• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN AKHIR P2M PENERAPAN IPTEKS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN AKHIR P2M PENERAPAN IPTEKS"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN AKHIR

P2M PENERAPAN IPTEKS

Pelatihan Customer Service dan Bahasa Inggris Profesi Bagi

Pelaku Wisata di Kawasan Penelokan, Kintamani, Bangli dalam

Upaya Meningkatkan Kualitas Pelayanan Bagi Turis Asing

Oleh:

Ni Putu Era Marsakawati, S.Pd., M.Pd (Ketua) NIP. 198303142008122002

Putu Ayu Prabawati Sudana, S.Pd., M.Hum (Anggota) NIP. 198401252008122003

Rima Andriani Sari, S.Pd., M.Hum (Anggota) NIP. 197605292005012002

Dibiayai dari Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Universitas Pendidikan Ganesha

SPK Nomor 196/UN48.15/LPM/2014 Tanggal 5 Maret 2015

JURUSAN DIII BAHASA INGGRIS

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

LEMBAGA PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

2015

(2)
(3)

KATA PENGANTAR

Puja dan puji penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmatNya seluruh kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang dilaksanakan di Kawasan Penelokan desa Batur Selatan Kintamani ini dapat terlaksana dengan baik dan lancar.

Pelaksanaan kegiatan pelatihan ini melibatkan sejumlah pihak, antara lain tim pelaksana, Lembaga Pengabdian Masyarakat dan masyarakat pelaku wisata di Kawasan Penelokan desa Batur Selatan, Kintamani Bali. Untuk itu kami menyampaikna terima kasih kepada mereka dan sangat mengapresiasi partisipasi mereka terhadap rampungnya kegiatan pelatihan dan tersusunnya laporan ini.

Demikianlah laporan pengabdian kepada masyarakat ini. Semoga segala bantuan yang diberikan mendapat imbalan yang sepadan dari Tuhan Yang Maha Esa.

Singaraja, 20 September 2015

(4)

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN i

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iii

DAFTAR TABEL iv

DAFTAR GAMBAR v

BAB I. PENDAHULUAN

A. Analisis Situasi 1

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah 3

C. Tujuan Kegiatan 4

D. Manfaat Kegiatan 4

BAB II. METODE PELAKSANAAN 5

BAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN 5

BAB IV. PENUTUP

A. Simpulan 14

B. Saran 14

DAFTAR PUSTAKA 14

LAMPIRAN

A. Absensi Peserta Kegiatan 15

B. Foto-foto Kegiatan 16

(5)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Analisis Situasi

Dewasa ini, wisata alam sedang mengalami banyak perkembangan. Banyak bermunculan wisata-wisata alam baru yang sengaja dikembangkan oleh para pelaku wisata. Wisata alam merupakan wisata yang memfokuskan alam sebagai daya tarik bagi pengunjungnya. Bori-Sanz dan Niskanen (2002) dalam Adikampana (2009) menyatakan bahwa wisata alam berhubungan dengan pengalaman yang didapat dari lingkungan alamiah dan amenitas yang disediakan untuk keperluan rekreasi. Dari pengertian ini terlihat bahwa, wisata alam pada dasarnya bergantung pada tempat dan pengalaman yang berhubungan dengan lingkungan alamiah. Ketergantungan tersebut terlihat dalam dua komponen yaitu kualitas lingkungan dan kualitas layanan konsumen. Hal ini mengandung arti bahwa untuk mengembangkan sebuah wisata alam yang baik dan potensial, serta mampu menarik wisatawan untuk berkunjung, maka dibutuhkan tidak hanya keindahan alam yang indah, tetapi juga keterampilan dan keahlian pelaku wisata yang mumpuni.

Dari semua wisata alam yang ada di Bali, wisata alam Penelokan yang terletak di daerah Kintamani, Bangli masih menyedot perhatian banyak pengunjung. Penelokan merupakan kawasan wisata alam yang menyajikan panorama alam yang mempesona. Panorama tersebut adalah Danau Batur yang berdampingan dengan Gunung Batur. Di areal Penelokan ini, pengunjung bisa menikmati keindahan panorama tersebut. Mereka bisa bersantai sambil menikmati hawa yang sejuk dan alami serta menikmati keindahan Danau Batur.

Selain menawarkan keindahan Danau Baturnya, kawasan Penelokan ini juga memiliki keindahan lain seperti keindahan Pura Batur, kegiatan trekking, serta agrowisata memetik Jeruk. Fasilitas pendukung yang ada di daerah ini juga cukup memadai, seperti penginapan dan restoran.

Sayangnya, keindahan alam dan fasilitas pendukung yang dimilikinya belum cukup untuk bisa memuaskan wisatawan yang berkunjung ke kawasan Penelokan. Selain keindahan alam, kualitas pelayanan pelaku wisata juga sangat berperan penting bagi keberadaan sebuah wisata alam. Untuk bisa memberikan pelayanan yang optimal maka sedikitnya ada lima elemen penting yang harus dimiliki oleh para pelaku wisata (Ariana, 2009). Elemen tersebut yaitu 1) tangible yang meliputi kebersihan obyek wisata dan kebersihan dan kerapian penampilan; 2) reliability yang meliputi penanganan keluhan wisatawan, dan pelayanan yang

(6)

cepat dan tepat; 3) responsiveness yang meliputi kesiapan membantu dan ketepatan membantu; 4) assurance yang meliputi kemampuan Bahasa Asing, jaminan keamanan, dan pelayanan yang jujur dan ramah; dan 5) emphaty yang meliputi memahami wisatawan. Kesemua elemen tersebut haruslah tercermin dalam kualitas pelayanan para pelaku wisata. Berdasarkan hasil wawancara informal yang penulis lakukan dengan turis-turis asing ketika penulis berkunjung ke daerah ini, penulis memperoleh data bahwa mereka merasa terganggu dengan cara pedagang asongan yang menawarkan dagangan kepadanya.

Observasi yang penulis lakukan pada kawasan Penelokan memfokuskan pada Desa Batur Selatan, yang merupakan lokasi Pura Batur. Di Desa Batur Selatan ini, terdapat suatu komunitas pedagang acung dan guide lokal yang cukup banyak. Mereka berdagang di areal balai banjar Pura Batur. Terdapat 46 pedagang acung dan 4 guide lokal yang beroprasi di areal tersebut. Mereka terbagi dalam dua kelompok, dimana masing-masing kelompok diketuai oleh satu orang ketua kelompok.

Berdasarkan hasil observasi yang penulis lakukan pada masing-masing kelompok pedagang acung tersebut, penulis melihat bahwa bahwa mereka belum memiliki teknik melayani tamu dan belum memiliki keterampilan berbahasa Inggris yang baik. Mereka kerap memandang tamu dengan tatapan sinis ketika mereka tidak jadi membeli dagangannya, ketika masuk ke warung mereka, tidak ada greeting dan senyum, serta menggunakan Bahasa Inggris yang seadanya. Sementara pada kelompok guide lokal, penulis melihat bahwa mereka menggunakan bahasa Inggris yang seadanya, informasi yang diberikan kepada tamu asing belum akurat, serta kurang diimplementasikannya SOP yang benar tentang teknik melayani tamu bagi tourist guide.

Fenomena tersebut sesungguhnya tidak seharusnya terjadi, mengingat Pura Batur sebagai bagian dari kawasan wisata alam Penelokan memiliki potensi yang luar biasa untuk bisa memikat banyak pengunjung asing untuk berkunjung. Aspek keindahan alam ini haruslah ditunjang pula dengan aspek kualitas pelayanan prima. Kedua aspek yaitu aspek keindahan alam dan kualitas pelayanan sangat berpengaruh penting dalam menciptakan kesan yang baik kepada para pengunjung. Ketika pengunjung merasa puas dengan pelayanan para pelaku wisata, maka mereka akan merasa puas dan mereka akan menjadi sarana promosi gratis bagi orang-orang di luar sana yang belum pernah berkunjung ke Pura Batur. Dengan demikian, jumlah pengunjung juga akan makin meningkat. Ketika jumlah pengunjung meningkat, maka pendapatan dan kesejahteraan masyarakat pun makin meningkat. Begitu pula sebaliknya.

(7)

Wisata alam ini haruslah dipelihara dan dikembangkan dengan sangat baik, agar tidak kehilangan pengunjungnya. Apalagi menurut Adikampana (2009), wisata alam memberikan manfaat yang besar bagi masyarakatnya. Adapun manfaat tersebut adalah 1) manfaat primer dan sekunder. Manfaat ini berhubungan erat dengan pembelanjaan pengunjung yang polanya dipengaruhi oleh segmen wisatawan; 2) manfaat individu dan manfaat sosial. Individu akan mendapatkan manfaat berupa keuntungan financial dari penyediaan barang dan jasa layanan pariwisata. Sedangkan manfaat sosial meliputi jasa lingkungan, kebanggaan atas sumber daya alam, sarana dan prasarana, pendidikan dan penelitian; 4) dimensi keruangan seperti penciptaan lapangan pekerjaan, tempat pemasaran baru bagi produk lokal, dan lain-lain. Dengan manfaat-manfaat tersebut di atas, maka sudah seharusnya wisata alam Penelokan, Kintamani, Bangli harus lebih ditingkatkan kualitasnya melalui peningkatan kualitas pelayanan para pelaku wisata kepada para pengunjungnya.

Dengan mengacu pada masalah terbatasnya pengetahuan customer service dan keterampilan berbahasa Inggris pelaku wisata di kawasan Penelokan, Kintamani, Bangli maka penulis berkeinginan untuk mengadakan pelatihan terkait dua aspek tersebut untuk lebih meningkatkan kualitas pelayanan mereka, khususnya pada tamu asing.

1.2 Identifikasi dan Perumusan Masalah

Berdasarkan analisis situasi dan fakta di lapangan, maka dalam pengabdian kepada masyarakat ini dapat diidentifikasi permasalahan sebagai berikut: pelaku wisata seperti pedagang asongan dan guide lokal di kawasan Penelokan, Kintamani, khusunya di Desa Batur Selatan belum memiliki wawasan tentang pentingnya customer service bagi para turis serta belum memiliki keterampilan berbahasa Inggris yang memadai untuk bisa berkomunikasi yang baik dengan turis asing. Dengan demikian perumusan masalah yang bisa dirumuskan dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah: apakah pelatihan ini dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan pelaku wisata di kawasan wisata Penelokan, khususnya Desa Batur Selatan, Kintamani, Bangli dalam memberikan pelayanan yang prima bagi turis asing?

1.3 Tujuan Kegiatan

Adapun tujuan dari kegiatan pelatihan ini adalah untuk membantu para pelaku wisata, khususnya pedagang acung dan guide lokal di kawasan Penelokan, terutama di Batur Selatan dalam memberikan pelayanan prima bagi turis asing.

(8)

1.4 Manfaat Kegiatan

Dari kegiatan pelatihan ini para pelaku wisata khususnya pedagang acung dan guide lokal secara langsung mendapatkan informasi dan praktek tentang bagaimana memberikan pelayanan prima kepada turis asing.

(9)

BAB II

METODE PELAKSANAAN

2.1 Kerangka Pemecahan Masalah

Kerangka dasar dari pemecahan masalah dalam pengabdian pada masyarakat ini adalah memberikan pelatihan customer service dan bahasa Inggris profesi bagi pelaku wisata di kawasan Penelokan, terutama di Batur Selatan. Berikut adalah langkah-langkah pelaksanaanya.

a. Persiapan

Tahap ini menyangkut: 1) observasi dan survey tentang kebutuhan para peserta, 2) penjajagan kepada Kepala Desa terkait pelaksanaan kegiatan pelatihan, 2) pendataan peserta dan penyiapan instruktur yang benar-benar ahli dalam bidangnya. Peserta berasal dari pelaku wisata yaitu pedagang acung dan guide lokal di Desa Batur Selatan, sementara instruktur berasal dari Universitas Pendidikan Ganesha, 3) penyiapan tempat kegiatan. Kegiatan dilakukan di Balai Banjar Desa Batur Selatan. dan 4) penjadwalan kegiatan.

b. Pelaksanaan

Pada tahapan ini, pelatihan dimulai dengan pemberian materi tentang customer service dan bahasa asing profesi, kemudian dilanjutkan dengan praktek simulasi terkait kedua materi tersebut.

c. Evaluasi

Pada kegiatan akhir, dilakukan evaluasi terhadap keseluruhan pelaksanaan kegiatan pelatihan. Tahapan ini juga menyangkut penilaian dan refleksi dari peserta terhadap kegiatan pelatihan.

2.2 Khalayak Sasaran

Anggota khalayak sasaran yang strategis yang dilibatkan dalam kegiatan pengabdian pada masyarakat ini adalah pelaku wisata yang meliputi pedagang acung dan guide lokal di kawasan Penelokan, khususnya di Desa Batur Selatan yang berjumlah 50 orang.

(10)

2.3 Keterkaitan

Kegiatan pengabdian pada masyarakat ini memiliki keterikatan yang sangat erat dengan Jurusan DIII Bahasa Inggris. Jurusan DIII Bahasa Inggris sebagai salah satu Jurusan yang ada di Universitas Pendidikan Ganesha yang memproduksi lulusan yang ahli dalam bidang bahasa Inggris kepariwisataan, juga merasa bertanggung jawab untuk menyumbangkan ilmu dan pengetahuannya untuk masyarakat pelaku wisata yang ada di sekitarnya, termasuk pada pelaku wisata di Kawasan Penelokan, terutama Desa Batur Selatan, Kintamani, Bangli.

2.4 Metode Kegiatan

Metode yang digunakan dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah metode ceramah,diskusi dan pelatihan. Pada hari pertama, peserta pelatihan mendapat kuliah umum tentang customer service dan bahasa asing profesi, kemudian hari kedua dan ketiga peserta pelatihan berlatih melakukan simulasi terkait kedua materi tersebut. Adapun rincian kegiatan pelatihan dapat dijabarkan pada tabel berikut.

Tabel 1. Rincian Kegiatan Pelatihan

No Tanggal Uraian Kegiatan

1 9 Mei 2015  Peserta melakukan registrasi  Pembukaan dari Ketua Panitia

 Pemberian kuliah umum tentang customer service

 Pemberian kuliah umum tentang bahasa asing profesi yang meliputi english for vendors, dan english for tourist guide

 Diskusi kelompok  Diskusi umum

2 10 Mei 2015  Peserta melakukan registrasi

 Peserta dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu kelompok pedagang acung dan kelompok guide lokal  Masing-masing keompok dibagi menjadi kelompok

kecil yang terdiri dari 4 orang

 Membuat draft praktek simulasi tentang bagaimana melayani tamu asing baik sebagai pedagang acung, maupun guide lokal dalam kelompok

(11)

3 11 Mei 2015  Peserta melakukan registrasi

 Praktek simulasi 1 ( Pedagang acung)

 Diskusi umum ( melakukan penilaian diri sendiri dan pemberian feedback dari narasumber)

 Praktek simulasi 2 (guide lokal)

 Diskusi umum (melakukan penilaian diri sendiri dan pemberian feedback dari narasumber)

 Pemberian angket evaluasi program pada peserta  Penutup

2.5 Rancangan Evaluasi

Evaluasi dilakukan ketika kegiatan berlangsung dan pada akhir kegiatan. Evaluasi akan dilakukan pada pertemuan terakhir pelatihan. Secara specifik aspek, teknik, instrument, serta kriteria evaluasi yang dilakukan dapat disajikan pada tabel berikut.

Tabel 2. Rancangan Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan

No Aspek Evaluasi

Teknik Instrumen Kriteria

1 Program Kuesioner Angket/Kuesioner Kesesuaian dengan tujuan 2 Proses Observasi -Daftar presensi

-Lembar observasi

- Kehadiran lebih dari 85% - Aktivitas peserta dalam kegiatan tinggi 3 Hasil Penugasan kepada peserta untuk melakukan simulasi

Rubrik nilai Peserta mampu melakukan simulasi terkait dua materi yaitu customer service dan bahasa asing profesi dengan baik dan benar.

(12)

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3. 1 Hasil

Kegiatan pelatihan ini ditujukan kepada pelaku wisata di kawasan Penelokan, khususnya di Desa Batur Selatan. Pelatihan ini dilaksanakan pada tanggal 9-11 Mei 2015 di Balai Banjar Desa Batur Selatan. Pelatihan ini diikuti oleh 50 peserta, yang terdiri dari pedagang acung dan guide lokal.

Pelatihan ini diawali dengan pemberian materi tentang customer service, yang meliputi etika profesi yang harus dimiliki oleh para pelaku wisata, kiat-kiat menarik dan mempertahankan pengunjung, serta elemen-elemen yang harus diperhatikan dalam memberikan pelayanan prima bagi pengunjung. Di samping materi tentang customer service,

materi tentang bahasa asing profesi diberikan juga kepada peserta. Materi ini meliputi dua topik, yaitu english for vendors dan english for tourist guide. Pada masing-masing topik ini diberikan kosakata dan ekspresi bahasa yang biasa digunakan dalam melayani pengunjung. Setelah itu, dilanjutkan dengan praktek simulasi terkait kedua materi tersebut.

Dari pelaksanaan kegiatan pelatihan ini, diperoleh hasil sebagai berikut: 1) Program Kegiatan Pelatihan sudah berlangsung dengan baik, 2) Peserta yang hadir mengikuti pelatihan 100% hadir pada semua kegiatan dan mengikuti kegiatan pelatihan dengan sangat sungguh-sungguh, dan 3) peserta mampu melakukan praktek simulasi dengan baik.

3.2. Pembahasan

Berdasarkan hasil kegiatan pelatihan, maka kegiatan dapat dijabarkan sebagai berikut. 3.2.2 Program Kegiatan

Berdasarkan hasil evaluasi program kegiatan yang dilakukan melalui pemberian kuesioner kepada peserta dan wawancara informal yang dilakukan kepada peserta diperoleh hasil sebagai berikut: 1) pelatihan dilaksanakan tepat waktu, selama tiga hari dan berlangsung sesuai jadwal yang telah disepakati, 2) suasana pelatihan menarik. Pemberian kuliah umum dilakukan tidak hanya menggunakan teknik ceramah tetapi juga dengan menggunakan media-media gambar dan video sehingga tidak membosankan bagi para peserta, 3) Para peserta sangat tertarik dengan materi pelatihan. Hal ini disebabkan karena materi pelatihan sangat relevan dengan kebutuhan mereka sebagai pedagang acung dan guide lokal. Mereka menyadari bahwa selama ini mereka melayani pengunjung dan menggunakan Bahasa Inggris

(13)

pasaran dengan belajar secara otodidak. Dengan adanya pelatihan ini, mereka merasa sangat terbantu untuk bisa memperbaiki kualitas pelayanan mereka kepada pengunjung asing, 4) Cakupan materi yang diberikan sudah cukup memadai bagi para peserta. Materi meliputi teknik memberikan pelayanan prima kepada para pengunjung dan bahasa Inggris profesi yang meliputi english for vendors dan english for tourist guide, dan 5) peserta mampu memahami materi dengan baik. Hal ini disebabkan karena teknik penyampaian materi, pemilihan materi, dan media benar-benar sesuai dengan kebutuhan para peserta. Mereka juga melakukan praktek simulasi dengan menggunakan barang dagangan mereka sendiri, sehingga mereka benar-benar belajar dan berlatih secara kontekstual. Pelatihan ini benar-benar bermakna dan bermanfaat bagi mereka dimana hasil pelatihan ini bisa langsung digunakan oleh mereka ketika melayani pengunjung.

3.2.2 Proses Kegiatan

Selama proses kegiatan berlangsung, kehadiran para peserta sangat maksimal. Mereka semua datang penuh selama tiga hari, walaupun ada yang datang tidak tepat waktu. Hal ini masih dapat dipahami mengingat mayoritas peserta pelatihan adalah ibu-ibu yang sudah berumur dan memiliki tanggung jawab lain selain sebagai pedagang acung, misalnya ayahan pura, dan ke ladang.

Berdasarkan hasil observasi langsung selama kegiatan pelatihan, penulis melihat bahwa peserta pelatihan sangat semangat dan antusias dalam mengikuti kegiatan pelatihan. Mereka memperhatikan dengan seksama, bahkan sering mengajukan pertanyaan dalam diskusi. Mereka juga mengkonfirmasi pengetahuan dan pemahaman mereka sebelumnya tentang teknik melayani tamu yang baik dan benar. Dari aspek customer service, mereka yang sebelumnya jarang menyapa tamu dengan greeting akhirnya tahu bahwa ketika tamu datang mereka harus menyapa tamu dengan menggunakan greeting yang tepat, mereka jarang tersenyum dalam melayani tamu akhirnya tahu bahwa senyum adalah kunci utama dalam memberikan citra yang positif kepada tamu, dan mereka yang awalnya belum memiliki seragam untuk komunitas mereka, akhirnya berencana untuk membuat seragam untuk pemberian identitas dan memudahkan mereka untuk langsung dikenali oleh para pengunjung. Sementara dari aspek kebahasaan, mereka banyak belajar tentang kosakata-kosakata yang baru yang dibutuhkan buat mereka, terutama cara pengucapan yang benar, seperti beach sport, t-shirt, shirt, dress, painting, hand-handled fan, dan lain-lain. Mereka juga belajar tentang ekspresi-ekspresi bahasa yang bisa mereka gunakan ketika pada situasi-situasi tertentu, misalnya ekspresi untuk menawarkan bantuan, tawar menawar, meminta maaf,

(14)

menawarkan alternatif, dan berterimakasih (bagi pedagang acung) dan ekspresi memperkenalkan diri, memberikan informasi pada pengunjung, meminta maaf, dan berterima kasih (bagi guide lokal).

3.2.3 Praktek Simulasi

Praktek simulasi dilakukan dua tahap yaitu tahap satu untuk kelompok pedagang acung dan tahap 2 untuk guide lokal. Sebelum melakukan praktek simulasi, mereka membuat draft dan latihan dalam kelompok-kelompok kecil yang sudah dibentuk. Paparan kegiatan untuk masing-masing praktek simulasi akan dijelaskan sebagai berikut.

a. Praktek simulasi untuk pedagang acung

Praktek simulasi ini dilakukan secara berkelompok. Satu peserta berperan sebagai pedagang acung, dan peserta lainnya berperan sebagai pengunjung sekaligus calon pembeli. Setting praktek ini dilakukan pada stand mereka dan menggunakan barang-barang dagangan mereka langsung. Mereka berlatih dengan sangat semangat dan senang sekali, karena setelah mereka praktek, mereka langsung diberikan feedback terkait penampilan mereka, sehingga apabila masih ada hal-hal yang harus diperbaiki, mereka langsung bisa memperbaikinya. Feedback yang dberikan terkait bentuk pelayanan dan bahasa Inggris yang digunakan, terutama dalam hal pengucapan. b. Praktek simulasi untuk guide lokal

Praktek simulasi ini juga dilakukan secara berkelompok. Satu peserta berperan sebagai guide lokal, dan peserta lainnya sebagai pengunjung. Guide lokal ini langsung menjelaskan Pura Batur kepada para pengujung dengan menggunakan teknik pelayanan dan bahasa Inggris yang dilatihkan oleh narasumber. Setelah mereka melakukan simulasi, mereka juga langsung diberikan feedback oleh narasumber. Feedback tersebut berkaitan dengan keakuratan isi informasi tentang Pura Batur, teknik menjawab pertanyaan pengunjung, dan pengucapan-pengucapan yang amsih keliru.

(15)

BAB IV PENUTUP

4.1 Simpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya maka disimpulkan bahwa kegiatan pelatihan customer service dan bahasa Inggris profesi bagi pelaku wisata di kawasan Penelokan, terutama di Desa Batur Selatan, Kintamani, Bangli, sudah terlaksana dengan baik. Hasil kegiatan pelatihan ini dievaluasi berdasarkan tiga aspek, yaitu aspek program, aspek proses, dan aspek hasil. Pada aspek program, kegiatan sudah berjalan dengan baik. Hal ini dilihat dari tercapainya tujuan kegiatan yakni membantu para pelaku wisata untuk bisa meningkatkan kualitas pelayanan mereka kepada para pengunjung asing. Pada aspek proses juga terkategori baik. Hal ini terbukti dari daftar kehadiran peserta dan keantusiasan mereka dalam mengikuti pelatihan. Pada aspek hasil juga terkategori baik, dimana mereka telah mampu melakukan simulasi dengan baik.

4.2 Saran

Setelah melakukan evaluasi kegiatan, maka disarankan untuk tetap melakukan kegiatan pendampingan untuk pelayanan prima dan bahasa Inggris profesi. Hal ini dilakukan mengingat ada beberapa temuan tentang fenomena fosilisasi oleh peserta terkait pengucapan-pengucapan dan kosakata-kosakata yang mereka biasa gunakan. Mereka sudah terbiasa mengucapkan kata-kata dengan cara pengucapan yang salah, dan menganggap itu sebagai sesuatu yang benar. Hal ini disebabkan oleh teknik belajar mereka yang otodidak, atau meniru yang salah. Pendampingan ini akan sangat membantu mereka untuk menghilangkan kebiasaan-kebiasaan ini dan membuat mereka kembali mengucapkan dengan baik dan benar. Dengan kegiatan pendampingan yang optimal maka pelatihan ini akan benar-benar bermanfaat bagi para peserta.

(16)

DAFTAR PUSTAKA

Anonym. 2011. TWA Penelokan. http://www.ksda-bali.go.id/kawasan-konservasi/penelokan/. Diakses pada tanggal 4 September 2014.

Adikampana, I Made. 2009. Pariwisata Alam dan Pembangunan Ekonomi Masyarakat Lokal.

Jurnal Analisis Pariwisata. Vol 9. No. 1 tahun 2009. Universitas Udayana.

Ariana, Nyoman. 2009. Pariwisata Alam dan Pembangunan Ekonomi Masyarakat Lokal.

Jurnal Analisis Pariwisata. Vol 9. No. 1 tahun 2009. Universitas Udayana. Dimas, Setiawan. 2012. Definisi dan Pengertian Wisata Alam.

http://arimurti-indo.blogspot.com/2012/09/definisi-dan-pengertian-wisata-alam.html. Diakses pada tanggal 1 September 2014.

Haida, Neni Nurul 2012. Pelayanan Prima. http://pelayananprimaneni.blogspot.com/. Diakses pada tanggal 2 September 2014.

Nunan, David. 1989. Designing Tasks for the Communicative Classroom. Cambridge: Cambridge University Press .

(17)

LAMPIRAN

(18)
(19)
(20)
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)

B. Foto-Foto Kegiatan Simulasi

(27)
(28)
(29)

Referensi

Dokumen terkait

Dicabut oleh Menteri Keuangan berdasarkan usul dari Menteri/Pimpinan Lembaga sesuai dengan kewenangannya apabila BLU yang bersangkutan sudah tidak memenuhi persyaratan

Pada umur 4 dan 6 minggu efisiensi penggunaan protein ransum tidak dipengaruhi kandungan protein ransum, namun pada umur 12 minggu, ternak memanfaatkan ransum dengan pola protein

Wulandari, 2010, Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan, Struktur Aktiva, dan Profitabilitas Terhadap Struktur Modal Pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar

Berdasarkan atas hasil beberapa peneliti terdahulu maka peneliti akan melakukan penelitian kembali mengenai pajak, mekanisme bonus dan tunneling incentive terhadap

Nilai relasional yang terkandung dalam fitur-fitur gramatika tersebut digunakan oleh seluruh partisipan seminar (moderator, pemrasaran, pembanding utama, dan

pembentukan kelompok komunitas dan kelompok dukungan sebaya untuk Odha; memberi dukungan dan sumber daya untuk menentukan kesiapan komunitas untuk akses layanan perawatan dan

itu berkenaan dengan pembicaraan tentang berbagai cara untuk menyelesaikan masalah, harus memiliki sikap yang baik dalam menghadapi masalah dan mampu mengatasi berbagai

Tuntutan pekerja memiliki posisi yang kurang beruntung dibanding kreditor lainnya (yang juga diakui oleh pengadilan bahwa ada kreditor lain yang lebih diutamakan); WRC dan