BAB 6
SAFEGUARD SOSIAL &
BAB VI
SAFEGUARD SOSIAL & LINGKUNGAN
6.1. Arahan Umum
Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan
makhluk hidup, termasuk di dalamnya manusia dan perilakuknya, yang
mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk
hidup lainnya (UU. No. 23/1997). Lingkungan hidup dalam pengertian ekologi tidaklah
mengenal batas wilayah baik wilayah negara maupun wilayah administratif, akan tetapi jika
lingkungan hidup dikaitkan dengan pengelolaannya maka harus jelas batas wilayah
wewenang pengelolaan tersebut.
Pembangunan diperlukan untuk mengatasi banyak permasalahan, termasuk
masalah lingkungan, namun pengalaman menunjukkan, pembangunan dapat dan telah
mempunyai dampak negatif. Dengan adanya dampak negatif tersebut, haruslah
diwaspada. Pada suatu pihak kita tidak boleh takut untuk melakukan pembangunan,
karena tanpa pembangunan kita pasti ambruk. Pada lain pihak kita harus
memperhitungkan dampak negatif dan berusaha untuk menekannya menjadi
sekecilkecilnya. Pembangunan harus berwawasan lingkungan, yaitu lingkungan
diperhatikan sejak mulai pembangunan itu direncanakan sampai pada waktu operasi
pembangunan itu. Dengan pembangunan berwawasan lingkungan, pembangunan dapat
berkelanjutan. Salah satu cara adalah dengan menerapkan safeguard.
Safeguard terhadap program dan kegiatan yang berhubungan dengan Bidang
Cipta Karya adalah bertujuan untuk mencapai kondisi masyarakat hidup sehat dan
sejahtera dalam lingkungan yang sehat, bebas dari pencemaran air limbah permukiman.
Air limbah yang dimaksud adalah air limbah permukiman (municipal wastewater) yang
terdiri atas air limbah domestik (rumah tangga) yang berasal dari air comberan, sisa
mandi, cuci, dapur dan tinja manusia dari lingkungan permukiman serta air limbah industri
rumah tangga yang tidak mengandung Bahan Beracun dan Berbahaya (B3). Air limbah
permukiman ini diperlukan pengelolaan yang baik agar tidak menimbulkan dampak
terhadap lingkungan, seperti mencemari air permukaan dan air tanah, disamping itu juga
sangat beresiko menimbulkan berbagai macam penyakit, seperti muntaber, diare, kutu
air, thypus, kolera dan lain-lain. Arahan dari Safeguard pada Bidang Cipta Karya adalah
sebagai berikut :
a. Semua pihak terkait wajib memahami, menyepakati dan melaksanakan dengan
stakeholder perlu menyepakati isi kerangka Safeguard Lingkungan dan Sosial
yang disusun. Disamping itu kerangka safeguard juga perlu disepakati dan
dilaksanakan bersama oleh stakeholder yang bersangkutan, tidak hanya dari
kalangan pernerintah daerah saja, namun juga dari DPRD, LSM, perguruan tinggi,
dan warga kota lainnya;
b. Agar pelaksanaan kerangka safeguard dapat dilakukan secara lebih efektif,
diperlukan penguatan kapasitas lembaga pelaksana. Fokus penguatan kapasitas
mencakup kemampuan fasilitasi, penciptaan arena multi-stakeholder, dan
pengetahuan teknis dari pihak-pihak terkait;
c. Kerangka safeguard harus dirancang sesederhana mungkin, mudah dimengerti,
jelas kaitannya dengan tahap-tahap investasi, dan dapat dijalankan sesuai prinsip
dalam kerangka proyek;
d. Prinsip utama safeguard adalah untuk menjamin bahwa program investasi
infrastruktur tidak membiayai investasi apapun yang dapat mengakibatkan dampak
negatif yang serius yang tidak dapat diperbaiki/dipulihkan. Bila terjadi dampak
negatif maka perlu dipastikan adanya upaya mitigasi yang dapat meminimalkan
dampak negatif tersebut, baik pada tahap perencanaan, persiapan maupun tahap
pelaksanaannya;
e. Diharapkan RPIJM tidak membiayai kegiatan investasi yang karena kondisi lokal
tertentu tidak memungkinkan terjadinya konsultasi safeguard dengan warga yang
secara potensial dipengaruhi dampak lingkungan atau (PAP - Potentially Affected
People) warga terasing dan rentan (IVP - Isolated and Vulnerable People) atau
warga yang terkena dampak pemindahan (DP - displaced people), secara
memadai;
f. Untuk memastikan bahwa safeguard dilaksanakan dengan baik dan benar, maka
diperlukan tahap-tahap sebagai berikut :
Identifkasi, penyaringan dan pengelompokkan (kategorisasi) dampak;
Studi dan penilaian mengenai tindakan yang perlu dan dapat dilakukan. Pada
saat yang sama, juga perlu didiseminasikan dan didiskusikan dampak dan
alternatif rencana tindak penanganannya;
Perumusan dan pelaksanaan rencana tindak;
Pemantauan dan pengkajian terhadap semua proyek di atas; dan
Perumusan mekanisme penanganan dan penyelesaian keluhan (complaints)
g. Setiap keputusan, laporan, dan draft perencanaan final yang berkaitan dengan
kerangka safeguard harus dikonsultasikan dan didiseminasikan secara luas,
terutama kepada warga yang berpotensi terkena dampak. Warga, terutama yang
terkena dampak, harus mendapat kesempatan untuk ikut mengambil keputusan
dan menyampaikan aspirasi dan/atau keberatannya atas rencana investasi yang
berpotensi dapat menimbulkan dampak negatif atau tidak diinginkan bagi mereka.
6.2. Komponen Safeguard
Sesuai dengan karakteristik kegiatan yang didanai dalam rencana program
investasi infrastruktur, komponen safeguard RPIJM infrastruktur bidang PU/Cipta Karya
terdiri dari 2 komponen yakni :
1. Safeguard Lingkungan
Pelaksanaan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup,
dengan mematuhi dan melaksanakan amanat peraturan perundang-undangan,
dimana setiap rencana usaha dan/atau kegiatan yang memiliki dampak besar dan
penting terhadap lingkungan, maka wajib menyusun dokumen lingkungan baik
berupa AMDAL, UKL-UPL dan Audit Lingkungan.
Kerangka ini dimaksudkan untuk membantu pelaksana proyek untuk dapat
melakukan evaluasi secara sistematik dalam penanganan, pengurangan dan
pengelolaan resiko lingkungan yang tidak diinginkan, promosi manfaat lingkungan,
dan pelaksanaan keterbukaan serta konsultasi publik dengan warga yang terkena
dampak ;
2. Safeguard Pengadaan Tanah dan Pemukiman Kembali.
Kerangka ini dimaksudkan untuk membantu pelaksana proyek untuk dapat
melakukan evaluasi secara sistematik dalam pananganan, pengurangan dan
pengelolaan resiko sosial yang tidak diinginkan, promosi manfaat sosial, dan
pelaksanaan keterbukaan serta konsultasi publik dengan warga yang terkena
dampak pemindahan
6.3. Metoda Pendugaan Dampak
Dampak adalah suatu perubahan yang terjadi sebagai akibat suatu aktivitas.
Dampak pembangunan menjadi masalah karena perubahan yang disebabkan oleh
direncanakan. Dalam pendugaan dampak kita harus melakukan 2 (dua) hal, yaitu :
a. Pendugaan kondisi lingkungan pada waktu t “tanpa proyek”, yaitu garis dasar Qtp.
b. Pendugaan kondisi lingkungan pada waktu t “dengan proyek”, yaitu Qdp.
Dampak yang ingin kita lakukan pendugaan adalah Qdp - Qtp.
Pendugaan Qdp dan Qtp dilakukan dengan menggunakan data dasar faktor
lingkungan yang diduga akan mengalami dampak penting. Garis besar proses pendugaan
dampak dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 6. 1. Garis Besar Proses Pendugaan Dampak
Langkah
Keterangan
1
Tentukan lingkungan yang akandibuat modelnya; uraikan
karakteristik utama lingkungan tersebut dan dampak yang akan diduga
2
Pilih metode pendugaan yangsesuai :
a. Metode Informasi
b. Metode Cepat
c. Metode Model Matematik
d. Metode Model Fisik
e. Metode Eksperimental
1 Gunakan uraian proyek menurut lokasinya dan pelingkupan sebagai petunjuk; tentukan data dasar minimum yang diperlukan; pilih metode yang sesuai untuk pengumpulan masing-masing jenis data dasar.
2 Pemilihan dilakukan untuk masing-masing dampak :
a Pilih seorang atau beberapa orang pakar dan beri keterangan secukupnya tentang permasalahan
b Pilih modal yang ada
c Pilih model yang ada atau buat model ad
hoc
d Pilih model fisik yang telah ada atau buat model khusus
e Pilih jenis dan rancangan
eksperimenyang sesuai. Jika ada, gunakan eksperimen baru.
Minta petunjuk pakar yang telah diminta untuk melakukan pendugaan
Petunjuk terdapat dalam publikasi PCP dan WHO 1982
Petunjuk data khusus yang diperlukan terkandung didalam persamaan model. Cari keterangan tambahan dalam
literatur.
Data diperlukan untuk membuat model
4
Uji validasi metode5
Sempurnakan model dan lakukanrevalidasi
6
Gunakan metode untuk ekstrapendugaan dampak
7
Beri interpretasi pada pendugaan4 Pada metode informasi, minta kepada para pakar untuk menerangkan dasar hasil yang mereka peroleh (pengalaman, persamaan dengan kejadian yang serupa, model
konsepsi, model matematik). Bandingkan hasil dengan observasi yang didapat di lapangan.
5 Lakukan uji ulang
6 Duga dampak dengan melakukan polasi hasil yang didapat dari model dan observasi 7 Uraikan arti hasil dalam konteks keadaan
lingkungan proyek; sebutkan limitasi hasil karena penyederhanaan model
dibandingkan dengan keadaan aktual.
Sumber : Environmental Resources Limited, 1984
Agar pengumpulan data dapat efektif, maka pengumpulan data dapat dilakukan
dengan didasarkan kepada :
a. Dampak penting yang telah diidentifikasi dalam pelingkupan
b. Model pendugaan masing-masing dampak penting itu.
Metoda untuk seluruh program investasi infrastruktur Bidang Pekerjaan
Umum/Cipta Karya yang diusulkan didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut :
1. Penilaian lingkungan (environment assessment) dan rencana mitigasi dampak sub
proyek, dirumuskan dalam bentuk :
Analisis mengenai Dampak lingkungan atau AMDAL (atau Analisis Dampak
Lingkungan-ANDAL dikombinasikan dengan Rencana Pengelolaan
Lingkungan-RKL dan Rencana Pemantauan Lingkungan- RPL);
Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan
(UPL) ; atau
Standar Operasi Prosedur (SOP) dan Standar Operasi Baku (SOB),
Tergantung pada kategori dampak sub proyek yang dimaksud.
2. AMDAL harus dilihat sebagai alat peningkatan kualitas lingkungan. Format
AMDAL atau UKL/UPL merupakan bagian tidak terpisahkan dari analisis teknis,
fisik-kimia, ekologi, sosial, ekonomi, budaya, kelembagaan dan keuangan sub
3. Sejauh mungkin, sub-proyek harus menghindari atau meminimalkan dampak
negatif terhadap lingkungan. Selaras dengan hal tersebut, sub proyek harus
dirancang untuk dapat memberikan dampak positif semaksimal mungkin. Sub
proyek yang diperkirakan dapat mengakibatkan dampak negatif yang besar
terhadap lingkungan, dan dampak tersebut tidak dapat ditanggulangi melalui
rancangan dan konstruksi sedemikian rupa, harus harus dilengkapi dengan
AMDAL atau UKL-UPL;
6.4. Pemilihan Alternatif
Pemilihan alternatif terhadap prosedur pelaksanaan AMDAL terdiri dari beberapa
kegiatan utama, yakni : pentapisan awal sub-proyek sesuai dengan kriteria sesuai dengan
persyaratan safeguard, evaluasi dampak lingkungan; pengklasifikasian/kategorisasi
dampak lingkungan dari sub-proyek yang diusulkan, perumusan dokumen SOP, UKL/UPL
atau AMDAL (KA-ANDAL, ANDAL dan RKL/RPL), pelaksanaan dan pemantauan
pelaksanaan.
Tabel 6. 2. Kategori Subproyek menurut Dampak Lingkungan
Kategori
Dampak
Persyaratan
Pemerintah
Sub-proyek dapat mengakibatkan dampak lingkungan
yang buruk (besar dan penting), berkaitan dengan
A
kepekaan dan keragaman dampak yang ditimbulkan,
upaya pemulihan kembali sangat sulit dilakukan
ANDAL dan
RKL/RPL
Sub-proyek dengan ukuran dan volume kecil,
mengakibatkan dampak lingkungan, akan tetapi upaya
B
UKL/UPL
pemulihannya sangat mungkin dilakukan
Sub-proyek yang tidak memiliki komponen konstruksi
dan tidak mengakibatkan pencemaran udara, tanah
C
dan air
Tidak
diperlukan
ANDAL atau
Catatan:
ANDAL : Analisis Dampak Lingkungan
RPL : Rencana Pemantauan Lingkungan
UKL : Upaya Pengelolaan Lingkungan
UPL : Upaya Pemantauan Lingkungan
6.5. Rencana Pengelolaan Safeguard Sosial dan Lingkungan
6.5.1. Pemrakarsa Kegiatan
Pemrakarsa Kegiatan adalah perumus dan pelaksana RPIJM di masing-masing
unit teknis pelaksana proyek. Pemrakarsa kegiatan bertanggung jawab untuk
melaksanakan :
1. Perumusan KA-ANDAL, draft ANDAL dan RKL/RPL atau draft UKL/UPL,
melaksanakan serta melakukan pemantauan pelaksanaannya. Bila diperlukan
Bapedalda dapat membantu pemrakarsa kegiatan dalam melaksanakan
pemantauan;
2. Konsultasi dengan warga yang secara potensial dipengaruhi dampak lingkungan
atau PAP dalam forum stakeholder, baik pada saat perumusan KA-ANDAL, draft
ANDAL dan RKL/RPL. Sebelum kegiatan konsultasi dilakukan, pemrakarsa
kegiatan perlu menyediakan semua bahan yang relevan sekurang-kurangnnya 3
(tiga) hari sebelum kegiatan dilakukan yang setidaknya mencakup: ringkasan
tujuan kegiatan, rincian kegiatan; dan gambaran menyeluruh potensi dampaknya.
Hasil konsultasi dalam forum stakeholder tersebut harus dicatat sebagai bagian
dari laporan ANDAL. Disamping itu, kegiatan konsultasi dengan PAP bila perlu
juga dilakukan selama pelaksanaan sub proyek;
3. Melaporkan pelaksanaan RKL/RPL dan hasil pemantauannya Bapedalda,
Bupati/Walikota;
4. Keterbukaan informasi mengenai draft ANDAL dan RKL/RPL atau UKL/UPL pada
publik dalam waktu yang tidak terbatas; dan
5. Penanganan keluhan publik secara transparan. Perlu dikembangkan prosedur
penyampaian keluhan publik yang transparan. Keluhan harus dijawab sebelum
tahap pelelangan kegiatan dimulai. Keluhan yang diajukan sebelum konstruksi,
selama konstruksi dan/atau operasi kegiatan perlu diselesaikan secara
musyawarah antara pemrakarsa kegiatan dengan pihak-pihak yang mengajukan
6.5.2. Bapedalda Atau Dinas/Instansi Terkait
Bapedalda atau Dinas/Instansi terkait terkait, menurut SK Menteri Negara
Lingkungan Hidup Nomor 86 Tahun 2003, Bapedalda atau Dinas/Instansi yang
berkecimpung dalam penanganan masalah lingkungan hidup, bertanggung jawab untuk
mengkaji dan memberikan persetujuan terhadap UPL/UKL yang dirumuskan oleh
pemrakarsa usaha dan/atau kegiatan, bagi usaha dan/atau kegiatan yang tidak wajib
membuat dokumen AMDAL atau berskala lebih kecil.
Dalam pelaksanaan RPIJM, Bapedalda juga bertanggung jawab untuk melakukan
supervisi pelaksanaan AMDAL atau RKL/RPL serta melakukan pemantauan terhadap
lingkungan secara umum, dimana Bapedalda juga merupakan anggota tetap Komisi
AMDAL.
Usaha untuk menjaga keberlanjutan terhadap kelangsungan lingkungan hidup,
maka Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 17 Tahun 2001 tentang Jenis rencana
usaha dan/atau kegiatan yang wajib dilengkapi dengan analisis mengenai dampak
lingkungan hidup, haruslah benar-benar kita pahami dan terapkan dalam melakukan
pembangunan.
Jenis rencana usaha dan/atau kegiatan yang wajib dilengkapi dengan dokumen
AMDAL menurut Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 17 Tahun 2001, ditetapkan
berdasarkan :
1.
Potensi dampak pentingSesuai Pasal 3 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999, jenis usaha
dan/atau kegiatan yang berpotensi menimbulkan dampak penting terhadap
lingkungan hidup wajib dilengkapi dengan AMDAL. Potensi dampak penting bagi
setiap jenis usaha dan/atau kegiatan tersebut ditetapkan berdasarkan :
a. Keputusan Kepala BAPEDAL Nomor 056 Tahun 1994 tentang Pedoman
Mengenai Ukuran Dampak Penting.
b. Referensi internasional yang diterapkan oleh beberapa negara sebagai
landasan kebijakan tentang AMDAL.
2.
Ketidakpastian kemampuan teknologi yang tersedia untuk menanggulangi dampakpenting negatif yang akan timbul.
Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib dilengkapi dengan Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) merujuk kepada Keputusan Menteri Lingkungan
A. Bidang Pertahanan dan Keamanan
Secara umum, kegiatan yang berkaitan dengan aktivitas militer dengan
skala/besaran berikut berpotensi menimbulkan resiko lingkungan dengan terjadinya
ledakan serta keresahan sosial akibat kegiatan operasional dan penggunaan lahan yang
cukup luas.
No
Jenis Kegiatan
Skala/Besaran
Alasan Ilmiah Khusus
1
Pembangunan Gudang Semua besaranMunisi Pusat dan
4
Pembangunan Pusat Luas > 10.000 haLatihan Tempur
membahayakan penduduk walaupun sudah memiliki standard operating procedure
(SOP) penanganan bahan
peledak.
Kegiatan pangkalan berpo- tensi menyebabkan dampak akibat limbah cair, sampah padat & kebisingan pesawat.
Bangunan pangkalan dan fasilitas pendukung,
termasuk daerah penyangga, tertutup bagi masyarakat. Kegiatan latihan tempur berpotensi menyebabkan dampak akibat limbah cair, sampah padat dan
kebisingan akibat ledakan. Bangunan pangkalan dan fasilitas pendukung,
termasuk daerah penyangga, tertutup bagi masyarakat. Kegiatan penyiapan lahan
(land clearing) di areal yang
landasan pacu, dan bangunan penyangga
menyebabkan perubahan
ekosistem.
Kegiatan latihan berpotensi menyebabkan kebisingan.
B.
Bidang Pertanian
Pada umumnya dampak penting yang ditimbulkan usaha budidaya tanaman
pangan, hortikultura, dan perkebunan berupa erosi tanah, perubahan ketersediaan dan
kualitas air, persebaran hama, penyakit dan gulma, serta perubahan kesehatan tanah
akibat penggunaan pestisida/herbisida. Disamping itu sering pula muncul potensi konflik
sosial dan penyebaran penyakit endemik.
Skala/besaran yang tercantum di bawah ini telah memperhitungkan potensi
dampak penting kegiatan terhadap ekosistem, hidrologi, dan bentang alam.
Skala/besaran tersebut merupakan luasan rata-rata dari berbagai ujicoba untuk masing-
masing kegiatan dengan mengambil lokasi di daerah dataran rendah, sedang, dan tinggi.
No
Jenis Kegiatan
Skala/Besaran
Alasan Ilmiah Khusus
1.
Budidaya tanaman pangan dan Luas > 2.000 ha Lihat penjelasanhortikultura semusim dengan diatas
atau tanpa unit pengolahannya
2.
Budidaya tanaman pangan dan Luas > 5.000 ha Lihat penjelasanhortikultura tahunan dengan diatas
atau tanpa unit pengolahannya
3.
Budidaya tanaman perkebun- Lihat penjelasanan semusim dengan atau tanpa diatas
unit pengolahannya:
- Dalam kawasan budidaya
non kehutanan Luas > 3.000 ha
- Dalam kawasan budidaya
4.
Budidaya tanaman perkebun- Lihat penjelasanan tahunan dengan atau tanpa diatas
unit pengolahannya:
- Dalam kawasan budidaya
non kehutanan Luas > 3.000 ha
- Dalam kawasan budidaya
kehutanan Semua besaran
C.
Bidang Perikanan
Pada umumnya dampak penting yang ditimbulkan usaha budidaya tambak udang,
ikan, dan pembangunan pelabuhan perikanan adalah perubahan ekosistem perairan dan
pantai, hidrologi, dan bentang alam. Pembukaan hutan mangrove akan berdampak
terhadap habitat, jenis dan kelimpahan dari tumbuh-tumbuhan dan hewan yang berada di
kawasan tersebut.
No
Jenis Kegiatan
Skala/Besaran
Alasan Ilmiah Khusus
1. Budidaya tambak
udang/ikan dengan atau tanpa unit pengolahannya
Luas > 50 ha Rusaknya ekosistem
mangrove yang menjadi tempat pemijahan dan
pertumbuhan ikan (nursery
areas) akan mempengaruhi
tingkat produktivitas daerah setempat.
Beberapa komponen lingkungan yang akan terkena dampak adalah: kandungan bahan organik, perubahan BOD, COD, DO, kecerahan air, jumlah phytoplankton maupun peningkatan virus dan bakteri.
2. Usaha budidaya perikanan terapung (jaring apung dan
pen system):
3. Rencana pembangunan
prasarana perikanan yang berbentuk pelabuhan perikanan yang terletak di luar daerah lingkungan kerja pelabuhan umum dan memenuhi kriteria sebagai stabilitas garis pantai, potensi konflik sosial, pergeseran pola penyakit, dan dampak potensi limbah cair dan padat yang dihasilkan. ekosistem hutan, hidrologi, keanekaragaman hayati, hama penyakit, bentang alam dan
potensi konflik sosial.
No
Jenis Kegiatan
Skala/Besaran
Alasan Ilmiah Khusus
1. Usaha Pemanfaatan Hasil
Hutan Kayu (UPHHK)
2. Usaha Hutan Tanaman
(UHT)
Semua besaran Pemanenan pohon dengan
diameter tertentu berpotensi merubah struktur dan
komposisi tegakan, satwa liar dan habitatnya.
> 5.000 Ha Usaha hutan tanaman
dilaksanakan melalui sistem
E.
Bidang Kesehatan
No
Jenis Kegiatan
Skala/Besaran
Alasan Ilmiah Khusus
1. Pembangunan Rumah Kelas A dan B Berpotensi menimbulkan
Sakit atau yang setara dampak penting dalam
bentuk limbah
B3/radioaktif dan potensi penularan penyakit.
F.
Bidang Perhubungan
No
Jenis Kegiatan
Skala/Besaran
Alasan Ilmiah Khusus
1. Pembangunan Jaringan Berpotensi menimbulkan
Jalan Kereta Api dampak berupa emisi,
- Panjang > 25 km gangguan lalu lintas,
kebisingan, getaran, gangguan pandangan, ekologi dan dampak sosial.
2. Pembangunan Stasiun Stasiun kelas Berpotensi menimbulkan
Kereta Api besar dan/atau dampak berupa emisi,
kelas I gangguan lalulintas,
aksesibilitas transportasi, kebisingan, getaran, gangguan pandangan, ekologi, dampak sosial dan keamanan di sekitar kegiatan serta
membutuhkan area yang luas.
3. Konstruksi bangunan jalan Semua besaran Berpotensi menimbulkan
rel di bawah permukaan dampak berupa perubahan
tanah kestabilan lahan (land
subsidence), air tanah serta
4. Pengerukan alur pelayaran Berpotensi menimbulkan
sungai dampak penting terhadap
- Volume > 500.000 m3 sistem hidrologi dan ekologi
yang lebih luas dari batas tapak kegiatan itu sendiri. Kegiatan ini juga akan menimbulkan gangguan terhadap lalu lintas pelayaran sungai.
5. Pembangunan pelabuhan Kunjungan kapal yang
dengan salah satu fasilitas cukup tinggi dengan bobot
berikut: sekitar 5.000-10.000 DWT
a. Dermaga dengan serta draft kapal minimum
konstruksi masif 4-7m sehingga kondisi
- Panjang > 200 m kedalaman yang
- Atau luas > 6.000 m2
dibutuhkan menjadi -5 s/d -9 m LWS.
Berpotensi menimbulkan dampak penting terhadap sistem hidrologi, ekosistem, kebisingan dan dapat mengganggu proses- proses alamiah di daerah
pantai (coastal processes).
b. Penahan gelombang Berpotensi menimbulkan
(Break water/talud) dampak terhadap
- Panjang > 200 m ekosistem, hidrologi, garis
pantai dan batimetri serta mengganggu proses-
proses alamiah yang terjadi di daerah pantai.
c. Prasarana pendukung Berpotensi menimbulkan
pelabuhan (terminal, dampak berupa emisi,
gudang, peti kemas, dll) gangguan lalulintas,
- Luas aksesibilitas transportasi,
> 5 ha kebisingan, getaran,
gangguan pandangan,
d. Single Point Mooring Kunjungan kapal yang
Boey cukup tinggi dengan bobot
- Untuk kapal > 10.000 DWT sekitar 5.000 - 10.000
DWT serta draft kapal minimum 4-7m sehingga kondisi kedalaman yang dibutuhkan menjadi -5 s/d -9 m LWS.
Berpotensi menimbulkan
batimetri, ekosistem, dan mengganggu proses- proses alamiah di daerah pantai terutama apabila yang dibongkar muat minyak mentah yang berpotensi menimbulkan pencemaran laut dari tumpahan minyak.
6. Pengerukan: Berpotensi menimbulkan
a. Capital dredging dampak berupa perubahan
- Volume > 250.000 m3 kawasan yang dapat menimbulkan dampak sosial.
b. Maintenance dredging Berpotensi menimbulkan
- Volume dampak berupa perubahan
> 500.000 m3 batimetri, ekosistem, dan
mengganggu proses-
proses alamiah di daerah pantai dan membutuhkan waktu 3 s/d 6 bulan.
7. Reklamasi (pengurugan): Berpotensi menimbulkan
- Luas > 25 ha dampak terhadap sistem
- Atau volume > 5.000.000 m3 geohidrologi,
hidrooseanografi, dampak sosial, ekologi, perubahan garis pantai, kestabilan lahan, lalulintas serta mengganggu proses- proses alamiah di daerah pantai.
8. Kegiatan penempatan hasil Menyebabkan terjadinya
keruk (dumping): perubahan bentang lahan
a. Di darat : yang akan mempengaruhi
- Volume > 250.000 m3 ekologi, hidrologi setempat.
- Atau luas area > 5 ha
b. Di laut
9. Pembangunan bandar
udara baru beserta fasilitasnya
10. Pengembangan bandar
udara beserta fasilitasnya
11. Perluasan bandar udara
beserta/atau fasilitasnya:
Semua besaran Berpotensi menimbulkan
dampak terhadap
ekosistem laut, pola arus, batimetri, kestabilan pantai dan produktivitas laut yang akan menimbulkan dampak sosial.
Semua besaran Termasuk kegiatan yang
(kelas I s.d. V) berteknologi tinggi, harus
beserta hasil studi memperhatikan ketentuan
rencana induk keselamatan penerbangan
yang telah dan terikat dengan
disetujui konvensi internasional.
Berpotensi menimbulkan
Klas I, II, III, Termasuk kegiatan yang
berdasarkan berteknologi tinggi, harus
rencana memenuhi aturan
pengembangan keselamatan penerbangan
(rencana induk, dan terikat dengan
rencana tata konvensi internasional.
letak, dll) Berpotensi menimbulkan
dampak kebisingan,
> 200 KK memenuhi aturan
keselamatan penerbangan
> 100 ha dan terikat dengan
konvensi internasional. Berpotensi menimbulkan dampak kebisingan,
> 25 ha getaran, dampak sosial,
12. Pemasangan kabel bawah Semua besaran Berpotensi menimbulkan
laut dampak terhadap
ekosistem laut, pola arus, batimetri, kestabilan pantai dan produktivitas laut. Penyiapan area konstruksi dapat menimbulkan
gangguan terhadap daerah sensitif (misalnya terumbu karang).
Pengoperasian kabel bawah laut rawan terhadap gangguan aktifitas lalu lintas kapal buang sauh, penambangan pasir.
3. Teknologi Satelit : Semua besaran Berpotensi menimbulkan
- Pembangunan fasilitas dampak kebisingan,
peluncuran satelit getaran, dampak sosial,
G. Bidang Perindustrian
Berbagai potensi pencemaran, gangguan fisik dan gangguan pasokan air tersebut di
atas menimbulkan dampak sosial.
Beberapa jenis industri yang sudah memiliki teknologi memadai untuk mengatasi
dampak negatif yang muncul, sehingga tidak termasuk dalam daftar berikut, tetapi
menggunakan areal yang luas tetap wajib dilengkapi dengan AMDAL (nomor 15).
No
Jenis Kegiatan
Skala/Besaran
Alasan Ilmiah Khusus
1. Industri semen (yang Semua besaran
dibuat melalui produksi klinker)
Industri semen dengan Proses Klinker adalah industri semen yang kegiatannya bersatu dengan kegiatan penambangan, dimana terdapat proses penyiapan bahan baku, penggilingan bahan baku
(raw mill process), penggilingan
batubara (coal mill) serta proses
pembakaran dan pendinginan
klinker (Rotary Kiln and Clinker
Cooler).
Umumnya dampak yang ditimbulkan disebabkan oleh :
Penggunaan lahan yang luas.
Kebutuhan air cukup besar (3,5
ton semen membutuhkan 1 ton air).
Kebutuhan energi cukup besar
baik tenaga listrik (110 - 140 Kwh/ton) dan tenaga panas (800 - 900 Kcal/ton).
Tenaga kerja besar (+ 1-2
TK/3000 ton produk).
Potensi berbagai jenis limbah:
padat (tailing), debu (CaO, SiO2,
Al2O3, FeO2) dengan radius 2-3
km, limbah cair (sisa cooling
mengandung minyak
(CO2, SOx, NOx) dari pembakaran
energi batubara, minyak dan gas.
2. Industri pulp atau Semua besaran
industri kertas yang terintegrasi dengan industri pulp
(tidak termasuk pulp dari kertas bekas dan pulp dari industri kertas budaya)
Proses pembuatan pulp meliputi kegiatan penyiapan bahan baku, pemasakan serpihan kayu, pencucian pulp, pemutihan pulp
(bleaching) dan pembentukan
lembaran pulp yang dalam prosesnya banyak menggunakan bahan-bahan kimia, sehingga berpotensi menghasilkan limbah cair (BOD, COD, TSS), limbah gas
(H2S, SO2, NOx, Cl2) dan limbah
padat (ampas kayu, serat pulp, lumpur kering).
Umumnya dampak yang ditimbulkan disebabkan oleh :
Penggunaan lahan yang luas (0,2
ha/1.000 ton produk).
Tenaga kerja besar.
Kebutuhan energi besar (0,2
3. Industri petrokimia hulu Semua besaran Industri petrokimia hulu adalah industri yang mengolah hasil tambang mineral (kondensat) terdiri dari Pusat Olefin yang menghasilkan Benzena, Propilena dan Butadiena serta Pusat
Aromatik yang menghasilkan Benzena, Toluena, Xylena, dan Etil Benzena.
Umumnya dampak yang ditimbulkan disebabkan oleh :
Kebutuhan lahan yang luas.
Kebutuhan air cukup besar (untuk
pendingin (1 l/dt/1000 ton produk).
Tenaga kerja besar.
Kebutuhan energi relatif besar (6-
7 Kw/ton produk) disamping bersumber dari listrik juga energi gas.
Potensi berbagai limbah: gas
4. Industri pembuatan Semua besaran besi dasar atau baja
dasar (iron and steel
making) meliputi usaha
pembuatan besi dan baja dalam bentuk dasar seperti pellet bijih besi, besi spons, besi
kasar/pig iron, paduan
besi/alloy, ingot baja,
pellet baja, baja bloom
dan baja slab)
5. Industri pembuatan Semua besaran
timah hitam (Pb) dasar (termasuk industri daur ulang)
Industri pembuatan besi dasar dan baja dasar adalah merupakan industri yang mengolah besi bekas
(steel scrap) atau konsentrat biji
besi yang menggunakan tungku- tungku pembakaran baik
menggunakan energi listrik, batubara ataupun bahan bakar dengan proses pembakaran sampai dengan temperatur 1600 derajat Celcius.
Umumnya dampak yang ditimbulkan disebabkan oleh :
Potensi berbagai limbah
(termasuk B3): limbah padat (basic slag), limbah cair (minyak dan scale), gas (NOx, H2S, SO2) debu berupa scale (2-3 % dari total produk per hari).
Timah hitam (Pb) merupakan logam berat yang termasuk bahan berbahaya dan beracun (B3) yang mudah terurai. Proses
6. Industri pembuatan Semua besaran tembaga (Cu) dasar/
katoda tembaga (bahan baku dari Cu
konsentrat)
7. Industri pembuatan Semua besaran
aluminium dasar (bahan baku dari alumina)
Industri pembuatan tembaga (Cu) dasar adalah industri yang mengolah konsentrat bahan tambang. Proses pembuatannya melalui pemisahan konsentrat, peleburan dengan tungku-tungku bertemperatur tinggi dan
elektrolisa.
Umumnya dampak yang ditimbulkan disebabkan oleh :
pendinginan dan elektronika relatif besar (air bersih 5000 m3/hari dan air laut 3,3 juta m3/hari).
Potensi berbagai limbah: gas
(SO2, SOx, N2, O2 dan tail gas
Industri pembuatan aluminium dasar merupakan industri
pembuatan batangan aluminium yang menggunakan bahan baku bijih alumina yang dilakukan melalui proses peleburan, elektrolisa dan pencetakan.
Umumnya dampak yang ditimbulkan disebabkan oleh:
Penggunaan lahan yang luas
untuk bangunan pabrik dan fasilitas penunjang.
Kebutuhan energi relatif besar (+
295 ribu Mwh/hari).
Tenaga kerja sangat besar.
Kebutuhan air yang sangat besar untuk proses pendinginan (+
17.000 m3/hari).
Potensi limbah yang dihasilkan
gas (H2S, NH3, NO2, SO2 & HF) dan debu
8. Kawasan Industri Semua besaran
(termasuk komplek industri yang terintegrasi)
9. Industri galangan kapal > 4000 DWT
dengan sistem graving
dock
Kawasan industri (industrial estate) merupakan lokasi yang
dipersiapkan untuk berbagai jenis industri manufaktur yang masih prediktif, sehingga dalam
pengembangannya diperkirakan akan menimbulkan berbagai dampak penting antara lain disebabkan :
Kegiatan grading (pembentukan
muka tanah) dan runoff (air
fasilitas sosial.
Kebutuhan air bersih dengan
tingkat kebutuhan rata-rata 0,55 - 0,75 l/dt/ha.
Kebutuhan energi listrik cukup
besar baik dalam kaitan dengan jenis pembangkit ataupun trace jaringan (0,1 Mw/Ha).
Potensi berbagai jenis limbah
dan cemaran yang masih
prediktif terutama dalam hal cara pengelolaannya.
Bangkitan lalulintas.
Sistem graving dock adalah galangan kapal yang dilengkapi dengan kolam perbaikan dengan ukuran panjang 100 m, lebar 40 m, dan kedalaman 15 m dengan sistem sirkulasi.
Pembuatan kolam graving ini dilakukan dengan mengeruk laut yang dikhawatirkan akan
menyebabkan longsoran ataupun abrasi pantai.
limbah gas dan debu dari kegiatan sand blasting dan pengecatan.
10. Industri pesawat Semua besaran
terbang
11. Industri senjata, munisi Semua besaran
dan bahan peledak
Industri pesawat terbang merupakan industri strategis berteknologi tinggi yang
membutuhkan tingkat pengamanan (security) yang tinggi.
Dampak penting yang ditimbulkan berasal dari :
Pengadaan lahan untuk
bangunan pabrik dan landasan pacu.
Gangguan kebisingan dan
getaran.
Industri senjata, munisi dan bahan peledak merupakan industri yang dalam proses produksinya
12. Industri baterai kering Semua besaran (yang menggunakan
bahan baku merkuri/Hg)
13. Industri baterai basah Semua besaran
(akumulator listrik)
Industri baterai kering yang
diperkirakan menimbulkan dampak penting adalah yang menggunakan bahan baku merkuri (Hg),
mengingat merkuri ini bersifat B3 yang mempunyai efek mutagenik, teratogenik dan karsinogenik terhadap manusia.
Umumnya dampak yang ditimbulkan disebabkan oleh :
Kebutuhan tenaga kerja relatif
besar.
Kebutuhan air relatif besar baik
untuk proses (pembuatan pasta dan pemasakan baterai) maupun domestik (170 m3/hari).
Potensi berbagai jenis limbah:
padat (sludge B3, bekas
kemasan), limbah cair (Zn, Hg, Cr, COD, TSS, Mn & NH3), limbah debu dan gas (H2S, SO2, NOx, CO, NH3, Zn, Pb dan Cd).
Pada umumnya proses produksi lengkap dimulai dari grid casting (persiapan, peleburan dan
pencetakan timah hitam sebagai bahan aktif sel), lead part
(pencetakan bagian-bagian aki dari timah hitam), lead powder (proses pembentukan bubuk Pb), pasting (pembuatan pasta dengan H2SO4 pekat), formation (merupakan proses elektrolisa) dan assembling.
(sludge dari IPAL dan bekas kemasan bahan penolong).
14. Industri bahan kimia Semua besaran
organik dan anorganik
15. Kegiatan industri yang
tidak termasuk angka 1 s/d 14
pencemaran udara, air dan tanah.
Besaran untuk masing-masing tipologi kota diperhitungkan berdasarkan :
Tingkat pembebasan lahan.
Daya dukung lahan; seperti daya dukung tanah, kapasitas resapan air tanah, tingkat
kepadatan bangunan per hektar, dll.
Umumnya dampak yang ditimbulkan berupa:
Bangkitan lalulintas.
Konflik sosial.
Penurunan kualitas lingkungan.
H. Bidang Prasarana Wilayah
Kegiatan pembangunan dan pengadaan prasarana wilayah umumnya berfungsi
untuk melayani kepentingan masyarakat. Potensi konflik yang timbul sangat berkaitan
dengan tingkat kepadatan penduduk karena umumnya membutuhkan lahan yang luas
No
Jenis Kegiatan
Skala/Besaran
Keterangan
1. Pembangunan
Bendungan/Waduk atau jenis tampungan air lainnya :
- Tinggi atau > 15 m
- Luas genangan > 200 ha
2. Daerah Irigasi
a. Pembangunan baru, > 2.000 ha
dengan luas
b. Peningkatan dengan > 1.000 ha
luas tambahan
c. Pencetakan sawah, > 500 ha
luas (perkelompok)
3. Pengembangan rawa : > 1.000 ha
reklamasi rawa untuk kepentingan irigasi
4. Pembangunan pengaman
pantai dan perbaikan muara sungai:
- Jarak dihitung tegak lurus > 500 m
pantai
5. Normalisasi sungai dan
pembuatan kanal banjir: a. Kota besar/ metropolitan
- Panjang
- Volume pengerukan > 5 Km
> 500.000 m3
b. Kota sedang
- Panjang > 10 Km
- Volume pengerukan > 500.000 m3
c. Pedesaan
- Panjang > 15 Km
- Volume pengerukan > 500.000 m3
6. a. Pembangunan jalan Tol
Semua besaran
b. Pembangunan jalan > 2 Km
7. Pembangunan dan/atau peningkatan jalan dengan pelebaran di luar daerah milik jalan :
a. Kota besar/ metropolitan - Panjang atau
a. Pembuangan dengan sistem control
landfill/sanitary land fill (diluar B3)
- Luas atau > 30 ha
- Kapasitas total > 10.000 ton
b. TPA di daerah pasang surut
- Luas atau > 5 ha
- Kapasitas total > 5.000 ton
c. Pembuangan transfer
station
- Kapasitas total > 10.000 ton/hr
d. TPA dengan sistem Semua ukuran
open damping
9. Pembangunan perumahan/
pemukiman
a. Kota Metropolitan, luas > 25 ha
b. Kota Besar, luas
c. Kota sedang dan kecil, > 50 ha
luas > 100 ha
10. a. Pembangunan Instalasi > 2 ha
Pengolahan Lumpur Tinja (IPTL), termasuk fasilitas penunjangnya b. Pembangunan Instalasi
Pengolahan Air Limbah > 2 ha
c. Pembangunan sistem > 500 ha perpipaan air limbah,
luas layanan
11 Drainase Pemukiman
a. Pembangunan saluran di kota besar/ metropolitan,
panjang > 5 Km
b. Pembangunan saluran di kota sedang, panjang
> 10 Km
12 Jaringan air bersih di kota
besar/ metropolitan a. Pembangunan jaringan distribusi, luas layanan
> 500 ha
b. Pembangunan jaringan transmisdi, panjang
> 10 Km
13 Pengambilan air dari ± 250 l/dt
danau, sungai, mata air permukaan lainnya, debit pengambilan
14 Pembangunan pusat
perkantoran, tempat ibadah, pusat perdagangan/ perbelanjaan relatif terkonsentrasi :
a. Luas lahan atau > 5 ha
b. Bangunan > 10.000 m 3
15 Pembangunan kawasan
pemukiman untuk pemindahan penduduk/ transmigrasi :
- Jumlah penduduk yang > 200 kk
dipindahkan atau
I. Pertambangan Umum
No
Jenis Kegiatan
Skala/Besaran
Alasan Ilmiah Khusus
1 - Luas perizinan (KP)
- Atau luas daerah terbuka untuk pertambangan *)
*) Untuk menghindari bukaan lahan terlalu luas
2. Tahap eksploitasi produksi
: Lama kegiatan juga akan memberikan dampak penting terhadap kualitas udara, kebisingan, getaran apabila menggunakan peledak, serta dampak dari limbah cair yang dihasilkan.
Sampai saat ini bahan
radioaktif digunakan
sebagai bahan bakar reaktor nuklir maupun senjata nuklir. Oleh sebab itu, selain dampak penting yang dapat ditimbulkan, keterkaitannya dengan masalah pertahanan dan keamanan menjadi alasan mengapa kegiatan ini wajib dilengkapi AMDAL untuk semua besaran.
Timah hitam (Pb)
merupakan logam berat yang termasuk bahan berbahaya dan beracun (B3) yang mudah terurai. Dalam lingkungan perairan, sifat mudah terurai tersebut menyebabkan Pb mudah tersedia secara biologis
3. Tambang di laut
4. Melakukan Submarine
Tailing Disposal
5. Melakukan pengolahan
bijih dengan proses sianidasi
6. Eksploitasi dan
pengembangan Uap Panas Bumi dan/atau
Pembangunan Panas Bumi
7 Pembangunan PLTA
dengan :
a. Tinggi Bendung atau b. Luas Genangan atau c. Aliran Langsung
(kapasitas daya)
8 Pembangunan Pusat Listrik
dari jenis lain (surya, angin, biomassa dan gambut)
Semua besaran Berpotensi menimbulkan
dampak berupa perubahan batimetri, ekosistem, mengganggu alur pelayaran dan proses- proses alamiah di daerah pantai termasuk
menurunnya produktivitas kawasan yang dapat menimbulkan dampak sosial.
Semua besaran Memerlukan lokasi khusus
dan berpotensi
menimbulkan dampak berupa perubahan batimetri, ekosistem, mengganggu proses- proses alamiah di daerah pantai termasuk
Semua besaran Menggunakan Bahan
J.
Ketenaga Listrikan
No
Jenis Kegiatan
Skala/Besaran
Alasan Ilmiah Khusus
1. Pembangunan jaringan > 150 KV Keresahan masyarakat
transmisi karena gangguan
kesehatan akibat transmisi Aspek sosial, ekonomi dan budaya terutama pada pembebasan lahan dan keresahan masyarakat
2. Pembangunan > 100 MW Berpotensi menimbulkan
PLTD/PLTG/PLTU/ dampak pada :
PLTGU Aspek fisik kimia,
terutama pada kualitas udara (emisi, ambient dan kebisingan) dan kualitas air (ceceran minyak pelumas, limbah bahang dll) serta air tanah.
Aspek sosial, ekonomi
dan budaya, terutama pada saat pembebasan lahan dan pemindahan penduduk.
3. Eksploitasi dan > 35 MW Berpotensi menimbulkan
pengembangan Uap Panas dampak pada:
Bumi dan atau Aspek fisik-kimia,
Pembangunan Panas Bumi terutama pada kualitas
udara (bau dan
kebisingan) dan kualitas air.
Aspek flora fauna.
Aspek sosial, ekonomi
4. Pembangunan PLTA dengan :
a. Tinggi bendung b. Luas genangan atau c. Aliran Langsung atau
(kapasitas daya) Termasuk dalam kategori
“large dam” (bendungan merusak lingkungan di bagian hilirnya.
Pada skala ini dibutuhkan spesifikasi khusus baik bagi material dan desain
konstruksinya.
Pada skala ini diperlukan
quarry/burrow area yang
besar, sehingga berpotensi menimbulkan dampak. Dampak pada hidrologi.
K. Minyak dan Gas Bumi
No
Jenis Kegiatan
Skala/Besaran
1. Eksploitasi Migas dan
Pengembangan Produksi di darat
a. Lapangan minyak > 5.000 BOPD
(Barrer oil per
2. Eksploitasi Migas dan Semua besaran
Pengembangan Produksi di laut
3. Transmisi Migas (tidak
termasuk pemipaan di
Pencemaran udara, air. Pertimbangan ekonomis. Perubahan Ekosistem laut.
Pembebasan lahan cukup luas (dapat lintas
kabupaten/kota).
Pelaksanaan konstruksi
dapat meningkatkan erosi tanah.
Ada potensi perambahan ROW oleh kegiatan atau aktifitas penduduk.
b. Di laut Semua besaran
4. Pembangunan kilang:
a. LPG 50 MMSCFD
Penyiapan area konstruksi dapat menimbulkan
gangguan terhadap daerah sensitif.
Pengoperasian pipa rawan terhadap gangguan aktifitas lalu lintas kapal buang
sauh, penambangan pasir. Tekanan operasi pipa cukup tinggi sehingga berbahaya terhadap kegiatan/aktifitas nelayan, tambang pasir dan alur pelayaran.
Potensi konflik sosial. Merupakan industri strategis.
Potensi dampak dari sarana penunjang khusus.
Proses pengolahan
menggunakan bahan yang
berpotensi menghasilkan
Membutuhkan area yang cukup luas.
5. Pembangunan kilang minyak
6. Kilang minyak pelumas
bekas (termasuk fasilitas penunjang)
10.000 BOPD Potensi konflik sosial.
Merupakan industri strategis.
Potensi dampak dari sarana penunjang khusus. limbah gas, padat dan cair yang cukup besar. ekosistem yang lebih luas.
10.000 ton/th Potensi konflik sosial.
Merupakan industri strategis.
L. Geologi Data Lingkungan
No
Jenis Kegiatan
Skala/Besaran
Alasan Ilmiah Khusus
1. Pengambilan air bawah ≥ 50 m3 (dari 1 Potensi perubahan dan
tanah (sumur dangkal, sumur, atau dari 5 gangguan sistem
sumur tanah dalam dan sumur dalam areal geohidrologi.
mata air) ≤ 10 ha Potensi intrusi air laut.
M. Pariwisata
Pada umumnya dampak penting yang ditimbulkan adalah gangguan terhadap
ekosistem, hidrologi, bentang alam dan potensi konflik sosial.
No
Jenis Kegiatan
Skala/Besaran
Alasan Ilmiah Khusus
1 Taman Rekreasi > 100 ha
2 Kawasan Pariwisata Semua besaran
3 Hotel:
- Jumlah kamar , atau > 200 unit
- Luas bangunan > 5 ha
4 Lapangan golf Semua besaran
(tidak termasuk driving range)
Berpotensi menimbulkan
dampak berupa gangguan lalu lintas, aksesibilitas lalu lintas, pembebasan lahan, & sampah.
Berpotensi menimbulkan
dampak berupa perubahan fungsi lahan/kawasan, gangguan lalu lintas, pembebasan lahan, dan sampah.
Berpotensi menimbulkan
dampak dari kegiatan laundry,
kebutuhan air yang besar, bangkitan lalu lintas & sampah.
Berpotensi menimbulkan dampak dari penggunaan pestisida/herbisida, limpasan
air permukaan (run off), serta
N. Pengembangan Nuklir
Secara umum, kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan pengembangan dan
penggunaan teknologi nuklir selalu memiliki potensi dampak dan resiko radiasi. Persoalan
kekhawatiran masyarakat yang selalu muncul terhadap kegiatan-kegiatan ini juga
menyebabkan kecenderungan terjadinya dampak sosial.
No
Jenis Kegiatan
Skala/Besaran
Alasan Ilmiah Khusus
1 Pembangunan dan
pengoperasian reaktor nuklir :
a. Reaktor Penelitian Daya > 100 KWt Potensi dampak
pengoperasian reaktor
penelitian dengan daya <100 KWt terbatas pada lokasi reaktor.
b. Reaktor Daya (PLTN) Semua instalasi Keamanan konstruksi.
Beresiko tinggi.
Dampak radiasi pada tahap decomisioning (pasca operasi). Transportasi, penyimpanan dan
pembuangan bahan baku dan sisa-sisa bahan radioaktif.
2. Pembangunan dan
pengoperasian instalasi nuklir non reaktor
a. Fabrikasi bahan bakar Produksi > 50 Secara teknoekonomik,
nuklir elemen fabrikasi bahan bakar nuklir
bakar/tahun selalu memiliki kapasitas
minimal 50-100 elemen bakar/tahun.
b. Pengolahan dan Produksi > 100 Debu radioaktif yang
pemurnian uranium ton yellow terlepas akan terakumulasi
cake/tahun dalam berbagai komponen
ekosistem.
c. Pengolahan limbah Semua instalasi Debu radioaktif yang
radioaktif terlepas akan terakumulasi
d. Pembangunan Iradiator Aktivitas sumber
(Kategori II s/d IV) > 37.000 TBq
(terra becquerel = 100.000 Ci - Curie)
e. Produksi Radioisotop Semua instalasi
f. Produksi kaos lampu Semua instalasi
Membutuhkan air pendingin yang telah didemineralisasi dalam kolam beton. Apabila kebocoran radiasi ke lingkungan.
menggunakan thorium (Th) yang memiliki
radiotoksisitas yang sangat tinggi.
O. Bidang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
Kegiatan yang menghasilkan limbah B3 berpotensi menimbulkan dampak
terhadap lingkungan dan kesehatan manusia, terutama kegiatan yang dipastikan akan
mengkonsentrasikan limbah B3 dalam jumlah besar sebagaimana tercantum dalam tabel.
Kegiatan-kegiatan ini juga secara ketat diikat dengan perjanjian internasional (konvensi
Basel) yang mengharuskan pengendalian dan penanganan yang sangat seksama dan
terkontrol.
No
Jenis Kegiatan
Skala/Besaran
Alasan Ilmiah Khusus
1 Pengumpulan, Semua kegiatan yang bersifat Lihat penjelasan diat
pemanfaatan, jasa pelayanan, komersial,
pengolahan menetap dan mengelola
dan/atau berbagai jenis dan sifat limbah
penimbunan limbah B3 (tidak termasuk kegiatan
Bahan Berbahaya skala kecil seperti pengumpulan
dan Beracun (B3) minyak pelumas bekas, minyak
sebagai kegiatan kotor dan "slop oil", pemanfaatan
P. Rekayasa Genetika
Kegiatan-kegiatan yang menggunakan hasil rekayasa genetika berpotensi
menimbulkan dampak terhadap kesehatan manusia dan keseimbangan ekosistem.
No
Jenis Kegiatan
Skala/Besaran
Alasan Ilmiah Khusus
1. Introduksi jenis-jenis
tanaman, hewan, dan jasad renik produk
bioteknologi hasil rekayasa genetika
2. Budidaya produk
bioteknologi hasil rekayasa genetika
Semua besaran Lihat penjelasan diatas
Semua besaran Lihat penjelasan diatas
*) Catatan :
Kota Metropolitan :
Kota Besar :
UndangUndang Nomor : 23 tahun 1997, maka Peraturan Pemerintah Nomor : 51 Tahun
1993 (AMDAL) sebagai penjabaran pelaksanaan Undang-Undang Nomor : 4 tahun
1982, disempurnakan dan diganti dengan Peraturan Pemerintah Nomor : 27 tahun 1999
yang telah mengakomodir wacana otonomi daerah, sehingga dimungkinkan pembahasan
dan penilaian AMDAL oleh Pemerintah Daerah.
Komisi Penilai AMDAL adalah komisi yang bertugas menilai dokumen AMDAL. Di
tingkat pusat berkedudukan di Kementerian Lingkungan Hidup, di tingkat Propinsi
berkedudukan di Bapedalda/lnstansi pengelola lingkungan hidup Propinsi, dan di tingkat
Kabupaten/Kota berkedudukan di Bapedalda/lnstansi pengelola lingkungan hidup
Kabupaten/Kota. Unsur pemerintah lainnya yang berkepentingan dan warga masyarakat
yang terkena dampak diusahakan terwakili di dalam Komisi Penilai ini. Tata kerja dan
komposisi keanggotaan Komisi Penilai AMDAL ini diatur dalam Keputusan Menteri
Negara Lingkungan Hidup, sementara anggota-anggota Komisi Penilai AMDAL di propinsi
dan kabupaten/kota ditetapkan oleh Gubernur dan Bupati/Walikota.
melakukan :
1. Kajian dan persetujuan terhadap KA-ANDAL, ANDAL dan RKL/RPL yang
dirumuskan oleh pemrakarsa kegiatan;
2. Penyampaian laporan hasil kajian yang dilakukan kepada Walikota/Bupati yang
bersangkutan (sesuai dengan PP No. 27/1999 mengenai AMDAL, pasal 8, dalam
RPIJM yang dimaksudkan sebagai Komisi AMDAL adalah Komisi AMDAL tingkat
Kabupaten/Kota).
Dengan adanya desentralisasi AMDAL, kewenangan penilaian dan pengawasan
juga sudah mulai diserahkan kepada daerah dengan tingkatan yang disesuaikan. Hal
tersebut dilaksanakan dengan asumsi atau pertimbangan bahwa daerah lebih mengetahui
kondisi lingkungannya, pengawasan akan lebih efektif, mendorong masyarakat setempat
terlibat aktif dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan ekploitasi sumberdaya
alam yang dimilikinya, transparansi dan akuntabilitas dalam sistem pemerintahan.
Komisi penilai AMDAL daerah kabupaten/kota mempunyai wewenang untuk
menilai semua rencana usaha dan/atau kegiatan diluar kewenangan Pusat dan Provinsi
berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup tentang jenis usaha dan/atau
kegiatan yang wajib dilengkapi dengan dokumen lingkungan
.
6.6. Rencana Pemantauan Safeguard Sosial Dan Lingkungan
6.6.1. Prinsip Dasar Safeguard Pengadaan Tanah Dan Pemukiman Kembali
Pengadaan tanah dan pemukiman kembali biasanya terjadi jika kegiatan investasi
berlokasi di atas tanah yang bukan milik pemerintah atau telah ditempati oleh
swasta/masyarakat selama lebih dari satu tahun. Prinsip utama pengadaan tanah adalah
bahwa semua langkah yang diambil harus dilakukan untuk meningkatkan, atau sedikitnya
memperbaiki, pendapatan dan standar kehidupan warga yang terkena dampak akibat
kegiatan pengadaan tanah ini. Pengadaan tanah dan pemukiman kembali atau land
acquisition and resettlement untuk kegiatan RPIJM mengacu pada prinsip-prinsip sebagai
berikut :
1. Transparan : Sub proyek dan kegiatan yang terkait harus diinformasikan secara
transparan kepada pihak-pihak yang akan terkena dampak. Informasi harus
mencakup, antara lain, daftar warga dan aset (tanah, bangunan, tanaman, atau
lainnya) yang akan terkena dampak;
terlibat dalam seluruh tahap perencanaan proyek, seperti: penentuan lokasi
proyek, jumlah dan bentuk kompensasi/ganti rugi, serta lokasi tempat pemukiman
kembali;
3. Adil : Pengadaan tanah tidak boleh memperburuk kondisi kehidupan DP. Warga
tersebut memiliki hak untuk mendapatkan ganti rugi yang memadai, seperti tanah
pengganti dan/atau uang tunai yang setara dengan harga pasar tanah dan
asetnya. Biaya terkait lainnya, seperti biaya pindah, pengurusan surat tanah, dan
pajak, harus ditanggung oleh pemrakarsa kegiatan. DP harus diberi kesempatan
untuk dapat mengkaji rencana pengadaan tanah ini secara terpisah di antara
mereka sendiri dan menyetujui syarat-syarat dan jumlah ganti rugi dan/atau
pemukiman kembali;
4. Warga yang terkena dampak harus sepakat atas ganti rugi yang ditetapkan atau
jika memungkinkan, secara sukarela mengkontribusikan/hibah sebagian tanahnya
pada kegiatan. Dalam kasus dimana tanah dihibahkan secara sukarela, DP akan
melakukan musyawarah dalam forum stakeholder untuk menjamin bahwa hibah
benar-benar dilakukan secara sukarela tanpa paksaan dari pihak manapun;
5. Kontribusi/hibah tanah secara sukarela hanya dapat dilakukan bila:
DP mendapatkan manfaat yang jauh lebih besar dibandingkan dengan harga
tanah miliknya (dibuktikan dengan perhitungan yang disepakati kedua belah
pihak); dan
Tanah yang dihibahkan nilainya <_ 10 % dari nilai tanah, bangunan atau aset
lain yang produktif dan nilainya < 1(satu) juta Rupiah.
Kesepakatan kontribusi sukarela tersebut harus ditandatangani kedua belah pihak
setelah DP melakukan diskusi secara terpisah. Safeguard Monitoring Team atau
SMT harus dapat menjamin bahwa tidak ada tekanan pada DP untuk melakukan
kontribusi tanah secara sukarela. Persetujuan tersebut harus didokumentasikan
secara formal ;
1. Kegiatan investasi harus sudah menentukan batas-batas lahan yang
diperlukan, jumlah warga yang terkena dampak, informasi umum mengenai
pendapatan serta status pekerjaan DP, dan harga tanah yang berlaku yang
diusulkan oleh pemrakarsa kegiatan dan didukung oleh NJOP, sebelum
pembebasan tanah (dengan atau tanpa pemukiman kembali/resettlement)
dilakukan;
40 KK, atau melibatkan pemindahan lebih dari 100 orang atau 20 KK, harus
didukung dengan Rencana Tindak Pengadaan Tanah dan Pemukiman
Kembali atau RTPTPK yang menyeluruh.
3. Jika kegiatan investasi hanya akan mengakibatkan dampak pada kurang dari
200 orang atau 40 KK atau berdampak pada kurang dari 10% aset produktif
atau hanya melakukan pemindahan penduduk secara temporer (sementara)
selama masa konstruksi, harus didukung dengan RTPTPK sederhana.
4. RTPTPK menyeluruh atau RTPTPK sederhana dan pelaksanaannya menjadi
tanggung jawab pemrakarsa kegiatan, dimonitor oleh Tim Pemantauan
Safeguard.
5. Perhitungan ganti rugi bagi DP. Terdapat beberapa alternatif cara untuk
menghitung ganti rugi, yakni:
perhitungan ganti rugi tanah berdasarkan nilai pasar tanah di lokasi yang
memiliki karakteristik ekonomi yang serupa pada saat pembayaran
kompensasi ganti rugi dilakukan;
Perhitungan kompensasi ganti rugi bangunan berdasarkan nilai pasar
bangunan dengan kondisi yang serupa di lokasi yang sama;
Perhitungan ganti rugi untuk tanaman berdasarkan nilai pasar tanaman
yang sama ditambah dengan biaya atas kerugian non material lainnya;
dan
Perhitungan ganti rugi untuk aset lainnya diganti dengan aset yang paling
tidak sama, atau ganti rugi uang tunai setara dengan harga untuk
memperoleh aset yang sama.
Pihak yang dapat terkena dampak pembebasan tanah dan/atau pemukiman
dipindahkan dalam kegiatan sub proyek dapat berupa warga/individu, entitas,
atau badan hukum. Adapun bentuk dampak yang diakibatkan dapat berupa :
dampak fisik, seperti dampak pada tanah, bangunan, tanaman dan aset
produktif lainnya; dan
Dampak non-fisik, seperti dampak lokasi, akses pada tempat kerja atau
prasarana, dan sebagainya.
6. Berkenanaan dengan hak hukum atas tanah, DP dapat dikelompokkan
menjadi:
termasuk hak adat dan ulayat;
Warga yang tidak memiliki hak atas tanah akan tetapi
menguasai/menggarap lahan atau aset lannya (hak garap);
Warga yang menguasai tanah berdasarkan perjanjian dengan pemilik
tanah (hak sewa);
Warga yang menguasai/menempati tanah/lahan tanpa landasan hukum
ataupun perjanjian dengan pemilik tanah (sering disebut sebagai
squatter); dan
Warga yang mengelola tanah wakaf (tanah yang dihibahkan untuk
kepentingan agama).
6.6.2. Prosedur Safeguard Pembebasan Tanah Dan Pemukiman Kembali
Panduan kerangka safeguard pembebasan tanah dan pemukiman kembali
dirumuskan berdasarkan sejumlah regulasi terkait yang berlaku, antara lain
sesuai dengan Keputusan Presiden No. 55/1993 tentang pembebasan tanah
untuk pembangunan bagi kepentingan umum. Prosedur pelaksanaan safeguard
pembebasan tanah dan pemukiman kembali terdiri dari beberapa kegiatan
utama yang meliputi: pentapisan awal dari usulan kegiatan untuk melihat apakah
kegiatan yang bersangkutan memerlukan pembebasan tanah atau kegiatan
pemukiman kembali atau tidak; pengklasifikasian/kategorisasi dampak
pembebasan tanah dan pemukiman kembali dari sub proyek yang diusulkan
sesuai tabel; perumusuan surat pernyataan bersama (jika melibatkan hibah
sebidang tanah secara sukarela) atau perumusan Rencana Tindak Pembebasan
Tanah dan Pemukiman Kembali atau (RTPTPK) sederhana atau menyeluruh
sesuai kebutuhan didukung SK Gubernur/Bupati/Walikota.
Pembebasan tanah (dan pemukiman kembali) yang telah selesai dilaksanakan
sebelum usulan sub proyek disampaikan, harus diperiksa kembali (recheck)
dengan tracer study. Tracer study ini dimaksudkan untuk menjamin bahwa
proses pembebasan tanah telah sesuai dengan standar yang berlaku, tidak
mengakibatkan kondisi kehidupan DP menjadi lebih buruk, dan mekanisme
6.6.3. Prinsip Dasar dan Prosedur Safeguard Lingkungan Hidup
Bahwa dengan diberlakukannya UU No. 4 Th. 1982 yang disempurnakan dan
diganti dengan UU No. 23 Th. 1997, masalah lingkungan hidup telah menjadi faktor
penentu dalam proses pengambilan keputusan pemanfaatan dan pengolahan SDA.
Pembangunan tidak lagi menempatkan SDA sebagai modal, tetapi sebagai satu kesatuan
ekosistem yang di dalamnya berisi manusia, lingkungan alam dan/atau lingkungan buatan
yang membentuk kesatuan fungsional, saling terkait dan saling tergantung dalam
keteraturan yang bersifat spesifik, berbeda dari satu tipe ekosistem ke tipe ekosistem
yang lain. Oleh sebab itu, pengelolaan lingkungan hidup bersifat spesifik, terpadu, holistik
dan berdimensi ruang.
Berdasarkan UU No. 23 Th. 1997 lingkungan hidup diartikan sebagai kesatuan
ruang dengan kesemua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia
dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan
manusia serta makhluk hidup lainnya. Sedangkan pengelolaan lingkungan hidup
didefinisikan sebagai upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup yang
meliputi kebijaksanaan penataan, pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan,
pemulihan, pengawasan dan pengendalian lingkungan hidup. Pada Bab II pasal 4 UU No.
23 Th. 1997 dikemukakan bahwa sasaran pengelolaan lingkungan hidup adalah :
a. Tercapainya keselarasan, keserasian, dan keseimbangan antara manusia dan
lingkungan hidup.
b. Terwujudnya manusia Indonesia sebagai insan lingkungan hidup yang mempunyai
sikap dan tindak melindungi dan membina lingkungan hidup.
c. Terjaminnya kepentingan generasi masa kini dan generasi masa mendatang.
d. Tercapainya kelestarian fungsi lingkungan hidup.
e. Terkendalinya pemanfaatan sumberdaya secara bijaksana.
f. Terlindunginya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dari dampak usaha
dan/atau kegiatan di luar wilayah negara yang menyebabkan pencemaran dan
kerusakan lingkungan hidup.
Dari sasaran-sasaran pengelolaan lingkungan hidup di atas, terlihat bahwa
kelestarian fungsi lingkungan hidup merupakan sasaran utama yang dapat diukur.
Menurut bab V UU No. 23 Th. 1997 tentang pelestarian fungsi lingkungan hidup,
dinyatakan bahwa kelestarian fungsi lingkungan hidup dapat diukur dengan dua
parameter utama, yaitu Baku Mutu Lingkungan Hidup dan Kriteria Baku Kerusakan
Lingkungan Hidup. Dua parameter ini menjadi ukuran/indikator apakah rencana usaha
dan/atau kegiatan dapat menimbulkan dampak besar dan penting bagi lingkungan hidup.
Lingkungan (AMDAL) pasal 3 menyebutkan bahwa usaha dan/atau kegiatan yang
kemungkinan dapat menimbulkan dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup
meliputi :
a. Pengubahan bentuk lahan dan bentang alam.
b. Eksploitasi sumberdaya alam baik yang terbaharui maupun yang tidak terbaharui.
c. Proses dan kajian yang secara potensial dapat menimbulkan pemborosan,
pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup, serta kemerosotan sumberdaya
alam dalam pemanfaatannya.
d. Proses dan kegiatan yang hasilnya dapat mempengaruhi lingkungan alam,
lingkungan buatan, serta lingkungan sumberdaya.
e. Proses dan kegiatan yang hasilnya akan mempengaruhi pelestarian kawasan
konservasi sumberdaya alam dan/atau perlindungan cagar budaya.
f. Introduksi jenis tumbuh-tumbuhan, jenis hewan dan jasad renik.
g. Pembuatan dan penggunaan bahan hayati dan non-hayati.
h. Penerapan teknologi yang diperkirakan mempunyai potensi besar untuk
mempengaruhi lingkungan hidup.
i. Kegiatan yang mempunyai resiko tinggi dan dapat mempengaruhi pertahanan
negara.
Menurut keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan No. 19 Th.
2000 tentang Pedoman Penyusunan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup pada
lampiran II dikemukakan bahwa pada studi AMDAL, terdapat empat kelompok parameter
komponen lingkungan hidup, yaitu :
1. Fisik - kimia (Iklim, kualitas udara dan kebisingan; Demografi; Fisiografi; Hidro-
Oceanografi; Ruang; Lahan dan Tanah; dan Hidrologi),
2. Biologi (Flora; Fauna)
3. Sosial (Budaya; Ekonomi; Pertahanan/keamanan)
4. Kesehatan masyarakat.
Dengan evaluasi parameter komponen lingkungan pada setiap kegiatan
(prakonstruksi, konstruksi, pasca konstruksi) terhadap Baku Mutu Lingkungan Hidup dan
Kriteria Baku Kerusakan Lingkungan Hidup akan dapat ditentukan dampak penting (positif
dan negatif) parameter lingkungan hidup.
Hasil kajian dampak penting parameter lingkungan hidup dari setiap kegiatan
selanjutnya diorganisasikan ke dalam tiga buku laporan yang terpisah, yaitu 1) Analisis
Dampak Lingkungan/Andal, 2) Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup/RKL, 3) Rencana
Pemantauan Lingkungan Hidup/ RPL. Ketiga dokumen ini (dokumen AMDAL) merupakan