• Tidak ada hasil yang ditemukan

2.1. Pendekatan Pengertian KTP2D

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "2.1. Pendekatan Pengertian KTP2D"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

Laporan Akhir I I- 1

BAB II

KONSEP KTP2D

2.1. Pendekatan

2.1.1. Pengertian KTP2D

1. Kawasan Terpilih Pusat pengembangan Desa (KTP2D) adalah satu kesatuan kawasan perdesaan yang terdiri dari desa pusat dan desa-desa lain sebagai desa-desa pendukungnya, yang memiliki keunggulan stategi berupa:

a. Peran kawasan ini bagi pertumbuhan dan pengembangan potensi kawasan perdesaan lain di sekitarnya.

b. Keuntungan ekonomis (economic scale) guna mengembangkan potensi andalannya.

c. Memiliki fasilitas pelayanan sosial ekonomi serta tingkat aksesibilitas yang relatif lebih baik dibandingkan dengan kawasan perdesaan disekitarnya.

2. Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) adalah suatu pendekatan pembangunan kawasan perdesaan melalui penyediaan prasarana dan sarana dasar permukiman termasuk sentuhan terhadap rumah tinggal yang mendukung dan memacu pertumbuhan ekonomi kawasan perdesaan secara terarah, terpadu dan berkelanjutan.

3. Penanganan KTP2D merupakan salah satu pendekatan penanganan perumahan permukiman yang dimaksudkan dapat mengatasi permasalahan terjadinya kawasan kumuh legal perkotaan (slums) dan illegal (squatters) yang disebabkan karena urbanisasi.

4. Penanganan KTP2D akan menyentuh berbagai bidang yang intinya meningkatkan kehidupan dan penghidupan masyarakat setempat tanpa harus meninggalkan desanya.

(2)

Laporan Akhir I I- 2

5. Penanganan KTP2D berarti menggarap potensi yang ada baik pada desa pusat maupun desa hinterlandnya. Untuk itu penetapan KTP2D harus benar-benar selektif.

6. Penanganan KTP2D juga akan menangani peningkatan kualitas lingkungan perumahan dan permukiman perdesaan, baik bagi desa pusat maupun hinterland-nya.

Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) adalah suatu pendekatan pembangunan kawasan perdesaan melalui penyediaan prasarana dan sarana dasar permukiman termasuk sentuhan terhadap rumah tinggal yang mendukung dan memacu pertumbuhan ekonomi kawasan perdesaan secara terarah, terpadu dan berkelanjutan.

2.1.2. Misi dari KTP2D adalah :

1. Mengembangkan Potensi Desa di suatu kawasan perdesaan yang telah diindikasikan dapat berkembang, baik pada desa pusat maupun desa hinterlandnya yang menyentuh berbagai bidang, dan pada gilirannya mampu meningkatkan kualitas kehidupan dan penghidupan masyarakat perdesaan.

2. Pengejawantahan asas Tridaya yang difokuskan pada pemandirian masyarakat dan pemerintah daerah dalam upaya mengatasi permasalahan di bidang perumahan, permukiman, ekonomi dan sosial.

3. Mendorong dan memperkuat kelembagaan di tingkat masyarakat dalam menjaga keberlanjutan program dan efektifnya koordinasi lintas sektor.

4. Mendorong terjadinya koordinasi dan integrasi program kebijakan pembangunan daerah, dimana keberadaan program KTP2D menjadi bagian dalam mendukung dan merealisasikan kebijakan pembangunan daerah secara lebih konkrit.

5. Mengurangi beban perkotaan yang disebabkan oleh dampak urbanisasi, seperti kawasan kumuh, perumahan, dan permukiman illegal (squatters), pengangguran, dan lain-lain. Melalui pembangunan perekonomian kawasan perdesaan, sehingga tercipta lapangan kerja yang memberikan penghasilan memadai.

(3)

Laporan Akhir I I- 3

2.1.3. Tujuan KTP2D

Program KTP2D ini dimaksudkan sebagai penyeimbang pembangunan perdesaan dan perkotaan secara umum melalui penanganan perumahan dan permukiman sebagai salah satu entry point. Sedangkan tujuan yang ingin dicapai melalui KTP2D ini adalah :

1. Mendorong perkembangan kawasan-kawasan strategi dan potensi perdesaan melalui penanganan simpul-simpul pusat kegiatan primer perdesaan secara terarah, intensif, terintegrasi dan menyeluruh.

2. Mengurangi beban permasalahan perumahan permukiman perkotaan akibat urbanisasi masyarakat perdesaan.

Untuk bisa mencapai tujuan tersebut diatas ditetapkan 2 (dua) sasaran sebagai berikut :

1. Pertama, terkonsentrasinya penanganan perumahan dan permukiman perdesaan sesuai dengan spesifikasi potensi yang dimiliki oleh suatu kawasan di perdesaan yang telah ditetapkan sebagai pusat pengembangan.

2. Kedua, tersusunnya perencanaan yang visioner, integrative dan menyeluruh pada suatu kawasan di perdesaan yang telah ditetapkan sebagai pusat pengembangan.

Dilihat dari misi, maksud, tujuan dan sasarannya, pada dasarnya KTP2D adalah pendekatan pembangunan kawasan perdesaan dengan cara mengembangkan potensi unggulannya, yaitu suatu sumber daya dominan baik yang belum diolah (eksplor) maupun sumber daya yang tersembunyi berupa sumber daya alam, sumber daya buatan ataupun sumber daya manusia yang difokuskan pada kemandirian masyarakat sesuai dengan azas TRIDAYA yang intinya adalah pemberdayaan masyarakat, ekonomi dan pendayagunaan prasaranan dan sarana permukiman. Hal tersebut mencerminkan lokalitas dari program KTP2D ini. Dengan demikian, dalam tahapan penyususnan KTP2D khususnya pada langkah persiapan yaitu penetapan lokasi KTP2D dan perkiraan awal potensi unggulan kawasan, pendekatan yang digunakan adalah

(4)

Laporan Akhir I I- 4

pendekatan Pengembangan Ekonomi Lokal yang berbasis pada konsep “Good Village”.

“Good Village diindikasikan memiliki kemampuan, terutama untuk mengembangkan perekonomian lokal berbasis pada potensi unggulan. Kemampuan lokal tersebut adalah :

1. Kemampuan Berproduksi

a. Adanya perubahan teknologi, misalnya dalam pengolahan sawah, dulu masih menggunakan tenaga hewan sekarang sudah menggunakan traktor. Pemanfaatan SDA tergantung pada tingkat teknologi yang digunakan dalam masyarakat. Pertumbuhan ekonomi dapat dicapai dengan perubahan teknologi yang dapat meningkatkan produksi.

b. Adanya basis SDA dan terciptanya multiplier effect sehingga dapat menyediakan tenaga kerja. Tenaga Kerja adalah elemen dari penduduk yang membantu mempertahankan keberlangsungan suatu perekonomian dengan jalan menyediakan suatu kombinasi energi dan intelegensi manusia kepada proses produksi.

c. Adanya pengembangan produk (inovasi) sehingga dapat meningkatkan produksi, misalnya dalam bidang tambak tidak hanya tambak udang tetapi dikembangkan menjadi tambak jenis-jenis ikan. Adapun inovasi dapat dibagi menjadi dua yaitu inovasi yang berupa turunnya biaya termasuk mengenalkan metode baru dalam pengolahan dan inovasi yang berupa peningkatan produk dengan kualitas baik.

2. Kemampuan Mengembangkan Kegiatan a. Adanya peningkatan akses pada pasar; b. Penyediaan sarana dan prasarana;

1) Jaringan transportasi; 2) Jaringan irigasi; 3) Air bersih; 4) Listrik; 5) Pasar;

(5)

Laporan Akhir I I- 5

c. Peningkatan pelayanan kesehatan;

3. Kemampuan Meningkatkan Sumber Daya Manusia

a. Adanya peningkatan pengetahuan, ketrampilan dan kemampuan dalam suatu masyarakat. Hal ini untuk menciptakan kesempatan kerja agar angkatan kerja dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.

b. Adanya pengembangan kualitas sumber daya manusia dengan melalui kemampuan berfikir masyarakat melalui materi dasar hitung-menghitung, membuat perbandingan, mengeluarkan ide, membuat keputusan dengan kendala tertentu.

c. Meningkatkan fungsi fasilitas pendidikan dan fasilitas kesehatan. Fasilitas pendidikan atau mengembangkan intelektual dan fasilitas untuk mengembangkan fisik masyarakat.

2.2. Landasan Teori

2.2.1 Pengembangan Wilayah

Pengembangan wilayah merupakan strategi memanfaatkan dan mengkombinasikan faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan eksternal (peluang dan tantangan) yang ada sebagai potensi dan peluang yang dimanfaatkan untuk meningkatkan produksi wilayah akan barang dan jasa yang merupakan fungsi dari kebutuhan baik secara internal maupun eksternal wilayah. Faktor internal ini berupa sumber daya alam, sumber daya manusia dan sumber daya teknologi, sedangkan faktor eksternal dapat berupa peluang dan ancaman yang muncul seiring dengan interaksinya dengan wilayah lain. Pengembangan wilayah sebagai hubungan yang harmonis antara sumber daya alam, manusia dan teknologi dengan memperhitungkan daya tampung lingkungan dalam memberdayakan masyarakat, seperti terlihat pada gambar 2.1.

(6)

Laporan Akhir I I- 6

Gambar 2.1.

Hubungan antar elemen pembangunan

Teknologi

SDA SDM

Pengembangan wilayah mengacu pada perubahan produktivitas wilayah, yang diukur dengan peningkatan populasi penduduk, kesempatan kerja, tingkat pendapatan, dan nilai tambah industri pengolahan. Selain definisi ekonomi, pengembangan wilayah mengacu pada pengembangan sosial, berupa aktivitas kesehatan, pendidikan, kualitas lingkungan, kesejahteraan dan lainnya.

2.2.2 Pembangunan Ekonomi Lokal (Local Economic Development)

Konsep pengembangan Local Economic Development (LED), merupakan konsep pengembangan wilayah yaitu pembuatan Networking (jaringan) antara aktor (Stakeholder) yang ada di pusat (Centre) dengan aktor yang ada di pinggiran atau pedesaan (Hinterland).

Definisi Pembangunan Ekonomi Lokal (Local Economic Development).

World Bank

Pembangunan Ekonomi Lokal adalah proses dimana pemerintah Lokal dan organisasi masyarakat terlibat untuk mendorong, merangsang, memelihara aktivitas usaha untuk menciptakan lapangan pekerjaan.

International Labour Organization (ILO)

Pembangunan Ekonomi Lokal adalah proses pertisipatif yang mendorong kemitraan antara dunia usaha dan pemerintah dan masyarakat pada wilayah tertentu, yang memungkinkan kerjasama

Pengembangan

(7)

Laporan Akhir I I- 7

dalam perencanaan dan pelaksanaan strategis pembangunan secara umum, dengan menggunakan sumber daya Lokal dan keuntungan kompetitif dalam konteks global, dengan tujuan akhir menciptakan lapangan pekerjaan yang layak dan merangsang kegiatan ekonomi.  A. H. J. Helming

Pembangunan Ekonomi Lokal adalah suatu proses dimana kemitraan yang mapan antara pemerintah daerah, kelompok berbasis masyarakat, dan dunia usaha mengelola sumber daya yang ada untuk menciptakan lapangan pekerjaan dan merangsang (pertumbuhan) ekonomi pada suatu wilayah tertentu. Menekankan pada kontrol lokal, dan penggunaan potensi sumber daya manusia, kelembagaan dan sumber daya fisik.

Bank Dunia, ILO, Blakery dan Bradshow

Pembangunan Ekonomi Lokal adalah usaha mengoptimalkan sumber daya lokal yang melibatkan pemerintah, dunia usaha, masyarakat lokal dan organisasi masyarakat untuk mengembangkan ekonomi pada suatu wilayah.

Dengan demikian Pembangunan Ekonomi Lokal merupakan upaya pemberdayaan masyarakat ekonomi dalam suatu wilayah dengan bertumpuan kepada kekuatan lokal, baik itu kekuatan nilai lokasi, sumber daya alam, sumber daya manusia, teknologi, kemampuan managemen kelembagaan (capacity of institutions) maupun aset pengalaman.

Adapun definisi Pembangunan Ekonomi Lokal tersebut memfokuskan pada :

1. Peningkatan kandungan lokal.

2. Melibatan stakeholder secara substansial dalam suatu kemitraan strategis.

3. Peningkatan ketahanan dan kemandirian ekonomi. 4. Pembanguanan keberlanjutan.

5. Pemanfaatan hasil pembangunan oleh sebagian besar masyarakat lokal.

(8)

Laporan Akhir I I- 8

7. Pertumbuhan ekonomi yang dicapai secara inklusif.

8. Penguatan kapasitas dan peningkatan kualitas sumber daya manusia.

9. Pengurangan kesenjangan antar golongan masyarakat, antar sektor dan antar daerah.

10. Pengurangan dampak negative dari kegiatan ekonomi terhadap lingkungan.

Inti dari teori pembangunan ekonomi lokal adalah bagaimana cara menumbuhkan wiraswasta lokal, menumbuhkan /pendayagunaan lembaga-lembaga pada tingkat lokal dan institusi lokal, yang harus diberdayakan adalah :

1. Lembaga keuangan (dapat memberikan kredit/pinjaman pada masyarakat lokal).

2. Lembaga pelatihan/balai pelatihan (memberikan keterampilan-keterampilan yang potensial untuk membangun daerah tersebut). 3. Penelitian (hasil dari penelitian harus dikoordinasikan dengan

lembaga lainnya). 4. Lembaga pemasaran.

2.2.3 Agropolitan

Agropolitan adalah suatu konsep pembangunan berdasarkan aspirasi masyarakat bawah yang tujuannya tidak hanya meningkatkan pertumbuhan ekonomi, tapi juga mengembangkan segala aspek kehidupan sosial.

Konsep agropolitan adalah sebuah kebijakan pemerintah pusat yang merupakan pendekatan terpadu dari beberapa departemen bidang ekonomi untuk pembangunan di pedesaan khususnya pertanian dengan melengkapi infrastruktur, memperluas akses terhadap kredit usaha untuk meningkatkan pendapatan petani dan mendorong pertumbuhan industri guna meningkatkan nilai tambah sektor pertanian.

(9)

Laporan Akhir I I- 9

Konsep agropolitan memandang bahwa pembangunan wilayah ditujukan sebagai pusat pertumbuhan ekonomi yang mendorong pertumbuhan pembangunan perdesaan dan desa-desa hinterland atau wilayah sekitarnya melalui pengembangan ekonomi, yang tidak terbatas sebagai pusat pelayanan sektor pertanian, tetapi juga pembangunan sektor secara luas usaha pertanian (on farm dan off farm), industri kecil, pariwisata, jasa pelayanan, dan lain-lain.

Dalam hal ini dukungan infrastruktur sangat diperlukan untuk mendorong terjadinya peningkatan produktivitas bagi faktor-faktor produksi pertanian (Dep.Kimpraswil, 2003).

Kebijakan-kebijakan yang perlu diperhatikan dalam pengembangan wilayah dengan pendekatan agropolitan sehingga dapat meningkatkan kinerja pembangunan ekonomi daerah.

1. Meningkatkan produktifitas sektor pertanian di wilayahnya sendiri melalui :

a. Peningkatan kualitas sumber daya manusia: peningkatan menejemen pelayanan pendidikan, peningkatan kualitas dan kuantitas tenaga kesehatan dll.

b. Pembangunan infrastruktur transportasi darat dalam rangka memperkuat aksesbilitas masyarakat.

2. Kerjasama antar kecamatan melalui interaksi sosial

3. Kebijakan dalam meningkatkan pertumbuhan sektor keuangan. 4. Kebijakan dalam meningkatkan pertumbuhan sektor industri

melalui upaya kerja sama antar wilayah kecamatan.

5. Kebijakan dalam menekan laju angkatan kerja atau angka pengangguran.

2.3. Konsep Lokasi KTP2D

Kawasan Terpilih Puat Pengembangan Desa (KTP2D) pada dasarnya merupakan program pengembangan kawasan perdesaan untuk dapat menciptakan keseimbangan wilayah antara kawasan perdesaan dan perkotaan. Program Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) dalam penanganannya menyentuh dan manggarap potensi lokal dalam

(10)

Laporan Akhir I I- 10

berbagai bidang, sehingga diharapkan dapat meningkatkan kehidupan dan penghidupan masyarakat setempat tanpa harus meninggalkan desanya, mengoptimalkan fungsi kawasan perdesaaan dalam menampung kegiatan masyarakat serta meningkatkan kualitas lingkungan perumahan dan permukiman.

Dalam menentukan lokasi KTP2D perlu memperhatikan keterkaitannya dengan Sistem Perwilayahan Pembangunan yang ada. Sistem Perwilayahan Pembangunan diidentikkan dengan struktur tata ruang wilayah, yang bertujuan untuk mengenali perwujudan ruang yang ada sekarang, kecenderungan perkembangannya serta permasalahan pengembangan wilayah yang memiliki dimensi keruangan. Sistem perwilayahan pengembangan berisikan unsur-unsur atau komponen-komponen pembentuk ruang yang meliputi: sistem pusat-pusat permukiman, sistem sarana dan prasarana utama secara menyeluruh tentang keadaan pusat-pusat pertumbuhan wilayah serta jangkauan pelayanannya serta hubungannya antara pusat-pusat pertumbuhan wilayah (growth pole models). Pertimbangan tersebut untuk lebih menfokuskan program KTP2D pada wilayah-wilayah prioritas perlu penanganan melalui program KTP2D sehingga tujuan dan sasaran dari program ini dapat dicapai secara maksimal.

Beberapa aspek yang harus diperhatikan dalam penetapan lokasi KTP2D terkait dengan Sistem Perwilayahan adalah sebagai berikut:

1. KTP2D tidak memiliki Ciri Perkotaan

Kawasan perdesaan adalah sasaran dari program KTP2D ini, dengan demikian wilayah-wilayah yang mencirikan kawasan perkotaan bukan merupakan alternative lokasi KTP2D. berdasarkan Undang-undang Penataan Ruang No. 4 Tahun 1992, ciri kawasan perdesaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama pertanian termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi. Selain itu, perlu memperhatikan pula perkembangan wilayah-wilayah tersebut, hal ini mengingat bahwa pada umumnya wilayah-wilayah yang diindikasikan

(11)

Laporan Akhir I I- 11

mengalami perkembangan yang sangat cepat adalah merupakan ciri suatu perkotaan.

2. KTP2D bukan merupakan Pusat Pemerintahan dan Daerah hinterland-nya. Terkait dengan batasan dan ruang lingkup KTP2D, khususnya pada tahapan identifikasi, maka penetapan lokasi KTP2D perlu memperhatikan pusat-pusat pemerintahan dan daerah hinterland-nya, seperti ibukota kabupaten dan ibukota kecamatan. Hal tersebut mengingat biasanya pada pusat-pusat pemerintahan telah memiliki program-program pembangunan, sehingga dapat menimbulkan tumpang tindihnya program yang pada akhirnya tujuan dan sasaran program KTP2D ini tidak tercapai secara maksimal.

Pada umumnya di daerah-daerah sekitar pusat-pusat pemerintah perkembangannya cenderung mengikuti bahkan tergantung pada pusat pemerintahan, sehingga daerah-daerah yang terpengaruh oleh perkembangan pusat pemerintahan tersebut daerah hinterland pusat pemerintahan yang biasanya memiliki jarak relative dekat dan eksesibilitas yang tinggi dengan pusatnya.

3. Lokasi KTP2D belum memiliki Program Penanganan Perdesaan

Pemerintahan baik pusat maupun daerah telah memiliki program penanganan khusus bagi kawasan perdesaan. Dengan memperhatikan hal tersebut, maka KTP2D yang dijalankan tidak terjadi tumpang tindih kepentingan dari tiap-tiap program. Program tersebut diantaranya IDT, Agropolitan dan KTP2D yang sudah ada. Dengan demikian wilayah yang diindikasikan telah memiliki program penanganan perdesaan bukan merupakan alternative lokasi KTP2D.

4. KTP2D merupakan Satu Kesatuan Kawasan Perdesaan

Lokasi KTP2D adalah satu kesatuan kawasan perdesaan, yang terdiri dari Desa Pusat Pertumbuhan dan desa hinterlandnya. Pada umumnya desa-desa tersebut memiliki ikatan, baik secara ekonomi, sosial dan budaya. Sehingga batasan wilayah bagi lokasi KTP2D dapat merupakan suatu batasan fisik dan fungsional.

(12)

Laporan Akhir I I- 12

Setelah memperhatikan sistem perwilayahan dan aspek-aspek lainnya yang terkait, kegiatan identifikasi lokasi KTP2D selanjutnya perlu memperhatikan struktur dan Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D). Struktur KTP2D terdiri atas desa pusat pertumbuhan dan desa hinterland. 1. Penetapan Desa Pusat Pertumbuhan

Desa Pusat Pertumbuhan merupakan urat nadi ekonomi bagi masyarakat di kawasan pedesaan dan sebagai bagian integral dalam konstelasi pembangunan daerah terutama dalam siklus aliran barang dan jasa serta pemasaran hasil produksi, dalam rangka menciptakan pemerataan pembangunan terutama bagi masyarakat kawasan pedesaan untuk meningkatkan kualitas hidup dan lingkungannya.

Dari perkembangannya Desa Pusat Pertumbuhan merupakan desa yang sangat berkembang yaitu desa-desa yang pertumbuhan ekonominya lebih maju dibanding desa-desa sekitarnya. Umumnya desa-desa ini melayani desa-desa hinterland-nya dan mempunyai tingkat aksesibilitas yang relative mudah ke kawasan yang lebih tinggi ordenya. Kegiatan ekonomi di desa ini biasanya beragam dan tidak terlalu tergantung pada sektor primer serta mempunyai kelengkapan sarana dan prasarana permukiman yang lebih lengkap.

2. Penentuan Desa Hinterland

Desa hinterland terdiri dari beberapa desa sekitar desa pusat dan mempunyai ikatan sosial, ekonomi, dan budaya. Pada dasarnya desa yang berbatasan langsung dengan desa pusat merupakan hinterland. Desa hinterland dapat berupa desa yang sedang berkembang yaitu desa yang tergantung dan mengandalkan sektor primer saja, yaitu pertanian, namun mempunyai potensi untuk berkembang lebih maju. Umumnya desa sedang berkembang ini mempunyai akses yang lebih tinggi dengan kawasan perkotaan ataupun dengan desa-desa lainnya. Biasanya kegiatan ekonomi masyarakatnya sudah menunjukkan diversifikasi dan tidak semata-mata bergantung pada sektor primer atau agraris saja.

Hinterland efektif diukur dari tingkat atau intensitas terjadinya interaksi baik sosial, ekonomi maupun ikatan budaya. Secara mudah dapat dilihat

(13)

Laporan Akhir I I- 13

dari arah orientasi pelayanan pemenuhan primer desa pusat kepada desa pendukungnya.

2.4. Kriteria Lokasi KTP2D

Berdasarkan konsep lokasi KTP2D di atas, maka selanjutnya perlu ditetapkan kriteria-kriteria lokasi KTP2D. Kriteria lokasi KTP2D terbagi menjadi 2 (dua) bagian yaitu :

1. Kriteria Umum

Kriteria umum adalah kriteria lokasi KTP2D yang akan menghasilkan alternatif-alternatif lokasi KTP2D. Kriteria-kriteria tersebut adalah : a. Lokasi KTP2D merupakan bagian dari sistem perwilayahan pada suatu

kabupaten.

b. Merupakan kawasan yang mencirikan kawasan perdesaan.

c. Lokasi KTP2D merupakan kawasan perdesaan diluar pusat-pusat pemerintahan dan daerah hinterlandnya.

d. Lokasi KTP2D merupakan satu kasatuan kawasan perdesaan, sehingga terbentuk suatu sinergi dari faktor sosial, ekonomi, budaya yang saling mendukung.

2. Kriteria Khusus

Kriteria khusus adalah kriteria yang akan digunakan didalam menetapkan Desa Pusat Pertumbuhan dari sektor alternative lokasi KTP2D yang sudah terpilih berdasarkan kriteria umum, sebagai berikut:

a. Kemampuan berproduksi 1) Produksi

 Produktivitas komoditi  Nilai tambah komoditas

 Sistem pengelolaan komoditas/jasa 2) Pasar

 Jangkauan pemasaran

 Keberadaan jaringan pemasaran komoditas/jasa  Aglomerasi antar sektor

3) Tenaga Kerja

(14)

Laporan Akhir I I- 14

 Spesifikasi tenaga kerja (keberagaman keterampilan yang

terlibat dalam sistem produksi komoditas/jasa)  Sistem pengelolaan komoditas/jasa

 Prosentase penduduk desa bekerja di sektor utama b. Kemampuan mengembangkan kegiatan

1) Prasarana Air Bersih  Pelayanan air bersih 2) Prasarana Persampahan

 Pola pembuangan sampah 3) Prasarana Jalan

 Jarak antar desa dengan ibukota kabupaten  Moda angkutan desa dengan ibukota kabupaten  Jarak antar desa dengan ibukota kecamatan  Moda angkutan desa dengan ibukota kecamatan  Jarak antar desa dengan ibukota kabupaten terdekat  Moda angkutan desa dengan ibukota kabupaten terdekat  Kualitas jalan

4) Sarana Kesehatan

 Jenis sarana kesehatan  Akses ke puskesmas terdekat 5) Sarana Pendidikan

 Jenis sarana pendidikan  Lembaga keterampilan 6) Sarana Perekonomian

 Jenis sarana perdagangan  Lembaga perkreditan/koperasi  Lembaga keuangan informal 7) Sarana transportasi

 Keberadaan angkutan umum c. Kemampuan meningkatkan SDM

1) Pendidikan

(15)

Laporan Akhir I I- 15

2) Keterampilan

 Keterampilan tenaga kerja 3) Karakteristik penduduk

 Jumlah penduduk dan Kepadatan penduduk

Aspek yang harus diperhatikan dalam penetapan lokasi KTP2D terkait dengan sistem perwilayahan adalah sebagai berikut :

1. KTP2D merupakan satu kesatuan kawasan perdesaan

Lokasi KTP2D adalah satu kesatuan kawasan perdesaan yang terdiri dari desa pusat pertumbuhan dan desa-desa hinterlandnya. Pada umumnya desa-desa tersebut memiliki ikatan, baik secara ekonomi, sosial dan budaya.

2. KTP2D tidak memiliki ciri perkotaan

Kawasan perdesaan adalah sasaran dari program KTP2D, Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia (Peraturan Pemerintah No.72 Tahun 2005).

Ciri kawasan perdesaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama pertanian termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi. 3. KTP2D bukan merupakan pusat pemerintahan.

Terkait dengan batasan dan ruang lingkup KTP2D, khususnya pada tahapan identifikasi, maka penetapan lokasi KTP2D perlu memperhatikan pusat-pusat pemerintahan dan daerah hinterland-nya, seperti ibukota Kabupaten dan ibukota Kecamatan.

4. Desa tertinggal tidak dapat menjadi bagian dari KTP2D

Sesuai dengan konsep dasar pembentukan KTP2D, maka desa yang dikategorikan tertinggal tidak dianjurkan menjadi salah satu hinterland, karena hampir dipastikan bahwa pemenuhan kebutuhan pada desa tersebut akan menyedot sumber dana dan perhatian yang diperuntukkan

(16)

Laporan Akhir I I- 16

bagi kawasan garapan, sehingga dapat diperkirakan akan menarik turun klasifikasi kawasan.

2.5. Penentuan DPP (Desa Pusat Pertumbuhan) dan Hinterland

Setelah memperhatikan sistem perwilayahan dan aspek-aspek lainnya yang terkait, kegiatan identifikasi lokasi KTP2D selanjutnya perlu memperhatikan struktur dari Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D). Struktur KTP2D terdiri atas pusat pertumbuhan dan desa hinterland.

1. Desa Pusat Pertumbuhan (DPP)

Desa pusat pertumbuhan merupakan urat nadi ekonomi bagi masyarakat di kawasan pedesaan dan sebagai bagian integral dalam konstelasi pembangunan daerah terutama dalam siklus aliran barang dan jasa serta pemasaran hasil produksi, dalam rangka menciptakan pemerataan pembangunan terutama bagi masyarakat kawasan pedesaan untuk meningkatkan kualitas hidup dan lingkungannya.

Dari perkembangannya Desa Pusat Pertumbuhan merupakan desa yang sangat berkembang yaitu desa-desa yang pertumbuhan ekonominya lebih maju dibanding desa-desa sekitarnya.

2. Penentuan Desa Hinterland

Desa hinterland terdiri dari beberapa desa sekitar desa pusat dan mempunyai ikatan sosial, ekonomi, dan budaya. Pada dasarnya desa yang berbatasan langsung dengan desa pusat merupakan desa hinterland. Desa hinterland dapat berupa desa yang sedang berkembang yaitu desa yang tergantung dan mengandalkan sektor primer saja, yaitu pertanian namun mempunyai potensi untuk berkembang lebih maju. Umumnya desa sedang berkembang mempunyai akses yang tidak terlalu tinggi dengan kawasan perkotaan ataupun dengan desa-desa lainnya. Hinterland efektif diukur dari intensitas terjadinya interaksi untuk pemenuhan kebutuhan ekonomi, sosial, pendidikan, kesehatan dan ikatan budaya.

(17)

Laporan Akhir I I- 17

2.6. Struktur Ruang KTP2D

2.6.1. Desa Pusat Pertumbuhan

Guna mempercepat pertumbuhan dan pengembangan permukiman, Pemerintah Kabupaten Temanggung telah merencanakan Desa Pusat Pertumbuhan (DPP) di beberapa lokasi. Penetapan DPP dengan memperhatikan banyak faktor, antara lain potensi ekonomi kawasan, jumlah penduduk, sarana dan prasarana dasar serta potensi ekonomi lain yang belum tergali yang diperkirakan akan mampu meningkatkan kawasan menjadi lebih mandiri dan berkembang. Salah satu Desa yang direncanakan menjadi DPP adalah Desa Menggoro Kecamatan Tembarak Kabupaten Temanggung.

2.6.2. Desa Hinterlands

Desa hinterlands adalah desa yang berada di sekitar DPP Desa Menggoro dan memiliki interaksi relatif intens dengan DPP Desa Menggoro. Berdasarkan kajian, desa hinterlands meliputi 5 Desa yang berbatasan dengan Desa Menggoro yaitu Desa Greges (Sebelah Utara), Desa Tawangsari dan Desa Purwodadi ( Sebelah Barat), Desa Wonokerso (Sebelah Timur), Desa Botoputih (Sebelah Selatan).

Gambar 2.2.

Model Interaksi DPP dengan hinterlands

Batas KTP2D

Desa Pusat/DPP

Referensi

Dokumen terkait

Personal Learning Environments merupakan sebuah pendekatan pembelajaran e-learning yang dipengaruhi oleh perkembangan teknologi web 2.0, sehingga sering disebut juga

 Jika ya maka lakukan hal yang sama untuk titik tersebut Jika tidak maka lanjutkan.  Cek apakah titik tetangga kanannya adalah

Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya dari observasi dan wawancara penulis Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa permainan tradisional engklek dapat

Inventarisasi emisi dapat dilakukan melalui perhitungan estimasi emisi karbon dengan menggunakan metode perhitungan yang mengacu pada Pedoman IPCC (Intergovernmental

Sektor ini terdiri dari usaha kecil dan menengah (UKM) dan dianggap sebagai sektor ekonomi utama dalam mempekerjakan tenaga kerja yang besar, namun industri bangunan

Namun agar penilaian tetap bersifat objektif, maka guru hendaknya menjelaskan terlebih dahulu tujuan dari penilaian diri ini, menentukan kompetensi yang akan

Nilai KMO ini merupakan test statistik yang merupakan indikator tepat tidaknya penggunaan metode analisis faktor dalam suatu penelitian. Nilai KMO merupakan sebuah

Dimasa sekarang ini banyak sekali budaya-budaya kita yang mulai menghilang sedikit demi sedikit.Hal ini sangatlah berkaitan erat dngan masuknya budaya-budaya ke dalam