• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN FATWA DSN MUI NO.07/DSN-MUI/IV/2000 TENTANG PEMBIAYAAN AKAD MUḌᾹRABAH TERHADAP PELAKSANAAN AKAD MUḌᾹRABAH MUTLAQAH PADA TABUNGAN HAJI (Studi Kasus Di Bank BRI Syariah Kantor Cabang Pembantu Klaten Pemuda)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TINJAUAN FATWA DSN MUI NO.07/DSN-MUI/IV/2000 TENTANG PEMBIAYAAN AKAD MUḌᾹRABAH TERHADAP PELAKSANAAN AKAD MUḌᾹRABAH MUTLAQAH PADA TABUNGAN HAJI (Studi Kasus Di Bank BRI Syariah Kantor Cabang Pembantu Klaten Pemuda)"

Copied!
127
0
0

Teks penuh

(1)

Pemuda) SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah

Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna

Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

Oleh:

RIA NOVA NUR SOLEKAH NIM.152.111.071

JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARIAH (MU’AMALAH) FAKULTAS SYARI’AH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SURAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

vi MOTTO

ُنآَنَش ْمُكَّنَم ِرْجَي َلَ َو ۖ ِطْسِقْلاِب َءاَدَهُش ِ َّ ِلِلّ َنيِما َّوَق اوُنوُك اوُنَمآ َنيِذَّلا اَهُّيَأ اَي

اوُلِدْعَت َّلََأ ٰىَلَع ٍم ْوَق

ۚ

ريِبَخ َ َّاللَّ َّنِإ َ َّاللَّ اوُقَّتا َو ۖ ٰى َوْقَّتلِل ُب َرْقَأ َوُه اوُلِدْعا

اَمِب

نوُلَمْعَت

ََ

“Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu Jadi orang-orang yang selalumenegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. dan janganlahsekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk

berlakutidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. danbertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang

(7)

vii

PERSEMBAHAN

Alhamdulillah, Alhamdulilahi Robbil A’lamin segala puji dan syukur saya ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan kelancaran, kemudahan dan kekuatan sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini dengan tepat pada waktunya. Shalawat serta salam selalu dilimpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Skripsi ini telah tersusun, maka saya ucapkan banyak terima kasih khususnya kepada :

1. Kedua orang tuaku tercinta, papaku Wakit Daryanto S. dan mamaku Umi Barokah yang selalu mendoakanku, mendukung dan membimbingku sehingga dapat menyelesaikan jenjang studi S-1 ini.

2. Kepada keluarga besar tercinta, yang selalu memberikan ku semangat dan mengingatkanku untuk tidak pantang menyerah.

3. Adikku tersayang, Candra Dewi Nuraini yang selalu mendoakan, memotivasi serta mendukungku untuk terus menyelesaikan jenjang studi S-1 ini.

4. H. Aminuddin Ihsan, Lc., M.A yang telah membimbing, memberikan saran dan masukan sehingga terselesainya skripsi ini dengan baik.

5. Dosen-dosen IAIN Surakarta khususnya dosen-dosen fakultas Syari’ah, yang telah banyak memberikan ilmunya kepada saya.

6. Keluarga Hukum Ekonomi Syariah kelas B tahun 2015, khususnya Pamela Ulfa Meyrosa, Nur Fadilah, Nadia Cahya, Syavera Nurfauzia, Widia Muthoharoh,dan Irma Firida yang telah membantu, menemani dan menyemangatiku dalam mencari ilmu.

(8)

viii

PEDOMAN TRANSLITERASI

Pedoman transliterasi yang digunakan dalam penulisan skripsi di Fakultas Syariah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Surakarta didasarkan pada Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 158/1987 dan 0543 b/U/1987 tanggal 22 Januari 1988. Pedoman transliterasi tersebut adalah :

1. Konsonan

Fonem konsonan Bahasa Arab yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan huruf, sedangkan dalam transliterasi ini sebagian dilambangkan dengan tanda dan sebagian lagi dilambangkan dengan huruf serta tanda sekaligus. Daftar huruf Arab dan transliterasinya dengan huruf latin adalah sebagai berkut:

Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama

ا

Alif Tidak dilambangkan Tidak dilambangkan

ب

Ba B Be

ت

Ta T Te

ث

ṡa ṡ Es (dengan titik di atas)

ج

Jim J Je

ح

ḥa ḥ Ha (dengan titik di bawah)

خ

Kha Kh Ka dan ha

(9)

ix

ذ

Żal Ż Zet (dengan titik di atas)

ز

Ra R Er

ش

Zai Z Zet

ض

Sin S Es

ش

Syin Sy Es dan ye

ص

ṣad ṣ Es (dengan titik di bawah)

ض

ḍad ḍ De (dengan titik di bawah)

ط

ṭa ṭ Te (dengan titik di bawah)

ظ

ẓa ẓ Zet (dengan titik di bawah)

ع

‘ain …‘… Koma terbalik di atas

غ

Gain G Ge

ف

Fa F Ef

ق

Qaf Q Ki

ك

Kaf K Ka

ل

Lam L El

و

Mim M Em

ن

Nun N En

(10)

x

و

Wau W We

ه

Ha H Ha

ء

hamzah ...’… Apostrop

ي

Ya Y Ye 2. Vokal

Vokal bahasa Arab seperti vokal bahasa Indonesia terdiri dari vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong.

a. Vokal Tunggal

Vokal tunggal bahasa Arab yang lambangnya berupa tanda atau harakat, transliterasinya sebagai berikut:

Tanda Nama Huruf Latin Nama

َ

Fathah A A

ِ ‎

Kasrah I I

ُ

Dammah U U

Contoh:

No Kata Bahasa Arab Transiterasi

1.

ةتك

Kataba

2.

سكذ

Żukira

(11)

xi b. Vokal Rangkap

Vokal rangkap bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan antara harakat dan huruf maka transliterasinya gabungan huruf, yaitu :

Tanda dan Huruf

Nama Gabungan Huruf Nama

ى...أ

Fathah dan ya Ai a dan i

و...أ

Fathah dan wau Au a dan u Contoh :

No Kata Bahasa Arab Transliterasi

1.

فيك

Kaifa

2.

لوح

Ḥaula

3. Vokal panjang (Maddah)

Maddah atau vokal panjang yang lambangnya berupa harakat dan huruf, transliterasinya berupa huruf dan tanda sebagai berikut :

Harakat dan Huruf

Nama Huruf dan

Tanda

Nama

ي...أ

Fathah dan alif

atau ya Ā a dan garis di atas

ي...أ

Kasrah dan ya Ī i dan garis di atas

و...أ

Dammah dan

(12)

xii Contoh:

No Kata Bahasa Arab Transliterasi

1.

لاق

Qāla

2.

ميق

Qīla

3.

لوقي

Yaqūlu

4.

يمز

Ramā

4. Ta Marbutah

Transliterasi untuk Ta Marbutah ada dua (2), yaitu :

a. Ta Marbutah hidup atau yang mendapatkan harakat fathah, kasrah atau dammah transliterasinya adalah /t/.

b. Ta Marbutah mati atau mendapat harakat sukun transliterasinya adalah /h/. c. Apabila pada suatu kata yang di akhir katanya Ta Marbutah diikuti oleh kata

yang menggunakan kata sandang /al/ serta bacaan kedua kata itu terpisah maka Ta Marbutah itu ditransliterasikan dengan /h/.

Contoh :

No Kata Bahasa Arab Transliterasi

1.

لافطلأا ةضوز

Rauḍah al-aṭfāl / rauḍatul atfāl

2.

ةحهط

Ṭalhah

5. Syaddah (Tasydid)

Syaddah atau Tasydid yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan sebuah tanda yaitu tanda Syaddah atau Tasydid. Dalam transliterasi ini tanda Syaddah tersebut dilambangkan dengan huruf, yaitu huruf yang sama dengan huruf yang diberi tanda Syaddah itu.

(13)

xiii

No Kata Bahasa Arab Transliterasi

1.

انّتز

Rabbana

2.

لّصن

Nazzala

6. Kata Sandang

Kata sandang dalam bahasa Arab dilambangkan dengan huruf yaitu

لا

. Namun dalam transliterasinya kata sandang itu dibedakan antara kata sandang yang diikuti oleh huruf Syamsiyyah dengan kata sandang yang diikuti oleh huruf Qamariyyah.

Kata sandang yang diikuti oleh huruf Syamsiyyah ditransliterasikan sesuai dengan bunyinya yaitu huruf /l/ diganti dengan huruf yang sama dengan huruf yang langsung mengikuti kata sandang itu. Sedangkan kata sandang yang diikuti leh huruf Qamariyyah ditransliterasikan sesua dengan aturan yang digariskan di depan dan sesuai dengan bunyinya. Baik diikuti dengan huruf Syamsiyyah atau Qamariyyah, kata sandang ditulis dari kata yang mengikuti dan dihubungkan dengan kata sambung.

Contoh :

No Kata Bahasa Arab Transliterasi

1.

مجّسنا

Ar-rajulu

2.

للالجا

Al-Jalālu

7. Hamzah

Sebagaimana yang telah disebutkan di depan bahwa Hamzah ditransliterasikan dengan apostrof, namun itu hanya terletak di tengah dan di akhir kata. Apabila terletak diawal kata maka tidak dilambangkan karena dalam tulisan Arab berupa huruf alif. Perhatikan contoh berikut ini :

(14)

xiv

No Kata Bahasa Arab Transliterasi

1.

مكأ

Akala

2.

نورخأت

Taꞌkhużuna

3.

ؤننا

An-Nauꞌu

8. Huruf Kapital

Walaupun dalam sistem bahasa Arab tidak mengenal huruf kapital, tetapi dalam transliterasinya huruf kapital itu digunakan seperti yang berlaku dalam EYD yaitu digunakan untuk menuliskan huruf awal, nama diri dan permulaan kalimat. Bila nama diri itu didahului oleh kata sandangan maka yang ditulis dengan huruf kapital adalah nama diri tersebut, bukan huruf awal atau kata sandangnya.

Penggunaan huruf awal kapital untuk Allah hanya berlaku bila dalam tulisan Arabnya memang lengkap demikian dan kalau penulisan tersebut disatukan dengan kata lain sehingga ada huruf atau harakat yang dihilangkan, maka huruf kapital tidak digunakan.

Contoh :

No Kata Bahasa Arab Transliterasi

لوسزلاإدّممحام و

Wa mā Muhammadun illā rasūl

ينلماعنا بز للهدملحا

Al-ḥamdu lillahi rabbil ꞌālamīna 9. Penulisan Kata

Pada dasarnya setiap kata baik fi’il, isim, maupun huruf ditulis terpisah. Bagi kata-kata tertentu yang penulisannya dengan huruf Arab yang sudah lazim dirangkaikan dengan kata lain karena ada huruf atau harakat yang dihilangkan maka penulisan kata tersebut dalam transliterasinya bisa dilakukan dengan dua cara yaitu bisa dipisahkan pada setiap kata atau bisa dirangkai.

(15)

xv Contoh :

No Kata Bahasa Arab Transliterasi

ينقشاسنايرخ وله للها نإو

Wa innallāha lahuwa khair ar-rāziqīn / Wa innallāha lahuwa khairur-rāziqīn

ناصيلماو ميكنا اوفوأف

Fa aufū al-Kaila wa al-mīzāna / Fa

(16)

xvi

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Segala puji dan syukur bagi Allah yang telah melimpahkan rahmat, karunia dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “TINJAUAN FATWA DSN MUI NO.07/DSN-MUI/IV/2000 TENTANG PEMBIAYAAN MUḌᾹRABAH TERHADAP PELAKSANAAN AKAD MUḌᾹRABAH MUTLAQAH PADA TABUNGAN HAJI(Studi Kasus Di Bank BRI Syariah Kantor Cabang Pembantu Klaten Pemuda)”. Skripsi ini disusun untuk menyelesaikan Studi Jenjang Strata 1 (S1) Jurusan Hukum Ekonomi Syari’ah IAIN Surakarta.

Dalam penyusunan tugas akhir ini, penulis telah banyak mendapatkan dukungan dan bantuan dari berbagai pihak yang telah menyumbangkan pikiran, waktu, tenaga dan sebagainya. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan setulus hati penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Mudofir, S.Ag., M.Pd. selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Surakarta,

2. Bapak. Dr. Ismail Yahya, S.Ag., M.A. selaku Dekan Fakultas Syariah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Surakarta.

3. Bapak H.Aminuddin Ihsan, Lc., M.A. selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberi motivasi pennulis selama menempuh studi di Fakultas Syariah Program Studi Hukum Ekonomi Syariah.

4. BapakMasjupri, S.Ag.,M.Hum selaku Ketua Jurusan Hukum Ekonomi Syariah (Muamalah).

5. Bapak Muhammad Julijanto, S.Ag., M.Ag. selaku Sekretaris Jurusan Hukum Ekonomi Syariah (Muamalah).

6. Bapak H.Aminuddin Ihsan, Lc., M.A. selaku Dosen Pembimbing Skripsi saya yang telah membimbing dan memberi masukan sehingga dapat terselesainya skripsi ini.

(17)

xvii

7. Pihak-pihak yang terkait yang telah memberikan informasi yang mendukung skripsi ini.

8. Bapak Wakit Daryanto dan Ibu Umi Barokah yang slalu memberikan doa dan dorongan untuk segera menyelesaikan perkuliahan ini.

9. Teman-teman Fakultas Syariah angkatan 2015.

10.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan penyusun satu persatu yang telah berjasa dalam menyelesaikan studi dan penyusunan skripsi.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Surakarta, 18 September 2019 Penyusun

Ria Nova Nur Solekah NIM. 152.111.071

(18)

xviii ABSTRAK

RIA NOVA NUR SOLEKAH, NIM : 152.111.071, Kelas HESB TINJAUAN FATWA DSN MUI NO.07/DSN-MUI/IV/2000 TENTANG PEMBIAYAAN AKAD MUḌᾹRABAH TERHADAP PELAKSANAAN AKAD MUḌᾹRABAH MUTLAQAH PADA TABUNGAN HAJI(Studi Kasus Di Bank BRI Syariah Kantor Cabang Pembantu Klaten Pemuda).

Akad muḍarabah adalah akad kerja sama antara pemilik dana (shahibul al-maal) dengan pengelola dana (mudarib) untuk melakukan kegiatan usaha dengan nisbah bagi hasil (keuntungan atau kerugian) menurut kesepakatan. Dalam perkembangannya akad muḍārabah terasa kurang populer dikalangan masyarakat. Hanya sebagian masyarakat mengetahui tentang apa yang dimaksud muḍārabah, bagaimana prosedur untuk menikmati akad muḍārabah di lingkungan perbankan syariah sehingga perlu dilakukan pengenalan lebih lanjut kepada masyarakat akan produk-produk perbankan syariah dalam perbaikan ekonomi dan kemaslahatan umat.

Dalam praktiknya mengenai produk tabungan haji ini di Bank BRI Syariah Kantor Cabang Klaten Pemuda ini mengalami kemajuan yang begitu pesat dapat dilihat dari bertambahnya nasabah yang begitu banyak setiap tahunnya dengan begitu harus dipastikan bahwa produk ini sudah mengacu pada Fatwa DSN-MUI lalu produk tabungan haji ini tidak bisa diambil sewaktu-waktu karena dalam tabungan haji di Bank BRI Syariah hanya untuk menabung ibadah haji saja tidak bisa untuk menabung yanglain. Dan dalam menabung di Bank BRI Syariah tidak ada jangka waktunya sehingga nasabah bisa menabung tanpa ditentukanbulannya.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui mengenai pelaksanaan akad muarabah mutlaqah pada tabungan haji di Bank BRISyariah Kantor Cabang Pembantu Klaten Pemuda dan untuk mengetahui tinjauan Fatwa DSN-MUIterhadap pelaksanaan akad muarabah mutlaqah pada tabungan haji di Bank BRISyariah Kantor Cabang Pembantu Klaten Pemuda.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif lapangan (field research),

yang berlokasi di Jl.Pemuda, Tegalputihan, Bareng, Kec.Klaten Tengah, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Data primer dan sekunder dikumpulkan melalui wawancara, observasi, dokumentasi dan teknik analisis data yang terjadi apakah pelaksanaan akad mudharabah mutlaqah pada tabungan haji sudah sesuai dengan Fatwa DSN-MUI.

Hasil penelitian ini adalah bahwa pelaksanaan akad mudharabah di Bank BRISyariah Kantor Cabang Pembantu Klaten Pemuda akad dan rukunnya sudah sesuai dengan Fatwa DSN-MUI. Untuk pembagian nisbah nya sudah mengacu pada Fatwa DSN-MUI cuma terkadang bank tidak mencantumkan nisbah pembagian hasil dengan bentuk prosentase pada pembukaan rekening tabungan haji.

Kata Kunci: Akad mudharabah mutlaqah, Tabungan haji, Fatwa DSN-MUI

(19)

xix

ABSTRACT

RIA NOVA NUR SOLEKAH, NIM : 152.111.071, Kelas HESB REVIEW OF FATWA DSN MUI NO.07 / DSN-MUI / IV / 2000 CONCERNING FINANCING OF MUḌᾹRABAH ACADEMIC ON THE IMPLEMENTATION OF MUTLAQAH MUḌᾹRABAH MUTLAQAH IN HAJI SAVINGS (Case Study at BRI Bank Syariah Branch Office of Youth Klaten Assistant).

Muḍarabah contract is a cooperation agreement between the owner of the fund (shahibul al-maal) and the fund manager (mudarib) to carry out business activities with profit sharing ratio (profit or loss) according to the agreement. In its development the muḍārabah contract felt less popular among the people. Only a part of the public knows about what is meant by muḍārabah, how is the procedure for enjoying the muḍārabah contract in the sharia banking environment, so that further public recognition of sharia banking products is needed in improving the economy and benefit of the people.

In practice regarding this Hajj savings product at Bank BRI Syariah, the Klaten Pemuda Branch Office is experiencing rapid progress, it can be seen from the increasing number of customers every year, so it must be ensured that this product has referred to the DSN-MUI Fatwa then this Hajj savings product can not be taken at any time because in the Hajj savings at BRI Syariah Bank only to save the pilgrimage alone can not be to save another. And in saving at BRI Syariah Bank there is no time period so that customers can save without a specified month.

The purpose of this study is to find out about the implementation of mutlaqah mudharabah contracts on hajj savings in the BRISyariah Bank of the Klaten Pemuda Youth Sub-Branch Office and to find out the review of the DSN-MUI Fatwa on the implementation of the mutlaqah mudharabah contract on hajj savings in the BRISyariah Bank of the Klaten Pemuda Branch Office. This research is a qualitative research field (field research), which is located on Jl.Pemuda, Tegalputihan, Bareng, Kec. Klaten Tengah, Klaten Regency, Central Java. Primary and secondary data are collected through interviews, observations, documentation and data analysis techniques that occur whether the implementation of the mudharabah mutlaqah contract on Hajj savings is in accordance with the DSN-MUI Fatwa.

The results of this study are that the implementation of the mudharabah contract at the BRISyariah Bank Branch Office of the Klaten Pemuda Youth and the agreement and rukun are in accordance with the DSN-MUI Fatwa. For the distribution of the ratio already referring to the fatwa of the MUI DSN hajj savings.

Keywords: Mudharabah mutlaqah contract, hajj savings account, DSN-MUI fatwa

(20)

xx DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……….... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ………... ii

HALAMAN PERNYATAAN BUKAN PLAGIASI ……….. iii

HALAMAN NOTA DINAS ………. iv

HALAMAN PENGESAHAN MUNAQASYAH ……… v

HALAMAN MOTTO ……… vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ……… vii

HALAMAN PEDOMAN TRANSLITERASI ……….. viii

KATA PENGANTAR ……… xvi

ABSTRAK ……….. xviii

ABSTRACT ……….... xix

DAFTAR ISI ……….. xxx

DAFTAR LAMPIRAN ………... xxii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ……….. 1

B. Rumusan Masalah ………... 6 C. Tujuan Penelitian ……….... 6 D. Manfaat Penelitian ……….. 6 E. Kerangka Teori ………... 7 F. Tinjauan Pustaka ………11 G. Metode Penelitian ………..14 H. Sistematika Penulisan ………17

BAB II TEORI AKAD MUḌᾹRABAH DAN FATWA DSN-MUI No.07/DSN-MUI/IV/2000 A. Konsep Akad... 19

1. Pengertian Akad... 19

2. Pengertian Mudharabah... 26

3. Pengertian Mudharabah Mutlaqah... 28

(21)

xxi

5. Rukun dan Syarat Mudharabah... 34

6. Macam-macam Mudharabah... 39

7. Hukum Mudharabah... 45

8. Manfaat dan Resiko Mudharabah... 50

9. Prinsip-prinsip Mudharabah... 54

10. Skema Mudharabah... 58

B. Akad Mudharabah Pada Tabungan Haji Menurut Fatwa Dewan Syariah Nasional No.07/DSN-MUI/IV/2000... 58

BAB III PELAKSANAAN AKAD MUḌᾹRABAH MUTLAQAH DI BANK BRI SYARIAH KCP KLATEN A. Gambaran Umum Bank BRI Syariah Kantor Cabang Pembantu KlatenPemuda... 67

B. Pelaksanaan Akad Mudharabah Mutlaqah Di Bank BRI Syariah Kantor Cabang Klaten Pemuda... 83

BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN AKAD MUḌᾹRABAH MUTLAQAH DI BANK BRI SYARIAH KCP KLATEN MENURUT FATWA DSN-MUI N0.07/DSN-MUI/IV/2000 A. Analisis Pelaksanaan Akad MuḍᾹrabah Mutlaqah Di Bank Bri Syariah KCP Klaten Menurut Fatwa Dewan Syariah……… ... 91

1. Analisis Dari Segi Akad... 91

2. Analisis Dari Segi Bagi Hasil... 93

3. Analisis Dari Segi Risiko... 95

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ………... 97

B. Saran ………... 98

DAFTAR PUSTAKA………... 99 LAMPIRAN

(22)

1 A. Latar Belakang Masalah

Haji merupakan salah satu rukun Islam yang wajib diyakini dan dilaksanakan oleh setiap umat Islam yang telah memenuhi syarat wajibnya yang akan menyempurnakan rukun (tiang agama) Islam yang kelima setelah syahadat, shalat, puasa dan zakat. Menunaikan ibadah haji adalah bentuk ritual tahunan yang dilaksanakan setiap muslim sedunia yang mampu (baik material, fisik, dan keilmuan) dengan berkunjung dan melaksanakan beberapa kegiatan dibeberapa tempat di Arab Saudi pada suatu waktu yang telah ditentukan (bulan Zulhijjah).1

Ibadah haji sesungguhnya menjadi suatu kewajiban bagi umat Islam. Karenanya, ibadah ini telah ditetapkan dan diterangkan secara jelas didalam kitab suci Al-Quran, Sunnah, dan Ijma. Hal ini menunjukkan betapa istimewanya ibadah yang satu ini adalah ibadah haji. Meskipun membutuhkan biaya yang lumayan besar, ibadah haji tetap menjadi impian semua orang.Ketika mengerjakan ibadah haji itu orang dapat menyaksikan syiar-syiar agama Allah SWT yang harus dimuliakan.2

1

A Rahman Ritonga dan Zainuddin, Fiqh Ibadah (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2002), hlm. 209.

2Khalifi Elyas Bahar, Doa dan Amalan Agar Mendapat Panggilan Ziarah Haji dan

(23)

Bank BRI Syariah KCP Klaten Pemuda adalah salah satu lembaga keuangan syariah yang menyediakan layanan untuk perjalanan ibadah haji dengan menggunakan sistem yang bisa meringankan nasabah, yaitu tabungan haji BRI Syariah iB tabungan ini merupakan produk yang bagus karena banyak orang muslim ingin sekali menunaikan ibadah haji, akan tetapi selalu terbentur biaya yang sangat mahal, oleh karena itu peranan perbankan syariah sangat besar disini. Bank bukan hanya sebagai tempat untuk mencari keuntungan ataupun sarana berinvestasi untuk kehidupan dunia saja akan tetapi sebagai jalan mendekatkan diri kepada Allah SWT melalui akad dalam konsep syariah.3

Tabungan merupakan penyisihan sebagian hasil pendapatan yang dikumpulkan sebagai cadangan masa depan untuk mewujudkan apa yang diinginkan. Dengan keinginan yang beraneka ragam masyarakat berusaha untuk menyisihkan sebagian uangnya agar apa yang diinginkan dicapai. Salah satu keinginan bagi setiap muslim adalah melaksanakan ibadah haji. Perkembangan peminat pelaksana haji dari tahun ke tahun meningkat dapat diamati dari kuota pemberangkatan atau masa tunggu yang semakin hari semakin lama bahkan saat ini calon jamaah harus menunggu hingga kurang lebih 23 tahun lamanya. Untuk membantu calon jamaah yang ingin menunaikan kewajiban rukun Islam yang ke lima, lembaga keuangan menciptakan produk untuk para calon jamaah dengan memberikan fasilitas produk tabungan haji yaitu Tabungan Haji BRI Syariah iB.

3

(24)

Tabungan Haji BRI Syariah iB merupakan produk simpanan yang menggunakan akad bagi hasil sesuai dengan prinsip syariah khusus bagi yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan Biaya Perjalanan Ibadah Haji (BPIH), dengan menggunakan akadMulaqah.4

Akad muarabahadalah akad kerja sama antara pemilik dana (shahibul al-maal) dengan pengelola dana (mudarib) untuk melakukan kegiatan usaha dengan nisbah bagi hasil (keuntungan atau kerugian) menurut kesepakatan. Dalam perkembangannya akad muḍārabahterasa kurang populer dikalangan masyarakat. Hanya sebagian masyarakat mengetahui tentang apa yang dimaksudmuḍārabah, bagaimana prosedur untuk menikmati akad muḍārabah di lingkungan perbankan syariah sehingga perlu dilakukan pengenalan lebih lanjut kepada masyarakat akan produk-produk perbankan syariah dalam perbaikan ekonomi dan kemaslahatan umat.5

Mudharabah adalah kerja sama antara dua pihak untuk menjalankan suatu usaha atau bisnis tertentu, dimana pihak satu sebagai pemilik modal, kemudian pihak lainnya sebagai pelaksana usaha. Apabila terjadi kerugian maka yang menanggung seluruh kerugian adalah pihak pemilik modal, kecuali kerugian terjadi karena kelalaian pihak yang menjalankan usaha,

4

Azmi Fikri Akhmada, Supervisor Bank BRISyariah KCP Klaten Pemuda,Wawancara Pribadi, pada tanggal 25 Juli 2019 pukul 16.00-17.00 WIB.

5Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001), hlm. 85.

(25)

sementara apabila usaha tersebut mendapatkan keuntungan, maka dibagi sesuai dengan kesepakatan diantara mereka.6

Mudharabah secara bahasa berasal dari kata برض mengikuti wazan ةلعافم yang menandakan pekerjaan yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih.

Mudharabah merupakan salah satu akad yang dilaksanakan dua pihak, pemilik modal (shahibul maal) dan pelaku usaha yang menjalankan modal (mudharib). Kata mudharabah berasal dari kata al-dharb fi al-ardhi yaitu usaha dalam perniagaan. Mudharabah juga disebut juga dengan qiradh, yang berasal dari kata qardhu dengan makna qath‟u (potongan), karena pemilik modal memotong sebagian hartanya untuk diperdagangkan guna mendapatkan keuntungan (laba).7

Berdasarkan pemaparan Bapak Fikri selaku supervisor di Bank BRI Syariah KCP Klaten Pemuda dapat disimpulkan pembukaan buku tabungan haji BRI Syariah iB untuk biaya perjalanan ibadah haji selalu mengalami kenaikan setiap tahunnya. Bisa dikatakan begitu karena beliau memaparkan bahwa setiap harinya akad pembukaan haji di bank bisa sampai sekitar 10 kali lebih akad pembukaan tabungan hajinya. Hal ini menandakan bahwa tingginya peminat pelaksanaan haji dari tahun ke tahun meningkat dapat diamati dari kuota pemberangkatan untuk provinsi Jawa Tengah sendiri ditetapkan sejumlah 30.479 orang, dengan rincian 30.225 untuk jamaah haji dan 254 orang untuk Tim Pemandu Haji Daerah dengan masa tunggu yang semakin hari semakin lama. Namun dalam praktiknya kegiatan ekonomi

6

Imam Mustofa, Fiqh Muamalah Kontemporer, cet. 1, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2016, hlm. 151

7

(26)

belum serta-merta menerapkan prinsip syari‟ah. Masih banyak dijumpai keadaan yang dianggap bertentangan dengan prinsip syari‟ah. Untuk mengetahui tingkat pelaksanaan prinsip syari‟ah, diperlukan sebuah penelitian terhadap lembaga keuangan syari‟ah khususnya pada tabungan haji dengan akadmuḍārabahmulaqah Penelitian ini difokuskan pada lembaga keuangan syari‟ah yakni Bank BRI Syariah Kantor Cabang Pembantu Klaten Pemuda.

Dalam praktiknya mengenai produk tabungan haji ini di Bank BRI Syariah Kantor Cabang Klaten Pemuda ini mengalami kemajuan yang begitu pesat karena dapat dilihat dari bertambahnya nasabah yang begitu banyak setiap tahunnya dengan begitu harus dipastikan bahwa produk ini sudah mengacu pada hukum Islam atau belum, lalu produk tabungan haji ini tidak bisa diambil sewaktu-waktu karena dalam tabungan haji di Bank BRI Syariah itu hanya untuk menabung ibadah haji saja tidak bisa untuk menabung yang lain. Dan juga dalam menabung di Bank BRI Syariah tidak ada jangka waktunya sehingga nasabah bisa menabung tanpa ditentukan bulannya. Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk mengangkat permasalahan di atas dengan judul, “TINJAUAN FATWA DSN MUI NO.07/DSN-MUI/IV/2000 TENTANG PEMBIAYAAN AKAD MUḌᾹRABAH TERHADAP

PELAKSANAAN AKAD MUḌᾹRABAH MUTLAQAH PADA

TABUNGAN HAJI(Studi Kasus Di Bank BRI Syariah Kantor Cabang Pembantu Klaten Pemuda)”.

(27)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada tema dalam proposal yang penulis laksanakan ini, maka perlu adanya batasan agar penelitian ini lebih terarah dan sistematika, diantaranya:

1. Bagaimana penerapan akad muḍārabah mulaqah pada tabungan haji di Bank BRI Syariah KCP Klaten Pemuda ?

2. Bagaimana tinjauan Fatwa DSN-MUI No.07/DSN-MUI/IV/2000 terhadap pelaksanaan akadmuḍārabah mulaqahpada tabungan haji di Bank BRISyariah KCP Klaten Pemuda ?

B. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan di atas, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui penerapan akad mudharabah mutlaqah pada tabungan haji di Bank BRI Syariah KCP Klaten Pemuda.

2. Untuk mengetahui tinjauan Fatwa Dewan Syariah Nasional No.07/DSN-MUI/IV/2000 terhadap pelaksanaan akad mudharabah mutlaqah pada tabungan haji di Bank BRI Syariah KCP Klaten Pemuda.

C. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi masyarakat sebagai suatu sumbangan pemikiran dari penulis, menjadi wawasan dan meningkatkan pengetahuan bagi penulis

(28)

khususnya di bidang Hukum Ekonomi Syariah. Adapun manfaar yang penulis harapkan dari penelitian ini adalah:

1. Secara teoritis, sebagai upaya untuk menambah wawasan dan pengetahuan hukum Islam terhadap pelaksanaan akadmuḍārabah mulaqah pada tabungan haji di Bank BRI Syariah Kantor Cabang Pembantu Klaten Pemuda.

2. Secara praktisi, penelitian ini diharapkan mampu berguna bagi masyarakat luas yang ingin melaksanakan ibadah haji. Serta sebagai kontribusi bagi para akademisi tentang bagaimana pelaksanaan untuk ibadah haji. Bagi Bank Syariah, skripsi ini dapat dijadikan pedoman dalam produk tabungan haji.

D. Kerangka Teori

1. Muḍārabah Mulaqah

Muḍārabah adalah bahasa penduduk Irak dan qiradh atau

muqaradhah bahasa penduduk Hijaz. Namun, pengertian qiradh dan muḍārabah adalah satu makna. Jadi menurut bahasa, muḍārabah atau qiradh berarti al-qath’u (potongan), berjalan, dan atau bepergian. Menurut para fuqaha, muḍārabah ialah akad antara dua belah pihak (orang) saling menanggung, salah satu pihak menyerahkan hartanya dan pihak satu sebagai pengelola.8

8Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,2014), hlm.135-136.

(29)

Muḍārabah Mulaqah adalah seseorang yang memberikan modal kepada yang lain tanpa syarat tertentu. Shahibul maal memberikan dana untuk pembiayaan dan mudharib sebagai pengelola, keuntungan akan di bagi sesuai kesepakatan, dibagi tiga (dua pertiga dan sepertiga), dan sebagainya. Atau dapat pula seseorang yang memberikan modalnya secara akad muḍārabah tanpa menentukan pekerjaan, tempat, waktu, sifat pekerjaannya, dan siapa yang boleh berinteraksi dengannya.9

Transaksi ini tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu, dan wilayah bisnis. Di sini shahibul maalmemberikan keleluasan kepada mudharib untuk melakukan usaha sesuai kehendaknya, tetapi sejalan dengan prinsip syariah, dengan modal yang diberikan kepadanya.

Mudharib harus diberikan perintah dan wewenang untuk melakukan hal-hal yang diperlukan dalam melakukan usaha. Seluruh pengeluaran rutin yang berhubungan dengan muḍārabah, yang bukan pengeluaran pribadi mudharib akan dibebankan ke dalam akun mudharabah. Mudharib tidak diperbolehkan untuk melakukan perhitungan ulang atau menentukan angka mutlak terhadap keuntungan di muka, keuntungan akan dibagi antara

shahibul maal dan mudharib sesuai dengan proporsi yang telah disetujui di muka dan tercantum secara jelas pada perjanjianmuḍārabah.10

9

Wahbah Az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, jilid 5(Jakarta: Gema Insani, 2011),hlm.479-480.

10

(30)

2. Tabungan haji

Tabungan haji adalah simpanan yang menggunakan akad

muḍārabah yang penarikannya dapat dilakukan setelah jangka waktu yang telah disepakati atau anggota sudah siap melaksanakan ibadah haji. Tabungan menurut undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat tertentu yang di sepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, dan atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu.11

Tabungan haji sebenarnya tidak jauh berbeda dengan tabungan rencana lainnya. Tabungan haji merupakan jenis tabungan yang diperuntukkan bagi orang-orang yang mempersiapkan dana agar mencukupi untuk membiayai perjalanannya ke Tanah suci. Banyak orang memutuskan untuk membuka tabungan haji karena dengan ini mereka dapat melakukan ONH yang besar dengan menyisihkan sebagian uangnya untuk persiapan menjalani rukun Islam yang kelima. Dengan tabungan haji masyarakat dapat menyicil uang sesuai kemampuan dan terasa lebih ringan dibandingkan harus membayar biaya haji secara tunai yang nilainya mencapai puluhan juta.12

3. Fatwa DSN-MUI

Menurut fatwa ini, muḍārabah adalah akad kerja sama suatu usaha di antara dua pihak di mana pihak pertama (malik,shahib al-maal, LKS)

11

Rizal Yahya dkk, Akuntansi Perbankan Syariah, (Jakarta: Salemba Empat, 2014),hlm.92.

12https://www.cermati.com/artikel/tabungan-haji-apa-saja-yang-perlu-diperhatikan

(31)

menyediakan seluruh modal, sedangkan pihak kedua („amil, mudharib, nasabah) bertindak sebagai pengelola, dan keuntungan usaha dibagi di antara mereka sesuai kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak.13

Muḍārabah adalah salah satu bentuk akad yang diperbolehkan dalam rangka memperoleh dan mengelola harta. Unsur kerja sama yang terdapat dalam akad muḍārabah sesuai kehendak Allah s.w.t yang terkandung dalam Q.S al- Hasyr (59):7.

Akad muḍārabah adalah salah satu bentuk muamalah yang dapat merealisasikan tujuan ayat tersebut. Dengan dilaksanakannya akad muḍārabah, maka pihak yang memiliki modal tetapi kesulitan dalam memutarkan kembali hartanya untuk bekerja sama dengan pihak yang memiliki kemampuan, memiliki keahlian dalam bekerja mendatangkan keuntungan, tetapi tidak memiliki modal. Keuntungan yang diperoleh oleh kedua belah pihak merupakan hasil prestasi dari yang diberikan kedua belah pihak dalam suatu kegiatan usaha. Shahibul maal(pemilik modal) memberikan prestasi berupa risiko atas modal yang dia berikan, sedangkan mudharib(pengelola) memberikan prestasi berupa usaha, keahlian, tenaga, dan waktu yang ia curahkan untuk mengelola usaha tersebut.

13 Neneng Nurhasanah, Mudharabah dalam Teori dan Praktik, (Bandung: PT Refika Aditama, 2015), hlm.105

(32)

E. Tinjauan Pustaka

Telaah pustaka ini dimaksudkan untuk mencari data tersedia yang pernah ditulis sebelumnya di mana ada hubungannya dengan masalah yang dikaji dalam penulisan skripsi ini adalah

M.Soleh Mauludin dalam penelitiannya yang berjudul “Pembiayaan

Muḍārabah Dalam Perspektif Fatwa DSN MUI Nomor

07/DSN-MUI/IV/2000. Dalam skripsi di atas membahas tentang aplikasi pembiayaan muḍārabah di Lembaga Keuangan Syariah (LKS) yang mana masyarakat masih meragukan praktek di LKS yang dianggap masih mengandung riba. Realitas ini sebenarnya tidak perlu terjadi karena sudah ada Fatwa Dewan Syari‟ah Nasional (DSN) MUI Nomor 07/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Pembiayaan Muḍārabah yang dapat menjadi acuan pembiayaan muḍārabah. Dengan adanya anggapan masyarakat tersebut, maka penulis mencoba untuk meneliti apakah anggapan masyarakat bahwa praktek di LKS tidak sesuai Fatwa DSN MUI dan mengandung riba adalah benar.14

Uliya Ulfah Rahmawati dalam penelitiannyayang berjudul “Analisis

Penerapan Akad Muḍārabah Pada Tabungan Haji Di Bank Syariah Mandiri Cabang Temanggung” bahwa skripsi tersebut membahas mengenai apakah tabungan haji tersebut menggunakan akad Muḍārabah Mulaqah. Lalu dalam

14

Muhammad Soleh Mauludin,”Pembiayaan Mudharabah Dalam Perspektif Fatwa DSNMUI Nomor 07/DSN-MUI/IV/2000 (Studi Kasus Di Bank Cabang KSU Syariah Rossa Kediri)”Skripsi tidak diterbitkan,

(33)

skripsi tersebut juga mencantumkan bagi hasil mengenai tabungan haji yang sudah terperinci.15

Devi Suci Nur Aisyah, dalam penelitiannya yang berjudul

“Penerapan Akad MuḍārabahPada Produk Tabungan Haji Ditinjau Dari Fatwa DSN-MUI No:115/DSN-MUI/IX/2017 (Studi Kasus Di Bank BTN Syariah)”. Dalam skripsi ini membahas tentang penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana penerapan akadmuḍārabahpada produk Tabungan BTN Haji di BTN Syariah dan untuk mengetahui bagaimana kesesuaian penerapan akad muḍārabahpada Produk Tabungan BTN Haji dan Umrah di BTN Syariah ditinjau dari fatwa DSN-MUI Nomor 115 Tahun 2017 tentang AkadMuḍārabah. Hasil penelitiannya dalam fatwa DSN MUI NO.115/DSN-MUI/IX/2017 tentang akad muḍārabah, bahwa produk tabungan haji dan umroh di BTN Syariah Surakarta sesuai denganproduk yang ditawarkan berdasarkan kepastian dan sesuai akad yang telah disepakati diawal. Kedua Tabungan haji di BTN Syariah ini tidak sesuai menurut fatwaDSN-MUI NO.115/DSN-MUI/IX/2017 karena dalam produk tabungan haji di Bank BTN Syariah dalam menabung tidak boleh diambil sewaktu-waktu karena tabungan haji hanya dapat ditarik pada saat penabung akan menunaikan ibadah haji.16

15

Uliya Ulfah Rahmawati, “Analisis Penerapan Akad Mudharabah Tabungan Pendidikan (Studi kasus di Bank Syariah Mandiri Cabang Temanggung)”,Skipsi tidak diterbitkan,IAIN Salatiga,2015.

16

Devi Suci Nur Aisyah, “Penerapan Akad Mudharabah Pada Produk Tabungan Haji Ditinjau Dari Fatwa DSN-MUI No:115/DSN-MUI/IX/2017, (Studi Kasus Di Bank BTN Syariah)”Skripsi tidak diterbitkan, IAIN Surakarta, 2017.

(34)

Fadillah Ahmad, program studi perbankan syariah Fakultas Ekonomi Dan Bisnis IslamUniversitas Islam Negeri Raden IntanLampung, dalam penelitiannya dengan judul “Analisis Penerapan Akad Muḍārabah Mutlaqah Pada Tabungan Mabrur Untuk Biaya Perjalanan Ibadah Haji (Studi Pada Bank Syariah Mandiri Kcp Belitang)”. Dalam skripsi ini membahas tentang bagaimana penerapan akadmuḍārabah mutlaqahpada tabungan mabrur untuk biaya perjalanan ibadah haji pada Bank Syariah Mandiri KCP Belitang, bagaimana alur pembukaan rekening sampai penutupan rekening tabungan mabrur pada Bank Syariah Mandiri KCP Belitang. Hasil penelitiannya penerapan akad muḍārabah mutlaqah pada tabungan mabrur Bank Syariah Mandiri KCP Belitang sudah melaksanakan sesuai dengan syariat islam, hanya saja kurangnya sosialisasi atau penjelasan kepada nasabah yang masih belum paham tentang adanya akad muḍārabah mutlaqah yang terdapat di dalam tabungan mabrur atau bahkan adanya nisbah didalam akad muḍārabah mutlaqah yang nasabah tidak mengetahuinya. Selain itu mengenai proses pembukaan sampai penutupan rekening BSM sudah sangat membantu, sangat memberikan kemudahan pada nasabah agar bisa mewujudkan suatu keinginannya mendapatkan nomor porsi haji dan berlanjut sampai ke tanah suci.17

Dari penelitian di atas terdapat perbedaan terutama dari segi objek penelitian dan pembahasan yang mana penulis membahas mengenai

17

Fadillah Ahmad, “Analisis Penerapan Akad Mudharabah Mutlaqah Pada Tabungan

Mabrur Untuk Biaya Perjalanan Ibadah Haji (Studi Pada Bank Syariah Mandiri Kcp Belitang)”

(35)

pelaksanaan akad muḍārabah mutlaqahpada tabungan haji yang mana akan lebih memfokuskan mengenai tinjauan hukum islam mengenai produk tabungan haji apakah keberadaan produk ini sudah sesuai dengan hukum islam dilihat dari dua permasalahan yaitu kouta dan biaya pemberangkatan serta bertambahnya nasabah disetiap tahunnya apakah produk ini bisa dijadikan alternatif untuk pemberangkata haji sesuai prinsip syariah. Sedangkan, penelitian sebelumnya membahas permasalahan sebagai berikut:

Skripsi yang pertama, penulis lebih memfokuskan terhadap apakah dalam praktek pembiayaan di LKS tersebut masih mengandung riba atau bunga. Skripsi yang kedua, lebih memfokuskan terhadap penerapan akad di perbankan syariah mengenai tabungan haji disertai dengan perhitungan bagi hasilnya. Dalam skripsi ketiga, lebih memfokuskan kesesuaian terhadap fatwa DSN-MUI. Dalam skripsi keempat membahas tentang nisbah yang sering tidak diketahui nasabah dan bagaimana alur pembukaan rekening sampai alur penutupan rekening pada tabungan mabrur.

F. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian kualitatif. 1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research), dimana penelitian ini mengkaji keadaan realita yang ada dilapangan yang dilakukan dalam kehidupan atau kenyataan yang sebenarnya.

(36)

2. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian

Penelitian ini mengambil lokasi di Bank BRI Syariah Kantor Cabang Pembantu Klaten Pemuda yang terletak di Jl. Pemuda, Tegalputih, Bareng, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah 57413, karena penelitian ini bersifat field research maka langsung meneliti ketempat yang dijadikan objek penelitian.

3. Sumber Data

Untuk memudahkan mengidentifikasi sumber data maka penulis mengklasifikasi menjadi dua sumber yaitu:

a. Data Primer

Data primer merupakan sumber penelitian langsung pada subyek atau proses yang terjadi di lapangan sebagai sumber informasi yang diteliti. Sumber data primer dalam penelitian ini adalah berupa bank dan para nasabah di Bank BRI Syariah KCP Klaten Pemuda.

b. Data Sekunder

Data Sekunder merupakan sumber yang menjadi bahan penunjang dan melengkapi suatu analisa. Dalam penelitian ini yang dijadikan sumber sekunder adalah data yang tidak berasal dari sumber data primer yang dapatmemberikan dan melengkapi serta mendukung informasi terkaitdengan obyek penelitian baik yang berbentuk buku, karya tulis, dan tulisan maupun artikel yang berhubungan dengan objek penelitian. Dengan metode ini penulis mendapatkan modulgambaran umum tentang Bank BRI Syariah KCP Klaten Pemuda, modul panduan tentang

(37)

produk-produk dan brosur-brosurnya, dokumen dan arsip serta buku-buku yang berhubungan dengan penelitian ini.

4. Teknik Pengumpulan Data a. Wawancara

Wawancara atau interview adalah suatu bentuk komunikasi verbal jadi semacam percakapan yang bertujuan memperoleh informasi.18

Teknik wawancara dilakukan jika penelitian memerlukan komunikasi atau hubungan dengan responden, yaitu kepala staff bank dan nasabah di Bank BRI Syariah KCP Klaten Pemuda. Wawancara dilakukan dengan lisan. Teknik wawancara dapat dilakukan dengan melalui tatap muka.

b. Observasi

Observasi sebagai alat pengumpul data harus sistematis artinya observasi serta pencatatannya dilakukan menurut prosedur dan aturan-aturan tertentu sehingga dapat diulangi kembali oleh peneliti lain. Selain itu hasil observasi itu harus memberi kemungkinan untuk menafsirkan secara ilmiah.19

Tujuan observasi dilakukan adalah untuk memperoleh informasi tentang kelakuan manusia seperti terjadi dalam kenyataan.20

18

S.Nasution, Metode Research (Penelitian Ilmiah), (Jakarta:Bumi Aksara,2016),hlm.113. 19Ibid, hlm.107.

20

(38)

c. Dokumentasi

Adalah cara pengumpulan data melalui peninggalan tertulis, seperti artikel, jurnal dan buku-buku yang berkaitan dengan masalah penelitian ini.

5. Teknik Analisis Data

Metode deduktif merupakan metode berfikir yang didasarkan pada prinsip pengetahuan atau keadaan yang sifatnya umum kemudian ditarik menjadi suatu kesimpulan yang bersifat khusus. Menggunakan pola berpikir deduktif, yang berusaha memahami suatu fenomena dengan cara menggunakan konsep-konsep yang umum untuk menjelaskan fenomena-fenomena yang bersifat khusus.21Dalam hal ini yang akan dideskripsikan adalah hal-hal yang berhubungan dengan pelaksanaan akad mudharabah mutlaqah pada tabungan haji di Bank BRI Syariah KCP Klaten Pemuda.

G. Sistematika Penulisan

Sistematika pada penyusunan penelitian kualitatif lapangan ini mengacu terhadap panduan penulisan proposal dan skripsi Fakultas Syariah yaitu terdiri dari lima bab, di mana pada masing-bab terdapat beberapa sub bab.

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini berisikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuanpenelitian, manfaat penelitian, kerangka teori, tinjauan pustaka, metode penelitian dan sistematika penelitian.

21

(39)

BAB II TEORI AKAD MUḌᾹRABAH DAN FATWA DSN-MUI N0.07/DSN-MUI/IV/2000

Pada bab ini berisi tentang pengertian akad mudharabah mutlaqah , dasar hukum akad muḍārabah mutlaqah, rukun dan syarat akad, muḍārabah

mutlaqah macam-macam muḍārabah mutlaqah, prinsip-prinsip akad

muḍārabah mutlaqah, skema akad muḍārabah mutlaqah, pengertian tabungan haji, dan konsep akad muḍārabah mutlaqah dalam Fatwa Dewan Syariah.

BAB III PELAKSANAAN AKAD MUḌᾹRABAH MUTLAQAH DI BANK BRI SYARIAH KCP KLATEN

Pada bab ini berisi tentang gambaran umum Bank BRISyariah Kantor Cabang Pembantu Klaten Pemuda, dan pelaksanaan akad muḍārabah mutlaqah pada tabungan haji.

BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN AKAD MUḌᾹRABAH MUTLAQAH DI BANK BRI SYARIAH KCP KLATEN MENURUT FATWA DSN-MUI N0.07/DSN-MUI/IV/2000

Bab ini berisi tentang analisis terhadap pelaksanaan akad muḍārabah mutlaqah pada tabungan haji, analisis pelaksanaan akad muḍārabah mutlaqah pada tabungan haji ditinjau dari Fatwa DSN-MUI di bank BRI Syariah Kantor Cabang Pembantu Klaten Pemuda..

BAB V PENUTUP

Bab ini merupakan bab penutup yang berisi tentang kesimpulan hasil penelitian dan saran-saran, daftar Pustaka, dan lampiran-lampiran.

(40)

19 1. Konsep Akad

Menurut Dimyauddin Djuwaini dalam bukunya “Pengantar Fiqh Muamalah” akad secara linguistic memiliki makna “ar-rabthu” yang

berarti menghubungkan atau mengaitkan, mengikat antara beberapa ujung sesuatu.1Dalam arti luas akad dapat diartikan suatu perikatan antar ijab dan qabul dengan cara yang dibenarkan syara’ yang menetapkan adanya akibat-akibat hukum pada objeknya.2Menurut Jumhur Ulama akad adalah pertalian antara ijab dan qabul yang dibenarkan oleh syara’ yang dapat menimbulkan akibat hukum bagi para pihak yang melakukan akad.3Didalam undang-undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang “Perbankan Syariah” (Pasal 1), akad adalah kesepakatan tertulis antara bank dan nasabah yang memuat hak dan kewajiban masing-masing pihak yang berdasarkan prinsip syariah.4

Rukun dan Syarat Akad

Dalam ajaran Islam untuk sahnya suatu perjanjian harus memenuhi rukun dan syarat dari sebuah akad. Rukun merupakan unsur yang mutlak

1

Dimyauddin Djuwaini, Pengantar Fiqh Muamalah, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), hlm 51.

2

Ahmad Azhar Basyir, Asas-Asas Hukum Muamalat (Hukum Perdata Islam), (Yogyakarta: UII Press, 2000), hlm. 65.

3

Gemala Dewi, dkk, Hukum Perikatan Islam di Indonesia, Cet 2, (Jakarta: Kencana, 2006), hlm. 45.

4

Abdul Ghofur Anshori, Hukum Perjanjian Islam di Indonesia, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2010), hlm. 24.

(41)

dan harus dipenuhi dalam suatu tindakan. Sedangkan syarat adalah unsur yang harus ada dalam suatu tindakan atau peristiwa. Akad memiliki empat rukun yang harus dipenuhi yaitu:

a. Pihak-pihak yang berakad

Al-‘aqid adalah orang, kelompok (persekutuan) atau badan hukum yang melakukan perbuatan hukum dan memiliki kecakapan dalam hal tersebut. menurut Hamzah Ya’cub yang dikutipkan Gemala Dewi subjek akad memiliki syarat-syarat sebagai berikut:5

1) Aqil (berakal), orang yang bertransaksi haruslah berakal sehat, bukan orang yang gila dan terganggu akalnya sehingga dapat mempertanggungajawabkan transaksi yang dibuatnya.

2) Tamyiz (dapat membedakan), orang yang bertransaksi harus dalam keadaan dapat membedakan manaa yang baik dan yang buruk. 3) Mukhtar (bebas dari paksaan), pihak yang melakukan akad harus

rela-sama rela, tanpa ada paksa dan tekanan dari pihak lain.

Ada tiga hal yang harus dipeerlihatkan dalam kaitannya dengan alaqidain yaitu:6

1) Kecakapan, yaitu kecakapan seseorang untuk memiliki hak dan kewajiban atasnya dan kecakapan tasharuf

2) Kewenangan, yaitu kekuasaan hukum yang pemiliknya dapat bertasharruf, melakukan akad dan menunaikan segala akibat hukum

5

Gemala Dewi, dkk, Hukum Perikatan Islam diIndonesia .., hlm. 55 6

(42)

yang ditimbulkan. Syarat seseorang dapat melakukan wilayah akad adalah orang yang cakap ber-tasharruf secara sempurna.

3) Perwakilan, yaitu pengalihan kewenangan dalam hal harta dan perbuatan tertentu dari seseorang ke orang lain untuk mengambil tindakan tertentu dalam hidupnya. Seorang wakil memiliki hak untuk mendapati upah.

b. Objek akad

Mahalu ‘Aqaid adalah sesuatu yang dijadikan objek akad dan dikenakan padanya akibat hukum yang ditimbulkan. Syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam Mahalu ‘Aqd adalah sebagai berikut:7

1) Objek perikatan telah ada ketika akad dilangsungkan

2) Objek perikatan dibenarkan oleh syariah dan memiliki nilai dan manfaat bagi manusia

3) Objek akad harus memiliki kejelasan dan diketahui oleh ‘Aqd. 4) Objek perikatan dapat diserahkan terimakan saat akad terjadi atau

pada waktu yang telah disepakati. c. Tujuan perikatan

Menurut Ulama Fiqh, tujuan akad dapat dilakukan apabila sesuai dengan ketentuan syariat. Ahmad Azhar basyir sebagaimana yang dikutip oleh Gemala Dewi, menetukan beberapa syarat yang harus dipenuhi agar tujuan akad mempunyai akibat hukum:8

7

Ibid.,hlm 60-61 8

(43)

1) Tujuan akad tidak merupakan kewajiban yang telah ada atas pihak-pihak yang bersangkutan tanpa akad yang diadakan.

2) Tujuan ahrus berlangsung adanya hingga berakhirnya pelaksanaan akad.

3) Tujuan akad harus dibenarkan syara’. d. Sighat

Adalah suatu ungkapan para pihak yang melakukan akad berupa ijab dan qabul. Dalam pasal 1320 KUH Perdata merupakan syarat adanya sebuah perjanjian, yaitu:9

1) Sepakat mereka yang mengikatkan diri, apa yang dikehendaki oleh para pihak disetujui dan disepakati bersama tanpa adanya paksaan dan penipuan;

2) Kecakapan untuk membuat suatu perikatan, pada dasarnya setiap orang cakap untuk membuat perikatan, kecuali jika ia oleh undang-undang tidak dinyatakan bahwa ia tak cakap (Pasal 1329 KUH Perdata);

3) Suatu hal tertentu;

4) Suatu sebab yang halal (legal), apa yang menjadi tujuan bersama dan dikerjakan oleh para pihak yang membuat perjanjian bukanlah hal yang dilarang undang-undang, tidak bertentangan dengan ketertiban umum, dan tidak melanggar kesusilaan.

9Faturrahman Djamil, Penerapan Hukum Perjanjian dalam Transaksi di Lembaga

(44)

Ijab dan qabul dapat dilakukan dengan empat cara berikut ini:10 1)Lisan, para pihak mengungkapkan kehendaknya dalam bentuk

perkataan secara jelas

2) Isyarat suatu perikatan tidaklah hanya dilakukan oleh orang normal saja, tetapi orang yang tidak dapat berbicara (tunawicara) juga dapat melakukan suatu perikatan dengan isyarat

3) Perbuatan, seiring perkembangan kebutuhan masyarakat, kini perikatan dapat dilakukan dengan perbuatan. Hal ini disebut dengan ta’ati atau mu’athah (saling memberi dan menerima). Ijab dan qabul seperti ini sering terjadi pada proses jual beli disupermarket yang tidak ada proses tawar menawar.

4) Tulisan, suatu perikatan dilakukan secara tertulis oleh para pihak yang tidak dapat bertemu langsung dalam melakukan perikatan atau untuk perikatan yang dilakukan oleh badan hukum.

Asas-Asas Akad

Dalam hukum Islam terdapat asas-asas akad dari suatu perjanjian.. ketika asas ini tidak terpenuhi, maka akan mengakibatkan batal atau tidak sahnya sebuah akad/perjanjian yang dibuat. Adapun asas-asas akad adalah sebagai berikut:11

10

Gemala Dewi, dkk, Hukum Perikatan Islam di Indonesia, hlm. 63-64. 11

Faturrahman Djamil, Penerapan Hukum Perjanjian dalam transaksi di Lembaga Keuangan Syaria, hlm. 14.

(45)

a. Kebebasan

Asas ini merupakan prinsip dasar dalam hukum Islam dan merupakan prinsip dasar dari akad. Di dalam Syariah Islam memberikan kebebasan kepada setiap orang melakukan akad sesuai yang di inginkan asalkan tidak bertentangan dengan syariat. Pihak-pihak yang berakad mempunyai kebebasan untuk membuat perjanjian, baik dari segi materi/isi yang diperjanjikan, menetukan pelaksanaan dan persyaratan-persyaratan apabila terjadi sengketa.12

b. Persamaan atau kesetaraan

Asas persamaan atau kesetaraan Al-Musawah sering dinamakan juga asas keseimbangan para pihak dalam perjanjian. Asas ini memberikan landasan bahwa kedua pihak yang melakukan akad perjanjian mempunyai kedudukan sama pada saat menentukan hak dan kewajiban antara yang satu dan lainnya. Meskipun demikian, dalam prakteknya terdapat keadaan di mana salah satu pihak memiliki kedudukan lebih tinggi dibandingkan pihak lainnya. Misalkan, pemberi fasilitas dengan penerima fasilitas. Pemberi fasilitas biasannya akan memiliki hak yang lebih tinggi dibandingkan penerima fasilitas, sebaliknya penerima fasilitas akan memiliki kewajiban yang lebih banyak dibandingkan pembeli fasilitas. Namun hukum Islam tetap

12

(46)

menekankan keseimbangan dalam apa yang diberikan dengan apa yang diterima maupun resiko yang dipikul oleh kedua belah pihak.13

c. Keadilan

Keadilan adalah tujuan yang hendak diwujudkan oleh semua hukum. Dalam hukum Islam, keadilan merupakan salah satu sifat Tuhan dan Al-Qur’an menekankan agar manusia menjadikannya sebagau ideal moral.14 Pelaksanaan asas keadilan dalam akad yaitu para pihak yang melakukan akad dituntut untuk berlaku benar dalam pengungkapan kehendak dan keadaan, memenuhi perjanjian yang mereka buat dan memenuhi kewajiban dari masing-masing pihak.15 d. Kerelaan

Asas ini menyatakan bahwa segala transaksi yang dilakukan harus atas dasar kerelaan masing-masing pihak. Kerelaan antara pihak-pihak yang berakad dianggap sebagai persyaratan terwujudnya semua transaksi.

e. Kejujuran dan kebenaran

Islam dengan tegas melarang kebohongan dan penipuan dalam bentuk apapun. Allah memerintahkan semua muslim untuk jujur dalam segala urusan dan perkataan, sebagaimana yang telah dijelaskan dalam Al-Qur’an surat al-Ahzab ayat 70. Nilai kebenaran akan memberikan pengaruh pada pihak-pihak yang melakukan akad perjanjian untuk tidak

13

Syamsul Anwar, Hukum Perjanjian Syariah, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 14

Faturrahman Djamil, Penerapan Hukum Perjanjian dalam Transaksi di Lembaga Keuangan Syariah, hlm. 20.

15

(47)

berdusta dan melakukan penipuan. Apabila asas ini tidak dilakukan dapat merusak legalitas dari perjanjian yang telah dibuat. Pihak yang merasa dirugikan dapat menghentikan proses perjanjian tersebut.16 f. Kemanfaatan

Sebuah akad yang dilakukan oleh para pihak bertujuan untuk mewujudkan kemaslahatan bagi mereka dan tidak boleh menimbulkan kerugian atau keadaan yang memberatkan.17

g. Tertulis

Para pihak yang melakukan sebuah perjanjian dianjurkan akad tersebut dibuat secara tertulis, terutama untuk transaksi dalam bentuk tidak tunai (kredit), hal ini sebagaimana disebutkan dalam Al-Quran surat Al-Bawarah ayat 282-283.18

2. PengertianMuḍārabah

Mudharabah yang merupakan suatu bentuk kerjasama penanaman modal dimana apabila terjadi kerugian modal yang bukan diakibatkan oleh kelalaian mudharib, maka kerugian akan ditanggung oleh shahibul maal

sedangkan kerugian tenaga, ketrampilan, dan kesempatan memperoleh laba ditanggung mudharib. Sebagaimana disebutkan bahwa mudharabah

dalam pengertian etimologi ialah suatu pernyataan yang mengandung pengertian bahwa seseorang memberikan modal niaga kepada orang lain

16

Ibid, hlm. 24 17

Ahmadi Miru, Hukum Kontrak Bernuansa Islam, Cet 2, (Jakarta: Rajawali Press, 2013),hlm. 17.

18Faturrahman Djamil, Penerapan Hukum Perjanjian dalam Transaksi di Lembaga

(48)

agar modal itu diniagakan dengan perjanjian keuntungannya dibagi antara dua belah pihak sesuai perjanjian, sedangkan kerugian ditanggung oleh pemilik modal.19

Muḍārabah adalah akad musammah, yaitu akad yang telah disebutkan syara’ sendiri namanya, demikian pula aturan-aturannya secara umum. Mudharabah adalah akad kerja sama dalam perniagaan yang telah ada sebelum Nabi Muhammad s.a.w diangkat menjadi rasul Allah. Kemudian muamalah, diadopsi oleh Islam, karena mengandung manfaat dan tidak bertentangan dengan tujuan syariat. Sebaliknya, muamalah mengandung unsur tolong-menolong dan saling melengkapi antara manusia yang satu dan lainnya.

Muḍārabah disebut juga al-qiradh. Secara istilah, dua kata itu mengandung arti yang sama. Qiradh telah ada sejak zaman jahiliyah dan penghidupan sebagian masyarakatnya dihasilkan dari praktik qiradh. Muḍārabahatau qiradh termasuk akad kerja sama (perkongsian).20

Muḍārabah berasal dari kata dharb, artinya memukul atau berjalan. Pengertian memukul atau berjalan ini lebih tepatnya adalah proses seseorang menggerakkan kakinya dalam menjalankan usaha. Muḍārabah merupakan bahasa penduduk Iraq, sedangkan menurut bahasa penduduk Hijaz disebut dengan istilah qiradh. Secara teknis, mudharabah adalah

19

Abdul Rahman Al Jaziri, Kitabul Fiqh „alal Madzahibil Arba‟ah, Juz 3, Beirut: Daarul Kutub Al ilmiah, 802 H hlm. 34

20Neneng Nurhasanah, Mudharabah dalam Teori dan Praktik, (Bandung: PT Refika Aditama, 2015), hlm.65-67.

(49)

akad kerjasama usaha antara dua pihak, dimana pihak pertama bertindak sebagai pemilik dana (shahibul maal) yang menyediakan seluruh modal

(100%), sedangkan pihak lainnya sebagai pengelola usaha (mudharib). Keuntungan usaha yang didapatkan dari akad Muḍārabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, dan biasanya dalam bentuk nisbah (persentase). Jika usaha yang dijalankan mengalami kerugian, maka kerugian itu ditanggung oleh shahibul maalsepanjang kerugian itu bukan kelalaian mudharib. Sedangkan mudharibmenanggung kerugian atas upaya, jerih payah dan waktu yang telah dilakukan untuk menjalankan usaha. Namun, jika kerugian itu diakibatkan karena kelalaian mudharib, makamudharibharus bertanggung jawab atas kerugian tersebut.21

3. Pengertian Akad Mudharabah Mutlaqah

Muḍārabah Mutlaqah yaitu penyerahan modal secara mutlak tanpa syarat dan pembatasan dalam akad muḍārabah mutlaqah, pengusaha bebas mengelola modal dengan jenis usaha apa saja yang menurutnya akan mendatangkan keuntungan di tempat mana saja yang dia inginkan. Dalam implementasinya, bentuk muḍārabah mutlaqah tidak diartikan dengan kebebasan yang tanpa batas, karena tetap harus memperhatikan syarat-syarat lain yang diperbolehkan dalam Islam, misalnya tidak boleh membiayai proyek atau investasi yang dilarang dalam Islam.

21 Dimyauddin Djuwani, Pengantar Fiqh Muamalah, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015), hlm.234

(50)

Muḍārabah Muthlaqahadalah seseorang yang memberikan modal kepada yang lain tanpa syarat tertentu. Shahibul maal memberikan dana untuk pembiayaan dan mudharib sebagai pengelola, keuntungan akan di bagi sesuai kesepakatan, dibagi tiga (dua pertiga dan sepertiga), dan sebagainya. Atau dapat pula seseorang yang memberikan modalnya secara akad muḍārabah tanpa menentukan pekerjaan, tempat, waktu, sifat pekerjaannya, dan siapa yang boleh berinteraksi dengannya.22

Transaksi ini tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu, dan wilayah bisnis. Di sini shahibul maal memberikan keleluasan kepada mudharib untuk melakukan usaha sesuai kehendaknya, tetapi sejalan dengan prinsip syariah, dengan modal yang diberikan kepadanya. Mudharib harus diberikan perintah dan wewenang untuk melakukan hal-hal yang diperlukan dalam melakukan usaha. Seluruh pengeluaran rutin yang berhubungan denganmuḍārabah, yang bukan pengeluaran pribadi mudharib akan dibebankan ke dalam akadmuḍārabah. Mudharib tidak diperbolehkan untuk melakukan perhitungan ulang atau menentukan angka mutlak terhadap keuntungan di muka, keuntungan akan dibagi antara shahibul maal dan mudharib sesuai dengan proporsi yang telah disetujui di muka dan tercantum secara jelas pada perjanjianmuḍārabah.23

Kelalaian dan kecurangan yang mungkin terjadi dari bentuk akad

Muḍārabah Mutlaqah ini mengharuskan mudharib bertanggung jawab atas

22

Wahbah Az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, jilid 5, Terjemahan Abdul Hayyie al-Kattini, (Jakarta: Gema Insani, 2011),479-480.

23

(51)

konsekuensi-konsekuensi yang ditimbulkannya. Apabila terjadi kerugian atas usaha itu, maka kerugian itu tidak akan menjadi beban perjanjian mudharabah yang bersangkutan.24

4. Dasar Hukum Muḍārabah

Para fuqaha’ menyatakan kehalalanmuḍārabah, sebagaimana dinyatakan oleh Ibnu Taimiyah, berdasarkan riwayat-riwayat tertentu yang dinisbatkan kepada beberapa sahabat meskipun tidak ada hadist shahih tentang muḍārabah yang dinisbatkan kepada Nabi. Nabi dan beberapa sahabat pun terlibat dalam kemitraan-kemitraanmuḍārabah.

Al-Sarakhsi dari kalangan madzhab Hanafi menyatakan bahwa muḍārabah diizinkan karena orang memerlukan kontrak ini. Sementara Ibnu Rusyd dari kalangan madzhab Maliki menganggap kebolehanmuḍārabahsebagai salah satu kelonggaran yang khusus. Muḍārabahadalah suatu kebiasaan yang diakui dan diterapkan masyarakat Islam dan terus hidup sepanjang periode awal era Islam sebagai penopang perdagangan dalam kota maupun jarak jauh. 25

Muḍārabah merupakan akad yang diperbolehkan, hal ini

berlandaskan atas dalil-dalil yang terdapat dalam Al-Qur’an , hadist, ataupun ijma ulama. Di antara dalil (landasan syariah) yang memperbolehkan praktik akad muḍārabahadalah sebagai berikut:

a. QS. Al-Muzzamil(73) ayat 20 :

24

Neneng Nurhasanah, Mudharabah dalam Teori dan Praktik, (Bandung: PT Refika Aditama, 2015), hlm. 77-78.

25Ari Kristin Prasetyoningrum, Risiko Bank Syariah, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015), hlm.79

(52)

ٍَيِرَّنا ٍَِي ٌحَفِئاَطَو َُّثُهُثَو َُّفِصََِو ِمِيَّهنا ِيَثُهُث ٍِِي ٰىََِدَأ ُوىُقَذ َكَََّأ ُىَهِعَي َكَّتَز ٌَِّإ

َكَعَي

ۚ

َزاَهَُّناَو َمِيَّهنا ُزِّدَقُي َُّّهناَو

ۚ

ِىُكِيَهَع َباَرَف ُِىُصِحُذ ٍَِن ٌَْأ َىِهَع

ۚ

ْنا ٍَِي َسَّسَيَذ اَي اوُءَسْقاَف

ٌِآِسُق

ۚ

ٰىَضِسَي ِىُكُِِي ٌُىُكَيَس ٌَْأ َىِهَع

ۚ

ٌَوُسَخآَو

َِّّهنا ِمِضَف ٍِِي ٌَىُغَرِثَي ِضِزَأْنا يِف ٌَىُتِسِضَي

ۚ

ِميِثَس يِف ٌَىُهِذاَقُي ٌَوُسَخآَو

َِّّهنا

ۚ

ُُِِّي َسَّسَيَذ اَي اوُءَسْقاَف

ۚ

ُضِسْقَأَو َجاَكَّزنا اىُذآَو َجاَهَّصنا اىًُيِقَأَو

ََّّهنا اى

اَُّسَح اّضِسَق

ۚ

اّسِيَخ َىُْ َِّّهنا َدُِِع ُِوُدِجَذ ٍسِيَخ ٍِِي ِىُكِسُفََِأِن اىُيِّدَقُذ اَيَو

اّسِجَأ َىَظِعَأَو

ۚ

ََّّهنا اوُسِفِغَرِساَو

ۚ

ْىيِحَز ْزىُفَغ ََّّهنا ٌَِّإ

“Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwasanya kamu berdiri (sembahyang) kurang dari dua pertiga malam, atau seperdua malam atau sepertiganya dan (demikian pula) segolongan dari orang-orang yang bersama kamu. Dan Allah menetapkan ukuran malam dan siang. Allah mengetahui bahwa kamu sekali-kali tidak dapat menentukan batas-batas waktu-waktu itu, maka Dia memberi keringanan kepadamu, karena itu bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Quran. Dia mengetahui bahwa akan ada di antara kamu orang-orang yang sakit dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah; dan orang-orang yang lain lagi berperang di jalan Allah, maka bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Quran dan dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berikanlah pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik. Dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh (balasan)nya di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya. Dan mohonlah ampunan kepada Allah; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”(QS. Al-Muzzamil: 20).26

b. QS. Al- Baqarah (2) ayat 198 :

ِىُكِّتَز ٍِِي اًهِضَف اىُغَرِثَذ ٌَْأ ْحاَُُج ِىُكِيَهَع َسِيَن

ۚ

ٍخاَفَسَع ٍِِي ِىُرِضَفَأ اَذِإَف

ِواَسَحْنا ِسَعِشًَْنا َدُِِع ََّّهنا اوُسُكْذاَف

ۚ

ٍِِي ِىُرُُِك ٌِْإَو ِىُكاَدَْ اًََك ُِوُسُكْذاَو

َينِّناَّضنا ًٍََِن ِِّهِثَق

26 Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya, (Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penterjemah, 1998), hlm. 574.

Referensi

Dokumen terkait

Teori fiqih menjelaskan bahwa darah nifas ialah darah yang keluar dari kemaluan wanita (farji) karena melahirkan, meskipun anak yang dilahirkan mengalami keguguran.Dalam

Sumber Data, Kabag Umum, Kantor Urusan Agama (KUA), Tanggal 19 Oktober 2015.. menggembirakan karena badan/lembaga/ organisasi penyelenggara tersebut ikut membantu pemerintah

Magister Teknik Informatika Institut Bisnis dan Informatika Darmajaya Pada setiap kriteria memiliki sub kriteria dan nilai yang dijadikan acuan untuk melakukan pemberian nilai

• Pandangan yang menganggap karya jurnalistik atau pendapat dan ekspresi sebagai kejahatan—bila melanggar hukum—kini semakin tidak populer sehingga tidak

Maksud diadakannya penelitian dari pembuatan aplikasi berbasis Android ini adalah untuk menyampaikan informasi mengenai sebaran fasilitas kesehatan penerima

Untuk memudahkan didalam pengelolaan dokumen penting ditentukan sistem pengendalian dokumen agar memudahkan didalam pengelolaan, penyimpanan dan pencarian untuk diberlakukan

Besarnya FF suatu kegiatan adalah sama dengan sejumlah waktu dimana penyelesaian kegiatan tersebut dapat ditunda tanpa mempengaruhi waktu mulai paling awal dari kegiatan

RINCIAN JUMLAH PEROLEHAN SUARA PARTAI POLITIK DAN SUARA CALON. NOMOR/NAMA PARTAI DAN CALON