• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang

Pembelajaran di Sekolah Dasar (SD) dibedakan menjadi dua macam, yaitu pembelajaran kelas rendah untuk kelas 1 sampai kelas 3 dan pembelajaran kelas tinggi untuk kelas 4 sampai kelas 6, sehingga dalam pelaksana pembelajaranya berbeda. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 22 tahun 2006 menyebutkan bahwa pembelajaran yang ditekankan untuk kelas 1 sampai kelas 3 SD adalah Pembelajaran Tematik.

Penetapan pemerintah tentang pembelajaran tematik telah melalui pertimbangan dan kajian dari berbagai pihak terkait sebagai pengambil kebijakan, karena pembelajaran dengan pendekatan tematik dianggap bermanfaat dan sesuai dengan tahap perkembangan anak kelas awal sekolah dasar. Munculnya Pembelajaran Tematik dimotori oleh aliran Psikologi Gestalt, yang menekankan bahwa keseluruhan lebih bermakna dari pada bagian-bagian atau unsur-unsur (Olson, 2008).

Belajar berdasarkan teori Gestalt bisa dimulai dari sesuatu yang dekat dengan siswa dan setiap langkah dalam pembelajaran didasarkan pada hal-hal

(2)

2 yang sudah dikuasai berdasarkan pengalaman mereka (Olson, 2008). Penguasaan berdasarkan pengalaman dapat diterapkan dalam pembelajaran tematik, karena belajar akan menjadi lebih bermakna dan anak mengalami secara langsung apa yang dipelajarinya sehingga membantu mereka membangun kebermaknaan konsep-konsep dan prinsip-prinsip melalui kaitan antar satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya. Apa yang dipelajari anak akan lebih mudah diingat, dipahami, diolah, serta digunakan untuk memecahkan permasalahan yang ditemui dalam kehidupannya.

Bagi guru SD kelas rendah (kelas 1 sampai 3) yang siswanya masih berperilaku dan berpikir konkret, pembelajaran hendaknya dirancang secara terpadu dengan menggunakan tema sebagai pemersatu kegiatan pembelajaran. Ernawati,dkk. (2011) menyebutkan pembelajaran Tematik merupakan pendekatan dalam pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan beberapa aspek baik dalam satu mata pelajaran maupun dengan mata pelajaran lainnya. Dengan Tematik maka pembelajaran kelas 1 sampai kelas 3 menjadi lebih bermakna, lebih utuh dan sangat kontekstual dengan dunia anak-anak.

Penerapan pembelajaran Tematik di Sekolah Dasar (SD) sekarang ini menimbulkan tantangan bagi guru (Rahayuningsih, 2011). Salah satu masalah yang

(3)

3 dihadapi adalah tentang pelaksanaan pembelajaran tematik di sekolah. Penelitian oleh Riniati (2012) berjudul Studi Evaluasi Implementasi Pembelajaran Tematik pada Kelas Awal Sekolah Dasar Di Kecamatan Tegallalang menyimpulkan bahwa pelaksanaan Pembelajaran Tematik pada kelas awal Sekolah Dasar di Kecamatan Tegallalang tergolong tidak efektif. Ketidakefektifan yang terjadi disebabkan karena ketidaksesuaian antara pelaksanaan pembelajaran dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang ada. Sebanyak 67% guru kelas 1 dan kelas 2 melakukan proses pembelajaran tidak sesuai dengan RPP yang ada, sehingga prestasi pembelajaran Calistung siswa rendah.

Wahyuni (2008) melakukan penelitian berjudul Studi Deskriptif tentang Hambatan-Hambatan pada Proses Pembelajaran Tematik Di Kelas 2 Sekolah Dasar di Kecamatan Mejobo Kudus Tahun Ajaran 2008/2009 yang menyimpulkan bahwa terdapat hambatan-hambatan dalam Pembelajaran Tematik. Hambatan ditemukan dalam aspek persiapan dan pengelolaan kelas, hambatan dalam aspek persiapan adalah penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang kurang matang. Sedangkan dalam hal pengelolaan kelas, disebutkan bahwa 74% guru di Kecamatan Mejobo tidak mengkondisikan kelas sesuai dengan tujuan pembelajaran yang disebutkan dalam RPP. Hal

(4)

4 itu mengakibatkan hasil belajar siswa tidak dapat dicapai secara optimal, dikarenakan hanya 47% siswa mendapat nilai di atas KKM yang ditentukan dalam tujuan pembelajaran.

Sedangkan penelitian Adri (2012) dengan judul Implementasi Pembelajaran Tematik siswa kelas III di SD Nomor 3 Bangkalan Denpasar menyimpulkan bahwa implementasi Pembelajaran Tematik efektif untuk meningkatkan hasil belajar membaca (peningkatan rerata sebesar 10.23%), menulis (peningkatan rerata sebesar 12.04%), dan berhitung (peningkatan rerata sebesar (21.00%) siswa kelas III SD No. 3 Bangkalan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Pembelajaran Tematik dapat meningkat kemampuan Calistung siswa.

Muncul kesenjangan dalam hasil penelitian yang ditemukan oleh Riniati (2012) dan Wahyuni (2008), disimpulkan bahwa pelaksanaan Pembelajaran Tematik menimbulkan masalah, diantaranya masalah dalam penyusunan RPP dan pengelolaan kelas sehingga menyebabkan Pembelajaran Tematik menjadi tidak efektif dan tidak meningkatkan prestasi belajar Calistung siswa. Sedangkan penelitian yang dilakukan Adri (2012) menyimpulkan bahwa Pembelajaran Tematik efektif untuk diterapkan dalam pembelajaran

(5)

5 karena dapat meningkatkan kemampuan Calistung siswa.

Pada sisi lain Rahayuningsih (2011) meneliti tentang Supervisi Klinis dalam Pembelajaran Tematik pada Guru di SD Negeri Dadapsari Semarang, menyimpulkan bahwa supervisi yang dilakukan kepala sekolah dapat membantu pemecahan masalah dalam Pembelajaran Tematik. Permasalahan yang terjadi adalah pada tahap persiapan pembelajaran yang mencakup penyusunan RPP Tematik dan pengelolaan kelas. Kepala sekolah sebagai supervisor memberikan masukan dan pengawasan kepada guru dalam penyusunan RPP Tematik. Supervisi yang dilakukan kepala sekolah dapat meningkatkan proses pembelajaran. Hal ini dapat dibuktikan bahwa guru di SD Negeri Dadapsari dapat melaksanakan pembelajaran sesuai dengan tahap-tahap yang sudah disusun dalam RPP, sehingga hasil belajar siswa meningkat.

Berdasarkan penelitian Rahayuningsih (2011) menyimpulkan bahwa untuk mengurangi kelemahan dalam Pembelajaran Tematik seperti masalah yang disebutkan oleh Riniati (2012) dan Wahyuni (2008) dapat dilakukan dengan melakukan supervisi. Menurut Suhardan (2010) supervisi merupakan suatu pengawasan professional dalam bidang akademik,

(6)

6 dijalankan berdasarkan kaidah-kaidah keilmuan tentang bidang kerjanya, memahami tentang pembelajaran lebih mendalam dari sekedar pengawasan biasa lebih dalamnya disebut supervisi klinis. Sehingga dengan melakukan supervisi diharap masalah-masalah yang terjadi dapat diminimalkan atau dikurangi.

Melihat fakta di lapangan khususnya di Gugus Patiunus, peneliti menemukan permasalahan yang sama dengan masalah yang ditemukan oleh Riniati (2012) dan Wahyuni (2008). Peneliti melakukan pra penelitian tentang pelaksanaan pembelajaran Tematik di Gugus Patiunus Kecamatan Jumo Kabupaten Temanggung. Pemilihan Gugus Patiunus sebagai lokasi prapenelitian, dikarenakan pada bulan Juni 2012 seluruh guru kelas 1 sampai kelas 3 di Gugus Patiunus Kecamatan Jumo telah mengikuti workshop tentang pembelajaran tematik, dengan tujuan untuk memberikan pelatihan kepada para guru dalam Pelaksanaan Pembelajaran Tematik. Peneliti melakukan pra penelitian dengan cara observasi secara langsung dan wawancara serta studi dokumentasi kepada semua guru kelas 1 sampai kelas 3 Sekolah Dasar di dalam Gugus Patiunus. Pra penelitian dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan data secara nyata tentang masalah yang terjadi dalam pelaksanaan Pembelajaran Tematik di Gugus Patiunus. Adapun hasil pra

(7)

7 penelitian yang dilakukan terhadap 15 guru terdapat 4 guru mengalami masalah dalam persiapan pembelajaran, dimana permasalahan tersebut muncul dalam penyusunan RPP Tematik yang dianggap menjadi sesuatu yang sulit bagi para guru di Gugus Patiunus. Kemudian 4 guru mengalami masalah dalam pengelolaan kelas, dimana guru mengalami permasalah dalam mengkondisikan kelas sesuai dengan proses pembelajaran Tematik. Sedangkan sisanya 7 guru mengalami permasalahan dalam proses pembelajaran di dalam kelas. Masalah tersebut terjadi karena proses pembelajaran yang dilaksanakan tidak sesuai dengan langkah-langkah yang ada dalam RPP milik para guru, sehingga tujuan pembelajaran tidak dapat tercapai secara maksimal. Tujuan pembelajaran tidak dapat tercapai secara maksimal berdampak pada hasil pembelajaran yang mengakibatkan kemampuan Calistung siswa rendah.

Melanjutkan dari hasil pra penelitian, peneliti melakukan tindak lanjut dengan cara melakukan observasi lebih mendalam terhadap masalah yang dihadapi di Gugus Patiunus untuk mendapatkan sekolah sebagai tempat penelitian. Setelah dilakukan observasi lebih mendalam, ditemukan satu sekolah yang mempunyai permasalahan kompleks, yaitu SD Negeri Giyono. Hasil observasi yang dilakukan, peneliti

(8)

8 menemukan bahwa kemampuan guru kelas 2 SD Negeri Giyono dalam pengelolaan di kelas 2 di SD Negeri Giyono hanya mencapai skor sebesar 42% dari kriteria pengelolaan kelas yang baik. Sedangkan dalam proses pembelajaran sebanyak 60,87% siswa pasif di dalam kelas. Hal itu terjadi karena tidak sesuainya langkah-langkah pembelajaran dalam pelaksanaan di kelas dengan langkah-langkah pembelajaran dalam RPP yang disiapkan. Sedangkan masalah dalam kemampuan Calistung siswa, diperoleh data sebanyak 6 siswa atau 30% dari jumlah total 23 siswa dapat memperoleh nilai di atas KKM yang ditentukan SD Negeri Giyono sedangkan sisanya sebanyak 70% siswa masih dibawah KKM.

Berdasarkan permasalahan yang terjadi di kelas 2 SD Negeri Giyono, peneliti melakukan treatment

dengan melakukan supervisi dalam pelaksanaan Pembelajaran Tematik yang dilakukan guru kelas 2 di SD Negeri Giyono. Menurut Suhardan (2010), supervisi dilakukan dengan tujuan untuk memperbaiki mutu kegiatan pokok disekolah khususnya dalam perbaikan pembelajaran yang mencakup aspek persiapan, proses, dan evaluasi pembelajaran. Sebagai kelas kontrol dalam penelitian ini, peneliti juga melakukan pengamatan pelaksanaan Pembelajaran Tematik di SD lain yaitu SD Negeri Gunung Gempol. Alasan yang

(9)

9 mendasar dalam pemilihan SD Negeri Gunung Gempol sebagai kelas kontrol dikarenakan SD Negeri Gunung Gempol dengan SD Negeri Giyono mempunyai kesetaraan yang sama atau tidak ada perbedaan yang signifikan dalam hasil belajar Calistung siswa dan juga kesamaan jumlah siswa kelas 2 yaitu 23 siswa. Akan tetapi dalam pelaksanaan Pembelajaran Tematik di SD Negeri Gunung Gempol tanpa supervisi. Peneliti melakukan penelitian di dua tempat dengan tujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar Calistung antara pelaksanaan Pembelajaran Tematik tersupervisi di SD Negeri Giyono dengan pelaksanaan Pembelajaran Tematik tanpa supervisi di SD Negeri Gunung Gempol.

B.

Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Adakah perbedaan yang signifikan antara hasil belajar Calistung siswa melalui Pembelajaran Tematik Tersupervisi di SD Negeri Giyono dengan Tanpa Supervisi di SD Negeri Gunung Gempol?

C.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini dirumuskan sebagai berikut untuk mengetahui signifikansi perbedaan antara hasil belajar Calistung siswa melalui Pembelajaran Tematik Tersupervisi di SD Negeri Giyono dengan Tanpa Supervisi di SD Negeri Gunung Gempol.

(10)

10

D.

Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah : 1. Manfaat Teoritik

Apabila hasil penelitian ini menemukan ada perbedaan yang signifikan antara prestasi belajar Calistung siswa yang melakukan pembelajaran Tematik tersupervisi dengan tanpa supervisi sejalan hasil penelitian Rahayuningsih (2011) dan Adri (2012) yang menyimpulkan bahwa supervisi yang dilakukan dalam pembelajaran Tematik dapat membantu untuk pemecahan masalah dalam pembelajaran Tematik dan meningkatkan prestasi Calistung siswa. Akan tetapi jika penelitian ini tidak menemukan ada perbedaan yang signifikan antara prestasi belajar Calistung siswa yang melakukan pembelajaran Tematik tersupervisi dengan tanpa supervisi, penelitian ini sejalan dengan temuan penelitian Riniati (2012) dan Wahyuni (2008) bahwa pembelajaran Tematik tidak efektif diterapkan di sekolah karena tidak meningkatkan prestasi belajar Calistung siswa.

2. Manfaat Praktis

Memberi masukan kepada sekolah dalam pengambilan kebijakan akan pentingnya supervisi untuk peningkatan mutu pendidikan khususnya prestasi belajar Calistung siswa dalam Pembelajaran Tematik di sekolah.

9

(11)

Referensi

Dokumen terkait

Dua tahun yang lalu Tayangan komedi didominasi oleh Trans TV, Trans TV mempunyai Program komedi Extravagansa yang begitu sangat menarik dan digemari oleh kalangan remaja pada

bottom-up dan partisipatif untuk komunitas buruh, tani, nelayan, dan kaum marginal di perkotaan maupun pedesaan; 3) Mengembangkan potensi sumberdaya manusia untuk

Deviasi tanggapan relatif TLD LiF:Mg,Cu,P dan LiF:Mg,Ti yang disinari dengan 60 Co, masing-masing adalah 6,85% dan 9,42%, sehingga TLD LiF:Mg,Cu,P sangat cocok untuk

Upaya masyarakat dalam publikasi destinasi wisata untuk peningkatan ekonomi Desa Leuwikujang Kecamatan Leuwimunding Kabupaten Majalengka adalah dengan cara

Pada tahap pertama ini kajian difokuskan pada kajian yang sifatnya linguistis antropologis untuk mengetahui : bentuk teks atau naskah yang memuat bentuk

Razlika termokromnih boja na bazi tekućih kristala u odnosu na termokromne boje na bazi leukobojila je igra boja gdje svaka boja prikazuje različitu temperaturu, a promjena

Posted at the Zurich Open Repository and Archive, University of Zurich. Horunā, anbēru, soshite sonogo jinruigakuteki shiten ni okeru Suisu jin no Nihon zō. Nihon to Suisu no kōryū

Sehingga dapat dilihat hasil penilaian rata – rata yang dicapai nilai dari kegiatan kondisi awal 64,77 dan pada silkus pertama nilai rata – rata yang dicapai 65,45