• Tidak ada hasil yang ditemukan

Usaha Meningkatkan Prestasi Belajar IPS Geografi Dengan Model Cooperative Learning Siswa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Usaha Meningkatkan Prestasi Belajar IPS Geografi Dengan Model Cooperative Learning Siswa"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN GEOGRAFI | 66

Usaha Meningkatkan Prestasi Belajar IPS Geografi Dengan Model

Cooperative Learning Siswa

Zaenal Abidin (08130065)

Mahasiswa Pendidikan Geografi IKIP Veteran Semarang ABSTRAK

Permasalahan dalam penilitian ini adalah “Apakah ada pengaruh metode cooperative learning terhadap prestasi siswa dalam pelajaran Geografi kelas VII SMP PGRI 1 Ulujami Pemalang Tahun Pelajaran 2012/2013 ?”. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui bahwa metode cooperative learning dapat mempengaruhi prestasi belajar geografi siswa kelas VII SMP PGRI 1 Ulujami Pemalang. Subyek penelitian adalah siswa kelas VII SMP PGRI 1 Ulujami Pemalang yang terdiri dari 20 siswa putra dan 10 siswa putri. Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus. Berdasarkan pada tinjauan pustaka, hipotesis tindakan penelitian dengan model pembelajaran cooperative learning yang berupa; keaktifan, kerjasama, dalam pembelajaran ilmu geografi pada pokok bahasan gambaran bentuk permukaan bumi di kelas VII pada SMP PGRI 1 Ulujami Kab. Pemalang, menunjukan peningkatan belajarar maupun hasil belajar yang siknifikan. Hasil penilitian menunjukan adanya peningkatan prosentase pada siklus II. Pada siklus I diketahui keaktifan siswa memperoleh rata-rata 72,6, nilai dalam sekor 3 – 5 yang berarti siswa cukup aktif dan prosentase aktif guru sebesar 70% yang berarti kurang memuaskan. Ini mengakibatkan hasil akhir siklus I ketuntasan siswa belum mencapai indikator ketuntasan belajkar secara klasikal. Pada siklus II siswa lebih aktif dibanding dengan siklus I karena rata-rata 77,3 dengan kriteria yang sangat baik. Aktifitas guru menjadi baik dan memperoleh prosentase sebesar 82% yang berarti baik sekali. Dan berarti telah mencapai indikator keberhasilan belajkar secara klasikal. Pengumpulan data dalam penelitian ini adalah menggunakan, (I) Lembar observasi siswa yang diperoleh hasil kinerja siswa baru mencapai 70% pada siklus I, pada siklus II meningkat menjadi 83% (2) Lembar observasi guru yang diperoleh hasil kinerja guru mencapai 70% pada siklus I, dan pada siklus II meningkat menjadi 82%, (3) Menggunakan tes, yang diperoleh hasil rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I mencapai 72,6 dengan ketuntasan belajar klasikal 70% (21 siswa) pada siklus II mencapai 77,3 dengan ketuntasan belajar klasikal83% (25 siswa). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, keaktifan, inisiatif, kerjasama dan juga peningkatan prestasi dalam belajar geografi dapat ditingkatkan dengan menggunakan metode inquiry. Metode cooperative learning layak digunakan sebagai metode pembelajaran yang mampu meningkatkan prestasi siswa dalam proses belajar pembelajaran khususnya pelajaran Geografi. Oleh karena itu disarankan guru dapat mencoba metode Inquiry ini. Kata Kunci :Prestasi Belajar, cooperative learning, geografi

PENDAHULUAN

Tujuan pembelajaran nasional adalah menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat. Salah satu perwujudannya melalui pendidikan bermutu pada setiap satuan pendidikan di Indonesia. Geografi sebagai salah satu mata pelajaran yang memberikan konstribusi positif tercapainya masyarakat yang cerdas dan bermartabat melalui sikap kritis dan berfikir logis.

Masalah klasik dalam pembelajaran geografi di Indonesia adalah rendahnya prestasi serta kurangnya motivasi dan keinginan terhadap pembelajaran geografi di sekolah. Geografi yang diajarkan di sekolah memuat; (1) arti / hakikat kependidikan yang berfungsi untuk mengembangkan daya nalar serta pembinaan kepribadian siswa, (2) adanya kebutuhan nyata berupa tuntutan

(2)

JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN GEOGRAFI | 67 perkembangan riel berorientasi pada perkembangan pengetahuan seiring dengan kemajuan ilmu dan teknologi.

Geografi sebagai salah satu cabang ilmu IPS memberikan konstribusi yang sangat besar bagi perkembangan teknologi dan ilmu – ilmu terapan seperti; pertanian, perikanan, dan bidang – bidang terapan lainnya. Penyajian IPS – Geografi di SMP dapat dijadikan sebagai landasan penguasaan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada pendidikan selanjutnya.

Berkaitan dengan hal tersebut, perlu pengembangan pembelajaran IPS – Geografi yang nantinya bermuara pada kecakapan – kecakapan menurut pendidikan berwawasan life skill. Kecakapan berpikir rasional dan kecakapan dikemukakan lebih lanjut bahwa pembelajaran Geografi, penyampaian guru bersifat monoton, kurang kreatif, hal yang dirasakan siswa diantaranya; geografi sulit, tidak mampu menjawab, anak takut disuruh oleh guru untuk maju di depan kelas, dan sebagainya. Mata pelajaran geografi perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari Sekolah Dasar (SD) untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, kreatif, dan kemampuan untuk bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada kondisi yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif.

Suatu kegiatan pembelajaran di kelas disebut model pembelajaran, jika; (1) ada kajian ilmiah dari penemunya, (2) ada tujuannya, (3) ada tingkah laku yang spesifik, dan (4) ada lingkungan spesifik yang diperlukan agar tindakan / kegiatan pembelajaran tersebut dapat berlangsung secara efektif.

Berdasarkan pedoman pendapat di atas, kondisi dilapangan menunjukkan bahwa proses pembelajaran yang dilakukan di sekolah masih berjalan secara monoton, yaitu berupa transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Akhirnya mata pelajaran IPS – Geografi yang tujuannya untuk membentuk pola pikir kritis, deduktif, aksiomatis belum dapat terwujud secara baik. Kondisi ini diprediksi karena pola pembelajaran IPS – Geografi cenderung pada subject master oriented dan belum menjadi life skill oriented (Nurhadi, 2002 : 12). Apabila dioerientasikan pada kecakapan hidup

(life skill), maka IPS Geografi akan dapat dipelajari sebagai alat untuk mengembangkan kecakapan hidup yang nantinya digunakan siswa untuk menghadapikehidupan nyata. Model ini dalam proses pembelajaran disebut sebagai Contextual Teaching and Learning (CTL). Selain trend terkini penerapan CTL, model tidak kalah menarik yang digunakan oleh guru dalam menyampaikan materi pembelajaran adalah metode atau model pembelajaran Cooperative Learning (CL), karena model ini terdiri dari enam aplikasi, baik; koopetaif Jigsaw I, Jigsaw II, STAD, TGT, TAI, dan CIRC.

Disamping metode atau model pembelajaran yang digunakan oleh guru, tentu harus ada materi yang disampaikan sebagai penggunaan model, salah satunya adalah pembelajaran IPS, yang terdiri dari; Sejarah, Ekonomi, dan Geografi.

Social, merupakan kecakapan yang mendasar dan perlu dikuasai oleh siswa. Kecakapan – kecakapan tersebut dapat dikembangkan dengan pembelajaran yang menuntut adanya suatu aktivitas

(3)

JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN GEOGRAFI | 68 dan kreativitas siswa, salah satunya adalah model Cooperative Learning yang bisa di Indonesiakan sebagai Pembelajaran kerjasama. Dengan demikian muncul pernyataan; apakah penggunaan model pembelajaran Cooperative Learning ini memiliki hubungan dengan peningkatan prestasi belajar IPS – Geografi ? Hal inilah yang mendorong peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul; “Usaha Meningkatkan Prestasi Belajar IPS Geografi Dengan Model Cooperative Learning Siswa SMP PGRI 1 ULUJAMI Pemalang Tahun Pelajaran 2011 / 2012”.

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Cooperative Learning

Metode Cooperative Learning adalah metode yang menganggap bahwa sisswa dalam suatu kelas dipandang sebagai satu kesatuan tersendiri, atau pun dibagi atas kelompok–kelompok kecil atau pun merupakan segment dalam dua bagian atau lebih untuk mencapai suatu tujuan pelajaran yang tertentu dengan bekerjasama.

Sebagai suatu metode, kerjasama dapat digunakan dalam proses pembelajaran untuk mencapai bermacam–macam tujuan pembelajaran di sekolah. Di dalam praktik ada banyak jenis bekerjasama yang dapat dilakukan, yang kesemuanya tergantung pada beberapa faktor, misalnya pada tujuan khusus yang akan dicapai, umur kemampuan siswa, fasilitas pelajaran di kelas, dan sebagainya. Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi belajar IPS – Geografi adalah sesuatu yang telah diperoleh atau dicapai seseorang dari perbuatan yang dilaksanakan yang mengakibatkan terjadinya perubahan tingkah laku yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku berkat adanya pengalaman dan latihan. Tingkah laku yang baru itu misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dari kecil menjadi dewasa, berkembangnya sifat–sifat sosial, susila, dan emosional. Sehingga dapat dikatakan bahwa orang yang telah belajar tidak sama keadaanya dengan orang sebelum melakukan belajar. Kaitannya dengan penelitian ini, sesuatu yang diperoleh tersebut adalah prestasi belajar IPS–Geografi.

METODE PENELITIAN Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas, dengan penelitian yang berjudul “Usaha Meningkatkan Prestasi Belajar IPS Geografi dengan Model Cooperative Learning Siswa SMP PGRI 1 Ulujami Pemalang 2012/2013”.

Tempat dan waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan mulai semester dua bulan Januari sampai dengan Februari dalam tahun Pelajaran 2012/2013. Berdasarkan pertimbangan yang diambil adalah SMP PGRI 1 Ulujami Kab. Pemalang.

Peneliti akan melakukan tindakan kelas pada siswa SMP PGRI 1 Ulujami kelas VII semester Genap dan peneliti hanya meneliti satu kelas saja.

(4)

JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN GEOGRAFI | 69 Variabel dalam suatu penelitian sangat penting, karena padat memudahkan dalam melanjutkan penelitian. Dalam penelitian ada beberapa variabel, antara lain :

1. Variabel siswa

a. Melihat kemampuan dan ketrampiulan siswa dalam menggunakan konsep bahasan dalam materi pelajaran geografi kemudian siswa melakukan analisis terhadap masalah yang dihadapi. b. Melihat keaktifan siswa dalam melakukan diskusi untuk memcahkan masalah yang dihadapi 2. Variabel guru

Kemampuan guru dalam memberi contoh dan membimbing siswa dalam proses pembelajaran.

HASIL PENELITIAN Hasil Kerja Siklus I a. Perencanaan

1. Guru menentukan pokok bahasan yang akan diajarkan mengenai Keragaman Bentuk Muka Bumi.

2. Merancang rencana pelaksanaan pembelajaran sebelum proses belajar mengajar dimulai

3. Merancang atau menyiapkan lembar observasi untuk mengetahui atau mendapatkan data perubahan dan perkembangan objek penelitian.

b. Pelaksanaan

1. Siklus I dilaksanakan pada tanggal 01 – 06 Februari 2013 2. Guru mengadakan presensi

3. Guru membuka dan menyampaikan materi pelajaran

4. Guru mengajak siswa untuk mendeskripsikan situasi atau suatu topik tentang Keragaman Bentuk Muka Bumi.

5. Guru membagi kelas menjadi 2 kelompok kerja.

6. Guru memberikan tugas berbeda kepada tiap kelompok mengenai Keragaman Bentuk Muka Bumi untuk dikembangkan.

7. Siswa mendiskusikan dengan partner kerjanya masing-masing tentang apa yang diseleksi pada tahap 6.

8. Berdasarkan pada tahab 6 dan tahap 7, para siswa mengemukakan beberapa permasalahan untuk dikembangkan menjadi beberapa kesimpulan dan dipilih salah satu untuk dibahas bersama-sama.

9. Siswa melakukan analisis masing-masing kesimpulan yang dibuat sesuai dengan permasalahan dan melakukan pemecahan masalah yang paling tepat.

10.Guru membimbing dan memberi arahan yang tepat kepada siswa untuk memilih pemecahan masalah yang paling tepat.

(5)

JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN GEOGRAFI | 70 12.Guru memberikan test secara individual.

c. Pengamatan 1. Kenerja siswa

o Inisiatif siswa dalam memilih pemecahan masalah secara klasikal belum mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan ( prosentase skor ketercapaian 73%)

o Keaktifan siswa dalam kegiatan belajar mengajar secara klasikal juga belum mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan ( prosentase skor ketercapain 72%)

o Kerja sama siswa dalam melakukan diskusi secara klasikalbelum mencapai indikator keberhasilan masih perlu adanya peningkatan untuk mencapai indikator keberhasilan. (prosentase skor ketercapaian 73 %)

o Prestasi siswa dalam kegiatan belajar mengajar secara klasikal sudah memuaskan hanya saja masih kesempatan untuk lebih ditingkatkan agar lebih rajin (prosedur skor ketercapaian 83%).

Dari data tersebut diatas diperoleh prosentase kinerja siswa sebagai berikut : DP = n/N x 100%

= 451/600 x 100% = 75,1%

Sehingga dapat dikatakan kinerja siswa secara klasikal sudah memuaskan dari indikator yang ditetapkan oleh peneliti, yaitu 25% namun perlu adanya peningkatan sehingga peneliti akan melaksanakan siklus II.

2. Kinerja Guru

- Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang dibuat oleh guru baru mampu mencapai skor 75% - Pelaksanaan Pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru sangat jauh dari indikator

keberhasilan yang ditetapkan, yaitu hanya mencapai skor 70%

Dari data tersebut diatas diperoleh prosentase kinerja siswa sebagai berikut : DP = n/N x 100%

= 145/200 x 100% = 75,5%

Sehingga dapat dokatakan kinerja guru belum mencapai indikator yang ditetapkan oleh peneliti, yaitu 80%

3. Hasil test siswa

- Dari hasil test yang diberikan pada siklus I didapat nilai rata-rata kelas sebesar 72,6 namun tuntas belajar klasikal baru mencapai angka 70% ( 21 siswa ).

d. Refleksi

Dari hasil refleksi siklus I yang telah dilaksanakan oleh peneliti bersama dengan guru ditemukan ada beberapa hal yang harus disempurnakan, diantaranya :

(6)

JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN GEOGRAFI | 71 - Kegiatan awal pembelajaran

- Penampilan guru

- Kesiapan siswa untuk menerima materi

Gambar 1. situasi kegiatan diskusi siklus I

Hasil Kerja Siklus II a. Perencanaan

1. Identifikasi masalah dan perumusan masalah berdasarkan refleksi pada siklus I. 2. Menentukan pokok bahasan Keragaman Bentuk Muka Bumi.

3. Merancang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran sebagai pedoman dalam mengajar.

4. Merancang soal-soal latihan untuk dikerjakan secara individual atau kelompok guna mengembangkan kreativitas siswa.

5. Merancang atau menyiapkan lembar observasi untuk mengetahui atau mendapatkan data perubahan dan perkembangan siswa.

b. Pelaksanaan

1. Pembelajaran siklus II dilaksanakan setelah siklus I terselesaikan . 2. Guru mengadakan presensi siswa

3. Siswa diarahkan untuk melaksanakan diskusi

4. Masing-masing kelompok diberi bahan diskusi yang berbeda.

5. Masing-masing anggota kelompok mencari pemecahan masalah yang sesuai dengan pokok bahasan diskusi.

6. Masing-masing kelompok menyampaikan hasil diskusinya.

7. Siswa menjelaskan mana konsep-konsep yang sesuai dan mana konsep yang tidak sesuai. 8. Siswa mencatat hasil diskusi

9. Guru mengadakan bimbingan

10.Siswa membuat kesimpulan dengan bantuan guru. 11.Guru memberikan test secara individual atau kelompok.

(7)

JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN GEOGRAFI | 72 c. Observasi

1. Kinerja siswa

- Inisiatif siswa dalam memilih pemecahan masalah secara klasikal sudah mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan ( prosentase skor ketercapaian 78% ).

- Keaktifan siswa dalam kegiatan belajar mengajar secara klasikal juga sudah mencapai indukator keberhasilan yang ditetapkan ( prosentase skor ketercapaian 75% )

- Kerja sama siswa dalam melakukan diskusi secara klasikal bisa ditingkatkan lagi ( prosentase skor ketercapaian 77% ).

- Prosentase siswa dalam kegiatan belajar mengajar secara klasikal sudah memenuhi target ( prosentase skor ketercapaian 83% ).

Dari data tersebut diatas diperoleh prosentase kinerja siswa sebagai berikut : DP = n/N x 100%

= 468/600 x 100% = 78%

Sehingga dapat dikatakan kinerja siswa secara klasikal sudah mencapai indikator yang ditetapkan oleh peneliti, yaitu 75%.

2. Kinerja guru

- Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang dibuat oleh guru baru telah mampu ditingkatkan mencapai skor 85%

- Pelaksanaan Pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru sudah

- Mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan,yaitu hanya mencapai skor 82. Dari data tersebut di atas diperoleh prosentase kinerja siswa sebagai berikut : DP = n/N x 100%

= 167/150 x 100% = 83,5%

Sehingga dapat dikatakan kinerja guru sudah mencapai indikator yang ditetapkan oleh peneliti, yaitu 80%

3. Hasil test siswa

- Dari hasil test yang diberikan pada siklus I didapat nilai rata-rata kelas sebesar 77,3 dan tuntas belajar klasikal telah mencapai angka 83,3% ( 25 siswa ) atau melebih target yang ditetapkan. ( untuk lembar hasil test dapat dilihat pada lampiran )

d. Refleksi

Dari refleksi yang dilaksanakan setelah siklus II ini, ditemukan banyak kemajuan dalam diri guru maupun siswa, walaupun ada beberapa hal yang sedikit sekali mengalami perubahan yaitu pada kesiapan siswa untuk menerima materi. Tetapi secara umum dari tujuan awal penelitian ini, yaitu hasil belajar siswa, sudah mampu ditingkatkan sehingga tidak dilaksanakan siklus berikutnya.

(8)

JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN GEOGRAFI | 73 Gambar 2. kegiatan diskusi Siklus II

Pembahasan 1. Kinerja Siswa

Hasil penelitian di atas menunjukkan adanya kemajuan yang signifikan dari kinerja siswa yaitu dari 80% pada siklus I meningkat sebanyak 6% menjadi 86% pada siklus II.

2. Kinerja Guru

Sementara kinerja guru juga meningkat yaitu dari 70% pada siklus I menjadi 82% siklus II, atau meningkat sebanyak 12%

3. Hasil Test

Hasil test siswa yang merupakan hasil akhir yang menjadi fokus penelitian ini juga tidak kalah menggem,birakan hasilnya dibidang dengan kinerja siswa dan guru, yaitu meningkat dari rata 74,6 pada siklus I menjadi 77,3 pada siklus II, atau meningkat sebesar 4,7%. Dari rata-rata tersebut pada siklus I siswa yang tuntas hanya 21 siswa ( 70% ) kemudian meningkat menjadi 25 siswa ( 83% ) pada siklus II, atau meningkat sebesar 13%. Dari hasil ketiga aspek yang dinilai dapat digambarkan dalam sebuah tabel sebagai berikut

Tabel I. Tabel rekapitulasi hasil penelitian. Rakapitulasi Hasil Penelitian

Aspek yang dinilai Siklus I Siklus II

Kinerja siswa 80 % 86 %

Kinerja guru 70 % 82 %

Rata-rata hasil belajar 70 % 83 %

Ketuntasan belajar klasikal 77,50 % 92,50 % Gambar 3. Grafik 1. Rekapitulasi hasil penelitian

0.00% 2000.00% 4000.00% 6000.00% 8000.00% 10000.00% Siklus I Siklus II

(9)

JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN GEOGRAFI | 74 Gambar 4. Grafik 2. Rekapitulasi hasil belajar

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penerapan metode pembelajaran

cooperative learning dapat meningkatkan hasil belajar geografi dapa siswa SMP PGRI I I Ulujami Kab. Pemalang tahun Pelajaran 2012/2013.

1. Pada siklus I diketahui keaktifan siswa memperoleh rata-rata 72,6 yang dalam rentang nilai dalam skor 3 – 5 yang berarti siswa cukup aktif dan prosentase aktif guru sebesar 70% yang kurang memuaskan dalam pelaksanakan pembelajaran cooperative learning. Ini mengakibatkan hasil akhir siklus I ketuntasan siswa belum mencapai indikator ketuntasan belajar secara klasikal.

2. pada siklus II siswa lebih aktif dibandingkan dengan siklusI karena rata-rata 77,3 dengan kriteria yang sangat baik. Aktifitas guru dalam melaksanakan pembelajaran inquiry menjadi lebih baik dan memperoleh prosentase sebesar 82% yang berarti baik sekali. Ini mengakibatkan hasil akhir siklus II siswa yang tuntas belajar sebanyak 86% dari jumlah siswa dikelas tersebut, dan berarti telah mencapai indikator keberhasilan belajar secara klasikal.

DAFTAR PUSTAKA

Ace Suryadi, 2006, Manajemen Pendidikan Nasional dalam Kerangka Kemandirian Bangsa,

Jakarta : Depdiknas.

Amin Suyitno, 2008, Pemilihan Model – model Pembelajaran dan Penerapannya di SMP,

Semarang : Unnes Press.

Dikdasmen, 2002, Komponen Dasar Kependidikan, Jakarta : Diknas, Universitas Terbuka.

, 2001, Kebijakan Umum Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi, Jakarta : Pusat Kurikulum Balitbang, Depdiknas.

Drost. SJ, JGM, 2008, Sekolah Mengajar atau Mendidik, Yogyakarta : Kanisius.

Hamalik, Oemar, 2006, Metoda Belajar dan Kesulitan – kesulitan Belajar, Bandung : Tarsito. 64 66 68 70 72 74 76 78 80 Hasil Belajar Siklus I Siklus II

(10)

JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN GEOGRAFI | 75 Martinah, 2003, Motivasi Penunjang Keberhasilan Cita – cita, Simposium Psikologi, Yogyakarta :

Validita.

Nurhadi, 2004, Kurikulum 2004, Suatu Pertanyaan dan Jawaban, Jakarta : Gramedia Widiasarana Indonesia.

Prayitno, Elida, 2008, Motivasi dalam Belajar, Jakarta : Depdikbud.

Soedijarto, 2007, Memantapkan Kinerja Sistem Pendidikan Nasional dalam Menyiapkan Manusia

Indonesia Memasuki Abad 21, Jakarta : Proyek Perencanaan Terpadu dan Ketenagaan, Diklu

Sepora.

Suharsimi Arikunto, 2007, Manajemen Pengajaran secara Manusiawi, Jakarta : Rineka Cipta. , 2001, Manajemen Berbasis Sekolah Bentuk Inovasi Mutakhir dalam Penyelenggaraan Sekolah, dalam Jurnal Dinamika Pendidikan, Majalah Ilmu Pendidikan No. 1 tahun VI / 1999, Februari.

, 2007, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta : Rineka Cipta.

Suherman, Erman, 2006, Petunjuk Praktis untuk Melaksanakan Evaluasi Pendidikan, Bandung : Wijayakusumah.

Sujarwo, S., 2008, Beberapa Aspek Pengembangan Sumber Belajar, Jakarta : Mediatama Sarana Perkasa.

Sudjana, 2006, Metoda Statistika, Bandung : Tarsito.

Sudjoko, Edy, 1999, Tradisi Konstuktivis dalam Pembelajaran, Lembaran Ilmu Pengetahuan No. 3 Tahun XXVIII, Semarang.

Sukisno, 2002, Pembelajaran berdasarkan Pendekatan Konstruktivisme dan Contextual Teaching and Learning (CTL), Jakarta : P2LPTK.

Sumiarsih, 2007, Model – model Pembelajaran, Semarang : Unnes Press.

Surakhmad, Winarno, 2000, Pendidikan Berbasis Masyarakat sebagai Wujud Otonomi dalam Pendidikan, Sebuah Titik Balik dalam Rangka Reformasi Pendidikan, Surakarta : Universitas Sebelas Maret.

Sutrisno Hadi, 2006, Metodologi Research, Yogyakarta : Andi Offset. , 1997, Statistik, Yogyakarta : Andi Offset.

Gambar

Gambar 1. situasi kegiatan diskusi siklus I
Tabel I. Tabel rekapitulasi hasil penelitian.  Rakapitulasi Hasil Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Turbin Aliran Silang dengan busur sudu 74 o dan jumlah sudu 18 mampu menghasilkan daya sebesar 68,9 watt pada variasi tinggi bukaan nosel 9 mm dan debit 8,2 l/s, dan

Selama melaksanakan KKN, setiap mahasiswa wajib mengikuti, melaksanakan, dan bertanggungjawab atas setiap kegiatan yang telah diprogramkan baik kegiatan individu maupun kegiatan

Berdasarkan percobaan, akan dipaparkan nilai precision untuk beberapa tahap, yaitu nilai precision sebelum dilakukan pengoreksian, nilai precision setelah pengoreksian

Latihan one leg boundsprint menuntut pergerakan otot tungkai sehingga perlakuan terhadap otot tersebut yang dilakukan dengan sesuai prinsip-prinsip latihan yang termuat

tahu. Stabilitas harga kedelai sangat penting untuk keberlangsungan produksi tahu. 2) Dengan metode steam boiler mampu menekan biaya bahan bakar dalam biaya

Menurut Cahyono (2011), syarat tumbuh yang baik untuk tanaman jambu biji yaitu tumbuh subur pada daerah tropis dengan ketinggian yang optimal 3 - 500 mdpl, kemiringan tanah

Namun demikian, dengan penyemprotan fungisida minimalis, yaitu 2 dan 10 kali, klon-klon transgenik hasil silangan Atlantic dengan transgenik Katahdin SP951 dan Granola

Berdasarkan hasil analisis data di atas dapat diperoleh kesimpulan bahwa kinerja keuangan dilihat dari nilai Capital Adequency Ratio (CAR) tahun 2012