak 44,4% sampel memiliki riwayat hipertensi, 22,2% DM, dan 33,3% dengan faktor lain-lain. Persentase kelainan batu paling banyak terdapat pada sampel hipertensi (25%).

Dapat disimpulkan, gambaran ultrasonografi PGK tiap stadium dan tiap etiologi tidaklah sama.

Kata kunci: ultrasonografi, penyakit ginjal kronis, stadium, ukuran ginjal, ekhogenitas.

(2)

Abstract

DESCRIPTION OF KIDNEY ULTRASOUND IN CHRONIC KIDNEY DISSEASE BY STAGE IN DENPASAR SANGLAH GENERAL HOSPITAL

CENTER

Chronic kidney disease (CKD) is an asymptomatic disease which remains as global health problem until today. Bali has the highest rate of increase incidence of renal failure in Indonesia. Unfortunately, many of the Balinese people don’t know they have been CKD until they require dialysis treatment at the end stage. The best way to reduce deaths caused by CKD is through accurate diagnosis at an early stage. Among various diagnostic methods, ultrasound is an imaging technique that is low-cost, convenient, non-invasive, and can be an essential clinical approach to detect CKD and patients with a high risk of CKD. This study aims to describe the ultrasound of CKD in Denpasar Sanglah General Hospital Centre based on the stage and etiology.

The method of this research is a descriptive cross sectional study design. Samples in this study consisted of 90 samples of kidneys coming from the medical records of 45 patients with CKD who do renal ultrasound at Radiology Sanglah Hospital on January 1, 2015 until December 31, 2015.

The result shows that both stage 1 and 2 still has the size of a normal kidney. Stadium 1-5 have a similarity in increased echogenicity and unclear sinus cortex boundary. Pelvicalyceal system became winded just in stage 2 (50%) and stage 5 (27.1%). There is no stones, cysts, and masses found in stage 1, otherwise all three are in stage 5. There is 44.4% of the sample had a history of hypertension, 22.2% DM and 33.3% by other factors. Percentage of stone disorders are most numerous in the sample hypertension (25%).

To conclude, CKD ultrasound image of each stage and for each etiology is not the same.

(3)

Ringkasan

GAMBARAN ULTRASONOGRAFI GINJAL PADA PENYAKIT GINJAL KRONIS BERDASARKAN STADIUM DI RSUP SANGLAH DENPASAR

Jessica Christy, 2017, Fakultas Kedokteran, Program Studi Pendidikan Dokter Universitas Udayana

Penyakit ginjal kronis (PGK) merupakan kondisi jangka panjang yang menyebabkan ginjal mengalami kerusakan baik secara fungsional maupun struktural. Penyakit ginjal kronis umumnya tidak memiliki gejala atau temuan klinis sampai nanti dalam perjalanan penyakit dan terdeteksi hanya ketika kronis, itupun sering tidak spesifik. Penyebab penyakit ginjal kronis kebanyakan ireversibel dengan perjalanan penyakit seumur hidup, dan pengobatan yang bisa dilakukan hanya bertujuan untuk memperlambat perkembangan gagal ginjal. Berdasarkan pengamatan beberapa dekade terakhir, perkembangan penyakit ginjal kronis dapat menyebabkan gagal ginjal, penyakit kardiovaskuler, dan kematian dini.

Di Indonesia, penyakit ginjal kronis masih kurang dapat terdiagnosis dan tertangani dengan baik, yang mengakibatkan hilangnya kesempatan untuk mencegah terjadinya perburukan. Ultrasonografi merupakan salah satu teknik pencitraan terbaik yang dapat membantu menegakkan diagnosis yang akurat pada stadium awal. Selain berbiaya rendah, nyaman, dan non-invasif, ultrasonografi dapat mendeteksi kelainan pada ginjal berdasarkan ukuran, lokasi, dan kelainan lain yang ditemukan dalam ginjal.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran ultrasonografi PGK di RSUP Sanglah Denpasar berdasarkan stadium dan etiologinya. Metode penelitian ini adalah deskriptif dengan rancangan penelitian potong lintang. Sampel pada penelitian ini terdiri dari 90 sampel ginjal yang berasal dari rekam medis 45 pasien PGK yang melakukan ultrasonografi ginjal di Instalasi Radiologi RSUP Sanglah pada 1 Januari 2015 sampai 31 Desember 2015.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa stadium 1 dan 2 masih memiliki ukuran ginjal yang normal. Stadium 1-5 memiliki kesamaan dalam ekhogenitas yang meningkat dan batas sinus korteks yang tidak jelas. Sistem pelvicalyceal hanya melebar pada stadium 2 (50%) dan stadium 5 (27,1%). Kelainan batu, kista, dan massa sama sekali tidak terdapat di stadium 1, sebaliknya ketiganya terdapat di stadium 5. Sebanyak 44,4% sampel memiliki riwayat hipertensi, 22,2% DM, dan 33,3% dengan faktor lain-lain. Persentase kelainan batu paling banyak terdapat pada sampel hipertensi (25%).

Dapat disimpulkan, gambaran ultrasonografi PGK tiap stadium dan tiap etiologi tidaklah sama.

(4)

Summary

DESCRIPTION OF KIDNEY ULTRASOUND IN CHRONIC KIDNEY DISSEASE BY STAGE IN DENPASAR SANGLAH GENERAL HOSPITAL

CENTER

Jessica Christy, 2017, Faculty of Medicine, Medical Education Program of Udayana University

Chronic kidney disease (CKD) is a long-term condition that causes kidney damage both functionally and structurally. Chronic kidney disease usually has no symptoms or clinical findings until later in the disease course and is detected only when chronic, and even then often not specific. The cause of chronic kidney disease is mostly irreversible with the disease course of a lifetime, and treatment can be done only aims to slow the progression of kidney failure. Based on observations of the past few decades, the development of chronic kidney disease can lead to kidney failure, cardiovascular disease, and premature death.

In Indonesia, chronic kidney disease poorly diagnosed and still not handled properly, resulting in loss of opportunity to prevent deterioration. Ultrasound is one of the best imaging technique that can help make an accurate diagnosis at an early stage. In addition to low-cost, convenient, and non-invasive technique, ultrasound can detect abnormalities in the kidneys by size, location, and other abnormalities found in the kidney.

This study aims to describe the ultrasound of CKD in Denpasar Sanglah General Hospital Centre based on the stage and etiology.

The method of this research is a descriptive cross sectional study design. Samples in this study consisted of 90 samples of kidneys coming from the medical records of 45 patients with CKD who do renal ultrasound at Radiology Sanglah Hospital on January 1, 2015 until December 31, 2015.

The result shows that both stage 1 and 2 still has the size of a normal kidney. Stadium 1-5 have a similarity in increased echogenicity and unclear sinus cortex boundary. Pelvicalyceal system became winded just in stage 2 (50%) and stage 5 (27.1%). There is no stones, cysts, and masses found in stage 1, otherwise all three are in stage 5. There is 44.4% of the sample had a history of hypertension, 22.2% DM and 33.3% by other factors. Percentage of stone disorders are most numerous in the sample hypertension (25%).

To conclude, CKD ultrasound image of each stage and for each etiology is not the same.

(5)

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

PENETAPAN PANITIA PENGUJI SKRIPSI ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI ... iv

KATA PENGANTAR ... v ABSTRAK ... vi ABSTRACT ... vii RINGKASAN ... viii SUMMARY ... ix DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR SINGKATAN DAN SIMBOL ... xiv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

(6)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penyakit Ginjal Kronis/ ChronicKidneyDisease (CKD)... 5

2.1.1 Definisi dan Klasifikasi CKD ... 5

2.1.2 Etiologi CKD ... 14

2.1.3 Patofisiologi CKD ... 15

2.1.4 Manajemen CKD ... 19

2.2 Gambaran Ultrasonografi pada CKD ... 21

BAB III KERANGKA BERPIKIR Kerangka Berpikir ... 26

BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian ... 29

4.2 Subjek dan Sampel ... 29

4.2.1 Populasi Target ... 29

4.2.2 Populasi Terjangkau ... 29

4.2.3 Sampel Penelitian ... 30

4.3 Variabel Penelitian ... 30

4.3.1 Identifikasi Variabel ... 30

4.3.2 Definisi Operasional Variabel ... 31

4.4 Bahan dan Instrumen Penelitian ... 39

4.5 Protokol Penelitian ... 39

(7)

4.7 Kelemahan Penelitian... 40

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian ... 41 5.2 Pembahasan ... 46 BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan ... 50 6.2 Saran ... 50

(8)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Klasifikasi Stadium Penyakit Ginjal Kronis ... 8

Tabel 5.1.1 Karakteristik Subjek Penelitian (n=45)...42

Tabel 5.1.2 Gambaran USG Ginjal Sampel Penelitian (n=90)...43

Tabel 5.1.3 Gambaran USG Ginjal Berdasarkan Stadium (n=90)...45

(9)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Skema Faktor dan Jalur Perkembangan Penyakit Ginjal... 17

Gambar 2.2 Penampakan Ultrasonografi Ginjal Normal... 23

Gambar 2.3 Obstruksi Ginjal... 23

Gambar 2.4 Klasifikasi Hidronefrosis Kelas 1-4... 24

Gambar 3.1 Bagan Kerangka Berpikir... 28

Gambar 4.1 Ginjal Normal Longitudinal... 32

Gambar 4.2 Ginjal Normal Transversal... 33

Gambar 4.3 Ukuran Ginjal Normal... 33

Gambar 4.4 Echogenicity Ginjal Normal... 34

Gambar 4.5 Penyakit Ginjal Kronis... 35

Gambar 4.6 Batu Ginjal... 36

Gambar 4.7 Kista Ginjal Sederhana... 36

Gambar 4.8 Kista Ginjal Kompleks... 37

Gambar 4.9 Ginjal Polikistik Dengan Kista Multipel... 38

(10)

DAFTAR SINGKATAN DAN SIMBOL

Daftar Singkatan

PGK : Penyakit Ginjal Kronis GFR : Glomerular Filtration Rate USG : Ultrasonografi

DM : Diabetes Melitus ESRD : End Stage Renal Disease RSUP : Rumah Sakit Umum Pusat

Daftar Simbol

≥ : Lebih besar sama dengan > : Lebih besar

(11)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit ginjal kronis (PGK) atau chronic kidney disease merupakan kondisi jangka panjang yang disebabkan oleh kerusakan pada kedua ginjal. Penyebab kerusakan adalah lebih dari satu faktor, bersifat irreversibel dan dapat menyebabkan perburukan kondisi kesehatan. Penyakit ginjal kronis lebih sering terjadi pada orang tua dan karena itu cenderung meningkat dalam populasi secara keseluruhan. Dalam beberapa kasus, dialisis atau transplantasi mungkin menjadi perlu dilakukan. (SIGN, 2008) Hingga saat ini, penyakit ginjal kronis masih menjadi masalah kesehatan global. Di Amerika Serikat, insiden dan prevalensi penyakit ginjal kronis lebih tinggi dibandingkan dengan gagal ginjal walaupun insiden dan prevalensi kedua penyakit semakin meningkat, dengan prognosis yang buruk dan menyebabkan biaya pengobatan yang tinggi. (KDIGO, 2012)

Pada periode 1999-2004, studi National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES) memperkirakan bahwa 26 juta orang di Amerika Serikat (13% dari populasi orang dewasa) memiliki penyakit ginjal kronis. Jumlah orang dengan penyakit ginjal kronis telah meningkat secara signifikan sejak tahun 1994 ketika diperkirakan 20 juta orang dewasa yang terkena dampak. (Lukela JR dkk., 2014) Berdasarkan data Riskesdas di tahun 2013 dengan menggunakan unit analisis individu menunjukkan bahwa secara nasional 0,2% penduduk Indonesia menderita penyakit gagal ginjal kronis dan angka ini terus meningkat setiap

(12)

tahunnya. Provinsi dengan prevalensi tertinggi di Indonesia adalah Sulawesi Tengah (0,5%), sedangkan prevalensi di Bali mencapai 0,2%. (Riskesdas, 2013)

Meskipun terdapat peningkatan prevalensi penyakit ginjal kronis, namun penyakit ini masih kurang disadari baik oleh penyedia layanan kesehatan dan oleh pasien, terutama pada tahap awal penyakit karena seringkali tidak menimbulkan gejala. Studi pada tahun 2007 menyatakan bahwa prevalensi orang yang menyadari dirinya memiliki PGK hanya 11,6% pria dan 5,5% wanita diantara total pasien dengan penyakit ginjal kronis tingkat moderat. Bahkan di antara pasien dengan penyakit ginjal kronis dengan tingkat yang lebih parah, kurang dari setengah populasi pasien (42%) menyadari penyakit mereka. Sebagai perbandingan, penelitian serupa telah memperkirakan bahwa untuk penyakit kronis lainnya, seperti hipertensi dan diabetes, lebih besar dari 70% dari pasien menyadari diagnosis penyakit mereka. (Lukela JR dkk., 2014)

Berdasarkan pengamatan beberapa dekade terakhir, perkembangan penyakit ginjal kronis dapat menyebabkan gagal ginjal, penyakit kardiovaskuler, dan kematian dini. (KDIGO, 2012). Di Indonesia, penyakit ginjal kronis masih kurang dapat terdiagnosis dan tertangani dengan baik, yang mengakibatkan hilangnya kesempatan untuk mencegah terjadinya perburukan. Pemeriksaan yang dapat untuk penyakit ginjal kronis meliputi pemeriksaan fisik, tes lab (Glomerular

Filtration Rate, urinalisis, dan rasio albumin-kreatinin dalam urin), dan

ultrasonografi. Glomerular Filtration Rate (GFR) merupakan alat diagnostik yang paling umum digunakan dalam mengukur fungsi ginjal dan untuk menegakan diagnosis, namun diagnosis PGK juga dapat ditegakkan melalui ultrasonografi karena dapat menunjukkan struktur dan lokasi kelainan pada ginjal. Keuntungan

(13)

pemeriksaan ultrasonografi adalah aman, cepat, tidak invasif, tidak sakit, tidak menimbulkan radiasi, dan murah bagi pasien. Namun, studi tentang keuntungan dan kerugian dari ultrasonografi ginjal pada pasien PGK dan kegunaan ultrasonografi ginjal saat berdiri sendiri untuk mediagnosis, stratifikasi risiko, dan menentukan stadium penyakit ginjal kronis masih belum ada. Sampai saat ini, ultrasonografi ginjal hanya direkomendasikan pada pasien setelah diagnosis PGK ditegakan. Data mengenai gambaran ultrasonografi ginjal pada pasien PGK di RSUP Sanglah Denpasar masih terbatas sehingga dianggap perlu untuk diteliti bagaimana karakteristik para penderita penyakit ginjal di RSUP Sanglah dan gambaran ultrasonografi ginjalnya.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Bagaimana karakteristik penderita penyakit ginjal yang melakukan ultrasonografi?

1.2.2 Bagaimana gambaran ultrasonografi ginjal pada penyakit ginjal kronis?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Untuk mengetahui karakteristik penderita penyakit ginjal yang melakukan ultrasonografi.

1.3.2 Untuk mengetahui gambaran ultrasonografi ginjal pada penyakit ginjal kronis.

(14)

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Ilmiah

Adapun manfaat ilmiah dari penelitian ini adalah diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan mengenai gambaran ultrasonografi pada penyakit ginjal kronis yang terdapat di Bali, dimana tambahan pengetahuan ini selanjutnya dapat dijadikan dasar untuk penelitian lebih lanjut.

1.4.2 Manfaat Sosial

Adapun kegunaan sosial dari penelitian ini adalah mampu menekan angka morbiditas dan mortalitas penyakit ginjal kronis dengan cara skrining menggunakan ultrasonografi agar penyakit dapat terdiagnosis dengan baik, dan mencegah terjadinya perburukan penyakit.

Referensi

Dokumen terkait

Meskipun mayoritas anak di LP Anak Tangerang adalah merupakan anak dengan tindak pidana penyalahgunaan narkotika, akan tetapi dalam hal pembinaan tidak dilakukan

89, dalam Farah Meutia, Tinjauan Hukum Internasional Terhadap Intervensi Pihak Asing Atas Konflik Internal Libya Berdasarkan Resolusi Dewan Keamanan Pbb, Fakultas

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dari total 5 sampel feses yang sudah dinyatakan positif sebelumnya oleh instalasi laboratorium klinik yang kemudian diuji

Namun para pemikir dan pemerhati pendidikan Islam terus berupaya untuk mengikis dikotomi tersebut, salah satu bentuknya adalah adanya pesantren yang

[r]

fenomena kehidupan masyarakat urban yang dinamis dalam ranah kehidupan sosial sehari-hari / coba diangkat oleh Haryanto Basuki / melalui lukisannya bertajuk "urban

material rarnah lingkungan; (d) Dengan menerapkan konsep green building perusalzaan akan nten.fadi bagian dari industri yang bermanfaat bagi

Kesimpulan: Variasi rasio perbandingan glukomanan dan gom xantan dengan konsentrasi 4% yang terbaik sebagai basis gel pengharum ruangan adalah formula B2 (80:20) dan