• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Kunjungan Masyarakat Kota Medan Ke Perpustakaan Umum Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Kunjungan Masyarakat Kota Medan Ke Perpustakaan Umum Kota Medan"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Sejarah Singkat Perpustakaan

Perkembangan perpustakaan tidak dapat dipisahkan di sejarah manusia karena

perpustakaan merupakan produk manusia. Dalam sejarahnya, manusia mula-mula

tidak menetap sebagai mengembara dari satu tempat ke tempat yang lain. Kehidupan

seperti ini sering disebut kehidupan nomaden. Manusia mencari makan dari alam

sekitarnya, sedangkan untuk keperluan ternaknya ia mencari sumber air serta rumput.

Manusia mulai berusaha menggarap lahan yang ada disekitarnya, untuk keperluan

daging manusia memburu binatang yang ada disekitarnya. Kehidupan berburu ini

tidak beranjak jauh dari kehidupan nomaden. Dalam pengembarannya serta dari

kehidupan bertaninya, manusia memperoleh pengalaman bahwa bila dia member

tanda pada sebuah batu, pohon, papan, lempengan serta benda lainnya, ternyata

manusia dapat menyampaikan berita ke manusia lainnya. Pesan ini dipahatkan pada

batu atau pohon atau benda lainnya. Selama itu manusia berhubungan dengan manusia

lain melalui bahasa lisan maupun bahasa isyarat. Setelah menggunakan berbagai tanda

yang dipahatkan pada pohon ataupun batu ataupun benda lainnya, manusia mulai

berkomunikasi dengan kelompok lain melalui bahasa tulisan.

Adanya tulisan tersebut dapat membantu daya ingat manusia daya ingat

(2)

Pesan dalam berbagai pahatan itu dapat diteruskan ke generasi berikutnya. Bila

kegiatan memberi tanda pada berbagai benda itu dilakukan dari satu generasi ke

generasi yang berikutnya maupun dari suku satu ke suku lainnya maka banyak dugaan

bahwa perpustakaan dalam bentuknya yang sangat sederhana sudah mulai dikenal

ketika manusia mulai melakukan kegiatan penulisan pada berbagai benda. Benda itu

dapat diteruskan dari satu generasi ke generasi berikutnya ataupun dapat dibaca oleh

suku lain.

Berdasarkan bukti arkeologis diketahui bahwa perpustakaan pada awal

mulanya tidak lain berupa kumpulan catatan transaksi niaga. Dengan kata lain,

perpustakaan purba tidak lain merupakan sebuah kemudahan untuk menyimpan

catatan niaga. Karena kegiatan perpustakaan purba tidak lain menyimpan kegiatan

niaga maka ada kemungkinan bahwa perpustakaan dan arsip semula bersumber pada

kegiatan yang sama untuk kemudian terpisah.

Dari kegiatan itu, ternyata bahwa sejak semula salah satu kegiatan

perpustakaan ialah menyimpan produk tulisan masyarakat sekaligus juga perpustakaan

merupakan produk masyarakat karena tak ada perpustakaan tanpa ada masyarakat.

2.2 Perpustakaan Umum Kota Medan

Penduduk atau warga suatu Negara bisa didefinisikan sebagai orang yang secara

hukum berhak tinggal di daerah tersebut (Wikipedia). Penduduk adalah setiap warga

Negara yang tinggal di daerah dalam waktu enam bulan atau lebih, tetapi ada

(3)

Bahasa Indonesia, Penduduk adalah orang yang tinggal di suatu Negara dengan

hak-hak dan kewajiban tertentu yang telah diatur dalam Undang-Undang (UU).

Berdasarkan Sensus Penduduk Indonesia tahun 2010, penduduk kota Medan

berjumlah 2.097.610 jiwa. Penduduk Medan terdiri atas 1.036.926 laki-laki dan

1.060.684 perempuan. Di siang hari, jumlah ini bisa meningkat sebesar 2,5 juta jiwa

dengan dihitungnya jumlah penglaju (komuter). Diperkirakan bahwa kepadatan

penduduk kota Medan mencapai 8.001 jiwa/km2. Sebagian besar penduduk Medan

berasal dari kelompok umur 0-19 dan 20-39 tahun (masing-masing 41% dan 37,8%

dari total penduduk).

Dilihat dari struktur umur penduduk, Medan dihuni lebih kurang 1.377.751 jiwa

berusia produktif, (15-59 tahun). Selanjutnya dilihat dari tingkat pendidikan, rata-rata

lama sekolah penduduk telah mencapai 10,5 tahun. Dengan demikian, secara relatif

tersedia tenaga kerja yang cukup, yang dapat bekerja pada berbagai jenis perusahaan,

baik jasa, perdagangan, maupun industri manufaktur.

2.3 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah sekelompok orang, kejadian, atau benda yang merupakan kumpulan

lengkap dari elemen-elemen sejenis akan tetapi dapat dibedakan berdasarkan

karakteristiknya, yang dijadikan obyek penelitian (Supranto, 2004). Populasi sering

juga disebut Universe. Populasi yang tidak diketahui dengan pasti jumlahnya disebut Populasi Infinit atau tak terbatas. Misalnya penduduk suatu negara adalah populasi

yang infinit karena setiap waktu terus berubah jumlahnya. Apabila penduduk tersebut

dibatasi dalam waktu dan tempat, maka populasi yang infinit bisa berubah menjadi

(4)

kenyataan dalam prakteknya, semua benda hidup dianggap populasi yang finit.

Populasi yang jumlahnya diketahui dengan pasti (populasi yang dapat diberi nomor

identifikasi), misalnya murid sekolah, jumlah karyawan tetap pabrik, dll disebut

Populasi Finit.

Sampel adalah bagian dari populasi yang menjadi obyek penelitian

(Supranto, 2004). Teknik sampling secara statistik dapat didefinisikan sebagai suatu

teknik untuk menentukan jumlah sampel dan pemilihan calon anggota sampel,

sehingga setiap sampel terpilih dalam penelitian dapat mewakili populasinya.

2.4 Data

Data merupakan komponen utama dalam statistika. Data adalah bahan baku yang jika

diolah melalui berbagai analisis dapat melahirkan informasi, dimana dengan informasi

tersebut dapat diambil suatu keputusan.

2.4.1 Data Menurut Sifatnya

Menurut sifatnya data terbagi atas dua bagian, yaitu:

a. Data kualitatif

Data kualitatif adalah data yang sifatnya hanya menggolongkan saja dan yang

kemungkinannya tidak dinyatakan dalam angka-angka. Yang termasuk dalam

klasifikasi data kulitatif adalah data yang berskala ukur nominal dan ordinal. Sebagai

contoh adalah motivasi karyawan (bagus, sedang, jelek).

(5)

Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka. Yang termasuk dalam klasifikasi

data kuantitatif adalah data yang berskala ukur interval dan rasio. Sebagai contoh data

kuantitatif adalah data hasil pengukuran tinggi badan mahasiswa Matematika FMIPA

USU. Data tersebut berupa angka seperti : 170 cm, 168.5 cm, 163 cm, 177 cm dan

sebagainya.

2.4.2 Data Menurut Sumbernya

Menurut sumbernya data terbagi atas dua bagian :

a. Data internal

Data internal adalah data yang didapat dari dalam perusahaan atau organisasi dimana

riset dilakukan. Sebagai contoh adalah catatan-catatan akuntansi, catatan-catatan

produksi, catatan-catatan inventaris, catatan-catatan penjualan dan lain-lain.

b. Data eksternal

Data eksternal adalah data yang menggambarkan keadaan diluar perusahaan atau

organisasi. Data eksternal terbagi atas dua bagian, yaitu :

1. Data primer

Data primer adalah data yang secara langsung dikumpulkan oleh orang yang

berkepentingan atau yang memakai data tersebut. Data ini diperoleh dari hasil

wawancara atau kuesioner. Dalam metode pengumpulan data primer,

peneliti/observer melakukan sendiri obeservasi di lapangan maupun di

laboratorium. Pelaksanaanya dapat berupa survei atau percobaan (eksperimen).

2. Data sekunder

Data sekunder adalah data primer yang diperoleh dari pihak lain atau data primer

(6)

digunakan oleh peneliti untuk memberikan gambaran tambahan, gambaran

pelengkap atau diproses lebih lanjut. Data sekunder di dapat dari hasil penelitian

dari beberapa sumber seperti Badan Pusat Statistika, Mass Media, Lembaga

pemerintah atau swasta dan sebagainya.

2.4.3 Data Menurut Jenisnya

Menurut jenisnya data terdiri dari dua bagian, yaitu :

a. Data kontiniu

Data kontiniu adalah data yang diperolah dari hasil pengukuran.

b. Data diskrit

Data diskrit adalah data yang diperoleh dari hasil perhitungan

2.5 Teknik Pengukuran dan Skala

Pada dasarnya, proses pengukuran adalah merupakan rangkaian dari empat aktivitas pokok, yaitu (Singarimbun dan Effendi, 1985) :

1. Menentukan dimensi variabel penelitian

2. Merumuskan ukuran untuk masing-masing dimensi

3. Menentukan tingkat ukuran yang akan digunakan dalam pengukuran

4. Menguji validitas dan realibilitas alat ukur

(7)

Likert (1932) untuk mengukur sikap masyarakat dan skalanya terkenal dengan nama technique of summated rating atau skala Likert. Banyak faktor yang menyebabkan skala Likert banyak digunakan sebagai berikut :

1. Skala ini relatif mudah dibuat

2. Adanya kebebasan dalam memasukkan item-item pernyataan asal masih relevan

dengan masalah

3. Jawaban atas item dapat berupa beberapa alternaitf, sehigga dapat memberikan

informasi yang lebih jelas dan nyata terhadap item tersebut

4. Dengan jumlah item yang cukup besar, tingkat reliabilitas yang tinggi dapat

dicapai

5. Mudah untuk diterapkan pada berbagai situasi

2.5.1 Metode Pengambilan Sampel

Pada dasarnya ada dua macam metode pengambilan sampel, yaitu pengambilan secara acak (Probability Sampling) dan secara tidak acak (non Probability Sampling)

(Singarimbun dan Effendi, 1985).

Pengambilan sampel secara acak (Probability Sampling), terdiri dari :

1. Simple Random Sampling, pengambilan random sederhana yaitu prosedur seleksi unit populasi dimana setiap satuan elementer dari populasi

mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel.

(8)

2. Sequential Sampling, pengambilan random sistematis metode ini mengambil elemen pertama dalam sampel secara random, random

berikutnya ditentukan secara sistematis dengan menggunakan interval

sebesar k yang ditentukan dari total populasi dibagi isi sampel.

3. Proportionate Stratified Random Sampling, teknik ini digunakan apabila populasi mempunyai anggota/unsur yang tidak homogen dan berstrata

secara proporsional.

4. Disproportionate Stratified Random Sampling, teknik ini digunakan untuk menentukan jumlah sampel, bila populasi berstrata tapi kurang atau tidak

proporsional.

5. Cluster Sampling, area sampel teknik ini digunakan untuk menentukan data bila objek yang akan diteliti atau sumber data sangat luas sehingga

perlu dilakukan pengelompokan unit populasi berdasarkan karakteristik

tertentu dan kemudian sampel diambil secar acak dari sub populasi.

6. Pengambilan acak gugus bertahap, metode ini menggolongkan pupolasi

dalam gugus bertingkat.

7. Pengambilan acak wilayah, metode ini membagi wilayah atas

segmen-segmen penelitian.

(9)

Beberapa alasan menggunakan Proportionate Stratified Random Sampling adalah (Supranto J, 1992) :

1. Setiap strata homogin atau relatif homogin, sehingga sampel acak yang

diambil dari setiap strata akan memberikan perkiraan yang dapat mewakili

strata yang bersangkutan. Perkiraan gabungan yang diperoleh berdasarkan

perkiraan dari setiap strata akan memberikan perkiraan menyeluruh yang

mewakili populasi.

2. Biaya untuk pelaksanaan Proportionate Stratified Random Sampling lebih

murah daripada Simple Random Sampling karena alasan administrasi.

3. Perkiraan bisa dibuat untuk setiap strata yang dapat dianggap sebagai populasi

yang berdiri sendiri dan mungkin bisa dilakukan oleh seoran peneliti saja.

Alokasi proporsional dalam Proportionate Stratified Random Sampling ditentukan menggunakan rumus :

Keterangan :

= banyaknya elemen sampel dari strata ke-i

= banyaknya elemen strata ke-i

= banyaknya strata

(10)

2.5.2 Uji Validitas dan Uji Reliabilitas

1. Validitas

Secara umum adalah mengukur apa yang seharunya diukur. Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu instrumen pengukur dalam melakukan fungsi ukurnya. (Azwar, 1996)

Validitas dibagi atas tiga bagian, yaitu : a. Validitas Isi

Validitas isi menunjukkan sejauh mana item-item dalam tes dapat mencakup keseluruhan kawasan isi yang akan diukur oleh tes tersebut. Untuk

mengetahui validitas isi dapat dilakukan dengan melihat apakah item-item dalam tes telah ditulis sesuai dengan blue print. Artinya apakah sesuai dengan batasan domain ukur yang telah ditetapkan dan sesuai ukuran dengan indikator perilaku yang akan diungkapkan.

b. Validitas Konstruk

Validitas konstruk adalah validitas yang menunjukkan sejauh mana suatu tes mengukur traid atau konstruk teoritis yang akan diukur. Pengujian validitas konstruk dapat dilakukan dengan analisis statistika seperti analisis faktor.

c. Validitas berdasarkan Kriteria

Validitas berdasar kriteria adalah validitas yang menunjukkan sejauh mana suatu tes dapat mengukur sebuah pendapat yang berasal dari dua kelompok responden yang berbeda.

(11)

2. Reliabilitas

Reliabilitas diterjemahkan dari kata reliability. Pengukuran yang memiliki reliabilitas tinggi maksudnya adalah pengukuran yang dapat menghasilkan data yang reliabel. Tinggi rendahnya reliabilitas, secara empirik ditunjukkan oleh suatu angka yang disebut nilai koefisien reliabilitas. Reliabilitas yang dianggap sudah cukup memuaskan jika nilai Alpha Cronbach 0,700. (Azwar, 1996) Nilai Alpha Cronbach diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

( )

Keterangan:

= nilai (koefisien) Alpha Cronbach = banyaknya variabel penelitian

∑ = jumlah varians variabel penelitian = varians total

2.6 Analisis Faktor

2.6.1 Pengertian Analisis Faktor

Analisis faktor adalah sebuah analisis yang mensyaratkan adanya keterkaitan

antar variabel. Pada prinsipnya analisis faktor menyederhanakan hubungan yang

beragam dan kompleks pada variabel yang diamati dengan menyatukan faktor atau

dimensi yang saling berhubungan atau mempunyai korelasi pada suatu struktur data

yang baru yang mempunyai set faktor lebih kecil. Data-data yang dimasukkan pada

umumnya data metrik dan terdiri dari variabel-variabel dengan jumlah yang besar.

(12)

1. Mereduksi banyaknya variabel penelitian dengan tetap mempertahankan

sebanyak mungkin informasi data awal. Banyaknya variabel awal dapat

dikurangi menjadi beberapa variabel yang jumlahnya lebih sedikit dengan

tetap mempertahankan sebagian besar variasi data.

2. Mencari perbedaan kualitatif dan kuantitatif dalam data, dalam situasi dimana

terdapat jumlah data yang sangat besar.

3. Data digunakan pula untuk menguji hipotesis tentang perbedaan kualitatif dan

kuantitatif dalam data penelitian.

Adapun kelebihan dari metode analisis faktor adalah :

1. Dapat mengungkapkan karakteristik dominan yang dimiliki unit data operasi.

2. Dapat menganalisis sejumlah variabel awal penelitian dan menganalisis

korelasi antar variabel awal tersebut.

3. Dapat menggabungkan atau mengagresikan sejumlah variabel awal yang

diteliti menjadi sejumlah variabel laten yang lebih sedikit.

Asumsi dasar dalam menggunakan analisis faktor adalah :

1. Tingginya korelasi antar variabel

Korelasi antar variabel yang kuat dapat diindikasikan oleh nilai determinan

matriks korelasi yang mendekati nol. Nilai determinan dari matriks korelasi yang

elemen-elemennya menyerupai matriks identitas akan memiliki nilai determinan

(13)

2. Indeks perbandingan antara koefisien korelasi dengan korelasi parsial secara

keseluruhan adalah kecil.

Jika jumlah kuadrat koefisien korelasi parsial untuk seluruh pasangan variabel

tidak banyak berbeda, maka ini menunjukkan perbandingan antara koefisien

korelasi dengan korelasi parsialnya secara keseluruhan adalah kecil.

Perbandingan ini dapat diidentifikasi berdasarkan nilai Kaiser-Meyer-Olkin.

3. Indeks perbandingan antara koefisien korelasi dengan korelasi parsial untuk

setiap variabel adalah kecil.

Analisis faktor dapat dilanjutkan, jika nilai measure of sampling adequacy (MSA) berkisar antara 0,5 – 1,0. Apabila ada beberapa variabel memiliki nilai MSA

kurang dari 0,5 maka variabel tersebut harus dikeluarkan satu persatu secara

bertahap.

2.6.2 Model Analisis Faktor

Secara matematis, analisis faktor agak mirip dengan analisis regresi, yaitu dalam hal

bentuk fungsi linier. Jumlah varians yang dikontribusi dari sebuah variabel dengan

seluruh variabel lainnya lebih dikelompokkan sebagai komunalitas. Kovarians

diantara variabel dijelaskan terbatas dalam sejumlah kecil komponen ditambah sebuah

faktor unik untuk setiap variabel. Faktor-faktor tersebut tidak secara eksplisit diamati.

Jika variabel distandarisasi, maka model analisis faktor dapat ditulis sebagai

berikut :

dimana :

(14)

Bij = Koefisien regresi yang dibakukan untuk variabel i pada komponen faktor j. Fj = Komponen faktor ke j.

Vi = Koefisien regresi yang dibakukan untuk variabel ke i pada faktor yang

unik ke i.

µi = Faktor unik variabel ke i.

m = Banyaknya komponen faktor.

Faktor yang unik tidak berkorelasi dengan sesama faktor yang unik dan juga

tidak berkorelasi dengan komponen faktor. Komponen faktor sendiri bisa dinyatakan

sebagai kombinasi linier dari variabel-variabel yang terlihat/terobservasi hasil

penelitian lapangan.

Dimana :

Fi = Perkiraan faktor ke i (didasarkan pada nilai variabel X dengan koefisiennya Wi ).

Wi = Koefisien nilai faktor ke i. k = banyaknya variabel

2.6.3 Statistik yang Berkaitan dengan Analisis Faktor

Statistik yang berkaitan dengan analisis faktor adalah :

1. Barlett’s test of sphericity

Barlett’s test of sphericityadalah uji statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis yang menyatakan bahwa variabel-variabel tersebut tidak berkorelasi dalam

(15)

identitas, dimana setiap variabel berkorelasi dengan variabel itu sendiri (r = 1), tetapi tidak berkorelasi dengan variabel lainnya (r = 0).

Statistik uji bartlett adalah sebagai berikut :

[ ] | |

dengan derajat kebebasan(degree of freedom) df

Keterangan :

= jumlah observasi

= jumlah variabel

| | = determinan matriks korelasi

2. Correlation matrix (Matriks Korelasi)

Matriks korelasi adalah matriks yang menunjukkan korelasi sederhana (r) antara seluruh kemungkinan pasangan variabel yang dilibatkan dalam analisis. Nilai atau

angka pada diagonal utama semuanya sama yaitu 1. Jadi kalau ada 3 atau 4 variabel,

bentuk matriks korelasi menjadi :

n = 3 →

[

(16)

n = 4 →

[

]

3. Communality (Komunalitas)

Komunalitas adalah jumlah varian yang dikontribusi dari sebuah variabel dengan

seluruh variabel lainnya dalam analisis. Ini juga merupakan proporsi dari varians yang

diterangkan oleh komponen faktor.

dengan

= communality variabel ke-i

= nilai factor loading

4. Eigenvalue (Nilai Eigen)

Nilai eigen merupakan jumlah varians yang dijelaskan oleh setiap faktor-faktor yang

mempunyai nilai eigenvalue > 1, maka faktor tersebut akan dimasukkan ke dalam model.

5. Factor loadings (Faktor Muatan)

Faktor muatan adalah korelasi sederhana antara variabel dengan faktor.

6. Factor loading plot (Plot Faktor Muatan)

(17)

7. Factor matrix (Faktor Matriks)

Matriks faktor mengandung factor loading dari seluruh variabel dalam seluruh faktor yang dikembangkan.

8. Kaiser - Meyer - Olkin (KMO) measure of sampling adequency

Kaiser – Meyer – Olkin (KMO) merupakan suatu indeks yang digunakan untuk

menguji ketepatan analisis faktor. Nilai yang tinggi (antara 0,5 – 1,0) mengidentifikasi

analisis faktor tepat. Apabila dibawah 0,5 menunjukkan bahwa analisis faktor tidak

tepat untuk diaplikasikan.

∑ ∑ ∑ ∑

∑ ∑

Keterangan :

= koefisien korelasi sederhana antara variabel ke- dan = koefisien korelasi parsial antara variabel ke- dan

ke-Measure of Sampling Adequacy (MSA) yaitu suatu indeks perbandingan antara koefisien korelasi parsial untuk setiap variabel. MSA digunakan untuk mengukur

kecukupan sampel.

9. Percentage of variance (Persentase Varians)

Persentase varians adalah persentase total varians yang disumbangkan oleh setiap

(18)

10. Residuals

Residuals adalah selisih antara korelasi yang terobservasi berdasarkan input correlation matrix dan korelasi hasil reproduksi yang diestimasi dari matriks faktor. 11. Scree plot

Scree plot adalah sebuah plot dari eigenvalue untuk menentukan banyaknya faktor.

2.6.4 Langkah-Langkah Analisis Faktor

Langkah-langkah dalam analisis faktor adalah sebagai berikut :

1. Merumuskan masalah

2. Membentuk matriks korelasi

3. Menentukan metode analisis faktor

4. Menentukan banyaknya faktor

5. Melakukan rotasi terhadap faktor

6. Membuat intrepretasi hasil rotasi terhadap faktor

Secara skematis langkah-langkah dalam analisis faktor dapat digambarkan sebagai

berikut :

Merumuskan masalah

Membentuk matriks korelasi

Menghitung nilai karakteristik (eigen value)

Menghitung vektor karakteristik (eigen vector)

(19)

Menghitung matriks factor loading

Melakukan rotasi faktor

Interpretasi faktor

Gambar 2.1 Langkah-langkah dalam analisis faktor

1. Merumuskan Masalah

Merumuskan masalah meliputi beberapa kegiatan. Pertama, tujuan analisis faktor

harus diidentifikasi. Variabel yang akan digunakan dalam analisis faktor harus

dispesifikasi berdasarkan penelitian sebelumnya, teori dan pertimbangan subjektif

dari peneliti. Pengukuran variabel berdasarkan skala interval dan rasio. Besarnya

sampel harus tepat, sebagai petunjuk umum besarnya sampel paling sedikit empat

atau lima kali banyaknya variabel.

2. Membentuk Matriks Korelasi

Proses analisis didasarkan pada suatu matriks korelasi antar variabel. Agar

analisis faktor menjadi tepat, variabel-variabel yang dikumpulkan harus

berkorelasi. Dilakukan perhitungan matriks korelasi . Matriks korelasi

digunakan sebagai input analisis faktor.

Korelasi antar Variabel

(20)

3. Menghitung nilai karakteristik (eigen value)

Perhitungan nilai karakteristik (eigen value) , dimana perhitungan ini berdasarkan persamaan karakteristik :

dengan

= matriks korelasi

= matriks identitas

= eigen value

Eigen value adalah jumlah varian yang dijelaskan oleh setiap faktor.

4. Menghitung vektor karakteristik (eigen vector)

Penentuan vektor karakteristik (eigen vector) yang bersesuaian dengan nilai karakteristik (eigen value), yaitu dengan persamaan :

dengan

= eigen vector

5. Menentukan Banyaknya Faktor

Ada beberapa prosedur yang dapat dipergunakan dalam menentukan banyaknya

faktor yaitu, penetuan secara a priori, penetuan berdasarkan pada eigenvalue, penentuan berdasarkan Scree plot, penetuan berdasarkan persentase varians, penentuan berdasarkan Split-Half Reliability, dan penentuan berdasarkan uji signifikan.

(21)

Kadang-kadang karena adanya dasar teori atau pengalaman sebelumnya, peneliti

sudah dapat menentukan banyaknya faktor yang akan diekstraksi. Hampir

sebagaian besar program komputer memungkinkan peneliti untuk menentukan

banyaknya faktor yang diinginkan dengan pendekatan ini.

b. Penentuan Berdasarkan Eigenvalue

Pada pendekatan ini, hanya faktor dengan eigenvalue lebih besar dari satu yang

dipertahankan. Eigenvalue merepresentasikan besarnya sumbangan dari faktor

terhadap varians seluruh variabel aslinya. Hanya faktor dengan varians lebih

besar dari satu yang dimasukkan dalam model. Faktor dengan varians lebih kecil

dari satu tidak lebih dari variabel asli, sebab variabel yang dibakukan

(distandarisasi) yang berarti rata-ratanya nol dan variansinya satu.

c. Penentuan Berdasarkan Sree Plot

Sree Plot merupakan plot dari nilai eigenvalue terhadap banyaknya faktor dalam ekstraksinya. Bentuk plot yang dihasilkan, digunakan untuk menentukan

banyaknya faktor. Biasanya plot akan berbeda antara slope tegak faktor, dengan

eigenvalue yang besar dan makin kecil pada sisa faktor yang tidak perlu

diekstraksi.

d. Penetuan Berdasarkan Persentase Varians

Dalam pendekatan ini, banyaknya faktor yang diekstraksi ditentukan berdasarkan

persentasi kumulatif varians mencapai tingkat yang memuaskan peneliti. Tingkat

persentase kumulatif yang memuaskan peneliti tergantung kepada

permasalahannya. Sebagai petunjuk umum bahwa ekstraksi faktor dihentikan

kalau kumulatif persentase varians sudah mencapai paling sedikit 60% atau 75%

(22)

e. Penentuan Split-Half Reliability

Sampel dibagi menjadi dua, dan analisi faktor diaplikasikan kepada

masing-masing bagian. Hanya faktor yang memiliki faktor loading tinggi antar dua bagian

itu yang akan dipertahankan.

f. Penentuan Berdasarkan Uji Signifikan

Dimungkinkan untuk menentukan signifikansi statistik untuk eigenvalue yana

terpisah dan mempertahankan faktor-faktor yang berdasarkan uji statistik

eigenvaluenya signifikan pada α = 5% atau α = 1%. Penentuan banyaknya faktor

dengan cara ini memiliki kelemahan, khususnya pada ukuran sampel yang besar

misalnya diatas 200 responden, banyak faktor yang menunjukkan uji signifikan,

walaupun dari pandangan praktis banyak faktor yang mempunyai sumbangan

terhadap seluruh varians hanya kecil.

6. Menghitung matriks faktor loading

Matriks loading factor ( ) diperoleh dengan mengalikan matriks eigen vector ( ) dengan akar dari matriks eigen value (L). Atau dalam persamaan matematis ditulis

√ .

7. Melakukan Rotasi Faktor

Sebuah output penting dari analisis faktor adalah matriks faktor atau disebut juga

sebagai matriks faktor pola. Matriks faktor mengandung koefisien yang

digunakan untuk mengekspresikan variabel yang dibakukan (distandarisasi)

dinyatakan dalam faktor. Koefisien-koefisien tersebut, atau faktor loadings,

merupakan korelasi antara faktor dengan variabelnya. Sebuah koefisien dengan

nilai absolut yang besar mengindikasikan bahwa faktor dan variabel berkorelasi

(23)

Walaupun matriks faktor awal atau unrotated factor matrix mengindikasikan hubungan antara faktor dengan variabel individu tertentu, akan tetapi masih sulit

diambil kesimpulannya tentang banyaknya faktor yang bisa diekstraksi, hal ini

disebabkan karena faktor berkorelasi dengan banyaknya variabel atau sebaliknya

variabel tertentu masih masih banyak berkorelasi dengan banyak faktor.

Dalam merotasi faktor, diharapkan setiap faktor memiliki loading faktor atau

koefisien yang tidak nol, atau signifikan hanya untuk beberapa variabel. Atau,

diharapkan setiap variabel memiliki faktor loadings signifikan hanya dengan

sedikit faktor, atau kalau mungkin dengan sebuah faktor. Rotasi tidak

berpengaruh terhadap komunalitas dan persentase total varians yang dijelaskan.

Namun demikian, rotasi berpengaruh terhadap persentase varians dari setiap

faktor. Beberapa metode rotasi yang bisa digunakan adalah orthogonal rotation,

varimax rotation, dan oblique rotation.

Orthogonal rotation adalah kalau sumbu dipertahankan tegak lurus sesamanya (bersudut 90 derajat). Yang paling banyak digunakan adalah varimax rotation,

yaitu rotasi ortogonal dengan meminimumkan banyaknya variabel yang memiliki

loadings tinggi pada sebuah faktor, sehingga lebih mudah menginterpretasi faktor.

Rotasi ortogonal menghasilkan faktor-faktor yang tidak berkorelasi. Oblique rotation adalah jika sumbu-sumbu tidak dipertahankan harus tegak lurus sesamanya (bersudut 90 derajat) dan faktor-faktor berkorelasi. Kadang-kadang,

mentoleransi korelasi antar faktor-faktor bisa menyederhanakan matriks pola

faktor. Oblique rotation harus dipergunakan kalau faktor dalam populasi berkorelasi sangat kuat.

8. Interpretasi Faktor

Interpretasi dipermudah dengan mengidentifikasi variabel yang loadingnya besar

(24)

variabel-variabel yang memiliki loading tinggi dengan faktor tersebut. Cara lain

yang bisa digunakan adalah melalui pivot variabel dengan faktor loading sebagai

koordinat. Variabel yang berada pada akhir sebuah sumbu adalah variabel yang

memiliki loadings tinggi hanya pada faktor yang bersangkutan, sehingga bisa

digunakan untuk mengiterpretasi faktor. Variabel yang berada di dekat titik origin

memiliki loading yang rendah terhadap kedua faktor. Variabel yang tidak berada

di dekat sumbu mengindikasi bahwa variabel tersebut berkorelasi dengan kedua

faktor. Jika sebuah faktor tidak bisa secara jelas didefinisikan dalam batas

variabel awalnya, maka disebut faktor umum.

Gambar

Gambar 2.1 Langkah-langkah dalam analisis faktor

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan uji partial (Uji t-statistik) dapat diketahui terdapat 5 variabel bebas yang berpengaruh secara signifikan terhadap pendapatan keluarga miskin di Kota Medan, yaitu

 Jumlah Tabungan (Y) : Data yang digunakan adalah data yang berisi jumlah tabungan masyarakat kota Binjai pada bank umum yang diperoleh dari buku “Statistik Indonesia”

Berdasarkan uji validitas pengaruh (uji t) diketahui bahwa hasil ada dua variabel yang secara statistik berpengaruh signifikan terhadap pendapatan asli daerah kota surakarta

Berdasarkan uji kebaikan model, pada uji F menunjukkan model yang digunakan eksis dengan nilai F statistik sebesar 0.000103 sehingga dengan demikian variabel PAD, Dana

Kriteria pengujian hipotesis dengan menggunakan uji statistik t adalah jika nilai signifikansi t < 0,05 maka hipotesis alternatif diterima, yang menyatakan bahwa suatu

Untuk membuktikan hipotesis yang telah ditentukan dalam penelitian ini digunakan uji regresi berganda. Hasil dari uji akan menunjukkan apakah ada pengaruh antara

Berdasarkan uraian tersebut dapat diketahui bahwa hipotesis kedua yang diajukan dalam penelitian ini dengan menyatakan bahwa variabel- variabel jumlah kamar hotel

Uji F digunakan untuk menguji kelayakan model dengan menunjukkan apakah variabel independen yang terdiri dari Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), Dana