• Tidak ada hasil yang ditemukan

PRAKARTA. Singaraja, Mei TIM penyusun

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PRAKARTA. Singaraja, Mei TIM penyusun"

Copied!
130
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

i

PRAKARTA

Puji syukur kami panjarkan kehadiran sang pencipta Tuhan Yang Maha Kuasa karena berkat karunia dan ijin Beliau akhirnya buku pedoman penulisan tesis ini dapat terselesaikan sesuai dengan yang telah direcanakan. Kehadiran buku pedoman ini merupakan jawaban atas berbagai persoalan dan harapan civitas akademik di lingkungan Program Pascasarjana Undiksha terkait dengan standarisasi karya akhir mahasiswa yaitu tesis. Pedoman ini merupakan revisi edisi ke 3 yag telah mengalami beberapa penyempurnaan sesuai dengan kebutuhan dan dinamika akademis dalam konteks penyelenggaraan pendidikan tinggi.

Secara skematik buku pedoman ini terdiri dari lima bab dengan rincian: a. BAB I PENDAHULUAN

b. BAB II TIM PEMBIMBING

c. BAB III PROSEDUR PENYUSUNAN TESIS d. BAB IV FORMAT TESIS

e. BAB V TEKNIK PENULISAN

Semoga buku pedoman ini dapat digunakan dengan baik, namun kami menyadari sepenuhnya bahwa pedoman ini bukanlah sesuatu yang bersifat final, untuk itu masukan yang bersifat kontruktif akan sangat berguna bagi penyempurnaan (revisi) edisi berikutnya.

Singaraja, Mei 2011

(3)

DAFTAR ISI

PRAKATA ... ii

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR LAMPIRAN ... iv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Batasan dan Pengertian ... 1

1.2 Tujuan ... 1

1.3 Topik Tesis ... 2

1.4 Jenis Penelitian ... 2

BAB II TIM PEMBIMBING 2.1. Kriteria Pembimbing ... 3

2.2. Tugas Pembimbing ... 3

2.3. Pengangkatan dan Penggantian Pembimbing ... 4

BAB III PROSEDUR PENYUSUNAN TESIS 3.1 Pemenuhan Prasyarat ... 5

3.2 Pra Proposal Tesis ... 5

3.3 Seminar Proposal Tesis ... 6

3.4 Revisi Proposal Tesis ... 7

3.5 Validasi Instrumen Penelitian ... 7

3.6 Pelaksanaan Penelitian ... 8

3.7 Penyusunan Naskah Tesis ... 8

3.8 Pra Ujian Tesis dan Ujian Tesis ... 8

3.9 Pelaksanaan Ujian ... 9

3.10 Pasca Ujian ... 10

BAB IV FORMAT TESIS 4.1 Bagian Awal ... 11

4.2 Bagian Inti ... 14

4.3 Bagian Akhir ... 28

BAB V TEKNIK PENULISAN 5.1 Bahan ... 30

5.2 Pengetikan ... 30

5.3 Penyajian Tabel ... 32

5.4 Penyajian Gambar ... 33

5.5 Cara Merujuk Kutipan ... 33

5.6 Cara Menulis Daftar Rujukan ... 35

DAFTAR PUSTAKA ... 42

(4)

iii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Rentang Nilai ... 10 Tabel 5.1 Warna Sampul Tesis ... 30

(5)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1a. Sampul Luar Tesis ... 43

Lampiran 1b. Sampul dalam Tesis ... 44

Lampiran 2. Logo Undiksha ... 45

Lampiran 3. Sampul Persyaratan Gelar Magister ... 46

Lampiran 4. Isi dan Format Lembar Persetujuan Pembimbing ... 47

Lampiran 5. Lembar Persetujuan Tim Penguji ... 48

Lampiran 6. Contoh Lembar Pernyataan ... 49

Lampiran 7. Contoh Prakata ... 50

Lampiran 8. Contoh Format Abstrak untuk Tesis ... 22

Lampiran 9. Contoh Format Daftar Isi ... 53

Lampiran 10. Contoh Format Daftar Tabel ... 55

Lampiran 11. Contoh Format Daftar Gambar ... 56

Lampiran 12. Contoh Format Daftar Lampiran ... 57

Lampiran 13. Contoh Format Daftar Pustaka ... 58

(6)

PEDOMAN PENULISAN TESIS

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

Naskah Pedoman Penulisan Tesis Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha, Edisi 2011. Diterbitkan oleh Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha (PPs Undiksha)

PEDOMAN

(7)

BAB I

PENDAHULUAN

Sesuai dengan kebijakan akademik yang telah ditetapkan oleh Universitas Pendidikan Ganesha dan tradisi akademik di perguruan tinggi, maka mahasiswa Program Magister (S-2) Undiksha wajib menyusun karya tulis ilmiah dalam bentuk tesis. Tesis merupakan salah satu syarat yang harus disusun dan diselesaikan oleh seorang mahasiswa Program Pascasarjana pada akhir studinya untuk memeroleh gelar magister (S-2) pendidikan.

1.1

Batasan dan Pengertian

Tesis adalah karya tulis ilmiah dalam bidang kajian tertentu, yang bersifat mandiri, merupakan laporan hasil kajian atau penelitian, yang disusun dengan prosedur dan bentuk yang telah ditetapkan, dan dengan menggunakan bahasa yang baku. Karya tulis yang demikian dimaksudkan untuk melahirkan pemikiran, konsep, generalisasi, dan uji teori bagi pengembangan disiplin keilmuan di bawah bimbingan dan pengawasan tim pembimbing yang keanggotaannya memiliki kualifikasi dan kewenangan akademis untuk itu.

Bidang kajian yang dimaksud adalah bidang kajian akademik yang dikembangkan oleh program-program studi yang ada di lingkungan Program Pascasarjana Undiksha. Kemandirian dalam menyusun tesis ditunjukkan melalui kemampuan mahasiswa untuk melakukan penelitian mandiri dan orisinal, bukan plagiat, dan melaporkan hasil temuannya dalam bentuk laporan karya tulis ilmiah yang berupa tesis. Dalam hal penelitian maupun dalam hal penulisan laporan, mahasiswa harus mengikuti prosedur dan struktur penulisan tesis yang ditetapkan dalam buku pedoman ini. Laporan dalam bentuk tesis itu harus disusun dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris (bagi mereka yang berlatar belakang jurusan bahasa Inggris pada Program Studi Pendidikan Bahasa). Bahasa tersebut haruskah tergolong bahasa tulis yang bersifat standard baku secara akademis. Dalam melaksanakan kegiatan penelitian dan penyusunan tesis tersebut, mahasiswa memeroleh layanan bimbingan dari tim pembimbing yang ditetapkan melalui Surat Keputusan Direktur Pascasarjana dan/atau Rektor Undiksha.

1.2

Tujuan

Tujuan penyusunan tesis bagi mahasiswa Program Pascasarjana Undiksha adalah untuk membina, mengembangkan, dan membiasakan mahasiswa untuk:

1) menghayati konstruk dan azas keilmuan sebuah disiplin, sehingga dapat bernalar, bersikap, dan berperilaku sebagai seorang ilmuan bermutu yang mandiri;

2) menerapkan teori bidang kajian yang digelutinya dan penghampiran metodis penelitian dalam bidang keahliannya sehingga dapat mengorganisasikan dan melaksanakan penelitian ilmiah sesuai dengan kaidah-kaidah keilmuan;

(8)

3) memperluas dan memperdalam pengetahuan bidang kajian disiplin keilmuan yang digeluti, materi penelitian, dan meningkatkan keterampilan melakukan penelitian ilmiah; serta

4) mekomunikasikan gagasan dan temuan ilmiah secara lisan dalam forum ilmiah dan secara tertulis dalam bentuk karya tulis ilmiah sesuai dengan kaidah dan standar mutu yang berlaku.

1.3

Topik Tesis

Dengan mengacu pada kewenangan akademis dan pembinaan serta pengembangan disiplin keilmuan yang menjadi mandat Undiksha, maka topik dan pokok permasalahan tesis mahasiswa program magister Undiksha, diutamakan mengacu pada bidang pendidikan dalam arti luas. Acuan ini tidak mempersempit ruang masuknya topik dan pokok permasalahan yang secara substantif mengarah pada pengembangan disiplin ilmu di luar bidang pembelajaran dan/atau disiplin ilmu serumpun.

1.4

Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan dalam penyusunan tesis berbasis pada kajian bidang studi yang diampu oleh masing-masing program studi dan metodologis. Dengan demikian, pilihan pendekatan dan jenis penelitian dapat berbentuk: penelitian kualitatif, penelitian kuantitatif, penelitian dan pengembangan, penelitian kebijakan, penelitian eksperimen, (baik yang dilakukan di laboratorium maupun di lapangan) dan jenis penelitian lainnya yang sesuai dengan standard dan kaidah-kaidah akademis.

(9)

BAB II

TIM PEMBIMBING

Penyusunan tesis oleh mahasiswa Program Pascasarjana Undiksha dilakukan secara mandiri oleh mahasiswa di bawah arahan, bimbingan, pengawasan, dan penilaian dari tim pembimbing yang khusus diadakan untuk kepentingan tersebut, mulai dari seminar proposal sampai dengan tesis tersebut dinyatakan selesai menurut peraturan akademik Undiksha. Tim pembimbing tesis mahasiswa, terdiri dari dua orang, yaitu pembimbing I dan pembimbing II.

2.1.

Kriteria Pembimbing

Tim pembimbing tesis mahasiswa Pascasarjana Undiksha, minimal memenuhi kriteria sebagai berikut.

1) Tim pebimbing terdiri atas pembina mata kuliah pada program studi yang bersangkutan yang ada di lingkungan Program Pascasarjana Undiksha. Jika diperlukan, salah satunya bisa berasal dari perguruan tinggi lain yang relevan untuk bidang kajian tertentu.

2) Untuk pembimbing I, pembina mata kuliah tersebut harus telah menduduki posisi jabatan guru besar dengan kualifikasi akademik doktor (S3) dan/atau doktor dengan pangkat sekurang-kurangnya lektor kepala dan kualifikasi akademisnya secara materi (kontent) dan/atau metodologis relevan dengan bidang kajian tesis yang dibimbingnya

3) Untuk pembimbing II, pembina mata kuliah tersebut minimal telah berkualifikasi akademis doktor dengan jabatan sekurang-kurangnya lektor dan kualifikasi akademisnya secara materi (kontent) dan/atau metodologis relevan dengan bidang kajian tesis yang dibimbingnya

4) Staf pengajar yang bersangkutan harus menyatakan kesediaan untuk bertindak dan berfungsi sebagai pembimbing tesis mahasiswa yang bersangkutan, yang dinyatakan melalui keluarnya surat keputrusan direktur Program Pascasarjana dan/atau Rektor Undiksha.

5) Bilamana selama melaksanakan proses pembimbingan, salah satu atau kedua tim pembimbing berhalangan dan/atau tidak melakukan tugas dengan semestinya, maka yang bersangkutan dapat diganti oleh pembimbing lain, atas pertimbangan ketua program studi dan persetujuan Direktur Program Pascasarjana Undiksha, yang dinyatakan dalam sebuah surat keputusan untuk itu.

2.2.

Tugas Pembimbing

Sesuai dengan kaidah akademis, maka secara umum, tugas tim pembimbing dapat dirinci menjadi :

1) mengarahkan dan memfasilitasi mahasiswa dalam menetapkan topik dan pokok masalah yang hendak dikaji dalam penulisan tesis;

(10)

3) memfasilitasi dan mengantarkan mahasiswa untuk menyajikan praproposal tesisnya dalam seminar;

4) mempertimbangkan masukan dan saran penyempurnaan yang diperoleh dalam seminar praproposal tesis;

5) menetapkan praproposal tesis mahasiswa menjadi usulan penelitian tesis, yang dinyatakan dengan lembar persetujuan pada lembar pengesahan proposal tesis mahasiswa;

6) membimbing dan mengarahkan penyusunan instrumen penelitian yang akan dilakukan oleh mahasiswa;

7) membimbing dan mengawasi pelaksanaan penelitian; 8) membimbing dan mengawasi penyusunan naskah tesis;

9) mengantarkan mahasiswa pada ujian pra tesis dan ujian tesis; serta

10) bertindak sebagai salah seorang anggota tim penguji dalam ujian pratesis dan ujian tesis mahasiswa bimbingannya.

2.3.

Pengangkatan dan Penggantian Pembimbing

Mekanisme pengangkatan dan penggantian pembimbing tesis mahasiswa pada Program Pascasarjana Undiksha dilakukan dengan mengacu pada ketentuan sebagai berikut.

1) Tim pembimbing tesis mahasiswa diusulkan oleh ketua program studi dalam bentuk format calon tim pembimbing tesis mahasiswa (bilamana diperlukan, disertai dengan persetujuan tertulis calon pembimbing yang diusulkan) yang ditandatangani oleh ketua dan sekretaris program studi kepada Direktur Program Pascasarjana Undiksha.

2) Direktur Program Pascasarjana Undiksha mengangkat dan menetapkan tim pembimbing dalam sebuah surat keputusan yang dikeluarkan khusus untuk itu.

3) Jika karena suatu sebab, seorang pembimbing berhalangan menjalankan tugasnya sehingga dipandang perlu untuk menggantinya, maka atas usul ketua program studi dan persetujuan Direktur Program Pascasarjana, akan dilakukan penggantian pembimbing melalui sebuah surat keputusan yang dibuat khusus untuk hal tersebut.

4) Tugas sebagai pembimbing tesis mahasiswa akan berakhir pada saat yang bersangkutan telah menandatangani tesis yang telah dipertahankan dalam ujian tesis dan dinyatakan lulus, serta telah disempurnakan oleh mahasiswa bimbingannya.

(11)

BAB III

PROSEDUR PENYUSUNAN TESIS

Tesis disusun melalui prosedur tertentu setelah mahasiswa memenuhi syarat-syarat akademis dan administratif yang ditetapkan oleh Program Pascasarjana Undiksha. Pada awal semester III, mahasiswa telah diperbolehkan mengajukan judul praproposal tesisnya kepada ketua program studi untuk ditetapkan calon pembimbingnya sesuai dengan topik/pokok masalah yang akan dikaji oleh masing-masing mahasiswa.

Prosedur penyusunan tesis meliputi beberapa tahapan, yaitu: (1) pemenuhan prasyarat, (2) praproposal tesis, (3) seminar proposal tesis, (4) revisi proposal tesis, (5) validasi intrumen, (6) pelaksanaan penelitian, (7) penyusunan naskah tesis, (8) ujian pratesis dan ujian tesis, serta (9) pasca ujian tesis.

3.1

Pemenuhan Prasyarat

Mahasiswa di setiap program studi yang ada di lingkungan Program Pascasarjana Undiksha, berhak memulai kegiatan penyusunan tesis, bilamana telah memenuhi persyaratan sebagai berikut.

1) Telah lulus semua mata kuliah semester I dan II dengan nilai minimal B- (2,75), yang dibuktikan dengan transkrip nilai yang ditandatangani oleh asisten direktur bidang akademik program pascasarjana Undiksha.

2) Terdaftar sebagai mahasiswa aktif pada semester yang sedang berjalan. 3) Telah memenuhi semua kewajiban administrasi dan keuangan yang

ditetapkan oleh program pascasarjana Undiksha.

3.2

Pra Proposal Tesis

Setelah penetapan tim pembimbing, mahasiswa diperkenankan menemui para pembimbingnya untuk melakukan kegiatan sebagai berikut.

1) Secara tertulis mahasiswa mengemukakan bidang kajian, topik, focus masalah, dan cakupan masalah yang hendak digarap dalam penelitian bagi penyusunan tesisnya.

2) Mendiskusikan berbagai hal yang bertalian dengan kepentingan penyusunan pra proposal tesis, sampai memperoleh kepastian secara tentative, mengenai: (1) judul penelitian, (2) pokok masalah yang akan dikaji, (3) ruang lingkup penelitian, (4) kajian pustaka, dan (5) metode penelitian.

3) Melakukan konsultasi dengan pembimbing sesuai dengan jadwal yang telah disepakati, untuk melaporkan kemajuan dan hambatan penulisan, sampai usulan pra proposal tesisnya dinyatakan siap untuk diseminarkan dengan pembuktian berupa persetujuan kedua pembimbing pada kartu bimbingan tesis.

4) Pra proposal tesis merupakan kesatuan utuh sebuah rencana karya ilmiah, yang didalamnya memuat tentang: (1) latar belakang penelitian, (2) identifikasi masalah penelitian, (3) pembatasan masalah penelitian, (4)

(12)

rumusan masalah penelitian, (5) tujuan penelitian, (6) manfaat penelitian, (7) kajian pustaka, (8) hipotesis penelitian, (9) metode penelitian, (10) instrument penelitian, dan (11) daftar pustaka. Secara rinci, struktur penulisan pra proposal tesis adalah sebagai berikut.

A. Judul

B. Pendahuluan

1. Latar Belakang Penelitian 2. Identifikasi Masalah 3. Pembatasan Masalah 4. Rumusan Masalah 5. Tujuan Penelitian 6. Manfaat Penelitian

C.Landasan Teori dan Perumusan Teori 1. Kajian Teori

2. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan 3. Kerangka Berpikir

4. Hipotesis D. Metode Penelitian

1. Rancangan Penelitian

2. Populasi dan Sampel Penelitian 3. Variabel Penelitian/Prosedur Tindakan

4. Metode Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian 5. Metode Analisis Data

6. Indikator Keberhasilan Penelitian (jika ada) E.Daftar Pustaka

F.Lampiran (Instrumen Penelitian)

3.3

Seminar Proposal Tesis

Seminar pra proposal tesis diselenggarakan oleh masing-masing program studi dengan melibatkan semua calon pembimbing yang telah diusulkan kepada direktur program pascasarjana, untuk memberi kesempatan kepada mahasiswa menyajikan pra proposal tesisnya, serta memperoleh masukan bagi penyempurnaan pra proposalnya, sehingga dapat ditetapkan sebagai proposal tesis. Seminar pra proposal tesis, dilaksanakan dengan mempertimbangkan beberapa aspek dan komponen, yaitu:

1) Hari, tanggal, dan waktu seminar ditentukan dan dijadwalkan secara resmi oleh masing-masing program studi.

2) Peserta seminar usulan proposal tesis minimal terdiri dari: (a) ketua dan/atau sekretaris program studi, (b) tim pembimbing, dan (c) mahasiswa program studi tersebut.

3) Seminar dipandu oleh ketua atau sekretaris program studi, atau salah satu pembimbing yang ditunjuk oleh ketua program studi atas persetujuan direktur program pascasarjana u.b asisten direktur bidang akademik.

(13)

4) Seminar proposal tesis bertujuan untuk memperoleh masukan secara luas terkait dengan pra proposal tesis yang diseminarkan, di samping menentukan kelulusan seorang mahasiswa untuk mata kuliah seminar 5) Penilaian atas proposal tesis ditentukan oleh ketua program studi, dan tim

pembimbing, dengan mempertimbangkan komponen-komponen yang tertera pada lembar penilaian ujian seminar pra proposal tesis (yang secara umum menyangkut in-statika dan in-dinamika).

6) Hasil seminar adalah penyempurnaan pra proposal tesis mahasiswa berdasarkan semua masukan dari peserta seminar.

3.4

Revisi Proposal Tesis

Setelah seminar usulan proposal tesis, mahasiswa berkewajiban melakukan perbaikan atau revisi terhadap usulan proposal tesisnya sesuai dengan masukan saat seminar, di bawah bimbingan tim pembimbing. Pentahapan revisi usulan proposal menjadi proposal tesis oleh mahasiswa harus mengarah kepada kepastian mengenai pokok masalah yang hendak dikaji, teori dasar yang dipakai sebagai landasan kajiannya, metodologi (pendekatan, metode, dan teknik), serta berbagai instrumen penelitian, seperti: lembar observasi, kuesioner, pedoman wawancara, perangkat tes dan kelengkapannya, perangkat dan kelengkapan eksperimen, dan hal-hal lain yang diperlukan untuk kepentingan penelitiannya.

Bertalian dengan kaidah-kaidah akademik, rancangan penelitian dapat diartikan sebagai strategi mengatur latar (setting) penelitian agar penelitian memperoleh data yang sahih (valid) sesuai dengan karakteristik variabel dan tujuan penelitian. Pada penelitian eksperimen, rancangan penelitian yang dipilih adalah rancangan yang memungkinkan peneliti untuk mengendalikan (mengontrol) variabel-variabel lain yang diduga ikut berpengaruh terhadap variabel-variabel terikat. Pemilihan rancangan penelitian dalam penelitian eksperimen biasanya mengacu pada hipotesis yang akan diuji. Sementara pada penelitian non eksperimen (ex-post facto), bahasan dalam sub bab rancangan penelitian berisi penjelasan tentang jenis penelitian yang dilakukan ditinjau dari tujuan dan sifatnya, apakah penelitian eksploratif, deskriptif, eksplanatoris, survai atau yang lain. Di samping itu dijelaskan pula mengenai variabel-variabel yang dilibatkan dalam penelitian serta sifat hubungan antara variabel-variabel tersebut.

Tahap ini selesai dengan disetujuinya rancangan penelitian mahasiswa oleh tim pembimbing, yang ditandai dengan persetujuan tertulis yang ditandatangani oleh tim pembimbing dan diketahui oleh ketua program studi.

3.5

Validasi Instrumen Penelitian

Setelah proposal tesis disetujui oleh tim pembimbing, (bila diperlukan) maka langkah selanjutnya adalah penilaian instrumen oleh judges (tim ahli) di luar tim pembimbing. Penentuan judges ditentukan oleh ketua program studi, dengan mempertimbangkan kesesuaian keahlian pakar yang ditunjuk dengan fokus masalah penelitian mahasiswa.

(14)

3.6

Pelaksanaan Penelitian

Setelah proposal tesis disetujui oleh ke-2 pembimbing, maka mahasiswa dapat melaksanakan penelitian untuk kepentingan penyusunan tesisnya, dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:

1) Pelaksanaan penelitian diupayakan sesuai dengan rancangan penelitian yang sudah disetujui pembimbing.

2) Mahasiswa wajib berkonsultasi dengan pembimbingnya secara intensif, berkesinambungan, terjadwal, dan terdokumentasikan dalam kartu bimbingan.

3) Jangka waktu penelitian diupayakan tidak lebih dari enam bulan, dan kemajuannya dilaporkan minimal sekali dalam setiap bulan kepada tim pembimbing.

4) Bilamana dalam rentang waktu tiga bulan, mahasiswa tidak pernah melaporkan kemajuan penelitiannya kepada tim pembimbing, maka kepada yang bersangkutan akan dilakukan konfirmasi baik secara tertulis maupun lisan oleh program studi, berdasarkan laporan dan data bimbingan yang ada pada tim pembimbing.

3.7

Penyusunan Naskah Tesis

Setelah proses penelitian selesai, mahasiswa harus menyusun laporan hasil penelitiannya itu dalam bentuk tesis dengan memperhatikan hal-hal berikut:

1) Laporan hasil penelitian, yang hakikatnya merupakan tesis, mengandung bagian inti yang sekurang-kurangnya terdiri atas pendahuluan, kajian pustaka, metode penelitian, hasil penelitian (temuan, pembahasan, dan implikasi penelitian), dan penutup (rangkuman, simpulan, saran/rekomendasi).

2) Penyusunan laporan hasil penelitian dilakukan di bawah pembimbingan tim pembimbing secara penuh, yang terdokumentasikan dalam kartu bimbingan.

3) Proses bimbingan pada tahap ini, berakhir dengan terwujudnya naskah tesis yang layak dan siap uji, yang ditandai dengan persetujuan tertulis oleh tim pembimbing dalam lembaran persetujuan mengikuti pra ujian tesis.

3.8

Pra Ujian Tesis dan Ujian Tesis

Pra ujian tesis adalah evaluasi akhir studi mahasiswa untuk memperoleh gelar magister pendidikan (M.Pd.) yang dilaksanakan oleh program studi di lingkungan program pascasarjana Undiksha atas naskah tesis yang telah disusun oleh mahasiswa dan disetujui oleh tim pembimbing dalam suatu forum ujian yang khusus dilakukan untuk hal tersebut. Seorang mahasiswa dinyatakan berhak mengikuti pra ujian tesis dan ujian tesis, bilamana telah memenuhi persyaratan sebagai berikut.

1) Mahasiswa telah dinyatakan lulus untuk semua mata kuliah dengan indeks prestasi kumulatif minimal 3,00, yang dinyatakan dalam bentuk kutipan nilai yang diketahui oleh ketua program studi.

2) Telah lulus tes bahasa inggris, yang dinyatakan dengan lampiran foto copy sertifikat bahasa inggris (rangkap 1).

(15)

3) Telah melunasi seluruh kewajiban administrasi keuangan sebagaimana ditentukan oleh program pascasarjana Undiksha.

4) Mendaftarkan diri untuk mengikuti pra ujian tesis atau ujian tesis kepada sekretaris program studi (bukti pendaftaran diserahkan pada saat penyerahan naskah kepada bagian akademik).

5) Menyerahkan 5 (lima) eksemplar naskah tesis yang terjilid secara rapi, dengan warna sesuai dengan karakteristik program studinya masing-masing kepada bagian akademik program pascasarjana Undiksha, minimal satu minggu sebelum hari dan tanggal ujian dilaksanakan.

Panitia pra ujian tesis atau ujian tesis dibentuk berdasarkan surat keputusan direktur program pascasarjana Undiksha, atas usulan dari ketua program studi. Tim penguji terdiri dari ketua program studi selaku ketua ujian, tim pembimbing, dan dua orang anggota staf pengajar program studi di luar tim pembimbing atau dosen luar staf pengajar yang dihadirkan khusus untuk kepentingan itu.

3.9

Pelaksanaan Ujian

Pelaksanaan pra ujian tesis atau ujian tesis dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut.

1) Pra ujian tesis atau ujian tesis dipimpin oleh ketua program studi, sebagai ketua ujian.

2) Ujian tesis dapat ditempuh oleh mahasiswaapabila yang bersangkutan telah dinyatakan lulus dalam pra ujian tesis.

3) Pra ujian tesis atau ujian tesis dilangsungkan secara lisan dan bersifat tertutup (hanya dihadiri oleh Tim Penguji dan mahasiswa yang ujian)

4) Pra ujian tesis atau ujian tesis dapat dilangsungkan bilamana telah dihadiri oleh ketua penguji dan anggota penguji, yang terdiri dari minimal satu orang dari tim pembimbing dan satu orang penguji lain.

5) Pendokumentasian nilai pra ujian tesis atau ujian tesis dilakukan dalam bentuk lembar penilaian ujian dengan skor pembobotan tertentu, yang dikeluarkan oleh program pascasarjana Undiksha.

6) Penilaian dilakukan terhadap komponen-komponen: (1) in-statika (yang terkait dengan tampilan dan kualitas naskah) yang menyangkut: (a) perumusan masalah dan tujuan penelitian, (b) kerangka teori, (c) metode penelitian (d) laporan penelitian, dan (2) in-dinamika yang menyangkut: (a) penyajian/ pertanggungjawaban isi naskah tesis oleh mahasiswa, (b) penguasaan mahasiswa terhadap isi naskah, (c) kemampuan mempertahankan isi naskah, dan (d) etika akademis selama mengikuti ujian. 7) Skor penilaian pra ujian tesis atau ujian tesis menggunakan skala 0-100 dalam

format resmi yang dikeluarkan oleh program pascasarjana Undiksha.

8) Nilai akhir dari tiap penguji berbentuk skor rerata dari seluruh aspek/komponen yang diujikan sesuai dengan format penilaian.

9) Ketua panitia ujian mengumpulkan skor rerata dari semua penguji menentukan skor rerata akhir, dan mengkonversikannya menjadi nilai huruf dengan kriteria A,B,C,D, dan E dengan tanda (+) dan (-) sebagaimana tampak dalam tabel 3.1.

(16)

Tabel 3.1 Rentang Nilai

Rentangan Nilai Angka Nilai Huruf

96 % - 100 % 4.00 A 91 % - 95 % 3.70 A- 86 % - 90 % 3.30 B+ 81 % - 85 % 3.00 B 76 % - 80 % 2.75 B- 65 % - 75 % 2.00 C 40 % - 64 % 1.00 D 0 % - 39 % 0.00 E

10) Mahasiswa dinyatakan lulus bilamana telah memperoleh nilai sekurang-kurangnya B (3.00).

3.10

Pasca Ujian

1) Pengumuman kelulusan (yudisium) dilakukan oleh ketua panitia ujian pada hari yang sama secara bersamaan

2) Pengumuman kelulusan peserta ujian, dapat disertai dengan pemberian kewajiban kepada mahasiswa untuk memperbaiki naskah tesisnya di bawah bimbingan dan fasilitasi tim pembimbing, dalam rentang waktu maksimal tiga bulan sejak tanggal pelaksanaan ujian. Bilamana pada rentang waktu tersebut, mahasiswa belum bisa memenuhi kewajibannya, maka kepada yang bersangkutan diwajibkan mengikuti ujian ulangan.

3) Mahasiswa yang tidak lulus ujian pra tesis atau ujian tesis (bila masa studi yang bersangkutan masih memungkinkan) diberi kesempatan untuk menempuh ujian ulang sebanyak-banyaknya dua kali dalam jangka waktu selama-lamanya enam bulan setelah ujian.

4) Tesis yang telah diperbaiki dan disetujui serta ditandatangani oleh tim penguji dijilid hard cover dengan warna sesuai dengan karakteristik program studinya (bab v), dan disahkan oleh direktur Program Pascasarjana Undiksha. 5) Mahasiswa wajib menyerahkan hard copy dan soft copy tesis dan artikel ilmiahnya masing-masing sebanyak 3 eksemplar kepada bagian akademik PPs Undiksha dalam bentuk compack disk (CD), dan menyerahkan juga secara langsung hard copy tesisnya masing-masing 1 eksemplar kepada pembimbing pertama dan pembimbing kedua.

(17)

BAB IV

FORMAT TESIS

Format tesis yang dimaksud bukan semata-mata menyangkut ihwal ukuran (luas, berat, dan jenis kertas). Format tersebut juga menyangkut susunan, tata letak, tata urutan, dan tata cara penulisan termasuk ejaan, ukuran dan jenis huruf.

Kertas yang digunakan untuk penulisan tesis (jilid akhir) adalah kertas putih jenis HVS 80 gram, ukuran A4, sampul hard cover (berlapis karton atau sejenisnya) dengan dilapisi plastik. Tesis diketik dengan komputer dalam format hurup Times New Roman (TNR) ukuran font 12, danspasi ganda (2 spasi). Tesis merupakan suatu kesatuan utuh, tetapi dapat dibagi menjadi tiga bagian besar yaitu: (1) bagian awal, (2) bagian inti, dan (3) bagian akhir. Masing-masing bagian dapat dibagi lagi menjadi bagian-bagian bawahan, sebagaimana diatur dalam ketentuan berikut.

4.1

Bagian Awal

Bagian ini terdiri atas halaman sampul, lembar logo, halaman judul, lembar persetujuan (pembimbing dan penguji), surat pernyataan keaslian karya, prakarta, abstrak (dalam bahasa Indonesia dan Inggris), daftar isi, daftar tabel (jika ada), daftar gambar (jika ada), daftar lampiran, dan daftar-daftar lain (jika ada). Ciri khas dari bagian awal ini ialah penggunaan angka romawi kecil (i, ii, iii, dst) untuk menandai halamannya mulai dari lembar pernyataan keaslian karya sampai akhir bagian awal ini (daftar lampiran). Sementara itu, halaman depan (sampul) sampai dengan halaman persetujuan dianggap sebagai halaman berurutan tetapi tidak diberi nomor urut.

4.1.1.

Halaman Sampul

Halaman sampul berisi: judul tesis secara lengkap, nama dan nomor induk mahasiswa (NIM), lambang Undiksha, dan diikuti oleh nama lengkap program studi, program pascasarjana, nama universitas, dan waktu (bulan, tahun) lulus ujian tesis. Semua huruf dicetak dengan hurup kapital. Komposisi huruf dan tata letak masing-masing bagian diatur simetris, rapi dan serasi (contoh dapat dilihat pada lampiran 1a-1b).

4.1.2.

Halaman Logo

Lembar logo ini hanya berisi lambang Undiksha dengan ukuran tertentu. Format logo Undiksha dapat diperoleh pada bagian akademik program pascasarjana Undiksha (lihat contoh pada lampiran 2).

4.1.3.

Lembar Halaman Judul

Lembar halaman judul terdiri atas dua halaman. Format dan isi halaman pertama sama dengan halaman sampul. Halaman judul lembar kedua memuat: (1) judul tesis secara lengkap, dicetak dengan huruf kapital, (2) teks “Tesis Diajukan kepada Universitas Pendidikan Ganesha untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Pendidikan”, (3) nama dan nomor induk mahasiswa, dicetak dengan

(18)

huruf kecil kecuali huruf pertama nama dan NIM, (4) nama program studi, program pascasarjana, Universitas Pendidikan Ganesha, diketik dengan huruf kapital, (5) bulan dan tahun lulus ujian tesis (contoh dapat dilihat pada Lampiran 3).

4.1.4.

Halaman Persetujuan

Ada dua halaman untuk lembar persetujuan. Halaman yang pertama memuat persetujuan dari tim pembimbing tesis. Hal-hal yang dicantumkan dalam lembar persetujuan pembimbing adalah: (1) teks ”Tesis oleh ... ini telah diperiksa dan disetujui untuk diuji....pratesis atau tesis”, (2) nama lengkap dan nomor induk pegawai (NIP) pembimbing I dan pembimbing II. Contoh format lembar persetujuan pembimbing yang dimaksud dapat dilihat pada Lampiran 4.

Halaman kedua dari lembar persetujuan berisi pengesahan tesis oleh para penguji dan direktur program pascasarjana. Pengesahan ini baru diberikan setelah diadakan penyempurnaan naskah tesis oleh mahasiswa yang bersangkutan sesuai dengan saran-saran yang diberikan oleh tim penguji pada saat berlangsungnya ujian tesis. Di dalam lembar persetujuan dosen penguji ini terdapat tanggal-bulan-tahun dilaksanakannya ujian, tanda tangan, nama lengkap dan NIP masing-masing anggota tim penguji serta program studi. Contoh format lembar persetujuan dosen penguji ini dapat dilihat dalam Lampiran 5.

4.1.5.

Pernyataan Keaslian Karya

Untuk menghindari terjadinya praktik akademis yang melanggar kaidah dan

academic yurisdiction, pada saat penyusunan tesis oleh mahasiswa, maka kepada setiap mahasiswa sebelum mendaftarkan diri mengikuti ujian pra tesis harus melampirkan surat pernyataan keaslian karya yang telah ditandatangani oleh mahasiswa bersangkutan dengan materai Rp. 6.000,00 (contoh format dapat dilihat pada lampiran 6).

4.1.6.

Prakarta

Di dalam halaman prakarta dicantumkan ucapan terima kasih penulis tesis yang ditujukan kepada berbagai pihak. Pihak tersebut dapat berupa individu, pejabat, lembaga, organisasi, dan atau pihak-pihak lain yang telah berkontribusi dalam menyiapkan, melaksanakan, dan menyelesaikan penulisan tesis.

Tulisan prakarta diketik dengan huruf kapital, simetris di batas atas bidang pengetikan dan tanpa tanda titik. Teks prakarta diketik dengan spasi ganda (dua spasi). Panjang teks tidak lebih dari dua halaman kertas ukuran A4. Kemudian, pada akhir teks dicantumkan kata “Penulis” yang menyebut nama terang, dan ditempatkan di pojok kanan bawah.

4.1.7.

Abstrak

Nama penulis tesis diketik dengan urutan: nama akhir diikuti nama awal, nama tengah (jika ada). Tahun lulus diketik setelah nama penulis (dalam kurung) dan di akhiri dengan titik. Judul tesis dicetak dengan huruf miring atau tebal dan diketik dengan huruf kecil kecuali huruf-huruf pertama dari setiap kata. Kata “Tesis” ditulis setelah judul diakhiri dengan titik, diikuti dengan nama program studi (tidak boleh disingkat), nama program pascasarjana, dan nama universitas dan diakhiri

(19)

dengan titik. Kemudian, dicantumkan nama dosen pembimbing I dan II lengkap dengan gelar akademiknya. Dalam abstrak dicantumkan kata kunci yang ditempatkan di bawah nama dosen pembimbing. Jumlah kata kunci ini sekitar lima buah. Kata kunci diperlukan untuk komputerisasi sistem informasi ilmiah. Dengan kata kunci kita bisa menemukan judul-judul tesis beserta abstraknya dengan mudah.

Di dalam teks abstrak disajikan secara padat intisari tesis yang mencakup tujuan penelitian, fokus masalah penelitian, metode penelitian, hasil penelitian, dan simpulan penelitian, serta (jika ada) saran/rekomendasi yang diajukan. Teks di dalam abstrak diketik dengan spasi tunggal (satu spasi) dan panjangnya tidak boleh lebih dari satu halaman kertas ukuran A4 (maksimum 500 kata) (lihat Lampiran 8). Abstrak dibuat dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris baku.

4.1.8.

Daftar Isi

Di dalam halaman daftar isi dimuat: judul lembar pengesahan, surat pernyataan, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, daftar-daftar lain (jika ada), judul bab, judul subbab, dan judul anak sub bab yang disertai dengan nomor halaman tempat pemuatannya di dalam teks. Semua judul bab diketik dengan huruf kapital, sedangkan sub bab dan anak sub bab hanya huruf awalnya saja yang diketik dengan huruf kapital. Daftar isi hendaknya menggambarkan garis organisasi keseluruhan isi tesis (lihat Lampiran 9).

4.1.9.

Daftar Tabel

Halaman daftar tabel memuat nomor tabel, judul tabel, dan nomor halaman untuk setiap tabel. Judul tabel harus sama dengan judul tabel yang terdapat dalam teks. Judul tabel yang memerlukan lebih dari satu baris diketik dengan spasi tunggal. Antara tabel yang satu dan tabel yang lainnya diberi jarak dua spasi (lihat Lampiran 10).

4.1.10.

Daftar Gambar

Pada daftar gambar dicantumkan nomor gambar, judul gambar, dan nomor halaman tempat pemuatannya dalam teks. Judul gambar yang memerlukan lebih dari satu baris diketik dengan spasi tunggal. Antara judul gambar dan judul gambar lainnya diberi jarak dua spasi (lihat Lampiran 11).

4.1.11.

Daftar Lampiran

Daftar lampiran memuat nomor lampiran, judul lampiran, dan halaman tempat lampiran itu berada. Judul lampiran yang memerlukan lebih dari satu baris diketik dengan spasi tunggal. Antara judul lampiran yang satu dan judul gambar yang lainnya diberi jarak dua spasi (lihat Lampiran 12).

4.1.12.

Daftar

(sesuai dengan keperluan)

Jika dalam suatu tesis banyak digunakan tanda-tanda lain yang mempunyai makna esensial, seperti singkatan atau lambang-lambang dalam matematika, ilmu eksakta, dan teknik, maka perlu ada daftar mengenai lambang-lambang atau

(20)

tanda-tanda lain yang digunakan dalam tesis tersebut, dengan mengacu format sebagaimana halnya penulisan daftar tabel atau daftar gambar.

4.2

Bagian Inti

Bagian inti tesis terdiri atas sekurang-kurangnya lima bab, yakni pendahuluan, landasan teori, metode penelitian, hasil penelitian, dan penutup. Bagian inti ditandai dengan penggunaan nomor/angka Romawi besar (I, II, dst.) untuk menomori urutan bab, nomor digit untuk menandai urutan sub judul dan sub-subnya (paling banyak 4 digit), nomor/angka Arab (1, 2, 3, dst.) untuk menandai halaman. Nomor digit tidak boleh digunakan untuk pengganti nomor urut seperi 1), 2), dst. atau huruf a), b), dst. Jika dirumuskan secara urut maka susunan bagian inti adalah:

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian 1.2 Identifikasi Masalah 1.3 Pembatasan Masalah 1.4 Rumusan Masalah 1.5 Tujuan Penelitian 1.6 Manfaat Penelitian

1.7 Implikasi Kebijakan (bila penelitian kebijakan) 1.8 Asumsi (bila ada)

BAB II LANDASAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1. Kajian Teori

2.2. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan 2.3. Kerangka Berpikir

2.4. Hipotesis Penelitian BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian

3.3 Variabel Penelitian/Prosedur Tindakan

3.4 Metode Pengumpulan Data/Instrumen Penelitian 3.5 Metode Analisis Data

3.6 Indikator Keberhasilan Penelitian (jika ada) BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1 Deskripsi Data 4.2 Hasil Penelitian 4.3 Pembahasan 4.4 Implikasi Penelitian BAB V P E N U T U P 5.1 Rangkuman 5.2 Simpulan 5.3 Saran

(21)

4.2.1.

Pendahuluan

Bagian ini terbagi menjadi beberapa bagian bawahan, yakni latar belakang, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan asumsi penelitian. Bagian ini di dalam tesis menjadi BAB I dengan judul yang sama dengan judul 1.

4.2.2.

Latar Belakang Penelitian

Latar belakang yang digunakan dalam usulan sebuah penelitian diperlukan agar orang dapat memahami konteks atau lingkungan, faktor-faktor yang berkaitan dengan permasalahan yang akan diteliti. Jadi segala informasi yang berhubungan dengan permasalahan tersebut dikemukakan dengan maksud agar orang lebih mudah menghayati situasi dan kondisi di mana masalah-msalah tersebut timbul atau terjadi. Informasi mengenai latar belakang tidak perlu panjang lebar melainkan singkat tapi jelas agar tidak membosankan.

Seringkali peneliti perlu memberikan uraian kronologi dan logis dalam bentuk urutan paragraf yang teratur. Urutan informasi ini memerlukan organisasi pemikiran yang cermat yang harus dituangkan dalam kalimat yang efektif dan menarik. Uraian harus secara eksplisit dapat mengungkapkan adanya kesenjangan antara

das sollen dan das sein, sehingga muncul suatu keinginan meneliti adalah untuk dapat menutupi atau setidak-tidaknya memperkecil kesenjangan tersebut.

Pemilihan masalah yang diteliti biasanya menggunakan dua pertimbangan.

Pertama pertimbangan dari arah masalah atau dari sudut objektif, dalam arti, sejauh mana penelitian terhadap masalah tersebut memberikan sumbangan, baik kepada perkembangan teori maupun pemecahan masalah-masalah praktis.

Kedua pertimbangan dari arah peneliti, seperti biaya dan alat-alat yang tersedia, waktu, bekal kemampuan, serta penguasaan metode yang diperlukan.

Pada bagian latar belakang hendaknya dikemukakan secara jelas dan objektif rasional akademis mengapa masalah atau pokok persoalan tersebut penting dikaji dalam penelitian. Pernyataan urgenitas tersebut harus didukung oleh argumen-argumen akademis terkait, yang melatarbelakangi pentingnya kajian dilakukan. Pada bagian ini juga penting untuk dikemukakan logika konseptual dan praktis atas pokok persoalan, termasuk penggambaran terjadinya kesenjangan antara das sollen dan das sein (harapan dan kenyataan), baik secara teoretik maupun secara praksis. Pernyataan kesenjangan yang dimaksud hendaknya didukung oleh fakta, data, dokumen, dan bukti-bukti ilmiah lainnya yang bertalian dengan pokok permasalahan, sehingga siapapun yang membaca menjadi mengerti mengapa hal tersebut perlu dikaji atau diteliti secara ilmiah.

4.2.3.

Identifikasi Masalah

Pada bagian ini penting dikedepankan secara ringkas teori pokok yang menunjang kajian, hasil penelitian terkait, dan logika-logika empiris yang mengiringi permasalahan yang dikaji, sehingga apa yang akan dikaji atau diteliti (pokok permasalahan) mendapatkan pijakan yang memadai secara akademis. Dengan demikian, maka akan tergambar secara jelas posisi peneliti (penulis) tentang pokok persoalan yang akan ditelitinya di antara apa yang telah dilakukan oleh orang lain. Oleh sebab itu, identifikasi masalah hendaknya mampu menjelaskan dan

(22)

mendudukkan pokok persoalan yang hendak dikaji di antara berbagai pokok kajian atau permasalahan yang telah dilakukan oleh orang atau peneliti lain.

4.2.4.

Pembatasan Masalah

Pada bagian ini, peneliti harus mampu mengemukakan secara jelas dan operasional ruang lingkup kajiannya, sehingga tidak terjadi bias penafsiran terhadap pokok persoalan atau permasalahan. Untuk itu, peneliti harus mampu mengemukakan rasional dan alasan yang mendasari kenapa penelitian tersebut hanya sampai atau hanya mengkaji ”sesuatu” di antara banyak permasalahan yang terkait. Keterbatasan ini mengacu kepada keadaan yang tidak bisa dihindari dalam penelitian, misalnya: karena alasan-alasan prosedural, teknik penelitian, atau faktor logistik. Keterbatasan ini bisa pula disebabkan oleh kondisi emosional masyarakat, seperti: adat istiadat, tradisi, keyakinan, kondisi daerah, dan yang lainnya, yang secara akademis dapat menghambat pelaksanaan penelitian.

4.2.5.

Rumusan Masalah

Masalah penelitian sebaiknya menanyakan keterkaitan antara variable-variabel yang akan diteliti, baik untuk penelitian yang bersifat deskriptif/ex post facto maupun yang bersifat eksperimen. Dengan perkataan lain, masalah penelitian merupakan pertanyaan peneliti yang mendorongnya untuk mengadakan penelitian. Karena itu, masalah penelitian (research question) harus dirumuskan secara spesifik agar dapat menjadi penuntun bagi peneliti di lapangan. Masalah penelitian yang secara sepintas telah tersirat dalam latar belakang penelitian, penting untuk dinyatakan secara lebih jelas, operasional, dan terukur dalam rumusan kalimat tanya atau kalimat pernyataan yang terinci yang akan dicari jawabannya dalam penelitian. Rumusan masalah hendaknya dituangkan kedalam kalimat tanya atau kalimat pernyataan yang singkat, padat, jelas, dan operasional. Rumusan yang baik akan menampakkan secara jelas variabel yang diteliti, jenis dan sifat hubungan antarvariabel, keterkaitan antargeneralisasi dan bangunan teori sebuah disiplin, serta subjek penelitiannya. Selain itu, rumusan masalah hendaknya dapat diuji secara empiris, dalam arti, memungkinkan dikumpulkannya data untuk menjawab pertanyaan yang diajukan.

4.2.6.

Tujuan Penelitian

Secara ringkas dapat dikatakan bahwa tujuan penelitian adalah menemukan informasi empiris, objektif, logis mengenai sesuatu atau menentukan keterkaitan di antara variable-variabel yang dipermasalahkan. Dengan demikian, maka tujuan penelitian yang dirumuskan harus mencerminkan dan konsisten dengan masalah-masalah yang dikemukakan sebelumnya. Jelaslah, bahwa penelitian yang akan dilaksanakan mengarah pada jawaban-jawaban terhadap pertanyaan yang telah dinyatakan dalam masalah penelitian.

Tujuan penelitian menyatakan secara jelas, sasaran yang ingin dicapai setelah pelaksanaan penelitian terhadap masalah yang telah dirumuskan pada bagian sebelumnya. Isi dan rumusan tujuan penelitian mengacu kepada isi dan rumusan masalah penelitian yang telah ditetapkan sebelumnya, yang bersifat ringkas, jelas, padat, dan terukur. Tujuan penelitian biasanya diformulasikan

(23)

(dirumuskan) dalam bentuk kalimat pernyataan, dan bisa juga (bagi penelitian kualitatif dan etnografi) dirumuskan dalam bentuk uraian deskriptif bertujuan.

4.2.7.

Manfaat Penelitian

Pada bagian ini ditunjukkan pentingnya (keutamaan) penelitian terutama yang bertalian dengan pengembangan disiplin keilmuan, pembangunan dalam arti luas, dan kepentingan praksis sebuah bidang kajian. Dengan kata lain, uraian dalam subbab manfaat penelitian berisi alasan kelayakan akademis dan praksis atas masalah yang diteliti. Perumusan manfaat penelitian, akan memperkuat dan meningkatkan kelayakan sebuah pokok persoalan atau masalah untuk dikaji berdasarkan langkah-langkah akademis, sehingga akan melahirkan adagium tentatif pada kalangan komunitas tertentu (sesuai dengan bidang ilmunya). Sementara itu, untuk jenis penelitian tindakan atau penelitian tindakan kelas, termasuk penelitian dan pengembangan di beberapa bagiannya, kebermanfaatan penelitian harus dinyatakan dengan mengacu kepada siapa, dalam hal apa, dan untuk apa nilai manfaat tersebut.

4.2.8.

Asumsi Penelitian

(jika ada)

Asumsi merupakan anggapan-anggapan dasar tentang sesuatu hal yang terkait dengan fokus masalah penelitian, yang nantinya digunakan sebagai pijakan berpikir dan bertindak dalam pelaksanaan penelitian. Asumsi dapat bersifat substantif dan metodologis. Asumsi substantif berhubungan dengan masalah penelitian, sedangkan asumsi metodologis berkenaan dengan metodologi penelitian. Misalnya, peneliti mengajukan asumsi bahwa sikap seseorang dapat diukur dengan menggunakan skala sikap. Dalam hal ini ia tidak perlu melakukan pembuktian tentang kebenaran hal yang diasumsikannya tersebut, tetapi ia dapat secara langsung memanfaatkan hasil pengukuran sikap yang diperolehnya.

4.2.9.

Landasan Teori dan Perumusan Hipotesis

Di dalam tesis, bagian ini menjadi pengisi BAB II dengan judul yang sama dengan judul pada butir 9 ini. Bagian ini terdiri atas landasan teori, kajian penelitian yang relevan, kerangka berpikir, dan hipotesis penelitian.

4.2.10.

Kajian Teori

Kajian teori membahas secara deduktif dan/atau anti tesis sejumlah teori yang pernah ada, yang pernah digunakan oleh orang untuk menjawab atau menjelaskan masalah-masalah tertentu. Pemilihan dan penetapan kajian teori dilakukan dengan pertimbangan azas relevansi dan kemutakhiran. Bagian ini tidak boleh hanya merupakan rangkaian teori-teori atau kumpulan teori tanpa pemaknaan yang sistematis oleh peneliti. Penetapan dan penggunaan teori-teori ini seyogyanya mengarah kepada teori yang hendak digunakan dalam mengkaji masalah yang dirumuskan dan secara eksplisit harus mampu dirumuskan dan ditetapkan suatu teori dasar (grounded theory) yang nantinya digunakan untuk menakar, membedah, dan memformulasikan pengujian dan/atau penelaahan variabel penelitian. Jenis teori, batasan teori, prosedur penggunaan, mekanisme

(24)

pengujian, dan yang lainnya harus mampu dirumuskan dan dinyatakan secara jelas pada bagian ini.

Penting dipahami dan dilakukan pada bagian ini, bahwa dalam mengutip, memaknai, menyenerai, sumber-sumber kepustakaan pada bagian ini hendaknya menggunakan kata-kata sendiri, dengan menjauhkan kesan menjiplak aslinya. Sesekali memang diperkenankan untuk mengutip secara utuh sebuah teori, prinsip, generalisasi, konsep, dan fakta dari sumber aslinya, dengan cara menuliskannya sesuai dengan kaidah-kaidah yang dibenarkan secara akademis. Pengutipan sebuah sumber atau kepustakaan wajib hukumnya untuk mencantumkan nama penulis dan tahun penerbitan sumber kepustakaan tersebut. Bilamana kutipan langsung lebih dari 4 baris, maka penulisannya harus diketik satu spasi dengan mencantumkan nama penulis, tahun penerbitan, dan halaman tempat kutipan di buku atau sumber aslinya.

4.2.11.

Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Pengkajian dan penelusuran berbagai teori adalah dalam rangka menentukan teori dasar yang akan digunakan oleh peneliti untuk meneliti variabel yang dikonstruksikan. Setiap variabel yang akan diteliti seyogyanya memiliki kontruksi dasar teori. Hal ini sangat penting karena untuk selanjutnya (dalam penelitian kuantitatif) teori yang digunakan akan menentukan arah penelitian tersebut, baik menyangkut instrumentasi yang digunakan (dalam proses perancangan maupun validasinya), perumusan hipotesisnya, maupun tahapan verifikasinya. Setelah peneliti mengemukakan teori-teori yang berhubungan dengan variabel yang diteliti (masalahnya) maka ia dapat mendeduksikan konsep-konsep yang terdapat di dalamnya. Setiap teori berisi konsep, karena itu konsep tersebut harus dijelaskan di dalam bagian ini agar orang mengetahui dasar atau inti teori tersebut. Dalam bagian ini sering digunakan diagram-diagram untuk menjelaskan konsepnya.

Pada bagian ini, secara jelas dan objektif harus dipaparkan tentang gagasan, konsep, pemikiran, teori, prinsip, dalil, dan temuan dalam penelitian terdahulu yang bertautan secara langsung maupun tidak langsung dengan fokus masalah yang akan diteliti. Peneliti dapat memulai dengan mengemukakan penelitian-penelitian yang relevan dengan apa yang akan diteliti secara kronologis, atau disistematisasikan menurut masalahnya. Berdasarkan kajian dan telaah terhadap berbagai temuan penelitain tersebut, maka peneliti dapat memetik hal-hal yang bertalian dengan masalah, teori yang akan digunakan, metode yang digunakan, dan temuan-temuannya dengan memberikan penguatan, atau komentar, kritik, evaluasi, dan sebagainya, sehingga tidak memunculkan atau menyiratkan kesan bahwa bagian ini adalah kumpulan atau penumpukan rangkaian teori semata. Peneliti dituntut untuk mampu ”membahasakan” bagian setiap bagian dari temuan penelitian yang relevan untuk mendukung gagasan utama atau pokok permasalahan penelitiannya, sehingga jelas ”posisi peneliti” di antara teori atau temuan penelitian yang telah dihasilkan oleh orang lain pada kajian yang sejenis.

Berdasarkan pola seperti di atas, peneliti dengan tegas dapat mengemukakan bagian-bagian atau aspek-aspek mana yang berhubungan dan

(25)

yang tidak berhubungan dengan bagian-bagian atau aspek-aspek yang akan dikaji sekarang, masalah mana yang sudah diteliti orang dan masalah-masalah mana yang belum digarap sehingga peneliti bisa menempatkan di mana posisi masalah yang akan ditelitinya. Bisa saja terjadi, bahwa fokus masalah yang akan dikajinya sama atau telah dikaji oleh peneliti lain lebih dulu, namun bilamana metode, pelibatan dan jumlah variabel, objek atau subjek penelitian, serta lokasi atau latar penelitiannya berbeda, maka penelitian tersebut layak untuk dilajutkan.

Pada konteks inilah, kejujuran akademis, kedirian akademis mahasiswa, dan gradasi karya yang akan dihasilkannya dipertaruhkan (dinilai dan ditempatkan pada level tertentu). Kajian teori dan kepustakaan setiap variabel ditunjang minimal tiga sumber primer dengan menunjukkan bukti fisik (hard copy).

4.2.12.

Kerangka Berpikir

Setelah dipastikan teori dan konsep yang hendak dipakai dalam penelitian, maka penelitian mengemukakan kerangka berpikirnya mengenai teori atau konsep tersebut. Dalam kasanah metodologi antara kajian teori dan kajian empirik tersebut adalah koheren. Kajian-kajian tersebut (baik teori maupun empirik) merupakan modal argumentasi yang menjelaskan hubungan yang mungkin terdapat di antara berbagai faktor yang saling mengkait dan membentuk konstelasi yang dapat dirumuskan dalam kerangka berpikir, yang disusun secara rasional berdasarkan premis-premis ilmiah yang telah teruji kebenarannya dengan memperhatikan faktor-faktor empiris yang relevan.

Kerangka berpikir menguraikan secara jelas dan koheren pertautan antar variabel atau konsep dan/atau generalisasi yang akan diteliti dengan dukungan teori atau temuan penelitian terdahulu, sehingga terbangun sebuah konstruk keilmuan yang menjelaskan talitemali variabel yang dilibatkan dalam penelitian.

4.2.13.

Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah praduga ataupun asumsi yang harus diuji melalui data atau fakta yang diperoleh melalui penelitian. Dengan demikian, hipotesis merupakan penuntun bagi peneliti dalam menggali data yang diinginkan. Sekalipun demikian, perlu diingat, bahwa peneliti harus senantiasa memegang teguh prinsip objektif agar jangan timbul “bias” dalam pencarian data. Hipotesis merupakan jawaban sementara atau dugaan jawaban terhadap pertanyaan yang diajukan, yang pada hakikatnya merupakan kesimpulan dari kerangka berpikir yang dikembangkan.

Secara konsep, hipotesis dapat diartikan sebagai pernyataan mengenai keadaan populasi yang akan diuji kebenarannya berdasarkan data yang diperoleh dari sampel penelitian. Secara statistik hipotesis merupakan pernyataan mengenai keadaan parameter yang akan diuji melalui statistik sampel. Hipotesis biasanya juga mengandung prediksi, dan ketepatan prediksinya akan sangat tergantung pada tingkat kebenaran dan ketepatan kajian teori yang mendasarinya. Secara umum, hipotesis sebenarnya menyangkut dua hal yaitu tentang hubungan dan tentang

perbedaan, tetapi perumusannya dapat beraneka ragam.

Dalam penelitian kuantitatif yang paling perlu diperhatikan adalah jenis rumusan hipotesis tersebut, apakah suatu hipotesis dirumuskan secara direksional atau non-direksional. Hal ini penting diperhatikan karena menyangkut uji signifikansi

(26)

yang akan diterapkan, yaitu: uji satu arah (one tail) untuk hipotesis direksional, atau uji dua arah (two tail) untuk hipotesis nondireksional, di samping kedua jenis rumusan hipotesis dimaksud akan menuntut arah kajian teori yang berbeda.

Menurut fungsinya, hipotesis terdiri atas hipotesis teoretik dan hipotesis penelitian. Perlu disadari bahwa penelitian kuantitatif bertujuan untuk menguji teori yang sudah ada. Teori tersebut kemudian dirumuskan ke dalam hipotesis untuk diuji dengan sampel yang ditentukan oleh peneliti. Hipotetsis yang diuji dalam penelitian adalah hipotesis nol. Hipotesis nol pada hakikatnya adalah hipotesis yang menyatakan tidak ada hubungan atau tidak ada perbedaan (hypotesis of no relation, hypotesis of no difference). Peneliti dalam hubungan ini mempunyai praduga atau asumsi bahwa data yang diperolehnya akan menunjukkan sebaliknya. Karena itu hipotesis penelitian akan menyatakan gagasan sebaliknya, yaitu: ada hubungan atau ada perbedaan.

Berdasarkan pengertian di atas muncul tiga macam pendapat di antara para peneliti, yaitu: (1) karena hipotesis nol bunyinya selalu sama untuk semua penelitian, maka hipotesis nol tidak perlu disebutkan dalam usaha penelitian, (2) karena hipotesis penelitian dapat diketahui dari hipotesis nol dan karena hipotesis nol adalah hipotesis yang diuji, maka hipotesis penelitian tidak perlu dicantumkan dan hanya hipotesis nol yang dicantumkan, dan (3) mencantumkan kedua jenis hipotesis tersebut baik dalam rumusan narasi maupun dalam rumusan statistiknya. Dalam praktiknya, ketiga pendapat tersebut digunakan tanpa masalah. Dengan demikian, peneliti boleh memilih salah satu dari ketiga pendekatan tersebut dan menggunakannya secara konsisten.

Menurut sifatnya, hipotesis penelitian dapat berupa hipotesis yang mengarah (directional) dan dapat juga berupa hipotesis yang tidak mengarah (non-directional). Hipotesis yang mengarah menunjukkan arah asumsi penelitian, misalnya; semakin tinggi IQ peserta didik, semakin tinggi prestasi belajarnya. Sebaliknya hipotesis yang tak mengarah menunjukkan tidak adanya arah asumsi peneliti, misalnya; terdapat perbedaan antara kelompok X dengan kelompok Y, tanpa menyebutkan kelompok yang mana yang lebih tinggi.

Menurut bentuknya; hipotesis dapat berupa pernyataan simbolik dan pernyataan verbal. Dalam usulan penelitian, kedua bentuk hipotesis ini harus dicantumkan.

4.2.14.

Metode Penelitian

Tesis pada butir 14 ini akan menjadi BAB III dengan judul seperti judul pada butir 14. Kandungannya mencakupi antara lain: jenis penelitian, subjek penelitian, metode pengumpulan data, metode analisis data, dan indikator keberhasilan penelitian.

Perlu dicatat, bahwa di dalam bagian ini, peneliti tidak perlu mengemukakan teori-teori atau batasan-batasan tentang istilah-istilah dalam metodologi. Misalnya, katika mengumumkan tentang subjek penelitian, populasi, dan sampel penelitian, tidak perlu didefinisikan apa itu subjek penelitian, populasi, sampel, dan berbagai hal tentang penyampelan.

(27)

4.2.15.

Rancangan Penelitian

Rancangan (desain) pada hakikatnya mencakup abstraksi isi dan ruang lingkup (the design is content and scope of the study). Rancangan penelitian tergantung pula pada pendekatan yang digunakan pada subjek penelitian dalam kaitan dengan eksistensi variabel yang diteliti. Eksistensi variabel yang dimaksud apakah variabel yang akan diteliti dimunculkan secara sengaja (dimanipulasi) oleh peneliti dalam suatu eksperimen, atau variabel yang diteliti adalah variabel yang telah ada secara wajar pada subjek yang diteliti (ex-post facto), atau variabel yang diteliti adalah sesuatu yang harus diurai lebih lanjut berdasarkan realitas kekinian temuan di lapangan (etnografi).

Di sisi lain, penggambaran konstelasi rancangan penelitian akan dipengaruhi pula oleh jumlah (banyaknya) dan status variabel yang dilibatkan dalam penelitian, sehingga akan terkait dengan identifikasi variabel penelitian dan sudah tentunya juga terkait dengan hipotesis yang dirumuskan. Berdasarkan rasional tersebut, maka pada bagian ini, mahasiswa hendaknya mampu dengan tegas menyatakan desain penelitian yang digunakan, sesuai dengan karakteristik fokus masalah yang hendak dikaji atau diteliti. Pada rancangan penelitian, secara empiris telah dinyatakan rancang bangun penelitian yang akan dilakukan, sehingga akan memudahkan peneliti dalam melakukan tahapan penelitian selanjutnya.

4.2.16.

Populasi dan Sampel Penelitian

Sejak awal, peneliti harus dengan tegas menentukan populasi penelitiannya. Karena itu ia harus mendefinisikan populasi agar orang mengetahui ke mana hasil penelitian tersebut dapat digeneralisasikan. Populasi terdiri atas populasi teoretis dan populasi terjangkau. Populasi teoretis adalah semua subjek, baik yang secara langsung maupun tidak langsung akan diteliti dan ke mana hasil penelitian dapat digeneralisasikan. Populasi terjangkau adalah semua subjek yang (bila perlu) dapat dijangkau secara langsung.

Bilamana populasi biasanya terlalu banyak untuk diteliti, maka peneliti dapat menggunakan sebagian saja dari populasi. Sudah barang tentu sampel tersebut harus dapat mewakili populasi. Peneliti dapat menggunakan teknik statistik untuk mengetahui apakah sampel yang digunakan representatif atau tidak. Dalam kaitan dengan itu, penentuan sampel dari suatu studi sampling pada hakikatnya selalu mengandung risiko kesalahan (sampling error), karena generalisasi dari sampel ke populasi selalu mengandung resiko bahwa terdapat kekeliruan atau ketidak tepatan, karena sampel tidak mungkin mencerminkan secara persis keadaan populasi.

Secara konseptual, dapat ditegaskan bahwa semakin besar ketidaksamaan sampel dengan populasi, maka semakin besar pula kemungkinan kekeliruan dalam generalisasi. Maka dari itu, masalah representatifnya sampel sangat perlu dicermati. Bertalian dengan hal tersebut terdapat beberapa teknik penentuan sampel, yang pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi dua gugus yaitu: (1) penyampelan probabilitas (probability sampling), dan (2) penyampelan nonprobabilitas (nonprobability sampling). Dari masing-masing gugus tersebut telah diciptakan berbagai teknik lagi, yang sangat memungkinkan peneliti memilih sesuai dengan keperluan.

(28)

Untuk mendukung penggunaan dari berbagai teknik di atas, dalam rangka mempertinggi tingkat kerepresentatipan sampel, perlu dipertimbangkan beberapa hal yaitu: variabilitas populasi, besarnya sampel, teknik penentuan sampel, dan kecermatan memasukkan ciri-ciri populasi. Mengingat adanya keterbatasan yang dimiliki oleh peneliti, maka dapat saja terjadi ketidak sempurnaan pemenuhan keempat hal di atas, sehingga kesalahan sampling hampir selalu ada.

Berangkat dari logika konseptual di atas, maka muncul kebutuhan untuk memperhitungan besar-kecilnya kekeliruan tersebut, yang biasa disebut dengan analisis kekeliruan atau simpangan baku estimasi atas distribusi penyampelan. Distribusi penyampelan statistik akan normal manakala distribusi skor dalam populasinya merupakan distribusi normal dan sampel diambil secara rambang (random). Akan tetapi, distribusi suatu statistik akan mendekati distribusi normal, tidak peduli bentuk distribusi populasinya normal atau tidak asal sampel penelitiannya cukup besar.

Mengenai gugus penyampelan, seorang peneliti harus mampu memilih teknik penentuan sampel yang tepat sesuai dengan karakteristik populasi dan kebutuhan data penelitiannya. Secara umum, teknik tersebut ada yang didasarkan atas probabilitas, ada pula yang didasarkan atas nonprobabilitas. Probabilitas penyampelan terdiri atas : (1) rambang sederhana (simple random sampling); (2) rambang strata (stratified random sampling); (3) kluster (cluster sampling). Penyampelan nonprobabilitas terdiri atas : (1) penyampelan purposif (purposive sampling); (2) penyampelan kuota (quota sampling); (3) penyampelan eksidental (accidental sampling).

Berdasarkan argumentasi di atas, maka bilamana subjek penelitian telah ditetapkan, maka peneliti secara tegas telah dapat menyatakan populasi subjek penelitian itu. Jika dalam penelitian diperlukan adanya sampel, maka harus dipilih secara tepat teknik dan pendekatan penyampelannya, sehingga tidak terjadi bias keterwakilan populasi dalam sampel penelitian, yang pada akhirnya akan berdampak pada validitas temuan penelitian.

4.2.17.

Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

Variabel dapat diartikan sebagai suatu totalitas gejala atau objek pengamatan yang akan diteliti. Maka dari itu, dilihat dari fungsinya, variabel dapat diklasifikasikan menjadi: variabel bebas (prediktor), variabel kontrol, variabel moderator, variabel penyela, dan variabel tergantung (kriterium). Bila variabel ini digambarkan dalam suatu model (konstelasi) penelitian nantinya, penempatan (klasifikasi) variabel sangat ditentukan oleh paradigma teori yang melandasinya, dan untuk itulah sangat diperlukan wawasan, pengalaman, ketelitian, serta keterampilan peneliti.

Perumusan definisi variabel, menyangkut perumusan definisi konsep variabel dan perumusan definisi operasional variabel tersebut. Perumusan definisi konsep variabel harus konsisten dengan teori pokok (grand theory) yang mendasari penelitian variabel bersangkutan. Hal tersebut secara konsep akan menyangkut konsep teoretis variabel yang diteliti, dimensi, dan indikator yang melingkupi variabel tersebut. Sementara itu, definisi operasional variabel, menyangkut pengukuran variabel, dan pernyataan peringkat/skala data yang dikumpulkan

(29)

(nominal, ordinal, interval, atau rasio). Definisi operasional variabel ini akan sangat menentukan bagaimana suatu instrumen variabel itu dirancang, dan bagaimana rancangan data tersebut dikumpulkan, dan hal tersebut akan memberikan arah bagaimana formula analisis yang akan digunakan.

Bila ditelusuri lebih jauh, bermacam-macam cara dapat digunakan untuk menyusun definisi operasional, antara lain: (a) pola I, yaitu definisi yang disusun berdasarkan atas kegiatan-kegiatan (operasi) yang harus dilakukan agar hal yang didefinisikan itu terjadi. Contoh : pembelajaran model jigsaw adalah pembelajaran yang dikelola dengan langkah-langkah umum sebagai berikut ... Hasil pembelajaran tersebut dilihat pada prestasi belajar peserta didik, yang diukur melalui tes, dan data yang dikumpulkan dalam skala interval; (b) pola II, yaitu definisi yang disusun atas dasar bagaimana hal yang didefinisikan itu beroperasi. Contoh: inteligensi adalah kemampuan potensial yang dimiliki oleh peserta didik yang berpengaruh terhadap cara pemecahan masalah yang dihadapi secara cepat, tepat, dan adequat. Inteligensi peserta didik diukur melalui tes inteligensi

standard progresive matriks dan data yang dikumpulkan dalam skala interval; dan (c) pola III, yaitu definisi yang dibuat berdasarkan atas bagaimana hal yang didefinisikan itu tampak. Contoh : kecemasan terhadap sekolah adalah penolakan untuk pergi belajar di sekolah. Kecemasan terhadap sekolah diukur dengan observasi atau wawancara, dan data yang dikumpulkan dalam skala nominal (sangat cemas, cemas, dan kurang cemas).

Mengacu pada konsep berpikir di atas, maka hal-hal yang dikemukakan pada bagian ini ialah identifikasi variabel penelitian, definisi variabel (definisi konsep dan definisi operasional) serta konstelasi variabel. Uraian mengenai ketiga hal ini dilakukan secara amat singkat karena maksud utamanya adalah untuk memberikan gambaran utuh dalam bentuknya yang ringkas mengenai fokus penelitian. Definisi istilah diperlukan apabila diperkirakan akan timbul perbedaan pengertian atau kekurang-jelasan makna seandainya batasan itu tidak diberikan. Istilah yang perlu diberi batasan ialah istilah-istilah yang berhubungan dengan konsep-konsep pokok yang terdapat dalam tesis. Kriteria bahwa suatu istilah mengandung konsep pokok adalah jika istilah itu terkait erat dengan masalah yang diteliti atau variabel penelitian. Bagi penelitian–penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif definisi variabel agar disesuaikan.

4.2.18.

Metode Pengumpul Data/Prosedur Penelitian

Pada bagian ini, yang perlu dirumuskan lebih dulu adalah data apa yang hendak dikumpulkan dengan mengacu pada fokus masalah dan rumusan masalah yang telah diformulasikan sebelumnya. Setelah kepastian yang bertalian dengan jenis data yang diperlukan telah ditetapkan, maka langkah selanjutnya adalah menentukan cara atau metode yang akan digunakan untuk menjaring atau mengumpulkan data.

Ketepatan pemilihan metode dan alat pengumpul data sangat menentukan kualitas data yang didapatkan, dan pada akhirnya akan menentukan kualitas hasil suatu penelitian. Oleh karena itu, instrumentasi ini harus mendapatkan penggarapan yang cermat, sehingga memenuhi syarat-syarat sebagai alat ukur yang baik. Untuk itu biasa dituntut validasi instrumen (yang menyangkut validitas

(30)

content, concurrent, predictive dan construct, serta menyangkut tingkat reliabilitas baik dengan KR 20, 21, Hoyts, Koefisien Alpha, Split-half, test-retest, dan sebagainya) atas alat pengumpul data yang akan digunakan.

Peneliti harus cermat memilih dan menggunakan prosedur itu sesuai dengan karakteristik alat ukurnya. Contoh, misalnya masalah penelitian yang akan diteliti adalah mengenai “hasil belajar siswa”, maka data yang diperlukan ialah “skor” siswa dalam tes atau ujian, sehingga metode pengumpul data yang relevan adalah dengan melaksanakan tes hasil belajar. Contoh lainnya, peneliti hendak mengumpulkan data tentang “sikap siswa”, maka jenis data yang diperlukan adalah “pernyataan” atau “perilaku” siswa, sehingga metode pengumpul data yang relevan untuk ini adalah dengan wawancara atau dengan menyebarkan kuesioner.

Metode pengumpulan data semacam itu tentu memerlukan instrumen atau alat pengumpul data penelitian, yang bisa berupa: perangkat tes, pedoman wawancara, lembar observasi, catatan lapangan terstruktur, dan kuesioner. Masing-masing instrumen itu harus sudah dilampirkan ketika mengajukan usulan penelitian. Di dalam tesis harus dijelaskan, misalnya, siapa dan berapa jumlah subjek yang dites, kapan dan dimana, apa yang diteskan, dsb. Tentang wawancara dijelaskan siapa yang akan diwawancarai, cara mewawancarai, kapan, dan di mana. Dijelaskan isi kuesioner, siapa yang diberi kuesioner, berapa jumlah yang disebarkan dan berapa jumlah yang dikembalikan, dsb. Data yang sudah dikumpulkan itu kemudian ditata dan diorganisasi agar mudah diolah dan dianalisis. Wawancara yang direkam harus ditranskripsikan dulu melalui bahasa tulis. Data tersebut, misalnya, diklasifikasikan, ditabelkan, diurutkan, dan sebagainya.

Jika sekiranya peneliti tinggal memakai alat pengumpul data yang sudah diakui validitas dan reliabilitasnya, masih juga merupakan keharusan baginya untuk melaporkan dan memberikan informasi mengenai tingkat validitas dan reliabilitas penelitian terdahulu atau mungkin berdasarkan kesepakatan-kesepakatan tertentu.

4.2.19.

Metode Analisis Data

Setelah data dikumpulkan dan ditata, langkah selanjutnya adalah menganalisis atau mengolah data tersebut sesuai dengan sifat dan jenis data yang terkumpul. Karena jenis data dalam penelitian itu mungkin lebih dari satu, maka harus secara cermat dan teliti dikemukakan bagaimana masing-masing data itu dianalisis sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian, misalnya:

Masalah: Data: Dikumpulkan: Dianalisis:

“hasil belajar siswa” skor hasil belajar dengan tes dengan statistik

“sikap siswa” pernyataan dengan kuesioner Diklasifikasikan Untuk analisis statistik perlu dideskripsikan formula yang digunakan maupun asumsi analisis yang harus dipenuhi. Dengan cara tersebut, peneliti dapat merumuskan dengan paparan yang mudah dan sistematis karena metode-metode analisis tampak jelas. Dari sini peneliti masuk ke bagian sajian hasil penelitian. Untuk penelitian kualitatif, prosedur analisis data agar disesuaikan.

Gambar

Tabel digunakan untuk menyajikan data secara lebih atraktif dibandingkan  dengan  paparan  panjang  lebar  dengan  kata-kata
Gambar  ...  (nomor  gambar  dengan  angka  Arab  tanpa  titik).  Selanjutnya,  judul
Gambar 2.1 Ragam Bentuk Skematis Tubuh Hewan Kelas Polycheata  .................   40  Gambar 3.1 Skema Bagian-bagian Utama Tubuh Hewan Kelas Polycheata  ........
Gambar  ...  (nomor  gambar  dengan  angka  Arab  tanpa  titik).  Selanjutnya,  judul

Referensi

Dokumen terkait

Perbandingan absorbansi dari gandum, sorghum, dan barley yang telah dihancurkan dapat dilihat pada Gambar 6. KESIMPULAN

Terutama hasil-hasil penyelidikan kebudayaan dimasa lampau yang meliputi semua aspek cultural masyarakat, termasuk ide-ide dan lembaga-lembaga politiknya, dapat

Dari pernyataan Sakuta tersebut dapat kita simpulkan bahwa selain kritik, perhatian khusus dari orang lain juga dapat menimbulkan malu dalam diri orang Jepang.. Hal inilah yang

Rancanglah contoh nilai proses dan hasil belajar seorang peserta didik yang meliputi penilaian sikap, pengetahuan dan keterampilan untuk mata. pelajaran Matematika selama

Dari hasil analisis audit keselamatan jalan ditemukan beberapa indikasi penyebab-penyebab kecelakaan seperti tidak ada saluran drainase, rambu yang terhalang ranting pohon,

Untuk mengetahui kesesuaian model yang didapatkan dari CFA maka dilihat 5 kriteria model yang diperoleh dari output LISREL. Berdasarkan 5 kriteria tersebut, maka dapat

Dalam memahami, menafsirkan Islam dari sumber-sumber tersebut di atas, NU mengikuti paham Ahlus Sunnah wal Jama’ah dan menggunakan jalan pendekatan (al-madzhab) salah

Berdasarkan kriteria tersebut, populasi Pala Bogor memiliki hubungan kekerabatan yang cukup dekat dengan populasi Pala Tidore dan Ternate, dengan nilai rata-rata