Jurnal Pendidikan ”Jendela Pengetahuan” Vol ke-2, Cetakan ke-6. 85 Abstrak: Hasil penelitian menunjukkan
Salah satu kekuatan penting dalam pro-ses belajar mengajar adalah terciptanya kondisi sosio emosional di kelas antara guru dengan siswa. Siswa merasa kurang
nyaman, tingkat kerja-sama rendah, pasif dalam pembelajaran dan bersikap kurang menghargai, di antaranya disebabkan oleh kurang optimalnya kondisi sosio emosional di kelas.
Pengoptimalan kondisi sosio emosional di kelas melalui penerapan model quantum
teaching dapat meningkatkan hasil belajar
siswa dalam pembelajaran IPA tentang gaya gesek. Berdasarkan perbandingan hasil belajar siswa pada penelitian awal,siklus I dan siklus II, dilihat dari perbandingan nilai rata-rata, pada pene-litian awal nilai rata-rata tes kelas 5,6, pada siklus I rata-rata kelas menjadi 6,45, dan pada siklus II rata-rata kelas menjadi 8,25. Selain itu jumlah siswa yang lulus juga meningkat, pada pene-litian awal jumlah siswa yang lulus ha-nya 7 orang (35%), dan 13 orang lainnya
(65%) tidak lulus. Pada siklus I jumlah siswa yang lulus bertambah menjadi 14 orang (70%) siswa yang tidak lulus 6 orang (30%). Peningkatan jumlah siswa yang lulus juga terlihat pada siklus II jumlah siswa yang lulus 20 orang
(100%) atau dengan kata lain seluruh siswa lulus.
Kata-kata kunci: kondisi sosio, emosional, model Quantum Teaching, hasil belajar.
Rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan, merupa-kan salah satu dari masalah pendidimerupa-kan yang sedang dihadapi bangsa Indonesia saat ini. Berbagai usaha telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional baik dengan pengembangan. kurikulum, peningkatan kompetensi guru, pengadaan buku dan alat peraga, sarana pendidikan serta perbaikan manajemen sekolah. Dengan berbagai usaha itu ternyata belum juga menunjukan pening-katan yang signifikan.
Peran serta sekolah dalam penyeleng-garaan pendidikan selama ini sangat kurang, partisipasi guru dalam pengam-bilan keputusan sering terabaikan padahal terjadi atau tidak terjadi perubahan di sekolah sangat bergantung pada gurunya. Guru perlu memahami bahwa apapun yang dilakukan di ruang kelas saat pembelajaran berlangsung mempunyai pengaruh, baik positif atau negatif
ter-Pendahuluan
PENGOPTIMALAN KONDISI SOSIO EMOSIONAL MELALUI
PENERAPAN MODEL QUANTUM TEACHING UNTUK
MENING-KATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V TENTANG GAYA
GESEK DI SDN SUKABUMI SELATAN 06 JAKARTA BARAT
Oleh : ABD Karim
Jurnal Pendidikan ”Jendela Pengetahuan” Vol ke-2, Cetakan ke-6. 85 Abstrak: Penelitian ini dilakukan pada
siswa-siswi kelas XI-IPA3 SMA Negeri 101Jakarta. Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah hasil belajar kimia mencakup nilai kognitif, afektif, psikomo-torik, kinerja guru dan tanggapan siswa terhadap pembelajaran. Penelitian ini di rancang menjadi tiga siklus, setiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu peren-canaan, pemberian tindakan, pengamatan dan refleksi. Data kuantitatif dianalisis dengan membagi skor yang diperoleh dengan skor total dikalikan 100%.
Berdasarkan analisis data yang dipero-leh, nilai kognitif rata-rata pada siklus I mencapai 59,41, siklus II 70,59, siklus III 67,35 dengan standar ketuntasan 76,47%.
Nilai psikomotorik rata-rata yang dicapai pada siklus I 63,7, siklus II 69,15, siklus III 77,32. Nilai afektif rata-rata yang dicapai
adalah 70 pada siklus I, 74,12 pada siklus II, 77,06 pada siklus III. Permainan kimia berwawasan CET dapat mening-katkan hasil belajar kimia pada pokok bahasan stoikiomertri larutan baik kognitif, psikomotorik, dan afektif.
Kata-kata kunci: Stokiometri, Permainan Kimia, Chemoedutainment
Pembaharuan di bidang pendidikan terus dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan, di antaranya adalah pember-lakuan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang disempurnakan lagi menjadi Kurikulum Tingkat Satuan pendidikan (KTSP).Kurikulum tersebut menekankan keterlibatan siswa secara aktif dan beru-saha menemukan konsep sendiri dalam proses pembelajaran di semua mata pelajaran termasuk kimia. Guru sebagai fasilitator dan pendorong siswa untuk menggunakan keterampilan proses serta menerapkan inovasi model pembelajaran sehingga pembelajaran kimia mampu mengembangkan life skill yang merupa-kan implementasi dari kurikulum KTSP. Metode mengajar di sekolahdasar sampai perguruan tinggi masih monoton meng-gunakan metode mengajar secara infor-matif, pengajar lebih banyak berbicara dan bercerita untuk menginformasikan semua fakta dan konsep sedangkan siswa hanya sebagai obyek pembelajaran saja. Dari fakta tersebut jelas bahwa siswa hanya mendapat sebatas pengetahuan yang nantinya akan terukur dalam peni-laian kognitif saja. Padahal dalam KTSP siswa dituntut untuk mengalami proses
PENINGKATAN HASIL BELAJAR KIMIA POKOK BAHASAN
STOIKIOMETRI LARUTAN PADA SISWA KELAS XI-IPA3
SE-MESTER II SMA NEGERI 101 JAKARTA MELALUI PERMAINAN
KIMIA BERWAWASAN CET (CHEMOEDUTAINMENT)
Oleh : ASMANAH
Guru Pembina Pada SMA Negeri 101 Jakarta
Jurnal Pendidikan ”Jendela Pengetahuan” Vol ke-2, Cetakan ke-6. 85 Abstrak: Penelitian ini merupakan
pene-litian tindakan kelas yang dilaksanakan pada siswa kelas IX-D SMP Negeri 1 Anyar
dengan pelaksanaannya terjadi dalam 2 siklus, yang masing-masing siklus terdiri
dari empat tahapan, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Data yang diperoleh dalam penelitian ini meliputi hasil pengamatan terhadap keak-tifan siswa selama proses pembelajaran dan pemberian soal tes pada setiap akhir
siklus serta hasil refleksi siswa pada setiap akhir pembelajaran.
Hasil penelitian pada siklus 1 menunjukkan
bahwa prosentase ketuntasan belajar siswa
adalah 68.18% sehingga kelas dinyatakan
belum tuntas belajar dan prosentase ke-aktifan siswa adalah 69.17%,sedangkan hasil penelitian pada siklus 2 menunjuk-kan bahwa prosentase ketuntasan belajar siswa adalah 90.83% sehingga kelas sudah tuntas belajar dan prosentase keaktifan siswa adalah 86.36%.
Dari hasil penelitian ini diperoleh simpulan
bahwa dengan menggunakan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan hasil
bela-jar siswa kelas IX-D SMP Negeri 1 Anyar pada materi pokok tabung, kerucut dan bola.
Kata-kata kunci: hasil belajar matematika, pendekatan kontekstual.
Pada hakekatnya matematika muncul dari kehidupan nyata sehari-hari. Sebagai con -toh, bangun-bangun ruang dan datar pada dasarnya didapat dari benda-benda kongkrit dengan melakukan proses abstraksi dan idealisasi dari benda-benda nyata. Kare-nanya proses pembelajaran matematika harus dapat menghubungkan antara ide abstrak matematika dengan suatu situasi nyata yang pernah dialami siswa ataupun yang dapat dipikirkan siswa.
Geometri dan pengukuran adalah salah satuaspek dalam mata pelajaranmatematika pada satuan pendidikan SMP/MTs berda-sarkan kurikulum tingkat satuan pendidikan. Pelajaran geometri di sekolah diarahkan sebagai pembekalan para siswa untuk memecahkan misteri alam ciptaan- Nya dalam rangka mensejahterakan umat ma-nusia. Oleh karena itulah maka dalam setiap pembelajaran diharapkan menggu-nakan pendekatan kontekstual yang akrap dengan kehidupan nyata sehari-hari. Kenyataan menunjukkan bahwa pembe-lajaran “Geometri Ruang” dipendidikan dasar dan menengah merupakan salah satu dari sekian banyak topik yangmenjadi masalah terkemuka. Baik guru maupun siswa banyak mengalami hambatan untuk
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA
KELAS IX-D SMP NEGERI 1 ANYAR PADA MATERI POKOK
TABUNG, KERUCUT DAN BOLA MELALUI IMPLEMENTASI
PENDEKATAN KONTEKSTUAL
Oleh : Bantu Bangun
Guru Pembina Pada SMP Negeri 1 Anyar, Kabupaten Serang-Banten
Jurnal Pendidikan ”Jendela Pengetahuan” Vol ke-2, Cetakan ke-6. 85 Abstrak Penelitian ini merupakan
peneli-tian tindakan kepengawasan yang dilak-sanakan di SMP Negeri 189 jakarta barat sebagai salah satu dari 13 sekolah yang menjadi paket kepengawasan, dalam pelaksanaan penelitian ini dilakukan 2 (dua) siklus yang masing-masing berisikan perencanaan, penerapan,
observasi/evalu-asi, dan refleksi. Data dikumpulkan melalui
wawancara, observasi, dan angket/kuesioner.
Kuesioner siklus I menggunakan model kuesioner berskala katagori sedang siklus II menggunakan kuesioner berstruktur. Pemilihan masalah kuesioner dikaitkan dengan 4 dimensi kompetensi kepala sekolah yaitu kepribadian, manajerial, ke-wirausahaan dan supervisi. Data dianalisis
dengan menggunakan teknik kuantitatif dan kualitatif.
Hasil penelitian padasikluspertama
menun-jukkan, bahwa terdapat masalah yang harus diselesaikan dengan pemberian
infor-masi, ada masalah yang akan diselesaikan
dengan pembuatan program untuk tindak lanjutnya, ada kegiatan yang perlu diper-tahankan tetapi ada pula masalah yang harus diperdalam melalui siklus kedua. Setelah siklus kedua, semua permasalahan
telah mendapat jawaban untuk ditindak lanjuti kepala sekolah. Penelitian ini di-anggap berhasil karena melalui penelitian
ini kepala sekolah mendapat wawasan pengetahuan membuat kuesioner,
kemam-puan menggali masalah dan didapatnya sejumlah informasi masalah pendidik yang
sedang dihadapi.
Kata-kata kunci: Kompetensi Kepala sekolah, Masalah pendidik, dan Kuesioner.
Peningkatan kualitas pendidikan bukanlah merupakan tugas yang ringan,karena ma-salah yang dihadapi tidak hanya mencakup masalah manajemen, tetapi menyangkut berbagai persoalan teknis yang rumit dan kompleks terutama yang berkaitan dengan stakeholder sekolah.
Di setiap sekolah selalu terdapat masalah yang perlu mendapat penyelesaian secara proporsional. Setiap masalah perlu segera dicarikan jalan keluarnya agar tidak ber-larut-larut. Untuk itu perlu ada kegiatan atau upaya kepala sekolah mencari cara penyelesaian yang profesional dan meng-untungkan semua pihak.
Masalah yang ada di sekolah adalah se-suatu yang alamiah, yang dalam batas tertentu dapat bernilai positip terhadap perkembangan sekolah. Namun dilain pi
UPAYA MEMBANTU KEPALA SEKOLAH SUPAYA DAPAT
MELAKUKAN TINDAKAN YANG TEPAT DALAM
MENYELE-SAIKAN PERMASALAHAN PENDIDIK DI SMP NEGERI 189
JAKARTA MELALUI KUESIONER
Oleh : Daliman Sofyan
Pengawas Sudin DIKDAS Jakarta Barat
Jurnal Pendidikan ”Jendela Pengetahuan” Vol ke-2, Cetakan ke-6. 85 Abstrak: Peneliti melihat kenyataan bahwa
sebagian besar siswa SMP mengalami kesulitan dalam mempelajari matematika, khususnya pada materi lingkaran kelas VIII A. Sebagai guru yang mengajar mate -matika, peneliti merasa terpanggil untuk mencoba model pembelajaran yang tepat pada materi lingkaran. Dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) peneliti mengang-kat permasalahan yaitu Upaya Mening-katkan Hasil Belajar Matematika Kelas VIII A SMP Negeri 1 Seikanan Labuhan batu SelatanpadaPokok Bahasan Lingkaran
dengan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Team Assisted Individuali-zation (TAI).
Dari serangkaian tindakan mulai siklus I sampai siklus II hasilnya adalah pada siklus I, persentase keaktifan siswa ber-hasil ditingkatkan yaitu rata-rata 84,21% namun hasil tes akhir siklus I gagal khu-susnya pada aspek pemahaman konsep ketuntasan secara klasikal adalah 60 % dan aspek pemecahan masalah ketunta-san secara klasikal adalah 40 % ( batas ketuntasan secara klasikal minimal 75 %). Pada akhir siklus II keaktifan siswa berhasil ditingkatkan yaitu rata-rata 90,90 % dan hasil tes akhir siklus II prosentase ketuntasan secara klasikal pada aspek pemahaman konsep adalah 100 %
ke-tuntasan secara klasikal aspek penalaran dan komunikasi adalah 75,56 % dan ke-tuntasan secara klasikal aspek pemeca-han masalah adalah 86,67 %.
Kesimpulan yang dapat diambil peneliti dari PTK ini adalah “Dengan implementasi
model pembelajaran kooperatif tipe Team -Assisted Individualization pada pokok bahasan Lingkaran di kelas VIII A SMP Negeri 1 Seikanan Labuhanbatu Selatan Tahun Pelajaran 2009/2010, dapat me-ningkatkan keaktifandan hasil belajar siswa.
Kata-kata kunci: Meningkatkan, hasil belajar, model pembelajaran, cooperative learning, TAI
Guru merupakan salah satu profesi yang sangat penting di dunia pendidikan. Ke-berhasilan dari suatu hasil pembelajaran, salah satunya ditentukan oleh guru. Guru harus dapat menggunakan model pem-belajaran yang tepat pada kondisi siswa yang tertentu dan materi yang tertentu. Guru perlu merefleksi dirinya apabila ter-jadi kegagalan di dalam proses pembela-jaran.
Sebagai seorang guru matematika yang mengajar kelasVIII SMP Negeri 1Seikanan Labuhanbatu merasa bertanggungjawab
Pendahuluan
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA
KELAS VIIIA SMP NEGERI 1 SEI KANAN LABUHANBATU
SELATAN PADA POKOK BAHASAN LINGKARAN DENGAN
MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING
TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI)
Oleh : M. Sopian MatondangJurnal Pendidikan ”Jendela Pengetahuan” Vol ke-2, Cetakan ke-6. 85 Abstrak: Pembelajaran sejarah dengan
menerapkan pembelajaran kooperatif model NHT pada mata pelajaran sejarah dilator belakangi oleh permasalahan di kelas, bahwa guru kurang memiliki kemampuan penggunaan metode, strategi, serta pen-dekatan pembelajaran yang bervariatif. Metode mengajar yang digunakan guru cenderung bersifat konvensional, monoton,
dan berpusat pada guru. Selain itu guru kurang mengembangkan model pembela-jaran yang lebih menarik pada pembelajaran
sejarah. Hal ini berdampak pada hasil belajar siswa yang cenderung rendah, dibawah KKM 65. Oleh karena itu, melalui
model pembelajaran kooperatif ini diha-rapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Pembelajaran kooperatif model NHT merupakan model pembelajaran yang memberi kesempatan yang baik bagi siswa untuk mengungkapkan pendapat secara lebih terbuka dan siswa mendapat kesempatan yang sama untuk mendapat-kan skor terbaik. Model NHT ini mengha-rapkan potensi ribut siswa ke arah yang positif seperti aktif berbicara pada saat diskusi dalam kelompok, menjawab per-tanyaan LKS pada saat nomornya ditunjuk oleh guru, menyimak pendapat yang dikemukakan oleh siswa yang lain.
Hal tersebut dapat menjadikan siswa
mampu mengembangkan potensinya dengan
baik, disamping dapat menarik kesimpulan
materi yang telah disampaikan.
Hasil penelitian menunjukan bahwa pene-rapan model pembelajaran kooperatif NHT
dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran sejarah di kelas X-6 SMA Negeri 101 Jakarta. Peningkatan tersebut dapat dilihat pada kegiatan diskusi
siswa dalam kelompok, hasil kerja dan tes dalam setiap tindakan. Hal tersebut didukung pula dengan perencanaan guru mempersiapkan berbagai perangkat, media
dan materi serta kondisi pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa sehingga pelaksanaan pembelajaran sesuai
dengan tujuan yang kan.
Kata-kata kunci: Pembelajaran, Koope-ratif, Numbered Heads Together, Upaya Meningkatkan, Hasil Belajar.
Pengajaran di sekolah terjadi apabila ter-dapat interaksi antara siswa dengan ling-kungan serta perangkat belajar yang di atur oleh peneliti untuk mencapai tujuan pengajaran. Pencapaian tujuan pengajaran ini hanya akan terwujud apabila peneliti mampu berperan sebagai sutradara seka
-Pendahuluan
PENERAPAN PEMBELAJARAN
KOOPERATIF MODEL
NUMBE-RED
HEADS
TOGETHER
(NHT) SEBAGAI UPAYA
MENINGKAT-KAN
HASIL BELAJAR IPS SEJARAH MATERI MENGANALISIS
PERADABAN INDONESIA DAN DUNIA PADA
SISWA KELAS X-
6
SMA NEGERI 101 JAKARTA SEMESTER II TAHUN
PELAJARAN 2009/2010
Oleh : Hartiyah
Jurnal Pendidikan ”Jendela Pengetahuan” Vol ke-2, Cetakan ke-6. 85 Abstrak: Pembelajaran sejarah dengan
menerapkan Pembelajaran dengan
pen-dekatan induktif pada mata pelajaran sejarah
dilatar belakangi oleh permasalahan di kelas, bahwa guru kurang memiliki kemam-puan penggunaan metode, strategi, serta pendekatan pembelajaran yang bervariatif.
mengajar yang digunakan guru cenderung
bersifat konvensional, monoton, dan ber-pusat pada guru. Selain itu guru kurang mengembangkan model pembelajaran
se-cara lebih menarik, pembelajaran sejarah yang dilakukan kurang efektif. Di sisi lain faktor motivasi dan hasil belajar siswa yang kurang dalam belajar sejarah.
Alasan peneliti menerapkan model pem-belajaran induktif untuk mengatasi ren-dahnya nilai sejarah pada siswa kelas IX-2, selain itu untuk memberi kesempatan yang baik bagi siswa untukmengungkapkan
pendapat secara lebih terbuka dan siswa mendapat kesempatan yang sama untuk mendapatkan skor terbaik.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran
siswa. Penelitian ini diterapkan di kelas X-2 SMA Negeri 101 Jakarta.
Penelitian ini membuktikan bahwa pene-rapan pembelajaran dengan pendekatan induktif dapat meningkatkan hasil belajar
siswa pada mata pelajaran sejarah di kelas X-2 SMA Negeri 101 Jakarta.
Pening-katan rata-rata hasil belajar sebesar 11,0 yaitu dari 58,08 pada siklus I meningkat menjadi 60,10 pada siklus II, sedangkan untuk ketuntasan belajar terjadi peningkatan
sebesar 33,34% yaitu dari 51,28% (siklus I) meningkat menjadi 84,62% (siklus II).
Kata-kata kunci : Hasil belajar, Sejarah, Pendekatan Induktif.
Berdasarkan pada daftar pencapaian daya serap tiga tahun pelajaran terakhir pada siswa Kelas X-2 SMAN 101 Jakarta di bawah ini menunjukkan bahwa hasil belajar Sejarah yang diperoleh di siswa masih rendah.
Tabel1.1Nilai Rata-Rata Hasil Belajar Sejarah
No. Tahun Pelajaran Nilai Rata-rata
1 2006/2007 6,1,
2 2005/2006 6,2
3 2004/2005 5,8
Berdasarkan hasil belajar sejarah yang diperoleh siswa tersebut dapat disebab-kan berbagai macam faktor yang terlibat langsung dalam proses pembelajaran, diantaranya faktor guru, siswa, metode mengajar, sarana dan prasarana pendidi-
Pendahuluan
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS SEJARAH
MELALUI PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN
INDUKTIF PADA SISWA KELAS X-2 SMA NEGERI 101
JAKARTA
Oleh : Heni Rustina
Jurnal Pendidikan ”Jendela Pengetahuan” Vol ke-2, Cetakan ke-6. 85 Abstrak: Penelitian ini dilatarbelakangi
oleh kesulitan yang dialami sebagian besar siswa. Hal ini dikarenakan siswa belum memahami sebutan pembilang dan sebutan penyebut. Akibatnya siswa tidak terampil dalam menyelesaikan ope-rasi hitung penjumlahan, pembagian, dan perkalian bilangan pecahan.Sehingga
hasil tes formatif maupun hasil tes sumatif
menjadi rendah.
Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan hasil belajar siswa yang mengalami ke-sulitan dalam menyelesaikan soal ope-rasi hitung pecahan dan merencanakan tindakan yang harus dilakukan oleh guru kelas VI SDN Sukabumi Utara 01. Ada-pun cara yang digunakan untuk menye-lesaikan soal operasi hitung pecahan agar siswa tidak mengalami kesulitan adalah dengan menggunakan pembe-lajaran tutor sebaya.
Metode dalam penelitian ini adalah metode
penelitian kelas yang terdiri dari tiga siklus dimana tiap siklus meliputi tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap pengamatan, dan tahap refleksi. Adapun yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas VI semester I SD Negeri Sukabumi Utara 01 Jakarta Barat tahun pelajaran 2004/2005 yang terdiri dari 44 siswa yaitu 21 siswa laki-laki dan 23
siswa perempuan. Tehnik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, studi pustaka,dan tes akhir siklus. Se-dangkan indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah apabila pada siklus 3 nilai rata-rata kelas telah mencapai 6,7 Simpulan yang dapat diambil adalah bahwa pembelajaran tutor sebaya dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas dalam menyelesaikan soal operasi hitung pecahan pada siswa kelas VI semester I SD Negeri Sukabumi Utara 01Jakarta Barat tahun pelajaran 2004/2005. Saran yang dapat disampaikan adalah pembe-lajaran tutor sebaya akan lebih efektif apabila anggota dalam satu kelompok berjumlah tidak lebih dari 5 anak, serta ketepatan memilih anak yang akan ber-tindak sebagai tutor sebaya.
Kata-kata kunci : Upaya, Meningkatkan, Hasil, Belajar. Metode Tutor Sebaya,
Mata pelajaran matematika adalah pela-jaran yang pada umumnya ditakuti peserta didik. Apalagi pemahaman tentang pecahan inipun siswa masih mengalami kesulitan dalam cara menghitung maupun pengu-rangan pecahan biasa.
Pendahuluan
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA
KELAS VI SD NEGERI SUKABUMI UTARA 01
PADA POKOK BAHASAN PECAHAN MELALUI
PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA
Oleh : Husin MT
Jurnal Pendidikan ”Jendela Pengetahuan” Vol ke-2, Cetakan ke-6. 85 Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan guru IPA (fisika,
kimia, biologi) dalam melaksanakan peni-laian berbasis kelas melalui supervisi klinis pada SMA Negeri 112 di Kecamatan
Kembangan Kotamadya Jakarta Barat. Penelitian ini tergolong penelitian tin-dakan sekolah dengan melibatkan 12 orang guru IPA yang ada. Penelitian dilakukan dengan dua siklus dan masing-masing siklus terdiri atas empat tahapan, yakni: perencanaan, pelaksanaan, observasi
dan refleksi. Indikator kinerja yang ditetap-kan adalah: Guru berhasil dalam melaksa-nakan penilaian kelas bila guru sudah me-menuhi kereteria memperoleh skor lebih atau sama dengan 77,8 (dengan kategori baik). Dari analisis diperoleh bahwa terjadi pe-ningkatan kualitas pelaksanaan penilaian guru dari siklus I sebesar 67 dengan kategori cukup ke siklus II sebesar 79 dengan kategori
baik. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa melalui optimalisasi supervisi klinis
dapat meningkatkan penilaian berbasis kelas, guru IPA (fisika, kimia, biologi) SMA
Negeri 112 di Kecamatan Kembangan. Oleh karena itu dapat disarankan kepada pengawas atau peneliti yang lain bahwa optimalisasi kegiatan supervisi klinis dapat
dipakai sebagai salah satu alternatif dalam
meningkatkan kualitas pelaksanaan peni-laian guru.
Kata kunci: Supervisi klinis, peningkatan penilaian berbasis kelas.
Telah banyak dilakukan upaya untuk meningkatkan kualitas guru dalam melaksanakan penilaian berbasis ke-las, antara lain dengan melalui pendi-dikan dan pelatihan, maupun works-hop dengan mendatangkan berbagai narasumber, namun belum juga me-nunjukkan peningkatan. Kegiatan su-pervisi klinis terhadap guru-guru IPA yang selama ini belum pernah dilak-sanakan oleh pengawas sekolah. De-ngan demikian apabila melalui supervisi klinis oleh pengawas sekolah dapat meningkatkan kemampuan guru IPA dalam melaksanakan penilaian ber-basis kelas di SMA Negeri 112. Oleh karena itu, penelitian ini akan men-deskripsikan bagaimana kemampuan guru IPA dalam melaksanakan penelitian berbasis kelas sebagai dilakukannya supervisi klinis oleh pengawas sekolah Berbagai upaya telah diupayakan untuk meningkatkan kemampuan guru IPA dalam melaksanakan penilaian berbasis kelas, antara lain memperdalam pengeta-huan mata pelajaran yang harus dikuasai guru. Memperdalam tentang bagaimana
UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU IPA DALAM
MELAKSANAKAN PENILAIAN BERBASIS KELAS MELALUI
SUPERVISI KLINIS PADA SMA NEGERI 112
DI KECAMATAN KEMBANGAN JAKARTA BARAT
Oleh : Mahnuri
Pengawas Utama Pada Sudin Dikmen Jakarta Barat
Jurnal Pendidikan ”Jendela Pengetahuan” Vol ke-2, Cetakan ke-6. 85 Abstrak. supervisi klinis dalam
pembela-jaran bahasa Indonesia di berbagai jen-jang dan jenis satuan pendidikan tidak jauh berbeda. Perbedaannya hanya terletak
pada materi kurikulum, sedangkan prosedur,
teknik, dan isntrumennya bisa menggu-nakan format yang sama. Perbedaan materi kurikulum, yaitu pada aspek di siplin dan kompetensi mengharuskan pe-laksanaan supervisi memperhatikan ke-wenangan akademis setiap supervisornya.
Kerumitan dalam format dan materi kurikulum, seperti yang dijumpai dalam Kurikulum Bahasa Indonesia, yaitu pem-belajaran bahasa memiliki empat aspek:
mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis; selanjutnya pembelajaran sastra dianggap sama, yaitu memiliki empat aspek: mendengarkan, berbicara, membaca,
dan menulis merupakan persoalan tersendiri yang harus disikapi dengan arif dan cerdas oleh supervisor pembelajaran bahasa Indonesia.
Pemilihan masing-masing menjadi empat aspek tersebut seolah-olah tidak ada persoalan, tetapi sebenarnya terdapat kesesatan substansial, yaitu menganalo-gikan bahasa sebagai alat komunikasi yang memiliki keempat aspek keterampilan
tersebut sama dengan sastra sebagai media ekspresi dan apresiasi. Bersastra
tidak sekedar berko-munikasi, tetapi telah melampaui fungsi komunikasi tersebut. Bersastra lisan bukan berbicara biasa, tetapi berpantun, mendongeng, atau bersyair. Bersastra tulis bukan bersurat atau menulis laporan, tetapi menulis puisi, cerpen, atau novel. Kedua jenis sastra tersebut (lisan dan tulis) bukan berfungsi sebagai alat komuni-kasi, tetapi sebagai bentuk ekspresi proses kreatif dan apresiasi seni
Kata kunci: Supervisi klinis, Pembela-jaran, Bahasa Indonesi
Secara sederhana supervisi dapat dapat dipahami sebagai “usaha mesti-muli, mengkoordinasi dan membimbing secara kontinyu pertumbuhan guru-guru di sekolah, baik secara individual maupun secara kolektif, agar lebih mengerti dan lebih efektif dalam mewujudkan seluruh fungssi pengajaran” (Sahertian, 2000: 17). Lebih lanjut Sahertian (2000:19) menjelaskan bahwa “kata kunci dari super-visi ialah memberikan layanan dan bantuan kepada guru-guru, maka tujuan supervisi adalah memberikan layanan dan bantuan untuk mengembangkan situ-asi belajar-mengajar yang dilakukan guru
SUPERVISI KLINIS DALAM PEMBELAJARAN BAHASA
INDONESIA
Oleh : Rudy Bunardi
Pengawas Sudin Dikmen Jakarta Barat