BAGIAN I
P E N D A H U L U A N
1.1. MAKSUD DAN TUJUAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN
Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara dan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, Peraturan Menteri Dalam Negeri No.64 Tahun 2013 tentang Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual Pada Pemerintah Daerah, Peraturan Walikota Bandung No…. Tahun … tentang Kebijakan Akuntansi, sebagai bentuk pertanggungjawaban pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) maka Pengguna Anggaran SKPD harus membuat Laporan Keuangan yang meliputi :
1. Laporan Realisasi Anggaran(LRA); 2. Neraca ;
3. Laporan Operasional (LO);
4. Laporan Perubahan Ekuitas(LPE); 5. Catatan atas Laporan Keuangan(CaLK).
Adapun maksud dari penyusunan laporan keuangan ini adalah :
a. Menyediakan informasi yang relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan ( SKPD Kecamatan Regol Kota Bandung ) selama satu periode pelaporan.
b. Menyajikan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD dalam rangka meningkatkan perbandingan laporan keuangan baik terhadap anggaran, antar periode maupun antar entitas.
c. Menyajikan informasi mengenai posisi keuangan, Realisasi Anggaran dan kinerja keuangan sebagai bahan evaluasi dan pengambilan keputusan mengenai alokasi sumber daya.
Sedangkan tujuan penyusunan laporan adalah untuk menyajikan informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan dan untuk menunjukkan akuntabilias entitas atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya, dengan
a. Menyediakan informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan mengenai sumber, alokasi dan penggunaan sumber daya ekonomi;
b. Menyediakan informasi mengenai ketaatan realisasi terhadap anggarannya; c. Menyediakan informasi mengenai cara entitas pelaporan mendanai
1.2. LANDASAN HUKUM PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN
Landasan hukum penusunan laporan keuangan Kecamatan Regol Kota Bandung atas pelaksanaan APBD Tahun 2015 adalah :
1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara ; 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara ; 3. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan
dan Tanggung Jawab Keuangan Negara ;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintah ;
5. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah ;
6. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;
7. Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 07 Tahun 2006 tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah ;
8. Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 01 Tahun 2015 tentang Penetapan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Bandung Tahun Anggaran 2015;
9. Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 08 Tahun 2015 tentang Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Bandung Tahun Anggaran 2015;
10.Peraturan Walikota Bandung Nomor 193 Tahun 2015 tentang Penjabaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Bandung Tahun Anggaran 2015 ;
11. Peraturan Walikota Bandung Nomor 008 Tahun 2015 tentang Penjabaran Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Bandung Tahun Anggaran 2015.
1.3. SISTEMATIKA PENULISAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN
Bab I PENDAHULUAN
1.1. Maksud dan tujuan penyusunan laporan keuangan 1.2. Landasan hukum penyusunan laporan keuangan 1.3. Sistematika penulisan catatan atas laporan keuangan
Bab II EKONOMI MAKRO, KEBIJAKAN KEUANGAN DAN PENCAPAIAN TARGET KINERJA APBD
2.1. Ekonomi makro 2.2. Kebijakan Keuangan
2.3. Indikator pencapaian target kinerja APBD Bab III IKHTISAR PENCAPAIAN KINERJA KEUANGAN
3.1 Ikhtisar realisasi pencapaian target kinerja keuangan
3.2 Hambatan dan kendala yang ada dalam pencapaian target yang telah ditetapkan
Bab IV KEBIJAKAN AKUNTANSI
4.1. Asumsi dasar penyajian laporan keuangan 4.2. Entitas pelaporan keuangan
4.3. Basis akuntansi yang mendasari penyusunan laporan keuangan
4.4. Basis pengukuran yang mendasari penyusunan laporan keuangan
Bab V PENJELASAN POS-POS LAPORAN KEUANGAN 5.1 Penjelasan Pos –Pos di Laporan Realisasi Anggaran 5.2 Penjelasan Pos-Pos di Neraca
5.3 Penjelasan Laporan Operasional 5.4 Penjelasan Laporan Ekuitas
Bab VI PENJELASAN ATAS INFORMASI-INFORMASI NON KEUANGAN Bab VII PENUTUP
BAGIAN II
EKONOMI MAKRO, KEBIJAKAN KEUANGAN DAN
PENCAPAIAN TARGET KINERJA APBD
PADA SKPD KECAMATAN REGOL KOTA BANDUNG
2.1
.
EKONOMI MAKROKecamatan Regol merupakan salah satu satuan kerja perangkat daerah yang ada di Wilayah Pemerintah Kota Bandung yang memiliki kharakteristik organisasi perkotaan, ini dapat dilihat dari perspektif teritorial, kehidupan ekonomi dan social serta potensi yang dimilikinya.
Kecamatan Regol terdiri dari 7 Kelurahan yaitu Kelurahan Ancol, Balonggede, Ciateul, Cigereleng, Ciseureuh, Pungkur dan Pasirluyu ; 60 RW dan 371 RT dan berdasarkan data statistic kepadatan penduduk Kecamatan Regol adalah 166 jiwa/km sedangkan kondisi ( angka ideal kepadatan penduduk adalah 60-80 jiwa/Ha), dengan demikian nampak bahwa kepadatan penduduk Kecamatan Regol
sangat tinggi dimana jumlah penduduk Kecamatan Regol sebanyak 86.146 jiwa dengan jumlah Kepala Keluarga sebesar 18.790 KK dan Luas Wilayah Kecamatan Regol seluas 430 Ha.
Dengan kondisi diatas dari permasalahan yang ada di kota Kota Bandung , hampir sekitar 75 %-nya tertumpu di wilayah Kecamatan Regol, diantaranya yaitu masalah Gorong-Gorong, Pedagang Kaki Lima (PKL), Kebersihan Kota, Prostitusi, Perjudian, Narkotika, Anak Jalanan, munculnya Pra KS, Kepadatan Penduduk, dan sebagainya.
Bila dipaparkan lebih rinci maka permasalahan yang ada di Kecamatan Regol dapat kami uraikan sebagai berikut :
1. Kondisi Gorong-Gorong banyak yang mampet sehingga seringkali terjadi banjir .
Kondisi gorong-gorong di wilayah kecamatan Regol banyak yang mampet dikarenakan kesadaran masyarakat masih membuang sampah sembarangan, sehingga seringkali mengakibatkan banjir di musim penghujan terutama diwilayah/ jalan Sriwijaya dan di Jalan Mochamad Toha.
2. Tingkat pengangguran tinggi
Sebagaimana telah diuraikan pada gambaran mengenai kondisi ekonomi Kecamatan Regol bahwa untuk tingkat pencari kerja di
Kecamatan Regol sebesar 84,9 %, hal ini menunjukan masih tingginya tingkat pengangguran dan ini merupakan masalah yang harus segera ditangani.
3. Pendapatan perkapita masih rendah
Kemampuan daya beli masyarakat Kecamatan Regol masih dibawah rata-rata indek daya beli hal ini memerlukan penanganan serius berupa program yang dapat menyentuh masyarakat dari kelompok pra KS dan KS I dengan alasan ekonomi.
4. Masalah PKL baru di Wilayah Pungkur
Masalah yang cukup pelik yang sampai saat ini masih menjadi proritas penanganan baik Pemerintah Kota maupun Kecamatan Regol adalah penataan PKL , untuk PKL di wilayah Kapatihan dan Dalem Kaum, Pemerintah Kota Bandung telah mampu menanganinya , sehingga sekarang wilayah alun-alun telah tertata dengan baik , begitu pula PKL di Wilayah Tegalega, tetapi sekarang perlu adanya penanganan baru diakibatkan munculnya PKL baru ( PKL Batu Akik ) di jalan Pungkur.
Semua permasalahan diatas mendorong Pemerintah Kecamatan Regol berupaya untuk senantiasa memberikan pelayanan secara prima sesuai standar pelayanan yang telah ditetapkan ISO, serta melaksanakan semua aktifitas secara maksimal berdasarkan kemampuan dan kewenangan yang ada. Salah satu upaya yang dilakukan dengan cara memanfaatkan potensi yang dimiliki warga masyarakatnya sendiri melalui Gerakan Pembangunan Masyarakat Regol Mandiri (GERBANG MAREMA) yang dilandasi dengan semangat gotong royong, kebersamaan, kekeluargaan, persatuan dan kesatuan.
2.2. KEBIJAKAN KEUANGAN
Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintah daerah yang dinilai dengan uang, termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah dalam kerangka Anggaran, Belanja dan Pembiayaan. Hal tersebut menjadikan Keuangan Daerah merupakan salah satu factor penentu dalam penyelenggaraan fungsi-fungsi pemerintahan, pelaksanaan pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat. Kebijakan keuangan daerah diarahkan untuk meningkatkan struktur keuangan yang lebih baik melalui peningkatan kemampuan keuangan daerah, pengelolaan keuangan daerah dan pengawasan keuangan daerah. Kebijakan tersebut diharapkan meningkatkan kontribusi Pendapatan Asli Daerah terhadap APBD.
Hal tersebut ditempuh melalui peningkatan target penerimaan daerah. Untuk belanja melakukan efisiensi terhadap Belanja Administrasi Umum dan Operasional/Pemeliharaan serta selektif dalam belanja modal serta memacu investasi pada daerah yang diprioriaskan. Untuk pembiayaan mengoptimalkan pemanfaatan sumber penerimaan daerah dalam menutupi deficit tahun anggaran berjalan dan pengeluaran lainnya.
Kebijakan keuangan meliputi komponen-komponen dan kinerja pelayanan yang diharapkan pada setiap kewenangan Pemerintah Daerah yang akan dilaksanakan dalam satu tahun anggaran.
2.2.1. Pendapatan
Pendapatan Asli Daerah
Sesuai dengan Perda No 29 Tahun 2009 tentang Retribusi Pelayanan Administrasi Kependudukan yang intinya mengenai pembebasan retribusi KTP dan KK , maka seluruh Kecamatan di Pemerintah Kota Bandung termasuk Kecamatan Regol bukan lagi menjadi unit penghasil bagi Pendapatan Asli Daerah Kota Bandung sehingga Pendapatan dari Kecamatan Regol untuk tahun 2015 Anggarannya sebesar 0,00.
2.2.2. Belanja
Dalam rangka penyelenggaraan pemerintah dan peningkatan pelayanan publik, pengaturan alokasi belanja diupayakan untuk efisien, efektif dan proporsional. Sesuai amanat Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang menyatakan bahwa Belanja Daerah diprioritaskan untuk melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dalam upaya memenuhi kewajiban daerah.
Belanja pada dasarnya untuk membiayai kegiatan pada Kecamatan Regol Kota Bandung yang dibiayai oleh APBD Kota Bandung Tahun Anggaran 2015 setelah perubahan sebesar Rp 22.359.338.296,00 yang terealisir sebesar Rp. 20.769.091.184,00 atau terserap sebesar 92,89% atau mengalami penurunan penyerapan anggaran sebesar 2,75 % dari tahun 2015.
2.3. Indikator Pencapaian Target Kinerja APBD
Sesuai dengan Permendagri No. 13 Tahun 2006, urusan wajib yang dilaksanakan oleh Kecamatan Regol Kota Bandung Tahun 2015, berbentuk Program dan Kegiatan dapat kami uraikan sebagai berikut :
NO PROGRAM KEGIATAN TUJUAN SASARAN
1 2 3 4 5
1 PROGRAM PELAYANAN ADMINISTRASI PERKANTORAN
1 Kegiatan Penyediaan Jasa Komunikasi, Sumber Daya Air dan Listrik.
Tersedianya dana untuk jasa komunikasi, sumber daya air dan listrik
Tercapainya kelancaran kinerja aparatur
2 Kegiatan Penyediaan Jasa
Pemeliharaan dan
Perizinan Kendaraan
Dinas/ Operasional
Tersedianya dana untuk
perpanjangan STNK
Terlaksananya
kelancaran kinerja
aparatur 3 Kegiatan Penyediaan Jasa
Kebersihan Kantor
Tersedianya dana untuk
retribusi kebersihan
Terciptanya lingkungan kantor yang sehat dan bersih
4 Kegiatan Penyediaan Jasa Perbaikan Peralatan Kerja
Tersedianya dana untuk
perawatan peralatan kantor
Terpeliharanya
peralatan dan
perlengkapan kantor 5 Kegiatan Penyediaan Alat
Tulis Kantor
Terpenuhinya biaya untuk kebutuhan ATK
Terciptanya kelancaran pelaksanaan pekerjaan
6 Kegiatan Penyediaan
Barang Cetakan dan
Penggandaan
Tersedianya dana untuk
barang cetakan dan
penggandaan Tercapainya kelancaran kinerja aparatur 7 Kegiatan Penyediaan Komponen Instalasi Listrik/ Penerangan Bangunan Kantor
Tersedianya dana untuk
pembelian komponen intalasi listrik keperluan kantor
Tercapainya kelancaran tugas aparatur
8 Kegiatan Penyediaan
Peralatan dan
Perlengkapan Kantor
Tersedianya dana untuk
pembelian sarana dan
prasarana kantor
Tercapainya kelancaran
pelaksanaan kerja
aparatur
9 Kegiatan Penyediaan
Peralatan Rumah Tangga
Terpenuhinya kebutuhan
dana untuk pembelian
peralatan rumah tangga
kantor
Tercapainya kelancaran
pelaksanaan kerja
aparatur
10 Kegiatan Penyediaan
Bahan Bacaan dan
Perundang-undangan
Tersedianya dana untuk
pembelian bahan bacaan
Terciptanya peningkatan wawaasan pengetahuan aparatur
11 Kegiatan Penyediaan
Makanan dan Minuman
Terpenuhinya dana untuk
kebutuhan jamuan
tamu/rapat beserta makanan pegawai
Tercapainya kelancaran kinerja aparatur
12 Kegiatan Rapat-Rapat
Koordinasi dan Konsultasi ke Luar Daerah
Tersedianya dana untuk
perjalanan dinas dalam
daerah dan luar daerah
Terlaksananya
perjalanan dinas dalam dan luar daerah
2 PROGRAM PENINGKATAN SARANA DAN PRASARANA APARATUR 13 Kegiatan Pengadaan Kendaraan Dinas/Operasional Terpenuhinya kebutuhan kendaraan dinas/operasional Terlaksanannya pengadaan kendaraan dins /triseda 14 Kegiatan Pengadaan Perlengkapan Gedung Kantor Tersedianya Kelengkapan gedung kantor Terciptanya lingkungan kantor yang representatitf 15 Kegiatan Pengadaan Meubelair Kantor
Tersedianya Meubelair yang diperlukan oleh kantor
Terciptanya peralatan kantor yang representatitf 16 Kegiatan Pengadaan Perlengkapan Peralatan Aparatur Tersedianya perlengkapan aparatur Tercapainya kelancaran kinerja aparatur 17 Kegiatan Pemeliharaan
Rutin/ Berkala Gedung Kantor
Tersedianya biaya untuk
pemeliharaan gedung kantor
Terpeliharanya secara
rutin gedung kantor
18 Kegiatan Pemeliharaan
Rutin/ Berkala Kendaraan Dinas/ Operasional
Tersedianya biaya
pemeliharaan mobil dan
motor
Terpeliharanya secara
rutin kendaraan
NO PROGRAM KEGIATAN OUTPUT OUTCOME 1 2 3 4 5 3 PROGRAM PENINGKATAN DISIPLIN APARATUR 19 Pengadaan Mesin/Kartu Absensi
Tersedianya mesin absensi Terciptanya peningkatan
disipin aparatur 20 Pengadaan Pakaian Dinas
beserta perlengkapannya
Tersedianya pakaian dinas harian
Terciptanya peningkatan disipin aparatur
21 Pengadaan Pakaian
Khusus hari-hari tertentu
Tersedianya pakaian
Batik,Pakaian Adat dan
Pakaian Olahraga Terciptanya peningkatan disiplin aparatur 4 PROGRAM PENINGKATAN KAPASITAS SUMBER DAYA APARATUR
22 Pendidikan dan Pelatihan Formal
Tersedianya dana untuk
pendidikan /pelatihan karyawan Tercapainya peningkatan kapasitas/kemampuan karyawan 23 Pembinaan Kinerja Aparatur
Tersedianya dana untuk
pembinaan kinerja bagi
aparatur di kecamatan regol
Tercapainya peningkatan kapasitas/kemampuan karyawan 5 PROGRAM PENINGKATAN DISIPLIN APARATUR 24 Penyusunan Laporan
Capaian Kinerja dan
Ikhtisar Realisasi Kinerja SKPD
Tersedianya dana untuk
pembuatan laporan capaian kinerja SKPD dan ikhtisar realisasi kinerja SKPD
Tersusunnya laporan
kinerja dan ikhtisar
realisasi kinerja SKPD secara autentik
25 Penyusunan Pelaporan
Keuangan Semesteran
Tersedianya dana untuk
pembuatan Laporan
Semester
Tersusunnya laporan
semester SKPD
26 Penyusunan Pelaporan
Keuangan AKhir Tahun
Tersedianya dana untuk
pembuatan Laporan Akhir tahun Tersusunnya laporan akhir tahun 6 PROGRAM INOVASI PEMBANGUNAN DAN DAN PEMBERDAYAAN KEWILAYAHAN 27 Kegiatan Fasilitasi Pemberdayaan Lingkup RW
Tersedianya dana untuk kegiatan – kegiatan RW Terciptanya partisipasi masyarakat dalam kegiatan pembangunan di wilayah 28 Kegiatan Fasilitasi Pemberdayaan Lingkup PKK
Tersedianya dana untuk kegiatan – kegiatan PKK di Kelurahan Terciptanya partisipasi kader PKK dalam kegiatan pembangunan di wilayah 29 Kegiatan Fasilitasi Pemberdayaan Lingkup Karang Taruna
Tersedianya dana untuk kegiatan – kegiatan Karang Taruna di kelurahan
Terciptanya partisipasi anggota Karang taruna dalam kegiatan
pembangunan di wilayah
30 Kegiatan Fasilitasi
Pemberdayaan Lingkup
LPM
Tersedianya dana untuk kegiatan – kegiatan LPM di kelurahan Terciptanya partisipasi anggota LPM dalam kegiatan pembangunan di wilayah
NO PROGRAM KEGIATAN OUTPUT OUTCOME 1 2 3 4 5 7 PROGRAM PENINGKATAN PERAN KECAMATAN DAN KELURAHAN 31 Kegiatan fasilitasi peningkatan perekonomian masyarakat Kecamatan dan Kelurahan
Tersedianya dana untuk
kegiatan peningkatan
perekonomian masyarakat
Terciptanya peningkatan
perekonomian masyarakat di wilayah Kecamatan Regol
32
Kegiatan fasilitasi
peningkatan kualitas
kehidupan masyarakat
Kecamatan dan Kelurahan
Tersedianya dana untuk
kegiatan peningkatan
wawasan SDM terutama Generasi Muda
Terciptanya peningkatan
keterampilan generasi muda dan terciptanya peningkatan
kualitas kesehatan masyarakat 33 Kegiatan peningkatan Infrastruktur dan Lingkungan Hidup
Kecamatan dan Kelurahan
Tersedianya dana untuk
penyelenggaraan
musrenbang, dan penataan infrastruktur di kecamatan dan kelurahan dan untuk
kegiatan pembersihan
gorong-gorong
Terlaksananya kegiatan
msurenbang, tertatanya
infrastruktur di kecamatan
dan kelurahan dan
terciptanya lingkungan yang bersih dan asri
34 Kegiatan peningkatan
kualitas penanganan
Ketentraman dan
ketertiban Tingkat
Kecamatan dan Kelurahan
Tersedianya dana untuk
kegiatan penertiban PKL, dan Pembinaan LINMAS
Terlaksananya pembinaan
dan penertiban PKL, dan
terciptanya Linmas yang
trampil
35 Kegiatan Fasilitasi
peningkatan
Pemerintahan Umum
Kecamatan dan Kelurahan
Tersediannya dokumen
kependudukan dan sosialisasi tertib administrasi kepada 373 RT dan 60 RW
Tersusunnya dokumen
kependudukan , dan
terciptanya peningkatan
kualitas dari RT dan RW
36 Kegiatan Fasilitasi
peningkatan pelayanan
kepada masyarakat
Tersedianya dana untuk
kegiatan sosialisasi masalah kependudukan
Terciptanya staf pelayanan
yang ramah dan
terlaksananya pembinaan
BAGIAN III
IKHTISAR PENCAPAIAN KINERJA KEUANGAN
3.1. Ikhtisar Realisasi Pencapaian Target Kinerja Keuangan SKPD
Sebagaimana dikemukakan pada bab terdahulu, bahwa struktur APBD telah mengacu pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah bahwa dalam Catatan Atas Laporan Keuangan harus menyajikan ikhtisar pencapaian kinerja APBD yang berisi gambaran realisasi pencapaian efektivitas dan efisiensi program dan kegiatan selama pelaksanaan APBD Tahun 2015 .
Ikhtisar pencapaian kinerja keuangan dapat diuraikan melalui program dan kegiatan dari masing-masing urusan tersebut disajikan sebagai berikut :
No. Nama Kegiatan Anggaran Realisasi %
I BELANJA LANGSUNG 15.128.528.012,00 13.780.616.127,00 91,09
A PROGRAM PELAYANAN ADMINISTRASI PERKANTORAN 1.161.264.250,00 890.337.768,00 76,67 1. Kegiatan Penyediaan Jasa Komunikasi, Sumber Daya Air dan Listrik 181.700.000,00 83.275.558,99 45,83
2. Kegiatan Penyediaan Jasa Pemeliharaan dan Perizinan Kendaraan Dinas /
Operasional 17.250.000,00 8.131.100,00 47,14
3. Kegiatan Penyediaan Jasa Kebersihan Kantor 106.300.000,00 100.318.730,00 94,37 4. Kegiatan Penyediaan Jasa Perbaikan Peralatan Kerja 22.600.000,00 19.250.000,00 85,18 5. Kegiatan Penyediaan Alat Tulis Kantor 37.710.000,00 33.494.850,00 88,82 6. Kegiatan Penyediaan Barang Cetakan dan Penggandaan 60.680.000,00 54.272.600,00 89,44 7. Kegiatan Penyediaan Komponen Instalasi Listrik /Penerangan Bangunan Kantor 16.800.000,00 12.110.000,00 72,08 8. Kegiatan Penyediaan Peralatan dan Perlengkapan Kantor 497.544.250,00 449.600.450,00 90,36 9. Kegiatan Penyediaan Peralatan Rumah Tangga 30.400.000,00 24.084.480,00 79,23 10 Kegiatan Penyediaan Bahan Bacaan dan Perundang-undangan 22.400.000,00 16.230.000,00 72,46 11. Kegiatan Penyediaan Makanan dan Minuman 55.980.000,00 39.270.000,00 70,15 12. Kegiatan Rapat-Rapat Koordinasi dan Konsultasi Ke Luar Daerah 111.900.000,00 50.300.000,00 44,95 B PROGRAM PENINGKATAN SARANA DAN PRASARANA APARATUR 1.493.568.762,00 1.241.803.944,00 83,14 13 Kegiatan Dinas/Operasional Pengadaan Kendaraan 400.000.000,00 374.784.000,00 93,70
No.
Nama Kegiatan Anggaran Realisasi %
14 Kegiatan Gedung KantorPengadaan Perlengkapan 343.835.000,00 328.821.773,00 95,63 15 Kegiatan Pengadaan Meubeulair 51.550.000,00 45.270.610,00 87,82 16 Kegiatan Peralatan Aparatur Pengadaan Perlengkapan 115.095.500,00 106.504.165,00 92,54 17 Kegiatan Gedung Kantor Pemeliharaan Rutin/Berkala 53.274.262,00 50.121.750,00 94,08 18 Kegiatan Pemeliharaan Rutin/ Berkala Kendaraan Dinas/ Operasional 529.814.000,00 336.301.646,00 63,48 C PROGRAM PENINGKATAN DISIPLIN APARATUR 190.185.000,00 171.202.500,00 90,02 19 Kegiatan Pengadaan Mesin/Kartu Absensi 49.000.000,00 43.263.000,00 88,29 20 Kegiatan Pengadaan Pakaian Dinas Beserta Perlengkapannya 26.795.000,00 25.889.000,00 96,66 21 Kegiatan Pakaian Khusus tertentu Hari-Hari 114.390.000,00 102.040.500,00 89,20
D
PROGRAM PENINGKATAN KAPASITAS SUMBER DAYA APARATUR PENDIDIKAN DAN PELATIHAN FORMAL
126.000.000,00 49.384.500,00 39,19
22 Pendidikan dan Pelatihan 76.000.000,00 0,00 0,00
23 Pembinaan Kinerja Aparatur 50.000.000,00 34.529.000,00 98,65
E
PROGRAM PENINGKATAN PENGEMBANGAN SISTEM PELAPORAN CAPAIAN KINERJA DAN KEUANGAN
42.900.000,00 28.580.800,00 66,62
24 Kegiatan Penyusunan Laporan Capaian Kinerja dan Ikhtisar Realisasi Kinerja SKPD 21.050.000,00 12.890.800,00 61,24 25 Kegiatan Penyusunan Pelaporan Keuangan Semesteran 13.000.000,00 9.840.000,00 75,69
26 Kegiatan Penyusunan Pelaporan Keuangan AKhir Tahun 8.850.000,00 5.850.000,00 66,10
F PROGRAM PENINGKATAN PERAN KECAMATAN DAN KELURAHAN 2.908.210.000,00 2.709.117.980,00 93,15
27 Kegiatan Perekonomian Masyarakat Kecamatan dan Fasilitasi Peningkatan
Kelurahan 28.375.000,00 23.575.000,00 83,08
28 Kegiatan Fasilitasi Peningkatan Kualitas Kehidupan Kemasayarakatan Kecamatan
dan Kelurahan 562.420.000,00 521.362.240,00 92,70
29 Kegiatan Peningkatan Infrastruktur dan Lingkungan Hidup Tingkat Kecamata dan
Kelurahan 1.746.455.000,00 1.679.010.000,00 96,14
30 Kegiatan Penanganan Ketenteraman dan Ketertiban Peningkatan Kualitas
Tingkat Kecamatn dan Kelurahan 478.455.000,00 425.673.240,00 88,97 31 Kegiatan Pemerintahan Umum Kecamatan dan Fasilitasi Peningkatan
Kelurahan 56.635.000,00 32.685.000,00 57,71
No. Nama Kegiatan Anggaran Realisasi %
G PROGRAM INOVASI PEMBANGUNAN DAN PEMBERDAYAAN KEWILAYAHAN 9.206.400.000,00 8.690.188.635,00 94,39 33 Kegiatan Fasilitasi Pemberdayaan Lingkup RW 7.106.400.000,00 6.890.767.535,00 96,97 34 Kegiatan Fasilitasi Pemberdayaan Lingkup PKK 700.000.000,00 616.834.100,00 88,12
35 Kegiatan Fasilitasi Pemberdayaan Lingkup Karang Taruna 700.000.000,00 578.829.650,00 82,69
36 Kegiatan Fasilitasi Pemberdayaan Lingkup LPM 700.000.000,00 603.757.350,00 86,25
II BELANJA TIDAK LANGSUNG 7.230.810.284,00 6.988.475.057,00 96,65
1 Gaji dan Tunjangan 4.335.929.014,00 4.105.312.785,00 94,68
2 Tambahan Penghasilan PNS 2.894.881.270,00 2.883.162.272,00 99,60
JUMLAH 22.359.338.296,00 20.769.091.184,00 92,89
Bila dilihat dari tabel diatas, maka dapat disimpulkan bahwa dari 36 kegiatan yang dilaksanakan di Kecamatan Regol terdapat 11 kegiatan yang pencapaiannya dibawah 75% yaitu :
1. Kegiatan Penyediaan Jasa Komunikasi, Sumberdaya Air dan Listrik penyerapannya hanya sebesar 45,83 %, dikarenakan selain adanya efesiensi penggunaan listrik , air dan telephone kantor , juga diakibatkan penyerapan biaya internet untuk kegiatan e-kelurahan yang dialokasikan sebesar Rp. 1.000.000,00/kelurahan /bulan atau sebesar Rp. 84.000.000,00 untuk setahun penyerapannya hanya sedikit karena kontrak sewa servere untuk e-kelurahan dengan pihak Telkom baru dilaksanakan bulan Agustus 2015 dan penagihan baru dilaksanakan bulan September 2015 dengan jumlah tagihan sebesar Rp. 550.000,00/bulan ;
2. Kegiatan penyediaan jasa pemeliharaan dan perizinan kendaraan dinas, penyerapan hanya 47,14 % dikarenakan sebagian besar pemegang kendaraan dinas /operasional , membayar sendiri biaya perpanjangan STNK , serta adanya STNK yang hilang dan belum dilakukan pembuatan duplikasinya.
3. Kegiatan Penyediaan Komponen instalasi Listrik /penerangan bangunan kantor sebesar 72,08% dikarenakan adanya anggaran untuk pembelian lampu hias untuk kegiatan HUT Kota Bandung yang tidak direalisasikan karena telah dialokasikan ke Biaya dekorasi ( pada kegiatan fasilitasi peningkatan kualitas kehidupan kemasyarakatan kecamatan dan kelurahan ).
4. Kegiatan penyediaan bahan bacaan dan peraturan perundang-undangan yang hanya terserap sebesar 72,46%, dikarenakan anggaran untuk iklan di surat kabar tidak direalisasikan karena tidak dilaksanakan pengiklanan kegiatan.
5. Kegiatan makanan dan minuman sebesar 70,15%, penyerapan dibawah 75% dikarenakan adanya efesiensi dalam penyerapan makanan dan minuman khususnya tamu dan pegawai.
6. Kegiatan Rapat-Rapat Koordinasi dan Konsultasi Ke Luar Daerah, penyerapannya hanya mencapai 44,95% diakibatkan penyerapan di semua Kelurahan hanya mencapai 13%.Hal ini diakibatkan karena kelurahan-kelurahan selama 2015 lebih terkonsentrasi pada kegiatan PIPPK.
7. Kegiatan Pemeliharaan Rutin/Berkala kendaraan dinas /operasional penyerapannya hanya mencapai 63,48% diakibatkan karena anggaran untuk kendaraan triseda penyiraman sebesar Rp. 87.984.000,00 tidak terserap sama sekali diakibatkan kegiatan pengadaan kendaraan tsb baru dilaksanakan bulan Desember 2015 .
8. Kegiatan Pendidikan dan Pelatihan Formal selama tahun 2015 tidak terserap sama sekali, diakibatkan kegiatan kursus bahasa Inggris yang direncanakan tidak dapat direalisasikan karena kesepakatan dengan pihak penyelenggara kursus tidak menemukan kata sepakat.
9. Kegiatan Penyusunan Laporan Capaian Kinerja dan Ikhtisar Realisasi Kinerja SKPD hanya mencapai 61,24% diakibatkan adanya komponen biaya ( biaya lembur ) sebesar Rp. 5.000.000,00 yang hanya diserap sebagian ( hanya Rp. 2.270.000,00 ), dan honorarium kegiatan hanya direalisasikan sebagian.
10. Kegiatan Penyusunan Pelaporan Keuangan Akhir Tahun hanya terserap sebesar Rp. 5.850.000,00 atau 66,10% diakibatkan biaya lembur yang tidak terserap karena memang tidak dilakukan kegiatan lembur.
11. Kegiatan Peningkatan Pemerintahan Umum Kecamatan dan Kelurahan hanya terserap sebesar Rp. 26.812.500,00 diakibatkan kegiatan di Kecamatan hanya terserap Rp. 7.400.000,00 dari anggaran Rp. 23.000.000,00 atau 32,17%. Penyerapan cukup rendah karena kegiatan di kecamatan tidak dapat direalisasikan karena belum dilakukan penggantian PPTK. ( PPTK meninggal dunia pada bulan November 2015 )
3.2. Hambatan dan Kendala yang ada dalam pencapaian target yang telah ditetapkan
Berdasarkan evaluasi, secara umum permasalahan yang dihadapi adalah : 1. Adanya kegiatan yang harus dilaksanakan pada bulan Januari dan Pebruari
2015 yaitu kegiatan Musrenbang Kelurahan dan Kecamatan, sedangkan pencairan anggaran baru dapat dilaksanakan pada bulan Maret 2015.
2. Tidak dilakukannya penggantian PPTK secara cepat , kasus di Kecamatan adanya PPTK yang meninggal dunia seharusnya dengan cepat dilakukan pembuatan SK pengganti sehingga kegiatan dapat terus dilaksanakan.
3. Penyerapan di Kelurahan-Kelurahan lebih difokuskan pada Penyerapan di Kegiatan PIPPK, sehingga banyak kegiatan di luar PIPPK yang tidak terserap.
Solusi Pemecahan Masalah
Secara umum dalam upaya pencapaian sasaran ditetapkan strategi sebagai berikut :
Untuk kegiatan yang berlangsung sebelum cairnya dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kecamatan Regol ,maka ditanggulangi dengan menggunakan dana pribadi dari PPTK yang bersangkutan.
BAGIAN IV
KEBIJAKAN AKUNTANSI
4.1. ASUMSI DASAR PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN
1) Asumsi Dasar Kemandirian Entitas
Setiap unit organisasi merupakan unit yang mandiri dan mempunyai kewajiban untuk menyajikan laporan keuangan sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010, sehingga tidak terjadi kekacauan antar unit instansi pemerintah dalam pelaporan keuangan.
2) Asumsi Kesinambungan Entitas
Laporan keuangan disusun dengan asumsi bahwa entitas pelaporan akan berlanjut keberadaanya. Dengan demikian Pemerintah diasumsikan tidak bermaksud melakukan likuidasi atas entitas pelaporan dalam jangka pendek. 3) Asumsi Keterukuran dalam Satuan Uang
Laporan keuangan entitas pelaporan harus menyajikan setiap kegiatan yang diasumsikan dapat dinilai dengan satuan uang.
4.2. ENTITAS PELAPORAN KEUANGAN
Entitas pelaporan adalah unit pemerintahan yang terdiri dari satu atau lebih entitas akuntansi atau entitas pelaporan yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban berupa laporan keuangan.
Sedangkan entitas akuntansi adalah unit pemerintahan pengguna anggaran/pengguna barang dan oleh karenanya wajib menyelenggarakan akuntansi dan menyusun laporan keuangan untuk digabungkan pada entitas pelaporan.
Pasal 51 ayat (2) dan ayat (3) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara menyatakan bahwa “tiap-tiap kementrian negara/lembaga merupakan entitas pelaporan yang tidak hanya wajib menyelenggarakan akuntansi, tetapi juga wajib menyampaikan laporan
pertanggungjawaban berupa laporan keuangan”.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, pada Pasal 232 ayat (1) menyatakan bahwa : “Entitas pelaporan dan entitas akuntansi
Komponen-komponen yang terdapat dalam satu set laporan keuangan yang harus disajikan oleh SKPD meliputi:
a. Laporan Realisasi Anggaran (LRA); b. Laporan Operasional (LO);
c. Laporan Perubahan Ekuitas (LPE); d. Neraca; dan
e. Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK).
4.3. BASIS AKUNTANSI YANG MENDASARI PENYUSUNAN LAPORAN
Basis akuntansi yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan Pemerintah Kota Bandung adalah basisbasis akrual untuk pengakuan aset, kewajiban, dan ekuitas dalam neraca, pengakuan Pendapatan-LO dan beban dalam laporan operasional.
Basis akrual untuk LO berarti pendapatan diakui pada saat hak untuk memperoleh pendapatan telah terpenuhi, walaupun kas belum diterima di Rekening Kas Umum Daerah Kota Bandung, dan beban diakui pada saat kewajiban yang mengakibatkan penurunan nilai kekayaan bersih telah terpenuhi walaupun kas belum dikeluarkan dari Rekening Kas Umum Daerah Kota Bandung. Pendapatan seperti bantuan pihak luar/asing dalam bentuk jasa disajikan puladi Laporan Operasional.
Basis akrual untuk neraca dan berarti bahwa aset, kewajiban, dan ekuitas dana diakui dan dicatat pada saat terjadinya transaksi, atau pada saat kejadian atau kondisi lingkungan berpengaruh pada keuangan pemerintah daerah, bukan pada saat kas diterima atau dibayar oleh kas daerah Kota Bandung.
Dalam hal anggaran disusun dan dilaksanakan berdasarkan basis kas maka LRA disusun berdasarkan basis kas berarti pendapatan penerimaan pembiayaan diakui pada saat kas diterima oleh kas daerah Kota Bandung, serta belanja dan pengeluaran pembiayaan diakui pada saat kas dikeluarkan dari kas daerah Kota Bandung. Pemerintah daerah tidak menggunakan istilah laba, melainkan menggunakan sisa perhitungan anggaran (lebih/kurang) untuk setiap tahun anggaran. Sisa perhitungan anggaran tergantung pada selisih realisasi penerimaan pendapatan dan pembiayaan dengan pengeluaran belanja dan pembiayaan.
4.3.1 Kebijakan Akuntansi Pendapatan-LO
1. Definisi
Pendapatan-LO adalah hak Pemerintah Daerah yang diakui sebagai penambah ekuitas dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan dan tidak perlu dibayar kembali.
2. Pengakuan
Pendapatan-LO diakui pada saat timbulnya hak atas pendapatan (earned) atau saat pendapatan direalisasi yaitu aliran masuk sumber daya ekonomi (realized).
3. Pengukuran
Pengukuran pendapatan-LO menggunakan mata uang Rupiah berdasarkan nilai sekarang kas yang diterima dan atau akan diterima. Pendapatan yang diukur dengan mata uang asing dikonversi ke mata uang Rupiah berdasarkan nilai tukar (kurs tengah Bank Indonesia) pada saat terjadinya pendapatan.
4.3.2 Kebijakan Akuntansi Pendapatan-LRA
1. Definisi
Pendapatan-LRA adalah semua penerimaan Rekening Kas Umum Daerah yang menambah Saldo Anggaran Lebih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan yang menjadi hak pemerintah, dan tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah.
Transfer Masuk (LRA) adalah penerimaan uang dari entitas pelaporan lain, misalnya penerimaan dana perimbangan dari pemerintah pusat dan dana bagi hasil dari Pemerintah Provinsi
2. Pengakuan
Pendapatan-LRA diakui pada saat diiterima di Rekening Kas Umum Daerah atau oleh entitas pelaporan dan saat pendapatan kas yang diterima oleh bendahara penerimaan yang sebagai pendapatan daerah dan hingga tanggal pelaporan belum disetorkan ke RKUD, dengan ketentuan bendahara penerimaan tersebut merupakan bagian dari BUD; 3. Pengukuran
Pengukuran pendapatan-LRA menggunakan mata uang Rupiah berdasarkan nilai sekarang kas yang diterima dan atau akan diterima. Pendapatan yang diukur dengan mata uang asing dikonversi ke mata uang Rupiah berdasarkan nilai tukar (kurs tengah Bank Indonesia) pada saat terjadinya pendapatan.
4.3.3 Kebijakan Akuntansi Beban
1. Definisi
Beban adalah penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa dalam periode pelaporan yang menurunkan ekuitas, yang dapat berupa pengeluaran atau konsumsi aset atau timbulnya kewajiban.
2. Pengakuan
Beban diakui pada Saat timbulnya kewajiban; Saat terjadinya konsumsi aset; dan saat terjadinya penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa.
3. Pengukuran
Pengukuran beban menggunakan mata uang Rupiah berdasarkan nilai sekarang yang dikeluarkan dari kas daerah Kota Bandung. Beban yang diukur dengan mata uang asing dikonversi ke mata uang Rupiah
berdasarkan nilai tukar (kurs tengah bank Indonesia) pada saat terjadinya belanja.
4.3.4 Kebijakan Akuntansi Belanja
4. Definisi
Belanja adalah semua pengeluaran dari rekening kas daerah Kota Bandung yang mengurangi ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah.
Transfer keluar (LRA) adalah pengeluaran uang dari entitas pelaporan ke entitas pelaporan lain seperti pengeluaran dana perimbangan oleh Pemerintah Pusat dan bagi hasil oleh Pemerintah Daerah.
5. Pengakuan
Belanja diakui pada saat terjadinya pengeluaran dari rekening kas daerah Kota Bandung. Khusus pengeluaran yang dilakukan melalui bendahara pengeluaran, pengakuannya terjadi pada saat pertanggungjawaban atas pengeluaran tersebut disahkan oleh unit yang mempunyai fungsi perbendaharaan.
6. Pengukuran
Pengukuran belanja menggunakan mata uang Rupiah berdasarkan nilai sekarang yang dikeluarkan dari kas daerah Kota Bandung. Belanja yang diukur dengan mata uang asing dikonversi ke mata uang Rupiah berdasarkan nilai tukar (kurs tengah bank Indonesia) pada saat terjadinya belanja.
4.3.5 Kebijakan Akuntansi Pembiayaan
1. Definisi
Pembiayaan merupakan seluruh transaksi keuangan pemerintah baik penerimaan maupun pengeluaran, yang perlu dibayar atau akan diterima kembali yang dalam penganggaran pemerintah terutama dimaksudkan untuk menutup defisit dan atau memanfaatkan surplus anggaran.
Penerimaan Pembiayaan adalah semua penerimaan rekening kas daerah Kota Bandung yang antara lain berasal dari penerimaan pinjaman, penjualan obligasi pemerintah, hasil privatisasi daerah/negara, penerimaan kembali pinjaman yang diberikan kepada pihak ketiga, penjualan investasi permanen lainnya, dan pencairan dana cadangan. Penerimaan pembiayaan dilaksanakan berdasarkan azas
bruto, yaitu membukukan penerimaan bruto dan tidak mencatat jumlah netonya.
Pengeluaran pembiayaan adalah semua pengeluaran rekening kas umum daerah Kota Bandung antara lain pemberian pinjaman kepada pihak ketiga, penyertaan modal pemerintah, pembayaran kembali pokok pinjaman dalam periode tahun anggaran tertentu, dan pembentukan dana cadangan.
Pembentukan dana cadangan menambah dana cadangan yang bersangkutan. Hasil-hasil yang diperoleh dari pengelolaan dana cadangan merupakan penambah dana cadangan dan dicatat dalam pos pendapatan asli daerah lainnya.
Pembiayaan neto adalah selisih antara penerimaan pembiayaan dikurangi pengeluaran pembiayaan dalam periode tahun anggaran tertentu.
2. Pengakuan
Penerimaan pembiayaan diakui pada saat diterima pada kas daerah Kota Bandung. Akuntansi penerimaan pembiayaan dilaksanakan dengan asas bruto, yaitu dengan membukukan penerimaan bruto, dan tidak mencatat jumlah netonya (setelah dikompensasikan dengan pengeluaran). Pengeluaran pembiayaan diakui pada saat dikeluarkan dari rekening kas daerah Kota Bandung. Selisih lebih/kurang antara realisasi penerimaan pembiayaan dengan pengeluaran pembiayaan selama satu periode pelaporan dicatat dalam pos SiLPA/SiKPA.
3. Pengukuran
Pengukuran pembiayaan menggunakan mata uang Rupiah berdasarkan nilai sekarang kas yang diterima dan atau akan dikeluarkan. Pembiayaan yang diukur dengan mata uang asing dikonversi ke mata uang Rupiah berdasarkan nilai tukar (kurs tengah Bank Indonesia) pada saat pengakuan belanja.
4.3.6 Kebijakan Akuntansi Aset
1. Definisi
Aset adalah sumber daya ekonomis yang dimiliki dan atau dikuasai dan dapat diukur dengan satuan uang.
Aset terdiri dari Aset Lancar, Investasi Jangka Panjang, Aset Tetap, Dana Cadangan, Aset Lainnya. Aset Lancar adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat kurang dari 12 (dua belas) bulan (satu periode akuntansi).
1) Kas
(1) Kas adalah uang tunai dan saldo simpanan di Bank yang setiap saat dapat digunakan untuk membiayai kegiatan pemerintahan.
(2) Kas dinyatakan dalam Rupiah. Apabila dalam kas terdapat valuta asing maka valuta asing tersebut dikonversikan terlebih dahulu berdasarkan nilai kurs pada tanggal transaksi. Pada akhir tahun, saldo kas dalam valuta asing dikonversi ke dalam Rupiah dengan menggunakan kurs tengah Bank Indonesia pada tanggal neraca.
(3) Nilai kas pada tanggal neraca adalah hasil kas opname di masing-masing pemegang kas (Bendahara Umum Daerah dan Pemegang Kas).
2) Piutang
(1) Piutang adalah hak atau klaim kepada pihak ketiga yang diharapkan dapat dijadikan kas dalam satu periode akuntansi.
(2) Piutang dapat berupa tagihan hasil penjualan barang, kewajiban pihak ketiga yang belum dilunasi, seperti pajak/retribusi atau pinjaman uang yang belum dilunasi pada saat pencatatan.
(3) Piutang dinilai serta disajikan di neraca sebesar jumlah yang dapat direalisasikan setelah memperhitungkan penyisihanpiutang tidak tertagih dan penghapusan piutang.
(4) Piutang diakui pada saat timbulnya hak atas piutang tersebut.
(5) Piutang Pajak/Retribusi diakui sebagai piutang apabila telah diterbitkan dasar ketetapan pajak/retribusi yaitu Surat Keputusan Pajak Daerah/Surat Keputusan Retribusi Daerah (SKPD/SKRD).
3) Persediaan
(1) Persediaan adalah barang yang diperoleh dengan maksud untuk mendukung kegiatan operasional pemerintah daerah dan atau untuk dijual/diserahkan dalam rangka pelayanan kepada masyarakat.
(2) Persediaan pada akhir periode akuntansi dicatat berdasarkan hasil inventarisasi fisik persediaan.
(3) Saldo persediaan dinilai dan disajikan dalam neraca berdasarkan:
- Biaya perolehan apabila diperoleh dengan pembelian. Nilai pembelian yang digunakan adalah biaya perolehan persediaan yang terakhir diperoleh;
- Biaya standar apabila diperoleh dengan memproduksi sendiri;
- Nilai wajar apabila persediaan diperoleh dengan cara lain seperti donasi/rampasan
(4) Jenis-jenis persediaan:
- Persediaan Pakai Habis, adalah barang-barang yang bekas penggunaannya tidak dapat digunakan kembali, misalnya ATK.
- Persediaan Tak Habis Pakai, adalah persediaan yang dapat digunakan berulang kali, misal kotak file.
- Persediaan untuk dijual, misal aspal dalam drum, obat-obatan, alat-alat kedokteran, bibit tanaman, benih ikan dan sebagainya.
b. Investasi Jangka Panjang, antara lain terdiri dari:
Penyertaan Modal Pemerintah Daerah
Penyertaan Modal Pemerintah adalah jumlah yang dibayar oleh pemerintah daerah untuk penyertaan modal dalam Badan Usaha Milik Negara/Daerah atau lembaga keuangan lainnya dimana pemerintah daerah memiliki kepentingan yang dinyatakan dalam perjanjian. Penyertaan Modal Pemerintah Daerah dicatat dalam neraca sebesar nilai nominal.
c. Aset Tetap
Aset tetap adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu periode akuntansi untuk digunakan dalam kegiatan kepemerintahan dan atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum. Aset tetap dapat diperoleh melalui pembelian dan atau pembangunan yang sumber dananya baik sebagian atau seluruhnya berasal dari APBD, hibah atau donasi, pertukaran dengan aset lainnya dan dari sitaan atau rampasan.
Aset tetap dicatat dengan nilai historis. Untuk keperluan penyusunan neraca awal suatu entitas, biaya perolehan aset tetap yang digunakan adalah nilai wajar pada saat neraca awal tersebut disusun. Aset tetap yang dihentikan dari penggunaan aktif pemerintah tidak memenuhi definisi aset tetap dan harus dipindahkan ke pos aset lainnya sesuai dengan nilai tercatatnya. Nilai tercatat (carrying amount) aset adalah nilai buku aset, yang dihitung dari biaya perolehan suatu aset setelah dikurangi akumulasi penyusutan.
Konstruksi dalam pengerjaan dicatat berdasarkan Surat Perintah Membayar (SPM) yang diterbitkan atas pekerjaan tersebut. Apabila penilaian konstruksi dalam pengerjaan berdasarkan SPM yang diterbitkan tidak memungkinkan, maka konstruksi dalam pengerjaan dicatat berdasarkan harga perolehan yang diestimasikan. Apabila biaya perolehan suatu konstruksi dalam pengerjaan dinyatakan dalam valuta asing, penyajian dalam neraca dicatat
dengan nilai rupiah berdasarkan nilai tukar (kurs tengah BI) pada saat perolehan.
d. Aset Lainnya
Aset tak berwujud adalah aset non keuangan yang dapat diidentifikasi dan tidak mempunyai wujud fisik serta dimiliki untuk digunakan dalam menghasilkan barang atau jasa atau digunakan untuk tujuan lainnya termasuk hak atas kekayaan intelektual.
Aset dalam Proses Penghapusan/Aset Rusak Berat adalah aset yang dihentikan dari penggunaan aktif pemerintah dan harus dipindahkan ke pos aset lainnya sesuai dengan nilai tercatatnya. Hal tersebut sesuai dengan PSAP No. 07 Paragraf 79.
4.3.7 Kebijakan Akuntansi Kewajiban
Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi pemerintah.
Kewajiban Jangka Pendek adalah kelompok kewajiban yang diselesaikan dalam waktu kurang dari dua belas bulan setelah tanggal pelaporan.
Kewajiban jangka pendek dicatat sebesar nilai nominal. Kewajiban dalam valuta asing (valas) dikonversikan ke dalam Rupiah berdasarkan nilai tukar (kurs tengah BI) pada tanggal transaksi.
Kewajiban jangka pendek terdiri dari:
(1) Bagian Lancar Kewajiban Jangka Panjang Kepada Pemerintah Pusat.
Merupakan bagian kewajiban jangka panjang kepada Pemerintah Pusat, yang telah jatuh tempo dalam satu periode akuntansi. (2) Kewajiban Bunga, Denda, dan Commitment Fee.
-Kewajiban Bunga adalah bagian beban bunga yang telah jatuh tempo dan harus dibayar dalam suatu periode akuntansi. Kewajiban bunga dicatat sebesar persentase tertentu sesuai ketentuan yang ditetapkan dalam perjanjian.
-Denda adalah kewajiban yang timbul sebagai akibat dari kewajiban pokok pinjaman dan atau bunganya yang tidak dapat dilunasi tepat waktu sesuai perjanjian.
-Comitment Fee adalah kewajiban yang harus dibayar sebesar persentase tertentu terhadap jumlah pinjaman yang belum atau tidak ditarik sampai batas waktu yang telah disepakati dalam perjanjian pinjaman.
(3) Kewajiban Perhitungan Fihak Ketiga.
Merupakan kewajiban jangka pendek kepada fihak ketiga yang akan jatuh tempo dalam satu periode akuntansi.
(4) Pendapatan Diterima Dimuka
Berdasarkan Buletin Teknis nomor 08 mengenai akuntansi utang, terhadap nilai kas yang telah diterima pemerintah dari pihak ketiga tetapi belum ada penyerahan barang/jasa dari pemerintah dicantumkan di Neraca dengan akun Pendapatan Diterima Dimuka.
Kewajiban Jangka Panjang merupakan kewajiban yang harus dibayar kembali atau jatuh tempo lebih dari satu periode akuntansi. Kewajiban jangka panjang dapat berasal dari dalam negeri maupun luar negeri. Kewajiban jangka panjang dicatat pada saat dana tersebut diterima sebesar nilai nominal. Kewajiban dalam valuta asing (valas) dicatat berdasarkan nilai tukar (kurs tengah BI) pada tanggal transaksi.
Kewajiban jangka panjang terdiri dari: (1) Kewajiban Kepada Pemerintah.
Kewajiban jangka panjang kepada pemerintah adalah bagian kewajiban kepada pemerintah pusat yang akan jatuh tempo lebih dari satu periode akuntansi.
(2) Kewajiban Bunga dan Jasa Bank Jangka Panjang.
Kewajiban bunga dan jasa bank jangka panjang merupakan kewajiban atas bunga pinjaman serta jasa bank jangka panjang yang akan jatuh tempo lebih dari satu periode akuntansi.
4.3.8 Kebijakan Akuntansi Ekuitas
1. Definisi
Ekuitas adalah kekayaan bersih pemerintah yang merupakan selisih antara aset dan kewajiban pemerintah pada tanggal laporan. Saldo Ekuitas berasal dari ekuitas awal ditambah(dikurang) oleh surplus/defisit-LO, SiLPA/SiKPA, penutupan saldo perubahan SAL, dan perubahan lainnya seperti koreksi nilai persediaan, selisih evaluasi aset tetap, dan lain-lain yang tersaji dalam Laporan Perubahan Ekuitas (LPE).
2. Pengakuan
Ekuitas diakui pada saat terjadi kenaikan atau penurunan hak pemerintah atas kekayaan pemerintah, yang diakibatkan oleh adanyasurplus/defisit-LO, SiLPA/SiKPA, serta penutupan saldo Perubahan SAL.;
3. Pengukuran
Ekuitas dicatat sebesar nilai nominal yang mencerminkan nilai kekayaan bersih pemerintah daerah yang merupakan
selisih antara aset dan kewajiban pemerintah daerah pada tanggal laporan.
4.4. BASIS PENGUKURAN YANG MENDASARI PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN
Sehubungan dengan penyusunan laporan keuangan, beberapa informasi penting yang perlu disajikan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari Laporan
Keuangan ini adalah sebagai berikut:
1) Penyusunan Neraca Pemerintah Kota Bandung menganut prinsip substansi mengungguli bentuk formalnya (substance over form).Artinya informasi dimaksudkan untuk menyajikan dengan wajar transaksi serta peristiwa lain yang seharusnya disajikan, maka transaksi atau peristiwa lain tersebut perlu dicatat dan disajikan sesuai dengan substansi dan realitas ekonomi, dan bukan hanya aspek formalitasnya.
2) Basis akuntansi yang digunakan adalah basis kas dan basis akrual yaitu:
(1) Basis kas digunakan untuk pengakuan pendapatan, belanja dan pembiayaan dalam Laporan Realisasi Anggaran.
(2)Basis Akrual digunakan untuk pengakuan aset, kewajiban dan ekuitas dalam Neraca dan pengakuan pendapatan dan beban dalam Laporan Operasional. 3) Periode Akuntansi yang digunakan dalam penyusunan Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah Kota Bandung adalah tahun anggaran (periode tanggal 1 Januari 2015 sampai dengan 31 Desember 2015).
4) Aset dicatat sebesar pengeluaran kas dan setara kas yang dibayar atau sebesar nilai wajar dari imbalan untuk memperoleh aset tersebut pada saat perolehan. Untuk keperluan penyusunan neraca awal suatu entitas, biaya perolehan aset tetap yang digunakan adalah nilai wajar pada saat neraca awal tersebut disusun.
5) Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi dan/atau sosial dimasa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh pemerintah maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang, termasuk sumber daya non keuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumber daya yang dipelihara karena alasan sejarah dan budaya.
BAGIAN V
PENJELASAN POS-POS LAPORAN KEUANGAN
5.1. PENJELASAN POS – POS LAPORAN REALISASI ANGGARAN 5.1.1. Dasar Penyusunan Laporan Realisasi Anggaran
Dasar Penyusunan Laporan Realisasi Anggaran adalah:
a) Peraturan Pemerintahan Nomor 71 Tahun 2010 tanggal 22 Oktober 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan khususnya Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) Nomor 02 tentang Laporan Realisasi Anggaran Berbasis Kas yang diterbitkan oleh Komite Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP);
b) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 2013 tentang Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual pada Pemerintah Daerah;
c) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.
d) Peraturan Walikota Bandung No… Tahun 2015 tentang Kebijakan Akuntansi
5.1.2. Tujuan Laporan Realisasi Anggaran
Laporan Realisasi Anggaran bertujuan memberikan informasi tentang kinerja keuangan berupa realisasi dan anggaran entitas pelaporan secara tersanding. Penyandingan antara anggaran dan realisasinya menunjukkan tingkat ketercapaian target-target yang telah disepakati antara legislatif dan eksekutif sesuai dengan perundang-undangan.
5.1.3. Definisi
a) Anggaran merupakan pedoman tindakan yang akan dilaksanakan pemerintah meliputi rencana pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan yang diukur dalam satuan rupiah, yang disusun menurut klasifikasi tertentu secara sistematis untuk satu periode.
b) Belanja adalah semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum Negara/ Daerah yang mengurangi ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang
tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah.
c) Pendapatan adalah semua penerimaan Rekening Kas Umum Negara/ Daerah yang menambah ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan yang menjadi hak pemerintah, dan tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah.
d) Pembiayaan (financing) adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran berikutnya, yang dalam penganggaran pemerintah terutama dimaksudkan untuk menutup defisit atau memanfaatkan surplus anggaran.
e) Surplus/defisit adalah selisih lebih/kurang antara pendapatan dan belanja selama satu periode pelaporan. f) Transfer adalah penerimaan/pengeluaran uang dari suatu
entitas pelaporan dari/kepada entitas pelaporan lain, termasuk dana perimbangan dan dana bagi hasil.
5.1.4. Penjelasan Pos-pos Laporan Realisasi Anggaran
1. Laporan Realisasi Anggaran sampai dengan 31 Desember 2015, Realisasi Belanja pada Kecamatan Regol dapat diuraikan sebagai berikut :
No. Uraian Anggaran tahun
2015
Realisasi Tahun 2015
Realisasi Tahun 2014
1 BELANJA TIDAK LANGSUNG 7.230.810.284,00 6.988.475.057,00 5.824.877.842,00 Belanja Pegawai 7.230.810.284,00 6.988.475.057,00 5.824.877.842,00 2. BELANJA LANGSUNG 15.128.528.012,00 13.780.616.127,00 6.610.890.820,00
Belanja Pegawai 1.471.050.000,00 1.350.780.000,00 2.104.125.000,00 Belanja Barang dan
Jasa 9.594.565.262,00 8.816.609.689,00 2.796.601.879,00 Belanja Modal 3.762.12.750,00 3.613.226.438,00 1.710.163.950,00 TOTAL BELANJA 22.359.338.296,00 20.769.091.184,00 12.435.768.662,00
2. Laporan Operasional dari tanggal 1 Januari 2015 sampai dengan 31 Desember 2015, adalah sebagai berikut :
Beban Pegawai-LO sebesar Rp. 7.234.773.227,00 dan Beban Barang dan Jasa sebesar Rp. 10.162.368.620,00, total Belanja LO menjadi sebesar Rp. 17.397.141.847,00.
Bila kita bandingkan dengan total Belanja Operasi yang tertera dalam Laporan Realisasi Anggaran sebesar Rp. 17.155.864.746,00 terdapat selisih angka sebesar Rp. 241.277.101,00 yang berasal dari :
1. Saldo Positif dari Utang Beban tahun 2015 sebesar Rp. 252.119.201,00 yang terdiri dari :
a. Beban Tunjangan Perbaikan Penghasilan bulan Desember 2015 sebesar Rp.244.028.170,00 b. Beban Rekening Telephone bulan Desember
2015 dan November 2015 sebesar Rp. 1.213.808,00
c. Beban Rekening PDAM bulan Desember 2015 sebesar Rp. 1.203.310,00
d. Beban Rekening Listrik bulan Desember 2015 sebesar Rp. 2.070.127,00
e. Beban Internet Bulan Desember 2015 sebesar Rp. 3.503.786,00
f. Beban Retribusi Kebersihan Bulan Desember 2015 sebesar Rp. 100.000,00
2. Saldo Negatif dari Selisih Nilai Persediaan Tahun 2014 dikurangi Nilai Persediaan Tahun 2015 sebesar Rp. 6.458.000,00 – Rp. 16.300.100,00= - Rp. 9.842.100,00.
3. Saldo Negatif dari pembayaran hutang tahun lalu sebesar Rp. 1.000.000,00 berupa Honorarium Team PPBJ yang telah dibayarkan per 15 Mei 2015
berdasarkan SP2D No.
957/002299/1.20.25.05/BL/2015.
Sedangkan bila kita bandingkan per komponen biaya antara LRA dan LO terdapat selisih dari Belanja , pada LRA tercantum Rp. 8.339.255.057,00 dan pada LO tercantum sebesar Rp. 7.234.773.227,00. Perbedaan ini diakibatkan karena sesuai Permendagri No 64 Tahun 2013, tidak semua komponen biaya pada LRA termaping pada LO. Komponen biaya pegawai yang masuk ke LO dari LRA terdiri dari :
1. Biaya Pegawai yang tercantum pada Belanja Tidak Langsung, meliputi keseluruhan belanja gaji dan tunjangannya beserta belanja tambahan penghasilan PNS total sebesar Rp. 6.988.475.057,00
2. Uang Lembur yang tercamtum dalam Belanja Langsung sebesar Rp. 2.270.000,00
3. Tunjangan Perbaikan Penghasilan bulan Desember 2015 sebesar Rp.244.028.170,00
Sedangkan untuk komponen Belanja Pegawai lainnya yang tercantum dalam Belanja Langsung yang berjumlah Rp. 1.348.510.000,00, yang terdiri dari
Honorarium PNS yang merupakan Honorarium Panitia Pelaksana Kegiatan sebesar Rp. 87.210.000,00
Honorarium Non PNS yang merupakan Honorarium Pegawai Honorer / Tidak Tetap sebesar Rp. 1.261.300.000,00
termaping kan ke dalam Belanja Barang dan Jasa sehingga bila kita lihat Belanja Barang dan Jasa di LRA tercantum sebesar Rp. 8.816.609.689,00 sedangkan di LO lebih besar sebesar Rp. 10.162.368.620,00 sehingga terdapat selisih Rp. 1.345.758.930,00 yang terdiri dari :
Saldo positif dari Belanja Pegawai dalam Belanja Langsung diluar uang lembur sebesar Rp. 1.248.510.000,00
Saldo positif dari Hutang Belanja Barang dan Jasa sebesar Rp. 8.091.031,00 yang terdiri dari :
o Beban Rekening Telephone bulan Desember 2015 dan November 2015 sebesar Rp. 1.213.808,00
o Beban Rekening PDAM bulan Desember 2015 sebesar Rp. 1.203.310,00
o Beban Rekening Listrik bulan Desember 2015 sebesar Rp. 2.070.127,00
o Beban Internet Bulan Desember 2015 sebesar Rp. 3.503.786,00
o Beban Retribusi Kebersihan Bulan Desember 2015 sebesar Rp. 100.000,00
Saldo negative dari pengakuan dari selisih persediaan tahun 2015 dan tahun 2014 sebesar Rp. 9.842.100,00
3. Laporan Perubahan Ekuitas untuk Kecamatan Regol , seperti halnya Laporan Operasional, baru dilaksanakan di tahun 2015, yang terdiri dari :
Ekuitas awal tahun sebesar Rp. 20.108.272.105,00 Dikurangi defisit dari LO Rp. (17.397.141.847,00 ) Dikurangi oleh ekuitas lainnya Rp. ( 1.936.220.809,00) Ekuitas akhir tahun sebesar Rp. 774.909.449,00
Laporan Ekuitas dapat kami jelaskan sebagai berikut :
Ekuitas awal tahun berasal dari ekuitas akhir tahun 2014 sejumlah Rp. 20.108.272,105,00
Defisit LO sebesar Rp. 17.397.141.847,00 merupakan penjumlahan dari Belanja Pegawai LO sebesar Rp. 7.234.773.227,00 dan Belanja Barang dan Jasa sebesar Rp. 10.162.368.620,00
Ekuitas lainnya sebesar Rp. 1.936.220.809,00
Ekuitas akhir tahun sebesar Rp. 774.909.449,00 4. Neraca Kecamatan Regol Kota Bandung yang menyajikan informasi
mengenai posisi aktiva, kewajiban dan ekuitas dana per 31 Desember 2015, ditutup dengan jumlah akhir sebesar Rp 21.797.377.334,00 atau naik 8,39 % dibandingkan dengan posisi per 31 Desember 2014 sebesar Rp. 20.109.272.105,00.
Nilai Aset sebesar Rp. Rp 21.797.377.334,00 tersebut terdiri dari aset lancer sebesar Rp. 17.557.600,00 , asset tetap Rp. 20.942.692.728,00 dan asset lainnya sebesar Rp. 837.127.006,00 sedangkan jumlah kewajiban jangka pendek sebesar Rp. 21.022.467.885,00, ekuitas dana sebesar Rp. 774.909.449,00 yang dapat rinciannya dapat kami uraikan sebagai berikut:
Pos-pos pada Neraca terdiri atas : Tahun 2015 Tahun 2014
1) Aset Lancar... Rp. 17.557.600,00 Rp. 6.458.000,00 Adapun rincian dari aset lancar yang terdapat
Perubahan selama tahun 2015 dan tahun 2014 terdiri atas :
Tahun 2015 Tahun 2014
*) Kas di Bendahara Pengeluaran ... 1.257.500,00 0,00
Saldo kas per 31 Desember 2015 dan 2014 masing - masing sebesar Rp.0,00 Saldo per 31 Desember 2015 sebesar Rp.1.257.500,00 dapat dilihat dalam lampiran ( Berita Pemeriksaan Kas) merupakan Kas di Bendahara Pengeluaran Pembantu yang terlambar disetorkan ( merupakan temuan
inspektorat atas pengadaan belanja modal tahun 2015), pada Bendahara Pengeluaran Pembantu di Kelurahan Ciseureuh sebesar Rp. 686.500,00 dan Kelurahan Pasirluyu sebesar Rp. 571.000,00
Mutasi kas daerah selama tahun 2015 adalah sebagai berikut :
Saldo kas daerah per 31 Des 2014 Rp 0,00 Arus kas masuk Rp 28.227.621.397,00 Arus kas keluar Rp. (28.226.363.897,00) Saldo kas daerah per 31 Des 2015 Rp 1.257.500,00
Tahun 2015 Tahun 2014
*) Persediaan ... 16.300.100,00 6.458.000,00
Saldo Persediaan per 31 Desember 2015 dan 2014 senilai Rp. 16.300.100,00 dan 6.458.000,00 yang merupakan persediaan yang ada pada penyimpan barang. Saldo persediaan per 31 Desember 2015 diatas semuanya berupa Persediaan Habis Pakai, yang berupa Alat Tulis Kantor, Barang Cetakan, Alat Listrik dan Elektronik dan Peralatan dan Alat Kebersihan untuk tahun 2015 yang dikelola oleh Bendahara Penyimpan Barang yang berada di : a. Kecamatan Regol Rp. 10.356.000,00 b. Kelurahan Cigereleng Rp. 1.084.200,00 c. Kelurahan Ancol Rp. 233.900,00 d. Kelurahan Pungkur Rp. 165.000,00 e. Kelurahan BalonggedeRp. 281.000,00 f. Kelurahan Ciseureuh Rp. 620.000,00 g. Kelurahan Ciateul Rp. 430.000,00 h. Kelurahan Pasirluyu Rp. 3.130.000,00 ( Data adapada lampiran Berita Acara
Pemeriksaan Persediaan )
Adapun rincian dari persediaan terdiri dari : a. Alat Tulis Kantor Rp. 3,369.100,00 b. Barang Cetakan Rp. 2.590.000,00 c. Alat Listrik dan elektronik Rp. 5.171.000,00 d. Alat Kebersihan dan
bahan pembersih Rp. 5.170.000,00 ( Lampiran Berita Acara Rekonsiliasi Belanja Barang dan Jasa, Barang-barang habis pakai dan aktiva persediaan )
Tahun 2015 Tahun 2014
2) Investasi Jangka Panjang ... 0,00 0,00
Untuk Investasi Jangka Panjang baik permanen maupun non permanent per 31 Desember 2015 dan per 31 Desember 2014 jumlahnya nihil .
Tahun 2015 Tahun 2014
3) ASET TETAP 20.942.692.728,00 19.265.687.099,00
Saldo Aset Tetap per 31 Desember 2015 dan 2014 berjumlah Rp. 20.942.692.728,00 dan Rp. 19.265.687.099,00
Mutasi aset tetap selama 2015 terdiri dari:
- Saldo per 31 Desember 2014 Rp. 19.265.697.099,00 - Penambahan ... Rp 3,710.597.518,00 - Jumlah asset tersedia Rp 22.976.284.617,00
- Pengurangan ……… .. Rp. 2.033.591.889,00 - Saldo per 31 Desember 2015 Rp 20.942.692.728,00
Aset Tetap per 31 Desember 2015 tersebut terdiri dari : - Tanah ... Rp. 9.783.260.000,00 - Peralatan dan Mesin Rp 7.127.539.286,00 - Gedung dan Bangunan ... Rp 5.938.320.151,00 - Jalan, Jaringan dan Irigasi Rp. 94.555.430,00 - Aset Tetap Lainnya ... Rp 32.609.750,00 - Akumulasi Penyusutan Rp. ( 2.033.591.889,00) - Jumlah... Rp. 20.942.692.728,00 Bila kita lihat antara penambahan assets tahun 2015 didalam LRA ( komponen Belanja Modal ) tahun 2015 sebesar Rp. 3.613.226.438,00 sedangkan dalam rincian dalam neraca sebesar Rp. 3.710.597.518,00 sehingga terdapat selisih sebesar Rp. 97.371.080,00 .
Nilai tersebut merupakan selisih antara penambahan asset hasil mutasi dari SKPD lain sebesar Rp. 121.540.080,00 dikurangi dengan pengurangan assets yang merupakan realisasi belanja modal yang tidak dikapitalisasi karena nilainya dibawah nilai kapitasilasi sebesar Rp. 24.169.000,00, yang dapat diuraikan sbb :
o Penambaan berupa mutasi dari SKPD lain ( Dinas Cipta Karya ) sebesar Rp. 121.540.080,00 yang teridri atas ;
- Bangunan Smoking Area Kecamatan Regol Rp. 39.186.000,00
- Bangunan Smoking Area Kelurahan Ciateul Rp. 23.802.000,00
- Sumur Resapan di Kelurahan Ancol Rp. 58.552.080,00
o Pengurangan aset tetap berupa asset tetap dibawah nilai kapitalisasi sebesar Rp. 24.169.000,00 terdiri atas :
- Pengadaan Kursi Rapat pada Kelurahan Cigereleng sebanyak 20 buah @ Rp. 260.000,00 = Rp. 5.200.000,00 ( Kapitalisasi sebesar Rp. 300.000,00 )
- Pembuatan Tempat Wudhu di Kecamatan Regol Rp.9.597.000,00 ( Kapitalisasi Bangunan sebesar Rp. 10.000.000,00)
- Penataan Design Interior Ruangan BCC di Kecamatan Regol sejumlah Rp. 9.372.000,00
( Nilai dibawah Kapitalisasi Bangunan sebesar Rp. 10.000.000,00).
Sedangkan pengurangan asset total merupakan akumulasi penyusutan utk asset s.d 31 Desember 2014 sesuai data yang diperoleh dari DPKAD sebesar Rp. 2.033.591.889,00.
Tahun 2015 Tahun 2014
4) DANA CADANGAN 0,00 0,00
Saldo Dana Cadangan per 31 Desember 2015 dan 2014 senilai Rp. 0,00 dan Rp 0.00.
Seda ... B Tahun 2015 Tahun 2014
5) ASET LAINNYA ... 837.127.006,00 837.127.006,00
Mutasi aset lainnya selama 2015 terdiri dari:
- Saldo per 31 Desember 2014 Rp 837.127.006,00 - Penambahan ... Rp 0,00 - Saldo per 31 Desember 2015 Rp 837.127.006,00 Merupakan penjumlahan dari komponen-komponen dari :
Aset Tidak berwujud sebesar Rp. 4.886.906,00 , merupakan pengadaan pada tahun 2011 yang berupa software computer windows 7 home basic sebesar Rp. 1.115.733,00 dan software computer office pro 2010 original sebesar Rp. 3.771.173,00 yang merupakan software dari computer yang diberikan oleh POKJANAL ke Kecamatan.
Aset Lain – lain sebesar Rp 832.240.100,00 merupakan aset yang diajukan untuk dihapuskan karena sudah di hancurkan ( gedung ) dan sudah diterima BAP TP TGR nya ( untuk barang yang hilang ). Adapun rinciannya sbb :
a. Gedung Kantor Kecamatan Regol yang dihancurkan pada tahun 2013 dengan nilai buku sebesar Rp. 640.700.100,00
b. Kendaraan Roda-4 Merk Suzuki Type Futura Pick-Up yang hilang pada tahun 2013, pemegang Lurah Cisureuh a.n. Hj.Wahjuni Setyo Utami dengan nilai buku sebesar Rp. 91.505.000,00.
c. Kendaraan Roda-4 Merk Suzuki Type Futura Pick-Up yang hilang pada tahun 2014, pemegang Lurah Balonggede a.n. Mohamad Sohib, S.IP dengan nilai buku sebesar Rp. 91.505.000,00.
d. Laptop Merk HP Type Pavilin 64-1311TV Tahun Pembelian 2012 dengan nilai buku sebesar Rp.8.530.000,00
... Tahun 2015 Tahun 2014
6) KEWAJIBAN JANGKA PENDEK 21.022.467.885,00 1.000.000,00
Saldo Kewajiban Jangka Pendek per 31 Desember 2015 dan 2014 berjumlah Rp. 21.022.467.885,00 dan Rp 1.000.000,00
Mutasi kewajiban jangka pendek selama 2015 terdiri dari:
- Saldo per 31 Desember 2014 Rp 1.000.000,00 - Penambahan ... Rp 21.022.467.885,00 - Pengurangan ... Rp 1.000.000, 00 - Saldo per 31 Desember 2015 Rp 21.022.467.885,00 Rincian dari kewajiban jangka pendek adalah :
1. Pengurangan hutang jangka pendek selama tahun 2015 merupakan pembayaran honorarium kepada Team Pengadaan Barang dan Jasa Kegiatan Pentaan Taman di Kelurahan Balonggede yang dibayarkan pada tanggal 5 Juni 2015
2. Penambahan sebesar Rp. 21.022.467.885,00 terdiri dari :
Utang jangka pendek lainnya merupakan biaya-biaya yang masih harus ditagihkan untuk periode tahun 2015 terdiri atas :
Beban Tunjangan Perbaikan Penghasilan bulan Desember 2015 sebesar Rp.244.028.170,00
Beban Rekening Telephone bulan Desember 2015 dan November 2015 sebesar Rp. 1.213.808,00
Beban Rekening PDAM bulan Desember 2015 sebesar Rp. 1.203.310,00
Beban Rekening Listrik bulan Desember 2015 sebesar Rp. 2.070.127,00
Beban Internet Bulan Desember 2015 sebesar Rp. 3.503.786,00
Beban Retribusi Kebersihan Bulan Desember 2015 sebesar Rp. 100.000,00
... Tahun 2015 Tahun 2014
7) KEWAJIBAN JANGKA PANJANG 0,00 0,00
Saldo Kewajiban Jangka Panjang per 31 Desember 2015 dan 2014 senilai Rp. 0,00 dan Rp 0.00.
Tahun 2015 Tahun 2014
8) EKUITAS 774.909.449,00 20.108.272.105,00
Saldo Ekuitas per 31 Desember 2015 dan 2014 senilai Rp 774.909.449,00 dan Rp. 20.108.272.105,00