• Tidak ada hasil yang ditemukan

KANDUNGAN SERATKASAR Centrosema pubescens DAN Capologonium mucunoides DI KAMPUNG WASUR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KANDUNGAN SERATKASAR Centrosema pubescens DAN Capologonium mucunoides DI KAMPUNG WASUR"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Agricola, Vol 4 (1), Maret 2014, 33-40 p-ISSN : 2088 - 1673., e-ISSN 2354-7731

33

KANDUNGAN SERAT KASAR Centrosema pubescens DAN Capologonium mucunoides DI KAMPUNG WASUR

Yenni Pasaribu 1) dan Irine I. Praptiwi2) Surel: pasaribuyenni@yahoo.com

1. Jurusan Pendidikan Kimia FKIP UNMUS 2. Jurusan Peternakan FAPERTA UNMUS

ABSTRACT

The aim of this research was to know the chemical composition especially the crude fiber of Centrocema pubescens and Calopogonium mucunoides that grow in Wasur area as ruminant feed. The research was conducted in Wasur Village, Merauke regency and the proximate analysis was conducted in the Biologi Hewan laboratory of PAU Bogor Agricultural University. Sample used in this research were feeding grass of leguminose which grow around Wasur area. The results showed that the crude fiber content in C. pubescens and C. mucunoides was 17,59 and 19,36%, respectively.

Keywords : leguminose, C. pubescens, C. mucunoides, crude fiber.

PENDAHULUAN

Keberhasilan pembangunan pada bidang peternakan sangat ditentukan oleh ketersediaan pakan, sedangkan permasalahan yang sering dihadapi peternak adalah tingginya harga pakan, rendahnya nilai gizi tanaman pakan. Salah satu jenis tanaman pakan yang mempunyai nilai gizi tinggi adalah jenis tanaman leguminosa. Pakan asal leguminosa merupakan suplemen mineral dan protein yang murah bagi ternak. Kandungan protein kasar yang dimiliki leguminosa dapat dijadikan alternatif pengganti konsentrat.

Kampung Wasur memiliki potensi yang cukup besar dalam budidaya ternak dan tanaman, hal ini dapat dilihat dari potensi wilayah yang masih dominan alami dan kesuburan tanahnya yang cukup tinggi, ditandai dengan populasi tanaman yang bermanfaat seperti tanaman herbal, tanaman pakan meliputi hijauan dan legumonisa yang cukup besar dan subur serta tumbuh secara liar. Jenis legume C. pubescens dan C.

mucunoides yang mempunyai banyak manfaat, banyak ditemukan di kampung Wasur.

(2)

34

sebesar 16,13-24,34% dan C. mucunoides sebesar 16%. Tanaman leguminosa di kampung Wasur belum dimanfaatkan secara optimal sebagai sumber pakan karena kandungan gizinya belum diketahui. Salah satunya adalah kandungan serat kasar yang sangat penting bagi pertumbuhan ternak. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kandungan gizi C. pubescens dan C. mucunoides untuk nantinya dapat digunakan sebagai bahan pakan.

MATERI DAN METODE

Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Agustus-Oktober 2012 dengan lokasi pengambilan sampel berada Kampung Wasur Distrik Merauke Kabupaten Merauke. Analisis kadar air dan bahan kering dilakukan di Laboratorium Peternakan Universitas Musamus dan analisis kadar proksimat dilakukan di Laboratorium Pusat Penelitian Sumber Daya Hayati dan Bioteknologi Lembaga Penelitian dan Pemberdayaan Masyarakat IPB.

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tumbuhan C.pubescens dan C.

mucunoides dari Kampung Wasur Distrik Merauke Kabupaten Merauke. Prosedur kerja

yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi: sampel berupa pangkal batang, batang, daun, bunga dan buah C.pubescensdan C. mucunoides diambil pada 14 titik pengambilan. Sampel dikeringanginkan sebelum dikirim untuk analisis laboratorium. Untuk mendapatkan kandungan serat kasar yang terkandung pada sampel C.pubescens

dan C mucunoides dianalisis menggunakan analisis proksimat mengikuti fraksi sebagai berikut :

(3)

35

Gambar 1. Fraksi Analisis Proksimat

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kandungan serat kasar pada tanaman leguminosa C. pubescensdan C. mucunoides, seperti pada table 1. Hasil analisis serat kasar menunjukkan hasil serat kasar ±18%, masih dalam batas serat kasar maksimal bagi ternak ruminansia. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa tumbuhan C. pubescens

dan C. mucunoides merupakan pakan kelompok hijauan sumber energi karena

mengandung serat kasar kurang dari 20%. Menurut Hartadi dkk. (1990) pakan ternak yang bermanfaat sebagai sumber energi adalah semua bahan pakan ternak yang kandungan protein kasarnya kurang dari 20% dengan konsentrasi serat kasar ±18% sedangkan pakan ternak sebagai sumber protein adalah pakan yang memiliki kandungan protein kasar minimal 20%.

Bahan Pakan

Air Bahan Kering (BK)

Abu /Bahan Anorganik (BAO)

Bahan Organik (BO)

Protein Kasar (PK) Bahan Organik Tanpa

Nitrogen (BOTN)

Lemak Kasar (LK) Karbohidrat (KH)

Serat Kasar (SK) Bahan Ekstrak Tanpa

(4)

36

Tabel 1. Komposisi kimia C. pubescens dan C. mucunoides

No Nama legume Abu Lemak Protein SK Ca K Mg N

% 1. 2. Centrocema pubescens Calopogonium mucunoides 3.32 4.10 1.60 2.33 11.56 10.60 17.59 19.36 1.64 2.29 0.56 0.74 0.27 0.51 2.51 2.18

Serat kasar terdiri dari selulosa, hemiselulosa dan lignin (Tillman et al.,1989). Bagi ternak ruminansia, selulosa merupakan sumber energi bagi mikroorganisme dalam rumen dan sebagai bahan pengisi rumen, sedangkan bagi ternak monogastrik selulosa adalah komponen yang tidak dapat dicerna. Meskipun bagi ternak nonruminansia selulosa tidak memiliki peran spesifik, namun keberadaannya penting dalam meningkatkan gerak peristaltik.

Selulosa dicerna dalam tubuh ternak dalam saluran pencernaan oleh selulase hasil jasad renik dan menghasilkan selubiosa, yang kemudian dihidrolisis lebih lanjut untuk menghasilkan glukosa. Hasil pencernaan oleh jasad renik terhadap selulosa adalah VFA

(Volatile Fatty Acid)) yang terdiri atas campuran asam asetat, asam propionat dan asam

butirat, dan sebagai hasil sampingan adalah gas metana dan CO2 (Tillman et al., 1989).

Gambar 2. Struktur Selulosa

Pada ternak ruminansia serat kasar menjadi sangat penting karena bahan ini digunakan dalam membantu proses pencernaan makanan. Disamping itu, serat kasar pada ruminansia juga akan didegradasi dalam rumen dengan bantuan bakteri, protozoa, dan jamur. Ketiga jenis mikroorganisme tersebut mampu merombak serat kasar pada bahan pakan hijauan sehingga mampu diserap oleh dinding usus secara sempurna (Prafitdhin, 2010). Hal ini menegaskan bahwa bagi ternak ruminansia fraksi serat dalam

(5)

37

makanannya berfungsi sebagai sumber utama energi, di mana sebagian besar selulosa dan hemi selulosa dari serat dapat dicerna oleh mikroba yang terdapat dalam sistem pencernaannya (Wickes, 1983). Ruminansia dapat mencerna serat dengan baik, sekitar 70-80% pemenuhan kebutuhan energi berasal dari serat (Ranjhan, 1977).

Hewan memamah biak seperti sapi justru akan mengalami gangguan pencernaan apabila kandungan serat kasar di dalam ransum terlalu rendah. Kandungan serat kasar bagi ternak sapi minimal 13% dari bahan kering dalam ransum. Peranan hijauan pada ternak sapi tidak bisa digantikan dengan pakan penguat yang kandungan seratnya relatif lebih rendah sebab pakan kasar ini berfungsi menjaga alat pencernaan agar bekerja baik, membuat kenyang, dan mendorong keluarnya kelenjar pencernaan (Sudarmono dan Sugeng, 2008).

Hemiselulosa adalah polisakarida pada dinding sel tanaman yang larut dalam alkali dan menyatu dengan selulosa. Hemiselulosa terdiri atas unit glukosa, D-galaktosa, D-manosa, D-xylosa, dan L-arabinosa yang terbentuk bersamaan dalam kombinasi dan ikatan glikosilik yang bermacam-macam (McDonald et al., 2002). Hemiselulosa terdapat bersama-sama dengan selulosa dalam struktur daun dan kayu dari semua bagian tanaman dan juga dalam biji tanaman tertentu. Hemiselulosa yang terhidrolisis akan menghasilkan heksosa, pentosa dan asam uronat. Hemiselulosa dihidrolisa oleh jasad renik dalam saluran pencernaan dengan enzim hemiselulase, hasil akhir fermentasinya adalah VFA (Tillman et al., 1989). Hemiselulosa mengikat lembaran serat selulosa membentuk mikrofibril yang meningkatkan stabilitas dinding sel. Hemiselulosa juga berikatan silang dengan lignin membentuk jaringan kompleks dan memberikan struktur yang kuat (Suparjo et al., 2008b). Berikut ini merupakan struktur hemiselulosa.

(6)

38

Gambar 3. Struktur Hemiselulosa

Lignin merupakan komponen yang tidak memiliki hasil akhir dari proses pencernaan dan keberadaannya dapat menghambat proses pencernaan pada ternak. Lignin merupakan komponen dinding sel yang sulit dicerna oleh bakteri, sehingga dengan kadar lignin yang lebih rendah bakteri akan lebih mudah mendegradasi zat-zat makanan yang terdapat dalam isi sel (McDonald et al., 1988). Lignin sering digolongkan sebagai karbohidrat karena hubungannya dengan selulosa dan hemiselulosa dalam menyusun dinding sel, namun lignin bukan karbohidrat. Hal ini ditunjukkan oleh proporsi karbon yang lebih tinggi pada lignin (Suparjo et al., 2008a). Pengerasan dinding sel kulit tanaman yang disebabkan oleh lignin menghambat enzim untuk mencerna serat dengan normal. Hal ini merupakan bukti bahwa adanya ikatan kimia yang kuat antara lignin, polisakarida tanaman dan protein dinding sel yang menjadikan komponen-komponen ini tidak dapat dicerna oleh ternak (McDonald et al., 2002).

(7)

39

Kecernaan serat pakan bukan hanya ditentukan oleh kandungan lignin, tetapi juga ditentukan oleh kuatnya ikatan lignin dengan gugus karbohidrat lainnya (Djajanegara, 1986). Menurut Lubis (1963) kadar serat kasar yang tinggi dapat mengganggu pencernaan zat-zat yang lainnya, akibatnya tingkat kecernaan menjadi menurun. Kadar serat yang tinggi akan menurunkan kadar Total Digestible Nutrient (TDN) dari bahan makanan (Davendra, 1977). Setiap pertambahan 1% serat kasar dalam tanaman menyebabkan penurunan daya cerna bahan organiknya sekitar 0,7-1,0 unit pada ruminansia (Tillman et al., 1989).

KESIMPULAN

Analisis proksimat menunjukkan kandungan serat kasar C. pubescens dan C.

mucunoides adalah 17,59 dan 19,36%. Serat kasar terdiri dari selulosa, hemiselulosa dan

lignin. Hemiselulosa terdapat bersama-sama dengan selulosa dalam struktur daun dan kayu dari semua bagian tanaman dan juga dalam biji tanaman tertentu. Hemiselulosa yang terhidrolisis akan menghasilkan heksosa, pentosa dan asam uronat. Kadar serat kasar yang tinggi dapat mengganggu pencernaan zat-zat yang lainnya, akibatnya tingkat kecernaan menjadi menurun.

DAFTAR PUSTAKA

Hartadi, H.S., Reksohadiprodjo dan A.D. Tillman. 1990. Tabel Komposisi Pakan untuk Indonesia. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Heliati, I. 1999. Kandungan Protein dan Fosfor pada Spesies Leguminosa (Kacang-kacangan) yang Ditanam pada Tanah Ciawi, Kupang, dan Grati. Lokakarya Fungsional Non Peneliti. Balai Penelitian Ternak Ciawi.

Lubis, D.A., Ilmu Makanan Ternak. 1963. PT Pembangunan Djakarta. Cetakan ke-2. Djakata.

McDonald, P., R.A. Edwards, J.F.D. Greenhalgh, C.A. Morgan, L.A. Sinclair, R.G. Wilkinson. 2002. Animal Nutrition. Seventh Edition. Prentice Hall.

Ranjhan, S .K. 1977. Animal Nutrition and Feeding Practice in India. Vikas Publishing House Pvt Ltd . New Delhi.

(8)

40

Sudarmono, A.S dan Y.B. Sugeng. 2008. Sapi Potong, edisi revisi, cetakan ke-17, Penebar Swadaya Semarang.

Tillman, A.D., H. Hartadi, S. Reksohadiprodjo, S. Prawirokusumo, dan S. Lebdosoekojo. 1984. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Cetakan Kedua. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Tillman, A.D., Hartadi, S. Reksodiprodjo, S. Prwawirokusomo dan S. Lebdosoekojo. 1989. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Wickes, R.B. 1983. Feeding experiment with dairy catlle. In. Dairy Catlle Reaserch

Gambar

Gambar 1. Fraksi Analisis Proksimat
Tabel 1. Komposisi kimia C. pubescens dan C. mucunoides
Gambar 3. Struktur Hemiselulosa

Referensi

Dokumen terkait

memiliki kandungan fraksi serat yang tidak berbeda dengan rumput unggul dan berpotensi sebagai pakan ternak ruminansia.. METODE

menjelaskan bahwa ransum yang sesuai memiliki kandungan energi dan protein yang seimbang, jika pada ransum kandungan energi lebih tinggi dibandingkan dengan

dipengaruhi oleh kandungan serat kasar pada pakan, serat kasar menyebabkan.. banyaknya energi yang terbuang bersama ekskreta

Bahan pakan yang digolongkan ke dalam bahan pakan sumber energi yaitu bahan pakan yang mempunyai kandungan energi yang tinggi, serat kasar di bawah 18% dan protein di bawah

Kandungan protein kasar dan serat kasar pakan komplit berbasis tongkol jagung dengan penambahan azolla sebagai pakan ruminansia menggunakan rancangan acak

Produksi Pakan Ternak Tongkol jagung merupakan limbah hasil panen jagung yang masih memiliki kandungan serat kasar tinggi, protein dan kecernaan rendah,

Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah ternak yang dipilih secara acak di hulu dan hilir DAS Jratunseluna, pakan untuk mengetahui kandungan energi pada pakan sapi potong

suplementasi dengan mempertimbangkan kebutuhan nutrisi ternak baik serat kasar, energi, protein maupun lainnya. Namun demikian dalam aplikasinya, pembuatan pakan lengkap