Pemeriksaan Fisik
- Thorax
- Paru-paru
- Jantung
Oleh : Dr.H.Taufik Kresno.D.SpPD.SH Internis
PEMERIKSAAN FISIK DAN
DIAGNOSTIK SISTEM PERNAFASAN
Disertai riwayat keperawatan
Dalam rongga dada terdapat paru dan jantung.
Untuk menentukan letak kelainan didinding dan didalm rongga dada,orientasi yg diperlukan ad : A.Dinding Depan :
- Clavicula,fossa supra/infra clavicula. - Iga dan sela iga.
- Sternum.
Beberapa garis vertikal :
- Garis mid sternum : garis lalui tengah sternum.
- Garis Sternum : garis lalui perlekatan iga-iga dgn sternum.
- Garis parasternum:garis vertikal lalui pertemuan rawan iga dan tulang,kira-kira pertengahan
antara garis midclavicula dgn garis sternum. - Garis midclavicula:garis vertikal lalui tengah –
tengah clavicula biasanya mengenai mammae.
- Garis axilla anterior dan posterior :garis vertikal yg masing2 lalui lipatan vertikal belakang dan depan
Dada Belakang :
- Linea scapularis. - Linea vertebralis.
- Proc spinosus vertebra.
- CV II/Th I :menonjol bila kepala menunduk. - Th.VIII :tepi bawah paru,pada inspeksi
PARU
Pemeriksaan fisik paru berdasarkan : = Adanya udara dalam paru.
= Terjadinya aliran udara dalam saluran nafas dan alveoli.
= Terdapatnya saluran-saluran pernafasan yang terbuka.
Kajian fungsi kardiopulmonar
Fungsi kardiopulmonal normal , dan
fungsi kardiopulmonal saat ini, kerusakan fungsi sirkulasi dan fungsi pernapasan
pada masa yang lalu
Pemeriksaan fisik status kardiopulmonal klien, termasuk inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi.
Pengkajian fungsi kardiopulmonar
Peninjauan kembali hasil
pemeriksaan laboratorium dan hasil pemeriksaan diagnostik, termasuk hitung darah lengkap, EKG, dan
pemeriksaan fungsi pulmonar,
sputum, dan oksigenasi, seperti arteri gas darah (AGD) atau oksimetri nadi.
RIWAYAT PENYAKIT
Riwayat penyakit harus berfokus pada kemampuan klien dalam memenuhi
kebutuhan oksigen, untuk mengkaji fungsi paru meliputi nyeri dan
karakteristik nyeri, dispnea. keletihan. sirkulasi perifer, faktor risiko penyakit paru dan jantung, dan adanya
kondisi-kondisi jantung dan paru pada masa yang lalu dan kondisi-kondisi yang menyertai.
Riwayat tentang fungsi paru liputi pengkajian adanya batuk, sesak napas, mengi, nyeri, pemaparan lingkungan, frekuensi infeksi saluran pernapasan, faktor risiko
pulmonar, masalah pernapasan yang lalu, penggunaan obat-obatan saat ini, dan
Riwayat penyakit harus juga berisi informasi
tentang frekuensi dan durasi infeksi saluran pernapasan. Walaupun setiap orang kadang kala mengalami flu, untuk beberapa orang, flu dapat mengakibatkan bronkhitis dan
pneumonia. Tetapkan apakah klien pernah mendapatkan vaksin flu atau vaksin
pneumococcus di masa lalu.
Tanyakan tentang riwayat tuberculosis dan
Tetapkan risiko klien untuk terjangkit infeksi HIV. Klien yang memiliki
riwayat menggunakan obat-obatan intravena, berganti-ganti pasangan seksual tanpa menggunakan
pelindung, atau menjalani gaya hidup homoseksual berisiko terjangkit
infeksi HIV. Klien mungkin tidak memperlihatkan gejala infeksi HIV sampai terjadi infeksi Pneumocystis carinii (PCP) atau infeksi
Keletihan.
Keletihan merupakan sensasi subjektif, yaitu klien melaporkan bahwa ia
kehilangan daya tahan. Keletihan pada klien yang mengalami perubahan
kardiopulmonal seringkali merupakan tanda awal perburukan proses kronik yang mendasari perubahan
Dispnea
Dispnea merupakan tanda klinis hipoksia dan termanifestasi dengan sesak napas. Dispnea merupakan sensasi subjektif pada pernapasan yang sulit dan tidak nyaman (Gift, 1990).
Dispnea dapat dikaitkan dengan tanda-tanda klinis, seperti usaha napas yang
berlebihan, penggunaan otot bantu napas, pernapasan cuping hidung, dan peningkatan frekuensi dan kedalaman pernapasan yang menyolok.
Ortopnea
Ortopnea adalah kondisi abnormal, yaitu klien harus menggunakan banyak bantal saat berbaring atau harus duduk saat
bernapas.
Keparahan ortopnea biasanya dinilai dengan menghitung jumlah bantal yang dibutuhkan saat klien tidur, seperti yang terjadi pada
Batuk
Batuk merupakan pengeluaran udara dan
paru-paru yang tiba-tiba dan dapat didengar. Saat individu menghirup napas, maka glotis akan menutup sebagian dan otot bantu
pernapasan berkontraksi untuk
Batuk merupakan refleks untuk
membersihkan trakea, bronkus, dan paru-paru untuk melindungi organ-organ
tersebut dan iritan dan sekresi. Karena, titik bifukasi pada batang utama bronkus kanan dan kiri, merupakan daerah yang paling peka untuk memproduksi batuk.
Batuk sulit untuk dievaluasi dan hampir setiap orang pernah mengalami batuk. Klien yang menderita batuk kronik
cenderung untuk menyangkal,
meremehkan, atau meminimalkan batuk mereka.dikarenakan mereka sudah
Batuk diklasifikasikan menurut waktu saat klien paling sering batuk ,pada
sinusitis kronik dapat batuk hanya pada awal pagi hari atau segera setelah
bangun tidur. Batuk ini membersihkan jalan napas dan lendir, yang berasal dan drainase sinus.
Oasien yang mengalami bronkhitis
knonik umumnya memproduksi sputum sepanjang hari, walaupun jumlah sputum yang paling banyak dihasilkan setelah
bangun dan posisi semirekumben atau
posisi telentang datar. Hal ini disebabkan oleh penurunan mobilitas.
Mengi
Mengi ditandai dengan bunyi musik yang bernada tinggi, yang disebabkan gerakan udara berkecepatan tinggi melalui jalan
napas yang sempit. Mengi dapat dikaitkan dengan asma,bronkhitis akut, atau
pneumonia. Mengi dapat terjadi saat inspirasi, ekspirasi, atau keduanya.
Perawat harus menetapkan setiap faktor presipitasi, seperti infeksi pernapasan, alergen, latihan fisik, atau stres.
Nyeri dada
Nyeri dada perlu dievaluasi dengan
seksama dengan memperhatikan lokasi, durasi, radiasi, dan frekuensi nyeri. Nyeri jantung tidak menyertai variasi
pernapasan. Nyeri ini paling sering terjadi di sisi kiri dada dan menyebar.
Nyeri muskuloskeletal dapat timbul setelah latihan fisik, trauma iga, dan
rangkaian batuk yang berlangsung lama. Nyeri ini juga diperburuk oleh gerakan
inspirasi dan kadang-kadang dengan
mudah dipersepsikan sebagai nyeri dada pleuritik.
Nyeri dada pleuritik
Nyeri dada pleuritik hanya terjadi di
perifer dan beradiasi ke regio skapula.
Nyeri ini diperburuk,jika klien melakukan manuver inspirasi, seperti batuk,
menguap, dan menghela napas. Nyeri pleuritik seringkali disebabkan oleh
inflamasi atau infeksi di ruang pleura dan dideskripsikan sebagai sensasi seperti
irisan pisau, yang berlangsung dan satu menit sampai beberapa jam. Nyeri ini
obat-obatan
Riwayat penyakit,juga harus memuat uraian obat-obatan yang dipergunakan. Komponen ini mencakup obat-obatan yang diresepkan, obat-obatan yang dibeli secara bebas.
Obat-obatan tersebut mungkin miliki efek yg rugikan akibat kerja obat itu sendiri atau karena intreraksi obat tersebut dengan obat-obatan lain.
PEMERIKSAAN FISIK
Inspeksi.
Teknik inspeksi,dilakukan observasi dari kepala-sampai ke ujung kaki pasien untuk mengkaji kulit dan warna membran mukosa, penampilan umum, tingkat kesadaran,
keadekuatan, sirkulasi sistemik, pola
pernapasan, dan gerakan dinding dada. Setiap kelainan harus diperiksa selama palpasi,
Palpasi
Palpasi dada dilakukan untuk mengkaji apakah didapatkan nyeri tekan dan dapat identifikasi taktil fremitus, getaran pada dada (thrill),
angkatan dada (heaves), dan titik impuls jantung maksimal.
Palpasi juga dapat meraba adanya massa
atau benjolan di aksila dan jaringan payudara.
Palpasi pada ekstremitas hasilkan data tentang sirkulasi perifer, adanya nadi perifer, temperatur kulit, warna, dan pengisian kapiler
Perkusi
Perkusi adalah tindakan mengetuk-ngetuk suatu
objek untuk menentukan adanya udara. cairan, atau benda padat di jaringan yang berada di bawah objek tersebut (Malasanos, Barkauskas, dan Stoltenberg-allen, 1990).
Perkusi menimbulkan getaran dan daerah di bawah area yang diketuk dengan kedalaman 4 sampai 6 cm (Seidel dkk, 1995). Lima nada perkusi adalah
resonansi, hiperesonansi, redup, datar, dan timpani. Perkusi dimungkinkan untuk menentukan adanya cairan yang tidak normal, udara di paru-paru, atau kerja diafragma.
auskultasi
Penggunaan auskultasi untuk mengidentifikasi bunyi paru dan jantung yang normal maupun yang tidak normal.
Auskultasi sistem kardiovaskular harus meliputi pengkajian dalam mendeteksi bunyi S1 dan S2. normal, mendeteksi adanya bunyi 53 dan 54 , dan bunyi murmur, serta bunyi gesekan.
Pemeriksa harus mengidentifikasi lokasi, radiasi, intensitas, nada, dan kualitas bunyi murmur.
Auskultasi juga digunakan untuk mengidentifikasi bunyi bruit di atas arteri karotis, aorta abdomen, dan arteri femoral.
Auskultasi bunyi paru dilakukan dengan
mendengarkan gerakan udara di sepanjang
lapangan paru anterior, posterior, dan lateral. Suara napas tambahan terdengar, jika suatu daerah paru mengalami kolaps terdapat cairan di suatu lapangan paru, atau terjadi obstruksi. Auskultasi juga
dilakukan untuk mengevaluasi respons klien terhadap intervensi yang dilakukan untuk
PEMERIKSAAN
DIAGNOSTIK
Pemeriksaan untuk Mengukur
Keadekuatan Ventilasi dan Oksigenasi. Pemeriksaan fungsi paru, kecepatan
aliran ekspirasi puncak, pemeriksaan gas darah arteri, oksimetri, dan hitung darah lengkap digunakan untuk
mengkaji keadekuatan ventilasi dan oksigenasi.
Pemeriksaan fungsi paru
Pemeriksaan fungsi paru menentukan
kemampuan paru-paru untuk melakukan pertukaran oksigen dan karbon dioksida secara efisien. Pemeriksaan ventilasi
dasar dilakukan dengan menggunakan spirometer dan alat pencatat sernentara klien bernapas melalui masker mulut
(mouthpiece) yang dihubungkan dengan selang penghubung. Pengukuran yang dilakukan mencakup volume tidal (V1), volume reserve inspirasi (TRy), volume residual (VR), dan volume ckspirasi yang dipaksa selama 1 detik (FEV).
Pemeriksaan gas darah
arteri
Pemeriksaan gas darah arteri. Pengukuran gas darah arteri dilakukan bersamaan dengan
pemeriksaan fungsi paru untuk menentukan
konsentrasi ion hidrogen, tekanan parsial oksigen dan karbon dioksida, dan saturasi oksihemoglobin. Pemeriksaan gas darah arteri memberikan informasi tentang difusi gas melalui membran kapiler alveolar dan keadekuatan oksigenasi jaringan .
Oksimetri
Pengukuran saturasi oksigen kapiler yang kontinu dapat dilakukan dengan
menggunakan oksimetri kutaneus. Saturasi oksigen (O2sat) adalah persentase
hemoglobin yang disaturasi oksigen. Keuntungan pengukuran oksimetri
transkutaneus meliputi mudah dilakukan, tidak invasif, dan dengan mudah diperoich (Whitney, 1990). Oksimetri tidak
menimbulkan nyeri, jika dibandingkan
dengan pungsi arteri. Klien yang mengalami kelainan perfusi/ventilasi, seperti
pneumonia,menggunakan oksmetri nadi (Ahrens dan Rutherford,1993
Hitung darah lengkap
Hitung darah lengkap menentukan
jumlah dan tipe sel darah merah dan sel darah putih per mm3 darah. Perawat
memperoleh contoh darah vena dengan menggunakan pungsi vena. Nilai normal untuk hitung darah lengkap bervariasi
Pemeriksaan sinar-X dada
Pemeriksaan sinar-X dada terdiri dan radiografi thoraks, yang memungkinkan perawat dan
dokter mengobservasi lapangan paru untuk mendeteksi adanya cairan (mis. seperti yang terjadi pada pneumonia), massa (mis. kanker paru), fraktur (mis. fraktur klavikula dan tulang iga), dan proses-proses abnormal lain (mis.
tuberkulosis). Biasanya suatu film lateral dan PA (posterior-anterior) dilakukan untuk
Bronkoskopi
Bronkoskopi adalah pemeriksaan visual pada pohon trakeobronkial melalui bronkoskop serat-optik yang fleksibel, dan sempit. Brokoskopi dilakukan untuk memperoleh sampel biopsi dan cairan atau sampel sputum dan untuk mengangkat plak lendir atau
benda asing yang menghambat jalan napas. Klien biasanya dipuasakan sebelum menjalani
bronkoskopi. Perawat memberi obat-obatan, seperti sedatif atau atropin untuk mengurangi sekeresi oral. Perawat melanjutkan observasi klien setelah
prosedur untuk melihat tanda dan gejala distress pernapasan atau hipoksia. Sebelum memberikan cairan per oral, kaji apakah refleks gaglmenelan klien utuh.
kultur tenggorok
Suatu sampel kultur tenggorok diperoleh dengan mengusap daerah tonsil dan
daerah orofaring dengan swab steril. Kultur tenggorok menentukan adanya mikroorganisme patogenik. Apabila
diprogramkan pemeriksaan sensitivitas, maka antibiotik yang paling sensitif
terhadap mikroorganisme tersebut juga ditentukan
Torasentesis
Torasentesis merupakan perforasi dinding dada dan ruang pleura dengan jarum untuk mengaspirasi cairan untuk tujuan diagnostik atau tujuan terapeutik atau untuk
mengangkat spesimen untuk biopsi.
Prosedur dilakukan dengan teknik aseptik dengan menggunakan anestesi lokal. Klien biasanya duduk tegak dengan thoraks
anterior yang ditopang bantal atau dengan di atas tempat tidur.
Sakit tidaknya prosedur ini tergantung pada toleransi terhadap nyeri.