• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 6 SAFEGUARD SOSIAL LINGKUNGAN - DOCRPIJM f13a3f54c9 BAB VIBAB 6

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB 6 SAFEGUARD SOSIAL LINGKUNGAN - DOCRPIJM f13a3f54c9 BAB VIBAB 6"

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 6

SAFEGUARD SOSIAL &

(2)

BAB VI

SAFEGUARD SOSIAL & LINGKUNGAN

6.1. Arahan Umum

Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan

makhluk hidup, termasuk di dalamnya manusia dan perilakuknya, yang

mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk

hidup lainnya (UU. No. 23/1997). Lingkungan hidup dalam pengertian ekologi tidaklah

mengenal batas wilayah baik wilayah negara maupun wilayah administratif, akan tetapi jika

lingkungan hidup dikaitkan dengan pengelolaannya maka harus jelas batas wilayah

wewenang pengelolaan tersebut.

Pembangunan diperlukan untuk mengatasi banyak permasalahan, termasuk

masalah lingkungan, namun pengalaman menunjukkan, pembangunan dapat dan telah

mempunyai dampak negatif. Dengan adanya dampak negatif tersebut, haruslah

diwaspada. Pada suatu pihak kita tidak boleh takut untuk melakukan pembangunan,

karena tanpa pembangunan kita pasti ambruk. Pada lain pihak kita harus

memperhitungkan dampak negatif dan berusaha untuk menekannya menjadi

sekecilkecilnya. Pembangunan harus berwawasan lingkungan, yaitu lingkungan

diperhatikan sejak mulai pembangunan itu direncanakan sampai pada waktu operasi

pembangunan itu. Dengan pembangunan berwawasan lingkungan, pembangunan dapat

berkelanjutan. Salah satu cara adalah dengan menerapkan safeguard.

Safeguard terhadap program dan kegiatan yang berhubungan dengan Bidang

Cipta Karya adalah bertujuan untuk mencapai kondisi masyarakat hidup sehat dan

sejahtera dalam lingkungan yang sehat, bebas dari pencemaran air limbah permukiman.

Air limbah yang dimaksud adalah air limbah permukiman (municipal wastewater) yang

terdiri atas air limbah domestik (rumah tangga) yang berasal dari air comberan, sisa

mandi, cuci, dapur dan tinja manusia dari lingkungan permukiman serta air limbah industri

rumah tangga yang tidak mengandung Bahan Beracun dan Berbahaya (B3). Air limbah

permukiman ini diperlukan pengelolaan yang baik agar tidak menimbulkan dampak

terhadap lingkungan, seperti mencemari air permukaan dan air tanah, disamping itu juga

sangat beresiko menimbulkan berbagai macam penyakit, seperti muntaber, diare, kutu

air, thypus, kolera dan lain-lain. Arahan dari Safeguard pada Bidang Cipta Karya adalah

sebagai berikut :

a. Semua pihak terkait wajib memahami, menyepakati dan melaksanakan dengan

(3)

stakeholder perlu menyepakati isi kerangka Safeguard Lingkungan dan Sosial

yang disusun. Disamping itu kerangka safeguard juga perlu disepakati dan

dilaksanakan bersama oleh stakeholder yang bersangkutan, tidak hanya dari

kalangan pernerintah daerah saja, namun juga dari DPRD, LSM, perguruan tinggi,

dan warga kota lainnya;

b. Agar pelaksanaan kerangka safeguard dapat dilakukan secara lebih efektif,

diperlukan penguatan kapasitas lembaga pelaksana. Fokus penguatan kapasitas

mencakup kemampuan fasilitasi, penciptaan arena multi-stakeholder, dan

pengetahuan teknis dari pihak-pihak terkait;

c. Kerangka safeguard harus dirancang sesederhana mungkin, mudah dimengerti,

jelas kaitannya dengan tahap-tahap investasi, dan dapat dijalankan sesuai prinsip

dalam kerangka proyek;

d. Prinsip utama safeguard adalah untuk menjamin bahwa program investasi

infrastruktur tidak membiayai investasi apapun yang dapat mengakibatkan dampak

negatif yang serius yang tidak dapat diperbaiki/dipulihkan. Bila terjadi dampak

negatif maka perlu dipastikan adanya upaya mitigasi yang dapat meminimalkan

dampak negatif tersebut, baik pada tahap perencanaan, persiapan maupun tahap

pelaksanaannya;

e. Diharapkan RPIJM tidak membiayai kegiatan investasi yang karena kondisi lokal

tertentu tidak memungkinkan terjadinya konsultasi safeguard dengan warga yang

secara potensial dipengaruhi dampak lingkungan atau (PAP - Potentially Affected

People) warga terasing dan rentan (IVP - Isolated and Vulnerable People) atau

warga yang terkena dampak pemindahan (DP - displaced people), secara

memadai;

f. Untuk memastikan bahwa safeguard dilaksanakan dengan baik dan benar, maka

diperlukan tahap-tahap sebagai berikut :

 Identifkasi, penyaringan dan pengelompokkan (kategorisasi) dampak;

 Studi dan penilaian mengenai tindakan yang perlu dan dapat dilakukan. Pada

saat yang sama, juga perlu didiseminasikan dan didiskusikan dampak dan

alternatif rencana tindak penanganannya;

 Perumusan dan pelaksanaan rencana tindak;

 Pemantauan dan pengkajian terhadap semua proyek di atas; dan

 Perumusan mekanisme penanganan dan penyelesaian keluhan (complaints)

(4)

g. Setiap keputusan, laporan, dan draft perencanaan final yang berkaitan dengan

kerangka safeguard harus dikonsultasikan dan didiseminasikan secara luas,

terutama kepada warga yang berpotensi terkena dampak. Warga, terutama yang

terkena dampak, harus mendapat kesempatan untuk ikut mengambil keputusan

dan menyampaikan aspirasi dan/atau keberatannya atas rencana investasi yang

berpotensi dapat menimbulkan dampak negatif atau tidak diinginkan bagi mereka.

6.2. Komponen Safeguard

Sesuai dengan karakteristik kegiatan yang didanai dalam rencana program

investasi infrastruktur, komponen safeguard RPIJM infrastruktur bidang PU/Cipta Karya

terdiri dari 2 komponen yakni :

1. Safeguard Lingkungan

Pelaksanaan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup,

dengan mematuhi dan melaksanakan amanat peraturan perundang-undangan,

dimana setiap rencana usaha dan/atau kegiatan yang memiliki dampak besar dan

penting terhadap lingkungan, maka wajib menyusun dokumen lingkungan baik

berupa AMDAL, UKL-UPL dan Audit Lingkungan.

Kerangka ini dimaksudkan untuk membantu pelaksana proyek untuk dapat

melakukan evaluasi secara sistematik dalam penanganan, pengurangan dan

pengelolaan resiko lingkungan yang tidak diinginkan, promosi manfaat lingkungan,

dan pelaksanaan keterbukaan serta konsultasi publik dengan warga yang terkena

dampak ;

2. Safeguard Pengadaan Tanah dan Pemukiman Kembali.

Kerangka ini dimaksudkan untuk membantu pelaksana proyek untuk dapat

melakukan evaluasi secara sistematik dalam pananganan, pengurangan dan

pengelolaan resiko sosial yang tidak diinginkan, promosi manfaat sosial, dan

pelaksanaan keterbukaan serta konsultasi publik dengan warga yang terkena

dampak pemindahan

6.3. Metoda Pendugaan Dampak

Dampak adalah suatu perubahan yang terjadi sebagai akibat suatu aktivitas.

Dampak pembangunan menjadi masalah karena perubahan yang disebabkan oleh

(5)

direncanakan. Dalam pendugaan dampak kita harus melakukan 2 (dua) hal, yaitu :

a. Pendugaan kondisi lingkungan pada waktu t “tanpa proyek”, yaitu garis dasar Qtp.

b. Pendugaan kondisi lingkungan pada waktu t “dengan proyek”, yaitu Qdp.

Dampak yang ingin kita lakukan pendugaan adalah Qdp - Qtp.

Pendugaan Qdp dan Qtp dilakukan dengan menggunakan data dasar faktor

lingkungan yang diduga akan mengalami dampak penting. Garis besar proses pendugaan

dampak dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 6. 1. Garis Besar Proses Pendugaan Dampak

Langkah

Keterangan

1

Tentukan lingkungan yang akan

dibuat modelnya; uraikan

karakteristik utama lingkungan tersebut dan dampak yang akan diduga

2

Pilih metode pendugaan yang

sesuai :

a. Metode Informasi

b. Metode Cepat

c. Metode Model Matematik

d. Metode Model Fisik

e. Metode Eksperimental

1 Gunakan uraian proyek menurut lokasinya dan pelingkupan sebagai petunjuk; tentukan data dasar minimum yang diperlukan; pilih metode yang sesuai untuk pengumpulan masing-masing jenis data dasar.

2 Pemilihan dilakukan untuk masing-masing dampak :

a Pilih seorang atau beberapa orang pakar dan beri keterangan secukupnya tentang permasalahan

b Pilih modal yang ada

c Pilih model yang ada atau buat model ad

hoc

d Pilih model fisik yang telah ada atau buat model khusus

e Pilih jenis dan rancangan

eksperimenyang sesuai. Jika ada, gunakan eksperimen baru.

Minta petunjuk pakar yang telah diminta untuk melakukan pendugaan

Petunjuk terdapat dalam publikasi PCP dan WHO 1982

Petunjuk data khusus yang diperlukan terkandung didalam persamaan model. Cari keterangan tambahan dalam

literatur.

Data diperlukan untuk membuat model

(6)

4

Uji validasi metode

5

Sempurnakan model dan lakukan

revalidasi

6

Gunakan metode untuk ekstra

pendugaan dampak

7

Beri interpretasi pada pendugaan

4 Pada metode informasi, minta kepada para pakar untuk menerangkan dasar hasil yang mereka peroleh (pengalaman, persamaan dengan kejadian yang serupa, model

konsepsi, model matematik). Bandingkan hasil dengan observasi yang didapat di lapangan.

5 Lakukan uji ulang

6 Duga dampak dengan melakukan polasi hasil yang didapat dari model dan observasi 7 Uraikan arti hasil dalam konteks keadaan

lingkungan proyek; sebutkan limitasi hasil karena penyederhanaan model

dibandingkan dengan keadaan aktual.

Sumber : Environmental Resources Limited, 1984

Agar pengumpulan data dapat efektif, maka pengumpulan data dapat dilakukan

dengan didasarkan kepada :

a. Dampak penting yang telah diidentifikasi dalam pelingkupan

b. Model pendugaan masing-masing dampak penting itu.

Metoda untuk seluruh program investasi infrastruktur Bidang Pekerjaan

Umum/Cipta Karya yang diusulkan didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut :

1. Penilaian lingkungan (environment assessment) dan rencana mitigasi dampak sub

proyek, dirumuskan dalam bentuk :

Analisis mengenai Dampak lingkungan atau AMDAL (atau Analisis Dampak

Lingkungan-ANDAL dikombinasikan dengan Rencana Pengelolaan

Lingkungan-RKL dan Rencana Pemantauan Lingkungan- RPL);

Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan

(UPL) ; atau

Standar Operasi Prosedur (SOP) dan Standar Operasi Baku (SOB),

Tergantung pada kategori dampak sub proyek yang dimaksud.

2. AMDAL harus dilihat sebagai alat peningkatan kualitas lingkungan. Format

AMDAL atau UKL/UPL merupakan bagian tidak terpisahkan dari analisis teknis,

fisik-kimia, ekologi, sosial, ekonomi, budaya, kelembagaan dan keuangan sub

(7)

3. Sejauh mungkin, sub-proyek harus menghindari atau meminimalkan dampak

negatif terhadap lingkungan. Selaras dengan hal tersebut, sub proyek harus

dirancang untuk dapat memberikan dampak positif semaksimal mungkin. Sub

proyek yang diperkirakan dapat mengakibatkan dampak negatif yang besar

terhadap lingkungan, dan dampak tersebut tidak dapat ditanggulangi melalui

rancangan dan konstruksi sedemikian rupa, harus harus dilengkapi dengan

AMDAL atau UKL-UPL;

6.4. Pemilihan Alternatif

Pemilihan alternatif terhadap prosedur pelaksanaan AMDAL terdiri dari beberapa

kegiatan utama, yakni : pentapisan awal sub-proyek sesuai dengan kriteria sesuai dengan

persyaratan safeguard, evaluasi dampak lingkungan; pengklasifikasian/kategorisasi

dampak lingkungan dari sub-proyek yang diusulkan, perumusan dokumen SOP, UKL/UPL

atau AMDAL (KA-ANDAL, ANDAL dan RKL/RPL), pelaksanaan dan pemantauan

pelaksanaan.

Tabel 6. 2. Kategori Subproyek menurut Dampak Lingkungan

Kategori

Dampak

Persyaratan

Pemerintah

Sub-proyek dapat mengakibatkan dampak lingkungan

yang buruk (besar dan penting), berkaitan dengan

A

kepekaan dan keragaman dampak yang ditimbulkan,

upaya pemulihan kembali sangat sulit dilakukan

ANDAL dan

RKL/RPL

Sub-proyek dengan ukuran dan volume kecil,

mengakibatkan dampak lingkungan, akan tetapi upaya

B

UKL/UPL

pemulihannya sangat mungkin dilakukan

Sub-proyek yang tidak memiliki komponen konstruksi

dan tidak mengakibatkan pencemaran udara, tanah

C

dan air

Tidak

diperlukan

ANDAL atau

(8)

Catatan:

ANDAL : Analisis Dampak Lingkungan

RPL : Rencana Pemantauan Lingkungan

UKL : Upaya Pengelolaan Lingkungan

UPL : Upaya Pemantauan Lingkungan

6.5. Rencana Pengelolaan Safeguard Sosial dan Lingkungan

6.5.1. Pemrakarsa Kegiatan

Pemrakarsa Kegiatan adalah perumus dan pelaksana RPIJM di masing-masing

unit teknis pelaksana proyek. Pemrakarsa kegiatan bertanggung jawab untuk

melaksanakan :

1. Perumusan KA-ANDAL, draft ANDAL dan RKL/RPL atau draft UKL/UPL,

melaksanakan serta melakukan pemantauan pelaksanaannya. Bila diperlukan

Bapedalda dapat membantu pemrakarsa kegiatan dalam melaksanakan

pemantauan;

2. Konsultasi dengan warga yang secara potensial dipengaruhi dampak lingkungan

atau PAP dalam forum stakeholder, baik pada saat perumusan KA-ANDAL, draft

ANDAL dan RKL/RPL. Sebelum kegiatan konsultasi dilakukan, pemrakarsa

kegiatan perlu menyediakan semua bahan yang relevan sekurang-kurangnnya 3

(tiga) hari sebelum kegiatan dilakukan yang setidaknya mencakup: ringkasan

tujuan kegiatan, rincian kegiatan; dan gambaran menyeluruh potensi dampaknya.

Hasil konsultasi dalam forum stakeholder tersebut harus dicatat sebagai bagian

dari laporan ANDAL. Disamping itu, kegiatan konsultasi dengan PAP bila perlu

juga dilakukan selama pelaksanaan sub proyek;

3. Melaporkan pelaksanaan RKL/RPL dan hasil pemantauannya Bapedalda,

Bupati/Walikota;

4. Keterbukaan informasi mengenai draft ANDAL dan RKL/RPL atau UKL/UPL pada

publik dalam waktu yang tidak terbatas; dan

5. Penanganan keluhan publik secara transparan. Perlu dikembangkan prosedur

penyampaian keluhan publik yang transparan. Keluhan harus dijawab sebelum

tahap pelelangan kegiatan dimulai. Keluhan yang diajukan sebelum konstruksi,

selama konstruksi dan/atau operasi kegiatan perlu diselesaikan secara

musyawarah antara pemrakarsa kegiatan dengan pihak-pihak yang mengajukan

(9)

6.5.2. Bapedalda Atau Dinas/Instansi Terkait

Bapedalda atau Dinas/Instansi terkait terkait, menurut SK Menteri Negara

Lingkungan Hidup Nomor 86 Tahun 2003, Bapedalda atau Dinas/Instansi yang

berkecimpung dalam penanganan masalah lingkungan hidup, bertanggung jawab untuk

mengkaji dan memberikan persetujuan terhadap UPL/UKL yang dirumuskan oleh

pemrakarsa usaha dan/atau kegiatan, bagi usaha dan/atau kegiatan yang tidak wajib

membuat dokumen AMDAL atau berskala lebih kecil.

Dalam pelaksanaan RPIJM, Bapedalda juga bertanggung jawab untuk melakukan

supervisi pelaksanaan AMDAL atau RKL/RPL serta melakukan pemantauan terhadap

lingkungan secara umum, dimana Bapedalda juga merupakan anggota tetap Komisi

AMDAL.

Usaha untuk menjaga keberlanjutan terhadap kelangsungan lingkungan hidup,

maka Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 17 Tahun 2001 tentang Jenis rencana

usaha dan/atau kegiatan yang wajib dilengkapi dengan analisis mengenai dampak

lingkungan hidup, haruslah benar-benar kita pahami dan terapkan dalam melakukan

pembangunan.

Jenis rencana usaha dan/atau kegiatan yang wajib dilengkapi dengan dokumen

AMDAL menurut Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 17 Tahun 2001, ditetapkan

berdasarkan :

1.

Potensi dampak penting

Sesuai Pasal 3 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999, jenis usaha

dan/atau kegiatan yang berpotensi menimbulkan dampak penting terhadap

lingkungan hidup wajib dilengkapi dengan AMDAL. Potensi dampak penting bagi

setiap jenis usaha dan/atau kegiatan tersebut ditetapkan berdasarkan :

a. Keputusan Kepala BAPEDAL Nomor 056 Tahun 1994 tentang Pedoman

Mengenai Ukuran Dampak Penting.

b. Referensi internasional yang diterapkan oleh beberapa negara sebagai

landasan kebijakan tentang AMDAL.

2.

Ketidakpastian kemampuan teknologi yang tersedia untuk menanggulangi dampak

penting negatif yang akan timbul.

Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib dilengkapi dengan Analisis

Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) merujuk kepada Keputusan Menteri Lingkungan

(10)

A. Bidang Pertahanan dan Keamanan

Secara umum, kegiatan yang berkaitan dengan aktivitas militer dengan

skala/besaran berikut berpotensi menimbulkan resiko lingkungan dengan terjadinya

ledakan serta keresahan sosial akibat kegiatan operasional dan penggunaan lahan yang

cukup luas.

No

Jenis Kegiatan

Skala/Besaran

Alasan Ilmiah Khusus

1

Pembangunan Gudang Semua besaran

Munisi Pusat dan

4

Pembangunan Pusat Luas > 10.000 ha

Latihan Tempur

membahayakan penduduk walaupun sudah memiliki standard operating procedure

(SOP) penanganan bahan

peledak.

Kegiatan pangkalan berpo- tensi menyebabkan dampak akibat limbah cair, sampah padat & kebisingan pesawat.

Bangunan pangkalan dan fasilitas pendukung,

termasuk daerah penyangga, tertutup bagi masyarakat. Kegiatan latihan tempur berpotensi menyebabkan dampak akibat limbah cair, sampah padat dan

kebisingan akibat ledakan. Bangunan pangkalan dan fasilitas pendukung,

termasuk daerah penyangga, tertutup bagi masyarakat. Kegiatan penyiapan lahan

(land clearing) di areal yang

(11)

landasan pacu, dan bangunan penyangga

menyebabkan perubahan

ekosistem.

Kegiatan latihan berpotensi menyebabkan kebisingan.

B.

Bidang Pertanian

Pada umumnya dampak penting yang ditimbulkan usaha budidaya tanaman

pangan, hortikultura, dan perkebunan berupa erosi tanah, perubahan ketersediaan dan

kualitas air, persebaran hama, penyakit dan gulma, serta perubahan kesehatan tanah

akibat penggunaan pestisida/herbisida. Disamping itu sering pula muncul potensi konflik

sosial dan penyebaran penyakit endemik.

Skala/besaran yang tercantum di bawah ini telah memperhitungkan potensi

dampak penting kegiatan terhadap ekosistem, hidrologi, dan bentang alam.

Skala/besaran tersebut merupakan luasan rata-rata dari berbagai ujicoba untuk masing-

masing kegiatan dengan mengambil lokasi di daerah dataran rendah, sedang, dan tinggi.

No

Jenis Kegiatan

Skala/Besaran

Alasan Ilmiah Khusus

1.

Budidaya tanaman pangan dan Luas > 2.000 ha Lihat penjelasan

hortikultura semusim dengan diatas

atau tanpa unit pengolahannya

2.

Budidaya tanaman pangan dan Luas > 5.000 ha Lihat penjelasan

hortikultura tahunan dengan diatas

atau tanpa unit pengolahannya

3.

Budidaya tanaman perkebun- Lihat penjelasan

an semusim dengan atau tanpa diatas

unit pengolahannya:

- Dalam kawasan budidaya

non kehutanan Luas > 3.000 ha

- Dalam kawasan budidaya

(12)

4.

Budidaya tanaman perkebun- Lihat penjelasan

an tahunan dengan atau tanpa diatas

unit pengolahannya:

- Dalam kawasan budidaya

non kehutanan Luas > 3.000 ha

- Dalam kawasan budidaya

kehutanan Semua besaran

C.

Bidang Perikanan

Pada umumnya dampak penting yang ditimbulkan usaha budidaya tambak udang,

ikan, dan pembangunan pelabuhan perikanan adalah perubahan ekosistem perairan dan

pantai, hidrologi, dan bentang alam. Pembukaan hutan mangrove akan berdampak

terhadap habitat, jenis dan kelimpahan dari tumbuh-tumbuhan dan hewan yang berada di

kawasan tersebut.

No

Jenis Kegiatan

Skala/Besaran

Alasan Ilmiah Khusus

1. Budidaya tambak

udang/ikan dengan atau tanpa unit pengolahannya

Luas > 50 ha Rusaknya ekosistem

mangrove yang menjadi tempat pemijahan dan

pertumbuhan ikan (nursery

areas) akan mempengaruhi

tingkat produktivitas daerah setempat.

Beberapa komponen lingkungan yang akan terkena dampak adalah: kandungan bahan organik, perubahan BOD, COD, DO, kecerahan air, jumlah phytoplankton maupun peningkatan virus dan bakteri.

(13)

2. Usaha budidaya perikanan terapung (jaring apung dan

pen system):

3. Rencana pembangunan

prasarana perikanan yang berbentuk pelabuhan perikanan yang terletak di luar daerah lingkungan kerja pelabuhan umum dan memenuhi kriteria sebagai stabilitas garis pantai, potensi konflik sosial, pergeseran pola penyakit, dan dampak potensi limbah cair dan padat yang dihasilkan. ekosistem hutan, hidrologi, keanekaragaman hayati, hama penyakit, bentang alam dan

potensi konflik sosial.

No

Jenis Kegiatan

Skala/Besaran

Alasan Ilmiah Khusus

1. Usaha Pemanfaatan Hasil

Hutan Kayu (UPHHK)

2. Usaha Hutan Tanaman

(UHT)

Semua besaran Pemanenan pohon dengan

diameter tertentu berpotensi merubah struktur dan

komposisi tegakan, satwa liar dan habitatnya.

> 5.000 Ha Usaha hutan tanaman

dilaksanakan melalui sistem

(14)

E.

Bidang Kesehatan

No

Jenis Kegiatan

Skala/Besaran

Alasan Ilmiah Khusus

1. Pembangunan Rumah Kelas A dan B Berpotensi menimbulkan

Sakit atau yang setara dampak penting dalam

bentuk limbah

B3/radioaktif dan potensi penularan penyakit.

F.

Bidang Perhubungan

No

Jenis Kegiatan

Skala/Besaran

Alasan Ilmiah Khusus

1. Pembangunan Jaringan Berpotensi menimbulkan

Jalan Kereta Api dampak berupa emisi,

- Panjang > 25 km gangguan lalu lintas,

kebisingan, getaran, gangguan pandangan, ekologi dan dampak sosial.

2. Pembangunan Stasiun Stasiun kelas Berpotensi menimbulkan

Kereta Api besar dan/atau dampak berupa emisi,

kelas I gangguan lalulintas,

aksesibilitas transportasi, kebisingan, getaran, gangguan pandangan, ekologi, dampak sosial dan keamanan di sekitar kegiatan serta

membutuhkan area yang luas.

3. Konstruksi bangunan jalan Semua besaran Berpotensi menimbulkan

rel di bawah permukaan dampak berupa perubahan

tanah kestabilan lahan (land

subsidence), air tanah serta

(15)

4. Pengerukan alur pelayaran Berpotensi menimbulkan

sungai dampak penting terhadap

- Volume > 500.000 m3 sistem hidrologi dan ekologi

yang lebih luas dari batas tapak kegiatan itu sendiri. Kegiatan ini juga akan menimbulkan gangguan terhadap lalu lintas pelayaran sungai.

5. Pembangunan pelabuhan Kunjungan kapal yang

dengan salah satu fasilitas cukup tinggi dengan bobot

berikut: sekitar 5.000-10.000 DWT

a. Dermaga dengan serta draft kapal minimum

konstruksi masif 4-7m sehingga kondisi

- Panjang > 200 m kedalaman yang

- Atau luas > 6.000 m2

dibutuhkan menjadi -5 s/d -9 m LWS.

Berpotensi menimbulkan dampak penting terhadap sistem hidrologi, ekosistem, kebisingan dan dapat mengganggu proses- proses alamiah di daerah

pantai (coastal processes).

b. Penahan gelombang Berpotensi menimbulkan

(Break water/talud) dampak terhadap

- Panjang > 200 m ekosistem, hidrologi, garis

pantai dan batimetri serta mengganggu proses-

proses alamiah yang terjadi di daerah pantai.

c. Prasarana pendukung Berpotensi menimbulkan

pelabuhan (terminal, dampak berupa emisi,

gudang, peti kemas, dll) gangguan lalulintas,

- Luas aksesibilitas transportasi,

> 5 ha kebisingan, getaran,

gangguan pandangan,

d. Single Point Mooring Kunjungan kapal yang

Boey cukup tinggi dengan bobot

- Untuk kapal > 10.000 DWT sekitar 5.000 - 10.000

DWT serta draft kapal minimum 4-7m sehingga kondisi kedalaman yang dibutuhkan menjadi -5 s/d -9 m LWS.

Berpotensi menimbulkan

(16)

batimetri, ekosistem, dan mengganggu proses- proses alamiah di daerah pantai terutama apabila yang dibongkar muat minyak mentah yang berpotensi menimbulkan pencemaran laut dari tumpahan minyak.

6. Pengerukan: Berpotensi menimbulkan

a. Capital dredging dampak berupa perubahan

- Volume > 250.000 m3 kawasan yang dapat menimbulkan dampak sosial.

b. Maintenance dredging Berpotensi menimbulkan

- Volume dampak berupa perubahan

> 500.000 m3 batimetri, ekosistem, dan

mengganggu proses-

proses alamiah di daerah pantai dan membutuhkan waktu 3 s/d 6 bulan.

7. Reklamasi (pengurugan): Berpotensi menimbulkan

- Luas > 25 ha dampak terhadap sistem

- Atau volume > 5.000.000 m3 geohidrologi,

hidrooseanografi, dampak sosial, ekologi, perubahan garis pantai, kestabilan lahan, lalulintas serta mengganggu proses- proses alamiah di daerah pantai.

8. Kegiatan penempatan hasil Menyebabkan terjadinya

keruk (dumping): perubahan bentang lahan

a. Di darat : yang akan mempengaruhi

- Volume > 250.000 m3 ekologi, hidrologi setempat.

- Atau luas area > 5 ha

(17)

b. Di laut

9. Pembangunan bandar

udara baru beserta fasilitasnya

10. Pengembangan bandar

udara beserta fasilitasnya

11. Perluasan bandar udara

beserta/atau fasilitasnya:

Semua besaran Berpotensi menimbulkan

dampak terhadap

ekosistem laut, pola arus, batimetri, kestabilan pantai dan produktivitas laut yang akan menimbulkan dampak sosial.

Semua besaran Termasuk kegiatan yang

(kelas I s.d. V) berteknologi tinggi, harus

beserta hasil studi memperhatikan ketentuan

rencana induk keselamatan penerbangan

yang telah dan terikat dengan

disetujui konvensi internasional.

Berpotensi menimbulkan

Klas I, II, III, Termasuk kegiatan yang

berdasarkan berteknologi tinggi, harus

rencana memenuhi aturan

pengembangan keselamatan penerbangan

(rencana induk, dan terikat dengan

rencana tata konvensi internasional.

letak, dll) Berpotensi menimbulkan

dampak kebisingan,

> 200 KK memenuhi aturan

keselamatan penerbangan

> 100 ha dan terikat dengan

konvensi internasional. Berpotensi menimbulkan dampak kebisingan,

> 25 ha getaran, dampak sosial,

(18)

12. Pemasangan kabel bawah Semua besaran Berpotensi menimbulkan

laut dampak terhadap

ekosistem laut, pola arus, batimetri, kestabilan pantai dan produktivitas laut. Penyiapan area konstruksi dapat menimbulkan

gangguan terhadap daerah sensitif (misalnya terumbu karang).

Pengoperasian kabel bawah laut rawan terhadap gangguan aktifitas lalu lintas kapal buang sauh, penambangan pasir.

3. Teknologi Satelit : Semua besaran Berpotensi menimbulkan

- Pembangunan fasilitas dampak kebisingan,

peluncuran satelit getaran, dampak sosial,

(19)

G. Bidang Perindustrian

Berbagai potensi pencemaran, gangguan fisik dan gangguan pasokan air tersebut di

atas menimbulkan dampak sosial.

Beberapa jenis industri yang sudah memiliki teknologi memadai untuk mengatasi

dampak negatif yang muncul, sehingga tidak termasuk dalam daftar berikut, tetapi

menggunakan areal yang luas tetap wajib dilengkapi dengan AMDAL (nomor 15).

No

Jenis Kegiatan

Skala/Besaran

Alasan Ilmiah Khusus

1. Industri semen (yang Semua besaran

dibuat melalui produksi klinker)

Industri semen dengan Proses Klinker adalah industri semen yang kegiatannya bersatu dengan kegiatan penambangan, dimana terdapat proses penyiapan bahan baku, penggilingan bahan baku

(raw mill process), penggilingan

batubara (coal mill) serta proses

pembakaran dan pendinginan

klinker (Rotary Kiln and Clinker

Cooler).

Umumnya dampak yang ditimbulkan disebabkan oleh :

 Penggunaan lahan yang luas.

 Kebutuhan air cukup besar (3,5

ton semen membutuhkan 1 ton air).

 Kebutuhan energi cukup besar

baik tenaga listrik (110 - 140 Kwh/ton) dan tenaga panas (800 - 900 Kcal/ton).

 Tenaga kerja besar (+ 1-2

TK/3000 ton produk).

 Potensi berbagai jenis limbah:

padat (tailing), debu (CaO, SiO2,

Al2O3, FeO2) dengan radius 2-3

km, limbah cair (sisa cooling

mengandung minyak

(20)

(CO2, SOx, NOx) dari pembakaran

energi batubara, minyak dan gas.

2. Industri pulp atau Semua besaran

industri kertas yang terintegrasi dengan industri pulp

(tidak termasuk pulp dari kertas bekas dan pulp dari industri kertas budaya)

Proses pembuatan pulp meliputi kegiatan penyiapan bahan baku, pemasakan serpihan kayu, pencucian pulp, pemutihan pulp

(bleaching) dan pembentukan

lembaran pulp yang dalam prosesnya banyak menggunakan bahan-bahan kimia, sehingga berpotensi menghasilkan limbah cair (BOD, COD, TSS), limbah gas

(H2S, SO2, NOx, Cl2) dan limbah

padat (ampas kayu, serat pulp, lumpur kering).

Umumnya dampak yang ditimbulkan disebabkan oleh :

 Penggunaan lahan yang luas (0,2

ha/1.000 ton produk).

 Tenaga kerja besar.

 Kebutuhan energi besar (0,2

(21)

3. Industri petrokimia hulu Semua besaran Industri petrokimia hulu adalah industri yang mengolah hasil tambang mineral (kondensat) terdiri dari Pusat Olefin yang menghasilkan Benzena, Propilena dan Butadiena serta Pusat

Aromatik yang menghasilkan Benzena, Toluena, Xylena, dan Etil Benzena.

Umumnya dampak yang ditimbulkan disebabkan oleh :

 Kebutuhan lahan yang luas.

 Kebutuhan air cukup besar (untuk

pendingin (1 l/dt/1000 ton produk).

 Tenaga kerja besar.

 Kebutuhan energi relatif besar (6-

7 Kw/ton produk) disamping bersumber dari listrik juga energi gas.

 Potensi berbagai limbah: gas

(22)

4. Industri pembuatan Semua besaran besi dasar atau baja

dasar (iron and steel

making) meliputi usaha

pembuatan besi dan baja dalam bentuk dasar seperti pellet bijih besi, besi spons, besi

kasar/pig iron, paduan

besi/alloy, ingot baja,

pellet baja, baja bloom

dan baja slab)

5. Industri pembuatan Semua besaran

timah hitam (Pb) dasar (termasuk industri daur ulang)

Industri pembuatan besi dasar dan baja dasar adalah merupakan industri yang mengolah besi bekas

(steel scrap) atau konsentrat biji

besi yang menggunakan tungku- tungku pembakaran baik

menggunakan energi listrik, batubara ataupun bahan bakar dengan proses pembakaran sampai dengan temperatur 1600 derajat Celcius.

Umumnya dampak yang ditimbulkan disebabkan oleh :

 Potensi berbagai limbah

(termasuk B3): limbah padat (basic slag), limbah cair (minyak dan scale), gas (NOx, H2S, SO2) debu berupa scale (2-3 % dari total produk per hari).

Timah hitam (Pb) merupakan logam berat yang termasuk bahan berbahaya dan beracun (B3) yang mudah terurai. Proses

(23)

6. Industri pembuatan Semua besaran tembaga (Cu) dasar/

katoda tembaga (bahan baku dari Cu

konsentrat)

7. Industri pembuatan Semua besaran

aluminium dasar (bahan baku dari alumina)

Industri pembuatan tembaga (Cu) dasar adalah industri yang mengolah konsentrat bahan tambang. Proses pembuatannya melalui pemisahan konsentrat, peleburan dengan tungku-tungku bertemperatur tinggi dan

elektrolisa.

Umumnya dampak yang ditimbulkan disebabkan oleh :

pendinginan dan elektronika relatif besar (air bersih 5000 m3/hari dan air laut 3,3 juta m3/hari).

 Potensi berbagai limbah: gas

(SO2, SOx, N2, O2 dan tail gas

Industri pembuatan aluminium dasar merupakan industri

pembuatan batangan aluminium yang menggunakan bahan baku bijih alumina yang dilakukan melalui proses peleburan, elektrolisa dan pencetakan.

Umumnya dampak yang ditimbulkan disebabkan oleh:

 Penggunaan lahan yang luas

untuk bangunan pabrik dan fasilitas penunjang.

 Kebutuhan energi relatif besar (+

295 ribu Mwh/hari).

 Tenaga kerja sangat besar. 

Kebutuhan air yang sangat besar untuk proses pendinginan (+

17.000 m3/hari).

 Potensi limbah yang dihasilkan

(24)

gas (H2S, NH3, NO2, SO2 & HF) dan debu

8. Kawasan Industri Semua besaran

(termasuk komplek industri yang terintegrasi)

9. Industri galangan kapal > 4000 DWT

dengan sistem graving

dock

Kawasan industri (industrial estate) merupakan lokasi yang

dipersiapkan untuk berbagai jenis industri manufaktur yang masih prediktif, sehingga dalam

pengembangannya diperkirakan akan menimbulkan berbagai dampak penting antara lain disebabkan :

 Kegiatan grading (pembentukan

muka tanah) dan runoff (air

fasilitas sosial.

 Kebutuhan air bersih dengan

tingkat kebutuhan rata-rata 0,55 - 0,75 l/dt/ha.

 Kebutuhan energi listrik cukup

besar baik dalam kaitan dengan jenis pembangkit ataupun trace jaringan (0,1 Mw/Ha).

 Potensi berbagai jenis limbah

dan cemaran yang masih

prediktif terutama dalam hal cara pengelolaannya.

 Bangkitan lalulintas.

Sistem graving dock adalah galangan kapal yang dilengkapi dengan kolam perbaikan dengan ukuran panjang 100 m, lebar 40 m, dan kedalaman 15 m dengan sistem sirkulasi.

Pembuatan kolam graving ini dilakukan dengan mengeruk laut yang dikhawatirkan akan

menyebabkan longsoran ataupun abrasi pantai.

(25)

limbah gas dan debu dari kegiatan sand blasting dan pengecatan.

10. Industri pesawat Semua besaran

terbang

11. Industri senjata, munisi Semua besaran

dan bahan peledak

Industri pesawat terbang merupakan industri strategis berteknologi tinggi yang

membutuhkan tingkat pengamanan (security) yang tinggi.

Dampak penting yang ditimbulkan berasal dari :

 Pengadaan lahan untuk

bangunan pabrik dan landasan pacu.

 Gangguan kebisingan dan

getaran.

Industri senjata, munisi dan bahan peledak merupakan industri yang dalam proses produksinya

(26)

12. Industri baterai kering Semua besaran (yang menggunakan

bahan baku merkuri/Hg)

13. Industri baterai basah Semua besaran

(akumulator listrik)

Industri baterai kering yang

diperkirakan menimbulkan dampak penting adalah yang menggunakan bahan baku merkuri (Hg),

mengingat merkuri ini bersifat B3 yang mempunyai efek mutagenik, teratogenik dan karsinogenik terhadap manusia.

Umumnya dampak yang ditimbulkan disebabkan oleh :

 Kebutuhan tenaga kerja relatif

besar.

 Kebutuhan air relatif besar baik

untuk proses (pembuatan pasta dan pemasakan baterai) maupun domestik (170 m3/hari).

 Potensi berbagai jenis limbah:

padat (sludge B3, bekas

kemasan), limbah cair (Zn, Hg, Cr, COD, TSS, Mn & NH3), limbah debu dan gas (H2S, SO2, NOx, CO, NH3, Zn, Pb dan Cd).

Pada umumnya proses produksi lengkap dimulai dari grid casting (persiapan, peleburan dan

pencetakan timah hitam sebagai bahan aktif sel), lead part

(pencetakan bagian-bagian aki dari timah hitam), lead powder (proses pembentukan bubuk Pb), pasting (pembuatan pasta dengan H2SO4 pekat), formation (merupakan proses elektrolisa) dan assembling.

(27)

(sludge dari IPAL dan bekas kemasan bahan penolong).

14. Industri bahan kimia Semua besaran

organik dan anorganik

15. Kegiatan industri yang

tidak termasuk angka 1 s/d 14

pencemaran udara, air dan tanah.

Besaran untuk masing-masing tipologi kota diperhitungkan berdasarkan :

 Tingkat pembebasan lahan. 

Daya dukung lahan; seperti daya dukung tanah, kapasitas resapan air tanah, tingkat

kepadatan bangunan per hektar, dll.

Umumnya dampak yang ditimbulkan berupa:

 Bangkitan lalulintas.

 Konflik sosial.

 Penurunan kualitas lingkungan.

H. Bidang Prasarana Wilayah

Kegiatan pembangunan dan pengadaan prasarana wilayah umumnya berfungsi

untuk melayani kepentingan masyarakat. Potensi konflik yang timbul sangat berkaitan

dengan tingkat kepadatan penduduk karena umumnya membutuhkan lahan yang luas

(28)

No

Jenis Kegiatan

Skala/Besaran

Keterangan

1. Pembangunan

Bendungan/Waduk atau jenis tampungan air lainnya :

- Tinggi atau > 15 m

- Luas genangan > 200 ha

2. Daerah Irigasi

a. Pembangunan baru, > 2.000 ha

dengan luas

b. Peningkatan dengan > 1.000 ha

luas tambahan

c. Pencetakan sawah, > 500 ha

luas (perkelompok)

3. Pengembangan rawa : > 1.000 ha

reklamasi rawa untuk kepentingan irigasi

4. Pembangunan pengaman

pantai dan perbaikan muara sungai:

- Jarak dihitung tegak lurus > 500 m

pantai

5. Normalisasi sungai dan

pembuatan kanal banjir: a. Kota besar/ metropolitan

- Panjang

- Volume pengerukan > 5 Km

> 500.000 m3

b. Kota sedang

- Panjang > 10 Km

- Volume pengerukan > 500.000 m3

c. Pedesaan

- Panjang > 15 Km

- Volume pengerukan > 500.000 m3

6. a. Pembangunan jalan Tol

Semua besaran

b. Pembangunan jalan > 2 Km

(29)

7. Pembangunan dan/atau peningkatan jalan dengan pelebaran di luar daerah milik jalan :

a. Kota besar/ metropolitan - Panjang atau

a. Pembuangan dengan sistem control

landfill/sanitary land fill (diluar B3)

- Luas atau > 30 ha

- Kapasitas total > 10.000 ton

b. TPA di daerah pasang surut

- Luas atau > 5 ha

- Kapasitas total > 5.000 ton

c. Pembuangan transfer

station

- Kapasitas total > 10.000 ton/hr

d. TPA dengan sistem Semua ukuran

open damping

9. Pembangunan perumahan/

pemukiman

a. Kota Metropolitan, luas > 25 ha

b. Kota Besar, luas

c. Kota sedang dan kecil, > 50 ha

luas > 100 ha

10. a. Pembangunan Instalasi > 2 ha

Pengolahan Lumpur Tinja (IPTL), termasuk fasilitas penunjangnya b. Pembangunan Instalasi

Pengolahan Air Limbah > 2 ha

(30)

c. Pembangunan sistem > 500 ha perpipaan air limbah,

luas layanan

11 Drainase Pemukiman

a. Pembangunan saluran di kota besar/ metropolitan,

panjang > 5 Km

b. Pembangunan saluran di kota sedang, panjang

> 10 Km

12 Jaringan air bersih di kota

besar/ metropolitan a. Pembangunan jaringan distribusi, luas layanan

> 500 ha

b. Pembangunan jaringan transmisdi, panjang

> 10 Km

13 Pengambilan air dari ± 250 l/dt

danau, sungai, mata air permukaan lainnya, debit pengambilan

14 Pembangunan pusat

perkantoran, tempat ibadah, pusat perdagangan/ perbelanjaan relatif terkonsentrasi :

a. Luas lahan atau > 5 ha

b. Bangunan > 10.000 m 3

15 Pembangunan kawasan

pemukiman untuk pemindahan penduduk/ transmigrasi :

- Jumlah penduduk yang > 200 kk

dipindahkan atau

(31)

I. Pertambangan Umum

No

Jenis Kegiatan

Skala/Besaran

Alasan Ilmiah Khusus

1 - Luas perizinan (KP)

- Atau luas daerah terbuka untuk pertambangan *)

*) Untuk menghindari bukaan lahan terlalu luas

2. Tahap eksploitasi produksi

: Lama kegiatan juga akan memberikan dampak penting terhadap kualitas udara, kebisingan, getaran apabila menggunakan peledak, serta dampak dari limbah cair yang dihasilkan.

Sampai saat ini bahan

radioaktif digunakan

sebagai bahan bakar reaktor nuklir maupun senjata nuklir. Oleh sebab itu, selain dampak penting yang dapat ditimbulkan, keterkaitannya dengan masalah pertahanan dan keamanan menjadi alasan mengapa kegiatan ini wajib dilengkapi AMDAL untuk semua besaran.

Timah hitam (Pb)

merupakan logam berat yang termasuk bahan berbahaya dan beracun (B3) yang mudah terurai. Dalam lingkungan perairan, sifat mudah terurai tersebut menyebabkan Pb mudah tersedia secara biologis

(32)

3. Tambang di laut

4. Melakukan Submarine

Tailing Disposal

5. Melakukan pengolahan

bijih dengan proses sianidasi

6. Eksploitasi dan

pengembangan Uap Panas Bumi dan/atau

Pembangunan Panas Bumi

7 Pembangunan PLTA

dengan :

a. Tinggi Bendung atau b. Luas Genangan atau c. Aliran Langsung

(kapasitas daya)

8 Pembangunan Pusat Listrik

dari jenis lain (surya, angin, biomassa dan gambut)

Semua besaran Berpotensi menimbulkan

dampak berupa perubahan batimetri, ekosistem, mengganggu alur pelayaran dan proses- proses alamiah di daerah pantai termasuk

menurunnya produktivitas kawasan yang dapat menimbulkan dampak sosial.

Semua besaran Memerlukan lokasi khusus

dan berpotensi

menimbulkan dampak berupa perubahan batimetri, ekosistem, mengganggu proses- proses alamiah di daerah pantai termasuk

Semua besaran Menggunakan Bahan

(33)

J.

Ketenaga Listrikan

No

Jenis Kegiatan

Skala/Besaran

Alasan Ilmiah Khusus

1. Pembangunan jaringan > 150 KV Keresahan masyarakat

transmisi karena gangguan

kesehatan akibat transmisi Aspek sosial, ekonomi dan budaya terutama pada pembebasan lahan dan keresahan masyarakat

2. Pembangunan > 100 MW Berpotensi menimbulkan

PLTD/PLTG/PLTU/ dampak pada :

PLTGU  Aspek fisik kimia,

terutama pada kualitas udara (emisi, ambient dan kebisingan) dan kualitas air (ceceran minyak pelumas, limbah bahang dll) serta air tanah.

 Aspek sosial, ekonomi

dan budaya, terutama pada saat pembebasan lahan dan pemindahan penduduk.

3. Eksploitasi dan > 35 MW Berpotensi menimbulkan

pengembangan Uap Panas dampak pada:

Bumi dan atau  Aspek fisik-kimia,

Pembangunan Panas Bumi terutama pada kualitas

udara (bau dan

kebisingan) dan kualitas air.

 Aspek flora fauna.

 Aspek sosial, ekonomi

(34)

4. Pembangunan PLTA dengan :

a. Tinggi bendung b. Luas genangan atau c. Aliran Langsung atau

(kapasitas daya) Termasuk dalam kategori

“large dam” (bendungan merusak lingkungan di bagian hilirnya.

Pada skala ini dibutuhkan spesifikasi khusus baik bagi material dan desain

konstruksinya.

Pada skala ini diperlukan

quarry/burrow area yang

besar, sehingga berpotensi menimbulkan dampak. Dampak pada hidrologi.

(35)

K. Minyak dan Gas Bumi

No

Jenis Kegiatan

Skala/Besaran

1. Eksploitasi Migas dan

Pengembangan Produksi di darat

a. Lapangan minyak > 5.000 BOPD

(Barrer oil per

2. Eksploitasi Migas dan Semua besaran

Pengembangan Produksi di laut

3. Transmisi Migas (tidak

termasuk pemipaan di

Pencemaran udara, air. Pertimbangan ekonomis. Perubahan Ekosistem laut.

Pembebasan lahan cukup luas (dapat lintas

kabupaten/kota).

Pelaksanaan konstruksi

dapat meningkatkan erosi tanah.

Ada potensi perambahan ROW oleh kegiatan atau aktifitas penduduk.

(36)

b. Di laut Semua besaran

4. Pembangunan kilang:

a. LPG 50 MMSCFD

Penyiapan area konstruksi dapat menimbulkan

gangguan terhadap daerah sensitif.

Pengoperasian pipa rawan terhadap gangguan aktifitas lalu lintas kapal buang

sauh, penambangan pasir. Tekanan operasi pipa cukup tinggi sehingga berbahaya terhadap kegiatan/aktifitas nelayan, tambang pasir dan alur pelayaran.

Potensi konflik sosial. Merupakan industri strategis.

Potensi dampak dari sarana penunjang khusus.

Proses pengolahan

menggunakan bahan yang

berpotensi menghasilkan

Membutuhkan area yang cukup luas.

(37)

5. Pembangunan kilang minyak

6. Kilang minyak pelumas

bekas (termasuk fasilitas penunjang)

10.000 BOPD Potensi konflik sosial.

Merupakan industri strategis.

Potensi dampak dari sarana penunjang khusus. limbah gas, padat dan cair yang cukup besar. ekosistem yang lebih luas.

10.000 ton/th Potensi konflik sosial.

Merupakan industri strategis.

(38)

L. Geologi Data Lingkungan

No

Jenis Kegiatan

Skala/Besaran

Alasan Ilmiah Khusus

1. Pengambilan air bawah ≥ 50 m3 (dari 1 Potensi perubahan dan

tanah (sumur dangkal, sumur, atau dari 5 gangguan sistem

sumur tanah dalam dan sumur dalam areal geohidrologi.

mata air) ≤ 10 ha Potensi intrusi air laut.

M. Pariwisata

Pada umumnya dampak penting yang ditimbulkan adalah gangguan terhadap

ekosistem, hidrologi, bentang alam dan potensi konflik sosial.

No

Jenis Kegiatan

Skala/Besaran

Alasan Ilmiah Khusus

1 Taman Rekreasi > 100 ha

2 Kawasan Pariwisata Semua besaran

3 Hotel:

- Jumlah kamar , atau > 200 unit

- Luas bangunan > 5 ha

4 Lapangan golf Semua besaran

(tidak termasuk driving range)

Berpotensi menimbulkan

dampak berupa gangguan lalu lintas, aksesibilitas lalu lintas, pembebasan lahan, & sampah.

Berpotensi menimbulkan

dampak berupa perubahan fungsi lahan/kawasan, gangguan lalu lintas, pembebasan lahan, dan sampah.

Berpotensi menimbulkan

dampak dari kegiatan laundry,

kebutuhan air yang besar, bangkitan lalu lintas & sampah.

Berpotensi menimbulkan dampak dari penggunaan pestisida/herbisida, limpasan

air permukaan (run off), serta

(39)

N. Pengembangan Nuklir

Secara umum, kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan pengembangan dan

penggunaan teknologi nuklir selalu memiliki potensi dampak dan resiko radiasi. Persoalan

kekhawatiran masyarakat yang selalu muncul terhadap kegiatan-kegiatan ini juga

menyebabkan kecenderungan terjadinya dampak sosial.

No

Jenis Kegiatan

Skala/Besaran

Alasan Ilmiah Khusus

1 Pembangunan dan

pengoperasian reaktor nuklir :

a. Reaktor Penelitian Daya > 100 KWt Potensi dampak

pengoperasian reaktor

penelitian dengan daya <100 KWt terbatas pada lokasi reaktor.

b. Reaktor Daya (PLTN) Semua instalasi Keamanan konstruksi.

Beresiko tinggi.

Dampak radiasi pada tahap decomisioning (pasca operasi). Transportasi, penyimpanan dan

pembuangan bahan baku dan sisa-sisa bahan radioaktif.

2. Pembangunan dan

pengoperasian instalasi nuklir non reaktor

a. Fabrikasi bahan bakar Produksi > 50 Secara teknoekonomik,

nuklir elemen fabrikasi bahan bakar nuklir

bakar/tahun selalu memiliki kapasitas

minimal 50-100 elemen bakar/tahun.

b. Pengolahan dan Produksi > 100 Debu radioaktif yang

pemurnian uranium ton yellow terlepas akan terakumulasi

cake/tahun dalam berbagai komponen

ekosistem.

c. Pengolahan limbah Semua instalasi Debu radioaktif yang

radioaktif terlepas akan terakumulasi

(40)

d. Pembangunan Iradiator Aktivitas sumber

(Kategori II s/d IV) > 37.000 TBq

(terra becquerel = 100.000 Ci - Curie)

e. Produksi Radioisotop Semua instalasi

f. Produksi kaos lampu Semua instalasi

Membutuhkan air pendingin yang telah didemineralisasi dalam kolam beton. Apabila kebocoran radiasi ke lingkungan.

menggunakan thorium (Th) yang memiliki

radiotoksisitas yang sangat tinggi.

O. Bidang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)

Kegiatan yang menghasilkan limbah B3 berpotensi menimbulkan dampak

terhadap lingkungan dan kesehatan manusia, terutama kegiatan yang dipastikan akan

mengkonsentrasikan limbah B3 dalam jumlah besar sebagaimana tercantum dalam tabel.

Kegiatan-kegiatan ini juga secara ketat diikat dengan perjanjian internasional (konvensi

Basel) yang mengharuskan pengendalian dan penanganan yang sangat seksama dan

terkontrol.

No

Jenis Kegiatan

Skala/Besaran

Alasan Ilmiah Khusus

1 Pengumpulan, Semua kegiatan yang bersifat Lihat penjelasan diat

pemanfaatan, jasa pelayanan, komersial,

pengolahan menetap dan mengelola

dan/atau berbagai jenis dan sifat limbah

penimbunan limbah B3 (tidak termasuk kegiatan

Bahan Berbahaya skala kecil seperti pengumpulan

dan Beracun (B3) minyak pelumas bekas, minyak

sebagai kegiatan kotor dan "slop oil", pemanfaatan

(41)

P. Rekayasa Genetika

Kegiatan-kegiatan yang menggunakan hasil rekayasa genetika berpotensi

menimbulkan dampak terhadap kesehatan manusia dan keseimbangan ekosistem.

No

Jenis Kegiatan

Skala/Besaran

Alasan Ilmiah Khusus

1. Introduksi jenis-jenis

tanaman, hewan, dan jasad renik produk

bioteknologi hasil rekayasa genetika

2. Budidaya produk

bioteknologi hasil rekayasa genetika

Semua besaran Lihat penjelasan diatas

Semua besaran Lihat penjelasan diatas

*) Catatan :

Kota Metropolitan :

Kota Besar :

UndangUndang Nomor : 23 tahun 1997, maka Peraturan Pemerintah Nomor : 51 Tahun

1993 (AMDAL) sebagai penjabaran pelaksanaan Undang-Undang Nomor : 4 tahun

1982, disempurnakan dan diganti dengan Peraturan Pemerintah Nomor : 27 tahun 1999

yang telah mengakomodir wacana otonomi daerah, sehingga dimungkinkan pembahasan

dan penilaian AMDAL oleh Pemerintah Daerah.

Komisi Penilai AMDAL adalah komisi yang bertugas menilai dokumen AMDAL. Di

tingkat pusat berkedudukan di Kementerian Lingkungan Hidup, di tingkat Propinsi

berkedudukan di Bapedalda/lnstansi pengelola lingkungan hidup Propinsi, dan di tingkat

Kabupaten/Kota berkedudukan di Bapedalda/lnstansi pengelola lingkungan hidup

Kabupaten/Kota. Unsur pemerintah lainnya yang berkepentingan dan warga masyarakat

yang terkena dampak diusahakan terwakili di dalam Komisi Penilai ini. Tata kerja dan

komposisi keanggotaan Komisi Penilai AMDAL ini diatur dalam Keputusan Menteri

Negara Lingkungan Hidup, sementara anggota-anggota Komisi Penilai AMDAL di propinsi

dan kabupaten/kota ditetapkan oleh Gubernur dan Bupati/Walikota.

(42)

melakukan :

1. Kajian dan persetujuan terhadap KA-ANDAL, ANDAL dan RKL/RPL yang

dirumuskan oleh pemrakarsa kegiatan;

2. Penyampaian laporan hasil kajian yang dilakukan kepada Walikota/Bupati yang

bersangkutan (sesuai dengan PP No. 27/1999 mengenai AMDAL, pasal 8, dalam

RPIJM yang dimaksudkan sebagai Komisi AMDAL adalah Komisi AMDAL tingkat

Kabupaten/Kota).

Dengan adanya desentralisasi AMDAL, kewenangan penilaian dan pengawasan

juga sudah mulai diserahkan kepada daerah dengan tingkatan yang disesuaikan. Hal

tersebut dilaksanakan dengan asumsi atau pertimbangan bahwa daerah lebih mengetahui

kondisi lingkungannya, pengawasan akan lebih efektif, mendorong masyarakat setempat

terlibat aktif dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan ekploitasi sumberdaya

alam yang dimilikinya, transparansi dan akuntabilitas dalam sistem pemerintahan.

Komisi penilai AMDAL daerah kabupaten/kota mempunyai wewenang untuk

menilai semua rencana usaha dan/atau kegiatan diluar kewenangan Pusat dan Provinsi

berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup tentang jenis usaha dan/atau

kegiatan yang wajib dilengkapi dengan dokumen lingkungan

.

6.6. Rencana Pemantauan Safeguard Sosial Dan Lingkungan

6.6.1. Prinsip Dasar Safeguard Pengadaan Tanah Dan Pemukiman Kembali

Pengadaan tanah dan pemukiman kembali biasanya terjadi jika kegiatan investasi

berlokasi di atas tanah yang bukan milik pemerintah atau telah ditempati oleh

swasta/masyarakat selama lebih dari satu tahun. Prinsip utama pengadaan tanah adalah

bahwa semua langkah yang diambil harus dilakukan untuk meningkatkan, atau sedikitnya

memperbaiki, pendapatan dan standar kehidupan warga yang terkena dampak akibat

kegiatan pengadaan tanah ini. Pengadaan tanah dan pemukiman kembali atau land

acquisition and resettlement untuk kegiatan RPIJM mengacu pada prinsip-prinsip sebagai

berikut :

1. Transparan : Sub proyek dan kegiatan yang terkait harus diinformasikan secara

transparan kepada pihak-pihak yang akan terkena dampak. Informasi harus

mencakup, antara lain, daftar warga dan aset (tanah, bangunan, tanaman, atau

lainnya) yang akan terkena dampak;

(43)

terlibat dalam seluruh tahap perencanaan proyek, seperti: penentuan lokasi

proyek, jumlah dan bentuk kompensasi/ganti rugi, serta lokasi tempat pemukiman

kembali;

3. Adil : Pengadaan tanah tidak boleh memperburuk kondisi kehidupan DP. Warga

tersebut memiliki hak untuk mendapatkan ganti rugi yang memadai, seperti tanah

pengganti dan/atau uang tunai yang setara dengan harga pasar tanah dan

asetnya. Biaya terkait lainnya, seperti biaya pindah, pengurusan surat tanah, dan

pajak, harus ditanggung oleh pemrakarsa kegiatan. DP harus diberi kesempatan

untuk dapat mengkaji rencana pengadaan tanah ini secara terpisah di antara

mereka sendiri dan menyetujui syarat-syarat dan jumlah ganti rugi dan/atau

pemukiman kembali;

4. Warga yang terkena dampak harus sepakat atas ganti rugi yang ditetapkan atau

jika memungkinkan, secara sukarela mengkontribusikan/hibah sebagian tanahnya

pada kegiatan. Dalam kasus dimana tanah dihibahkan secara sukarela, DP akan

melakukan musyawarah dalam forum stakeholder untuk menjamin bahwa hibah

benar-benar dilakukan secara sukarela tanpa paksaan dari pihak manapun;

5. Kontribusi/hibah tanah secara sukarela hanya dapat dilakukan bila:

DP mendapatkan manfaat yang jauh lebih besar dibandingkan dengan harga

tanah miliknya (dibuktikan dengan perhitungan yang disepakati kedua belah

pihak); dan

Tanah yang dihibahkan nilainya <_ 10 % dari nilai tanah, bangunan atau aset

lain yang produktif dan nilainya < 1(satu) juta Rupiah.

Kesepakatan kontribusi sukarela tersebut harus ditandatangani kedua belah pihak

setelah DP melakukan diskusi secara terpisah. Safeguard Monitoring Team atau

SMT harus dapat menjamin bahwa tidak ada tekanan pada DP untuk melakukan

kontribusi tanah secara sukarela. Persetujuan tersebut harus didokumentasikan

secara formal ;

1. Kegiatan investasi harus sudah menentukan batas-batas lahan yang

diperlukan, jumlah warga yang terkena dampak, informasi umum mengenai

pendapatan serta status pekerjaan DP, dan harga tanah yang berlaku yang

diusulkan oleh pemrakarsa kegiatan dan didukung oleh NJOP, sebelum

pembebasan tanah (dengan atau tanpa pemukiman kembali/resettlement)

dilakukan;

(44)

40 KK, atau melibatkan pemindahan lebih dari 100 orang atau 20 KK, harus

didukung dengan Rencana Tindak Pengadaan Tanah dan Pemukiman

Kembali atau RTPTPK yang menyeluruh.

3. Jika kegiatan investasi hanya akan mengakibatkan dampak pada kurang dari

200 orang atau 40 KK atau berdampak pada kurang dari 10% aset produktif

atau hanya melakukan pemindahan penduduk secara temporer (sementara)

selama masa konstruksi, harus didukung dengan RTPTPK sederhana.

4. RTPTPK menyeluruh atau RTPTPK sederhana dan pelaksanaannya menjadi

tanggung jawab pemrakarsa kegiatan, dimonitor oleh Tim Pemantauan

Safeguard.

5. Perhitungan ganti rugi bagi DP. Terdapat beberapa alternatif cara untuk

menghitung ganti rugi, yakni:

perhitungan ganti rugi tanah berdasarkan nilai pasar tanah di lokasi yang

memiliki karakteristik ekonomi yang serupa pada saat pembayaran

kompensasi ganti rugi dilakukan;

Perhitungan kompensasi ganti rugi bangunan berdasarkan nilai pasar

bangunan dengan kondisi yang serupa di lokasi yang sama;

Perhitungan ganti rugi untuk tanaman berdasarkan nilai pasar tanaman

yang sama ditambah dengan biaya atas kerugian non material lainnya;

dan

Perhitungan ganti rugi untuk aset lainnya diganti dengan aset yang paling

tidak sama, atau ganti rugi uang tunai setara dengan harga untuk

memperoleh aset yang sama.

Pihak yang dapat terkena dampak pembebasan tanah dan/atau pemukiman

dipindahkan dalam kegiatan sub proyek dapat berupa warga/individu, entitas,

atau badan hukum. Adapun bentuk dampak yang diakibatkan dapat berupa :

dampak fisik, seperti dampak pada tanah, bangunan, tanaman dan aset

produktif lainnya; dan

Dampak non-fisik, seperti dampak lokasi, akses pada tempat kerja atau

prasarana, dan sebagainya.

6. Berkenanaan dengan hak hukum atas tanah, DP dapat dikelompokkan

menjadi:

(45)

termasuk hak adat dan ulayat;

Warga yang tidak memiliki hak atas tanah akan tetapi

menguasai/menggarap lahan atau aset lannya (hak garap);

Warga yang menguasai tanah berdasarkan perjanjian dengan pemilik

tanah (hak sewa);

Warga yang menguasai/menempati tanah/lahan tanpa landasan hukum

ataupun perjanjian dengan pemilik tanah (sering disebut sebagai

squatter); dan

Warga yang mengelola tanah wakaf (tanah yang dihibahkan untuk

kepentingan agama).

6.6.2. Prosedur Safeguard Pembebasan Tanah Dan Pemukiman Kembali

Panduan kerangka safeguard pembebasan tanah dan pemukiman kembali

dirumuskan berdasarkan sejumlah regulasi terkait yang berlaku, antara lain

sesuai dengan Keputusan Presiden No. 55/1993 tentang pembebasan tanah

untuk pembangunan bagi kepentingan umum. Prosedur pelaksanaan safeguard

pembebasan tanah dan pemukiman kembali terdiri dari beberapa kegiatan

utama yang meliputi: pentapisan awal dari usulan kegiatan untuk melihat apakah

kegiatan yang bersangkutan memerlukan pembebasan tanah atau kegiatan

pemukiman kembali atau tidak; pengklasifikasian/kategorisasi dampak

pembebasan tanah dan pemukiman kembali dari sub proyek yang diusulkan

sesuai tabel; perumusuan surat pernyataan bersama (jika melibatkan hibah

sebidang tanah secara sukarela) atau perumusan Rencana Tindak Pembebasan

Tanah dan Pemukiman Kembali atau (RTPTPK) sederhana atau menyeluruh

sesuai kebutuhan didukung SK Gubernur/Bupati/Walikota.

Pembebasan tanah (dan pemukiman kembali) yang telah selesai dilaksanakan

sebelum usulan sub proyek disampaikan, harus diperiksa kembali (recheck)

dengan tracer study. Tracer study ini dimaksudkan untuk menjamin bahwa

proses pembebasan tanah telah sesuai dengan standar yang berlaku, tidak

mengakibatkan kondisi kehidupan DP menjadi lebih buruk, dan mekanisme

(46)

6.6.3. Prinsip Dasar dan Prosedur Safeguard Lingkungan Hidup

Bahwa dengan diberlakukannya UU No. 4 Th. 1982 yang disempurnakan dan

diganti dengan UU No. 23 Th. 1997, masalah lingkungan hidup telah menjadi faktor

penentu dalam proses pengambilan keputusan pemanfaatan dan pengolahan SDA.

Pembangunan tidak lagi menempatkan SDA sebagai modal, tetapi sebagai satu kesatuan

ekosistem yang di dalamnya berisi manusia, lingkungan alam dan/atau lingkungan buatan

yang membentuk kesatuan fungsional, saling terkait dan saling tergantung dalam

keteraturan yang bersifat spesifik, berbeda dari satu tipe ekosistem ke tipe ekosistem

yang lain. Oleh sebab itu, pengelolaan lingkungan hidup bersifat spesifik, terpadu, holistik

dan berdimensi ruang.

Berdasarkan UU No. 23 Th. 1997 lingkungan hidup diartikan sebagai kesatuan

ruang dengan kesemua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia

dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan

manusia serta makhluk hidup lainnya. Sedangkan pengelolaan lingkungan hidup

didefinisikan sebagai upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup yang

meliputi kebijaksanaan penataan, pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan,

pemulihan, pengawasan dan pengendalian lingkungan hidup. Pada Bab II pasal 4 UU No.

23 Th. 1997 dikemukakan bahwa sasaran pengelolaan lingkungan hidup adalah :

a. Tercapainya keselarasan, keserasian, dan keseimbangan antara manusia dan

lingkungan hidup.

b. Terwujudnya manusia Indonesia sebagai insan lingkungan hidup yang mempunyai

sikap dan tindak melindungi dan membina lingkungan hidup.

c. Terjaminnya kepentingan generasi masa kini dan generasi masa mendatang.

d. Tercapainya kelestarian fungsi lingkungan hidup.

e. Terkendalinya pemanfaatan sumberdaya secara bijaksana.

f. Terlindunginya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dari dampak usaha

dan/atau kegiatan di luar wilayah negara yang menyebabkan pencemaran dan

kerusakan lingkungan hidup.

Dari sasaran-sasaran pengelolaan lingkungan hidup di atas, terlihat bahwa

kelestarian fungsi lingkungan hidup merupakan sasaran utama yang dapat diukur.

Menurut bab V UU No. 23 Th. 1997 tentang pelestarian fungsi lingkungan hidup,

dinyatakan bahwa kelestarian fungsi lingkungan hidup dapat diukur dengan dua

parameter utama, yaitu Baku Mutu Lingkungan Hidup dan Kriteria Baku Kerusakan

Lingkungan Hidup. Dua parameter ini menjadi ukuran/indikator apakah rencana usaha

dan/atau kegiatan dapat menimbulkan dampak besar dan penting bagi lingkungan hidup.

(47)

Lingkungan (AMDAL) pasal 3 menyebutkan bahwa usaha dan/atau kegiatan yang

kemungkinan dapat menimbulkan dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup

meliputi :

a. Pengubahan bentuk lahan dan bentang alam.

b. Eksploitasi sumberdaya alam baik yang terbaharui maupun yang tidak terbaharui.

c. Proses dan kajian yang secara potensial dapat menimbulkan pemborosan,

pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup, serta kemerosotan sumberdaya

alam dalam pemanfaatannya.

d. Proses dan kegiatan yang hasilnya dapat mempengaruhi lingkungan alam,

lingkungan buatan, serta lingkungan sumberdaya.

e. Proses dan kegiatan yang hasilnya akan mempengaruhi pelestarian kawasan

konservasi sumberdaya alam dan/atau perlindungan cagar budaya.

f. Introduksi jenis tumbuh-tumbuhan, jenis hewan dan jasad renik.

g. Pembuatan dan penggunaan bahan hayati dan non-hayati.

h. Penerapan teknologi yang diperkirakan mempunyai potensi besar untuk

mempengaruhi lingkungan hidup.

i. Kegiatan yang mempunyai resiko tinggi dan dapat mempengaruhi pertahanan

negara.

Menurut keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan No. 19 Th.

2000 tentang Pedoman Penyusunan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup pada

lampiran II dikemukakan bahwa pada studi AMDAL, terdapat empat kelompok parameter

komponen lingkungan hidup, yaitu :

1. Fisik - kimia (Iklim, kualitas udara dan kebisingan; Demografi; Fisiografi; Hidro-

Oceanografi; Ruang; Lahan dan Tanah; dan Hidrologi),

2. Biologi (Flora; Fauna)

3. Sosial (Budaya; Ekonomi; Pertahanan/keamanan)

4. Kesehatan masyarakat.

Dengan evaluasi parameter komponen lingkungan pada setiap kegiatan

(prakonstruksi, konstruksi, pasca konstruksi) terhadap Baku Mutu Lingkungan Hidup dan

Kriteria Baku Kerusakan Lingkungan Hidup akan dapat ditentukan dampak penting (positif

dan negatif) parameter lingkungan hidup.

Hasil kajian dampak penting parameter lingkungan hidup dari setiap kegiatan

selanjutnya diorganisasikan ke dalam tiga buku laporan yang terpisah, yaitu 1) Analisis

Dampak Lingkungan/Andal, 2) Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup/RKL, 3) Rencana

Pemantauan Lingkungan Hidup/ RPL. Ketiga dokumen ini (dokumen AMDAL) merupakan

Gambar

Tabel 6. 1. Garis Besar Proses Pendugaan Dampak
Tabel 6. 2. Kategori Subproyek menurut Dampak Lingkungan
Gambar 7. 1 Proses   AMDAL
Gambar 7. 2 Prosedur pelaksanaan AMDAL
+2

Referensi

Dokumen terkait

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya tulis ilmiah yang berbentuk skripsi dengan judul : KEKUATAN HUKUM PUTUSAN BADAN ARBITRASE SYARI’AH NASIONAL (BASYARNAS)

Syok Hipovolemik Penurunan volume intravaskuler ↓curah jantung Perembesan cairan interstisial Aldosteron, ADH ↑ volume ↑ curah jantung Kehilangan cairan berlanjut ↓

Untuk guru SMP Negeri 2 Karanganom Kabupaten Klaten agar: (a) memberi motivasi guru kepada siswa untuk berperan aktif melaksanakan metode time token dalam

dengan standar yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia, secara keseluruhan kinerja kedua Bank dari metode analisis rasio keuangan dari tahun 2013-2015

Tidak sedikit lembaga bank yang memiliki produk pembiayaan rahn , seperti pada Bank Syariah Mandisi (BSM) yang mengeluarkan produk gadai emas juga dengan harga yang

Data yang dapat diperoleh dari metode ini adalah mengenai gambaran umum MA Walisongo Kayen yang meliputi lokasi penelitian, kondisi daerah di sekitar oenelitian,

penerapan teknik pembelajaran Round Table dalam meningkatkan keaktifan peserta didik kelas XI pada mata pelajaran Fiqih materi. jinayah (Hukuman) di MA Matholi’ul

sering digunakan untuk daya kumparan dari satu atau lebih relay, yang.. memungkinkan tegangan yang lebih tinggi atau arus yang lebih kuat