• Tidak ada hasil yang ditemukan

DINAMIKA ATMOSFER CURAH HUJAN EKSTRIM DAN EVALUASI AWAL TEKNOLOGI MODIFIKASI CUACA SISTEM STATIS DI DKI JAKARTA DISERTASI RAHMAT GERNOWO NIM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DINAMIKA ATMOSFER CURAH HUJAN EKSTRIM DAN EVALUASI AWAL TEKNOLOGI MODIFIKASI CUACA SISTEM STATIS DI DKI JAKARTA DISERTASI RAHMAT GERNOWO NIM"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

DINAMIKA ATMOSFER CURAH HUJAN EKSTRIM DAN

EVALUASI AWAL TEKNOLOGI MODIFIKASI CUACA

SISTEM STATIS DI DKI JAKARTA

DISERTASI

Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor dari

Institut Teknologi Bandung

Oleh

RAHMAT GERNOWO

NIM 32404001

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

2009

Digitally signed by Institut Teknologi Bandung DN: cn=Institut Teknologi Bandung, o=Digital Library, ou=UPT Perpustakaan ITB, email=digilib@lib.itb.ac.i d, c=ID Date: 2013.06.13 14:40:07 +07'00'

(2)

ABSTRAK

DINAMIKA ATMOSFER CURAH HUJAN EKSTRIM DAN

EVALUASI AWAL TEKNOLOGI MODIFIKASI CUACA

SISTEM STATIS DI DKI JAKARTA

Oleh

RAHMAT GERNOWO NIM 32404001

Daerah Khusus Ibukota (DKI)-Jakarta secara geografi terletak diantara dua perairan laut Jawa dan lautan Hindia. Kondisi tersebut sangat memungkinkan terjadinya pembentukan awan konvektif yang mengakibatkan hujan lebat. Bencana alam banjir yang melanda daerah Jakarta dan sekitarnya, terjadi hampir tiap tahun

yang disebabkan oleh hujan torensial. Ada beberapa kasus terburuk dari kejadian

banjir tahun 2002 dan 2007 yaitu, dimana bencana banjir tersebut melanda mencakup sekitar 70% seluruh wilayah DKI Jakarta.

Salah satu ide pemikiran dalam mencari solusi bencana alam banjir tersebut yaitu, dengan memahami penyebab banjir dan menganalisis prekursor curah hujan ekstrim serta aplikasi teknologi yang memungkinkan. Pemahaman mengenai pola dinamika atmosfer di DKI-Jakarta sangat diperlukan, mengingat proses tersebut menyebabkan terjadinya perubahan pola fluktuasi curah hujan. Kajian dinamika awan akan menjelaskan terjadinya curah hujan ekstrim penyebab banjir. Penerapan teknologi modifikasi cuaca model Ground Based Generator (GBG) diharapkan dapat mengurangi intensitas curah hujan ekstrim tersebut.

Hasil analisis dinamika atmosfer mengenai prekursor curah hujan ekstrim di wilayah DKI Jakarta untuk kejadian banjir periode 2002 dan 2007, terdapat kesamaan pola keberadaan seruak dingin (cold surge) dan rotasi sirkulasi vektor angin yang kuat (strong vortex). Sebagai analisis pengaruh efek lokal, hal tersebut menyebabkan terjadinya updraft yang mengakibatkan pertumbuhan awan konvektif besar. Analisis gelombang Maden-Julian Oscillation (MJO) dan anomali

Multivariat ENSO Index (MEI) mengindikasikan bukan faktor dominan dibandingkan dengan pengaruh terjadinya Indian Ocean Dipole (IOD) terhadap fenomena banjir dari efek regional. Karakteristik pola awan yang tumbuh saat kejadian banjir Jakarta, dari perhitungan indeks konvektif baik dari data radiasi gelombang panjang (Outgoing Longwave Radiation, OLR) maupun data Temperatur Infra Red chanel 1 (IR 1) menunjukan pertumbuhan konvektif terlokalisir disekitar Jakarta. Sebagai analisis global, dimungkinkan pengaruh aktivitas matahari dan fluks sinar kosmik menjadi faktor dominan kejadian curah hujan ekstrim di DKI Jakarta. Hal tersebut berdasarkan adanya korelasi antara

(3)

tahun banjir, curah hujan maksimum reanalisis daerah Jakarta terhadap indeks sunspot dan keterkaitan antara variabilitas fluks sinar kosmik dengan pola tutupan awan.

Simulasi dinamika awan banjir DKI-Jakarta tahun 2007 menggunakan model

Weather Research and Forecast (WRF) dengan data Final Analysis (FNL) yang

merupakan data global sebagai masukan model. Validasi hasil simulasi curah hujan ekstrim dengan curah hujan spasial data Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) diperoleh korelasi 0,7. Berdasarkan analisis simulasi awan, diindikasikan terjadi pertumbuhan awan konvektif besar yang mengakibatkan terjadinya curah hujan ekstrim. Simulasi vektor angin dan perubahan temperatur vertikal dari keluaran model WRF digunakan sebagai input model GBG, diperoleh hasil bahwa vektor pergerakan bahan semai sampai ke dasar awan dengan

konsentrasi terhitung sebesar 12,6 g/m3. Sebagai validasi hasil di atas dilakukan

perhitungan konsentrasi bahan semai dengan model WRF, dimana diperoleh

konsentrasi minimal 150 g/m3 untuk mulai terjadi pertumbuhan awan.

(4)

ABSTRACT

ATMOSPHERE DYNAMICS OF EXTREME RAINFALL AND

THE PRELIMINARY EVALUATION OF WEATHER

MODIFICATION STATIC SYSTEM IN DKI-JAKARTA

By

RAHMAT GERNOWO NIM 32404001

DKI-Jakarta is a part of Java Island which geographically lies between the Java Sea and the Indian Ocean. This geographical location leads to the forming of convective cloud which will result to the formation of heavy rain (shower). Jakarta area and its surroundings are hit by floods every year due to torrential rain. Among them, the worst cases are the flood that hits on 2002 and 2007, where the floods natural disaster swept over approximately 70% of Jakarta area.

One approach to solve the floods problem is to understand fundamentally the factors that cause floods, through precursor analysis of extreme rainfall and application of its corresponding technology. The understanding about atmosphere dynamics pattern in DKI-Jakarta is required, because the process causes changes in the fluctuation pattern of the rainfall. The study of cloud dynamics analysis will explain the occurrence of extreme rainfall which causes floods. The weather modification technology of Ground Based Generator (GBG) model adjustment is expected decreasing the extreme rainfall intensity.

The result of atmosphere dynamics analysis on extreme rainfall phenomena in DKI Jakarta region for the flood case periods on 2002 and 2007 shows the existence of an equal pattern of i.e. cold surge and strong vortex. As the local effect influence analysis, these two factors caused the updraft which results to the growth of deep convective cloud. The analysis of Madden-Julian Oscillation (MJO) and anomaly of Multivariate ENSO Index (MEI) indicates non dominant factor compared to the influence of Indian Ocean Dipole (IOD) to flood phenomena. The cloud pattern characteristic in the case of Jakarta floods from calculation of convective index either from outgoing Longwave Radiation (OLR) and Infra Red channel 1 (IR 1) temperature data in DKI Jakarta shows the growth of convective cloud is localized around Jakarta. As the two factors global analysis i.e. the sun activity and cosmic ray flux become the dominant factor of extreme rainfall in DKI Jakarta. This is based on the correlation between the years of flood occurrence, reanalysis of maximum rainfall in Jakarta to sunspot index and interrelationship variability between to cosmic ray flux with cloud cover.

(5)

The simulation of cloud dynamics in DKI-JAKARTA on 2007 was based on the Weather Research and Forecast (WRF) model with Final Analysis (FNL) data which takes global data as model input. The validation of extreme rainfall simulation with spatial rainfall data from BMKG (The Agency of Meteorology, Climatology and Geophysics) resulted to the correlation coefficient of 0.7. The cloud simulation analysis indicated the growth of deep convective cloud in extreme rainfall. The simulation of wind vector and the vertical temperature change from WRF model output applied to Ground Based Generator (GBG) model input. The result shows that movement vector of seeding material concentration to

the based of cloud is 12.6 g/m3. As the validation of above result concentration

calculation of seeding material with WRF model where obtained the minimum

concentration is 150 g/m3 for the cloud to start growing.

(6)

DINAMIKA ATMOSFER CURAH HUJAN EKSTRIM DAN

EVALUASI AWAL TEKNOLOGI MODIFIKASI CUACA

SISTEM STATIS DI DKI JAKARTA

Oleh

Rahmat Gernowo

NIM 32404001

Institut Teknologi Bandung

Menyetujui Tim Pembibing Tanggal

Ketua

(Prof. Dr. Bayong Tjasyono H.K., DEA)

Anggota, Anggota

(7)
(8)

PEDOMAN PENGGUNAAN DISERTASI

Disertasi Doktor yang tidak dipublikasikan terdaftar dan tersedia di Perpustakaan Institut Teknologi Bandung, dan terbuka untuk umum dengan ketentuan bahwa hak cipta ada pada pengarang dengan mengikuti aturan HAKI yang berlaku di Institut Teknologi Bandung. Referensi kepustakaan diperkenankan dicatat, tetapi pengutipan atau peringkasan hanya dapat dilakukan seizin pengarang dan harus disertai dengan kebiasaan ilmiah untuk menyebutkan sumbernya.

Memperbanyak atau menerbitkan sebagian atau seluruh disertasi haruslah seizin Direktur Sekolah Pascasarjana, Institut Teknologi Bandung

(9)

UCAPAN TERIMA KASIH / KATA PENGANTAR

Penulis sangat berterima kasih pada Prof. Dr. Bayong Tjasyono H.K.,DEA sebagai ketua Tim Pembibing, atas segala saran, bimbingan dan nasehatnya selama penelitian berlangsung dan selama penulisan disertasi ini.

Penulis juga berterima kasih atas saran, kritik dan nasihat dari anggota Tim Pembibing Prof. Dr. The Houw Liong dan Dr. Tri Wahyu Hadi.

Penulis juga berterima kasih atas saran, kritik dan masukan dari anggota Tim Penguji Dr. Dadang K Miharja, Dr. Eddy Hermawan, Dr Armi Susandi dan Dr. Mutiara R. Putri.

Terimakasih kepada Prof. Dr. Fang Chungang dari Institute of Atmospheric Physics, Chinese Academi of Sciences, Beijing China yang telah membantu memahami program WRF untuk aplikasi penyemaian awan.

Terimakasih kepada rekan-rekan lab. WCPL: Nurjana T.J. dan I Dewa G. Junaedhi yang telah membantu penulis dalam meng-compile WRF.

Terima kasih disampaikan kepada F Heru W., MSI; Satyo N., MT dan Sunu T., MT dari UPTHB BPPT atas bantuan data dan diskusi-diskusi selama penelitian berlangsung.

Terima kasih disampaikan kepada Departemen Pendidikan Nasional atas bantuan Beasiswa Pendidikan Pascasarjana (BPPs) yang diterima selama pendidikan program doktor ini.

Bandung, 20 Mei 2009

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK………... .i

ABSTRACT………... iii

PENGESAHAN……….. v

PEDOMAN PENGGUNAAN DISERTASI………... vii

UCAPAN TERIMA KASIH………... viii

DAFTAR ISI………... ix

DAFTAR GAMBAR……….. xi

DAFTAR TABEL………... xv

DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG... xvi

Bab I Pendahuluan………...………... 1

I.1. Latar Belakang ... 1

I.2. Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian... 4

I.3. Tujuan Penelitian... 4

I.4. Asumsi... 5

I.5. Hipotesis... 5

I.6. Metodologi Penelitian... 5

I.7. Kegunaan... 5

I.8. Sistimatika Pembahasan... 6

Bab II Tinjauan Pustaka... 7

II.1. Karakteristik Banjir Jakarta... 7

II.2. Dinamika Awan Hujan... 8

II.3. Teknologi Modifikasi Cuaca... 12

II.4. Karakteristik Awan Semai... 16

II.5. Perkembangan Model Cuaca... 22

Bab III Metodologi... 30

(11)

III.2 Model Numerik... 33

III.3 Metoda Permodelan Penyemaian Awan... 35

III.4 Metoda Penelitian... 39

Bab IV Hasil Dan Pembahasan... 43

IV.1 Analisis Prekursor kejadian Curah Hujan Ekstrim…... 43

IV.2 Kajian Numerik... 70

Bab V Kesimpulan dan Saran... 89

V.1 Kesimpulan... 89

V.2 Saran dan Rekomendasi... 90

DAFTAR PUSTAKA... 91

(12)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar II.1 Populasi awan tropis penghasil hujan konveksi

dan hujan stratiform (Houze et al., 1981)……… 9

Gambar II.2 Proses penyemaian awan (Cloud Seeding),

sumber: Wheather Modification Association

(WMA), 1996……….. 13

Gambar II.3 Macam-macam metoda penyemaian awan

(Cloud Seeding Methods) antara lain Teknologi dinamik (mobile) sebagai teknologi aktif dan Teknologi GBG (Ground Based Generator ) sebagai teknologi pasif dalam modifikasi Cuaca, Sumber: Wheather Modification

Association (WMA), 1996……….. 14

Gambar II.4 Jenis-jenis awan berdasarkan karakteristik dan

ketinggian.

(sumber:Comet http://www.meted.ucar.edu)... 17

Gambar II.5 Ilustrasi awan dingin dan awan hangat

(sumber: http://rst.gsfc.nasa.gov)... 20

Gambar III.1 Diagram Alir Penelitian... 42

Gambar IV.1 Curah Hujan harian rata-rata 11 stasiun

pengamatan daerah DKI-Jakarta tanggal 21 Januari – 9 Februari Tahun 2002, 2003, 2004

dan 2007………. 43

Gambar IV.2 Histogram Curah Hujan harian rata-rata 11

stasiun pengamatan daerah DKI-Jakarta tahun

1988-2008... 44

Gambar IV.3 a Vektor angin (m/s) dan Precipitable Water

(kg/m2

46 ) Jakarta 29-1-2002 dan1-2-2007 ,12.00 UTC... b Vektor angin (m/s) dan Precipitable Water

(kg/m2

47 ) Jakarta 29-1-2005 dan 30-1 2006, 12.00 UTC……….

(13)

Gambar IV.4 Diagram Hovmoller anomali data OLR tahun 2002 dan 2007.

(Sumber: http://www.cpc.ncep.noaa.gov)... 49

Gambar IV.5 a MEI vs DMI Juli 1975/ 1976, Juli 1995/1996,

Juli 2001/2002 dan Juli 2006/2007 ( =

Januari, = Juli data awal tahun)... 51

b MEI vs DMI Juli 2002/2003, Juli 2003/2004, Juli 2004/2005 dan Juli 2005/2006 ( =

Januari, = Juli data awal tahun)... 52

c MEI, DMI vs curah hujan (CH) bulan Januari dan Juli tahun 1975-2007 DKI Jakarta (tanda =

...MEI, DMI CH tahun banjir Jakarta) 53

Gambar IV.6 Analisis spektra wavelet data curah hujan

pentad daerah Jakarta tahun 1990-2007... 53

Gambar IV.7 a Indeks Sunspot vs tahun banjir Jakarta (tanda

...) dan curah hujan maksimum hasil reanalisis

daerah Jakarta (tanda )... 55

b Sunspot mutlak vs tahun banjir Jakarta (tanda ...) dan curah hujan maksimum hasil reanalisis

daerah Jakarta (tanda )... 56

c Korelasi fluks sinar kosmik dengan data tutupan awan daerah Jakarta tahun 1980-1988 (sumber:

tutupan awan: BMKG)... 57

Gambar IV.8 a Pola perubahan IR1 Temperature 29 Januari

2002,... 59 b Pola perubahan IR1 Temperature 25 Januari

2007, pada 00 UTC DKI-Jakarta... 59

Gambar IV.9 Neraca air Daerah Jakarta Bulanan tahun 1989

-2007... 60

Gambar IV.10 a Indeks Konvektif data IR1 tanggal 28-29-30

Januari 2002... 62

b Indeks Konvektif data IR1 tanggal 31 Januari

dan 1-2-Februari 2007... 62

Gambar. IV 11 a Indeks Konvektif data IR1 tanggal 28-29-30

Januari 2002... 63

b Indeks Konvektif data IR1 tanggal 31 Januari

(14)

Gambar IV.12 Perbandingan Indeks Konvektif data OLR (Outgoing Longwave Radiation) Untuk periode banjir DKI Jakarta; a.) Tahun 2002 dan b).

Tahun 2007……….. 65

Gambar IV.13 Perbandingan Indeks Konvektif data OLR

(Outgoing Longwave Radiation) Untuk periode banjir DKI Jakarta ; a.Tahun 2002 dan b.Tahun 2007... 66

Gambar IV.14 Curah Hujan harian Bandung 1 Januari – 6

Februari 2002 dan 2007... 68

Gambar IV.15 a Downscaling daerah penelitian menjadi 3

domain………. 72

b Peta topografi daerah penelitian berdasarkan

hasil Terrain height(m)………... 72

Gambar IV.16 Peta Ground Based Generator, cross section

pada 1060.85!BT (Sumber: UPTHB BPPT)..…. 74

Gambar IV.17 a Validasi data FNL angin V (m/s) dan U (m/s)

serta Temperatur (K) dengan data Radiosonde

stasiun Cengkareng-Jakarta………. 76

b Validasi data FNL angin V (m/s) dan U (m/s) serta Temperatur (K) dengan data Radiosonde stasiun Cengkareng-Jakarta setelah dilakukan

pemfilteran……….. 76

Gambar IV.18 Validasi hasil simulasi model dengan data

pengukuran distribusi curah hujan spasial wilayah Jabodetabek 1 Februari2007 (sumber: Sasmito, 2007)... 79

Gambar IV.19 Simulasi 3 jam-an 03.00 – 18.00 UTC awan

hujan horizontal (kg/kg) data tanggal 1 Februari 2007 Pola pertumbuhan awan konvektif terlihat dalam simulasi mulai 03.00 UTC terjadi diatas DKI-Jakarta dan sekitarnya hingga waktu

18.00UTC………... 80

Gambar IV.20 Simulasi 3 jam-an 03.00 – 20.00 UTC awan

(15)

Gambar IV.21 Validasi hasil model WRF dengan data Radiosonde stasiun Cengkareng–Jakarta untuk pengukuran angin V dan U (m/s), kelembapan relatif (RH %) dan Temperatur (K)……….

83

Gambar IV.22 Simulasi penyemaian awan dengan model

difusi, data tanggal 1 Februari 2007……… 85

Gambar IV.23 Perbandingan pola pertumbuhan awan (kg/kg):

a) sebelum dan b) sesudah di semai... 87

Gambar IV.24 Pola curah hujan sebelum dan sesudah

dilakukan pembakaran GBG tanggal 2-10

(16)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel III.1.Ringkasan Tinjauan Pustaka...26

Tabel IV.1.Hasil statistik perbandingan data FNL dan data radiosonde

Cengkareng Jakarta...77

Tabel IV.2.Hasil statistik perbandingan hasil model WRF dan data radiosonde

(17)

DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG

Halaman

ANFIS = Adaptive Neuro Fuzzy Inference System 94

AMIP = Atmospheric Model Intercomparison Project 25

AVN = Aviation Model Forcast 23

BT = Bujur Timur 4

BPPT = Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi 6

BMI = Benua Maritim Indonesia 2

BMKG = Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika 32

Cb = Cumulonimbus 2

CCL = Convective Condensation Level 11

CSIRO = Commonwealth Scientific and Industrial Research Organization 23

DKI = Daerah Khusus Ibu Kota 1

DARLAM = Division of Atmospheric Research Limited Area Model 23

DAS = Daerah Aliran Sungai 73

DMI = Dipole Mode Index 30

DMSP = Defense Meteorological Sattelite Program 56

ENSO = El Nino-Southern Oscillation 30

EM = Eruption Maksimum 56

FNL = Final Analysis 30

GBG = Ground Based Generator 14

GSE = Ground Support Equipment 15

GCM = Global Climate Model 23

GN = Giant Nuclei 21

GMS = Geostationary Meteorological Satellite 30

GOES = Geostationary Operational Environmental Satellite 30

GrADS = Grids Analysis and Display System 34

GRIB 1 = Gridd Binary version 1 22

GPI = GOES Precipitation Index 67

(18)

HIRLAM = High Resolution Limited Area Modeling 23

ITCZ = Inter-Tropical Convergence Zone 7

ISCCP-C2 = International Sattelite Cloud Climate Project Version C2 36

IOD = Indian Ocean Dipole 8

LU = Lintang Utara 4

LS = Lintang Selatan 4

LAPAN = Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional 25

MCS = Mesoscale Convective System 19

MEI = Multivariat ENSO Index 30

MRF = Medium Range Forecast 23

MM5 = Mesoscale Model Version 5 23

MJO = Madden-Julian Oscillation 32

MTSAT = Multi-Functional Transport Satellite 30

NCEP = National Centers for Environmental Prediction 23

NCAR = National Center for Atmospheric Research 23

OLR = Outgoing Long wave Radiation 30

PGM = Portable Gray Map 33

PSU = Pennsylvania State University 70

PV = Potential Vorticity 45

QBO = Quasi Biennial Oscillation 58

RUC = Rapid Update Cycle 23

SM = Sunspot Minimum 56

TMC = Teknologi Modifikasi Cuaca 3

TMA = Tinggi Muka Air 13

TRMM = Tropical Rainfall Measuring Mission 97

UGN = Ultra Giant Nuclei 22

UPTHB = Unit Pelayanan Teknologi Hujan Buatan 35

UTC = Universal Time Coordinated 46

WRF = Weather Research and Forecast 4

WMA = Weather Modification Association 13

WPS = WRF Pre-Processing System 34

(19)

WSM6 = WRF Single-Moment 6-class 35

LAMBANG AgI = Perak Iodida 16

CO2 = Carbon dioksida 24

C = Konsentrasi 36

Ic = Indeks Konveksi 36

Kx,y,z =:Koefisien difusi 36

Ri(x,y,z,t) = Laju reaksi kimia 36

RH = Kelembapan relatif (Relatif Humidity) 68

S i Q (x,y,z,t) = Kekuatan emisi 36

SST = Sea Surface Temperature 30

T = Temperatur 76

Tbb = Temperature black body 76

U = Vektor angin komponen horizontal arah x 76

V = Vektor angin komponen horizontal arah y 76

x,y,z ’ = Operator del 36

=:Vektor kecepatan angin arah x,y dan z 36

x = Koordinat horisontal x 36

y = Koordinat horisontal y 36

z = Koordinat vertikal z 36

Referensi

Dokumen terkait

Pengujian benih di Laboratorium, 2) Sertifikasi benih. Pengawasan Hilir dengan kegiatan: pengawasan pemasaran benih bersertifkat yang beredar di pasaran. Untuk menjawab

Peneilitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif.. Copyright ©2018 Ilmu Keolahragaan, Universitas PGRI Madiun. Variabel penelitian dalam penelitian ini

Saya akan memberitahu Anda tentang berbagai jenis posting dengan contoh, dan Anda juga akan belajar cara membuat posting yang menarik dan kreatif untuk jejaring sosial (untuk

Monitoring dan evaluasi dilaksanakan dengan memantau seluruh kegiatan pelayanan kefarmasian mulai dari pelayanan resep sampai kepada pelayanan informasi obat kepada pasien

saran Bagi Orang tua diharapkan bagi orang tua untuk memberikan stimulasi pendidikan anak usia dini berupa play group supaya tingkat kemandirian anak berkembang

Uang tersebut akan dibagi dengan perbandingan , dimana juara pertama mendapatkan bagian yang lebih besar dan bagian yang lebih kecil dibagi lagi dengan

Meminta peserta didik untuk mengurutkan bilangan yang terdapat pada kartu bilangan mulai dari yang terkecil sampai yang terbesar dan dituliskan pada Lembar Kerja Peserta Didik

Perlakuan konsentrasi inokulum kulit pisang 0,3% menunjukkan nilai kesukaan aroma yang lebih tinggi dibandingakan perlakuan KP 0,1%; 0,2%; dan 0,4% karena konsentrasi 0,3%