1
PENGARUH PERENDAMAN MENGGUNAKAN EKTRAK DAUN SIRIH DAN DAUN JAMBU BIJI TERHADAP DAYA TETAS DAN
KELANGSUNGAN HIDUP LARVA IKAN MAS KOI (Cyprinus carpio, L)
Afdila Wahyudi, Usman Bulanin, Elfrida
Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Bung Hatta Email : olbrenk_yudhi@yahoo.co.id
Abstract
This research. aims to determine the time of submersion of eggs, the betel leaf and the leaf extract of guava, against the hatchability of eggs and larva survival koi carp. (cprynus carpio L) this research carried on 28 september-26 oktober 2015 in an integrated laboratory university bunghatta.the method used in this research experiment method. research design that used in this research is completely randomized design . treatmente of A (control/without submersion) B(submersions with guava leave) C(submersion with betel leaf) and D( merger submersion betel leaf and guava leave). research shows that hatching eggs by submersions guava leave xtract significantly different and betel leaf, the level of hatching eggs were the highest in treatment B with a percentage of (91%).while that lowest in treatment A with a percentage of (64.16%). of the average survivalof larva carp koi shows significantly different in treatment C showed the average survival the highest (69.34%). and the lowes at treatment D (46.55%). thr highest growth the treatment of C (0.030gr). and the lowest in treatment B (0.023gr). while the highest absolute persentase long growht in treatment C (6.76 mm). and the lowest in treatment B (6.56 mm).
Key Word : Koi Carp, Betel leaf , Guava leave , Surviuval and Growth Pendahuluan
Ikan mas koi merupakan ikan yang sangat digemari dikalangan
pecinta keindahan, disamping
mempunyai nilai jual yang tinggi ikan mas Koi juga dapat memuaskan hati para pengagum Keindahan ikan Mas Koi yang mempunyai beragam warna dan jenisnya. Salah satu penyakit yang sering menyerang ikan maupun telur
ikan adalah penyakit
Saprolegniasis yang disebabkan oleh jamur Saprolegnia. Infeksi jamur ini dapat dipicu oleh beberapa faktor, salah satunya yaitu karena kapadatan telur ikan yang tinggi. Daun Jambu biji (Psidium guajava. L) merupakan tumbuhan obat yang cukup ampuh untuk mengatasi berbagai penyakit.
2
(Depkes, 1989). Efektifitas daun biji dalam pencegahan penyakit Saprolegniasis didasarkan pada kemampuan tanin sabagai zat anti jamur. Menurut Noga (1996), 0,15 gr tanin/liter air efektif untuk mencegah serangan jamur pada telur ikan mas koi (Cyprinus carpio, L.).
Daun sirih (Piper battle. L) merupakan tumbuhan yang digunakan sebagai antimikroba alami dalam proses pembersihan telur tetas. Hasil uji fitokimia ekstrak etanol daun sirih adalah bahan alami yang mengandung senyawa alkaloid, flavonoid, tanin dan minyak atsiri. Alkoloid berperan sebagai pelin-dung dari serangan infeksi mikroba patogen (Hoque et al., 2011). Flavonoid dapat berperan secara langsung sebagai antibiotik dengan mengganggu fungsi dari mikroorganisme seperti bakteri atau virus.
Mekanisme antibakteri tanin antara lain dapat menghambat enzim ekstraselular mikroba dan mengambil alih substrat yang dibutuhkan pada pertumbuhan mikroba, sedangkan minyak atsiri dari daun sirih mengandung 30% fenol yang dapat membunuh mikroorganisme dengan
cara mendenaturasi protein sel (Nurwantoro dkk, 2004).
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh perendaman dengan ekstrak daun jambu biji dan daun sirih terhadap daya tetas daya telur ikan Mas Koi (Cyprinus carpio, L).
hidup Larva ikan Mas Koi (Cyprinus carpio, L).
METODOLOGI
Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan September – Oktober 2015 di Laboratorium Terpadu Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Bung Hatta.
Materi Penelitian Wadah
Wadah yang digunakan dalam penelitian adalah akuarium sebanyak 12 unit dengan ukuran 40x20x20 cm dengan ketinggian air 15 cm yang bervolume 12 liter
Telur yang di Uji
Telur yang digunakan 2400 butir dan masing masing wadah digunakan 200 butir penetasan yang diperoleh dari hasil pemijahan induk Ikan Mas Koi di Laboratorium
3
Terpadu Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Bung Hatta.
Metoda Penelitian
Perlakuan dan Rancangan
Metoda yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Eksperimen dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 4 perlakuan dan 3 ulangan, yang mengacu pada rumus Steel dan Torrie (1989)
Yij = µ + σi + Σij Keterangan:
Yij = Nilai pengamatan dari
perlakuan perbedaan ke-I dan ulangan ke-j
µ = Nilai tengah pengamatan (rata-rata)
σi = Efek perlakuan ke-i
Σij = Pengaruh perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
Adapun perlakuan yang akan diuji pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
A : Tanpa perendaman (kontrol) B : Perendaman telur dengan daun
jambu biji
C: Perendaman telur dengan daun sirih
D : perendaman telur dengan daun sirih + daun jambu bij.
Peubah Yang Diamati Derajat Penetasan Telur
Menurut Effendi, (1997) derajat penetasan telur dihitung dangan menggunakan rumus :
Jml. Telur yg Dihasilkan Der. Penetasan Telur = --- ---- X 100
Jml Terlur yg Terbuahi Telur di hitung setelah 48 jam waktu penetasan
Kelangsungan Hidup
Kelangsungan hidup benih ikan dapat dihitung menggunakan rumus (Effendie, 1997) :
SR
=
NtNo x 100 %
Keterangan :
SR = Laju sintasan benih ikan (%). Nt = Jumlah ikan yang hidup sampai
akhir penelitian.
No = Jumlah ikan yang hidup awal penelitian.
Pertumbuhan Berat Mutlak
Menurut Effendi (1997)
pertambahan bobot ikan dapat di hitung dengan menggunakan :
𝐖 = 𝐖𝐭 − 𝐖𝐨 Keterangan :
W = Pertumbuhan Berat
Wt = Berat Akhir Penelitian (gr) Wo = Berat Awal Penelitian (gr)
4
Pertumbuhan Panjang Mutlak Menurut Effendie (1997) laju pertumbuhan panjang mutlak dapat dihitung dengan rumus :
Lm = Lt – Lo Keterangan :
Lm = Laju pertumbuhan mutlak (mm) Lt = Pertumbuhan panjang mutlak /
hari (mm)
Lo = Panjang awal (ekor)
Pengukuran Kualitas Air
Selama penelitian pengukuran kualitas air dilakukan 2 kali yaitu pada awal dan akhir penelitian dengan parameter suhu, pH dan DO.
Analisa Data
Semua data yang diperoleh dari hasil penelitian terlebih dahulu dilakukan uji homogenitas. Apabila data homogen selanjutnya dianalisa
dengan uji F(anava). Jika F hitung <F tabel 95%, dan kelansungan hidup berarti tidak ada pengaruh ekstrak daun jambu biji terhadap derajat penetasan telur ikan mas koi, H0 diterima dan Hi ditolak. Jika F hitung > F tabel 95%, berarti ada pengaruh ekstrak daun jambu biji terhadap derajat penetasan telur ikan mas koi, H0 ditolak dan Hi diterima. Untuk melihat perbedaan antar perlakuan dilakukan uji lanjut Duncan (DMRT).
HASIL DAN PEMBAHASAN Derajat Penetasan Telur
Data hasil penghitungan tetas
telur ikan mas koi dengan
menggunakan ekstrak daun sirih dan jambu biji dari masing-masing perlakuan dan ulangan dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Daya tetas telur ikan mas koi dengan menggunakan ekstrak daun jambu biji, daun sirih
Perlakuan Ulangan Telur Menetas Derajat Penetasan Telur (%) A 1 200 117 64.16±5.50a 2 200 139 3 200 129 B 1 200 166 91.00±7.00b 2 200 192 3 200 188 C 1 200 163 80.16±1.25c
5 2 200 158 3 200 160 D 1 200 158 85.00±5.29cb 2 200 174 3 200 178
Keterangan : huruf superscrip yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (P>0,05)
Berdasarkan hasil pengamatan memperlihatkan bahwa daya tetas telur ikan mas koi yang tertinggi terjadi pada perlakuan B dengan daya tetas 91.00±7.00(91%), kemudian diikuti pada perlakuan D dengan daya tetas 85.00±5.29 (85%), pada perlakuan C memiliki derajat
penetasan dengan rataan
80.16±1.25(80.16%), dan yang paling terendah pada perlakuan A yaitu dengan daya tetas 64.16±5.50 (64.16%).
Dalam pengamatan selama penelitian bahwa dalam perendaman
telur ikan mas koi dengan
menggunakan ektrak daun jambu biji
dan daun sirih memiliki daya tetas yang berbeda nyata yaitu pada perlakuan A berbeda nyata dengan perlakuan B, C dan D, sementara pada perlakuan C dan perlakuan D tidak berbeda nyata.
Dari hasil pengamatan yang dilakukan, derajat penetasan telur ikan mas koi dengan menggunakan ekstrak daun jambu biji dan sirih pada tiap perlakuan dengan hasil analisis
one way Anava bahwa derajat
penetasan telur ikan mas koi yang berbeda nyata, dimana F hitung > F tabel 95% yaitu 14,56 > 4,07 untuk melihat hasil derajat penetasan selama penelitian dapat dilihat pada gambar
berikut. :
Gambar 1. Bardiagram derajat penetasan telur
Keterangan :
Perlakuan A = Kontrol (tanpa perendaman ekstrak daun). Perlakuan B = Perendaman dengan ekstrak daun jambu biji. Perlakuan C = Perendaman dengan ekstrak daun sirih.
Perlakuan D = Perendaman dengan ekstrak daun jambu biji dan sirih. 0 100 A B C D D e rajat Pen e tasan Tel u r (% ) Perlakuan 91 80.16 85 64.16
6
Dari hasil gambar 1. dapat dilihat dengan jelas bahwa derajat penetasan yang tertinggi terdapat pada perlakuan B dengan perendaman telur menggunakan ekstrak daun jambu biji dengan nilai rata-rata 91%, kemudian pada perlakuan D dengan perendaman ektrak daun jambu biji dan daun sirih dengan nilai rata-rata 85% dan diikuti pada perlakuan C dengan perendaman ekstrak daun sirih dengan nilai rata-rata 8016% dan yang terendah pada perlakuan A dengan nilai rata-rata
yaitu 64,16% dengan tanpa
perendaman ekstrak daun jambu biji dan daun sirih, dimana masing masing
perlakuan dan ulangan yang
menggunakan ekstrak daun jambu biji dan daun sirih dilakukan perendaman selam 10 menit.
Menurut Kamath et al.,(2008), daun jambu biji memiliki fungsi sebagai efek farmakologis anti inflamasi analgesik, antimutagenik, dan antidiare. Dari hasil penelitian daun jambu biji sebagai anti jamur yang memiliki kandungan seperti senyawa flavonoid, fenolat yang dapat mengantisipasi timbulnya benang- benang halus (hypa) pada telur yang terkena jamur seperti Saprolegnia,sp.
Hasil pengamatan telur
dengan menggunakan mikroskop
digital dapat dilihat telur yang mati akibat jamur Saprolegnia sp. dan telur yang tidak terkena oleh jamur Saprolegnia sp. Telur yang terkena oleh jamur akan terlihat memutih dan menjadi berubah seperti warna kecoklatan, untuk dapat melihat telur yang terkena jamur Saprolegnia sp. Dapat dilihat pada gambar 2. berikut:
bbb
Gambar 2. (a)Telur yang tidak terkena jamur dan (b) yang terkena jamur
Jamur Saprolegnia sp.
berbentuk benang menyerupai kapas yang berwarna putih sampai kelabu dan coklat. (hypa) Saprolegnia sp. berkoloni pada telur yang telah mati, menghasilkan miselia kusut yang berlebih sehingga mengakibatkan matinya telur hidup yang berada disekitar telur mati tersebut Almufrodi (2012).
Hal ini dapat disimpulkan bahwa telur yang terserang jamur
Saprolegnia sp. dapat dihindari
dengan pemakaian senyawa kimia seperti tannin yang dapat mengerutkan dinding sel, sehingga pertumbuhan pada jamur terlambat bahkan mati.
7
Menurut Effendi (1997) serangan jamur dapat melemahkan chorion
sehingga chorion kehilangan
kekuatannya. lalu menjadi berkerut karana jamur yang menempel pada chorion berkecamah dan hypa akan
memenbus untuk mengambil zat zat makanan didalamnya.
Kelangsungan hidup
Data hasil penghitungan tingkat kelangsungan larva ikan mas koi dari masing-masing perlakuan dan ulangan dapat dilihat pada tabel 2 Tabel 2. Rata-rata tingkat kelangsungan hidup larva ikan mas koi dengan
menggunakan ekstrak jambu biji dan daun sirih
Perlakuan Ulangan Awal Akhir Kelangsungan Hidup(%)
A 1 117 78 63.05±3.48ᵃ 2 139 83 3 129 81 B 1 166 84 51.59±1.34ᵇ 2 192 102 3 188 96 C 1 163 93 69.34±11.34ᵃᶜ 2 158 125 3 160 115 D 1 158 75 46.55±7.38ᵇ 2 174 93 3 178 69
Keterangan : huruf superscrip yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (P>0,05)
Berdasarkan tabel hasil pengamatan memperlihatkan bahwa tingkat kelangsungan hidup ikan mas koi selama penelitian yang tertinggi terjadi pada perlakuan C dengan
tingkat kelangsungan hidup
69.34±11.34 (69.34%), kemudian diikuti pada perlakuan A dengan nilai rata-rata 63.05±3.48 (63.05%), pada
perlakuan B memiliki dengan rataan 51.59±1.34 (51.59%), dan yang paling terendah pada perlakuan D yaitu dengan tingkat kelangsungan hidup
46.55±7.38 (46.55%). Dalam
pengamatan selama penelitian bahwa tingkat kelangsungan hidup larva ikan mas koi berbeda nyata dimana pada perlakuan A berbeda nyata pada
8
perlakuan D, serta perlakuan A pada perlakuan B dan C tidak berbeda nyata.
Dari pengamatan yang
dilakukan terlihat bahwa tingkat kelangsungan hidup ikan mas koi dengan menggunakan ekstrak daun
jambu biji dan sirih pada tiap perlakuan dengan hasil analisis one way Anava, dimana F hitung > F tabel 95% yaitu 6.686 > 4,07 untuk melihat tingkat kelangsungan hidup larva ikan mas koi selama penelitian dapat dilihat pada gambar 3. berikut :
Gambar 3. Bardiagram Tingkat Kelangsungan Hidup
Keterangan :
Perlakuan A = Kontrol (tanpa perendaman ekstrak daun). Perlakuan B = Perendaman dengan ekstrak daun jambu biji. Perlakuan C = Perendaman dengan ekstrak daun sirih.
Perlakuan D = Perendaman dengan ekstrak daun jambu biji dan sirih.
Dari hasil gambar dapat dilihat
dengan jelas bahwa tingkat
kelangsungan hidup larva ikan mas koi terdapat pada perlakuan C dengan rataan 69,34%, kemudian pada perlakuan A dengan rataan 63.05% dan diikuti pada perlakuan B dengan rata-rata 51.59% dan yang terendah pada perlakuan D dengan rata-rata 46.55%.dari penelitian ini perlakuan C. Daun sirih sangat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup larva mas koi berbeda dengan daun jambu
biji yang lebih rendah dari pada daun sirih.
Dari pengamatan di atas tingkat kelasungngan hidup larva mas koi pada daun sirih lebih baik hal ini disebakan ada senyawa berupa terpenoid yang berpotensi sebagai antibakteri. Terpenoid berfungsi sebagai pemutus dinding dinding sel
sehingga dapat menyebabkan
kamatian pada bakteri, dan daun sirih juga dikenal sebagai antisepik yang didapat didalamnya yang membantu kekebalan pada larva mas koi.
0 50 100 A B C D K e lan su n gan Hi d u p % Perlakuan 63.05 51.59 69.39 46.55
9
Hal yang dapat diketahui bahwa daun sirih memiliki khasiat sebagai styptic, vulnerary, antioksidan, antiseptic. dan daun sirih mengandung senyawa berupa terpenoid yang merupakan senyawa yang berpotensi sebagai anti
bakteri daya tahan yang kuat Widiarto (1990).
Pertumbuhan Berat Mutlak
Pertumbuhan Larva ikan Mas Koi selama 15 hari dapat dilihat rata-rata pertumbuhan berat mutlak ikan uji pada tabel 3
Tabel 3. Rata-rata pertumbuhan berat mutlak (gr) larva ikan mas koi pada tiap-tiap perlakuan dan ulangan
Perlakuan Pertumbuhan Berat Mutlak (gr)
A 0.026±0.015a B 0.023±0.015b C D 0.030±0.021c 0.024 ±0.025b
Keterangan : huruf superscrip yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (P>0,05)
Berdasarkan tabel hasil analisis One way Anava bahwa Berat Mutlak ikan yang berbeda nyata , dimana F hitung > F tabel 95% yaitu 8,138 > 4,07 memperlihatkan bahwa berat mutlak larva ikan mas koi yang berbeda nyata, Selama penelitian untuk pertumbuhan berat mutlak larva ikan mas koi yang tertinggi terjadi pada perlakuan A dan B dengan berat rata-rata pada perlakuan C yaitu 0.030±0.021(0,030gr), kemudian
diikuti pada perlakuan A dengan berat rata-rata 0.026±0.015 (0,026gr), pada perlakuan B memiliki dengan rataan 0.024±0.025 (0,024gr), dan yang paling terendah pada perlakuan B yaitu dengan rataan 0.023 ±0.15 (0,023 gr). Untuk dapat melihat pertumbuhan berat mutlak larva mas koi pada tiap-tiap perlakuan dan ulangan dapat dilihat pada gambar 4. berikut :
10
Gambar 4. Bardiagram pertumbuhan berat mutlak
Keterangan :
Perlakuan A = kontrol (tanpa perendaman ekstrak)
Perlakuan B = perendaman dengan ekstrak daun jambu biji Perlakuan C = perendaman dengan ekstrak daun sirih
Perlakuan D = perendaman dengan ekstrak daun jambu biji,daun sirih
Dimana dari hasil diagram di atas menunjukan perlakuan C tertinggi (0.30 gr) diikuti perlakuan A (0.25g)dan perlakuan D (0.24 gr) terendah perlakuan B (0.23gr)
Hal yang didapat dari
perrlakuan daun sirih bahwa dalam daun sirih memiliki senyawa tannin, terpenoid yang berfungsi sebagai antiseptic dan antibakteri yang mampu
menghambat aktivitas bakteri
negative. ), pertumbuhan merupakan parameter yang penting,dimana laju pertumbuhan dipengaruhi oleh factor internal dan eksternal.
Faktor internal meliputi keturunan umur dan ketahanan terhadap penyakit, sedangkan faktor eksternal antara lain adalah suhu perairan,oksigen terlarut,factor kimia
ukuran ikan pada awal dan akhir penelitian dan mutu yang diberikan Asmawi. (1983).
Pertumbuhan Panjang Multak Dari hasil penelitian yang dilakukan pada pemeliharaan larva ikan mas koi selama 15 hari terhadap pertumbuhan panjang mutlak yang berbeda dapat dilihat pada tabel 4. Berdasarkan tabel hasil analisis One way Anava bahwa Panjang Mutlak larva ikan mas koi tidak berbeda nyata, dimana F hitung < F tabel dalam taraf kepercayaan 95% yaitu 2,058 < 4,07 memperlihatkan bahwa panjang mutlak ikan mas koi yang tidak berbeda nyata Dari tabel
dibawah dapat dilihat bahwa
pertumbuhan panjang mutlak larva ikan mas koi yang dipelihara antara
0 0,5 A B C D 0.25 0.23 0.30 0.24 PERLAKUAN Per tum bu ha n B o bo t Mu tl ak (g r)
11
perlakuan A, B, C dan D
memperlihatkan tidak berbeda nyata, namun memiliki pertumbuhan panjang mutlak yang tertinggi yakni perlakuan C dengan nilai (6.76 ± 0.46) diikuti oleh perlakuan A dengan nilai rataan
6.68 ± 0.20, kemudian diikuti pada perakuan D dengan rata-rata 6.66 ± 1.658, serta pertumbuhan terendah terdapat pada perlakuan B dengan nilai 6.56 ± 1.102.
Tabel 4. Rata-rata pertumbuhan panjang mutlak larva (mm) ikan mas koi pada tiap-tiap perlakuan dan ulangan.
Perlakuan Ulangan Akhir Awal Pertumbuhan Panjang Mutlak (mm)
A 1 9.02 4 6.68±0.020ᵃ 2 9.04 4 3 9.03 4 B 1 9.14 4 6.56±1.102ᵃ 2 9.22 4 3 9.43 4 C 1 9.55 4 6.76±0.046ᵃ 2 9.55 4 3 9.61 4 D 1 9.65 4 6.66±1.658ᵃ 2 9.52 4 3 9.41 4
Keterangan : huruf superscrip yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (P>0,05)
Selama penelitian pemberian makanan larva ikan mas koi diberikan dengan pakan alami yang sama dalam waktu 15 hari. 3 hari setelah penetasan larva ikan mas koi diberikan makan alami yaitu kuning telur. setelah pemberian pakan kuning telur selama
3-4 hari maka diganti dengan makan alami yang lain yaitu berupa Artemia sp. sampai 15 hari.Untuk lebih jelas gambaran data pertumbuhan panjang mutlak larva ikan mas koi selama penelitian dapat dilihat dalam bentuk bardiagram seperti dibawah ini.
12
Gambar 5. Bardiagram pertumbuhan panjang mutlak
Keterangan :
Perlakuan A = kontrol (tanpa perendaman ekstrak)
Perlakuan B = perendaman dengan ekstrak daun jambu biji Perlakuan C = perendaman dengan ekstrak daun sirih
Perlakuan D = perendaman dengan esktak daun jambu biji,daun sirih
Dari hasil gambar 5. dapat dilihat dengan jelas bahwa tingkat pertumbuhan panjang mutlak selama penelitian ikan mas koi terdapat pada perlakuan C dengan rataan 6.76mm, kemudian pada perlakuan A dengan rataan 6.68mm dan diikuti pada perlakuan D dengan rata-rata 6.66mm dan yang terendah pada perlakuan B dengan rata-rata 6.56mm
Pada pengamatan pertambahan
panjang mutlak dapat dilihat dari diagram di atas bahwa perlakuan C memiliki nilai rataan tertinggi dibandingkan dengan perlakuan yang lain, jadi dapat dilihat bahwa perlakuan C daun sirih lebih baik dari daun jambu biji karena hal ini disebabkan karena daun sirih memiliki senyawa yang berfungsi sebagai antiseptic yang mampu menghambat
bakteri negative yang dapat merusak pertumbuhan pada larva karna larva ikan mas lebih rentan terhadap jamur dan bakteri sehingga daun sirih dapat berfungsi mengahambat bakteri negative pada kelansungan larva ikan mas koi.
Amri dan Khairuman (2002), menyatakan bahwa dua sampai tiga hari telur akan menetas dan tumbuh menjadi larva dengan ukuran berkisar antara 0,5 - 0,6 mm dengan bobot antara18 - 20 mg. larva kemudian berubah menjadi kebul (larva stadia akhir) dalam waktu 4-5 hari, setelah 2-3 minggu kebul akan menjadi burayak (stadia benih) yang mempunyai ukuran panjang1-3 cm dan bobot 0,1-0,5 gram 0 1 2 3 4 5 6 7 A B C D P e rtum b u h an P an ja n g M u tl ak (m m ) Perlakuan
13
Kualitas Air
Pengamatan parameter kualitas air media pemeliharaan ikan uji dilakukan 2 kali selama penelitian,
yaitu kualitas air awal penelitian dan akhir Penelitian. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 6 sebagai berikut .
Tabel 5. Rata-rata parameter kualitas air media pemeliharaan larva ikan mas koi
Parameter
Awal Penelitian Akhir Penelitian BAKU MUTU
Kelas II PP. RI No. 82 tahun 2001 A B C D A B C D Suhu (0C) 28,9 28 28 28 28 28,9 28 28,9 28-32 Ph 7,2 7 7 7,2 7 7 7,2 7,2 6-9 DO (ppm) 5 5,5 5,5 5,5 5,5 5,5 5,5 5,5 4
Dari hasil penelitian Parameter kualitas air selama penelitian untuk tiap-tiap perlakuan yang diukur pada awal dan akhir penelitian adalah suhu berkisar antara 28-28,9ºC sesuai yang dinyatakan Derajat keasaman (pH) selama penelitian berkisar antara 7-7,2 pada setiap perlakuan dan ulangan Kandungan DO oksigen terlarut selama penelitian adalah berkisar 5-5,5 ppm/l,
Kesimpulan
Dosis optimum larutan ekstrak jambu biji, daun sirih yang digunakan sebagai bahan untuk meningkatkan daya tetas telur ikan adalah 5gr/l air dalam waktu perendaman 10 menit. Daya tetas telur ikan mas koi yang paling tinggi adalah perendaman
dengan daun jambu (B) biji diikuti dengan perendaman jambu biji+sirih (D) dan daun sirih (C) serta yang terendah tanpa perendaman (A) yang mana daya tetas telurnya rata-rata sebesar B 91%, D 85%, C80%, A 64.16%.
Untuk tingkat kelangsungan hidup larva ikas mas koi yang paling tinggi adalah perendaman dengan daun sirih (C) diikuti tanpa perendaman (A) dan perendaman jambu biji (B) serta yang paling terendah jambu biji+sirih (D) yang mana untuk tingkat kelansungan hidup rata-rata sebesar C 69.34%, A 63.05%, B 51.59%, D 46.55%.
Pada tingkat pertumbuhan berat mutlak larva mas koi yang paling tinggi adalah perendaman dengan daun sirih (C) diikuti tanpa
14
perendaman (A) dan perendaman jambu biji (B) serta yang paling terendah jambu biji+sirih (D) yang mana untuk tingkat pertumbuhan berat mutlak rata-rata sebesar C 0.030gr, A
0.026gr, D 0.24gr, B 0.023gr
.
Pada pertumbuhan panjang mutlak larva mas koi yang paling tinggi adalah perendaman dengan daun sirih (C) diikuti tanpa perendaman (A) dan jambu biji+sirih (D) yang paling terendah jambu biji (B) yang mana tingkat panjang mutlak rata-rata sebesar C 6.76mm, A 6.68mm, D 6.66mm, B 6.56mm
DAFTAR PUSTAKA
Almufrodi, A, 2012. “Efektifitas Lama Perendaman Telur Ikan Lele Sangkuriang Dalam Ekstrak Daun Jambu Biji (Psidium guajava L) Terhadap Serangan Jamur Saprolegnia sp” Jurnal FPIK, Universitas Pajajaran, Bandung
Amri, K dan Khairuman.
2002. Menanggulangi Penyakit
Pada Ikan Mas KoiJakarta.
Asmawi. S. 1983. Pemeliharaan Ikan Dalam Keramba. Penerbit PT. Gramedia. Jakarta.
Dep.Kesehatan.1989. Vademakum
Bahan Obat Alami. Dirjen POM.
Effendie. M. I. 1997. Metode Biologi Perikanan. PenerbitDwi Sri Bogor.
Hoque, M. M., Rattila, S., Shishir, A. M., Bari, M. L., Inatsu, Y. and
Kawamoto, S. 2011.
Antibacteri-al activity of ethanol extract of Betle Leaf (Piper betle L.) against some food borne pathogens. Bangladesh
Kamath. J. V. Rahul. N. Kumar. C.K.A. and Lakshmi. S. M. 2008. Psidium guajava L: a
review, Int. J. Green
Pharmacy, 2(1),
Noga. E.J. 1996. Fish Disease Diagnosis and Treatment. Mosby-Year Book, Inc. St. Louis, MO.
Nurwantoro, Y. B., dan Resmisari. 2004. Pengaruh perendaman jus daun sirih (Piper betle L.) terha-dap jumlah bakteri pada telur itik. Journal Indonesia Tropic Animal Agriculture. 3 (1): 156-160.
Steel. R.G.D. and Torrie J.H. 1989.
Prinsip dan prosedur
statistic.PT.Gramedia, Jakata
Widiarto. H. 1990. Pengaruh Minyak Atsiri Daun Sirih (Piper Betle L) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Escherichia coli Dan
Staphylococcus Aureus.