• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan antara Body Image dan Tingkat Metroseksual pada Pria dengan Kualitas Perkawinan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Hubungan antara Body Image dan Tingkat Metroseksual pada Pria dengan Kualitas Perkawinan"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Hubungan antara Body Image dan Tingkat Metroseksual

pada Pria dengan Kualitas Perkawinan

Dr. Muhammad Ghazali Bagus Ani Putra

aunadyarosa@gmail.com

Aunadya Rosa

Fakultas Psikologi Universitas Airlangga Surabaya

Korespondensi: Aunadya Rosa, Departemen Psikologi Kepribadian dan SosialFakultas Psikologi Universitas Airlangga, Jl. Dharmawangsa Dalam Selatan Surabaya 60286, e-mail: aundyarosa@gmail.com

Abstract.

Keywords: Abstrak.

Kata kunci:

This study aimed to understand the correlation between body image and metroseksual level in men with marital quality. The population within the study were metrosexual men in Surabaya. Body image is an individual evaluation of own personal that involve perception, cognition, affection, and behavior that was related to own body performance. Metrosexual is defined as a real man who lived in big cities, have excess income, they are very concerned about the appearance, health and love himself very much. Whereas marital quality means the subjective evaluation of marriage couples about their marital condition overall during their marriage. The result of this study shows if there is no significant correlation between body image and marital quality and a significant correlation between metrosexual level with the marital quality.

body image, metrosexual, marital quality

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara body image dan tingkat metroseksual dengan kualitas pernikahan. Populasi dalam penelitian ini adalah pria metroseksual yang ada di Surabaya. Body image adalah penilaian subjektif yang dilakukan individu terhadap tubuhnya yang mencakup persepsi, pikiran, perasaan, dan tindakan yang berhubungan dengan penampilan fisik. Metroseksual diartikan sebagai pria sejati yang hidup di kota besar, memiliki pendapatan berlebih, mereka sangat peduli terhadap penampilan maupun kesehatannya dan sangat mencintai dirinya sendiri. Sedangkan kualitas perkawinan merupakan bentuk penilaian secara subjektif yang dilakukan oleh pasangan menikah terhadap kondisi perkawinannya secara menyeluruh selama rentang perkawinannya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat korelasi yang signifikan antara body image dan kualitas perkawinan dan terdapat korelasi yang signifikan antara tingkat metroseksual dengan kualitas perkawinan.

(2)

Kertajaya (dalam Ekopriyono, 2005) menjelaskan berkualitas. Namun seperti yang kita ketahui pada bahwa metroseksual adalah pria yang memiliki kenyataannya perceraian tetap terjadi pada pria sikap dan perilaku mirip seperti kaum wanita. Hal metroseksual yang telah dijelaskan di atas. Dari tersebut disebut juga sebagai woman oriented asumsi ini maka penulis ingin melihat hubungan man, yaitu pria yang berorientasi wanita. antara body image dan tingkat metroseksual pada Penampilan yang selalu dijaga oleh para pria pria dengan kualitas pernikahan.

metroseksual bukan semata-mata untuk dirinya, Body Image

namun juga untuk menjaga keharmonisan dengan Menurut Cash (2002, dalam Grogan, pasangannnya. Karena, seperti dibuktikan dari 2000), pembentukan body image merupakan hasil survey ini, pria modern memiliki rencana jangka dari hubungan timbal balik antara peristiwa di panjang ketika memilih istri. Ketika diminta lingkungan sekitar, kognitif, afektif, proses fisik menyebutkan suatu keinginan terbesarnya, pria dan perilaku individu. Body image terdiri dari metroseksual memilih ingin menghabiskan hidup hubungan pribadi individu dengan tubuhnya dengan wanita yang dicintainya 14,6%, menjadi sendiri yang mencakup persepsi, pikiran, atlet super 4,8%, memiliki mobil mewah sebanyak perasaan, dan tindakan yang berhubungan denga 2,1% atau menjadi selebriti 1,1%. Rencana-rencana penampilan fisik yang dikonseptualisasikan tersebut merupakan ciri khas yang dimiliki pria terdiri dari empat dimensi, yaitu persepsi, kognisi, metroseksual. Dalam hubungan berkeluarga para afeksi dan perilaku.

pria metroseksual umumnya memimpikan untuk Pada saat ini pengukuran terhadap body memiliki anak yang sehat, hidup bahagia bersama image berkembang pada bentuknya yang wanita yang dicintainya, serta membentuk multidimensional. Body image memiliki empat keluarga yang harmonis (Kartajaya, dkk., 2003). dimensi yang digambarkan sebagai berikut:

Dalam banyak pandangan yang ada 1. Persepsi

memang mengasumsikan bahwa gaya hidup Dimensi ini menjelaskan mengenai

metroseksual dapat memberi dukungan positif bagaimana individu menilai ukuran, bentuk, pada kondisi perkawinan yang berkualitas. dan berat tubuhnya yang ideal. Pemahaman Dengan kata lain perkawinan tidak mengalamai mengenai persepsi pada konsep body image konflik dan bercerai. Namun kita juga tidak dapat termasuk mengukur estimasi bagian-bagian mengatakan bahwa gaya hidup metroseksual tubuh secara keseluruhan.

dapat memberi jaminan bahwa hubungan 2. Afeksi

perkawinan akan selalu dalam kualitas tinggi. Dimensi ini menjelaskan mengenai perasaan Yang terjadi dalam beberapa rumah tangga, lelaki yang dialami individu terkait dengan kondisi yang diidentifikasi sebagai pria metroseksual tubuhnya. Perasaan tersebut terkait dengan seperti Dai kondang Gymnastiar atau yang lebih kondisi penampilan dan bentuk tubuh akrab disapa Aa Gym telah lama bercerai dengan individu. Afeksi menunjukkan bagaimana istri pertamanya, hal ini sesuai dengan yang perasaaan seseorang terhadap penampilan dituliskan pada Kompas tertanggal 1 Januari 2011. tubuhnya.

Selain itu, Adjie Massaid dan Ahmad Dhani yang 3. Kognitif

juga dikatakan sebagai ikon pria metroseksual Komponen kognitif menjelaskan mengenai juga menglami perceraian dengan istrinya. apa yang seseorang pikirkan mengenai

Hubungan perkawinan umumnya pada

penampilan tubuhnya. Komponen ini hakikatnya bertujuan untuk membentuk keluarga

menunjukkan sikap yang lebih jauh dari yang utuh dan harmonis. Dalam konteks

sekadar merasakan, individu pada tahap ini metroseksual banyak hal yang mempengaruhi

mulai merencanakan apa yang harus dia perkawinan, terutama body image. Pria

metroseksual sangat memperhatikan body image. lakukan untuk mencapai bentuk dan Hal ini seharusnya mendukung tercapainya penampilan tubuh yang ideal.

hubungan perkawinan yang harmonis dan

(3)

perkawinan. Kualitas perkawinan merupakan Setiap orang memiliki cara yang

berbeda-variabel yang multidimensional terkait dengan beda dalam menyelesaikan konflik dan masalah

berbagai variabel lain yang mempengaruhi perkawinannya. Salah satu bentuk penyelesaian stabilitas perkawinan. Kepuasan terhadap yang dapat ditempuh yaitu melalui perceraian. hubungan seksual dalam perkawinan menjadi Ihromi (1999) menjelaskan pengertian dari salah satu variabel yang mempengaruhi kualitas perceraian adalah berakhirnya suatu hubungan perkawinan. Pasangan yang puas terhadap hubungan seksual dalam perkawinannya suami-istri sebagai akibat dari kegagalan dalam

cenderung mengalami kondisi yang nyaman dan menjalankan peran masing-masing. Dimana

bahagia dalam perkawinannya (Elder dkk, 2006). perceraian merupakan putusnya hubungan

Kondisi seperti ini dapat diasumsikan bahwa suami-istri yang secara resmi diakui oleh hukum

kualitas perkawinan mereka juga lebih baik. yang berlaku dan kemudian hidup secara Peningkatan kepuasan terhadap hubungan

berpisah. seksual dalam perkawinan mejadi salah satu

Menurut data Badan Koordinasi Keluarga alasan yang dapat berpengaruh pada kualitas Berencana Nasional (BKKBN), Indonesia perkawinan. Kepuasan terhadap perkawinan tidak merupakan negara dengan angka perceraian hanya meliputi hubungan seksual dalam tertinggi di Asia Pasifik. Dimana lebih dari 200.000 perkawinan, tetapi juga meliputi beberapa hal kasus perceraian yang terjadi di Indonesia pada lainnya. Salah faktor yang mempengaruhi setiap tahunnya (SINDOweekly, 2012). Surabaya kepuasan perkawinan dalam kaitannya dengan merupakan kota dengan angka perceraian hubungan seksual untuk menjaga hubungan tertinggi. Hal ini sesuai dengan kasus yang masuk perkawinan agar tetap dalam kondisi yang Pengadilan Agama atau Mahkamah Syariah di harmonis adalah body image (Cafri dan Indonesia hingga tahun 2011 dalam SINDOweekly Thompson, 2004).

tertanggal 21 Juni 2012 yang mengungkapkan Kebutuhan mengenai bentuk tubuh yang bahwa Surabaya tercatat sebagai kota dengan ideal dan menarik ternyata memberi dampak yang angka perceraian tertinggi dengan 93.533 kasus positif terhadap hubungan perkawinan. Pada perceraian. Banyak alasan yang mendasari kesimpulannya untuk menjaga hubungan pasangan suami istri untuk bercerai yang mungkin perkawinan dan mengurangi resiko perceraian berbeda-beda pada setiap pasangan menikah kualitas perkawinan seharusnya dalam tingkat Amato (2007) menyampaikan bahwa yang baik. Kualitas perkawinan merupakan perceraian terjadi karena adanya perbedaan variabel utama dari stabilitas perkawinan dalam p e n d a p a t p a d a p a s a n g a n , m u n c u l n y a kaitannya terhadap berlangsung atau berakhirnya ketidaksepahaman yang menjauhkan pasangan sebuah hubungan perkawinan. Hubungan yang secara emosional, dan menurunnya kebahagiaan positif antara kualitas perkawinan dengan perkawinan. Secara umum gambaran mengenai hubungan seksual pada mereka yang sudah hubungan perkawinan dapat dijelaskan melalui menikah dapat saja menunjukkan bahwa ada kualitas perkawinan. Hubungan perkawinan hubungan yang positif antara pembentukan body melibatkan dua orang yang mungkin memiliki image dengan kualitas perkawinan.

pandangan yang berbeda mengenai kualitas Sementara itu dilain sisi ada hal menarik perkawinan mereka. Salah satu diantara mereka lainnya yang dapat mempengaruhi kualitas mungkin mengharapkan perkawinannya dalam p e r k a w i n a n s e s e o r a n g , y a i t u t i n g k a t kualitas yang tinggi, namun jika pasangannya metroseksual. Metroseksual adalah seorang pria berada dalam kondisi yang tidak bahagia dalam yang memiliki penghasilan berlebih untuk menjalani hubungan maka resiko terjadinya dibelanjakan, pada umumnya mereka tinggal di perceraian tetap memungkinkan (Sanchez & kota besar karena disanalah pusat hiburan, pusat Gager; Wilson & Waddoups dalam Bulanda, 2006). pertokoan, klub, salon, dan pusat kebugaran dapat Gambaran mengenai baik atau buruknya dijangkau. Para metroseksual adalah ciri pria yang hubungan perkawinan menjadi dasar berpikir mencintai dirinya sendiri dan gaya hidup yang berlangsung atau tidaknya sebuah hubungan dijalaninya (Simpson, 1994 dalam Mussry, 2007).

(4)

4. Perilaku ideal dan menarik. Pria metroseksual Dimensi perilaku tetap termasuk dalam umumnya selalu tampil dandy, yaitu selalu konsep body image. Dalam pengukuran yang tampil rapi dan terawat.

dilakukan terhadap dimensi perilaku pada

Kualitas Perkawinan

body image memiliki keterkaitan dengan

Spanier (1976, dalam Johnson, dkk., 1992) berat badan, sehingga item yang muncul

menjelaskan bahwa kualitas perkawinan terkait dengan upaya-upaya dalam menjaga

merupakan cara pandang dan evaluasi subjektif berat badan seperti melakukan puasa, diet, yang dilakukan oleh pasangan menikah terhadap dan bahkan penggunaan obat penurun berat kondisi perkawinannya mulai dari kepuasan,

badan. interaksi, serta kebahagiaan yang terefleksi

sepanjang rentang perkawinannya. Sejalan dengan penjelasan tersebut, Johnson dkk., (1992)

Metroseksual

menggambarkan kualitas perkawinan sebagai Hermawan Kartajaya (2003), dalam

wujud penilaian pasangan menikah terhadap bukunya yang berjudul Metrosexual in Venus

kondisi perkawinannya, terkait dengan kepuasan menjelaskan arti metroseksual, yaitu seorang pria

mereka terhadap kondisi tersebut. perkotaan yang memiliki suatu orientasi seksual

tertentu dengan estetika yang tinggi, dan Rogers dan Amato, (1997) menyampaikan menghabiskan uang dan waktu dalam jumlah yang mengenai dimensi kualitas perkawinan. Terdapat banyak demi penampilan dan gaya hidupnya. lima dimensi dari kualitas perkawinan yang

Pria metroseksual memiliki beberapa ciri

menjadi acuan dalam pengukurannya. Penjelasan yang membedakan dari pria biasa lainnya.

ini sejalan dengan konsep yang disampaikan oleh Kartajaya (2004, dalam Rahardjo, 2007) juga

Johnson, dkk., (1997) mengenai dimensi dari menjelaskan beberapa beberapa ciri-ciri pria

kualitas perkawinan. Dimensi tersebut adalah metroseksual, yaitu :

sebagai berikut: 1. Pria metroseksual cenderung memilih kota

1. Kebahagiaan perkawinan besar sebagai tempat tinggal. Ini tidak terlepas

Kebahagiaan perkawinan yang menjelaskan dari kemudahan-kemudahan yang ada di kota

mengenai perasaaan individu terhadap besar dalam kaitannya dengan gaya hidup

perkawinan dan aspek-aspek yang terdapat mereka. Beberapa kemudahan yang dimaksud

dalam perkawinan seperti jumlah pengertian seperti keberadaan gym, kafé, pusat

yang diterima dari pasangan, cinta dan perbelanjaan dan berbagai macam informasi

perhatian yang diberikan pasangan, dan yang terkait.

bagaimana hubungan seksualitas yang

2. Pada umumnya pria metroseksual merupakan

dialami pasangan. Perasaan ini diungkapkan orang-orang yang secara ekonomi tercukupi.

dengan pendapat sangat bahagia, atau tidak Keberadaan materi sangat dibutuhkan untuk

begitu bahagia (Rogers dan Amato, 1997). membiayai gaya hidup mereka.

2. Interaksi dalam perkawinan 3. Metroseksual selalu tertarik mengenai

Interaksi dalam perkawinan merupakan perkembangan fashion. Untuk mendapatkan

frekuensi dari kebersamaan yang dilakukan informasi perkembangan fashion terakhir

oleh pasangan. Kebersamaan tersebut dapat maka mereka secara rutin mengkonsumsi

dijelaskan dengan aktivitas bersama yang majalah-majalah terkait.

dilakukan pasangan seperti, makan bersama, 4. Gaya hidup metroseksual selalu berkaitan

berkunjung kerumah kerabat atau teman dengan penampilan dan perawatan tubuh.

bersama, belanja bersama, dan rekreasi Pria metroseksual melakukan berbagai hal

bersama (Rogers dan Amato, 1997). untuk menjaga penampilan mereka agar tetap

(5)

menggunakan kuesioner (daftar pertanyaan) 3. Konflik dalam perkawinan

sebagai alat pengumpulan data dari sekelompok Konflik dalam perkawinan adalah dimensi

orang atau sampel yang merupakan bagian dari yang mengukur jumlah dan tingkat konflik populasi (Neuman, 2000). Dan jika dilihat dari verbal atau non-verbal yang dialami oleh jenis data yang ada, tipe penelitian yang digunakan pasangan menikah. Keberadaan konf lik dalam penelitian ini adalah tipe penelitian dalam hubungan pasangan yang menikah kuantitatif korelasional dengan tujuan mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara dapat dilihat dari banyak ketidaksepahaman,

body image dan tingkat metroseksual pada pria frekuensi pertengkaran yang terjadi,

dengan kualitas perkawinan. pertengkaran yang berujung kekerasan yang

dialami selama tiga tahun terakhir (Rogers

Pembahasan

dan Amato, 1997).

Berdasarkan pengujian hipotesis yang 4. Masalah dalam perkawinan telah dilakukan melalui teknik statistik multiple Masalah–masalah dalam perkawinan adalah regresi diperoleh koefesiensi 0,413 untuk variabel dimensi yang menjelaskan mengenai adanya bebas body image dan koefesiensi 0,000 untuk sikap dan perilaku individu yang sudah variabel tingkat metroseksual. Pada pengujian hipotesis yang telah dilakukan sebelumnya menikah dapat menyebabkan munculnya

dengan menggunakan teknik statistik multiple masalah dalam perkawinan seperti, salah satu

regression, antara variable body image pada pria pasangan memiliki sikap yang mudah marah,

dengan kualitas perkawinan menunjukkan nilai mudah cemburu, dan mungkin salah satu

koefisiensi korelasi sebesar -0,036 dan signifikansi pasangan tidak memiliki waktu yang cukup di sebesar 0,413. Ini berarti nilai p > 0,05 yang berarti rumah (Rogers dan Amato, 1997). tidak ada hubungan yang signifikan. Perubahan 5. Kecenderungan untuk bercerai yang terjadi pada variabel bebas body image tidak Kecenderungan untuk bercerai dapat diikuti oleh perubahan yang terjadi pada variabel kualitas perkawinan. Perubahan yang terjadi pada diartikan sebagai adanya kemungkinan untuk

body image ternyata tidak memberi dampak yang bercerai pada pasangan menikah. Dimensi ini

signifikan pada kualitas perkawinan. Dalam mencakup dua komponen yaitu, kognitif dan

kaitannya dengan body image Tom, dkk.,( 2005) tindakan. Komponen kognitif dapat mengatakan jika dibandingkan dengan individu dijelaskan mengenai adanya pemikiran bahwa yang masih belum menikah, pria atau wanita yang pernikahannya dalam masalah, bahkan sudah menikah memiliki body image yang lebih muncul ide untuk bercerai. Komponen rendah. Sekalipun pria yang sudah menikah melakukan hal–hal yang sepertinya merupakan tindakan meliputi beberapa tindakan yang

upaya untuk meningkatkan body image sebagian dilakukan menyusul keinginan untuk

besar dilakukan karena alasan kesehatan saja bercerai.

bukan lagi merupakan upaya untuk memperbaiki penampilan.

Metode Penelitian

Hasil yang berbeda diperoleh pada Penelitian ini dapat dijelaskan dalam

variabel bebas yang kedua (X ) dalam penelitian 2

beberapa tipe penelitian. Jika dilihat dari

ini yaitu tingkat metroseksual pada pria dalam tujuannya, penelitian ini bertujuan untuk

mengungkap ada atau tidaknya hubungan antara hubungannya dengan kualitas perkawinan. Pada body image dan tingkat metroseksual pada pria hasil uji hipotesis yang dilakukan melalui teknik dengan kualitas perkawinan, maka penilitian ini statistik multiple regression diperoleh nilai dapat digolongkan sebagai tipe explanatory koefisiensi korelasi 0,688 dan signifikansi 0,000 reseacrh. Apabila dilihat dari tehnik pengambilan

atau p < 0.005. Nilai ini menunjukkan adanya data, penelitiaan ini dapat digolongkan sebagai

hubungan positif yang signifikan antara tingkat penelitian survey, yaitu penelitian yang

(6)

metroseksual pada pria dengan kualitas perubahan–perubahan yang terjadi pada perkawinan. Peningkatan yang terjadi pada kualitas perkawinan.

tingkat metroseksual akan diikuti oleh

peningkatan pada kualitas perkawinan. Adapun sarannya adalah: Koefesiensi korelasi 0,688 menunjukkan adanya

1. Saran Untuk Penelitian Selanjutnya adalah: a) hubungan yang kuat pada kedua variabel tersebut.

Perlu dilakukan penelitian lanjutan dalam Pria metroseksual menjaga penampilan untuk

kaitannya dengan variabel demografi; b) Pria menciptakan keharmonisan dalam keluarganya

metroseksual merupakan fenomena pada dan menciptakan hubungan yang stabil dengan

masa modern, penting adanya penelitian yang pasangannya. Metroseksual sangat mendukung terkait dengan mereka dalam keterkaitannya hubungan perkawinan dalam kondisi yang dengan masyarakat; c) Perkembangan

berkualitas. kehidupan yang semakin modern juga

menyentuh gaya hidup pria masa kini. Untuk itu seharusnya dilakukan pengamatan yang

Simpulan dan Saran

lebih mendalam mengenai perkembangan Kesimpulan dari penelitian dengan judul

gaya hidup, terutama yang terkait dengan hubungan antara body image dan tingkat

kualitas perkawinan. metroseksual pada pria dengan kualitas

2. Saran untuk pihak-pihak terkait perkawinan adalah:

Pendekatan terhadap keluarga sebaiknya a. Tidak ada hubungan yang terjadi antara body

tidak hanya berada pada topik-topik yang image dengan kualitas perkawinan.

sudah ada saat ini, tapi juga berkembang Perubahan yang terjadi pada body image tidak mengikuti fenomena-fenomena yang baru. diikuti perubahan pada kualitas perkawinan,

sehingga kedua variabel ini secara signifikan tidak berhubungan. Kondisi tersebut terjadi karena banyak faktor yang melatarbelakangi kualitas perkawinan seperti usia perkawinan. Selain itu ada kemungkinan pembentukan body image dilatarbelakangi oleh faktor kesehatan bukan penampilan.

b. Ada hubungan yang signifikan antara tingkat metroseksual pada pria dengan kualitas perkawinan. Perubahan yang terjadi pada tingkat metroseksual diikuti perubahan pada kualitas perkawinan.

c. Body image dan tingkat metroseksual secara bersama–sama menjelaskan mengenai perubahan yang terjadi pada kualitas perkawinan. Tingkat metroseksual pada pria menunjukkan peran yang jauh lebih besar mengenai perubahan – perubahan yang terjadi pada kualitas perkawinan.

Sedangkan variabel body image memiliki peran yang lebih kecil dalam menjelaskan

(7)

PUSTAKA ACUAN

Amato, P. R., & Marriot, H. B. (2007). Parental divorce, marital conflict and childern's behavior problem: A comparison of adopted and biological children. Social Forces, 86, 1139.

Bulanda, J. R. (2006). Marriage in later life: the relationship between marital quality, health, and divorce. North Zeeb Road: Bowling Green State University.

Ekopriyono, A. ( 2005). The spirit of pluralism. Jakarta: Alex Media Komputindo.

Elder, G. H. (2006). Raletionship among sexual satisfaction, marital quality, and Marital Instability at Midlife. Journal of Family Psycholgy, 20, 2, 339-343.

nd

Grogan, S. (2008). Body Image: Understanding Body Dissatifaction in Men, Women and Children (2 ed). USA & Canada: Psychology Press.

Ihromi, T. O., (1999). Bunga rampai sosiologi keluarga. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Johnson, D. R., Amoloza, T.O., & Booth, A. (1992). Stability and developmental change in marital quality: a three-wave panel analysis. Journal of Marriage and Family, 54, 3, 582.

Kartajaya, H., Yuswohadi., Madyani, D., & Indrio, B. D. (2003). Marketing in venus. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Mussry, J., Hermawan, M., Taufik., Yuswohadi., Patty., Mulya, A., Soekarno, S., & Hasan. (2007). Markplus

nd

on marketing (2 ed.). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Neuman, L. (2000). Social Research Methods: Qualitative and Quantitative Approach. Boston: Allyn dan Bacon.

Perceraian marak di negeri pro keluarga (2012, 27 Juni). Sindoweekly [on-line]. Diakses pada tanggal 15 September 2012 dari

Rahardjo, W., & Silalahi, B. Y. (2007). Perilaku konsumtif pada pria metroseksual serta pendekatan dan strategi yang digunakan untuk mempengaruhinya. Proceeding PESAT, 2, 1858-2559.

Rogers, S. J., & Amato, P, R. (1997). Is marital quality declining? The evidence from two generations. Social Forces, 75, 3, 1089.

Tom, G., Chen, A., Liao, H., & Shao, J. (2005). Body image, relationship, and time. The Journal of Psychology, 139, 5, 458.

Cafri, G., & Thompson, J. K. (2004). Measuring male body image: A review of the current methodology. Psychology of Men & Masculinity, 5, 1, 18-29.

http://www.sindoweeklymagz.com/artikel/16/I/2127_juni_2012/highlight/31/perceraian_mara di_negeri_pro_keluarga

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Dengan pemanfaatan teknologi pembelajaan diharapkan pesan pendidikan dapat dikemas lebih sistemik-sistematik baik dalam kemasan fisik maupun maya, yang tidak lagi

Pour que ces campagnes soient efficaces, les hommes et les femmes politiques doivent en devancer l’organisation en identifiant les cibles et en établissant des relations

Dalam rangka melakukan percepatan pelaksanaan PPRG ini, Pemerintah dalam hal ini Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

The International Archives of the Photogrammetry, Remote Sensing and Spatial Information Sciences, Volume XLI-B8, 2016 XXIII ISPRS Congress, 12–19 July 2016, Prague, Czech

Film plak yang melekat pada tepi gingiva bebas dan daerah yang berdekatan dengan gigi serta hanya terlihat setelah penggunaan disclosing solution atau dengan

Abstrak : Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan keterampilan mengkomunikasikan melalui model pembelajaran Inkuiri Terbimbing ( Guided Inquiry ) pada siswa kelas

Studi ini menghasilkan sebuah tabel pasangan kata yang disebut dalam Alqur’an dengan jumlah sama, selanjutnya menghasilkan sebuah tabel kisaran makna dari kata-kata