• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pedoman Pelayanan Unit Kerja PKRS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pedoman Pelayanan Unit Kerja PKRS"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

PENDAHULUAN PENDAHULUAN

A.

A. Latar BelakangLatar Belakang

Di masa yang lampau sistem kesehatan lebih banyak berorientasi pada penyakit, yaitu hanya Di masa yang lampau sistem kesehatan lebih banyak berorientasi pada penyakit, yaitu hanya menunggu sampai ada yang sakit, barulah kemudian yang bersangkutan diberi pengobatan. Dalam menunggu sampai ada yang sakit, barulah kemudian yang bersangkutan diberi pengobatan. Dalam keadaan yang memerlukan, si sakit dirawat di rumah sakit. Sesudah sembuh dipulangkan, ditimpa keadaan yang memerlukan, si sakit dirawat di rumah sakit. Sesudah sembuh dipulangkan, ditimpa oleh penyakit yang sama sehingga yang bersangkutan dirawat kembali di rumah sakit. Demikian oleh penyakit yang sama sehingga yang bersangkutan dirawat kembali di rumah sakit. Demikian siklus ini berlangsung terus, sampai kemudian disadari, bahwa sebenarnya untuk memelihara siklus ini berlangsung terus, sampai kemudian disadari, bahwa sebenarnya untuk memelihara kesehatan masyarakat diperlukan suatu rangkaian usaha yang lebih luas, di mana perawatan dan kesehatan masyarakat diperlukan suatu rangkaian usaha yang lebih luas, di mana perawatan dan  pengobatan

 pengobatan di rumah di rumah sakit hanysakit hanyalah salalah salah satu bah satu bagian kagian kecil dari rangecil dari rangkaian usakaian usaha terseha tersebut.but.

Efektivitas suatu pengobatan, selain dipengaruhi oleh pola pelayanan kesehatan yang ada serta Efektivitas suatu pengobatan, selain dipengaruhi oleh pola pelayanan kesehatan yang ada serta sikap dan keterampilan para pelaksananya, juga sangat dipengaruhi oleh lingkungan, sikap, pola sikap dan keterampilan para pelaksananya, juga sangat dipengaruhi oleh lingkungan, sikap, pola hidup pasien dan keluarganya. Selain itu, tergantung juga pada kerja sama yang positif antara petugas hidup pasien dan keluarganya. Selain itu, tergantung juga pada kerja sama yang positif antara petugas kesehatan dengan pasien dan keluarganya. Kalau pasien dan keluarganya memiliki pengetahuan kesehatan dengan pasien dan keluarganya. Kalau pasien dan keluarganya memiliki pengetahuan tentang cara-cara penyembuhan dan pencegahan penyakit, serta keluarga pasien mampu dan mau tentang cara-cara penyembuhan dan pencegahan penyakit, serta keluarga pasien mampu dan mau  berpartisipa

 berpartisipasi secara positsi secara positif, maka hal ini aif, maka hal ini akan membakan membantu peningkantu peningkatan kualitas ketan kualitas kesehatan masyarasehatan masyarakatkat  pada um

 pada umumnya.umnya.

Promosi Kesehatan di Rumah Sakit (PKRS) berusaha mengembangkan pengertian pasien, Promosi Kesehatan di Rumah Sakit (PKRS) berusaha mengembangkan pengertian pasien, keluarga, dan pengunjung rumah sakit tentang penyakit dan pencegahannya. Selain itu, Promosi keluarga, dan pengunjung rumah sakit tentang penyakit dan pencegahannya. Selain itu, Promosi kesehatan di Rumah Sakit juga berusaha menggugah kesadaran dan minat pasien, keluarga, dan kesehatan di Rumah Sakit juga berusaha menggugah kesadaran dan minat pasien, keluarga, dan  pengunjung rumah

 pengunjung rumah sakit sakit untuk untuk berperan berperan secara positif secara positif dalam usaha dalam usaha penyempenyembuhan buhan dan dan pencegapencegahanhan  penyakit. Oleh ka

 penyakit. Oleh karena itu, Promosrena itu, Promosi Kesehatan di Rumah Saki Kesehatan di Rumah Sakit merupakan bagit merupakan bagian yang tidak terpisahian yang tidak terpisah dari program pelayanan kesehatan di rumah sakit

dari program pelayanan kesehatan di rumah sakit

B.

B. Tujuan PKRSTujuan PKRS 1.

1. Tujuan UmumTujuan Umum

Terciptanya masyarakat rumah sakit yang menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat melalui Terciptanya masyarakat rumah sakit yang menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat melalui  perubahan pengetahuan, sikap

 perubahan pengetahuan, sikap dan dan perilaku pasien/klien RS perilaku pasien/klien RS serta pemeliharaan lingkungan RS serta pemeliharaan lingkungan RS dandan termanfaatkannya dengan baik semua pelayanan yang disediakan RS.

termanfaatkannya dengan baik semua pelayanan yang disediakan RS.

2.

2. Tujuan KhususTujuan Khusus a.

a. Bagi pasien:Bagi pasien: 1)

1) Mengembangkan perilaku kesehatan (Mengembangkan perilaku kesehatan (healthy behavior healthy behavior ):):

Promosi kesehatan di rumah sakit mempunyai tujuan untuk mengembangkan Promosi kesehatan di rumah sakit mempunyai tujuan untuk mengembangkan  pengetahu

 pengetahuan, sikap, dan pean, sikap, dan perilaku (praktik) terilaku (praktik) tentang kesehntang kesehatan, khususnatan, khususnya yang terkya yang terkaitait dengan masalah atau penyakit yang diderita oleh pasien yang bersangkutan. dengan masalah atau penyakit yang diderita oleh pasien yang bersangkutan. Pengetahuan atau pengertian yang perlu diberikan atau dikembangkan untuk pasien Pengetahuan atau pengertian yang perlu diberikan atau dikembangkan untuk pasien adalah pengetahuan tentang penyakit yang diderita pasien, mencakup: jenis penyakit, adalah pengetahuan tentang penyakit yang diderita pasien, mencakup: jenis penyakit, tanda-tanda atau gejala penyakit, penyebab penyakit atau bagaimana proses tanda-tanda atau gejala penyakit, penyebab penyakit atau bagaimana proses terjadinya penyakit, bagaimana cara penularan penyakit (bila penyakit tersebut terjadinya penyakit, bagaimana cara penularan penyakit (bila penyakit tersebut menular), dan bagaimana cara mencegah penyakit tersebut. Dari segi perilaku atau menular), dan bagaimana cara mencegah penyakit tersebut. Dari segi perilaku atau  praktik

(2)

harus dilakukan untuk terhindar atau mencegah penyakit tersebut. Apabila harus dilakukan untuk terhindar atau mencegah penyakit tersebut. Apabila  pengetahu

 pengetahuan, sikap, daan, sikap, dan perilaku ini dipun perilaku ini dipunyai oleh pasnyai oleh pasien, maka peien, maka pengaruhnya, angaruhnya, antarantara lain:

lain: a)

a) Mempercepat kesembuhan dan pemulihan pasien.Mempercepat kesembuhan dan pemulihan pasien.  b)

 b) Mencegah terserangnya penyakit yang sama atau mencegah kekambuhanMencegah terserangnya penyakit yang sama atau mencegah kekambuhan  penyakit.

 penyakit. c)

c) Mencegah terjadinya penularan penyakit kepada orang lain, terutamaMencegah terjadinya penularan penyakit kepada orang lain, terutama keluarganya.

keluarganya. d)

d) Menyebarluaskan pengalamannya tentang proses penyembuhan kepadaMenyebarluaskan pengalamannya tentang proses penyembuhan kepada orang lain, sehingga orang lain dapat belajar dari pasien tersebut.

orang lain, sehingga orang lain dapat belajar dari pasien tersebut. 2)

2) Mengembangkan perilaku pemanfaatan fasilitas kesehatan (Mengembangkan perilaku pemanfaatan fasilitas kesehatan ( health seeking behavior health seeking behavior )) Pengetahuan, sikap, dan praktik (perilaku) pemanfaatan secara tepat oleh pasien Pengetahuan, sikap, dan praktik (perilaku) pemanfaatan secara tepat oleh pasien akan mempercepat proses penyembuhan. Bagi pasien yang kurang pengetahuan akan mempercepat proses penyembuhan. Bagi pasien yang kurang pengetahuan tentang penyakit yang diderita, kadang-kadang mencari pengobatan yang tidak tepat tentang penyakit yang diderita, kadang-kadang mencari pengobatan yang tidak tepat misalnya ke dukun atau para-normal, sehingga dapat memperpanjang proses misalnya ke dukun atau para-normal, sehingga dapat memperpanjang proses  penyemb

 penyembuhan. uhan. Oleh Oleh sebab sebab itu, itu, promosi promosi kesehatkesehatan an terhadap terhadap pasien pasien dengadengann memberikan pengetahuan yang benar tentang penyakit, terutama cara memberikan pengetahuan yang benar tentang penyakit, terutama cara  penyemb

 penyembuhannya muhannya maka pasien aka pasien akan makan mencari peencari penyembuhan nyembuhan dengan dengan tepat.tepat.  b.

 b. Bagi KeluargaBagi Keluarga

Keluarga adalah merupakan lingkungan sosial yang paling dekat dengan pasien. Keluarga adalah merupakan lingkungan sosial yang paling dekat dengan pasien. Proses penyembuhan dan terutama pemulihan terjadi bukan hanya semata-maka karena Proses penyembuhan dan terutama pemulihan terjadi bukan hanya semata-maka karena faktor rumah sakit, tetapi juga faktor keluarga. Oleh sebab itu, promosi kesehatan bagi faktor rumah sakit, tetapi juga faktor keluarga. Oleh sebab itu, promosi kesehatan bagi keluarga pasien penting karena dapat:

keluarga pasien penting karena dapat: 1)

1) Membantu mempercepat proses penyembuhan pasien:Membantu mempercepat proses penyembuhan pasien:

Dalam proses penyembuhan penyakit, bukan hanya faktor obat dan terapi Dalam proses penyembuhan penyakit, bukan hanya faktor obat dan terapi lain saja, tetapi juga faktor psikologis dari pasien. Lebih-lebih penyakit tidak lain saja, tetapi juga faktor psikologis dari pasien. Lebih-lebih penyakit tidak menular seperti jantung koroner, hipertensi, diabetes mellitus, penyakit jiwa, dan menular seperti jantung koroner, hipertensi, diabetes mellitus, penyakit jiwa, dan sebagainya, faktor psikososial sangat berperan. Dalam mewujudkan lingkungan sebagainya, faktor psikososial sangat berperan. Dalam mewujudkan lingkungan  psikososia

 psikososial l ini, ini, keluarga keluarga sangat sangat penting penting peranannyaperanannya. . Oleh Oleh karena karena itu, itu, promosipromosi kesehatan perlu dilakukan juga bagi keluarga pasien.

kesehatan perlu dilakukan juga bagi keluarga pasien. 2)

2) Keluarga tidak terserang atau tertular penyakit:Keluarga tidak terserang atau tertular penyakit:

Dengan melakukan promosi kesehatan kepada keluarga pasien, mereka Dengan melakukan promosi kesehatan kepada keluarga pasien, mereka akan mengetahui dan mengenal penyakit yang diderita olehanggota keluarganya akan mengetahui dan mengenal penyakit yang diderita olehanggota keluarganya (pasien), cara penularan, dan cara pencegahannya. Keluarga pasien tentunya (pasien), cara penularan, dan cara pencegahannya. Keluarga pasien tentunya akan berusaha untuk menghindar agar tidak terkena penyakit atau tertular akan berusaha untuk menghindar agar tidak terkena penyakit atau tertular  penyakit

 penyakit seperti yaseperti yang diderita ng diderita oleh angoleh anggota kegota keluarga yang luarga yang sakit tersebsakit tersebut.ut. 3)

3) Membantu agar tidak menularkan penyakitnya ke orang lain:Membantu agar tidak menularkan penyakitnya ke orang lain:

Keluarga pasien yang telah memperoleh pengetahuan tentang penyakit dan Keluarga pasien yang telah memperoleh pengetahuan tentang penyakit dan cara-cara penularannya, maka keluarga tersebut diharapkan dapat membantu cara-cara penularannya, maka keluarga tersebut diharapkan dapat membantu  pasien atau keluarganya yang sakit untuk

 pasien atau keluarganya yang sakit untuk tidak menularkan penyakitnytidak menularkan penyakitnya kepadaa kepada orang lain, terutama kepada tetangga atau teman dekatnya.

(3)

c. Bagi Rumah Sakit

Banyak orang berpendapat bahwa promosi kesehatan di rumah sakit dapat merugikan rumah sakit itu sendiri. Alasan mereka, karena promosi kesehatan di rumah sakit merepotkan, menambah tenaga, waktu, dan biaya. Di samping itu apabila pasien cepat sembuh karena promosi kesehatan maka pendapatan rumah sakit akan menurun. Memang ini logika yang mungkin benar, tetapi terlalu sederhana. Pengalaman- pengalaman dari rumah sakit yang telah melaksanakan promosi kesehatan (dulu  penyuluhan kesehatan) justru membuktikan bahwa promosi kesehatan di rumah sakit ini

mempunyai keuntungan bagi rumah sakit itu sendiri antara lain: 1) Meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit:

Dengan meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan, khususnya rumah sakit, maka pasien mengunjungi rumah sakit tidak sekedar untuk memperoleh perawatan atau pengobatan saja, tetapi juga ingin  pelayanan yang berkualitas, yangnyaman dan yang ramah. Pasien ingin  pelayanan yang holistik bukan hanya pelayanan fisik, tetapi juga pelayanan  psikososial. Promosi kesehatan pada prinsipnya adalah salah satu bentuk  pelayanan psikososial. Oleh sebab itu, penerapan promosikesehatan di rumah

sakit adalah merupakan upaya meningkatkan mutu rumah sakit. 2) Meningkatkan citra rumah sakit:

Penerapan promosi kesehatan di rumah sakit diwujudkan dalam memberikan informasi-informasi tentang berbagai masalah kesehatan atau  penyakit dan masing-masing dengan jenis pelayanannya. Di masing-masing titik pelayanan rumah sakit disediakan atau diinformasikan tentang hal-hal yang berkaitan dengan proses penyembuhan pasien. Di tempat loket  pendaftaran, di ruang tunggu, di tempat pemeriksaan, di tempat pengambilan obat, di ruang perawatan, dan sebagainya, selalu dilakukan penjelasan atau  pemberian informasi terkait dengan apa yang harus diketahui dan dilakukan oleh pasien. Oleh sebab itu, promosi kesehatan ini dapat memberikan kesan kepada pasien dan keluarga pasien bahwa rumah sakit tersebut pelayanannya  baik.

3) Meningkatkan angka hunian rumah sakit (BOR)

Dari pengalaman rumah sakit yang telah melaksanakan promosi kesehatan, menyatakan bahwa kesembuhan pasien menjadi lebih pendek dari sebelumnya. Hal ini berarti bahwa promosi kesehatan dapat memperpendek hari rawat pasien, yang akhirnya meningkatkan “turn over ”. Dengan menurunnya hari rawat pasien ini dapat membawa dampak bahwa rumah sakit yang bersangkutan baik, karena pasien yang dirawatnya cepat sembuh, yang  berarti meningkatkan pamor rumah sakit tersebut. Selanjutnya akan berakibat meningkatkan angka hunian rumah sakit tersebut ( Board Occupancy Rate), sebagai salah satu indikator pelayanan rumah sakit yang baik.

(4)

PELAYANAN UNIT KERJA PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT (PKRS)

A. Pengertian PKRS

Promosi kesehatan adalah kombinasi berbagai dukungan: menyangkut pendidikan, organisasi, kebijakan, dan peraturan perundangan untuk perubahan lingkungan dan perilaku yang menguntungkan kesehatan (Green and Ottoson, 1998).

Menurut Depks RI tahun 2002 promosi kesehatan adalah proses pemberdayaan masyarakat agar mampu memelihara dan meningkatkan kesehatannya.

Sukidjo Notoatmodjo (2003) menyatakan bahwa promosi kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan kesehatan masyarakat melalui peningkatan perilaku dan lingkungan yang kondusif untuk hidup sehat.

 Health promotion is a programs are designed to bring about “changes” within people, organization, communities, and their environment (VicHealth, 1996).  Health Promotion is the  process of enabling individuals and communities to increase control over the determinants of health

and there by improve their health (WHO:2003).

Jadi dapat disimpulkan bahwa promosi kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan kesehatan masyarakat melalui pemberdayaan masyarakat itu sendiri.

Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan upaya kesehatan. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Upaya kesehatan diselenggarakan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan  penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif), yang

dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan (Siregar, 2004).

Berdasarkan Undang-Undang tentang rumah sakit no.44 tahun 2009, rumah sakit adalah institusi  pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang

menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.

Promosi Kesehatan di Rumah sakit adalah upaya Rumah sakit untuk meningkatkan kemampuan  pasien, klien, dan kelompok-kelompok masyarakat, agar pasien dapat mandiri dalam mempercepat kesembuhan dan rehabilitasinya, klien dan kelompok-kelompok masyarakat dapat mandiri dalam meningkatkan kesehatan, mencegah masalah-masalah kesehatan, dan mengembangkan upaya kesehatan bersumber daya masyarakat, melalui pembelajaran dari, oleh, untuk, dan bersama mereka, sesuai sosial budaya mereka, serta didukung kebijakan publik yang berwawasan kesehatan ( Pusat Promosi Kesehatan: 2012).

B. Pelayanan Unit Kerja PKRS

1. Standar Pelayanan Rumah Sakit Bersalin ASIH

Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan perorangan merupakan  bagian dari sumber daya kesehatan yang sangat diperlukan dalam mendukung penyelenggaraan upaya kesehatan. Penyelenggaran pelayanan kesehatan di rumah sakit mempunyai karakteristik

(5)

dan organisasi yang sangat kompleks. Berbagai jenis tenaga kesehatan dengan perangkat keilmuan yang beragam, berinteraksi satu sama lain.

Ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran yang berkembang sangat pesat yang perlu diikuti oleh tenaga kesehatan dalam rangka pemberian pelayanan yang bermutu standar, membuat semakin kompleksnya permasalahan di rumah sakit. Pada hakekatnya rumah sakit  berfungsi sebagai tempat penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan. Fungsi dimaksud

rnemiliki makna tanggung jawab yang seyogyanya merupakan tanggung jawab pemerintah dalam meningkatkan derajat kesejahteraan masyarakat.

Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 228/Menkes/SK/III/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah sakit, maka Secara umum Standar Pelayanan adalah ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal. Juga merupakan spesifikasi teknis tentang tolak ukur pelayanan minimum yang bdiberikan oleh Badan Layanan Umum kepada masyarakat. Dan Rumah Sakit adalah sarana kesehatan yang menyelenggarakan  pelayanan kesehatan perorangan meIiputi pelayanan promotif, preventif, kurative dan

rehabilitatif yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.

Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit dalam pedoman ini meliputi jenis-jenis

 pelayanan indikator dan standar pencapaiain kinerja pelayanan rumah sakit.

Jenis  –   jenis pelayanan rumah sakit yang minimal wajib disediakan oleh rumah

sakit meliputi:

a.

Pelayanan gawat darurat,

 b.

Pelayanan rawat jalan,

c.

Pelayanan rawat inap,

d.

Pelayanan bedah ,

e.

Pelayanan persalinan dan perinatologi ,

f.

Pelayanan laboratorium patologi klinik,

g.

Pelayanan farmasi,

h.

Pelayanan gizi,

i.

Pelayanan,

 j.

Pelayanan keluarga miskin,

k.

Pelayanan rekam medis,

l.

Pengelolaan limbah,

m. Pelayanan administrasi manajemen,

n.

Pelayanan ambulans/kereta jenazah,

o.

Pelayanan pemulasaraan jenazah,

 p.

Pelayanan laundry,

q.

Pelayanan pemeliharaan sarana rumah sakit,

r.

Pencegah Pengendalian Infeksi.

(6)

2. Standar Asuhan Kebidanan RSB ASIH

Ruang lingkup standar kebidanan meliputi 24 standar yang dikelompokkan

sebagai berikut:

a.

Standar Pelayanan Umum (2 standar)

 b.

Standar Pelayanan Antenatal (6 standar)

c.

Standar Pertolongna Persalinan (4 standar)

d.

Standar Pelayanan Nifas (3 standar)

e.

Standar Penanganan Kegawatdaruratan Obstetri-neonatal (9 standar)

1) Standar pelayanan umum

Standar 1 : persiapan untuk kehidupan keluarga sehat

Tujuan:

a)

Memberikan penyuluh kesehatan yang tepat untuk mempersiapkan

kehamilan yang sehat dan terencana serta menjadi orang tua yang

 bertanggung jawab.

 b)

Bidan memberikan penyuluhan dan nasehat kepada perorangan, keluarga

dan masyarakat terhadap segala hal yag berkaitan dengan kehamilan,

termasuk penyuluhan kesehatan umum, gizi, KB dan kesiapan dalam

menghadapi kehamilan dan menjadi calon orang tua, menghindari

kebiasaan yang tidak baik dan mendukung kebiasaan yang baik.

c)

Masyarakat dan perorangan ikut serta dalam upaya mencapai kehamilan

yang sehat, ibu, keluarga dan masyarakat meningkat pengetahuannya

tentang fungsi alat-alat reproduksi dan bahaya kehamilan pada usia muda.

d)

Bidan bekerjasama dengan kader kesehatan dan sektor terkait sesuai

dengan kebutuhan

Standar 2 : pencatatan dan pelaporan

Tujuan:

a)

Mengumpulkan, mempelajari dan menggunakan data untuk pelaksanaan

 penyuluhan, kesinambungan pelayanan dan penilaian kinerja.

 b)

Bidan melakukan pencatatan semua kegiatan yang dilakukannya dengan

seksama seperti yang sesungguhnya yaitu, pencatatan semua ibu hamil di

wilayah kerja, rincian pelayanan yang telah diberikan sendiri oleh bidan

kepada seluruh ibu hamil/ bersalin, nifas dan bayi baru lahir semua

kunjungan rumah dan penyuluhan kepada masyarakat. Disamping itu,

 bidan hendaknya mengikutsertakan kader untuk mencatat semua ibu

hamil dan meninjau upaya masyarakat yang berkaitan dengan ibu hamil,

ibu dalam proses melahirkan,ibu dalam masa nifas,dan bayi baru lahir.

(7)

Bidan meninjau secara teratur catatan tersebut untuk menilai kinerja dan

menyusun rencana kegiatan pribadi untuk meningkatkan pelayanan.

c)

Terlaksananya pencatatan dan pelaporan yang baik.

d)

Tersedia data untuk audit dan pengembangan diri.

e)

Meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam kehamilan, kelahiran bayi

dan pelayanan kebidanan.

f)

Adanya kebijakan nasional/setempat untuk mencatat semua kelahiran dan

kematian ibu dan bayi.

g)

Sistem pencatatan dan pelaporan kelahiran dan kematian ibu dan bayi

dilaksanakan sesuai ketentuan nasional atau setempat.

h)

Bidan bekerja sama dengan kader/tokoh masyarakat dan memahami

masalah kesehatan setempat.

i)

Register Kohort ibu dan Bayi, Kartu Ibu, KMS Ibu Hamil, Buku KIA,

dan PWS KIA, partograf digunakan untuk pencatatan dan pelaporan

 pelayanan. Bidan memiliki persediaan yag cukup untuk semua dokumen

yang diperlukan.

 j)

Bidan sudah terlatih dan terampil dalam menggunakan format pencatatan

tersebut diatas.

k)

Pemerataan ibu hamil.

l)

Bidan memiliki semua dokumen yang diperlukan untuk mencatat jumlah

kasus dan jadwal kerjanya setiap hari.

m) Pencatatan dan pelaporan merupakan hal yang penting bagi bidan untuk

mempelajari hasil kerjanya.

n)

Pencatatan dan pelaporan harus dilakukan pada saat pelaksanaan

 pelayanan. Menunda pencatatan akan meningkatkan resiko tidak

tercatatnya informasi pentig dalam pelaporan.

o)

Pencatatan dan pelaporan harus mudah dibaca, cermat dan memuat

tanggal, waktu dan paraf

2) Standar pelayanan antenatal

Standar 3 : identifikasi ibu hamil

Tujuannya :

a)

Bidan melakukan kunjungan rumah dan berinteraksi dengan masyarakat

secara berkala untuk memberikan penyuluhan dan memotivasi ibu, suami

dan anggota keluarganya agar mendorong ibu untuk memeriksakan

kehamilannya sejak dini dan secara teratur

(8)

 b)

Ibu, suami, anggota masyarakat menyadari manfaat pemeriksaan

kehamilan secara dini dan teratur, serta mengetahui tempat pemeriksaan

hamil

c)

Meningkatnya cakupan ibu hamil yang memeriksakan diri sebelum

kehamilan 16 minggu

d)

Bidan bekerjasama dengan tokoh masyarakat dan kader untuk

menemukan ibu hamil dan memastikan bahwa semua ibu hamil telah

memeriksakan kandungan secara dini dan teratur

e)

Melakukan kunjungan rumah dan penyuluhan masyarakat secara teratur

untuk menjelaskan tujuan pemeriksaan kehamilan kepada ibu hamil,

suami, keluarga maupun masyarakat

Standar 4 : pemeriksaan dan pemantauan antenatal

Tujuaanya :

a)

Memberikan pelayanan antenatal berkualitas dan deteksi dini komplikasi

kehamilan

 b) Bidan memberikan sedikitnya 4 kali pelayanan antenatal. Pemeriksaan

meliputi anamnesis dan pemantauan ibu dan janin dengan seksama untuk

menilai apakah perkembangan berlangsung normal

c)

Bidan juga harus mengenal kehamilan resti/ kelainan khususnya anemia,

kurang gizi, hipertensi, PMS/infeksi HIV ; memberikan pelayanan

imunisasi, nasehat, dan penyuluhan kesehatan serta tugas terkait lainnya

yang diberikan oleh puskesmas

d) Ibu hamil mendapatkan pelayanan antenatal minimal 4 kali selama

kehamilan

e)

Meningkatnya pemanfaatan jasa bidan oleh masyarakat. Deteksi dini dan

komplikasi kehamilan

f)

Ibu hamil, suami, keluarga dan masyarakat mengetahui tanda bahaya

kehamilan dan tahu apa yang harus dilakukan

g) Mengurus

transportasi

rujukan

jika

sewaktu-waktu

terjadi

kegawatdaruratan

h) Bidan mampu memberikan pelayanan antenatal berkualitas, termasuk

 penggunaan KMS ibu hamil dan kartu pencatatan hasil pemeriksaan

kehamilan (kartu ibu )

(9)

Standar pelayanan 5 : palpasi abdominal 

a)

Tujuannya :

Memperkirakan usia kehamilan, pemantauan pertumbuhan janin,

 penentuan letak, posisi dan bagian bawah janin

 b)

Pernyataan standar :

Bidan melakukan pemeriksaan abdomen dengan seksama dan melakukan

 partisipasi untuk memperkirakan usia kehamilan. Bila umur kehamialn

 bertambah, memeriksa posisi, bagian terendah, masuknya kepala janin ke

dalam rongga panggul, untuk mencari kelainan serta melakukan rujukan

tepat waktu

c)

Hasilnya :

1) Perkiraan usia kehamilan yang lebih baik

2) Diagnosis dini kehamilan letak, dan merujuknya sesuai kebutuhan

3) Diagnosis dini kehamilan ganda dan kelainan lain serta merujuknya

sesuai dengan kebutuhan

d)

Persyaratannya :

1) Bidan telah di didik tentang prosedur palpasi abdominal yang benar

2) Alat, misalnya meteran kain, stetoskop janin, tersedia dalam kondisi

 baik

3) Tersedia tempat pemeriksaan yang tertutup dan dapat diterima

masyarakat

4) Menggunakan KMS ibu hamil/buku KIA , kartu ibu untuk pencatatan

5) Adanya sistem rujukan yang berlaku bagi ibu hamil yang memerlukan

rujukan

6) Bidan harus melaksanakan palpasi abdominal pada setiap kunjungan

antenatal

Standar 6 : pengelolaan anemia pada kehamilan

a)

Tujuan :

Menemukan anemia pada kehamilan secara dini, dan melakukan tindak

lanjut yang memadai untuk mengatasi anemia sebelum persalinan

 berlangsung

 b)

Pernyataan standar :

Ada pedoman pengelolaan anemia pada kehamilan

c)

Bidan mampu :

1) Mengenali dan mengelola anemia pada kehamilan

2) Memberikan penyuluhan gizi untuk mencegah anemia

(10)

3) Alat untuk mengukur kadar HB yang berfungsi baik

4) Tersedia tablet zat besi dan asam folat

5) Obat anti malaria (di daerah endemis malaria )

6) Obat cacing

7) Menggunakan KMS ibu hamil/ buku KIA , kartu ibu

8) Proses yang harus dilakukan bidan :

Memeriksa kadar HB semua ibu hamil pada kunjungan pertama dan

 pada minggu ke-28. HB dibawah 11gr%pada kehamilan termasuk

anemia , dibawah 8% adalah anemia berat. Dan jika anemia berat

terjadi, misalnya wajah pucat, cepat lelah, kuku pucat kebiruan,

kelopak mata sangat pucat, segera rujuk ibu hamil untuk pemeriksaan

dan perawatan selanjutnya. Sarankan ibu hamil dengan anemia untuk

tetap minum tablet zat besi sampai 4-6 bulan setelah persalinan.

Standar 7 : pengelolaan dini hipertensi pada kehamilan

a)

Tujuan :

Mengenali dan menemukan secara dini hipertensi pada kehamilan dan

melakukan tindakan yang diperlukan

 b)

Pernyataan standar :

Bidan menemukan secara dini setiap kenaikan tekanan darah pada

kehamilan dan mengenal tanda serta gejala pre-eklampsia lainnya, serta

mengambil tindakan yang tepat dan merujuknya

c)

Hasilnya:

Ibu hamil dengan tanda preeklamsi mendapat perawatan yang memadai

dan tepat waktu, penurunan angka kesakitan dan kematian akibat

eklampsi

d)

Persyaratannya :

Bidan melakukan pemeriksaan kehamilan secara teratur, pengukuran

tekanan darah

e)

Bidan mampu :

Mengukur tekanan darah dengan benar, mengenali tanda-tanda

 preeklmpsia, mendeteksi hipertensi pada kehamilan, dan melakukan

tindak lanjut sesuai dengan ketentuan

Standar 8 persiapan persalinan

a)

Pernyataan standar:

Bidan memberikan saran yang tepat kepada ibu hamil, suami serta

keluarganya pada trimester ketiga, untuk memastikan bahwa persiapan

(11)

 persalinan yang bersih dan aman serta suasana yang menyenangkan akan

di rencanakan dengan baik

 b)

Prasyarat:

1) Semua ibu harus melakukan 2 kali kunjungan antenatal pada trimester

terakhir kehamilan

2) Adanya kebijaksanaan dan protokol nasional/setempat tentang indikasi

 persalinan yang harus dirujuk dan berlangsung di rumah sakit

3) Bidan terlatih dan terampil dalam melakukan pertolongan persalinan

yang aman dan bersih

4) Peralatan penting untuk melakukan pemeriksaan antenatal tersedia

5) Perlengkapan penting yang di perlukan untuk melakukan pertolongan

 persalinan yang bersih dan aman tersedia dalam keadaan DTT/steril

6) Adanya persiapan transportasi untuk merujuk ibu hamil dengan cepat

 jika terjadi kegawat daruratan ibu dan janin

7) Menggunakan KMS ibu hamil/buku KIA kartu ibu dan partograf

8) Sistem rujukan yang efektif untuk ibu hamil yang mengalami

komplikasi selama kehamilan

3) Standar pertolongan persalinan

Standar 9 : asuhan persalinan kala satu

a)

Tujuan :

Untuk memberikan pelayanan kebidanan yang memadai dalam

mendukung pertolongan persalinan yang bersih dan aman untuk ibu dan

 bayi

 b)

Pernyataan standar:

Bidan menilai secara tepat bahwa persalinan sudah mulai, kemudian

memberikan asuhan dan pemantauan yang memadai, dengan

memperhatikan kebutuhan klien, selama proses persalinan berlangsung

c)

Hasilnya :

Ibu bersalin mendapatkan pertolongan darurat yang memadai dan tepat

waktu bia diperlukan

Meningkatkan cakupan persalinan dan komplikasi lainnya yang

ditolong tenaga kesehatan terlatih

Berkurangnya kematian/ kesakitan ibu atau bayi akibat partus lama.

Standar 10: persalinan kala dua yang aman

a)

Tujuan :

Memastikan persalinan yang bersih dan aman untuk ibu dan bayi

 b)

Pernyataan standar :

(12)

Menggunakmengurangi

kejadian

perdarahan

pasca

persalinan,

memperpendek dengan benar untuk membantu pengeluaran plasenta dan

selaput ketuban secara lengkap

c)

Persyaratan:

Bidan dipanggil jika ibu sudah mulai mulas/ ketuban pecah

Bidan sudah terlatih dan terampil dalam menolong persalinan secara

 bersih dan aman

Tersedianya alat untuk pertolongan persalinan termasuk sarung tangan

steril

Perlengkapan alat yang cukup

Standar 11: penatalaksanaan aktif persalinan kala iii

a)

Tujuan :

Membantu secara aktif pengeluaran plasenta dan selaput ketuban secara

lengkap untuk mengurangi kejadian perdarahan pasca persalinan,

memperpendek kala 3, mencegah atoni uteri dan retensio plasenta

 b)

Pernyataan standar :

Bidan melakukan penegangan tali pusat dengan benar untuk membantu

 pengeluaran plasenta dan selaput ketuban secara lengkap

Standar 12 : penanganan kala ii dengan gawat janin melalui episiotomy

a)

Tujuan :

Mempercepat persalinan dengan melakukan episiotomi jika ada

tanda-tanda gawat janin pada saat kepala janin meregangkan perineum.

 b)

Pernyataan standar :

Bidan mengenali secara tepat tanda tanda gawat janin pada kala II yang

lama, dan segera melakukan episiotomy dengan aman untuk

memperlancar persalinan, diikuti dengan penjahitan perineum

4) Standar pelayanan masa nifas

Standar 13 : perawatan bayi baru lahir

a)

Tujuan :

Menilai kondisi bayi baru lahir dan membantu dimulainya pernafasan

serta mencegah hipotermi, hipokglikemia dan infeksi

 b)

Pernyataan standar:

Bidan memeriksa dan menilai bayi baru lahir untuk memastikan

 pernafasan spontan mencegah hipoksia sekunder, menemukan kelainan,

(13)

dan melakukan tindakan atau merujuk sesuai dengan kebutuhan. Bidan

 juga harus mencegah dan menangani hipotermia

Standar 14: penanganan pada 2 jam pertama setelah persalinan

a)

Tujuan :

Mempromosikan perawatan ibu dan bayi yang bersi dan aman selama

kala 4 untuk memulihkan kesehata bayi, meningkatkan asuhan sayang ibu

dan sayang bayi, memulai pemberian IMD

 b)

Pernyataan standar :

Bidan melakukan pemantauan ibu dan bayi terhadap terjadinya

komplikasi dalam dua jam setelah persalinan, serta melakukan tindakan

yang di perlukan

Standar 15: pelayanan bagi ibu dan bayi pada masa nifas

a)

Tujuan :

Memberikan pelayanan kepada ibu dan bayi sampai 42 hari setelah

 persalinan dan penyuluhan ASI ekslusif

 b)

Pernyataan standar :

Bidan memberikan pelayanan selama masa nifas melalui kunjungan

rumah pada hari ketiga, minggu ke dua dan minggu ke enam setelah

 persalinan, untuk membantu proses pemulihan ibu dan bayi melalui

 penanganan tali pusat yang benar, penemuan dini penanganan atau

rujukan komplikasi yang mungkin terjadi pada masa nifas, serta

memberikan penjelasan tentang kesehatan secara umum, kebersihan

 perorangan, makanan bergizi, perawatan bayi baru lahir, pemberian ASI,

imunisasi dan KB.

5) Standar penanganan kegawatan obstetri dan neonatal

Standar 16: penanganan perdarahan dalam kehamilan pada trimester iii

a)

Tujuan :

Mengenali dan melakukan tindakan cepat dan tepat perdarahan dalam

trimester 3 kehamilan

 b)

Pernyataan standar:

Bidan mengenali secara tepat tanda dan gejala perdarahan pada

kehamilan, serta melakukan pertolongan pertama dan merujuknya

(14)

Standar 17: penanganan kegawatan dan eklamsi

a)

Tujuan :

Mengenali secara dini tanda-tanda dan gejala preeklamsi berat dan

memberiakn perawatan yang tepat dan segera dalam penanganan

kegawatdaruratan bila ekslampsia terjadi

 b)

Pernyataan standar:

Bidan mengenali secara tepat tanda dan gejala eklampsia mengancam,

serta merujuk dan atau memberikan pertolongan pertama.

Standar 18: penanganan kegawatdaruratanan pada partus lama

a)

Tujuan :

Mengetahui dengan segera dan penanganan yang tepat keadaan

kegawatdaruratan pada partus lama/macet

 b)

Pernyataan standar:

Bidan mengenali secara tepat tanda dan gejala partus lama serta

melakukan penanganan yang memadai dan tepat waktu atau merujuknya

Standar 19: persalinan dengan menggunakan vacum ekstrator

a)

Tujuan : untuk mempercepat persalinan pada keadaan tertentu dengan

menggunakan vakum ekstraktor

 b)

Pernyataan standar :

Bidan mengenali kapan di perlukan ekstraksi vakum, melakukannya

secara benar dalam memberikan pertolongan persalinan dengan

memastikan keamanannya bagi ibu dan janin / bayinya

Standar 20: penangan retensio plasenta

a)

Tujuan : mengenali dan melakukan tindakan yang tepat ketika terjadi

retensio plasenta total / parsial

 b)

Pernyataan standar:

Bidan mampu mengenali retensio plasenta, dan memberikan pertolongan

 pertama termasuk plasenta manual dan penanganan perdarahan, sesuai

(15)

Standar 21: penanganan perdarahan post partum primer

a)

Tujuan

:

mengenali

dan

mengambil

tindakan

pertolongan

kegawatdaruratan yang tepat pada ibu yang mengalami perdarahan

 postpartum primer / atoni uteri

 b)

Pernyataan standar:

Bidan mampu mengenali perdarahan yang berlebihan dalam 24 jam

 pertama setelah persalinan (perdarahan postpartum primer) dan segera

melakukan pertolongan pertama untuk mengendalikan perdarahan

Standar 22: penanganan perdarahanpost partum sekunder

a)

Tujuan : mengenali gejala dan tanda-tanda perdarahan postpartum

sekunder serta melakukan penanganan yang tepat untuk menyelamatkan

 jiwa ibu

 b)

Pernyataan standar :

Bidan mampu mengenali secara tepat dan dini tanda serta gejala

 perdarahan post partum sekunder, dan melakukan pertolongan pertama

untuk penyelamatan jiwa ibu, atau merujuknya

Standar 23 : penanganan sepsis puerperalis

a)

Tujuan : mengenali tanda-tanda sepsis puerperalis dan mengambil

tindakan yang tepat

 b)

Pernyataan standar:

Bidan mampu mengamati secara tepat tanda dan gejala sepsis puerperalis,

serta melakukan pertolongan pertama atau merujuknya

Standar 24: penanganan asfiksia neonaturum

a)

Tujuan : mengenal dengan tepat bayi baru lahir dengan asfiksia

neonatorum, mengambil tindakan yang tepat dan melakukan pertolongan

kegawatdaruratan bayi baru lahir yang mengalami asfiksia neonatorum

 b)

Pernyataan standar:

Bidan mampu mengenali dengan tepat bayi baru lahir dengan asfiksia,

serta melakukan resusitasi secepatnya, mengusahakan bantuan medis

yang di perlukan dan memberikan perawatan lanjutan.

(16)

3. Cara Akses Pelayanan di RSB ASIH

Alamat-alamat komunikasi penting untuk informasi kesehatan dapat diperoleh di :

Sekretaris RSB ASIH, Telp. (0725) 49 200, e-mail : rsbasih@gmail.co.idWebsite :

www.

RSB ASIH beralamatkan Jln.Jend. A.Yani No.52 Iringmulyo, Metro Kode Pos 34111.

Pada prinsipnya RSB ASIH dapat menerima semua golon gan masyarakat yang

memerlukan pelayanan kesehatan. Sebagai institusi swasta tentunya RSB ASIH harus

memenuhi ketentuan dan persyaratan yang telah ditetapkan, untuk itu telah diatur

 persyaratan bagi masyarakat yang memerlukan pelayanan di RSB ASIH sebagai

 berikut.

a. Umum

Persyaratan Pelayanan Bagi Pasien Umum

1) Instalasi Rawat Jalan (IRJ) Langsung ke loket Langsung ke lok et

2) Instalasi Rawat Darurat (IRD) Langsung ke triage Langsung ke triage

3) Instalasi Rawat Inap (IRNA) Masuk melalui IRJ /IRD Masuk melalui IRJ

/IRD.

 b. BPJS

RSB ASIH belum bekerjasama dengan BPJS ataupun pihak Asuransi, tetapi

Direktur RSB ASIH memiliki kebijakan untuk membantu pasien-pasien yang

ingin mengklaim sendiri dengan cara prosedur yang telah ditentukan.

4. Alternatif Rujukan RSB ASIH

Sistem Pelayanan Rujukan Kesehatan telah diatur dalam Peraturan Menteri

Kesehtan no 001/th 20012.Pemberlakuan SJSN oleh BPJS, memaksa sistem rujukan

 berjenjang harus dilaksanakan. Rumah Sakit Bersali ASIH merupakan Rumah Sakit

Khusus tipe C.

Sistem Rujukan YanKes menurut Permenkes 001/ 2012 :

a. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan

 b. Mengatur pelimpahan tugas dan tanggungjawab

c. Timbal balik

d. Horisontal maupun vertical

Tingkatan Pelayanan Kesehatan

a. Yankes tingkat pertama :

1)  puskesmas, rs pratama, klinik 

2)  praktek perorangan

 b. Yankes tingkat kedua:

3) yankes spesialistik

(17)

c. Yankes tingkat ketiga:

5) yankes sub spesialistik

6)  pengetahuan dan teknologi sub spesialistik

Sistem rujukan dilaksanakan secara berjenjang, mulai dari Yankes Tin gkat

Pertama, Yankes Tk II/III hanya dpt diberikan atas rujukan yankes Tk. I/II.

a. Jenis Rujukan

Rujukan medic yaitu pelimpahan tanggung jawab secara timbal balik atas satu

kasus yang timbul baik secara vertical maupun horizontal kepada yang lebih

 berwenangdan mampu menangani secara rasional. Jenis rujukan medic antara lain:

1) Transfer of patient . Konsultasi penderita untuk keperluaan diagnostic,

 pengobatan, tindakan opertif dan lain –  lain.

2) Transfer of specimen. Pengiriman bahan (spesimen) untuk pemeriksaan

laboratorium yang lenih lengkap.

3) Transfer of knowledge / personal . Pengiriman tenaga yang lebih kompeten

atau ahli untuk meningkatkan mutu layanan setempat.

Rujukan kesehatan yaitu hubungan dalam pengiriman, pemeriksaan bahan atau

specimen ke fasilitas yang lebih mampu dan lengkap. Ini adalah rujukan uang

menyangkut masalah kesehatan yang sifatnyapencegahan penyakit (preventif) dan

 peningkatan kesehatan (promotif). Rujukan ini mencakup rujukan teknologi, sarana

dan opersional

 b. Alur sistem rujukan regional

1)

Pelayanan kesehatan rujukan menerapkanpelayanan berjenjang yang

dimulai dari Puskesmas, kemudian kelas C, kelas D selanjutnya RS kelas

B dan akhirnya ke RS kelas A.

2)

Pelayanan kesehatan rujukan dapat berupa rujukan rawat jalan dan rawat

inap yang diberikan berdasarkan indikasi medis dari d okter disertai surat

rujukan, dilakukan atas pertimbangan tertentu atau kesepakatan antara

rumah sakit dengan pasien atau keluarga pasien. yang telah ditetapkan

Yang dimaksud dengan antar region yang telah ditetapkan. Sedangkan

yang dimaksud dengan region yang telah ditetapkan. Misalnya, RS A

merujuk pasiennya ke RS B karena pertimbangan waktu, jarak atau

karena pertimbangan lainnya yang disepakati antara rumah sakit dengan

 pasien atau keluarga pasien.(Regionalisasi Sistem Rujukan (Pasal 9

Pergub jakarta No.15 Tahun 2008))

C. Kebijakan

Kebijakan Manajemen

Setiap rumah sakit harus memiliki kebijakan tertulis mengenai PKRS. Kebijakan ini diimplementasikan sebagai bagian dari peningkatan kualitas pelayanan kesehatan RS secara

(18)

keseluruhan. Tujuan dari kebijakan manajemen ini adalah untuk pelaksanaan PKRS sebagai bagian integral peningkatan kualitas manajemen organisasi.

Substandard dari kebijakan manajemen ini antara lain: a) RS memiliki kebijakan tertulis mengenai PKRS.  b) RS membentuk unit kerja PKRS.

c) RS memiliki tenaga pengelola PKRS.

d) RS memiliki alokasi dana untuk melaksanakan PKRS. e) RS memiliki perencanaan PKRS secara berkala.

f) RS memiliki sarana / peralatan untuk pelaksanaan PKRS. g) RS mensosialisasikan PKRS di seluruh jajaran rumah sakit. h) RS meningkatkan kappasitas tenaga pengelola RS.

i) RS melaksanakan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan PKRS.

D. Pengorganisasian Struktur Organisasi :

Uraian Tugas TIM PKRS

1) Uraian tugas Ketua Tim PKRS

a) Mengkoordinasi unit PKRS agar selalu dalam keadaan siap untuk penyelenggaraan  pelayanan dengan lancar dan bermutu.

 b) Merencanakan keperluan pengembangan program baik berupa kegiatan, sarana, peralatan dan bahan- bahan guna penyelenggaraan pelayanan penyuluhan.

c) Dalam menjaga kesiapan untuk penyelenggaraan pelayanan penyuluhan, Ketua Tim PKRS  berkoordinasi dengan SMF, Kepala Instalasi dan unit kerja lainnya.

d) Ketua Tim PKRS dan Ketua urusan penyuluhan/ pendidikan individu memantau pelaksanaan  pendidikan sampai ke pasien.

STRUKTUR ORGANISASI TIM PKRS

KETUA TIM PKRS

SEKRETARIS

URUSAN UMUM URUSAN

PENYULUHAN KELOMPOK URUSAN

PENYULUHAN/ PENDIDIKAN INDIVIDU

(19)

e) Ketua Tim PKRS bersama Ketua urusan penyuluhan kelompok dan personil sesuai profesi melakukan penyuluhan di dalam dan di luar rumah sakit.

f) Melaporkan kegiatan PKRS kepada Kepal Sub Bagian Hukum, Pemasaran dan Kemitraan, selanjutnya sistem laporan secara berjenjang sesuai struktur organisasi RSB Asih Metro. g) Menulis berita kegiatan PKRS untuk disampaikan kepada media jika diperlukan.

h) Melakukan evaluasi kegiatan PKRS. 2) Uraian tugas Sekretaris

a) Membantu perencanaan, pencatatan, dan pelaporan.

 b) Mengendalikan surat masuk dan keluar serta menjamin kelancaran lalu lintas surat-menyurat.

c) Mengarsip semua dokumen. 3) Uraian tugas Urusan Umum

a) Mengelola peralatan penyuluhan dan mengincentarisasi barang milik PKRS.

 b) Mempersiapkan sarana perlengkapan kegiatan pelayanan penyuluhan baik penyuluhan individu maupun kelompok.

c) Merekam dan mendokumentasikan kegiatan penyuluhan baik yang disiarkan melaui TV, radio, maupun kegiatan lain yang dipandang perlu.

d) Menyampaikan informasi pelayanan RS/ berita penyuluhan/ materi penyuluhan melaui nternet/ Website ke pelanggan termasuk upload foto bila diperlukan.

e) Menyimpan hasil dokumentasi.

4) Uraian tugas Urusan Penyuluhan/ Pendidikan individu Uraian tugas Ketua :

a) Mengkoordinasikan kegiatan Penyuluhan/ Pendidikan individu.

 b) Mengkoordinir proses pemsukan kegiatan Penyuluhan/ Pendidikan individu menjadi satu kesatuan dalam rekam medis.

c) Melaporkan kegiatan Penyuluhan/ Pendidikan individu dan seluruh bangsal. d) Mengadakan koordinasi dengan SMF/ Instalasi/ unit terkait.

Uraian Anggota :

a) Melaporkan kegiatan Peyuluhan/ Pendidikan individu perunit.

 b) Memasukkan kegiatan penyuuhan/ pendidikan individu menjadi satu kesatuan dalam rekam medis.

5) Uraian tugas Urusan Peyuluhan Kelompok Uraian tugas Ketua :

a) Membantu Ketua Tim PKRS dalam menyusun rencana kegiatan penyuluhan kelompok di dalam dan di luar rumah sakit.

 b) Mengkoordinasikan kegiatan Penyuluhan kelompok sesuai profesi.

c) Ketua urusan penyuluhan kelompok dan anggota sesuai profei bersama-sama ketua Tim PKRS melakukan penyuluhan di dalam dan di luar rumah sakit.

d) Mengadakan koordinasi dengan SMF/ Instalasi/ unit terkait.

(20)

Uraian tugas Anggota :

Melaporkan kegiatan penyuluhan kelompok yang telah dilakukan.

E. Kegiatan

Pada waktu pasien akan menjalani perawatan di rumah sakit atau pasien yang akan berobat jalan di rumah sakit, sudah tentu pasien akan melewati serangkaian prosedur yang telah ditentukan oleh rumah sakit tersebut. Misalnya, untuk pasien rawat jalan prosedur yang dilalui sekurang-kurangnya adalah:

a. Pendaftaran

 b. Masuk ke ruang tunggu c. Masuk ke ruang pemeriksaan

d. Ke apotek atau tempat pengambilan obat e. Pembayaran di kasir, dan seterusnya.

Di tempat-tempat atau bagian-bagian tersebut idealnya merupakan tempat-tempat untuk dilaksanakan promosi atau penyuluhan kesehatan, terkait dengan pelayanan yang diberikan.

Menetapkan kegiatan dan target yang akan dilaksanakan pada instalasi/unit di rumah

sakit. Kegiatan PKRS disusun dalam rangka pencapaian indikator PHBS di rumah sakit

kegiatan tersebut adalah:

a.

Kegiatan di rawat inap

1) Persentase penyuluhan penyuluhan perorangan terhadap pasien rawat inap.

2) Persentase penyuluhan perorangan kelurga/pendamping pasien rawat inap,

3) Persentase konseling pasien rawat inap

4) Persentase konseling keluarga/pendamping pasien rawat inap

5) Persentase penyuluhan kelompok keluarga/pendamping dan pengunjung pasien

rawat inap (penyuluhan kelompok bagi keluarga/pendamping/pengunjung adalah

upaya penyuluhan yang dilakukan secara berkelompok (8-10 orang) dengan

tujuan pemecahan masalah dalam upaya-upaya PHBS di rumah sakit dan rumah

tangga.

6) Persentase pesan media terhadap kasus-kasus penyakit di rawat inap (pesan

media mencakup informasi tentang upaya-upaya PHBS dalam pencegahan dan

 penularan penyakit, sedangkan kasus-kasus adalah segala jumlah penyakit yang

di tangani di rawat inap dalam satu tahun) pesan media dapat disampaikan

melalui: media elektronik (tv spot , iklan layanan) Media cetak (poster, xbaner,

leaflet , spanduk, dan lain-lain).

 b.

Kegiatan di rawat jalan

(21)

2) Persentase konseling pasien rawat jalan

3) Persentase penyuluhan perorangan kelurga/pengantar pasien rawat jalan

4) Persentase konseling keluarga/pendamping pasien rawat jalan

5) Persentase penyuluhan kelompok keluarga/pengantar rawat jalan (penyuluhan

kelompok bagi keluarga/pengantar adalah upaya penyuluhan yang dilakukan

secara berkelompok (8-10 orang) dengan tujuan pemecahan masalah dalam

upaya-upaya PHBS di rumah sakit dan rumah tangga)

6) Persentase pesan media terhadap 10 kasus penyakit tertinggi di rawat jalan

(pesan media mencakup informasi tenang upaya-upaya PHBS dalam pencegahan

dan penularan penyakit, dalam satu tahun), pesan media dapat disampaikan

melalui: media elektronik; tv spot, iklan layanan. Media cetak; poster, xbaner,

leaflet , spanduk, dan lain-lain.

c.

Kegiatan di sarana instalasi penunjang medis

1) Persentase penyuluhan penyuluhan perorangan terhadap pengunjung medis

2) Persentase penyuluhan kelompok pengunjung (penyuluhan kelompok bagi

 pengunung adalah upaya penyuluhan yang dilakukan secara berkelompok (8-10

orang) dengan tujuan pemecahan masalah dalam upaya-upaya PHBS di rumah

sakit dan rumah tangga)

3) Persentase pesan media terhadap upaya-upaya PHBS di instalasi penunjang

Medis, pesan media dapat disampaikan melalui: media elektronik; tv spot , iklan

layanan. Media cetak; poster, xbaner, leaflet , spanduk, baliho, dan lain-lain.

d.

Kegiatan di sarana umum (tempat parkir, halaman rumah sakit, Kantin,

Masjid/Mushola, dan lain.

1) Jumlah upaya PHBS dalam upaya aktivitas fisik (senam bersama,  jogging  dsb)

yang melibatkan masyarakat rumah sakit

2) Persentase pesan media terhadap 10 kasus penyakit tertinggi di rawat jalan

(pesan media mencakup informasi tenang upaya-upaya PHBS dalam pencegahan

dan penularan penyakit, dalam satu tahun), pesan media dapat disampaikan

melalui: media elektronik;tv spot, iklan layanan. Media cetak; poster,  xbaner,

leaflet , spanduk, baliho, dll.

3) Bagi rumah sakit tersedia tempat ibadah/Masjid/Mushola, jumlah pesan

kesehatan yang disampaikan lewat khotbah, atau ceramah yang berkaitan dengan

keagamaan.

F. Metode

Istilah atau nama “rumah sakit” di Indonesia memang tidak menggantungkan diri dari segi  promosi kesehatan. Karena rumah sakit yang merupakan terjemahan dari bahasa Belanda memberikan kesan yang tidak menyenangkan, menyeramkan, sakit, tidak enak, dan tidak nyaman. Di negara-negara maju, rumah sakit disebut  Hospital atau keramahtamahan, sehingga bertentangan

(22)

dengan kesan rumah sakit seperti disebutkan di atas. Oleh sebab itu promosi kesehatan rumah sakit seyogyanya menciptakan kesan rumah sakit tersebut menjadi tempat yang menyenangkan, tempat untuk beramah tamah, dan sebagainya. Untuk mengubah kesan tersebut seyogyanya bentuk atau pola  promosi kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi :

a. Pemberian contoh :

Tahap pertama yang diperlukan untuk mengubah kesan rumah sakit yang menyeramkan tersebut adalah dengan menampilkan bangunan fisik dan fasilitas rumah sakit itu antara lain sebagai berikut :

1) Bangunan dan lingkungan rumah sakit yang bersih dan rapi. Cat bangunan rumah sakit tidak harus putih seperti biasanya atau pada umumnya. Ruangan atau kamar  perawatan dapat menggunakan cat yang warna-warni. Dari hasil penelitian

mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat UI, membuktikan bahwa pasien yang dirawat di ruangan yang dicat berwarna, lebih cepat sembuh dibandingkan pasien yang dirawat di ruangan yang hanya bercat putih.

2) Kamar mandi dan WC harus bersih dan tidak menimbulkan bau tidak enak, tetapi  justru berbau wangi. Air bersih seharusnya mengalir dengan lancar dan cukup

sebagai sarana untuk kebersihan kamar mandi dan WC.

3) Tersedianya tempat sampah dimana-mana, baik di luar ruangan maupun di dalam ruangan, rumah sakit yang kurang menyediakan tempat sampah yang cukup, berarti tidak menjadikan rumah sakit itu kondusif untuk berperilaku bersih bagi pasien dan  pengunjung lainnya.

4) Tersedianya taman hidup atau kebun di sekitar rumah sakit. Taman yang indah atau kebun bunga di rumah sakit dapat menghilangkan kesan yang kering, sakit, yang kurang ramah, dan formal seperti perkantoran. Taman di rumah sakit akan menimbulkan kesan yang sejuk, sehat, senyum, dan ramah.

5) Petugas atau karyawan rumah sakit sangat penting untuk menimbulkan kesan kesehatan, kebersihan, dan kesan keramahtamahan. Oleh sebab itu, kebersihan dan cara berpakaian petugas rumah sakit, terutama dokter dan perawat yang secara langsung berkontak dengan pasien adalah perlu dijaga dan dipertahankan supaya tetap bersih dan rapi.

 b. Penggunaan Media

Media promosi atau penyuluhan kesehatan di rumah sakit merupakan alat bantu dalam menyampaikan pesan-pesan kesehatan kepada para pasien dan pengunjung rumah sakit lainnya. Media promosi yang layak digunakan di rumah sakit diantaranya dalam bentuk cetakan: leaflet, flyer, selebaran, poster, dan spanduk, serta dalam bentuk media elektronik, yakni radio kaset dan video kaset. Leaflet dan selebaran didistribusikan atau disediakan di ruang-ruang tunggu, atau di lobi rumah sakit, agar mudah dijangkau oleh para pengunjung rumah sakit.

Media elektronik, baik radio kaset maupun video kaset yang berisi pesan kesehatan bagi  pasien dan keluarga pasien dapat digunakan di ruang-ruang tunggu atau ruang rawat inap.

(23)

Khusus media elektronik yang digunakan di ruang-ruang rawat antara lain penggunaan  sound system yang dikendalikandari ruang tertentu dapat menyampaikan pesan-pesan dalam rangka proses penyembuhan pasien di ruang rawat. Di samping itu, melalui media elektronik ini juga dapat digunakan untuk program musik, dan siraman rohani untuk menghibur dan memperkuat iman para penderita atau pasien.

c. Promosi dan Penyuluhan Langsung

Penyuluhan langsung dapat dilakukan secara terstruktur atau terprogram, tetapi juga dapat dilakukan secara tidak terstruktur atau terprogram. Penyuluhan langsung secara terprogram harus direncanakan secara baik, dan ditangani oleh petugas yang khusus mempunyai kemampuan bidang promosi kesehatan, khususnya media. Bentuk program  promosi langsung tidak terprogram dapat dilakukan oleh para petugas medis dan paramedis

yang langsung berhadapan dengan pasien.

Berdasarkan sasaran promosi kesehatan, bentuk promosi kesehatan dapat dilaksanakan  pada :

1) Individual

Penyuluhan atau promosi kesehatan secara individual dilakukan dalam bentuk konseling. Konseling dilakukan oleh dokter, perawat, atau petugas gizi terhadap  pasien atau keluarga pasien yang mempunyai masalah kesehatan khusus, atau  penyakit yang dideritanya.

2) Kelompok 

Promosi atau penyuluhan langsung dengan sasaran kelompok dilakukan di ruang tunggu bagi penyakit-penyakit sejenis, misalnya ruang tunggu penyakit dalam, ruang tunggu penyakit THT, ruang tunggu bagian anak, dan sebagainya. Penyuluhan langsung kelompok juga dapat dilaksanakan dengan mengumpulkan  pasien dengan kasus sejenis di ruangan tertentu. Metode penyuluhan kelompok, seperti ceramah, diskusi kelompok, simulasi, dan bermain peran ( role play) tepat digunakan dalam promosi kesehatan ini.

3) Massa

Bagi seluruh pengunjung rumah sakit, baik pasien maupun keluarga pasien dan tamu rumah sakit, adalah sasaran promosi kesehatan dalam bentuk ini. Promosi kesehatan dengan sasaran semacam ini perlu penyesuaian bentuk promosi kesehatannya adalah dengan menggunakan metode penyuluhan massa, seperti  penggunaan poster dan spanduk.

Seperti halnya promosi kesehatan di tatanan-tatanan lainnya, pada umumnya promosi kesehatan dengan menggunakan metode langsung dan metode tidak langsung.

1) Secara langsung :

Metode penyuluhan langsung digunakan pada waktu penyuluhan langsung, yakni apabila antara sasaran (pasien dan keluarga pasien) bertatap muka dengan petugas kesehatan sebagai promoter kesehatan. Oleh sebab itu, metode yang digunakan adalah ceramah, diskusi kelompok, simulasi, dan bermain peran.

(24)

Promosi atau penyuluhan secara tidak langsung berarti menggunakan media, dan antara petugas promosi kesehatan tidak dapat bertatap muka dengan pasien atau keluarga pasien sebagai clients. Oleh sebab itu, maka metode promosi secara tidak langsung ini selalu menggunakan media atau alat bantu pendidikan atau promosi, misalnya: leaflet, booklet, selebaran, poster, radio kaset, video kaset, dan sebagainya.

G. Monitoring dan Evaluasi

Pemantauan dan evaluasi dilakukan berdasarkan standar PKRS. Pemantauan dilakukan terhadap  perkembangan dari masukan (input), proses, dan keluaran (out put). Evaluasi dilakukan terhadap

dampak dari PKRS yang telah diselenggarakan. a. Indikator Masukan (input)

Masukan yang perlu diperhatikan adalah yang berupa komitmen, sumberdaya manusia, sarana/peralatan, dan dana.

b. Indikator Proses

Proses yang dipantau adalah proses pelaksanaan PKRS. c. Indikator Keluaran (out put)

Keluaran yang dipantau adalah keluaran dari kegiatan yang dilaksanakan, baik secara umum maupun secara khusus.

d. Indikator Dampak 

Indikator dampak mengacu pada tujuan dilaksanakannya PKRS yaitu berubahnya  pengetahuan, sikap dan perilaku pasien/ klien rumah sakit, serta terpeliharanya lingkungan rumah sakit dan dimanfaatkannya dengan baik semua pelayanan di RS. Oleh sebab itu kondisi ini sebaiknya dinilai setelah PKRS berjalan beberapa lama yaitu melalui kegiatan evaluasi.

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil penelitian yang sudah dilakukan di siklus 1 mengenai proses kegiatan pembelajaran menggunakan metode bermain kartu kata bergambar, untuk meningkatkan kemampuan

Yang diambil adalah cairan bening itu (serumnya), selain sudah dijelaskan di atas, akan ada interferen dari protein-protein darahnya, juga karena yang dibutuhkan pada percobaan

Penelitian ini merupakan Penelitian pengembangan (RnD) yang bertujuan untuk mendeskripsikan prototype media pembelajaran Monosa berbasis kemandirian pada siswa

Pada buku teks ini berisi tentang wadah budidaya yang dapat digunakan dalam melakukan budidaya ikan, media yang optimal dalam budidaya ikan agar proses budidaya dapat

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tari Yosim Pancar pada awalnya merupakan tari gembira tanpa nama, yang terinspirasi dari kehadiran pesawat jet tempur milik

Untuk memperoleh hasil terbaik dalam induksi tunas dan akar, medium ditambahkan dengan berbagai konsentrasi IBA dan BAP atau kombinasi antara IBA dengan

Terdapat juga catatan berkaitan hisab gerhana yang telah disusun oleh Ghani Salleh, dalam catatan “Nota Hisab Gerhana Bulan dan Hisab Gerhana Matahari” yang diterbitkan Majlis Agama