• Tidak ada hasil yang ditemukan

FUNGSI TRADISI MANJAPUIK ANAK PISANG (ANAK DARO) DALAM UPACARA PERKAWINAN DI NAGARI PUNGGASAN KABUPATEN PESISIR SELATAN ARTIKEL RIA NOVITA SARI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "FUNGSI TRADISI MANJAPUIK ANAK PISANG (ANAK DARO) DALAM UPACARA PERKAWINAN DI NAGARI PUNGGASAN KABUPATEN PESISIR SELATAN ARTIKEL RIA NOVITA SARI"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

FUNGSI TRADISI MANJAPUIK ANAK PISANG (ANAK DARO) DALAM UPACARA

PERKAWINAN DI NAGARI PUNGGASAN KABUPATEN PESISIR SELATAN

ARTIKEL

RIA NOVITA SARI

NPM. 11070266

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(STKIP) PGRI SUMATERA BARAT

PADANG

2015

(2)
(3)

FUNGSI TRADISI MANJAPUIK ANAK PISANG (ANAK DARO) DALAM UPACARA PERKAWINAN DI NAGARI PUNGGASAN KABUPATEN PESISIR SELATAN

Ria Novita Sari1, Dr. Zainal Arifin,Hum 2 Ikhsan Muharma Putra, M.Si3 Program Studi Pendidikan Sosiologi

STKIP PGRI Sumatera Barat

ABSTRACT

Tradition

Manjapuik anak pisang is always done by the villagers' Punggasan. People in

Nagari Punggasan District of Linggo Sari Baganti Kabupaten Pesisir Selatan has many traditions

carried out in a marriage ceremony, a tradition that is carried out before the marriage ceremony,

before and after the marriage of them apply,

mandudukan Mamak, manapiak Bandu, marriage,

manjapuik anak pisang, and maantaan onde-onde. And this tradition is always carried out before

and after marriage. One of the main traditions that has always held and by people in Nagari

Punggasan in implementing is

manjapuik anak pisang.

And what is the function of the

manjapuik

anak pisang, so that people continue to carry out the tradition of child

manjapuik

anak pisang.The theory used in this research is Structural Functional theory proposed by Robert

K Merton. Functional structural initial focus on social functions or function of the particular

institution. According to Merton structural-functional focus more focused on the social function

rather than on individual motives. Then the unit of analysis is group. Data analysis performed in

this study using interactive developed by Miles and Huberman. From the results of this study

concluded that in the implementation process tradition

manjapuik

anak pisang there are three

stages of the first Pick anak pisang (anak daro) to his house, Pair anak daro in the House induak

bako,

Maantaan anak pisang to his house. The function of this tradition is as strengthen

relationships

induak bako with anak pisang, establishing good, to know or husband Introducing

anak pisang To Family Induak Bako.

Manifest function of

Manjapuik anak pisang

at Nagari

Punggasan is appreciated Mamak and strengthen kinship between

induak bako and

anak pisang

and hidden functions is to improve anak pisang, boasts bako.

Keywords: Tradition, Manjampuik Anak Pisang (Anak Daro)

.

1

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat 2010

2

Pembimbing I Dosen STKIP PGRI Sumatera Barat

3

(4)

PENDAHULUAN

Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam kehidupan masyarakat yang dijadikan milik dari manusia dengan belajar (Koentjaraningrat, 2009:144). Kebudayaan tidak terpisah dengan tradisi, karena tradisi berasal dari kebiasaan-kebiasaan yang di ciptakan oleh masyarakat yang juga dilambangkan sebagian dari kebudayaan. Hal terpenting dalam budaya meliputi bahasa, agama, tradisi dan kebiasaan. Jelas bahwa tradisi memang sebuah bagian yang terpenting dari kebudayaan yang perlu untuk diperhitungkan (Samovar,2010:31)

Tradisi merupakan adat kebiasaan yang dilakukan turun-temurun dan masih terus dilakukan dalam masyarakat yang bebeda-beda di setiap tempat atau suku (Prasetyo, 2010:IX).

Manusia dalam perjalanan hidupnya melalui tingkatan-tingkatan dan masa-masa tertentu yang disebut dengan daur hidup yang dimulai dari masa dalam kandungan, masa bayi, anak-anak, remaja, dewasa, masa tua, sampai manusia meninggal. Peralihan antara masa remaja dan masa dewasa dinilai sangat penting. Pada masa tersebut seseorang sudah diperbolehkan menginjak masa perkawinan (Koenjaraningrat, 1995: 90).

Perkawinan adalah peristiwa yang sangat penting dalam perikehidupan masyarakat kita, sebab masalah perkawinan itu tidak hanya menyangkut wanita dan pria bakal mempelai saja tetapi juga kedua belahpihak dari orang tua, saudara-saudaranya bahkan keluarga mereka masing-masing. Perkawinan menurut Dijk dalam hukum adat sangat bersangk paut dengan urusan keluarga, masyarakat, martabat dan pribadi (Setiady, 2009:222-225)

Masyarakat di Nagari Punggasan Kecamatan Linggo Sari Baganti Kabupaten Pesisir Selatan memiliki berbagai tradisi yang dilaksanakan dalam upacara perkawinan, tradisi yang dilaksanakan sebelum upacara perkawinan, sebelum dan sesudah perkawinan diantaranya melamar, mandudukan mamak, manapiak bandu, pernikahan, manjapuik

anak pisang, dam maantaan nonde. Dan tradisi ini

selalu dilaksanakan sebelum dan sesudah perkawinan. Salahsatu tradisi yang selalu dilaksanakan dan dipertahakan oleh masyarakat di Nagari Punggasan dalam melaksanakan perkawinan adalah manjapuik anak pisang (anak daro).

Manjapuik anak pisang (anak daro) menjadi

tradisi wajib bagi masyarakat Punggasan yang melakukan proses upacara perkawinan, karena masyarakat Punggasan memandang menjapuik anak

pisang itu sangat berarti bagi seseorang. Seandainya

manjapuik anak pisang (anak daro) tidak dilakukan

oleh induak bako maka keluarga dari pihak anak

pisang (anak daro) merasa malu terhadap masyarakat

yang ada disekitarnya.

Anak pisang (anak daro) adalah anak dari

sauadra laki-laki ibu sedangkan induak bako adalah saudara perempuan dari ayah anak pisang. Tradisi

manjapuik anak pisang ini dilakukan oleh pihak

induak bako. Dimana induak bako datang

menjemput anak pisang (anak daro) kerumahnya. Namun sebelum anak pisang (anak daro) dijemput oleh induak bakonya, anak daro terlebih dahulu sudah siap-siap dengan mengenakan baju kebaya dan memakai jilbab. anak pisang (anak daro) dijemput oleh dua orang perwakilan dari keluarga induak bako

dan anak daro (anak pisang) juga ditemani oleh dua orang dari pihak keluarga nya . Setelah sampai dirumah induak bako barulah anak pisang (anak

daro) dipakaikan pakai adat dan suntiang. Kemudian

selesai memakaikan baju adat dan suntiang,anak

pisang (anak daro) diantarkan kembali kerumahnya

oleh keluarga induak bako dengan membawakan kado untuk anak pisang (anak daro) seperti kain, emas dan sapi. Fenomena ini yang menarik minat peneliti untuk melakukan penelitian fungsi tradisi

manjapuik anak pisang(anak daro) dalam upacara

perkawinan di Nagari Punggasan Kabupaten Pesisir Selatan. Mendeskripsikan proses manjapuik anak

pisang(anak daro) di Nagari Punggasan .

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori Struktural Fungsional oleh Robert K Merton. Menurut Robert K Merton menjelaskan bahwa analisis struktural fungsional memusatkan perhatian kepada kelompok, organisasi, masyarakat dan kultur. Ia menyatakan bahwa setiap objek yang dapat dijadikan sasaran analisis struktural fungsional tentu mencerminkan hal yang standar (terpola dan berulang) (Ritzer,2011: 104). Di dalam pemikiran Merton, sasaran studi struktural fungsional antara lain adalah peran sosial, pola institusional, proses sosial, pola kultur, emosi yang terpola secara kultural, norma sosial dan organisasi kelompok. Struktur sosial, perlengkapan untuk pengendalian sosial dan sebagainya (Ritzer dan godman, 2011 :137)

Fungsional struktural awal memusatkan perhatian pada fungsi sosial atau pada fungsi satu institusi tertentu saja. Menurut Merton struktural fungsional memusatkan lebih dipusatkan pada fungsi sosial ketimbang pada motif individual. Menurut Merton fungsi didefenisikan sebagai konsekuensi yang diamatimenimbulkan adaptasi atau penyesuaian dari sistem tertentu.

Selain itu Merton juga mempunyai konsep fungsi manifest (nyata) dan fungsi tersembunyi (laten). Kedua ini memberikan tambahan penting bagi analisis fungsional. Menutut pengertian sedehana, fungsi manifes adalah fungsi yang

(5)

diharapkan sedangkan fungsi Laten adalah fungsi yang tak diharapkan. (Ritzer dan godman 2011:141)

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yaitu pendekatan yang menekankan pada makna, penalaran, defenisi suatu situasi tertentu (dalam konteks tertentu), lebih banyak meneliti hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari dan lebih mementingkan proses dibandingkan dengan hasil akhir (Afifuddin, 2012:94). Data yang diamati dalam pendekatan ini adalah fungsi tradisi manjapuik

anak pisang (anak daro)di Nagari Punggasan.

Melalui data kualitatif ini peneliti mengamati dan menelusuri fungsi tradisi manjapuik anak pisang

(anak daro) dan proses tradisi manjapuik anak

pisang (anak daro) di Nagari Punggasan.

Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian deskriptif. Tipe deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa kejadian yang terjadi saat sekarang. Penelitian deskriptif memusatkan perhatian pada masa aktual sebagaimana adanya pada saat penelitian berlangsung. Melalui penelitian deskriptif, penelitian mendeskriptif peristiwa dan kejadian yang terjadi pusat perhatian tanpa memberikan perlakuan khusus terhadap peristiwa tersebut (Noor, 2011 :34-35). Dimana peneliti menjelaskan peristiwa tentang proses

manjapuik anak pisang (anak daro) di Nagari

Punggasan.

Pemilihan informan dengan teknik purposive

sampling. Informan dalam penelitian ini sebanyak 34

orang diantaranya masyarakat yang lahir dan tinggal di Punggasan 10 orang, Tokoh masyarakat (tungku

tigo sajarangan) 13 orang dan masyarakat yang

pernh melaksanakan manjapuik anak pisang 12 orang.

Metode Pengumpulan data dilakukan dengan observasi partisipatif, wawancara mendalam. Unit analisis data dalam penelitian ini adalah kelompok yaitu masyarakat Nagari Punggasan Kabupaten Pesisir Selatan.

Analisis dalam penelitian ini analisis interaktif yang di kemukakan oleh Miles dan Huberman, analisis interaktif terdiri dari (1). Pengumpulan data merupakan proses mencari data dilapangan dengan membuat catatan lapangan sesuai dengan permasalahan yang diteliti. Pengumpulan data dilakukan di Nagari PunggasanKabupaten Pesisir Selatan melalui observasi dan wawancara. Pengumpulan data ini merupakan proses awal yang dilakukan dengan cara terjun ke lapangan untuk memperoleh informasi dan mengambil data mengenai bentuk proses pelaksanaan serta makna tradisi

manjapuik anak pisang (anak daro) dalam upacara

perkawinan di Nagari Punggasan Kabupaten Pesisir

Selatan. (2). Reduksi data yaitu proses pemilihan, pemfokusan dan penyederhanaan kata-kata kasar yang muncul dari catatan tertulis dilapangan dan membuang yang tidak perlu. Hal ini dilakukan dengan cara menyusun kategori pada tiap-tiap informasi dan berlangsung secara terus menerus selama penelitian. Dalam hal ini peneliti mencatat semua informasi yang diperoleh dari wawancara dan observasi di lapangan. Dari data yang diperoleh, kemudian membuat kesimpulan berdasarkan kelompok-kelompok masing-masing informan dan membuang data yang tidak berkaitan dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian. Reduksi data dalam penelitian ini dilakukan setelah peneliti selesai melakukan observasi dan wawancara. Kemudian informasi yang didapatkan dari hasil observasi dan wawancara ditulis dalam sebuah buku, setelah itu peneliti menggaris bawahi informasi yang sama didapatkan dari informan penelitian melalui wawancara. (3). Penyajian data (Display data)

merupakan sekumpulan informasi tersusun yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan yang disajikan dengan menggunakan matrik maupun bagan. Pada tahap ketiga ini dilakukan pengkategorikan data atau pengelompokkan data ke dalam klasifikasi-klasifikasi yang menentukan data tersebut penting atau tidak penting pada tahap pertama. Penyajian ini berguna untuk memperjelas hasil penelitian agar mudah dipahami. Dalam penyajian data ini peneliti membuat transkip wawancara. Dimana data atau informasi yang disajikan dalam transkip wawancara ini didapatkan setelah peneliti melakukan reduksi data. (4). Penarikan kesimpulan (verifikasi) merupakan bagian dari kegiatan selanjutnya setelah melakukan

display data. Kesimpulan dalam kualitatif merupakan

temuan penelitian yang telah dilakukan. Temuan ini berupa deskritif atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih remang-remang atau samar sehingga setelah adanya penelitian ini menjadi jelas (Miles dan Huberman, 1992:20).

TEMUAN DAN PEMBAHASAN

1. Pengertian Manjapuik Anak Pisang (anak daro) Yang dikatakan manjapuik anak pisang

(anak daro) adalah pada saat anak pisang

melaksanakan proses pernikahan induak bako menjemput anak pisangnya dan membuatkan anak daro. setelah selesai memasangan baju anak daro dan

suntiang anak daro diantarkan ke rumahnya

bersana-sama. Orang yang ikut dalam mengantarkan anak pisang ke rumah nya adalah keluarga induak bako dan semua orang yang diundang oleh induak bako. Dalam mengantarkan anak pisang ke rumahnya induak bako memberikan kado atau bawaan bako

(6)

untuk anak pisang berupa sapi, emas, kursi dan lain-lain.

2. Sejarah Manjapuik Anak Pisang (anak daro)

di Nagari Punggasan

Awal mula orang melaksanakan manjapuik

anak pisang adalah pada saat anak pisang

melaksanakan perkawinan ibu dari ayah anak pisang

tidak bisa pergi melihat cucunya melangsungkan acara pernikahan cucunya karena ibu dari ayah anak

pisang dalam keadaan sakit. Jadi ibu dari ayah anak

pisang memintak kepada anaknya bahwa cucunya di

pakaikan baju anak daro di rumahnya, setelah selesai dipakaikan baju anak daro lalu diantarkan dengan

siriah gadang dan diiringi oleh gandang serunai.

3. Proses Manjapuik Anak Pisang (anak daro) a) Menjemput anak pisang (anak daro) ke

rumahnya

Dalam tahap pertama dalam manjapuik anak

pisang ini adalah induak bako menjemput anak

pisang ke rumahnya. Dan yang menjemput anak

pisang ke rumahnya adalah dua perwakilan dari

keluarga induak bako yaitu kakak atau adik dari ayah

anak pisang dan pasumandan. Sebelum membawa

anak pisang kerumah induak bako, perwakilan dari

keluarga induak bako terlebih dulu memintak izin kepada keluarga anak pisang bahwa dia akam membawa anak pisang ke rumahnya untuk di pasangkan baju anak daro dan suntiang. anak pisang juga membawa dua perwakilan dari keluarganya yaitu kakak atau adik dari ibu anak pisang dan

pasumandan. Anak pisang (anak daro) di antarkarkan

ke rumah induak bakonya menggunakan motor atau mobil.

b) Memasangkan Baju Anak Daro di Rumah

induak bako

Setelah manjapuik anak pisang ke rumahnya, anak pisang dibawa ke rumah induak

bakonya untuk dipasangkan baju anak daro dan

suntiang. Sebelum dipasangkan baju anak daro dan

suntiang anak daro dan perwakilan dari keluarga

anak pisang dikasih makan. Setelah makan baru

anak daro dipasangkan baju dan suntiang, yang

memasangkan suntiang adalah orang yang telah dibayar oleh induak bako. Dalam tahap ini, sambil memasangkan baju dan suntiang untuak anak daro

induak bako mencatat nama orang yang memberi

kado dan menghitung berapa banyak kado yang didapat. Induak bako menyiapkan juga kado yang akan dikasih untuk anak pisangnya. selain menyiapkan kado untuk anak pisang induak bako

juga menyiapkan tranportasi untuk mengantarkan

anak daro ke rumahnya.

c) Maantaan anak daro ke rumahnya

Proses yang terakhir ini anak pisang

diantarkan ke rumahnya bersama-sama dengan tamu undangan yang diundang oleh induak bako. Dalam menghantarkan anak pisang ke rumahnya induak bako juga membawakan pemberian atau kado dari

induak bako untuak anak pisang. Anak daro

diantarkan dengan mengunakan mobil dan kalau rumahnya dekat anak daro diantarkan berjalan kaki. setelah tiba dirumah anak daro, kelurga dari anak

pisang (anak daro) sudah menanti kedatangan anak

daro dan keluarga induak bako. Dan keluaga anak

pisang (anak daro) sudah menyiapkan hidangan

makan untuak tamu dari keluarga induak bako. Sebelum tamu dari keluarga induak bako makan, terlebih dahulu perwakilan dari keluarga nak pisang

menjemput keluarga anak pisang yang sudah berada diluar rumah untuk masuk.

4. Fungsi Tradisi Manjapuik Anak Pisang (Anak Daro)

1) Mempererat Hubungan Antara Induak Bako

Dengan Anak Pisang

Manjapuik anak pisang dapat mempererat

hubungan antara induak bako dengan anak pisang. Karena manjapuik anak pisang dilaksanakan dalam malaksanakan upacara perkawinan dapat kita lihat bahwa hubungan yang terjalin anatara induak bako

dengan anak pisang terjalin sangat baik. Dahulu hubungan anatara anak pisang ini biasa-biasa saja tapi setelah induak bako manjapuik anak pisang

(anak daro) pada saat perkawinanannya, maka

hubungan mereka akan lebih erat dan tidak seperti biasa. Karena anak pisang menganggap manjemputnya waktu melaksanakan perkawinan sangat penting baginya. Maka dari itu, dari hubungan yang biasa bisa menjadi lebih erat antara induak bako dan anak pisang.

2) Memperkuat Silahturahmi Antara Induak Bako dan Anak Pisang (Anak Daro)

Manjapuik anak pisag dapat memperkuat

tali silahturahmi antara anak pisang dengan induak

bako. Dimana anak pisang akan sering

bersilahturahmi ke rumah induak bakonya karena

anak pisang akan merasa lain jika tidak pergi

kerumah induak bako karena pada saat melaksanakan perkawinan dia dijemput oleh induak bako. sebelum melakuakan manjapuik anak pisang silahturami anatar anak pisang juga ada tapi jarang, setelah

induak bako mnjemput anak pisangnya waktu

melaksanakan perkawinan silahturahmi antara anak

pisang akan lebih sering. Seperti waktu setelah

perkawinan anak pisang akan mengantarkan onde-onde ke rumah induak bakonya tapi kalau tidak dijemput oleh induak bakonya waktu melaksanakan perkawinan anak pisang tidak akan memberi dan

(7)

mengantarkan onde-onde ke rumah induak bakonya

karena anak pisang marah kepada induak bakonya. Dan pada saat hari Raya dan hari-hari biasanya anak

pisang akan lebih sering mengunjungi induak

bakonya. Maka dari itu masyarakat Nagari

Punggasan mengganggap tradisi manjapuik anak

pisang itu sangat penting waktu melaksanakan

perkawinan.

3) Untuk mengetahui Atau Memperkenalkan Suami Anak Pisang Kepada Keluarga Induak Bako.

Manjapuik anak pisang (anak daro) ini

suami kita dapat mengetahui keluaga dari induak bako atau keluarga ayah kita, begitu juga sebaliknya suami kita akan mengenal keluarga induak bako kita. Selain mengenal keluarga kita sendiri seharusnya suami kita harus mengetahui keluarga dari ayah kita. Waktu induak bako menjemput anak pisang untuk dipakaikan suntiang dan baju anak daro maka keluarga induak bako dapat mengenal dan mengetahui siapa suami anak pisangnya karena pada suatu saat bertemu induak bako dan keluraganya bertemu dengan suami anak pisang maka mereka akan saling menegur. Tapi kalau tidak dijemput waktu melaksanakan pernikahan maka induak bako

dan suami anak pisang tidak akan saling mengenal, dan ketika bertemu mereka tidak akan menegur karena mereka tidak saling mengenal.

5. Fungsi Manifes Dari Manjapuik Anak Pisang

a.

Mengargai Mamak

fungsi yang diharapkan dalam

manjapuik

anak pisang adalah menghormati mamak, karena

mamak sangat penting dalam mengurus urusan

keluarga dikampung. Kalau mamak kita tidak ada maka kita tidak akan dihormati dan dihargai oleh orang lain. Maka mamak itu sangat dihargai dan penting bagi kakak,adik dan kemenakannya. Maka suatu ujud kita untuk menghargai mamak kita adalah waktu anaknya mau melaksanakan perkawinan anaknya dijemput oleh induak bako atau adik dan kakak dari ayah anak pisang. Dan jika induak bako

tidak menjemput anak pisang waktu melaksanakan perkawinan ayah anak pisang akan merasa kecewa karena dia menganggap keluarganya tidak lagi menghargainya.

b. Memperkuat Tali Persaudaraan Antara

Induak Bako Dan Anak Pisang (Anak Daro)

Manjapuik anak pisang di Nagari

Punggasan dapat mempererat tali persaudaraan antara

induak bako dengan anak pisang dalam keluarga.

Dimana anak pisang akan merasa senang waktu dia dijemput oleh induak bakonya, jadi tali persaudara anatar induak bako dengan anak pisang akan bertambah erat. Mula dari tali persaudaraan mereka

biasa saja, ketika induak bako menjemput anak

pisangnya waktu melaksanakan pernikahan maka tali

persaudaraan antara anak pisang(anak daro) akan menjadi kuat.

6. Fungsi Laten Dalam Tradisi Manjapuik Anak Pisang (Anak Daro)

a. Meningkatkan Harga Diri Anak Daro

Manjapuik anak pisang ini dapat meningkatkan

harga diri anak pisang. Dimana anak pisang merasa bangga dijemput induak bakonya, meskipun pemberian bakonya sedikit. Dan bila induak bako

menjemput anak pisangnya maka orang akan mengganggap induak bakonya menyayanginya dan tidak akan di gunjing-gunjing oleh masyarakat.

Manjapuik anak pisang yang diharapkan anak daro

bukanlah kado dari induak bako tapi dijemput saja sudah merasa senang. Karena manjapuik anak pisang

itu sangat berarti bagi anak pisang karena dapat meningkatkan harga di

b. Membanggakan Bako

fungsi yang tak diharapkan adalah

membaggakan bako. Dimana anak pisang akan selalu

membaggakan induak bakonya karena pada melaksanakan upacara perkawinan induak bako

menjemput anak pisangnya, meskipun keuagannya tidak mencukupi tapi induak bako pasti mengusahakan bagaimana caranya agar anak

pisangnya dijemput pada saat melaksanakan proses

perkawinan. Dari usaha induak bako tersebut anak

pisang akan membanggakan induak bakonya karena

anak pisang (anak daro) merasa senang dia dijemput

induak bakonya waktu melaksanakan perkawinan.

Dan anak pisang (anak daro) akan selalu menghargai

usaha induak bakonya.

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Tradisi adalah adat kebiasaan yang dilakukan secara turun temurun yang dilakukan oleh masyarakat. Sebuah tradisi sangat penting bagi kehidupan masyarakat, karena dengan tradisi akan terlihat corak kebudayaan suatu masyarakat. Begitu juga dengan tradisi manjapuik anak pisang (anak

daro) yang ada di dalam adat perkawinan masyarakat

Nagari Punggasan. Tradisi ini sudah menjadi ciri khas dalam adat perkawinan masyarakat Nagari Punggasan yang ada di Kabupaten Pesisir Selatan ini. Tradisi manjapuik anak pisang (anak daro) selalu dilaksanakan dalam perkawinan.

Tradisi manjapuik anak pisang (anak daro)

(8)

membuatkan anak pisangnya anak daro dan semua perlengkapan atau pakaian adat ditangguang oleh induak bako. Tradisi manjapuik anak pisang (anak

daro) awalanya pada saat anak pisang melaksanakan

perkawinan ibu dari ayah anak pisang tidak bisa pergi melihat cucunya melangsungkan acara pernikahan cucunya karena ibu dari ayah anak

pisang dalam keadaan sakit. Jadi ibu dari ayah anak

pisang memintak kepada anaknya bahwa cucunya di

pakaikan baju anak daro dirumahnya, setelah selesai dipsakaikan baju anak daro lalu diantarkan dengan

siriah gadang dan diiringi oleh gandang serunai.,

tradisi ini berkembang di Nagari Punggasan pada 200 tahun lalu. Tadisi Manjapuik anak pisang (anak

daro) menjadi tradisi yang sangat penting bagi

mansyarakat Nagari Punggasan..

Untuk melaksanakan tradisi ini ada proses yang harus dilaksanakan oleh masyarakat, adapun proses itu adalah:

1. Menjemput anak pisang (anak daro) ke rumahnya

Bahwa dalam tahap pertama dalam

manjapuik anak pisang ini adalah induak

bako menjemput anak pisang ke rumahnya. Dan yang menjemput anak pisang ke rumahnya adalah dua perwakilan dari keluarga induak bako. Sebelum membawa

anak pisang kerumah induak bako,

perwakilan dari keluarga induak bako ini memintak izin kepada keluarga anak pisang

bahwa dia akam membawa anak pisang ke rumahnya untuk di pasangkan baju anak daro dan suntiang.

2. Memasangkan Baju Anak Daro di Rumah

induak bako

Setelah manjapuik anak pisang ke rumahnya, anak pisang dibawa kerumah

induak bakonya untuk dipasangkan baju

anak daro dan suntiang. Sebelum

dipasangkan baju anak daro dan suntiang,

anak daro dan perwakulan dari keluarga

anak pisang dikasih makan.

3. Maantaan anak daro ke rumahnya

Proses yang terakhir ini anak pisang

diantarkan ke rumahnya bersama-sama dengan tamu undangan yang di undang oleh

induak bako. Dalam menghantarkan anak

pisang ke rumahnya induak bako juga

membawakan pemberian atau kado dari

induak bako untuak anak pisang.

Fungsi dari tradisi ini adalah mempererat hubungan anatra induak bako dengan anak

pisang,dam mempererat tali persaudaraan dan Untuk

mengetahui Atau Memperkenalkan Suami Anak

Pisang Kepada Keluarga Induak Bako.

Fungsi Manifes dari manjapuik anak

pisang adalah menhargai mamak dan memperkuat

tali persaudaraan sedangkan fungsi Laten adalah meningkatkan harga diri dan gengsi anak pisang, membanggakan bako.

B.Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang dikemukakan di atas maka peneliti memberikan saran sebagai berikut:

1. Diharapkan kepada masyarakat di Nagari Punggasan untuk mempertahankan tradisi

manjapuik anak pisang (anak daro) karena

tradisi manjapuik anak pisang (anak daro)

merupakan warisan dari nenek moyang masyarakat di Nagari Punggasan dan merupakan ciri khas dari kampung Nagari Punggasan Kabupaten Pesisir selatan. 2. Penelitian mengenai tradisi manjapuik anak

pisang (anak daro) belum dapat dikatakan

sebagai suatu penelitian yang sempurna, untuk itu besar harapan penulis agar peneliti lainnya dapat melanjutkan penelitian ini untuk masa-masa mendatang.

DAFTAR PUSTAKA

Afifuddin, 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Pustaka Setia.

Koenjaaranigrat. 1995. Ilmu Antropologi. Jakarta : PT Rineka Cipta.

Koentjaraningrat. 2009. Ilmu Antropologi. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Miles, B. Matthew dan A. Michel Huberman. 1992.

Analisis Data Kualitatif. (terj) Jakarta: UI

Press.

Moleong, Lexy J 2010. Metodelogi Penelitian

Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosda Karya

Noor, Juliansyah, 2011. Metodologi Penelitian. Jakarta : Kencana

.

Prasetyo, Yanu Endar. 2010. Mengenal Tradisi

Bangsa. Yogyakarta: IMU.

Ritzer,george, Douglas J Godman. 2011. Teori

(9)

Samovar, A. Larry. 2010. Kominikasi Lintas Budaya. Salemba Humanika: Jakarta

Setiady, Tolib, 2009.

Intisari Hukum Adat

Indonesia.Bandung: Alfabeta.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui trend kunjungan penderita kanker paru rawat inap berdasarkan data tahun 2005-2009 dan distribusi proporsi penderita

Oleh karena itu tulisan ini akan membahas secara umum mengenai penyakit ablasio retina itu sendiri, sehingga nantinya dapat dipergunakan oleh tenaga kesehatan

Penelitian analisis matematika geometri terhadap rumah panggung toraja sebelumnya dilakukan oleh Pitriana (2015), dimana membahas tentang eksplorasi geometri budaya toraja

Oleh karena itu, refleksi dan perumusan penggantian tujuan harus dilaksanakan secara seksama, agar momentum tidak hilang dan organisasi mengalami penurunan atau ”penuaan”

akibat adanya invensi yang sama yang diajukan oleh pemohon yang berbeda dalam waktu yang tidak bersamaan ( conflicting application ). Tanggal prioritas adalah tanggal

&en#arian bentuk kone"ersi !ilakukan untuk !ua alasan : %5 untuk menentukan luasnya  enggelaan@ !an *5 untuk mengumulkan bukti yang !aat !igunakan

[r]