• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab Satu Pendahuluan. Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Bab Satu Pendahuluan. Latar Belakang"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Bab Satu

Pendahuluan

Latar Belakang

Kemajemukan masyarakat pada suatu daerah merupakan penyebab dari perkembangan penduduk pada satu wilayah negara. Perkembangan dan pertumbuhan penduduk yang berbeda akan memberikan peluang terjadinya arus migrasi antar wilayah dalam satu negara. Perpindahan penduduk dari satu daerah ke daerah lain menjadi bagian dari proses yang terjadi secara terencana dan tidak terencana. Dua bentuk proses ini umum terjadi dan dikenal dalam istilah perpindahan penduduk di Indonesia, selain secara natural dua pola migrasi ini pun merupakan faktor utama penyebab pertum-buhan penduduk pada satu daerah. Perpindahan penduduk dengan pola ini tentu terdorong oleh kondisi antar daerah asal dan daerah tujuan, sehingga kekurangan dan kelebihan merupakan peluang yang menjadi pertimbangan utama seseorang memilih dan melakukan migrasi, dan proses ini pun terjadi secara pribadi maupun kelompok.

Migrasi yang dilakukan secara pribadi maupun kelompok prosesnya bersamaan atau tidak bersamaan, namun kehadiran para migran ada yang berbaur dan juga terlokalisasi pada daerah-daerah tertentu, dengan pola matapencahariannya yang berbeda-beda. Berbagai pola matapencaharian yang ditekuni merupakan bagian dari proses mempertahankan hidup, sehingga dalam kehidupan berma-syarakat para migran menekuni matapencahariannya masing-masing.

▸ Baca selengkapnya: latar belakang study kampus

(2)

Migran Bugis Makassar pada umumnya lebih menekuni bisnis, nelayan dan hanya sedikit yang memilih pertanian, peternakan dan pegawai pemerintah. Dengan pola mata pencaharian bisnis tersebut menempat-kan mereka pada daerah dan tempat-tempat tertentu, dan terutama di ruang-ruang dengan kesibukan kegiatan ekonomi yang hidup. Dengan naluri ekonomi itulah para migran Bugis Makassar lebih memilih berada di kota dan pusat-pusat kegiatan ekonomi masyarakat lainnya agar dapat menunjang proses pola mata pencahariannya. Dengan demikian migran Bugis Makassar dalam kehidupan bermasyarakat cenderung berkumpul atau terlokalisasi pada tempat tertentu. Mereka cenderung tertutup sehingga kurang terjadi ruang relasi secara terbuka dengan penduduk lokal (Papua). Kondisi relasi semacam ini kurang memberikan ruang kerja sama yang dapat memberikan manfaat bagi penduduk lokal secara luas.

Migran Jawa pada umumnya menekuni pertanian, dan peternakan serta ketrampilan lainnya, dan sedikit yang memilih menekuni bidang swasta ataupun sektor publik pegawai pemerintah. Dengan mayoritas pola matapencaharian tersebut menempatkan mereka pada daerah-daerah tertentu yang mendukung mereka dalam beraktivitas. Dalam kehidupan bermasyarakat, migran Jawa lebih fleksibel dalam memba-ngun relasi dengan penduduk lokal ataupun migran lainnya. Selain itu didukung dengan pola matapencaharian yang lebih mengandalkan pertanian turut memberi ruang terjadinya hubungan yang terbuka dan intens, antar migran Jawa dan penduduk lokal, adanya kesadaran hidup bersama dalam kehidupan migran Jawa didasarkan atas prinsip kerjasama yang saling bermanfaat dalam menunjang hidup secara bersama.

Kemudian migran NTT pun menekuni pertanian, peternakan, dan pegawai pemerintahan, dengan berbagai kegiatan matapencaharian ini pun menempatkan migran NTT di semua ruang relasi dengan penduduk lokal, sehingga relasi yang terbangun antar migran NTT dan penduduk lokal lebih dekat dan kuat karena relasi yang terjadi lebih

(3)

lokal, dan terlibat secara langsung dalam hal memberikan pemahaman yang positif tentang perkembangan dan kemajuan yang dialami oleh penduduk lokal kedepan yang lebih baik.

Relasi di tunjang dengan saling memahami, menghargai, dan saling membantu dalam hal kerja sama untuk menunjang kehidupan secara bersama. Bantuan yang sering dilakukan secara bersama cenderung berkaitan dengan pekerjaan yang membutuhkan tenaga kerja lebih, tradisi saling membantu merupakan bagian dari prilaku migran NTT dalam kehidupan bermasyarakat secara khusus maupun umum.

Ketiga etnis migran ini hadir dengan segala sisi positif dan negatif serta seluruh perbedaanya masing-masing.Perbedaan suku dan berbagai latarbelakang menjadi bagian dari kehidupan bersama dengan penduduk lokal (orang Papua). Kehidupan dengan berbagai perbedaan ini memunculkan kondisi baru bagi penduduk lokal Papua, kondisi baru yang dibawa dan ditampilkan oleh para migran lewat relasi yang terjadi dalam kehidupan bersama orang Papua. Fenomena ini menimbul-kan asumsi yang berbeda di antara pemerintah dan masyarakat lokal dengan kehadiran migran dalam kehidupan bermasyarakat. Asumsi merupakan pemikiran yang mempunyai sisi positif dan negatif, dua sisi pemikiran ini dilatarbelakangi dengan sudut pandang yang berbeda terhadap migrasi dalam kehidupan penduduk lokal orang Papua.

Asumsi optimis memandang migrasi akan membawa perubahan positif bagi sesama di daerah tujuan, baik bagi pelaku migrasi itu sendiri maupun penduduk lokal dan bahkan secara luas dalam kehidupan bermasyarakat dan pemerintahan, asumsi ini pun tidak di pungkiri karena benar adanya Sedangkan pada sisi lain masyarakat dengan asumsi pesimisnya memadang kehadiran migran akan menimbulkan peramasalahan bagi penduduk lokal, asumsi pesimis ini pun ada dan terjadi dalam kehidupan penduduk lokal.

(4)

Dua asumsi ini pun mempunyai alasan masing-masing yang lebih melihat pada sisi positif dan negatifnya sedangkan tidak semua migran mempunyai porsi yang sama dalam hal berkonstribusi negatif maupun positif terhadap penduduk lokal. Dua aspek konstribusi itulah yang selalu menjadi tolok ukur dalam setiap perubahan yang diakibatkan oleh fenomena kehidupan bermasyarakat. Sehingga penelitian ini lebih melihat pada relasi migran bersama penduduk lokal dalam kehidupan masyarakat, berdasarkan identifikasi dari latar belakang maka yang menjadi masalah penelitian adalah Apa Manfaat yang diperoleh Orang Papua dengan kehadiran Migran di Distrik Nabire Barat.

Untuk menjawab masalah penelitian tersebut maka dirumuskan tujuan penelitian sebagai berikut: Menggambarkan kegiatan Ekonomi para Migran di Distrik Nabire Barat. Menggambarkan Relasi antara Migran dengan Orang Papua di Distrik Nabire Barat.

Strategi mendapatkan Sebuah Impian Akademik

Berawal dari sebuah impian untuk mendapatkan pemahaman yang bernilai beda dalam tataran logika berpikir akademik yang terstruktur dan sensitif terhadap fenomena kehidupan. Impian itu pun membuat peneliti selalu memilih dan melihat di setiap kesempatan terhadap perkembangan pendidikan secara teliti dan berbeda pada setiap lembaga pendidikan tinggi yang ada di tanah air. Impian itu pun terjawab dengan kesempatan yang diberikan oleh Sang Penguasa impian lewat tangan pemikir Dinas Pendidikan Provinsi Papua yang memberikan kesempatan pada peneliti untuk melanjutkan pendidikan Program Pascasarjana (S2). Kesempatan itu pun menjadi peluang dan sekaligus sebagai tantangan bagi peneliti, peluang dan tantangan merupakan dua sisi situasi yang ada dalam benak peneliti. Sisi peluang adalah suatu kesempatan untuk mendapatkan hal-hal baru yang berkaitan dengan informasi pengetahuan dan kondisi proses pendi-dikannya yang menjadi sebuah perubahan bagi peneliti. Sedangkan

(5)

pendidikan Pasca Sarjana.

Namun impian itu menjadi sebuah kekuatan komitmen untuk tetap melangkah maju dan meraih keinginan dan harapan dengan tidak melihat dan merasakan kekurangan sebagai sebuah pertimbangan atau hambatan dalam mendapatkan impian itu. Suatu pandangan yang tersirat dalam impian itu adalah bukan mengejar sebuah gelar akademik yang tidak bisa dipertanggungjawabkan secara keilmuan dalam pekerjaan dan profesi secara tepat dan benar.

Dengan pandangan tersirat itulah pada bulan Juni 2011 peneliti mencoba mencari informasi tentang peluang dan kriteria perguruan tinggi dengan tidak melihat nama besar lembaganya, tetapi peneliti lebih melihat orientasi program studi dan gelar akademik yang dimiliki oleh tenaga dosennya yang berstandar internasional atau gelar pendidikan luar negri (Ph.D). Gelar akademik ini menjadi pilihan dan pertimbangan pribadi peneliti dengan tidak mengurangi rasa hormat pada pihak lain. Pilihan dan pertimbangan peneliti pun jatuh pada UKSW dan Studi Pembangunannya, sehingga pada bulan Juli 2011 peneliti memulai perjalanan awal untuk mencari dan menemukan pilihan impian tersebut. Pencarian impian itu pun melalui sebuah proses yang cukup berat dan penuh konsentrasi dengan menggunakan segala kemampuan yang peneliti miliki untuk beradaptasi terhadap proses akademik yang begitu berbobot dan bernilai tinggi untuk peniliti. Sekitar sembilan bulan merupakan waktu proses mengenal dan belajar tentang infomasi pengetahuan yang disampaikan oleh dosen yang kredibel secara keilmuan dan kepiawaiannya dalam mengolah dan mentransfer ilmu pengetahuan pada peneliti dan rekan-rekan lainnya.

Hasil proses sembilan bulan akan teruji dan terukur pada sebuah puncak kematangan untuk memposisikan seorang magister pada porsi berbeda dan berpotensi terhadap pengusaan dan pemahaman tentang dunia penelitian. Untuk sampai ke sana Sang Pemilik impian mempertemukan peneliti dengan seorang dosen pembimbing yang sangat tepat untuk mengantarkan peneliti ke jalan menuju impian termahal bagi peneliti. Untuk mendapatkan impian itu peneliti melalui

(6)

sebuah proses cukup panjang dan membutuhkan kesiapan penuh. Proses awal pun terbangun lewat diskusi bersama pembimbing untuk menentukan sebuah topik penelitian. Lewat diskusi tersebut menghasilkan sebuah topik yang cukup menarik untuk diteliti yaitu tentang kehidupan migran bersama orang Papua. Topik ini pun tergarap dalam satu tulisan awal berbentuk proposal, sehingga untuk memantapkan jalan menuju impian tersebut harus dilalui dalam dua tahap. Tahap pertama merupakan tahap persiapan yang berhubungan dengan sebuah proses perancangan penelitian usualan pedoman dalam melakukan penelitian lapangan. Pada bagian ini dalam tatacara penelitian disebut informasi teoritis dari kampus yang akan dibawa ke lapangan (penelitian). Pada tahap ini pun pembimbing mengarahkan dan mengatakan bahwa proposal penelitian yang baik akan meng-hasilkan penulisan akhir yang baik pula.

Arahan dan bimbingan ke arah itupun terwujud dengan kunci utamanya membuat pedoman pertanyaan penelitian yang baik, dan terarah untuk menyaring informasi yang berkaitan dengan permasalahan penelitian di lapangan. Proses bimbingan pada bagian ini peneliti lalui secara serius dan selalu mengikuti petunjuk maupun arahan pembimbing dengan sungguh-sungguh dan penuh perhatian. Prosesnya pun tidak satu kali tetapi bertahap dan beberapa kali untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Proses proposal itu pun telah selesai dan diujikan dengan dua dosen penguji yang masing-masing dengan kemampuan akademiknya.

Pengalaman Penelitian dan Penulisan Hasil

Untuk memudahkan peneliti dalam menemukan informan yang

menjadi sumber informasi dalam penelitia. Selama dua minggu peneliti melakukan pengamatan di lokasi penelitian yaitu pada minggu kedua dan awal minggu ketiga bulan Desember 2012. Proses pengamatan

(7)

rekan kerja yang bermukim di daerah penelitian. Dua minggu di bulan Desember 2012 menjadi awal bagi peneliti untuk mengenal dan memasuki wilayah dari penelitian. Informasi awal ini nantinya akan memfokuskan peneliti dalam melakukan proses penelitian yang berkaitan dengan informasi-informasi yang diperlukan oleh peneliti.

Selain itu suasana di lokasi penelitian secara umum bukan menjadi hal baru bagi peneliti, karena lokasi penelitian ini juga sering peneliti lalui di saat bertugas sebagai guru dan dosen pada satu lembaga pendidikan gabungan antara SMA dan PGSD FKIP Uncen kelas Nabire dalam satu lingkungan yang sama. Dengan bermodal informasi awal tersebut memberikan gambaran pada peneliti tentang penyiapan-penyiapan yang harus dilakukan oleh peneliti. Persiapan yang berhu-bungan dengan alat tulis, rekaman, kamera, dan laptop mempunyai fungsi masing-masing dalam mendukung tujuan penelitian, sehingga dengan dukungan alat-alat tersebut mempermudah peneliti dalam menyimpan, dan mendokumentasikan secara baik dan lengkap tentang informasi yang diperoleh saat penelitian. Informasi yang lengkap dan jelas dari informan akan memudahkan peneliti dalam proses pengo-lahan dan penulisan selanjutnya. Dengan gambaran tradisi penelitian kualitatif tersebut memantapkan peneliti untuk memulai penelitian, sehingga pada awal minggu ketiga bulan Januari 2013 peneliti mulai melakukan wawancara dengan informan. Dalam proses penelitian, peneliti menggunakan pendekatan dengan cara trianggulasi untuk membandingkan informasi atau data yang berkaitan dengan bagai-mana migran dalam bingkai orang Papua di lokasi penelitian.

Untuk mendalami fenomena kehidupan antara migran dan orang Papua di distrik Nabire Barat peneliti dipandu oleh pertanyaan penelitian yang telah disiapkan. Dengan pertanyaan itulah peneliti akan menelusuri jawabannya melalui wawancara bersama beberapa informan maupun infroman kunci secara terarah dan teliti dengan menggu-nakan pedoman wawancara, pengamatan, dokumentasi dan data skunder lainnya. Hasil wawancara tersebut menjadi bagian dari informasi pendukung terhadap data-data yang dikumpulkan untuk menjawab dan melengkapi tujuan dari pertanyaan-pertanyaan

(8)

penelitian.

Pemilihan informan kunci dilakukan untuk mendapatkan informasi sejauh mana pengetahuan dan pemahaman mereka terkait dengan fenomena aktivitas ekonomi dan relasi antara migran dan orang Papua dalam kehidupan sosial bermasyarakat. Karena itu migran dengan kegiatan ekonominya merupakan informan kunci yang paling tepat untuk memberikan data dan informasi seputar masalah penelitian. Data dan informasi dari informan kunci akan menjadi ukuran sejauh mana ritme relasi antara migran dan orang Papua dalam kehidupan sosial ekonomi di masyarakat. Untuk menegaskan suasana relasi tersebut peneliti mengcrosscheck infromasi pada orang Papua dengan kegiatan ekonominya. Selain itu pengamatan natural peneliti dengan pengha-yatan tentang fenomena kehidupan migran dalam kehidupan orang Papua menjadi bagian dari kehidupan peneliti, karena peneliti sebagai orang Papua lahir dan besar dalam lingkungan dan suasana fenomena itu. Oleh sebab itu untuk mengenal dan membedakan migran dalam kehidupan bersama orang Papua bukan sesuatu yang sulit bagi peneliti.

Selama proses penelitian, kendala yang peneliti rasakan adalah sulitnya memperoleh data terbaru dan akurat tentang komposisi pen-duduk antara migran dan orang Papua, sehingga peneliti menggunakan beberapa sumber data yang menjadi data proxy untuk membandingkan komposisi penduduk antara orang Papua dan migran. Sumber data yang peniliti gunakan adalah data Distrik Nabire Barat dalam Angka 2011, 2012, dan 2013 dengan informasi data penduduk pada 2010. Jumlah data tempat Ibadah 2012, dan data jumlah penduduk menurut agama distrik Nabire Barat 2013 dan data Kab. Nabire dalam Angka 2013.

Sebagian migran tidak begitu terbuka untuk memberikan informasi tentang modal usaha yang digunakan serta jumlah penda-patan yang diperoleh selama satu bulan produksi atau hasil kerja.

(9)

atau rekan kerja dan atau pada kegiatan ekonomi yang sama tentang informasi tersebut. Informasi yang peneliti peroleh dari konsumen atau rekan kerja dan pada kegiatan ekonomi yang sama menjadi gambaran jawaban terhadap pertanyaan tersebut. Sekalipun jawaban yang peneliti peroleh tidak persis sama, namun paling tidak membantu memudahkan peneliti dalam memahami dan menjelaskan fenomena tersebut.

Data penelitian diperoleh berupa informasi empiris dilakukan selama penelitian dan setelah penelitian. Dua tahap ini menjadi fase yang memerlukan konsentrasi dan keseriusan peneliti bersama pembimbing untuk mendapatkan arahan dan masukan mengenai informasi cara penelitian, penulisan laporan lapangan serta berbagai ilmu lain yang sangat membantu peneliti dalam proses penulisan dan penyelesaian tesis ini. Penulisan dan penyelesaian tulisan ini melalui hasil-hasil wawancara dan data penelitian dengan para informan yang diolah dalam bentuk matrix atau transkrip. Dari transkrip tersebut peneliti menentukan pengkategorian tema (matrix tema), kemudian membuat outline. Semua proses dan hasil itu kemudian diperiksa secara teliti dan terstruktur oleh pembimbing. Selain itu peneliti juga diarahkan oleh pembimbing untuk menggunakan dan memilih referensi-referensi yang terkait dengan permasalahan atau fenomena yang diteliti.

Memasuki tahap akhir penulisan laporan hasil penelitian, tidak terlepas dari keseluruhan unsur-unsur atau bagian-bagian dari penelitian. Kemampuan menulis dan melaporkan hasil penelitian merupakan suatu tuntutan dan keharusan mutlak bagi seorang peneliti, sehingga dalam penulisan penelitian ini, penulis mengawali dari bab mengenai fenomena empiris (bab 4, dan 5). Setelah analisis dilakukan terhadap kedua bab empiris tersebut, ditambahkan bab tiga tentang konteks penelitian. Peneliti kemudian membuat sintesis dari kedua bab empiris tersebut. Setelah itu mengkaji tentang teori-teori atau review

literature yang terkait dengan fenomena empiris, sebagai dasar

penu-lisan bab 2 (tinjauan pustaka). Dengan demikian dalam prosesnya peneliti terus dan harus menerima setiap masukan dan koreksi secara

(10)

terus menerus dari pembimbing sebelum sampai pada laporan akhir dari penelitian ini. Lewat proses tahap demi tahap yang dilakukan peneliti bersama pembimbing merupakan bagian dari proses penulisan laporan penelitian yang teliti dan terarah untuk sampai pada hasil

Referensi

Dokumen terkait

Skor SKB Nilai Akhir Ketera ngan Status S-1 PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS / S-1 PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INGGRIS. Nama

Berdasarkan hasil perhitungan koefisien determinasi diketahui besarnya pengaruh brand equity secara simultan sebesar 37,6% dan sisanya sebesar 64,4% dipengaruhi oleh faktor

ayo kita coba bermain ayo kita coba bermain gerakan yang agak sulit gerakan yang agak sulit yaitu berjalan di balok titian yaitu berjalan di balok titian naiklah ke atas balok

20 Tahun 2001 Tentang Pemilikan Saham Dalam Perusahaan yang Didirikan Dalam Rangka Penanaman Modal Asing yakni dalam rangka lebih mempercepat peningkatan dan perluasan kegiatan

Pengukuran frekuensi pukulan pendeta dilakukan sebelum dan sesudah pelatihan pada masing-masing kelompok dengan metode pengukuran jumlah pukulan dalam tiga puluh

Komunitas anak bawang digerakkan oleh para mahasiswa jadi jika bisa lebih baik terus untuk dikembangkan lagi dikarenakan anak-anak pada zaman sekarang memerlukan

Struktur pasar monopolistik terjadi manakala jumlah produsen atau penjual banyak dengan produk yang serupa/sejenis, namun di mana konsumen produk tersebut

Agar penyeleksian karyawan dapat dilakukan dengan lebih efisien serta menghindari subyektifitas keputusan yang dihasilkan, diperlukan suatu Sistem Penunjang Keputusan (SPK)