• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAMPAK TEMPAT PELELANGAN IKAN (TPI) TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI DAN BUDAYA MASYARAKAT NELAYAN DI DESA BAJOMULYO KECAMATAN JUWANA KABUPATEN PATI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DAMPAK TEMPAT PELELANGAN IKAN (TPI) TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI DAN BUDAYA MASYARAKAT NELAYAN DI DESA BAJOMULYO KECAMATAN JUWANA KABUPATEN PATI"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Ilmiah Pendidikan Sejarah IKIP Veteran Semarang | 103

DAMPAK TEMPAT PELELANGAN IKAN (TPI) TERHADAP KEHIDUPA N

SOSIAL E KONOMI DAN B UDA YA MASYARAKAT NELAYAN DI DESA

BAJOMULYO KECAMATAN JUWANA KABUPATEN PATI

Hangga Surya Kusuma (09140010)

Mahasiswa Pendidikan Sejarah IKIP Veteran Semarang

Abstrak

Tempat Pelelangan Ikan atau yang dapat disebut dengan TPI,yang berada di Desa Bajomulyo Kecamatan Juwana Kabupaten Pati merupakan salah satu Tempat Pelelangan Ikan terbesar di Kabupaten Pati. Dengan keberadaan dari Tempat Pelelangan Ikan ini penulis akan menguraikan pengaruh Tempat Pelelangan Ikan terhadap kehidupan sosial, ekonomi dan budaya masyarakat di desa Bajomulyo. Rumusan masalah dalam skipsi ini adalah bagaimana Sejarah tentang berdirinya TPI di desa Bajomulyo kecamatan Juwana kabupaten Pati, bagaimana karakteristik masyarakat di sekitar TPI di desa Bajomulyo kecamatan Juwana kabupaten Pati, bagaimana budaya lokal masyarakat di sekitar TPI di desa Bajomulyo kecamatan Juwana kabupaten Pati, bagaimana dampak TPI terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat di desa Bajomulyo kecamatan Juwana kabupaten Pati, bagaimana dampak TPI terhadap kondisi sosial budaya masyarakat di desa Bajomulyo kecamatan Juwana kabupaten Pati, Apa saja yang menjadi hambatan dalam pengelolaan TPI di desa Bajomulyo kecamatan Juwana kabupaten Pati, serta upaya apa saja yang bisa dilakukan untuk menghadapi hambatan yang muncul dalam pengelolaan tempat pelelangan ikan?. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Sejarah tentang berdirinya TPI di desa Bajomulyo kecamatan Juwana kabupaten Pati, untuk mengetahui karakteristik masyarakat di sekitar TPI di desa Bajomulyo kecamatan Juwana kabupaten Pati, untuk mengetahui budaya lokal masyarakat di sekitar TPI di desa Bajomulyo kecamatan Juwana kabupaten Pati, untuk mengetahui dampak TPI terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat di desa Bajomulyo kecamatan Juwana kabupaten Pati, untuk mengetahui dampak TPI terhadap kondisi sosial budaya masyarakat di desa Bajomulyo kecamatan Juwana kabupaten Pati, untuk mengetahui apa saja yang menjadi hambatan dalam pengelolaan TPI di desa Bajomulyo kecamatan Juwana kabupaten Pati, serta untuk mengetahui upaya apa saja yang bisa dilakukan untuk menghadapi hambatan yang muncul dalam pengelolaan tempat pelelangan ikan. Penelitian ini dilakukan di kawasan TPI yang ada di desa Bajomulyo. Jenis penelitian ini adalah penelitian Kualitatif. Data penelitian diperoleh dengan menggunakan wawancara, observasi dan dokumentasi. Teknik analisis data dilakukan selama proses observasi, adapun yang di analisis adalah kondisi dari TPI dan Masyarakat nelayan.

Kata Kunci : Tempat Pelelangan Ikan, Kehidupan Sosial Ekonomi Dan Budaya, nelayan

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia, dengan jumlah pulau mencapai kurang lebih 17.500 pulau. Sebagai negara kepulauan, tidaklah mengherankan jika lebih kurang dua pertiga dari teritorial negara kesatuan yang berbentuk republik ini merupakan perairan, dengan luas lebih kurang 5,8 juta km2.

Selain itu, Indonesia juga merupakan salah satu negara yang memiliki garis pantai terpanjang di dunia setelah Kanada yang mencapai lebih kurang 80.000 km.Penduduk Indonesia memiliki jumlah penduduk yang terbesar kelima di dunia, yaitu lebih kurang 220 juta jiwa. Dan lebih kurang 60 persen diantaranya hidup dan bermukim di sekitar wilayah pesisir. Sebagian besar diantaranya menggantungkan hidup kepada keberadaan sumberdaya alam pesisir dan lautan.

(2)

Jurnal Ilmiah Pendidikan Sejarah IKIP Veteran Semarang | 104

Propinsi Jawa Tengah mempunyai luas daratan kurang lebih 32.293 Kilometer persegi, sedangkan luas perairannya 76.800 Kilometer persegi yang terdiri dari Laut Jawa sekitar 51.200 Kilometer persegi dan Samudera Indonesia seluas 25.600 Kilometer persegi (Sudaryo, 1984:3).

Potensi perikanan laut Jawa Tengahpada tahun 1980 mencapai 190.336 ton/tahun. Munculnya pelabuhan-pelabuhan perikanan di Jawa Tengah terutama berkembang di pantai utara diantaranya Brebes, Tegal, Pekalongan, Pemalang, Batang, Kendal, Semarang, Demak, Jepara, Pati dan Rembang, sedangkan di pantai selatan Jawa Tengah pelabuhan perikanan hanya berkembang di daerah Cilacap dan Kebumen. Hal ini disebabkan oleh ombak dipantai selatan Jawa Tengah yang besar sehingga menjadi penghambat dalam proses penangkapan ikan laut di daerah tersebut (Sudaryo, 1984).

Dalam kehidupan masyarakat yang semakin kompleks, perlu kejelasan dan kemudahan dalam setiap kegiatannya. Ikan adalah salah satu kebutuhan pokok yang termasuk pangan, yakni lauk pauk. Demi penyediaan salah satu kebutuhan pokok tersebut perlu suatu sarana yang jelas, yang dapat membantu semua pihak dan tidak ada yang dirugikan. Bagi petani tambak dan nelayan, membutuhkan tempat yang jelas dalam memasarkan hasil produknya dan tentu dengan harga yang tidak merugikan, demikian juga dengan pedagang, ingin mudah untuk memperoleh ikan dalam berbagai jenis, langsung menuju tempat pelelangan ikan. Sedangkan masyarakat sekitar dapat membeli ikan di tempat itu dari para pedagang.

Faktor-faktor tersebut yang mendorong dibukanya tempat pelelangan ikan di Juwana. Munculnya pelabuhan perikanan di Juwana menyebabkan ramainya aktivitas kenelayanan, baik aktivitas penangkapan ikan dan aktivitas pemasaran ikan. Aktivitas pemasaran ikan di Juwana sebelum tahun 1984 dilakukan di pasar-pasar tradisional yang berpusat di TPI Juwana, tempat ini juga merupakan tempat berlabuhnya kapal-kapal penangkap ikan nelayan Juwana.

Dengan berubahnya sistem jual beli ikan yang tadinya bersentral pada kehendak pedagang dalam hal ini pembeli ikan langsung dari nelayan, menjadi kesepakatan harga antara nelayan dengan tengkulak ikan dengan sistem lelang, maka hal itu membawa perubahan pada tingkat harga jual hasil nelayan. Hal ini bisa diindikasikan harga jual menjadi bersaing dan tidak semata-mata ditentukan oleh pembeli ikan dan hal tersebut membawa perubahan dalam pendapatan nelayan.

Sistem pembayaran sebelum dibuka tempat pelelangan ikan para tengkulak melakukan transaksi jual beli dengan cara membayar diawal kepada nelayan sebelum melaut mencari hasil tangkapan, dengan kewajiban nelayan harus menjual hasilnya pada para tengkulak tersebut yang mana bila hasil tidak sesuai dengan pembayaran awal maka akan dianggap hutang dan dibayar dengan hasil tangkapan berikutnya.

Pola yang demikian berubah setelah dibukanya tempat pelelangan ikan, semua hasil tangkapan masuk ke dalam tempat pelelangan ikan dan transaksi jual beli menggunakan sistem lelang antara nelayan dengan pembeli dengan mediator yang sudah disepakati bersama antar dua belah pihak.

Tempat pelangan ikan juwana sangat berperan penting terhadap kelangsungan hidup masyarakat sekitar, maka dari itu dengan adanya tempat pelelangan ikan tersebut masyarakat nelayan

(3)

Jurnal Ilmiah Pendidikan Sejarah IKIP Veteran Semarang | 105

juwana mengadakan beberapa tradisi guna melestarikan ritual nenek moyang antara lain adanya sedekah laut yang dimana para masyarakat sekitar TPI mengadakan semacam ritual pemotongan kepala kerbau untuk persembahan dan wujud syukur kepada sang pencipta, selain itu ada juga ritual sebelum keberangkatan kapal nelayan yang dimana disaat kapal melewati pulau seprapat salah satu awak kapal melakukan ritual menuangkan air dari ujung depan hingga ujung belakang kapal.

Dari fenomena tersebut diatas, peneliti tertarik untuk membahas lebih lanjut dan mengambil judul dalam skripsi ini “Dampak Tempat Pelelangan Ikan Juwana Terhadap Sosial Ekonomi dan Budaya Masyarakat Nelayan Di Desa Bajomulyo, Kecamatan Juwana, Kabupaten Pati”

KAJIAN PUSTAKA

Kajian Tentang Tempat Pelelangan Ikan

Nelayan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang dimaksud nelayan adalah orang yang mata pencahariannya dari usaha menangkap ikan.Tempat Pelelangan Ikan adalah suatu tempat untuk mempertemukan penjual dan pembeli sehingga terjadi tawar menawar harga ikan yang mereka sepakati bersama dengan penawaran meningkat. Ada dua Tempat Pelelangan Ikan di Juwana yaitu TPI Bajomulyo unit I (Lama) dan TPI Bajomulyo unit II (Baru) yang digunakan untuk berlabuh kapal-kapal besar dan distributor truck triler besar yang biasa di kirim ke ibukota Jakarta (Laporan Tahunan TPI Juwana, 2002)

Meskipun keberadaan Tempat Pelelangan Ikan di Juwana sudah cukup lama namun belum banyak tulisan yang mengungkap Tempat Pelelangan Ikan Juwana dari segi histories. Tulisan-tulisan yang ada kebanyakan berupa kajian ekonomi dan antropologi. Salah satu sumber yang menulis kehidupan nelayan dan peranan Tempat pelelangan ikan adalah karya Kusnadi yang berjudul “Konflik Sosial Nelayan”. Dalam buku Konflik Sosial Nelayan ini dijelaskan mengenai sebab-sebab munculnya konflik nelayan di pulau Jawa termasuk di Juwana.

Hal ini menunjukkan kesenjangan sosial-ekonomi antar nelayan Juwana. Sedangkan buku “ Akar Kemiskinan Nelayan” berisi mengenai sebab-sebab kemiskinan nelayan dan peran lembaga-lembaga ekonomi nelayan termasuk tempat pelelangan ikan dalam pengentasan nelayan (Kusnadi, 2003).

Sumber yang lain adalah hasil laporan penelitian dari Sudaryo pada tahun 1984 berjudul “Pertumbuhan Pemukiman Masyarakat di Lingkungan Air Daerah Jawa Tengah” buku ini berisi tentang potensi-potensi sumber daya laut di Jawa Tengah, munculnya komunitas-komunitas nelayan di Jawa Tengah dan peranan Tempat Pelelangan Ikan di daerah Pekalongan, Rembang dan Juwana. (Sudaryo, 1985)

Sebagai salah satu daerah nelayan, Juwana juga ramai oleh aktivitas-aktivitas kenelayanan. Dalam melakukan aktivitas kenelayanan ini nelayan memiliki status dan peranan yang berbeda, masyarakat nelayan dapat digolongkan menjadi dua golongan yaitu :

(4)

Jurnal Ilmiah Pendidikan Sejarah IKIP Veteran Semarang | 106

1. Nelayan pemilik perahu 2. Nelayan buruh

Kedua golongan ini berinteraksi dan saling membutuhkan, karena keduanya terlibat dalam hubungan kerja (Kusnadi, 2002).

Sedangkan dalam aktivitas di tempat pelelangan ikan, dari hasil wawancara dari penduduk setempat melibatkan beberapa pihak yaitu nelayan, bakul ikan dan petugas lelang di TPI

Kajian Tentang Sosial Ekonomi dan Budaya

Secara teoritis, masyarakat pesisir merupakan masyarakat yang tinggal dan melakukan aktifitas sosial ekonomi yang terkait dengan sumberdaya wilayah pesisir dan lautan. Dengan demikian, secara sempit masyarakat pesisir memiliki ketergantungan yang cukup tinggi dengan potensi dan kondisi sumberdaya pesisir dan lautan. (Kartodirdjo, Sartono: 1993)

Namun demikian, secara luas masyarakat pesisir dapat pula didefinisikan sebagai masyarakat yang tinggal secara spasial di wilayah pesisir tanpa mempertimbangkan apakah mereka memiliki aktivitas sosial ekonomi yang terkait dengan potensi dan kondisi sumber daya pesisir dan lautan.

(Kusnadi, 2003)

Masyarakat pesisir itu sendiri dapat didefinisikan sebagai kelompok orang atau suatu komunitas yang tinggal di daerah pesisir dan sumber kehidupan perekonomiannya bergantung secara langsung pada pemanfaatan sumberdaya laut dan pesisir. Mereka terdiri dari nelayan pemilik, buruh nelayan, pembudidaya ikan dan organisme laut lainnya, pedagang ikan, pengolah ikan, supplier faktor sarana produksi perikanan. (Kartodirdjo, Sartono. 1993).

Dalam bidang non-perikanan, masyarakat pesisir bisa terdiri dari penjual jasa transportasi dan lain-lain. Yang harus diketahui bahwa setiap komunitas memiliki karakteristik kebudayaan yang

berbeda-beda.Masyarakat pesisir pada umumnya sebagian besar penduduknya bermatapencaharian di

sektor pemanfaatan sumberdaya kelautan (marine resource based), seperti nelayan, pembudidaya ikan, penambangan pasir dan transportasi laut. (Sutarno, 1999)

Kondisi lingkungan pemukiman masyarakat pesisir, khususnya nelayan masih belum tertata dengan baik dan terkesan kumuh. Dengan kondisi sosial ekonomi masyarakat yang relatif berada dalam tingkat kesejahteraan rendah, maka dalam jangka panjang tekanan terhadap sumberdaya pesisir akan semakin besar guna pemenuhan kebutuhan masyarakat.Masyarakat pesisir juga dapat didefinisikan sebagai masyarakat yang tinggal dan melakukan aktifitas sosial ekonomi yang terkait dengan sumberdaya wilayah pesisir dan lautan. Dengan demikian, secara sempit masyarakat pesisir memiliki ketergantungan yang cukup tinggi dengan potensi dan kondisi sumberdaya pesisir dan lautan. Namun demikian, secara luas masyarakat pesisir dapat pula didefinisikan sebagai masyarakat yang tinggal secara spasial di wilayah pesisir tanpa mempertimbangkan apakah mereka memiliki aktifitas sosial ekonomi yang terkait dengan potensi dan kondisi sumberdaya pesisir dan lautan.

(5)

Jurnal Ilmiah Pendidikan Sejarah IKIP Veteran Semarang | 107

METODE PENELITIAN Pendekatan dan Jenis Penelitian

Sebelum penelitian dilaksanakan terlebih dahulu ditetapkan langkah-langkah pendekatan penelitian. Langkah pendekatan penelitian ini ditetapkan sebagai acuan atau pedoman dalam pelaksanaan di lapangan, sehingga data yang diambil sesuai dengan tujuan penelitian.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, pendekatan kualitatif bertujuan untuk mengungkapkan gejala-gejala secara holistikkontekstual (menyeluruh dan sesuai konteks) melalui pengumpulan data dari latar alami sebagai sumber instrumen kunci peneliti itu sendiri. Hal-hal yang menyangkut penelitian kualitatif adalah sebagai berikut (Suyitno, 1996 : 4).

1. Bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis dengan pendekatan induktif 2. Proses dan makna (perspektif subyek) lebih ditonjolkan; dan

3. Laporan berbentuk narasi, kreatif, mendalam dan menunjukkan ciri naturalistik yang penuh keotentikan.

Setelah data terkumpul, data tersebut disusun, dianalisis dan disimpulkan kemudian disajikan dalam bentuk laporan. Dengan pendekatan kualitatif ini diharapkan dapat mengetahui, memahami, menjelaskan serta dapat mendeskripsikan tentang proses dan hasil yang telah dicapai, sehingga data yang berupa uraian dapat disajikan secara mendalam dan menyeluruh.

Lokasi Penelitian

Lokasi yang menjadi obyek penelitian ini Desa Bajomulyo, Kecamatan Juwana, Kabupaten Pati, Jawa Tengah

Subyek dan Informan

Subyek adalah pelaku, sebagai subyek dalam penelitian ini adalah masyarakat Desa Bajomulyo,Kecamatan Juwana,kabupaten Pati , Jawa Tengah

Informan adalah sumber data yang berupa orang. Orang yang dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan keterangan yang diperlukan untuk melengkapi atau memperjelas jawaban dari responden. Dalam penelitian ini informan yang dimaksud kadang juga bertindak sebagai responden. Untuk keabsahan informasi maka tidak cukup bila informasi didapat dari satu informan saja, untuk itu perlu diambil informasi dari beberapa informan yang memahami tentang subyek yang dimaksud, yang diantaranya adalah Kepala Desa, sesepuh desa, dan masyarakat setempat. Hal ini ditujukan agar mendapatkan informasi yang akurat tentang keadaan TPI Juwana.

Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : a) Wawancara mendalam (in-dept interview)

b) Observasi c) Dokumentasi

(6)

Jurnal Ilmiah Pendidikan Sejarah IKIP Veteran Semarang | 108

Keabsahan Data

Keabsahan data sangat mendukung dalam menentukan hasil akhir penelitian. Oleh sebab itu suatu teknik untuk memeriksa keabsahan data memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau perbandingan terhadap data tersebut (Moleong, 2002 : 198).

Keabsahan data dalam penelitian ini diperiksa dengan menggunakan teknik triangulasi sumber. Menurut Patton dalam bukunya Moleong, triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui alat dan waktu yang berbeda dalam metode kualitatif. Hal ini dapat dicapai dengan jalan (Moleong, 2002:178) :

a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara

b. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi

c. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu

d. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.

HASIL PENELITIAN

Dampak Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat di Desa Bajomulyo Kecamatan Juwana Kabupaten Pati

Desa bajomulyo merupakan salah satu desa pesisir yang terletak di juwana. Juwana sendiri terletak di jalur pantura yang menghubungkan antara kabupaten Pati dan Rembang. Desa bajomulyo sendiri merupakan salah satu desa pesisir sebagai penghasil ikan terbesar di Juwana kabupaten Pati. Banyaknya nelayan dan juga tersedianya tempat pelelangan ikan di desa Bajomulyo ini juga menunjang hasil tangkapan para nelayan desa Bajomulyo. Hal ini secara tidak langsung berpengaruh terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat desa Bajomulyo.

a. Pendapatan nelayan

Dengan adanya tempat pelelangan ikan di desa Bajomulyo telah menjadikan pergeseran pola penjualan ikan yang bersifat tradisional (pasar krumunan) menjadi pelelangan menjadikan harga ikan menjadi baik. Pendapatan nelayan dapat naik walaupun hasil tangkapan mereka sedikit jika harga jual ikan baik. Hal ini dikuatkan dengan Pendapat dari Bapak Sukarjan yang menyatakan bahwa pada kurun waktu 1997-2005 pendapatanya meningkat, sekali melaut dia bisa mendapatkan hasil berkisar antara Rp. 100.000,00 sekali melaut. (Sukarjan, Wawancara 27 Agustus 2013) b. Kesejahteraan kehidupan masyarakat nelayan desa Bajomulyo

Kesejahteraan suatu masyarakat dapat diukur dari berbagai segi baik fisik maupun non fisik, dari segi fisik diantaranya adalah semakin meningkatnya mutu dari lingkungan fisik masyarakat seperti perumahan misalnya, dampak dari adanya Tempat Pelelangan Ikan di desa Bajomulyo telah dapat memperbaiki kondisi-kondisi tersebut, peningkatan tersebut dapat dilihat dari jenis rumah yang ada di pemukiman di desa Bajomulyo. Hal tersebut dikuatkan dengan gambaran bahwa

(7)

Jurnal Ilmiah Pendidikan Sejarah IKIP Veteran Semarang | 109

rumah nelayan desa Bajomulyo yang ada pada sekitar tahum 1990 an sebagian berupa tidak permanen, rumah terbuat dari kayu dan bambu. Tetapi bila dibandingkan dengan sekarang ini sangat jauh berbeda, rumah nelayan desa Bajomulyo sekarang kebanyakan berupa rumah permanen dan semi permanen. Menurut Bapak Sutejo, pembangunan rumah permanen dan semi permanen mulai dilakukan sekitar tahun 1998. (Sutejo, Wawancara 27 Agustus 2013 )

c. Pendidikan

Walaupun nelayan desa Bajomulyo sebagian besar mempunyai pendidikan yang rendah, tetapi keinginan untuk menyekolahkan anak mereka sangat tinggi, hal ini dinyatakan juga oleh Bapak Kasir “ Saya ingin anak-anak saya sekolah yang tinggi agar tidak seperti saya sekarang ini yang hanya bisa bekerja sebagai buruh nelayan”. Dari pernyataan tadi jelas dapat diambil kesimpulan bahwa sebenarnya masyarakat nelayan desa Bajomulyo memiliki pemahaman bahwa pendidikan merupakan salah satu investasi jangka panjang guna memperbaiki kehidupan keluarga mereka kelak. Mulai tahun 1998 terlihat jelas bahwa pendapatan nelayan meningkat menyebabkan mereka dapat menyekolahkan anak-anak mereka, hal ini juga didukung kebijaksanaan pemerintah dalam menjalankan program wajib belajar sembilan tahun, jadi sebagian besar masyarakat nelayan Juwana sudah menamatkan pendidikan SMP. (Kasir, Wawancara 27 Agustus 2013 )

d. Kesehatan

Di dalam bidang kesehatan, dengan mutu lingkungan yang makin membaik maka tingkat kesehatan masyarakat nelayan pun meningkat pula. Keadaan kesehatan masyarakat nelayan desa Bajomulyo ini sangat terkait dengan pola hidup nelayan. Rumah-rumah nelayan yang dahulu yang sebagian besar bertempat tinggal di tepi sungai Silugonggo menyebabkan tingkat kesehatan yang jelek, mereka mencuci, mandi dan buang kotoran di sungai tersebut. Hal ini menyebabkan mereka sering mengalami ganguan kesehatan seperti penyakit kulit, diare dan malaria. Dengan pendapatan nelayan desa Bajomulyo yang meningkat, mereka mulai dapat membangun rumah yang sudah dapat memenuhi syarat kesehatan. Sehingga aktivitas MCK (mandi, cuci, kakus) sudah dapat dilakukan di rumah mereka sendiri. Demikian juga dengan sarana dan prasarana kesahatan, seperti puskesmas yang ada di setiap desa sudah beroprasi dengan baik.

Dampak Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Terhadap Kondisi Sosial Budaya Masyarakat di Desa Bajomulyo Kecamatan Juwana Kabupaten Pati?

Nelayan merupakan salah satu kelompok masyarakat yang mempunyai corak kehidupan yang berbeda dari kelompok masyarakat lain. Demikian juga kehidupan masyarakat nelayan di desa Bajomulyo. Dengan adanya Tempat Pelelangan Ikan di desa Bajomulyo telah berpengaruh pada kondisi sosial budaya masyarakat nelayan desa Bajomulyo. Berikut ini dampak sosial budaya yang terjadi di masayarakat desa Bajomulyo.

1. Dampak Negatif

a. Munculnya perdagangan gelap ikan di luar Tempat Pelelangan Ikan desa Bajomulyo, perdagangan ikan ini dilakukan secara sembunyi-sembunyi oleh beberapa nelayan dan bakul

(8)

Jurnal Ilmiah Pendidikan Sejarah IKIP Veteran Semarang | 110

ikan tanpa lewat TPI desa Bajomulyo. Perdagangan ikan secara gelap ini bertambah marak pada sekitar tahun 1990 an yang diakibatkan tingginya harga ikan di pasaran, oleh beberapa nelayan harga ikan di tempat pelelangan ikan dianggap lebih rendah dari pada diluar Tempat Pelelangan Ikan, apalagi sistem pembayaran yang tidak tunai menyebabkan praktek penjualan ikan secara ilegal makin banyak terjadi.

b. Praktek-praktek Pungutan Liar, banyaknya bakul dan nelayan yang mengikuti lelang di Tempat Pelelangan Ikan desa Bajomulyo menyebabkan adanya praktek-praktek pemerasan, pungutan tidak resmi yang dilakukan oleh beberapa orang yang terorganisir maupun perorangan, pungutan ini dilakukan sebagai uang keamanan tempat, Menurut Bapak Sukarjan besarnya pungutan sangat bervariasi tergantung dari jenis bakul yang dimintai semakin besar bakul semakin besar pula pungutan yang ditarik, besarnya bervariasi antara Rp. 2000 sampai 10.000 rupiah. Kuat dugaan bahwa maraknya pungutan liar ini diakibatkan tekanan ekonomi dan banyaknya orang yang kehilangan pekerjaan. Sebenarnya praktek pungutan liar ini dianggap sebagai hal yang wajar oleh nelayan sehingga jarang sekali pungutan tersebut dilaporkan kepada pihak yang berwajib.

c. Adanya aktivitas dan penjualan minuman keras, walaupun penjualan minuman keras dilarang beredar tanpa ijin pemerintah, tetapi aktivitas dan penjualan minuman keras memang sangat marak. Minuman-keras ini dijual di warung-warung yang ada di sekitar Tempat Pelelangan Ikan, aktivitas minum minuman keras ini dianggap wajar oleh sebagian nelayan karena berguna untuk menghangatkan tubuh mereka saat melaut ataupun di darat yang udaranya dingin. Munculnya prostitusi, pemerasan dan aktivitas minum minuman keras adalah bentuk pengaruh buruk atau negatif adanya tempat pelelangan ikan yang merupakan salah satu degradasi moral nelayan yang terbiasa dengan kehidupan yang keras.

2. Dampak Positif

Dampak positif terhadap kehidupansosial budaya yang ditimbulkan dengan adanya Tempat Pelelangan Ikan ini terlihat dari adanya tradisi sedekah laut yang selalu diadakan oleh masyarakat desa Bajomulyo. Dimana dalam pelaksanaannya semua masyarakat saling berbaur dan bergotong royong dalam pelaksanaan sedekah laut. Sedekah laut yang diadakan di Tempat Pelelangan Ikan desa Bajomulyo ini bukan hanya menampilkan hiburan berupa dangdut dan ketoprak, melainkan juga mengadakan pengajian akbar. Hal inilah yang menjadi nilai positif tersendiri dalam pelaksaan sedekah laut ini. Jadi bukan hanya menampilkan sebuah hiburan dan juga kesenian, tetapi juga mengadakan sebuah pengajian akbar yang tentunya sangat baik untuk meningkatkan keimanan masyarat.

(9)

Jurnal Ilmiah Pendidikan Sejarah IKIP Veteran Semarang | 111

Hambatan Dalam Pengelolaan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) di Desa Bajomulyo Kecamatan Juwana Kabupaten Pati

Hambatan-hambatan yang ada dalam proses pengelolaan Tempat Pelelangan Ikan di desa Bajomulyo termasuk kompleks. Banyak hal-hal yang dirasa sangat berpengaruh terhadap perkembang Tempat Pelelangan Ikan ini. Hambatan yang dirasa paling berpengaruh diantaranya adalah :

a. Maraknya pungutan liar

Maraknya pungutan liar yang terdapat di Tempat Pelelangan Ikan desa Bajomulyo ini dapat menghambat proses pengelolaan Tempat Pelelangan Ikan itu sendiri . Banyak para nelayan yang mengeluh dengan adanya pungutan liar tersebut. Penghasilan dari hasil melaut sering kali berkurang dengan ulah yang dilakukan oleh para oknum yang tidak bertanggung jawab. Hal ini juga sangat berpengaruh dengan pengelolaan di Tempat Pelelangan Ikan, dimana para nelayan sering kali keberatan jika harus membayar ke pengelola TPI karena sudah mengeluarkan banyak uang untuk para pungli yang ada disana.

b. Banyaknya perdagangan gelap di luar TPI

Selain ulah para oknum pungutan liar, banyaknya para penjual liar juga sangat menghambat pengelolaan Tempat Pelelangan Ikan yang ada di desa Bajomulyo ini. Para nelayan sering menjual hasil tangkapannya secara sembunyi-sembunyi di luar Tempat Pelelangan Ikan. Hal ini dilakukan oleh para nelayan karena hasil penjualan di Tempat Pelelangan Ikan dirasa sangat murah jika dibandingkan dengan penjualan diluar TPI yang lebih mahal. Dengan banyaknya nelayan yang menjual hasil tangkapannya diluar TPI inilah yang membuat pengahasilan di TPI menjadi berkurang. Dengan demikian pengelolaan TPI desa Bajomulyo menjadi terhambat.

Upaya YangDilakukan Untuk Menghadapi Hambatan Yang Muncul Dalam Pengelolaan Tempat Pelelangan Ikan.

Dengan segala hambatan yang ada di Tempat Pelelangan Ikan di desa Bajomulyo, maka perlu upaya dan tindakan yang konkrit agar segala hal yang menghambat dalam upaya pengelolaan Tempat Pelelangan Ikan dapat diatasi. Banyaknya pungutan liar dan praktek penjualan gelap atau ilegal memang sangat merugikan dan menjadi penghambat bagi pengelolaan TPI.

Berdasarkan penuturan dari bapak Agus Priono, para nelayan sudah pernah menyuarakan agar pihak pengelola TPI bisa menertibkan para oknum preman yang sering meminta pungutan liar terhadap para nelayan. Hal ini jelas agar para nelayan dapat dengan tenang melakukan transaksi jual beli di TPI. Namun sampai saat ini praktek pungutan liar masih sering terjadi, meskipun jumlahnya berkurang. (Agus Priono, Wawancara 27 Agustus 2013 )

Dari sini perlu tindakan tegas dari pihak yang bersangkutan antara pengelola Tempat Pelelangan Ikan Juwana dengan pihak kepolisian setempat agar bersinergi dalam memberantas tindakan yang dilakukan oleh para pungli dan nelayan-nelayan yang curang dalam melakukan perdagangan, sehingga terciptanya suasana kerja yang kondusif dan dapat aman.

(10)

Jurnal Ilmiah Pendidikan Sejarah IKIP Veteran Semarang | 112

Selain itu untuk mengatasi penjualan ikan diluar Tempat Pelelangan Ikan Juwana, pihak pengelola Tempat Pelelangan Ikan secara intensif memberikan sosialisasi terhadap para nelayan agar tetap menjual hasil tangkapannya di Tempat Pelelangan Ikan tersebut. Hal ini agar aktivitas jual beli di Tempat Pelelangan Ikan ini tetap berjalan. Pihak pengelola Tempat Pelelangan Ikan juga harus pintar mengelola harga ikan sehingga para nelayan tidak menjual dagangan dengan ilegal.

KESIMPULAN

Juwana merupakan salah satu kota pesisir yang ada di jalur pantura. Seperti halnya kota-kota pesisir yang ada di jalur pantura, Juwana merupakan salah satu kota yang memiliki potensi perikanan yang cukup tinggi. Di Juwana tepatnya di desa Bajomulyo merupakan daerah pesisir yang mayoritas penduduknya bermata pencaharian sebagai nelayan. Di desa Bajomulyo sendiri terdapat Tempat Pelelangan Ikan yang cukup besar, yang merupakan tempat transaksi jual beli ikan yang dilakukan oleh para nelayan. Seperti halnya Tempat Pelelangan Ikan pada umumnya, keberadaan Tempat Pelelangan Ikan yang ada di desa Bajomulyo memiliki dampak yang cukup besar bagi masyarakat setempat.

Tempat Pelelangan Ikan yang ada di desa Bajomulyo memberikan dampak yang cukup jelas bagi masyarakat sekitar TPI. Karakteristik masyarakat sekitar juga tidak jauh beda dengan karakteristik masyarakat nelayan pada umumnya. Kebiasaan masyarakat dan tingkah laku yang cenderung kasar menjadi ciri khas masyarakat pesisir. Pola pemikiran dan karakteristik yang sangat mencolok dari masyarakat desa Bajomulyo adalah ketergantungan mereka pada musim. Ketergantungan ini akan semakin terlihat pada nelayan kecil, dimana pada musim penangkapan para nelayan akan sibuk melaiut. Sebaliknya, pada musim paceklik kegiatan melaut akan berkurang.

Selain karakteristik dari masyarakat pesisir desa Bajomulyo, budaya lokal dari masyarakat pesisir juga beragam. Tradisi-tradisi yang diturunkan oleh nenek sampai saat ini masih dilestarikan. Tradisi sedekah laut wajib dilaksanan oleh para masyarakat nelayan yang ada di desa Bajomulyo. Hal ini ditujukan sebagai rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas hasil laut yang telah diperoleh. Sedekah laut sendiri dilakukan setiap setahun sekali.

Keberadaan Tempat Pelelangan Ikan di desa Bajomulyo juga sangat berpengaruh terhadap kondisi sosial ekonomi dan sosial budaya masyarakat sekitar. Dari segi sosial ekonomi, keberadaan Tempat Pelelangan Ikan akan sangat menunjang perekonomian masyarakat sekitar. Dengan adanya Tempat Pelelangan Ikan otomatis akan mampu menunjang hasil laut para nelayan desa Bajomulyo. Selain para nelayan dengan adanya Tempat Pelelangan Ikan juga akan dapat menciptakan laapangan pekerjaan bagi masayarakat sekitar. Selain dari segi sosial ekonomi, keberadaan Tempat Pelelangan Ikan juga berdampak pada kondisi sosial budaya masyarakat desa Bajomulyo. Dengan keberadaan Tempat Pelelangan Ikan ini kondisi sosial budaya masyarakat desa bajomulyo menjadi sedikit melenceng. Sama dengan kondisi sosial budaya masyarakat pesisir pada umumnya, keberadaan TPI berdampak negatif bagi para masyarakat sekitar. Kebiasaan-kebiasaan yang cenderung kasar menjadi

(11)

Jurnal Ilmiah Pendidikan Sejarah IKIP Veteran Semarang | 113

hal yang mudah ditemui. Dengan adanya TPI, banyak pula dibuka praktek-praktek prostitusi dan semakin maraknya minuman keras yang beredar.

Banyak dampak yang dihasilkan dengan adanya TPI di desa Bajomulyo ini. Dampak yang negatif juga berakibat munculnya hambatan dalam pengelolaan terhadap TPI di desa Bajomulyo. Banyaknya praktek-praktek ilegal dalam proses pelelangan ikan dan juga banyaknya para pungli berakibat terhambatnya perkembangan TPI ini. Dalam kondisi yang seperti perlu perhatian dan tindakan yang tegas dari pengelola maupun pihak yang berwajib agar keberadaan TPI ini tetap bisa berjalan. Selain itu kondisi TPI yang terorganisir dengan baik akan memberikan kenyamanan bagi para nelayan dalam melakukan transaksi pelelangan di TPI desa Bajomulyo ini.

DAFTAR ISI

Anonim. 2002, Laporan Tahunan Dinas Perikanan dan Kelautan Juwana.1984-2002. Arikunto. 1996. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Deddy Mulyana. 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya Djoko Purwanto. 2006, Pengertian Budaya dan Kebudayaan. Jakarta : Erlangga

Gottschalk, Louis.1975. Mengerti Sejarah. Terjemahan Nugroho Notosusanto. Jakarta : Gramedia. http://id.wikipedia.org/wiki/Juwana,_Pati.com

http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Pati.com

Hugiono dan P.K Poerwantana.1987. Pengantar Ilmu Sejarah. Jakarta : Bina Aksara. H.A Malik Ahmad. 1971. Tradisi Kebudayaan Nelayan. Jakarta : Al Hidayah

Kartodirdjo, Sartono.1993. Pendekatan Ilmu Sosial Dalam Metodologi Sejarah. Jakarta : Gramedia. Kuntowijoyo. 1994. Metodologi Sejarah.Yogyakarta : Tiara Wacana Yogya.

. 1999. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Bentang Budaya. Kusnadi. 2002. Konflik Sosial Nelayan. Yogyakarta : LKIS.

Kusnadi. 2003. Akar Kemiskinan Masyarakat. Yogyakarta: LKIS.

Kusnadi, dkk. 2007. Strategi Hidup Masyarakat Nelayan. Yogyakarta : LKIS. Masyuri. 1996. Menyisir Pantai UtaraYogyakarta : Yayasan Pustaka Nusatama. Moleong Lexy. 2002. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. RemajaRosdakarya Soejatmoko, dkk. 2000. Masalah Sosial Budaya. Yogyakarta : Tiara Wacana

Sudaryo. 1985. Pertumbuhan Pemukiman Masyarakat Di Lingkungan Air. Jakarta : Gramedia. Sugiono. 2009. Metode Penelitian dan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung :

Alfabeta.

Sutarno. 1999. Peranan Tempat Pelelangan Ikan Juwana Terhadap Peningkatan Pendapatan

Nelayan Juwana Tahun 1999. Yogyakarta.

Tim Penyusun. 1990. Buku Sejarah Juwana : Pemerintah Kabupaten Pati. Widja, I Gde.1989. Sejarah Lokal Suatu Prespektif. Jakarta : Depdikbud.

Referensi

Dokumen terkait

1. Implementasi kebijakan pemeritah desa Kuta Dalom dalam pengelolaan sampah sejauh ini belum efektif, sehingga belum bisa meningkatkan pendapatan asli desa, dalam

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan bahwa ekstrak etil asetat daun tanaman pecut kuda (S. jamaicensis ) mengandung suatu senyawa

Hasil penelitian menunjukkan adanya dua sistem yang dipadukan dalam pola pendidikan di PPMI Assalaam dengan sistem pendidikan Salafiyah dengan sistem pendidikan

Firdam

Berbanding dengan kaedah yang dinyatakan di atas, TRIZ ialah falsafah, proses dan pelbagai alat yang boleh digunakan dalam usaha pemecahan dan penyelesaian masalah atau

menggunakan pendekatan kajian Sosiologi Sastra dalam menemukan unsur poskolonial GDODP QRYHO ³0DWDKDUL 7HUELW GL 8WDUD´ NDU\D 'HDQ -RH .DODOR 0HQXUXW :HOOHN GDQ Warren, dalam (Pua

[r]

Pada kasus ini dilakukan penelitian dalam pencarian informasi yang tersimpan pada data akademik tersebut yaitu, kebiasaan mahasiswa beberapa jurusan dalam mengambil