• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan minat dan prestasi belajar IPA materi fase-fase bulan kelas IV Sekolah Dasar Kanisius Jetisdepok dengan pendekatan kontekstual - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Peningkatan minat dan prestasi belajar IPA materi fase-fase bulan kelas IV Sekolah Dasar Kanisius Jetisdepok dengan pendekatan kontekstual - USD Repository"

Copied!
240
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENINGKATAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR IPA MATERI FASE-FASE BULAN KELAS IV SEKOLAH DASAR KANISIUS JETISDEPOK

DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Guru Sekolah Dasar

Oleh : Tri Wahyuningsih

NIM: 101134026

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)
(3)
(4)

iv

PERSEMBAHAN

Skripsi ini ku persembahkan untuku

 Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis skripsi ini dapat selesai tepat waktunya.

 Kedua orang tuaku yang senantiasa memberikan dukungan moral dan materiil kepadaku serta doa yang tak pernah putus untukku demi kesuksesan dan kelancaran hidupku.

 Kakak-kakakku yang memberikan dukungan kepadaku.  Sahabat-sahabatku yang menjadi tempat curahan hati

(5)

v MOTTO

Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan,

maka apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan),

kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan yang lain).

Dan hanya kepada Tuhan-mulah hendaknya kamu

berharap. (Qs 94:6-8)

Barang siapa menempuh suatu jalan untuk mencari ilmu

pada Allah akan memudahkan padanya jalan menuju

Syurga. (HR. Muslim)

Ilmu itu besar pangkatnya, tidak ada yang menyenangi

ilmu, kecuali orang-orang yang kuat. (Az-Zuhry)

Mungkin hasil paling berharga dari pendidikan ialah

kemampuan kita untuk mengerjakan hal-hal yang harus

kita kerjakan, tidak peduli pekerjaan itu kita sukai atau

(6)
(7)
(8)

viii ABSTRAK

PENINGKATAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR IPA MATERI FASE-FASE BULAN KELAS IV SEKOLAH DASAR KANISIUS JETISDEPOK

DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL Oleh:

Tri Wahyuningsih

Pembelajaran di SD Kanisius Jetisdepok kelas IV menggunakan metode ceramah. Siswa menjadi pasif dan tidak dapat berkembang untuk menemukan pengetahuannya sendiri. Hal itu membuat minat dan prestasi belajar siswa rendah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan minat dan prestasi belajar siswa kelas IV materi fase-fase bulan. Peningkatan minat dan prestasi belajar ditempuh dengan melakukan penelitian tindakan kelas yang terdiri dari dua siklus. Dimana setiap siklus terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.

Hasil penelitian data awal skala minat siswa, presentase minat siswa di atas rata-rata yaitu 52,63% dengan kategori rendah. Presentase siklus I yaitu 63,15% dengan kategori cukup. Presentase siklus II yaitu 94% dengan kategori tinggi. Hasil penelitian observasi minat siswa, data awal dan siklus I hasil presentase di atas rata-rata sama yaitu 47,36% dengan kategori rendah. Presentase siklus II yaitu 47,36% dengan kategori rendah. Presentase siklus II yaitu 63,15% dengan kategori cukup. Hasil penelitian prestasi belajar, rata-rata kondisi awal yaitu 58,95 belum tuntas KKM. Rata-rata siklus I yaitu 69,47 belum tuntas KKM. Rata-rata siklus II yaitu 86,84 tuntas KKM.

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa skala minat belajar siswa menggunakan pendekatan kontekstual mengalami peningkatan. Observasi minat belajar siswa menggunakan pendekatan kontekstual mengalami peningkatan. Prestasi belajar siswa menggunakan pendekatan kontekstual mengalami peningkatan.

(9)

ix ABSTRACK

ENHANCEMENT INTERESTS AND ACHIEVEMENT OF LEARNING IPA ABOUT MOON PHASES OF THE CLASS IV ELEMENTARY SCHOOL OF

KANISIUS JETISDEPOK OF CONTEXTUAL APPROACH By:

Tri Wahyuningsih

Learning in elementary school Kanisius Jetisdepok class IV uses the method given. Students become passive and cannot be developed to find his own. It creates interest and student learning achievement is low.

This research aims to know the increased interest and learning achievements of students of class IV moon phases of matter. Increasing interest and achievement iearn traveled to do research action class consisting of two cycles. In which every single cycle consists of planning and implementation observation, and reflection.

The study results preliminary data the scale of interest interest percentage of students, students above average namely 52,63% with low category. The percentage the cycle I namely 63,15 % with category enough. The percentage that is the cycle II 94 % with category high. The research observation interest students, preliminary data and cycle I results percentage above average same namely 47,36 % with category low. Percentage of the cycle II namely 47,36% with low category. The percentage the cycle II namely 63,15 % with category enough. The research achievement learning, average initial conditions 58,95 is still going KKM. Average cycle I 69,47 is still going KKM.Average cycle II namely 86,84 KKM completed.

From the research can be concluded that scale interest learning students use approach contextual increasing. Observation interest to study for students using contextual approach is increasing. Learning achievement of students using a contextual approach has increased.

(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Karya tulis yang berjudul “Peningkatan Minat dan Prestasi Belajar IPA Materi Fase-Fase Bulan Kelas IV Sekolah Dasar Kanisius Jetisdepok dengan Pendekatan Kontekstual” ini, disusun untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan Studi Program Strata 1 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini, tidak akan berjalan dengan baik tanpa bantuan, bimbingan, dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada:

1. Bapak Rohandi, Pd.D, selaku Dekan FKIP Universitas Sanata Dharma. 2. Rm. Gregorius Ari Nugrahanta, S.J., S.S., BST., M.A, selaku Kaprodi

Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma.

3. Bapak Drs. Antonius Tri Priantara, M. For. Sc selaku dosen pembimbing I yang telah membimbing dan mendampingi penulisan proses penyusunan skripsi ini.

4. Ibu Laurensia Aptik Evanjeli, M.A. selaku dosen pembimbing II yang telah membantu membimbing dan mendampingi penulisan skripsi.

5. Ibu Florentina Rusmini, S.Pd, selaku Kepala Sekolah SD Kanisius Jetisdepok, yang telah memberi izin kepada penulis untuk mengadakan penelitian.

6. Bapak Antonius Aji Sampurna, selaku guru kelas IV SD Kanisius Jetisdepok, yang berkenan membantu dan menjadi mitra penulis dalam melaksanakan penelitian.

(11)
(12)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN LEMBAR PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

HALAMAN LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

2.1.1.1 Pengertian Pendekatan Kontekstual ... 7

2.1.1.2 Prinsip-prinsip Ilmiah Pendekatan Kontekstual ... 8

(13)

xiii

2.1.2 Prestasi Belajar ... 13

2.1.2.1 Pengertian Belajar ... 13

2.1.2.2 Pengertian Prestasi Belajar ... 16

2.1.2.3 Aspek Prestasi Belajar ... 17

2.1.3 Minat Belajar ... 18

2.1.3.1 Pengertian Minat Belajar ... 18

2.1.3.2 Indikator Minat Belajar ... 20

2.1.3.3 Faktor Pendorong Minat Belajar ... 22

2.1.4 Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar ... 24

3.6 Validitas, Reliabilitas, dan Indeks Kesukaran Soal ... 56

3.7 Teknik Analis Data ... 66

BAB IV HASILPENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 71

4.1 Hasil Penelitian ... 71

4.1.1 Proses Penelitian Tindakan Kelas ... 71

4.1.1.1 Siklus I ... 71

(14)

xiv

4.1.2 Minat Siswa ... 82

4.1.2.1 Skala Minat Siswa ... 85

4.1.2.2 Observasi Minat Belajar Siswa ... 84

4.1.2.3 Prestasi Belajar Siswa ... 86

4.2 Pembahasan ... 87

4.2.1 Minat Siswa ... 87

4.2.2 Prestasi Belajar ... 92

BAB V PENUTUP ... 95

5.1 Kesimpulan ... 95

5.2 Keterbatasan Penelitian ... 97

5.3 Saran ... 97

(15)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian dan Pengambilan Data ... 44

Tabel 2. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar ... 53

Tabel 3. Blue Print Skala Minat ... 54

Tabel 4. Blue Print Observasi Minat ... 55

Tabel 5. Kisi-kisi Soal Pilihan Ganda ... 56

Tabel 6. Perhitungan SPSS Skala Minat ... 58

Tabel 7. Hasil Perhitungan Validasi Perangkat Pembelajaran ... 59

Tabel 8. Kriteria Validasi Perangkat Pembelajaran ... 60

Tabel 9. Hasil Perhitungan SPSS Tes Prestasi ... 61

Tabel 10. Koefisien Reliabilitas ... 63

Tabel 11. Kategori Tingkat Kesukaran Soal ... 64

Tabel 12. Analisa Soal Indeks Kesukaran Siklus I ... 64

Tabel 13. Analisa Soal Indeks Kesukaran Siklus II ... 65

Tabel 14. Perhitungan PAP II ... 67

Tabel 15. Kategori Tingkat Minat Siswa ... 68

Tabel 16. Kriteria Keberhasilan Skala Minat Siswa ... 70

Tabel 17. Kriteria Keberhasilan Observasi Minat Siswa ... 70

Tabel 18. Kriteria Keberhasilan Tes Prestasi Belajar Siswa ... 70

Tabel 19. Skor Rata-rata Skala Minat Siswa ... 83

Tabel 20. Observasi Minat Belajar Siswa ... 85

Tabel 21.Skor Tes Prestasi ... 87

Tabel 22.Peningkatan Skala Minat Siswa ... 89

Tabel 23. Peningkatan Observasi Minat ... 91

(16)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Pasang Surut Air Laut ... 28

Gambar 2 Permukaan Air Naik Pada Saat Pasang Naik ... 29

Gambar 3 Ketinggian Permukaan Air Turun Pada Saat Pasang Surut ... 29

Gambar 4 Kedudukan Bumi, Bulan, Dan Matahari Pada Fase Bulan ... 31

Gambar 5 Fase-Fase Bulan ... 31

Gambar 6 Fase-Fase Bulan Selama Satu Bulan ... 32

Gambar 7 Gerhana Matahari Dan Gerhana Bulan ... 34

Gambar 8 Skema ... 39

Gambar 9 Model Penelitian Tindakan Kelas ... 42

Gambar 10 Diagram Skala Peningkatan Minat Belajar Siswa... 84

Gambar 11 Diagram Observasi Peningkatan Minat Belajar Siswa ... 85

(17)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Silabus ... 100

Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 105

Lampiran 3 Lembar Kerja Siswa ... 137

Lampiran 4 Kunci Jawaban Lembar Kerja Siswa ... 149

Lampiran 5 Kisi-Kisi Soal Tes Prestasi Sebelum Uji Validitas ... 158

Soal Tes Prestasi sebelum Uji Validitas ... 159

Uji Validitas Tes Prestasi ... 165

Tabel Validitas Tes Prestasi ... 167

Kisi-kisi Tes Prestasi Siklus I dan siklus II ... 168

Soal Tes Prestasi Sesudah Uji Validitas ... 169

Lampiran 6 Kisi-kisi Skala Minat Sebelum Uji Validitas ... 174

Uji Validitas Skala Minat ... 176

Tabel Validitas Skala Minat ... 179

Lampiran 7 Kisi-kisi Observasi Minat ... 180

Lampiran 8 Validasi RPP Oleh Guru ... 181

Validasi Skala Minat Oleh Dosen ... 183

Lampiran 9 Hasil Skala Minat Belajar ... 185

Hasil Observasi Minat Belajar ... 197

Lampiran 10 Contoh Lembar Lembar Kerja Siswa ... 209

Lampiran 11 Contoh Soal Tes Prestasi ... 214

Lampiran 12 Surat Permohonan Ijin Penelitian ... 219

Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ... 220

Dokumen/Foto ... 221

(18)

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang

Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh sekolah untuk mempersiapkan siswa agar dapat mencapai pengetahuan dan pemahaman yang lebih tinggi. Pengetahuan dan pemahaman yang diperoleh secara formal mengakibatkan individu mempunyai pola pikir dan perilaku sesuai dengan pendidikan yang telah diperolehnya melalui pembelajaran (Blanchard, 2001: 1).

Pembelajaran pada hakikatnya adalah suatu proses interaksi antara guru dengan siswa. Interaksi yang baik yaitu guru memberikan pembelajaran yang menekankan siswa untuk berfikir dinamis guna meningkatkan keingintahuan siswa tentang ilmu pendidikan. Guru diharapkan mampu menciptakan suatu pembelajaran yang dapat membangkitkan minat belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran. Melalui pelajaran IPA, siswa diharapkan dapat mengembangkan ketrampilan berfikir dengan menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan. Siswa dapat menemukan sendiri fakta-fakta atau proposisi yang mereka alami dalam kehidupannya.

(19)

membuat siswa menjadi pasif dan tidak dapat berkembang untuk menemukan pengetahuannya sendiri. Siswa mendengarkan dan menghafal materi yang disampaikan oleh guru. Kondisi tersebut berpengaruh terhadap minat belajar siswa di kelas. Siswa menjadi kurang berminat mengikuti pembelajaran, siswa mengobrol dengan teman, melamun, dan menjahili temannya. Seringkali guru memberikan pertanyaan yang berulang-ulang agar siswa memahami maksud pertanyaan yang diberikan guru kepada siswa. Terlihat siswa yang pandai saja yang dapat menjawab pertanyaan. Hal itu terbukti dari observasi kondisi awal minat siswa yang peneliti peroleh bahwa hanya 47,36% dari 19 siswa yang minatnya di atas rata-rata.

Dari fakta-fakta di atas, rendahnya minat belajar itulah yang diduga menyebabkan rendahnya prestasi belajar siswa. Hal tersebut dapat diperkuat dengan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA. Hal ini terbukti dari data nilai raport IPA kelas IV tahun pelajaran 2013/2014 yang peneliti peroleh bahwa hanya 21,05 % dari 19 siswa yang mendapat nilai di atas KKM. Siswa menganggap mata pelajaran IPA sulit dipahami, sehingga minat belajar siswa untuk mata pelajaran IPA di kelas rendah dan prestasi siswa juga rendah. Ini dapat disimpulkan bahwa siswa kelas IV SD Kanisius Jetisdepok, kurang mampu menguasai materi yang disampaikan.

(20)

membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa mengetahui hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari (Blanchard, 2001: 1). Ada banyak pendekatan kontekstual yang dikembangkan oleh para ahli dalam usaha mengembangkan proses pembelajaran. Macam-macam pendekatan kontekstual dapat diterapkan di dalam proses pembelajaran di Sekolah Dasar (Aqib, 2013: 04). Peneliti tertarik untuk menerapkan pendekatan kontekstual agar dapat membantu siswa lebih fokus mengikuti pembelajaran. Pendekatan kontekstual merupakan kegiatan menggali informasi, mengonfirmasikan apa yang sudah diketahui, dan mengarah perhatian pada aspek yang belum diketahuinya. Materi yang akan diteliti adalah fase-fase bulan, karena anak selalu melihat fase-fase bulan dalam kehidupan sehari-hari, pendekatan kontekstual sangat sesuai diterapkan dalam pembelajaran fase-fase bulan. Dengan demikian, pendekatan kontekstual dapat meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa.

(21)

1.2Pembatasan Masalah

Dari latar belakang yang telah dibahas, penelitian dibatasi pada masalah berikut ini:

1. Minat belajar siswa saat mengikuti pembelajaran masih rendah. 2. Prestasi belajar siswa masih rendah.

3. Penelitian ini dilakukan hanya untuk mata pelajaran IPA khususnya pada standar kompetensi 9. Memahami perubahan kenampakan permukaan bumi dan benda langit dan kompetensi dasar 9.2 Mendeskripsikan posisi bulan dan kenampakan bumi dari hari ke hari.

1.3Rumusan Masalah

Berdasarkan belakang masalah di atas, rumusan masalah dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimanakah penerapan pendekatan kontekstual pada pembelajaran IPA dalam upaya meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa kelas IV SD Kanisius Jetisdepok?

2. Apakah penerapan pendekatan kontekstual pada pembelajaran IPA dapat meningkatkan minat belajar siswa kelas IV SD Kanisius Jetisdepok? 3. Apakah penerapan pendekatan kontekstual pada pelajaran IPA dapat

(22)

1.4Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian adalah:

1. Mengetahui upaya peningkatan minat dan prestasi belajar siswa kelas IV SD Kanisius Jetisdepok melalui pendekatan kontekstual.

2. Mengetahui peningkatan minat belajar siswa kelas IV SD Kanisius Jetisdepok melalui pendekatan kontekstual.

3. Mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa kelas IV SD Kanisius Jetisdepok melalui pendekatan kontekstual.

1.5Manfaat Penelitian

Penelitian ini dapat memberi manfaat-manfaat sebagai berikut: 1.5.1 Manfaat Teoritis

Membuktikan bahwa pendekatan kontekstual dapat meningkatkan minat dan prestasi siswa pada mata pelajaran IPA.

1.5.2 Manfaat Praktis 1. Bagi Peneliti

(23)

2 Bagi sekolah

Hasil penelitian ini dapat menambah bahan bacaan terkait dengan PTK khususnya menggunakan pendekatan kontekstual dalam upaya meningkatkan minat dan prestasi belajar IPA materi fase-fase bulan siswa kelas IV.

3 Bagi guru

a.Memperbaiki model pembelajaran yang digunakan guru untuk meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa dalam mengajarkan materi IPA dan dapat digunakan untuk mata pelajaran lain.

b. Sebagai masukan agar guru dapat lebih kreatif menggunakan pendekatan kontekstual untuk meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa pada materi pelajaran yang lain.

4 Bagi siswa

Memberikan pengalaman mempelajari materi fase-fase bulan menggunakan pendekatan kontekstual dalam melakukan kegiatan pembelajaran.

1.6Definisi Operasional

1. Minat adalah kecenderungan yang dimiliki siswa untuk tetap memperhatikan beberapa kegiatan secara terus menerus yang disertai rasa senang dan diperoleh rasa kepuasan.

(24)

keuletan berfikir yang umumnya ditunjukkan dengan angka yang diberikan oleh guru.

(25)

8 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Kajian Teori

2.1.1 Pendekatan kontekstual

2.1.1.1Pengertian Pendekatan Kontekstual

Terdapat beberapa pengertian pendekatan kontekstual menurut para ahli yaitu menurut Aqib, Blanchard, dan Johnson.

Berikut ini adalah pengertian pendekatan kontekstual (Contexstual Teaching and Learning) menurut Aqib (2013: 04) adalah pembelajaran yang digunakan untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajari siswa dengan mengaitkan materi tersebut dalam konteks kehidupan mereka sehari-hari sehingga siswa memiliki pengetahuan/keterampilan yang dapat diterapkan dari satu permasalahan ke permasalahan lainnya.

Berikut ini adalah pengertian pendekatan kontekstual (contextual teaching and learning-CTL) menurut Blanchard (2001: 1) adalah konsep kegiatan belajar dan mengajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan guru dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki guru dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.

(26)

materi pelajaran yang mereka ikuti, dan mereka akan melihat makna dalam tugas-tugas yang mereka kerjakan bilamana mereka dapat menghubungkan informasi baru yang mereka terima dengan pengetahuan atau pengalaman yang mereka miliki.

Teori menurut Aqib dan Blanchard mempunyai teori yang sama yaitu mengaitkan materi atau pengetahuan yang dimiliki siswa dengan kehidupan atau situasi dunia nyata siswa. Teori Aqib dan Blanchard mempunyai perbedaan dengan teori menurut Johnson. Sedangkan teori menurut Johnson, pendekatan kontekstual adalah siswa dapat belajar ketika siswa melihat makna dalam tugas-tugas yang mereka kerjakan apabila mereka dapat menghubungkan informasi yang mereka terima dengan pengetahuan atau pengalaman yang mereka miliki.

Berdasarkan penjelasan pendekatan kontekstual di atas, penulis menyimpulkan bahwa pendekatan kontekstual adalah pendekatan yang membantu para siswa mengaitkan materi yang diajarkan dengan kondisi kehidupan sehari-hari siswa sehingga siswa mudah membangun pengetahuannya sendiri.

2.1.1.2 Prinsip-prinsip Ilmiah Pendekatan Kontekstual

(27)

1) Prinsip kesalingbergantungan dan pendekatan kontekstual

Prinsip ini mengajak para pendidik untuk mengenali keterkaitan antara peserta didik dengan pendidik yang lainnya, dengan para siswa, dengan masyarakat, dan dengan bumi. Prinsip kesalingbergantungan menghubungankan semua hal yang ada di alam semesta dengan hal lainnya yang bermakna untuk membangun pemikiran yang kritis dan kreatif. Kedua proses itu terlibat dalam mengidentifikasi hubungan yang akan menghasilkan pemahaman-pemahaman baru.

2) Prinsip diferensiasi dan pendekatan kontekstual

Prinsip diferensiasi mendorong alam semesta menuju keragaman yang tak terbatas, dan hal itu menjelaskan kecenderungan entitas-entitas yang berbeda untuk bekerja sama dalam bentuk yang disebut simbiosis. Para pendidik akan melihat pentingnya prinsip diferensiasi di sekolah-sekolah dan kelas-kelas untuk meniru sasaran prinsip tersebut menuju kreativitas, keunikan, keragaman, dan kerja sama.

3) Prinsip pengaturan diri dan pendekatan kontekstual

(28)

Berdasarkan penjelasan prinsip-prinsip ilmiah pendekatan kontekstual di atas, penulis menyimpulkan bahwa ada tiga prinsip ilmiah pendekatan kontekstual yaitu: prinsip kesalingbergantungan dan pendekatan kontekstual, prinsip diferensiasi dan pendekatan kontekstual, dan prinsip pengaturan diri dan pendekatan kontekstual.

2.1.1.3 Komponen-komponen Pendekatan Kontekstual

Terdapat tujuh komponen dalam pendekatan kontekstual menurut Sardiman (2007:223-229) yaitu:

1) Konstruktivisme

Konstruktivisme merupakan landasan berpikir bagi pendekatan kontekstual. Pengetahuan yang nyata bagi siswa merupakan pengetahuan yang dibangun atau ditemukan oleh siswa itu sendiri. Peserta didik belajar tidak hanya menghafal dan mengingat pengetahuannya saja, tetapi peserta didik dituntut untuk aktif dalam proses pembelajaran sehingga peserta didik mampu memahami makna yang ada dalam pembelajaran tersebut.

2) Menemukan (Inquiry)

Menemukan adalah kegiatan yang tidak hanya menemukan fakta-fakta pembelajaran, tetapi hasil dari menemukan pengetahuannya sendiri. Langkah-langkah menemukan adalah:

a. Merumuskan masalah.

(29)

c. Menganalisis dan menyajikan hasil karya dalam tulisan, laporan, gambar, tabel, dan sebagainya.

d. Menyajikan, mengkomunikasikan hasil karya di depan guru, teman-teman sekelas dan para peserta didik yang lainnya.

3) Bertanya (Questioning)

Pembelajaran pada umumnya tidak terlepas dari aktivitas bertanya. Bertanya merupakan bentuk perhatian siswa terhadap materi yang sedang diajarkan guna menemukan jawaban yang lebih mendalam. Kegiatan bertanya berguna untuk:

a. Menggali informasi yang telah diberikan oleh guru. b. Mengetahui sejauh mana pemahaman siswa.

c. Menumbuhkan respon siswa.

d. Mengetahui sejauh mana keinginan siswa.

e. Mengetahui pengetahuan yang telah diketahui oleh siswa.

f. Memfokuskan konsentrasi siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru. g. Membangkitkan semangat siswa untuk bertanya lebih banyak.

h. Menyegarkan kembali pengetahuan siswa. 4) Masyarakat Belajar (Learning Community)

(30)

a. Pembentukan kelompok kecil b. Pembentukan kelompok besar c. Mendatangkan ahli di kelas. d. Bekerja dengan kelas sederajat

e. Bekera kelompok dengan kelas diatasnya. f. Bekerja dengan masyarakat.

5) Pemodelan (Modelling)

Dalam melakukan pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu membutuhkan model yang ditiru. Dalam pembelajaran tidak hanya guru saja yang menjadi model, tetapi dapat dirancang dengan melibatkan siswa dan mendatangkan para ahli. Kemungkinkan siswa ada yang pernah melakukan atau mengetahui cara kerjanya. Siswa dapat belajar dari pengalaman yang sudah mereka dapat.

6) Refleksi (Reflection)

Refleksi adalah merenungkan atau cara berfikir tentang hal-hal yang sudah dipelajari sebelumnya atau berfikir ke belakang tentang hal-hal yang sudah dilakukan saat melakukan pembelajaran. Wujud refleksi yaitu:

a. Jawaban langsung kepada siswa tentang apa yang diperoleh selama mengikuti pembelajaran.

b. Catatan di buku siswa.

c. Kesan, saran atau perasaan siswa selama mengikuti pembelajaran d. Diskusi.

(31)

7) Penilaian yang sebenarnya

Penilaian yang sebenarnya yaitu pengumpulan berbagai data yang dapat memberikan gambaran perkembangan siswa saat mengikuti pembelajaran. Penilaian dilakukan selama pembelajaran dan sesudah pembelajaran berlangsung, tidak hanya saat mengerjakan soal ulangan. Ciri-ciri penilaian yang sebenarnya:

a. Dilaksanakan selama dan sesudah pembelajaran berlangsung. b. Dapat digunakan untuk informatif dan sumatif.

c. Yang diukur keterampilan dan performan, bukan mengingat fakta. d. Berkesinambungan.

e. Terintregasi.

f. Dapat digunakan sebagai feed back.

Berdasarkan penjelasan komponen-komponen pendekatan kontekstual di atas, penulis menyimpulkan bahwa terdapat tujuh komponen pendekatan kontekstual yaitu konstruktivisme, menemukan, bertanya, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi, dan penilaian yang sebenarnya.

2.1.2 Prestasi Belajar 2.1.2.1Pengertian Belajar

Terdapat beberapa pengertian belajar menurut para ahli, yaitu Sardiman, Mulyati, Syah, dan Kamus Besar Bahasa Indonesia.

(32)

perkembangan pribadi manusia seutuhnya, yang berarti menyangkut unsur cinta, rasa, dan karsa, ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Belajar juga bisa diartikan usaha untuk mengubah tingkah laku. Dengan belajar akan dapat membaca perubahan individu yang belajar. Perubaan-perubahan yang terjadi berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga berbentuk suatu kecakapan, ketrampilan, minat dan penyesuaian diri. Proses belajar senantiasa merupakan perubahan tingkah laku seseorang. Oleh karena itu dapat dikatakan terjadi suatu proses belajar apabila seseorang itu menunjukkan tingkah laku yang berbeda.

Berikut ini pengertian belajar menurut Mulyati, Syah dan Kamus Besar Bahasa Indonesia. Menurut Mulyati (2005: 5) belajar adalah usaha sadar individu untuk mencapai tujuan peningkatan diri atau perubahan diri melalui latihan-latihan, pengulangan-pengulangan dan perubahan yang terjadi bukan karena kebetulan. Menurut Syah (2003: 68) belajar merupakan tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian, berlatih, dan berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. Berhasil tidaknya perubahan baik itu tergantung pada siswa itu sendiri dan tergantung pula oleh beberapa faktor yang mempengaruhinya.

(33)

Sardiman berpendapat bahwa belajar adalah rangkaian kegiatan jiwa raga, psikis fisik yang menyangkut unsur cinta, rasa, dan karsa, ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Belajar menurut Mulyati adalah usaha sadar individu untuk mencapai tujuan peningkatan diri yang terjadi bukan karena kebetulan. Belajar menurut Syah adalah perubahan tingkah laku yang melibatkan proses kognitif. Sedangkan belajar menutut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah berusaha memperoleh kepandaian, berlatih, dan berubah tingkah laku yang disebabkan oleh pengalaman.

Berdasarkan penjelasan belajar di atas, penulis menyimpulkan pengertian belajar adalah proses yang dilakukan individu melalui pengalaman dan latihan sehingga menimbulkan perubahan tingkah laku yang berbeda antara sesudah belajar dan sebelum belajar.

2.1.2.2 Pengertian Prestasi Belajar

Terdapat beberapa pengertian prestasi belajar menurut para ahli, yaitu menurut Purwanto, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Winkel, dan Djamara dan Purnomo.

(34)

Berikut ini adalah pengertian prestasi prestasi belajar menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990: 700) mengemukakan bahwa prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan dan ketrampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, umumnya yang ditunjukkan dengan nilai atau tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru.

Berikut ini adalah pengertian prestasi belajar menurut Winkel (1983: 162) mengatakan bahwa prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya. Sehubungan dengan prestasi belajar para ahli mengemukakan pendapatnya sesuai pandangan yang mereka anut.

Berikut ini adalah pengertian prestasi belajar menurut Djamara dan Purnomo (2008: 370) mengatakan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang telah dikerjakan secara individu ataupun kelompok yang hasilnya berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan individu sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar. Teori dari keempat para ahli tentang prestasi belajar mempunyai pengertian yang berbeda-beda.

(35)

dengan nilai. Menurut Winkel prestasi belajar yaitu bukti keberhasilan belajar siswa sesuai dengan bobot yang dicapainya. Sedangkan menurut Djamara dan Purnomo prestasi belajar adalah hasil yang telah dikerjakan secara individu dan kelompok yang mengakibatkan perubahan individu.

Berdasarkan penjelasan di atas, penulis menyimpulkan bahwa prestasi belajar adalah keberhasilan yang telah dicapai oleh individu ataupun kelompok dalam aktivitas belajar yang diperoleh dengan jalan keuletan berfikir yang umumnya ditunjukkan dengan angka yang diberikan oleh guru.

2.1.2.3 Aspek prestasi belajar

Menurut Syah (2003: 214) ada tiga aspek dalam prestasi belajar, yaitu: a) Aspek kognitif

Aspek kognitif adalah aspek yang berkaitan dengan kegiatan berfikir yaitu tingkat intelegensi (IQ) atau kemampuan berfikir siswa. Aspek kognitif dari dahulu selalu menjadi faktor utama dalam sistem pendidikan. Metode penilaian di sekolah terbukti menggunakan aspek kognitif dengan mengedepankan kesempurnaan aspek kognitif.

b) Aspek afektif

(36)

c) Aspek psikomotorik

Aspek psikomotorik adalah aspek yang berkaitan dengan kemampuan gerak fisik yang mempengaruhi sikap. Aspek psikomotorik berkaitan dengan kemampuan atau keterampilan (skill) yang dimiliki siswa setelah menerima pengetahuan.

Berdasarkan penjelasan di atas, penulis menyimpulkan bahwa aspek prestasi belajar ada tiga yaitu aspek kogntif, aspek afektif, dan aspek psikomotorik. Peneliti menggunakan aspek kognitif dalam penelitian, karena menurut Syah (2003: 214) aspek kognitif dari dahulu selalu menjadi faktor utama dalam sistem pendidikan. Metode penilaian di sekolah terbukti menggunakan aspek kognitif dengan mengedepankan kesempurnaan aspek kognitif.

2.1.3 Minat Belajar

2.1.3.1 Pengertian Minat Belajar

Terdapat beberapa pengertian minat belajar menurut para ahli, yaitu menurut Slameto, Syah, Ahmadi, dan Winkel.

(37)

kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu.

Berikut ini adalah pengertian minat menurut Ahmadi dan Winkel. Pengertian menurut Ahmadi (1991: 79) mengatakan bahwa tidak adanya minat seorang anak terhadap suatu pelajaran akan timbul kesulitan belajar. Pengertian minat menurut Winkel (1983: 158) merupakan kecenderungan yang menetap dalam subyek untuk merasa tertarik pada bidang atau hal tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam bidang itu.

Teori minat belajar menurut Ahmadi berbeda dengan para ahli yaitu Slameto, Syah, dan Winkel. Teori minat belajar menurut Ahmadi adalah tidak adanya minat seorang anak terhadap pelajaran akan menimbulkan kesulitan belajar, sedangkan teori minat belajar menurut para ahli yang lain adalah kecenderungan yang tetap terhadap suatu kegiatan.

(38)

2.1.3.2Indikator minat belajar

Menurut Slameto (1988: 58) indikator minat belajar adalah: 1. Perasaan senang

Seorang siswa yang memiliki perasaan senang atau suka terhadap pelajaran misalnya pelajaran IPA, maka ia harus terus mempelajari IPA, siswa dalam mengikuti pembelajaran sama sekali tidak ada perasaan terpaksa untuk mempelajari bidang tersebut.

2. Daya tarik siswa

Siswa cenderung memiliki rasa tertarik pada orang, benda, atau kegiatan yang sedang dilakukan.

3. Perhatian siswa

Perhatian merupakan konsentrasi yang dimiliki siswa terhadap kegiatan yang dilakukan dengan mengesampingkan kegiatan lain. Siswa yang memiliki minat belajar pada kegiatan tertentu maka dengan sendirinya akan memperhatikan kegiatan tersebut.

Menurut Safari (2003: 60) ada beberapa indikator minat belajar yaitu sebagai berikut:

1. Perasaan Senang

(39)

2. Ketertarikan siswa

Berhubungan dengan daya gerak yang mendorong siswa untuk cenderung merasa tertarik pada orang, benda, kegiatan, atau bisa berupa pengalaman efektif yang dirangsang oleh kegiatan itu sendiri.

3. Perhatian siswa

Perhatian merupakan konsentrasi atau aktifitas jiwa terhadap pengamatan dan pengertian, dengan mengesampingkan yang lain dari pada itu. Siswa yang memiliki minat pada obyek tertentu, maka dengan sendirinya akan memperhatikan obyek tersebut.

4. Keterlibatan siswa

Ketertarikan seseorang akan sesuatu obyek yang mengakibatkan orang tersebut senang dan tertarik untuk melakukan atau mengerjakan kegiatan dari obyek tersebut.

Teori menurut Slameto berbeda dengan teori menurut Safari. Slameto mengatakan bahwa indikator minat belajar ada tiga, yaitu perasaan senang, daya tarik siswa, dan perhatian siswa. Sedangkan Safari mengatakan bahwa indikator minat belajar ada empat, yaitu perasaan senang, ketertarikan siswa, perhatian siswa, dan keterlibatan siswa.

(40)

2.1.3.3Faktor pendorong minat belajar

Terdapat beberapa teori faktor pendorong minat menurut para ahli, yaitu Esti, Soewardi, dan Sardiman.

Berikut adalah penjelasan faktor pendorong minat menurut Esti (2002: 365) salah satu cara untuk menarik minat selama mengikuti pembelajaran adalah menghubungkan pengalaman belajar siswa dengan minat belajar siswa. Jika seorang guru tahu apa yang diminati siswa, banyak tugas mengajar di kelas yang dapat dihubungkan dengan minat-minat siswa. Minat dan motivasi berhubungan erat, dimana minat-minat merupakan alat motivasi yang utama.

Berikut ini penjelasan faktor pendorong minat menurut Soewardi (1987: 183) mengatakan bahwa minat didorong oleh motivasi. Motivasi merupakan suatu tenaga yang mendorong setiap individu bertindak atau berbuat untuk tujuan tertentu. Minat dimanifestasikan berdasarkan komponen dorongan yang mendorongnya.

Berikut ini penjelasan faktor pendorong minat menurut Sardiman (2007: 93-94) mengatakan bahwa ada beberapa cara untuk menciptakan minat, antara lain:

a. Membangkitkan adanya suatu kebutuhan untuk belajar.

(41)

c. Menggunakan berbagai macam cara mengajar supaya siswa tidak merasa bosan.

d. Memberi kesempatan kepada siswa untuk berlomba mendapatkan hasil yang lebih baik.

Teori faktor pendorong minat menurut tiga ahli mempunyai pengertian yang berbeda-beda. Menurut Esti cara untuk menarik minat selama mengikuti pembelajaran adalah menghubungkan pengalaman belajar siswa dengan minat belajar siswa. Menurut Soewardi bahwa minat didorong oleh motivasi. Sedangkan menurut Sardiman beberapa cara untuk menciptakan minat, antara lain: membangkitkan adanya suatu kebutuhan untuk belajar, menghubungkan pengalamannya dengan persoalan atau masalah pada masa lampau, menggunakan berbagai macam cara mengajar supaya siswa tidak merasa bosan, memberi kesempatan kepada siswa untuk berlomba mendapatkan hasil yang lebih baik

(42)

2.1.4 Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar 2.1.4.1Pengertian IPA di Sekolah Dasar

Terdapat beberapa teori pengertian IPA di sekolah dasar menurut beberapa ahli, yaitu Carin, Iskandar, KTSP, dan kurikulum KTSP

Berikut ini pengertian IPA menurut Carin dan Iskandar. Pengertian IPA menurut Carin (dalam Amien, 1987: 4) adalah suatu kumpulan pengetahuan yang disusun secara sistematik, yang di dalam penggunaanya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam. Pengertian IPA menurut Iskandar (1996: 2) merupakan terjemahan dari Bahasa Inggris Natural science. Natural artinya alamiah, berhubungan dengan alam. Science artinya ilmu pengetahuan.

Berikut ini pengertian IPA dalam KTSP ditegaskan pengertian Sains (IPA) sebagai cara mencari tahu tentang alam secara sistematis dan bukan hanya kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan.

Berikut ini pengertian IPA menurut kurikulum KTSP (Depdiknas, 2006) yaitu IPA memiliki peranan penting, karena dengan diajarkannya IPA di Sekolah Dasar diharapkan siswa dapat:

a. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya. b. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang

(43)

c. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan Masyarakat.

d. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan.

e. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam dan segala keturunannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

f. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep untuk melanjutkan pendidikan ke SMP atau MTs.

Teori menurut Carin dan KTSP mempunyai kesamaan yaitu IPA adalah kumpulan pengetahuan secara sistematik yang terbatas pada gejala-gejala alam. Teori Carin dan KTSP mempunyai perbedaan dengan teori menurut Iskandar dan kurikulum KTSP. Menurut Iskandar, IPA adalah ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan alam. Sedangkan teori menurut kurikulum KTSP IPA mempunyai peranan penting di sekolah dasar.

(44)

2.1.4.2Hakikat IPA

Hakikat IPA adalah sebagai produk, proses, dan sikap (Sulistyorini: 2007: 9-10):

a. IPA sebagai produk

IPA sebagai produk adalah akumulasi dari upaya perintis IPA terdahulu yang telah tersusun secara lengkap dan sistematis dalam bentuk buku atau teks. Guru dituntut untuk melakukan pembelajaran dengan memanfaatkan lingkungan alam sebagai sumber belajar, karena lingkungan alam merupakan pembelajaran yang sangat efektif untuk peserta didik. b. IPA sebagai proses

IPA disusun dan diperoleh melalui metode ilmiah, yaitu meliputi sepuluh ketrampilan proses: (1) observasi; (2) klasifikasi; (3) interpretasi; (4) prediksi; (5) hipotesis; (6) mengendalikan variabel; (7) merencanakan dan melaksanakan penelitian; (8) inferensi; (9) aplikasi; dan (10) komunikasi.

c. IPA sebagai pemupukan sikap

(45)

dikembangkan ketika siswa melakukan diskusi, percobaan, simulasi, atau kegiatan dilapangan.

Berdasarkan penjelasan di atas, penulis menyimpulkan bahwa hakekat IPA yaitu: IPA sebagai produk yang tersusun secara lengkap dalam bentuk buku, IPA sebagai proses adalah IPA disusun dan diperoleh melalui metode ilmiah, dan IPA sebagai penemuan sikap adalah IPA dibatasi pengertiannya pada sikap ilmiah terhadap alam sekitar.

2.1.4.3Materi IPA

Di Sekolah Dasar, materi fase-fase bulan diajarkan di kelas IV semester genap. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar adalah sebagai berikut:

Standar Kompetensi: Bumi dan Alam semesta

9. Memahami perubahan kenampakan permukaan bumi dan benda langit Kompetensi Dasar:

(46)

1. Pasang Surut Air Laut

Pasang naik adalah keadaan permukaan air laut yang naik sehingga air laut tampak bertambah banyak. Sementara itu, pasang surut adalah keadaan permukaan air laut yang turun sehingga air laut tampak berkurang. Pasang naik dan pasang surut air laut terjadi karena pengaruh gaya tarik bulan dan matahari. Gaya tarik bulan menyebabkan air laut mengalami pasang naik di kedua sisi bumi. Gambar berikut ini menunjukkan posisi bulan dan matahari menentukan pasang naik dan pasang surut di bumi (Rositawati, 2008: 151)

Gambar 1 Menunjukkan posisi bulan dan matahari menentukan pasang naik dan pasang surut di bumi.

(47)

bulan, bumi, dan matahari membentu sudut siku-siku. Gambar berikut menunjukkan permukaan pasang naik dan pasang surut air laut (Rositawati, 2008: 152)

Gambar 2 Menunjukkan permukaan air naik pada saat pasang naik.

Gambar 3 Menunjukkan permukaan air turun pada saat pasang surut.

(48)

Peristiwa pasang naik dan pasang surut air laut ini dimanfaatkan oleh para petani garam. Saat terjadi pasang naik, air laut mengisi petak-petak ladang garam. Sementara itu, saat pasang surut, air laut tersebut tertahan di petak.

Kegiatan nelayan dalam mencari ikan juga dipengaruhi oleh pasang naik dan pasang surut air laut. Pada saat pasang naik, nelayan tidak melaut karena gelombang laut tinggi. Sementara itu, pada saat pasang surut nelayan melaut karena lebih mudah mencari ikan.

Pasang naik air laut juga dimanfaatkan oleh kapal-kapal besar untuk berlabuh di dermaga. Saat terjadi pasang surut, dermaga sangat dangkal sehingga sulit dimasuki kapal besar. Ketika terjadi pasang naik, kapal-kapal besar dapat memasuki dermaga karena air cukup dalam.

2. Fase-Fase Bulan

a. Penyebab terjadinya fase-fase bulan

(49)

b. Fase-fase bulan

Pada malam hari yang cerah bulan akan tampak indah. Apakah setiap malam bulan kelihatan bulat? Bulan berbentuk bulat seperti matahari dan bumi. Bulan tidak mempunyai cahaya seperti matahari. Bulan kadang tampak membentuk lingkaran, setengah lingkaran, dan kadang-kadang tidak kelihatan.

Kenampakan bulan bergantung pada posisinya terhadap matahari dan bumi karena sinar bulan merupakan pantulan sinar matahari oleh bulan. Bagaimana terjadinya perubahan kenampakan bulan ini perhatikan gambar berikut ini. Gambar berikut menunjukkan kedudukan bumi, bulan, dan matahari pada fase-fase bulan (Heri, 2008: 150-151).

Gambar 4 Kedudukan bumi, bulan, dan matahari pada fase bulan.

(50)

Pada saat bulan berada sejajar dengan bumi dan matahari maka bulan hampir tidak dapat dilihat. Hal ini disebabkan karena bagian bulan yang tidak terkena cahaya matahari menghadap ke bumi. Fase ini disebut fase bulan baru (gambar A). Selanjutnya bulan bergerak mengelilingi bumi. Setelah satu hingga dua hari, bulan bergerak sehingga dapat kita lihat walaupun hanya sebagian kecil saja (gambar B). Fase ini dikenal dengan sebutan fase bulan sabit. Setelah hari ke tujuh, kita dapat melihat setengah sisinya yang terkena cahaya matahari (gambar C). Fase ini dikenal dengan fase bulan separuh. Fase selanjutnya adalah fase bulan bungkuk. Pada fase ini bulan terlihat berbentuk ¾ lingkaran (gambar D). Setelah melakukan putaran selama 2 minggu, bulan kini terlihat kembali ke bentuk semula (gambar E). Fase ini disebut fase bulan purnama. Gambar F-H menunjukkan perjalanan bulan mengelilingi bumi setelah setengah perjalanan sebelumnya. Bentuknya kembali seperti bentuknya di setengah yang perjalanan pertama.

3. Mengidentifikasi Fase-Fase Bulan

(51)

Gambar 6 fase-fase bulan selama satu bulan

Berikut ini adalah deskripsi dari masing-masing fase bulan :

1. Fase 1 – New Moon (Bulan baru): Sisi bulan yang menghadap bumi tidak menerima cahaya dari matahari, maka, bulan tidak terlihat.

2. Fase 2 – Waxing Crescent (Sabit Muda) : Selama fase ini, kurang dari setengah bulan yang menyala dan sebagai fase berlangsung, bagian yang menyala secara bertahap akan lebih besar.

3. Fase 3 – Third Quarter (Kuartal III): Bulan mencapai tahap ini ketika setengah dari itu terlihat.

4. Fase 4 – Waxing Gibbous: Awal fase ini ditandai saat bulan adalah setengah ukuran. Sebagai fase berlangsung, bagian yang daftar akan lebih besar.

(52)

6. Fase 6 – Waning Gibbous : Selama fase ini, bagian dari bulan yang terlihat dari Bumi secara bertahap menjadi lebih kecil.

7. Fase 7 – First Quarter (Kuartal I): Bulan mencapai tahap ini ketika setengah dari itu terlihat.

8. Fase 8 – Waning Crescent (Sabit tua): Hanya sebagian kecil dari bulan terlihat dalam fase yang secara bertahap menjadi lebih kecil.

4. Gerhana Bulan Dan Gerhana Matahari

Ketika bulan berada di antara matahari dan bumi, ketiganya belum tentu segaris. Bulan mungkin berada lebih ke Selatan, mungkin pula lebih ke Utara dari garis hubung antara matahari dan bumi. Bila suatu saat bulan berada tepat segaris di antara matahari dan bulan, bulan akan menghalangi cahaya matahari yang menuju beberapa daerah di permukaan bumi. Ini menyebabkan terjadinya gerhana matahari. Tidak semua wilayah di permukaan bumi yang bisa mengamati gerhana tersebut. Hanya daerah yang tergelapi oleh bayangan bulan itu yang akan melihat gerhana matahari.

(53)

Gambar 7 Menunjukkan gerhana matahari dan gerhana bulan. 2.2 Kerangka Berfikir

(54)

siswa juga semakin meningkat. Hasilnya, diharapkan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa materi mendeskripsikan posisi bulan dan kenampakan bumi dari hari ke hari pada kelas IV SD Kanisius Jetisdepok tahun pelajaran 2013/2014.

2.3 Penelitian Yang Relevan

a. Penelitian yang relevan terkait dengan pendekatan kontekstual

Penelitian yang dilakukan oleh Karulina Widiastuti (2012) Peningkatan Prestasi Belajar IPA untuk Materi Daur Hidup Hewan Melalui Pendekatan Kontekstual Siswa Kelas IV SD Muhammadiyah Demangrejo, Kulon Progo Tahun Ajaran 2011/2012. Data yang dikumpulkan adalah kegiatan aktivitas siswa dan hasil evaluasi tes tertulis siswa setiap siklus. Instrumen yang digunakan dalam pengamatan aktivitas siswa adalah lembar aktivitas siswa, sedangkan instrumen yang digunakan untuk evaluasi tes tertulis adalah soal pilihan ganda dan soal uraian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam pembelajaran terjadi peningkatan aktivitas siswa apabila dibandingkan presentase siswa yang memenuhi kriteria baik dan sangat baik keaktifan siswa pada siklus I dan siklus II. Peningkatan tersebut dapat ditunjukkan dari presentase keaktifan siswa pada siklus 1 yaitu 70, 59 % meningkat menjadi 100 % pada siklus II.

(55)

Kanisius Kadirojo, Purwomartani, Kalasan, Yogyakarta, Tahun Pelajaran 2008/2009. Hasil penelitiannya adalah pada pendekatan kontekstual dapat meningkatkan kemampuan mengarang siswa dan prestasi belajar siswa dalam hal mengarang.

b. Penelitian yang relevan terkait dengan minat belajar

Penelitian yang dilakukan oleh Yohanes Babtista Ibnu Pranowo (2012) yaitu Peningkatan Minat dan Prestasi Belajar IPA Materi Pembentukan Tanah dengan metode Penemuan Terbimbing pada Siswa Kelas V Semester 2 SDK Totogan Tahun Pelajaran 2011/2012. Subjek yang diteliti berjumlah 22 siswa, 10 siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan. Penelitian dilakukan dalam dua siklus, yang terdiri dari dua kali pertemuan, dengan masing-masing pertemuan adalah 2 x 35 menit (2 jam pelajaran). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengamatan, wawancara, dan tes. Kondisi awal prestasi belajar siswa menunjukkan bahwa 29, 63% (8 siswa) dari jumlah siswa telah mencapai KKM (70) dengan nilai rata-rata 70,03, sedangkan pada siklus II sebanyak 95,45% (21 siswa) mencapai KKM (70) dengan nilai rata-rata 81,19.

(56)

pada siklus I nilai rata naik menjadi 67, 81 dan pada siklus II nilai rata-rata naik menjadi 71, 56.

c. Penelitian yang relevan terkait dengan prestasi belajar

Penelitian yang dilakukan oleh Monika Siringoringo (2012) yaitu Peningkatan Prestasi Belajar IPA Materi Keanekaragaman Bunga dengan Metode Observasi pada Siswa Kelas IV SD Kanisius Kintelan 1 Yogyakarta Semester Ganjil pada tahun ajaran 2011/2012. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah soal pilihan ganda dan uraian serta lembar pengamatan aktivitas siswa. Teknis analisis data yang digunakan untuk mengkaji data adalah teknik perbandingan, dimana peneliti membandingkan peningkatan jumlah siswa yang memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM) dari siklus 1 ke siklus 2. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa metode observasi dapat meningkatkan aktivitas belajar dan prestasi belajar siswa tentang keanekaragaman bunga pada siswa kelas IV SD Kanisius Kintelan 1 Yogyakarta.

(57)

Pendekatan Kontekstual

Minat Belajar

Prestasi Belajar

Gambar 8 skema pendekatan kontekstual, minat belajar, dan prestasi belajar.

(58)

2.4 Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah:

1. Proses pembelajaran IPA dalam upaya meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa kelas IV SD Kanisius Jetisdepok dengan pendekatan kontekstual.

2. Peningkatan minat belajar IPA materi fase-fase bulan kelas IV Sekolah Dasar Kanisius Jetisdepok dengan pendekatan kontekstual.

(59)

42 BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini dikategorikan sebagai Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama-sama. Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan dari guru yang dilakukan oleh siswa Arikunto (2006: 3).

Penelitian ini menggunakan model penelitian dari Kemmis dan Taggart (dalam Arikunto, 2002:83) yaitu berbentuk spiral dari siklus satu ke siklus berikutnya. Setiap siklus meliputi rencana, tindakan, observasi, dan refleksi. Langkah pada siklus berikutnya adalah perencanaan yang sudah direvisi, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Oleh karena itu, pengertian siklus adalah putaran kegiatan yang terdiri dari perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Sebelum masuk pada siklus 1 dilakukan tindakan pendahuluan yang berupa identifikasi permasalahan.

(60)

Gambar 9 Model Penelitian Tindakan Kelas Menurut Kemmis & Mc Taggart

1. Perencanaan, yaitu merupakan rancangan kegiatan dalam melakukan suatu tindakan yang akan dilakukan pada setiap siklus. Perencanaan yang matang perlu dilakukan setelah mengetahui masalah pembelajaran.

Perencanaan Tindakan

Siklus 1

Pelaksanaan Tindakan

Pengamatan/ Observasi Refleksi

Perencanaan Tindakan

Siklus 2

Pelaksanaan Tindakan

(61)

2. Tindakan, yaitu melakukan kegiatan yang telah direncanakan. Perencanaan harus diwujudkan dengan adanya tindakan (acting) dari guru berupa solusi tindakan sebelumnya.

3. Observasi, yaitu merekam atau mengamati segala peristiwa dan kegiatan yang terjadi selama tindakan perbaikan berlangsung dengan atau tanpa alat bantu. 4. Refleksi, yaitu menerangkan apa yang telah terjadi dan tidak terjadi, serta

menjajaki alternatif-alternatif solusi yang perlu dikaji, dipilih dan dilaksanan untuk dapat mewujudkan apa yang dikehendaki, sehingga dapat menyimpulkan apa yang telah terjadi dalam kelasnya.

3.2 Setting penelitian a. Tempat penelitian

Tempat penelitian ini dilakukan di SD Kanisius Jetis yang terletak di Depok, Sendangsari, Minggir, Sleman, Yogyakarta.

b. Subjek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah siswa SD Kanisius Jetisdepok kelas IV tahun ajaran 2013/2014 yang berjumlah 20 siswa dengan 10 laki-laki dan 10 perempuan

c. Objek Penelitian

(62)

d. Waktu penelitian

Dalam melakukan observasi penelitian ini akan dilakukan pada bulan Maret sampai April 2014, hari dan juga jam disesuaikan dengan jadwal mata pelajaran IPA. Waktu melakukan observasi dilakukan ketikan saat jam pelajaran IPA berlangsung. Tes prestasi dilakukan setelah penggunaan pendekatan kontekstual.

Tabel 1. Jadwal pelaksanaan penelitian dan pengambilan data

Hari, tanggal Pertemuan Kegiatan Alokasi

waktu

siklus I pertemuan pertama 2 x 35 menit Rabu, 26

Maret 2014 III

Pelaksanaan penelitian

siklus I pertemuan kedua 2 x 35 menit Rabu, 02 April

siklus II pertemuan kedua 2 x 35 menit

(63)

3.3 Rancangan tindakan 3.3.1 Persiapan

Persiapan yang dilakukan peneliti sebelum melakukan penelitian tindakan kelas adalah ijin dengan kepala sekolah di SD Kanisius Jetisdepok. Peneliti melakukan perijinan dengan wali kelas IV untuk melakukan observasi dan menentukan hari untuk melakukan observasi yaitu meneliti tentang minat dan prestasi belajar IPA dan mata pelajaran lain yang berhubungan dengan IPA. Peneliti mengamati kegiatan pembelajaran di kelas IV dengan tujuan agar peneliti mengetahui kondisi awal siswa berkaitan dengan tingkah laku siswa. Peneliti melakukan wawancara dengan wali kelas IV dan melihat daftar nilai raport siswa. Peneliti mengidentifikasi masalah yang ada dikelas yaitu kurangnya minat dan prestasi belajar siswa mengenai materi mendeskripsikan posisi bulan dan kenampakan bumi dari hari ke hari. Peneliti menganalisis masalah belajar siswa mengenai mendeskripsikan posisi bulan dan kenampakan bumi dari hari ke hari. Pembelajaran yang disampaikan guru membutuhkan pendekatan yang dapat meningkatkan minat siswa dan prestasi mengikuti pembelajaran. Peneliti akan mencoba meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa mengenai materi fase-fase bulan dengan menggunakan pendekatan kontekstual.

(64)

kompetensi dasar, dan materi pokoknya yaitu pelajaran IPA Standar Kompetensi yaitu memahami perubahan kenampakan permukaan bumi dan benda langit, Kompetensi Dasar yaitu mendeskripsikan posisi bulan dan kenampakan bumi dari hari ke hari. Peneliti menyusun proposal penelitian, peneliti menyusun instrumen pembelajaran yang meliputi (silabus, RPP, LKS, bahan ajar/modul pembelajaran, soal tes prestasi) dan instrumen pengumpulan data (rubrik pengamatan minat belajar, kisi-kisi soal tes prestasi, soal tes presatsi, dan instrumen penilaian). Peneliti melakukan uji validitas agar instrumen-instrumen benar-benar layak untuk digunakan dalam penelitian ini. Peneliti menyiapkan media dan alat peraga untuk penelitian.

3.3.2 Rencana Tindakan Setiap Siklus

Rancangan tindakan akan dilaksanakan dua siklus dengan setiap siklus terdapat dua kali pertemuan, yaitu:

a. Siklus 1

Siklus ini akan dilakukan selama dua kli pertemuan, dimana setiap pertemuan beralokasikan 2 JP. Langkah-langkahnya sebagai berikut:

1. Perencanaan tindakan

(65)

2. Pelaksanaan tindakan Siklus 1 pertemuan 1 Kegiatan pembelajaran:

Guru menyampaikan standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dalam kegiatan yang akan dilaksanakan. Sebelum memulai pembelajaran siswa mengerjakan skala minat belajar siswa berupa daftar pernyataan dimana siswa memberikan tanda cek (√) pada pernyataan yang sesuai dengan kondisi

(66)

Siklus 1 pertemuan 2 Kegiatan pembelajaran:

Guru menyampaikan standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dalam kegiatan yang akan dilaksanakan. Awal pembelajaran siswa melihat video fase-fase bulan. Siswa mendengarkan dan menyimak penjelasan singkat dari guru materi mengurutkan fase-fase bulan dengan pendekatan kontekstual dari video yang diputarkan. Guru dan siswa melakukan kegiatan tanya jawab. Siswa dibagi dalam kelompok, setiap kelompok terdiri dari 4-5 orang. Setiap kelompok mengerjakan LKS berdasarkan video. Siswa mempresentasikan hasil mengerjakan LKS. Guru dan siswa membahas hasil diskusi dan guru memberi kesempatan siswa untuk bertanya. Guru secara acak bertanya kepada siswa mengenai materi yang telah dipelajari. Siswa mengerjakan soal tes prestasi secara individu di setiap akhir siklus. Siswa mengisi skala minat belajar siswa secara individu.

3. Observasi

(67)

melakukan observasi atau pengamatan terhadap minat belajar siswa mengikuti pembelajaran dengan lembar pengamatan siswa.

4. Refleksi

Guru mengevaluasi hasil pembelajaran dari setiap siklus, perasaan yang dialami siswa setelah mengikuti pembelajaran, hambatan yang dialami siswa saat pembelajaran, dan kendala yang dihadapi siswa. Membandingkan hasil tes prestasi dengan indikator keberhasilan yang telah ditetapkan. Siklus II dilakukan guna merencanakan perbaikan tes prestasi pada siklus I.

b. Siklus II

Siklus ini akan dilakukan selama dua kali pertemuan, dimana setiap pertemuan beralokasikan 2 JP. Langkah-langkahnya sebagai berikut:

1. Perencanaan tindakan

(68)

2. Pelaksanaan tindakan Siklus II pertemuan 1 Kegiatan pembelajaran:

Menyampaikan standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dalam kegiatan yang akan dilaksanakan. Guru dan siswa melakukan tanya jawab secara lisan mengenai fase-fase bulan yang dipelajari pada siklus 1. Siswa dibagi dalam kelompok, setiap kelompok terdiri dari 4-5 orang. Setiap kelompok mendapatkan soal LKS fase-fase bulan. Perwakilan kelompok memperagakan alat peraga dari sekolah fase bulan di depan kelas. Siswa menyimak dan mencatat fase-fase bulan yang diperagakan oleh teman. Siswa mempresentasikan hasil mengerjakan LKS secara bergantian. Guru dan siswa membahas hasil diskusi dan guru memberi kesempatan siswa untuk bertanya. Guru secara acak bertanya kepada siswa mengenai materi yang telah dipelajari.

Siklus II pertemuan 2 Kegiatan pembelajaran:

(69)

bergantian. Guru dan siswa membahas hasil diskusi dan guru memberi kesempatan siswa untuk bertanya. Guru secara acak bertanya kepada siswa mengenai materi yang telah dipelajari. Siswa mengerjakan soal tes prestasi secara individu disetiap akhir siklus. Siswa mengisi skala minat belajar secara individu.

3. Observasi

Peneliti melakukan observasi atau pengamatan terhadap proses pembelajaran. Peneliti melakukan observasi atau pengamatan terhadap kegiatan siswa ketika berdiskusi kelompok. Peneliti melakukan observasi atau pengamatan terhadap kegiatan bertanya yang dilakukan oleh guru ke siswa. Peneliti melakukan observasi atau pengamatan terhadap kesulitan, hambatan, kelebihan, dan kekurangan dalam pembelajaran IPA. Peneliti melakukan observasi atau pengamatan terhadap minat belajar siswa mengikuti pembelajaran dengan lembar pengamatan siswa.

4. Refleksi

(70)

3.4 Teknik Pengumpulan Data a. Skala minat

Peneliti menggunakan model skala minat untuk mendapatkan data yang diinginkan dari subjek atau persoalan yang dihadapi. Skala minat adalah sebuah daftar yang memuat sejumlah pernyataan, gejala atau perilaku yang dijabarkan dalam bentuk skala atau kategori yang bermakna nilai dari yang terendah sampai yang tertinggi. Dalam hal ini tugas penilai, pengamat atau guru tinggal memberi tanda cek (√) dalam kolom rentangan nilai. Dengan

skala minat seorang guru ingin mengecek sekaligus mengetahui sejauh mana tingkat atau mutu perilaku yang dilakukan individu atau siswa, sehingga guru misalnya dapat menentukan program pengajaran yang akan datang bagi para siswanya. Masidjo (1995 : 66).

b. Pengamatan (Observasi)

(71)

sungguh mengamati dan mengumpulkan data. Pengamat tidak ikut berinteraksi dengan siswa. Untuk membantu pencatatan pengamatan langsung, peneliti menggunakan metode checklist. Dimana peneliti melihat perkembangan belajar siswa dengan memberikan tanda (√) pada kolom -kolom yang sudah tersedia (Suparno, 2008 : 45-49).

c. Tes prestasi

Masidjo (1995: 38) menjelaskan bahwa tes adalah suatu alat pengukur yang berupa serangkaian pertanyaan yang harus dijawab secara sengaja dalam suatu situasi yang distandardisasikan, dan yang dimaksudkan untuk mengukur kemampuan dan hasil belajar individu atau kelompok. Tes yang digunakan adalah tes tertulis dengan mengerjakan soal tes prestasi. Jenis tes ini berupa tes obyektif berbentuk pilihan ganda. Soal tes prestasi berbentuk pilihan ganda dilaksanakan disetiap ahkir siklus untuk mengetahui apakah terjadi peningkatan prestasi siswa setelah proses pembelajaran setiap siklus berlangsung.

3.5 Instrumen Penelitian

3.5.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang digunakan dalam penelitian adalah :

Tabel 2. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Bumi dan Alam semesta

9. Memahami perubahan kenampakan permukaan bumi dan benda langit

(72)

3.5.2 Alat untuk melakukan penelitian ini menggunakan panduan skala minat, observasi dan tes prestasi.

Instrumennya adalah : a. Skala minat

Skala minat belajar siswa berisi indikator minat, deskriptor favorabel dan unfavorable di setiap indikator. Kisi-kisi skala minat (terlampir). Berikut ini adalah blue print skala minat:

Tabel 3. Blue Print Skala Minat

No Indikator

Aitem

Total Favorable Unfavorable

1. Perasaan senang mengikuti

pembelajaran 5 5 10

2. Daya Tarik siswa pada

pembelajaran 5 5 10

3. Perhatian siswa saat

pembelajaran 5 5 10

Total 30

Setiap indikator skala minat belajar terdapat 5 pernyataan positif (favorabel) dan 5 pernyataan negatif (unfavorable). Siswa memberikan tanda cek (√) pada salah satu pernyataan yang sesuai dengan kondisi

(73)

b. Observasi

Observasi minat belajar siswa berisi indikator minat dan deskriptor favorable di setiap indikator. Kisi-kisi observasi (terlampir). Berikut ini blue print observasi:

Tabel 4. Blue Print Observasi Minat

No Indikator Deskriptor

1. Perasaan senang mengikuti pembelajaran 5 2. Daya tarik siswa pada pembelajaran 5 3. Perhatian siswa saat pembelajaran 5

Total 15

Setiap indikator observasi minat belajar terdapat 5 pernyataan positif. Peneliti memberikan tanda cek (√) pada kondisi siswa yang sesuai dengan indikator observasi minat belajar.

c. Instrumen Prestasi Belajar

(74)

Tabel 5. Kisi-kisi Soal Pilihan Ganda (Sebelum dilakukan validasi) IPA

Bumi dan Alam Semesta

9. Memahami perubahan kenampakan permukaan bumi dan benda langit IPA

9.2 Mendeskripsikan posisi bulan dan kenampakan bumi dari hari ke hari

Indikator No item

Menyebutkan penyebab pasang surut air laut 5, 9, 26 Siswa mampu menyebutkan lamanya bulan berevolusi 10, 14, 17 Menyebutkan penyebab terjadinya fase-fase bulan 1, 2, 3, 18, 7, 11 Siswa mampu menggambarkan fase-fase bulan 6, 8, 15, 24, 30

Megurutkan fase-fase bulan 4, 13, 29

Mengidentifikasi fase-fase bulan 19, 20, 21, 23, 25, 27, 28 Mengidentifikasi gerhana bulan dan gerhana matahari 12, 16, 22

Jumlah soal 30 soal

3.6 Validitas, Reliabilitas, dan Indeks Kesukaran Soal 3.6.1 Validitas Instrumen Penelitian

1. Pengertian

Menurut Azwar (1997: 5) validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Validitas adalah aspek kecermatan pengukuran. Suatu alat ukur yang valid, tidak sekedar mampu mengungkapkan data dengan tepat akan tetapi juga harus memberikan gambaran yang cermat mengenai data tersebut.

(75)

(Trianto, 2010: 269). Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan suatu instrumen (Arikunto, 2006: 72). Validitas suatu tes adalah taraf sampai dimana suatu tes mampu mengukur apa yang seharusnya diukur (Masidjo, 1995: 242).

2. Validitas yang digunakan dalam penelitian

Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi. Menurut Azwar (1997: 45-53) validitas isi adalah validitas yang diestimasi lewat pengujian terhadap isi tes dengan analisis rasional atau lewat expert judgment. Pertanyaan yang dicari jawabannya dalam validasi ini adalah “sejauh mana aitem-aitem dalam tes mencakup keseluruhan kawasan isi objek yang hendak diukur” atau “sejauhmana isi tes mencerminkan ciri atribut yang

hendak diukur”.

Validitas isi terbagi menjadi dua tipe, yaitu validitas muka dan validitas logik. Tipe validitas tersebut adalah:

i. Validitas muka

Validitas muka adalah tipe validitas yang paling rendah signifikannya karena hanya didasarkan pada penilaian terhadapformat penampilan tes. ii. Validitas logik

Validitas logik disebut juga sebagai validitas sampling. Validitas tipe ini menunjukkan sejauhmana isi tes merupakan representasi dari ciri-ciri atribut yang hendak diukur.

(76)

validitas (expert judgement) dan validitas empiris. Validitas (expert judgement) yaitu membuat instrumen penelitian sebaik mungkin dan di konsultasikan kepada yang ahli. Validitas empiris yaitu membuat instrumen penelitian sebaik mungkin dan dikonsultasikan kepada yang ahli, kemudian diujikan di lapangan.

a. Validasi Instrumen Minat

Penelitian ini, instrumen minat divalidasi dengan menggunakan validitas expert judgement dan empiris. Skala minat dan observasi pada penelitian ini telah divalidasi oleh dosen. Hal ini bertujuan supaya instrument minat belajar yang dibuat peneliti, benar-benar sesuai dengan indikator sehingga penelitian ini dapat valid. Kemudian skala minat dan observasi siap diujikan di lapangan yaitu SD Kanisius Jetisdepok. Uji validitas skala sikap memperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 6. Perhitungan SPSS Skala Minat

(77)

16 0.781” 0.000 Valid

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed) **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed) b. Validasi Instrumen Prestasi Belajar

Dalam penelitian ini validitas perangkat pembelajaran menggunakan expert judgment. Perangkat pembelajaran divalidasi oleh guru kelas IV dengan menggunakan rubrik validasi perangkat pembelajaran. Kriteria perhitungan interval skor validasi perangkat pembelajaran dengan PAP tipe II. Hasil perhitungan dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

(78)

dirumuskan

Tabel 8. Kriteria Validasi Perangkat Pembelajaran Interval skor Keterangan

4, 5 – 5 Sangat Baik

4 – 4, 49 Baik

3, 25 – 3, 99 Cukup 2, 75 – 3, 24 Tidak Baik

0 – 2, 74 Sangat Tidak Baik

Dari hasil perhitungan di atas diperoleh rata-rata 4, 44 dengan keterangan baik, maka perangkat pembelajaran yang dibuat peneliti dapat digunakan dalam penelitian.

c. Uji Validitas Instrumen Prestasi Belajar

Gambar

Gambar 1 Menunjukkan posisi bulan dan matahari menentukan pasang
Gambar 2 Menunjukkan permukaan air naik pada saat pasang naik.
Gambar 5 fase-fase bulan.
Gambar 6 fase-fase bulan selama satu bulan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu. sendiri ,

Pada hari ini Jumat tanggal Lima bulan April tahun Dua Ribu Tiga Belas , kami Panitia Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi

In any case, Guice will look for methods annotated with @Provides on the class or object you specify and then generate the appropriate binding based on the return type of the

Bagi manajemen, seringkali tidak penting untuk melaporkan laba maksimal, bahkan manajemen lebih cenderung melaporkan laba yang dianggap normal bagi perusahaan untuk

 Nilai Praksis berkaitan dengan aturan-aturan Nilai Praksis berkaitan dengan aturan-aturan konkrit yang dipakai untuk mengatur dan. konkrit yang dipakai untuk mengatur dan

1) Dengan Visual, anak diminta untuk melihat alat bantu pembelajaran yang telah disediakan berupa kartu gambar atau kartu kata atau benda aslinya sambil melihat ujaran

Bank Syariah dari Teori ke Praktik , Jakarta: Gema Insani Press.. Teori Ekonomi Sejarah

Telah dilakukan Penelitian tentang Studi Perbandingan Penambahan Variasi Ragi Tape dan Ragi Roti dalam Pembuatan Bioetanol dari Fermentasi Glukosa Hasil Hidrolisis Selulosa