• Tidak ada hasil yang ditemukan

ELIQUIN, Solusi Pintar Calon Tenaga Medis Masa Kini

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ELIQUIN, Solusi Pintar Calon Tenaga Medis Masa Kini"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

ELIQUIN, Solusi Pintar Calon

Tenaga Medis Masa Kini

UNAIR NEWS – Tim Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) Bidang Kewirausahaan (PKMK) Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga berhasil membuat peralatan sarana klinis untuk mendiagnosis dan melakukan penatalaksanaan kesehatan yang berupa

Electronical Injecting Mannequin (ELIQUIN).

Produk inovatif ELIQUIN yang dibanderol dengan harga Rp 599.000 ini, diyakini lebih murah, lebih fleksibel, dan fungsional dibandingkan dengan produk manekin impor yang harganya mencapai Rp 1,5 juta hingga Rp 2 juta. Program PKM ini telah lolos seleksi Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) yang kemudian menghibahkan dananya untuk penelitian dan pengembangannya.

Lidya Pertiwi, mewakili Tim PKMK-nya, menjelaskan bahwa ELIQUIN merupakan alat peraga injeksi yang diyakini sebagai produk dalam negeri pertama yang menggabungkan dua aplikasi injeksi, yakni injeksi intramuskular dan intravena dalam bentuk manekin tangan manusia yang berisi sensor dan diletakkan pada lokasi injeksi.

Dalam dunia kedokteran, tambah Lidya, keterampilan klinis merupakan salah satu penentu amat penting dalam mendiagnosis dan penatalaksanaan masalah kesehatan. Berdasarkan Standar Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI) tahun 2012, seorang dokter dituntut mampu melakukan prosedur klinis yang berkaitan dengan kesehatan dengan menerapkan prinsip keselamatan pasien, keselamatan diri sendiri, dan keselamatan orang lain.

”Jadi ketrampilan klinis menyuntik secara intravena dan

intramuscular merupakan satu hal esensial yang wajib dikuasai

oleh tenaga medis. Untuk itu kami berharap dengan keberhasilan inovasi ini akan memberikan solusi bagi tenaga medis untuk

(2)

mengasah kemampuan dan kompetensi dalam hal ketrampilan tersebut melalui produk ELIQUIN ini,” kata Lidya.

SEBUAH petunjuk cara kerja pada peralatan medis ELIQUIN. (Foto: Istimewa)

Selain Lidya Pertiwi sebagai ketua tim, empat mahasiswa FK UNAIR anggota PKMK ini adalah Siti Ermawati, Mega Rizkya, Annisa Aulia, dan Muchlas Rabbani.

”Jadi jika seorang pengguna secara benar dalam melakukan injeksi intramuskular, maka sensor akan mengeluarkan bunyi dan lampunya menyala,” papar Lidya Pertiwi mengenai produknya.

Sensor pada produk ini diletakkan pada lokasi, kedalaman, dan sudut kemiringan injeksi yang akurat dan disesuaikan dengan anatomi tubuh manussia. Selain itu, ELIQUIN ini dilapisi oleh bahan lateks yang tahan lama, halus dan sesuai dengan anatomi kulit manusia, sehingga pengguna akan merasa nyaman dan tidak merasa canggung saat berhadapan dengan pasien.

Selain itu, ELIQUIN juga mempunyai slot baterai A2 yang mudah didapatkan di pasaran. Produk ini dikemas dengan tas cantik yang flexible untuk bisa dibawa kemana-mana menyesuaikan target, yaitu mahasiswa jurusan kesehatan dan institusi pendidikan dalam bidang kesehatan yang notabene mereka

(3)

memiliki mobilitas tinggi dan aktivitas yang cukup padat. Produk inovatif ELIQUIN ini dibanderol seharga Rp 599.000. Harga ini jauh lebih terjangkau jika dibandingkan dengan produk manekin impor yang notabene hanya memiliki satu fungsi injeksi, harganya berkisar antara 1,5 juta hingga Rp 2 juta. ”Sehingga ELIQUIN jauh lebih murah, flexible, dan fungsional dibanding produk manekin yang ada di pasaran. ELIQUIN A Must

Have Medical Mannequin,” kata Lidya didampingi Siti Ermawati.

(*)

Editor: Bambang Bes

Bawang Merah Jadi Bahan Dasar

Obat Pembasmi Kutu

UNAIR NEWS – Rambut adalah mahkota bagi setiap orang. Oleh karenanya, perlu menjaga kesehatan kepala sehingga bersih dari kutu rambut. Kutu rambut atau Pediculus humanus capitis adalah ektoparasit bagi manusia. Kutu rambut biasanya bersarang di bagian belakang kepala dan bagian leher sebelah belakang. Gigitannya dapat menyebabkan iritasi pada kulit yang disebabkan oleh air liur yang dikeluarkan saat menghisap darah si penderita.

Kasus penyakit gatal kutu atau Pediculosis capitis banyak terjadi di seluruh dunia dan tidak hanya menjadi masalah kesehatan di negara-negara miskin, namun juga terjadi di negara berkembang dan negara maju. Di Amerika, sekitar 10 hingga 12 juta anak terjangkiti penyakit gatal kutu setiap tahunnya. Usia penderitanya rata-rata berada pada kisaran 5 hingga 13 tahun, namun tidak menutup kemungkinan bagi orang

(4)

dewasa juga dapat terjangkit parasit ini.

Dewasa ini, obat gatal kutu yang populer di kalangan masyarakat umumnya mengandung permethrin yang merupakan salah satu produk dari paduan senyawa kimia. Permethrin ini dianggap dapat menyebabkan iritasi pada kulit manusia, sehingga diperlukan adanya alternatif lain yang berbahan alami dan lebih ramah lingkungan.

Hal inilah yang kemudian mendorong lima mahasiswa program studi Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi (FST), Universitas Airlangga, untuk mencari solusi bahan alami yang berpotensi sebagai bahan pembuatan obat pembasmi kutu. Lima anggota yang termasuk dalam tim PKM-Penelitian Eksakta tersebut, yaitu Jefpry Supryanto Sianturi, Novia Faridatus Sholilah, Dina Lutfiana, Arini Sabil Haque, dan Hady Palgunadi.

Program penelitian mereka berjudul “Optimalisasi Penggunaan

Allium Ascolonicum dengan Konsep Liquid Pembasmi Kutu sebagai

Solusi Penderita Gatal Kutu”. Program tersebut telah disetujui dan didanai oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.

Proses pembuatan

Bahan utama yang mereka gunakan adalah bawang merah. Bahan yang biasa digunakan masyarakat sebagai bahan penyedap makanan tersebut, ternyata memiliki kandungan senyawa yang dapat digunakan sebagai bahan untuk membunuh serangga. Kandungan senyawa yang disebut flavonoid tersebut kemudian dituangkan dalam bentuk ekstrak (sari) dengan metode maserasi (pelunakan suatu benda karena suatu cairan). Pada akhirnya, didapatlah ekstrak yang kemudian dikarakterisasi untuk membuktikan kandungan flavonoid.

“Allium ascolonicum (bawang merah, red) direndam dengan metanol 99 persen selama 24 jam, nah, setelah itu masuk ke proses penyaringan. Hasil penyaringan kemudian dievaporasi (perubahan molekul zat, red) menggunakan penyaring Buchner. Dan akhirnya, didapatlah ekstrak dari bawang merah,” terang

(5)

Jefpry.

Hasil ekstrak kemudian memasuki proses uji coba dengan kutu sebagai kontrol ujinya. Proses uji coba dibagi menjadi dua tahap, yaitu uji kontrol positif dan uji kontrol negatif. Uji kontrol positif adalah perbandingan antara keadaan kutu saat diberikan ekstrak, dengan keadaan kutu saat diberikan peditox (obat kutu pada umumnya). Sedangkan uji kontrol negatif, membandingkan antara keadaan kutu saat diberikan ekstrak, dengan keadaan kutu saat normal (tanpa diberikan obat kutu). Jefpry dan kawan-kawan melakukan pengamatan selama 24 jam dalam uji coba ini.

“Hasil uji menunjukkan bahwa waktu rata-rata yang dibutuhkan

peditox untuk membunuh kutu sekitar 22 menit, dan esktrak

bawang merah membutuhkan waktu sekitar 64 menit. Sedangkan jika kutu dibiarkan di udara terbuka, kutu akan mati dalam waktu kurang lebih 24 jam,” jelas Jefpry.

“Hal ini membuktikan dengan jelas, bahwa pemberian ekstrak dapat mempengaruhi kutu dan berpotensi sebagai bahan pembasmi kutu rambut,” imbuhnya optimis.

Penulis : Dilan Salsabila Editor : Defrina Sukma S.

83 Persen Remaja Tidak Bisa

Lepas dari Media Sosial

(6)

Barang Sehari Pun

UNAIR NEWS – Lima “Srikandi” Fakultas Keperawatan (FKp) Universitas Airlangga merasa prihatin terhadap perkembangan teknologi komunikasi yang sedang berkembang dengan munculnya beragam media sosial (medsos). Sebab pada hakikatnya medsos itu mampu “mendekatkan yang jauh” namun akhir-akhir ini juga “menjauhkan yang dekat”. Karena itulah kelima mahasiswa ini mengkaji tentang psikologi perkembangan manusia dan merasa terpanggil untuk mencari tahu sejauh mana fenomena medsos ini mempengaruhi proses berfikir dan bersosialisasi kaum muda.

Lima mahasiswa Fak. Keperawatan UNAIR tersebut adalah Siska Kusuma Ningsih, Dinda Salmahella, Evi Nur Laili Rahma Kusuma, Fenny Eka Juniarty, dan Fitria Kusnawati. Hasil kajiannya mereka jadikan proposal Program Kreativitas Mahasiswa – Penelitian Sosial Humaniora (PKMP Soshum) berjudul “Pengenyampingan Interaksi Sosial secara Langsung oleh Masyarakat sebagai Dampak Munculnya Jejaring Sosial (Medsos)”. Bahkan hasil kajian tersebut lolos dan meraih dana hibah dari Dirjen Dikti Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristek Dikti) tahun 2016.

Mereka tak bisa memungkiri bahwa hadirnya medsos punya pengaruh luar biasa terhadap proses sosialisasi masyarakat di era global sekarang ini. “Mendekatkan yang jauh” merupakan kalimat yang mencerminkan betapa medsos ini mampu menjadi wadah yang menghubungkan orang-orang dari berbagai belahan dunia menjadi sangat mudah untuk berkomunikasi.

”Namun bagaimana dengan quote “Menjauhkan yang dekat.” Apakah Anda pernah berpikir lebih lanjut tentang ini? Tentu, ini muncul sebagai momok yang sangat menyakitkan bagi sekelompok yang peduli terhadap sosialnya,” kata Siska Kusuma Ningsih, ketua kelompok tim ini.

(7)

KELIMA mahasiswa Fakultas Keperawatan yang meneliti tentang gadget dan lingkungan sosialnya. (Foto: Istimewa)

TAK BISA LEPAS DARI SOSMED

Yang menarik, jawaban atas kuesioner terhadap remaja usia 13-25 di kawasan Kelurahan Mulyorejo Kota Surabaya, dalam intensitas penggunaan medsos selama 24 jam, sebanyak 83% responden menyatakan tidak bisa lepas dari media sosial miliknya, walau hanya sehari saja. Kemudian 57% responden menyatakan sangat setuju dan pernah mengalami “dicuekin” (tidak diperhatikan) oleh teman terdekatnya gara-gara asyik bermain media sosial di gadget-nya.

“Fenomena yang sering terjadi pada saat berkumpul, kebayakan hanya terfokus pada gadget–nya masing-masing tanpa memperhatikan apa yang terjadi dan yang sedang diperbincangkan orang-orang di sekelilingnya. Sungguh memiriskan, namun jelas ini banyak terjadi di lingkungan terdekat kita. Artinya, tanpa kita sadari sedikit demi sedikit medsos telah mampu menumbuhkan dampak negatif dan berkembang cepat akhir-akhir ini,” tambah Siska.

(8)

memiliki esensi yang bermakna. Mereka beranggapan bahwa mengekspresikan sesuatu yang sedang dirasakannya saat ini melalui sosmed, akan jauh lebih nyaman dan menyenangkan jika dibandingkan harus menyatakan secara verbal kepada orang-orang di sekitarnya. Bahkan parahnya, hanya demi melihat sesuatu yang sedang terjadi dan apa yang sedang nge–hit saat ini, mereka rela untuk tidak bersatu dalam lingkungan sosialnya. Dalam konteks lebih lanjut, peneliti tidak menyalahkan penggunaan media sosial bagaimaapun bentuknya. Namun yang menjadi perhatian peneliti adalah bagaimana orang-orang bijak mampu menggunakan sosmed secara bijak pula. Berkomunikasi sesuai yang perlu dikomunikasikan melalui sosmed, namun percayalah bahwa berkomunikasi secara langsung dalam lingkup sosial akan jauh memberikan keterkaitan hubungan yang harmonis.

“Update jejaring sosial boleh sih, tapi tetap ingatlah bahwa Anda hidup dalam suatu lingkungan social,” ujar Evi Nur Laili Rahma Kusuma, menambahkan.

Kelima mahasiswa Fak Keperawatan itu berharap adanya penelitian ini dapat tercapainya keseimbangan sosial dari penggunaan sosmed di era yang sedang berkembang saat ini. Seperti contoh akan lebih memahami arti interaksi sosial yang berintelegensi baik dan dapat mengembangkan kualitas kehidupan, baik untuk dirinya maupun untuk lingkup sosialnya. Selain itu juga dapat menilai pola penggunaan sosmed yang sedang berkembang, sehingga dapat membentuk pola-pola pemikiran yang kreatif dan berpendidikan dalam mengatasi problematika yang muncul. (*)

Penulis : Tim PKM Sosial Humaniora Editor : Bambang Bes

(9)

Peneliti Kembangkan Riset

Stem Cell untuk Hidupkan

Organ Mati

UNAIR NEWS – Dunia kedokteran terus berinovasi mengembangkan teknologi stem cell. Yang terbaru saat ini, para pakar stem cell dunia sedang mengembangkan riset berupa metode replace dengan memanfaatkan organ tubuh yang telah mati. Pusat Kedokteran Regeneratif dan Stem cell Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga-RSUD Dr. Soetomo pun sedang mengarah kesana.

Ketua Pusat Kedokteran Regeneratif dan Stem cell FK UNAIR–RSDS Dr. Ferdiansyah, dr., SpOT, mengungkapkan, pihaknya sedang melakukan pengembangan atas riset tersebut. Di antaranya sedang memproses pembelian peralatan pendukung seperti

bioreactor.

Saat ini, metode replace yang menggabungkan prosedur transplantasi dengan metode stem cell masih dalam tahap uji pada hewan coba. Mulanya berkembangnya inovasi ini adalah untuk menjawab problematika keterbatasan jumlah donor organ. Bermula dari kondisi tersebut, pengembangan inovasi stem cell pun kemudian mengarah pada pemanfaatan organ mati.

Terbatasnya jumlah pendonor organ mengakibatkan lonjakan angka kematian pasien transplantasi yang cukup tinggi. “Ini menjadi permasalahan di banyak negara, banyak sekali pasien transplantasi akhirnya meninggal karena kesulitan memperoleh donor organ,” ungkapnya.

Prinsipnya, ketika seseorang hendak mentransplantasikan organnya kepada orang lain, maka pendonornya harus hidup. Atau pendonornya dalam kondisi mati namun sirkulasi sel dalam tubuhnya masih berjalan sehingga organnya masih hidup. Dengan begitu, maka dapat dilakukan prosedur transplantasi ke tubuh

(10)

orang lain.

Jika disesuaikan dengan prinsip kerja stem cell yang sifatnya meregenerasi sel- sel yang rusak, maka Ferdi optimis metode

replace ini akan berhasil menghidupkan kembali sel pada organ

yang sebelumnya telah mati atau tidak berfungsi. Dengan memasukkan sel hidup ke dalam organ mati, diharapkan organ m a t i i n i d a p a t ‘ h i d u p ’ k e m b a l i , s e h i n g g a d a p a t ditransplantasikan ke tubuh orang lain.

“Yang sudah berjalan adalah metode stem cell yang kaitannya dengan jaringan seperti kulit dan tulang. Sementara stem cell untuk organ kita pelan-pelan sedang mengarah kesana,” ungkapnya.

Di luar negeri, metode replace semacam ini sudah masuk tahap uji hewan coba. Melalui rekayasa jaringan, metode ini memanfaatkan organ mati pada jasad seekor babun. Dalam prosesnya, dilakukan pengambilan seluruh sel asli dari organ ginjal babun yang telah mati tersebut. Kemudian disterilkan menggunakan alat ‘pencuci’ khusus. Sementara itu, juga dilakukan pengambilan sel hidup dari organ ginjal miliki baboon yang masih hidup. Kemudian sel hidup ini dimasukkan ke ginjal yang mati tadi. Dan berhasil. Ginjal yang tadinya mati tak berfungsi akhirnya bisa hidup kembali.

Tetap Mengutamakan Etika

Bicara soal etika, setiap kemajuan inovasi bisa saja berbenturan dengan etika, dan pada akhirnya memunculkan persoalan baru. Apakah menghidupkan organ yang mati bertentangan dengan etika?

“Kita bicara asas kemanfaatan ya. Ilmu itu kan bagai pisau bermata dua. Output-nya dapat bermanfaat atau bisa juga disalahgunakan. Dalam hal ini, kami tetap mengutamakan aspek etika,” tegas Ferdi.

(11)

pengobatan untuk mengatasi berbagai penyakit yang belum dapat disembuhkan dengan metode pengobatan saat ini. Juga untuk kepentingan transplantasi jenis penyakit terminal seperti gagal ginjal, gagal jantung, kelainan tulang, hingga sirosis. Stem cell merupakan inovasi pengobatan masa depan, maka diperlukan dukungan luar biasa dari berbagai aspek. Terlebih lagi, RSUD Soetomo telah disahkan oleh Menkes sebagai pusat pengembangan pelayanan dan pendidikan stem cell dan bank jaringan sejak tahun 2014 bersama dengan RSCM Jakarta. Itu artinya, kapabilitas para pakar Stem cell FK UNAIR-RSDS diakui mampu dalam mengembangkan berbagai inovasi stem cell.

“Kendala pengembangan stem cell sejauh ini disebabkan karena pendanaan yang kurang. Ini krusial karena menyangkut dana riset dan pengadaan barang. Kalau di luar negeri, penyediaan peralatan hanya butuh waktu satu sampai dua tahun saja, sementara di Indonesia masih harus menunggu sampai sepuluh tahun,” ungkapnya.

Penulis: Sefya H. Istighfarica Editor: Defrina Sukma S

Ditawarkan, Kompres Luka dari

Ekstrak Tanaman Lidah Buaya

(Aloe Vera)

UNAIR NEWS – Mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga (UNAIR) Surabaya berhasil membuat inovasi baru penyembuh luka dari ekstrak Aloe Vera. Menurut empat mahasiswa yang menelitinya, yaitu Muhammad Hidayatullah Al-Muslim

(12)

(2016), Dinda Dhia Aldin Kholidiyah (2016), Kusnul Oktania (2016) dan Retno Dwi Susanti (2014), inovasi baru penyembuh luka ini diberi nama KOMPAS kependekan dari “Kompres Penyembuh Luka Aloe Vera”.

“Kami memutuskan untuk membuat kompres luka dari tanaman lidah buaya (Aloe vera) ini dalam proposal Program Kreativitas Mahasiswa yang didanai Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi, karena Aloe Vera mempunyai potensi cukup besar sebagai bahan baku obat alami,” kata Retno Dwi Susanti, mewakili tim PKM ini, kemarin di kampusnya.

Tanaman lidah buaya (Aloe vera) lebih dikenal masyarakat sebagai tanaman hias. Padahal tanaman ini mengandung berbagai zat aktif yang dapat dipakai untuk menyembuhkan luka. Oleh karena itu Retno dan kawan-kawannya memanfaatkan aloe vera dalam penelitian ini. Selain itu, lidah buaya pasti berpeluang untuk menjadi komoditas perdagangan yang besar.

Menurut Retno, anggota paling senior di tim PKM ini, Aloe Vera terdapat kandungan saponin dan flavonoid, bahkan juga mengandung tanin dan polifenol. Saponin itu mempunyai kemampuan sebagai pembersih sehingga efektif untuk menyembuhkan luka, sedangkan tanin dapat digunakan sebagai pencegahan terhadap infeksi luka karena mempunyai daya antiseptik. ”Jadi cukup efektif dijadikan sebagai penyembuh luka,” lanjutnya.

Ditambahkan oleh Muhammad Hidayatullah Al-Muslim, ketua PKMK ini, bahwa kreativitas “KOMPAS” ini merupakan produk kompres luka yang ampuh dapat menyembuhkan luka dan cukup praktis untuk dipakai. Penggunaannya cukup dengan membersihkan luka terlebih dahulu, kemudian menempelkan KOMPAS pada luka tersebut.

”Orang-orang lebih sering mengira bahwa luka harus dibuat kering dan diangin-anginkan agar cepat sembuh. Padahal kondisi lembap bisa membantu sel fibroblas membentuk jaringan baru

(13)

yang menutup luka. Jadi kelembapan juga mengurangi jumlah eksudat atau cairan yang keluar dari luka,” jelas Dayat, panggilan akrabnya.

Memang, perawatan luka yang baik dengan menggunakan pembalut luka modern, seperti plester, yang bisa menjaga kelembapan luka. Untuk itu dianjurkan untuk tidak menggunakan kain kasa, karena kain kasa tidak bisa menjaga kelembapan luka dan membuat proses penyembuhan luka menjadi lebih lama.

”Berbeda dengan luka yang sudah lama, yang sudah bernanah misalnya, maka perawatannya tidak perlu ditutup. Dibiarkan terbuka saja. Jadi dengan adanya produk KOMPAS ini, kami harapkan sangat efektif untuk proses penyembuhan luka,” timpal Kusnul Oktania, anggota PKMK KOMPAS ini.

Ditanya wartawan tentang kemasannya? Dijawab oleh Dinda Dhia, dalam satu kemasan berisi tiga biji KOMPAS. “Kalau kita jual per kemasan harganya Rp 15.000, tapi kalau ada yang ingin membeli per biji, kami siap melayani juga. Jadi kalau per biji kita menjualnya Rp 5.000, kata Dinda. (*)

Editor : Bambang Bes

Mahasiswa UNAIR Tawarkan

“Serbuk Ajaib” untuk Cuci

Darah Pasien Gagal Ginjal

UNAIR NEWS – Ginjal merupakan organ terpenting dalam tubuh manusia. Tetapi penderita gangguan ginjal, akhir-akhir ini terus meningkat, akibat pola hidup yang kurang sehat. Padahal, penanganan kasus gagal ginjal dengan melakukan cuci darah

(14)

(hemodialisis) membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Untuk

itulah mahasiswa Fakultas Sains dan Teknologi (FST) Universitas Airlangga berinovasi dalam penelitiannya dan menemukan solusi yang berpotensi meningkatkan hemodialisis dengan kinerja lebih optimal.

”Penanganan kasus gagal ginjal di Indonesia saat ini, menurut Menkes, terkendala oleh biaya yang mahal dan keterbatasan alat cuci darah, sedangkan penderitanya sekitar 3000 orang dan banyak yang berakhir dengan kematian. Karena itulah kami berusaha membantu mencari solusinya,” ujar Januardi Wardana, ketua Tim Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) Penelitian Eksakta, FST UNAIR tentang isonasinya.

Selain Januardi, Tim juga beranggotakan Bella Prelina, Ahya Isyatir Rodliyah, dan Zakiyatus Syukriyah. Atas prestasi ini mereka menuangkan penelitian ini dalam program PKM. Bahkan setelah dinilai oleh Dikti, proposal bertajuk “Potensi Cation

Exchanger Zeolit A Sebagai Hemoadsorben Penderita Gagal Ginjal” ini lolos penilaian dan memperoleh dana dari

Kemenristekdikti untuk program PKM tahun 2017.

Dibenarkan oleh mereka, bahwa organ ginjal bertugas untuk menyaring sisa-sisa metabolisme untuk dibuang keluar tubuh manusia. Apabila ginjal tidak dapat menjalankan tugasnya dengan baik, maka akan mengalami gagal ginjal. Penyebab utama gagal ginjal ini antara lain pola hidup yang tidak sehat, serta akibat tingginya kadar uremik toksin dalam darah.

(15)

DIANTARA Tim PKM-PE ini melakukan penelitian serius, baik di UNAIR dan di AMTEC Malaysia. (Foto: Dok PKM-PE FST)

Ada berbagai macam jenis uremik toksin, salah satunya adalah kreatinin yang merupakan asam organik yang memiliki gugus nitrogen dan diproduksi dalam tubuh manusia, terutama pada hati, ginjal, dan pankreas. Secara fisiologis, konsentrasi normal kreatinin dalam darah 1,2 hingga 5 mg/dL. Apabila melebihi batas, maka dapat dikategorikan sebagai penyakit gagal ginjal.

“Sementara itu proses hemodialisis selama ini biasanya terjadi dalam waktu relaif lama. Jadi pasien mengalami rasa sakit dan tidak nyaman. Untuk itu diperlukan suatu bahan tambahan yang mampu meningkakan kualitas hemodialisis. Melalui PKM-PE inilah kami meneliti kemampuan zeolit dan zeolit yang ter-imprinted kreatinin untuk adsropsi kreatinin,” tambah Januardi.

Penelitian PKM-PE ini dilakukan di Universitas Airlangga dan AMTEC, Malaysia. Penelitiannya diawali dengan membuat zeolit terlebih dahulu. Bahan dasar yang digunakan adalah natrium aluminat, silikon dioksida, dan air. Pembuatan zeolit ini menggunakan metode hidrotermal pada suhu 100C.

(16)

“Sedangkan Imprinted zeolit merupakan zeolit yang telah tercetak porinya dengan pori kreatinin. Untuk membuatnya kami tambahkan larutan kreatinin ke dalam suspensi zeolit dan dilakukan ekstrak dengan air panas hingga pH-nya netral, sehingga harapan kami pori-pori zeolit yang terbentuk memliki kesamaan dengan pori-pori kreatinin dan proses adsorpsi semakin cepat berlangsung,” tambah Bella Prelina, anggota tim. Zeolit yang dipilih digunakan karena mudah dalam sintesisnya dan memiliki potensi besar dalam penyerapan limbah metabolik penderita gagal ginjal. Zeolit memiliki sifat fisika dan kimia yang unik, yakni meliputi dehidrasi, adsorben dan penyaring molekul, katalisator dan penukar ion. Sifat zeolit sebagai adsorben dan penyaring molekul, juga dimungkinkan sebagai material berpendukung hemoadsorben yang memiliki tingkat akurasi tinggi, sehingga menjadikannya adsorben yang selektif dan mempunyai efektivitas adsorpsi yang tinggi.

“Pada penelitian ini kami membuat zeolit dan zeolit yang telah terimprinted porinya. Kami meneliti kemampuan adsorpsinya dalam variasi waktu adsorpsi,” tambah Zakiyatus Syukriyah. Juga ditambahkan oleh Januardi, bahwa dalam rentang waktu 15 menit, zeolit mampu mengadsorpsi kreatinin sekitar 40%. Sedangkan zeolit yang terimprinted sekitar 60%. Diantara keduanya, zeolit yang porinya telah terimprinted memiliki kemampuan lebih besar dibandingkan zeolit biasa.

”Karena zeolit yang ter-imprinted lebih selektif. Sekaligus membukikan bahwa zeolit memiliki kemampuan sebagai adsorben

uremik toksin, sehingga memiliki potensi untuk hemodialisis

kreatinin,” kata Januardi. (*) Editor: Bambang Bes

(17)

Mahasiswa UNAIR Bikin Bedak

Tabur ‘Multipurpose’ Berbahan

Herbal Dedaunan

UNAIR NEWS – Empat orang mahasiswa Fakultas Farmasi Universitas Airlangga dalam inovasinya berhasil memanfaatkan kandungan fenol dari daun sirih, kemangi, serai, dan daun beluntas (luntas) untuk membuat Bedak Tabur Multipurpose (Beta-TIP) yang dapat mengatasi penyakit kulit secara all in

one, yakni baik sebagai bedak tabur, masker alami, hingga

deodoran.

Prospek yang baik karena terdapat beberapa komposisi bahan alam lainnya yang berkhasiat, membuat Dirjen Dikti pada Kemenristekdikti memberikan dana pengembangan melalui Program Kreativitas Mahasiswa Bidang Kewirausahaan (PKMK) tahun 2016. Keempat tim mahasiswa FF UNAIR itu adalah Danik Mahfirotul H (Ketua), Risqy Sobriya A, Lisa Tri A, dan Annita Putri.

Saat ini produk Beta-TIP (Bedak Tabur Multipurpose) ini masih dalam tahap pengurusan registrasi di Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) untuk bisa menjadi kosmetik yang dapat dijual bebas di pasaran.

Dijelaskan oleh Danik Mahfirotul, Ketua kelompok PKM ini, latar belakang inovasi ini dilakukan karena penyakit kulit masih menjadi salah satu penyakit yang memiliki prevalensi tinggi di negara tropis, seperti di Indonesia ini. Sebab tingkat suhu udara rata-rata yang tinggi hingga mencapai diatas 30º C mengakibatkan banyak menimbulkan berbagai kelainan pada kulit seperti, gatal-gatal, ruam, biang keringat serta keluhan bau badan.

Tahun 2011 saja, penyakit kulit dan jaringan subkutan menjadi peringkat ketiga dari sepuluh penyakit terbanyak pada pasien rawat jalan di rumah sakit se-Indonesia, yakni 192.414 jumlah

(18)

kunjungan dengan 48.576 kasus baru (Kemenkes, 2012). Penyakit kulit di Indonesia umumnya lebih banyak disebabkan oleh infeksi bakteri, jamur, parasit, dan penyakit dasar alergi. Selama ini memang banyak solusi yang ditawarkan untuk mengatasi berbagai masalah pada kulit tadi. Mulai dari berbagai macam merk bedak tabur, masker alami untuk kulit, hingga deodoran modern yang mengandung berbagai bahan kimia berbahaya. ”Dari sinilah kami tim PKMK Farmasi UNAIR termotivasi ingin membuat bedak tabur multipurpose yang mampu membuat produk berkhasiat secara all in one,” kata Danik.

Ditambahkan, bahan yang dipergunakan membuat bedak tabur ini 100% perpaduan bahan alam yang telah teruji khasiatnya untuk kesehatan kulit. Misalnya kandungan fenol dari Sirih dan Kemangi dapat berguna sebagai antiseptik dan antifungi yang mampu mengurangi pertumbuhan bakteri dan jamur pada kulit. Kemudian kandungan daun beluntas dipercaya dapat membantu menghilangkan bau badan, dan masih terdapat beberapa komposisi bahan alam lainnya yang berkhasiat diantaranya serai.

Produk bedak antiseptik ini dikemas secara ekonomis yang menarik dan praktis untuk bisa dibawa kemana-mana. Beta-TIP juga dapat digunakan untuk semua kalangan usia dan berbagai jenis kelamin tanpa khawatir efek samping penggunaan yang berbahaya. Menggunakan produk ini juga bisa untuk menjaga agar kulit ketiak tetap kering, dapat mengurangi iritasi akibat bahan kimia, alergi, menghambat pertumbuhan bulu ketiak, dan tentunya tidak meninggalkan bekas noda pada pakaian.

“Penggunaan Beta-TIP sebagai produk kesehatan alami, jadi tidak memerlukan aplikasi yang sulit. Hanya perlu untuk menaburkan bedak secukupnya kemudian diratakan ke bagian tubuh yang gatal atau kulit ketiak,” kata Danik Mahfirotul H.

Diyakini mereka, produk ini punya peluang pasar yang baik karena sasarannya semua kalangan, baik pria maupun wanita, dewasa maupun anak-anak. Apalagi produk ini dibandrol hanya

(19)

seharga Rp 8.500 untuk satu kemasan sachet 15 gram.

Berdasarkan uji coba di pasaran selama ini, beberapa konsumen sudah merasakan manfaat bedak multikhasiat Beta-TIP ini, selain bisa digunakan sebagai pengganti deodorant, juga dapat digunakan mengobati penyakit kulit seperti biang keringat dan gatal karena alergi.

“Kami akan segera memproduksi kemasan cup 40 mg yang lebih hemat harga dan memiliki kemasan yang menarik,” tambah Danik mengakhiri keterangannya. (*)

Editor: Bambang Bes

Dosen Fisika Kembangkan Alat

Deteksi Jantung dengan Fiber

Optik

free instagram followermake up wisudamake up jogjamake up prewedding jogjamake up wedding jogjamake up pengantin j o g j a p r e w e d d i n g j o g j a p r e w e d d i n g y o g y a k a r t a b e r i t a indonesiayogyakarta wooden craft

Mengangkat

Semangat

(20)

Majapahit

UNAIR NEWS – Partisipasi masyarakat adalah kunci keberhasilan pembangunan, termasuk di bidang pelestarian sejarah dan kepariwisataan. Inilah yang mendorong lima mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Airlangga, untuk meneliti partisipasi masyarakat dalam pelestarian situs peninggalan Kerajaan Majapahit.

Kelima mahasiswa itu adalah Leny Yulyaningsih (FISIP/2015), Nadiya Firdausi (FISIP/2015), Fazza Baraka (FISIP/2015), Dian Rizkita Puspitasari (FISIP/2015), dan M. Giofani Fahrizal (FISIP/2015). Penelitian tentang partisipasi masyarakat itu mereka tuangkan dalam proposal program kreativitas mahasiswa kategori penelitian sosial humaniora (PKM – PE Soshum) berjudul “Partisipasi Masyarakat dalam Implementasi Perwujudan Program Pembangunan Desa ‘The Spirit of Majapahit’ dalam Konsep Good Governance’. Proposal PKM – PE milik tim yang diketuai Leny itu berhasil lolos pendanaan dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi tahun 2016.

Kawasan Trowulan telah menjadi wahana penelitian arkeologi. Ratusan benda peninggalan Kerajaan Majapahit ditemukan di puluhan situs. Benda peninggalan itu berupa bangunan, arca, gerabah, candi, dan petilasan. Situs Trowulan telah ditetapkan oleh Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan PBB (UNESCO) sebagai situs warisan dunia. Guna melestarikan peninggalan budaya itu, maka Pemerintah Kabupaten Mojokerto, dan Provinsi Jawa Timur membangun Rumah Majapahit.

Untuk membangun Rumah Majapahit, diperlukan keamanan yang kondusif di desa-desa sasaran. Ada tiga desa yang terkena dampak yaitu Desa Bejijong, Desa Jatipasar, dan Desa Sentonorejo. Awal pembangunan Rumah Majapahit sempat menuai pro dan kontra dari warga. Akibat ketidaksejalanan itu, pembangunan Rumah Majapahit sempat stagnan.

(21)

“Ada isu-isu yang beredar di masyarakat, yaitu rumah yang dibangun menjadi milik pemerintah, keharusan penduduk yang bersangkutan memeluk agama tertentu, pembangunan Rumah Majapahit didanai pihak asing, dan alokasi bantuan keuangan tunai pemeliharaan Rumah Majapahit mencapai Rp 7 – 10 juta per tahun,” tutur Nadiya selaku anggota tim.

Singkat cerita, masyarakat akhirnya bersedia berpartisipasi dalam pembangunan Rumah Majapahit setelah mendapatkan penjelasan dari pihak Pemprov Jatim dan Balai Pelestarian Cagar Budaya Trowulan.

Berdasarkan penelitian tim, pembangunan Rumah Majapahit di kawasan Trowulan ternyata bermanfaat bagi pembangunan rumah, pagar, gapura, pertokoan yang bernuansa arsitektur Majapahit. “Kondisi ini cukup menggembirakan dan membanggakan karena arsitektur Majapahit masih disukai masyarakat. Itu berarti gaung dan langkah pelestarian budaya Majapahit di bidang arsitektur dan bangunan mendapatkan jalan untuk terus dilakukan dan ditingkatkan,” tutur Leny.

Saat ini, perkembangan pembangunan yang bernuansa Majapahit di Trowulan semakin terlihat. Tiga desa sasaran, khususnya Desa Bejijong, banyak mendapatkan kunjungan wisatawan baik hanya sekadar melihat bagaimana wujud Rumah Majapahit. Masyarakat pemilik Rumah Majapahit sebagian mengembangkan rumahnya untuk berjualan souvenir atau oleh-oleh dan hasil kerajinan. Beberapa rumah diantaranya digunakan sebagai warung dengan nuansa Majapahit dan sebagian kecil yang digunakan sebagai

homestay.

(22)

Mahasiswa UNAIR Kembangkan

Program Penyadap Sinyal Otak

UNAIR NEWS – Komunikasi merupakan salah satu kebutuhan penting manusia yang dibutuhkan dalam menjalani kegiatan sehari-hari. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat terlepas dari kebutuhan berkomunikasi dengan lingkungannya, dan tentunya komunikasi memerlukan aktifitas bicara. Jika organ yang berfungsi untuk berbicara terganggu,maka akan berakibat pada sulitnya berkomunikasi.

Salah satu contohnya adalah penderita Aphasia. Aphasia merupakan penyakit yang dapat menyebabkan penderitanya mengalami gangguan motorik, terutama berbicara. Kesulitan berbicara akan mengakibatkan penderita susah mengutarakan apa yang ia inginkan. Situasi ini menyebabkan penderita mengalami tekanan dari lingkungannya. Tekanan tersebut dapat membuat penderita stress dan akhirnya memperparah penyakitnya.

Hal inilah yang kemudian mendorong empat mahasiswa Fakultas Sains dan Teknologi (FST) UNAIR untuk membuat sebuah program dengan judul “Aplikasi Brain Computer Interface (BCI) menggunakan Elektro Ensephalo Graf (EEG) Pada Aktifitas

Unspoken-Speech Sebagai Alat Bantu Komunikasi Penderita

Aphasia”. Keempat mahasiswa tersebut yaitu Zahwa Arsy, Hafizh Fadhlul, Sita Ari, dan Puspita Sari, serta didampingi oleh Endah Purwanti, S.Si., M.T, selaku dosen pembimbing.

Pada dasarnya, Zahwa dan timnya membangun sebuah sistem komunikasi yang menghubungkan otak atau sistem saraf pusat manusia dengan perangkat komputer secara langsung, sehingga BCI memungkinkan terjadinya aktivitas bicara yang tidak menghasilkan suara sama sekali, yang biasanya disebut sebagai

unspoken-speech. Sehingga, penderita Aphasia dapat

berkomunikasi tanpa harus menggunakan saraf motoriknya, melainkan hanya memanfaatkan sinyal otaknya.

(23)

Proses kerjanya, sinyal otak akan memberikan respon yang berbeda tiap kali seseorang hendak mengatakan sesuatu. Artinya, ketika seseorang tersebut hendak mengatakan sesuatu, sinyal otak akan disadap.

“Penyadapan sinyal otak tersebut menggunakan sebuah alat, yaitu Elektro Ensephalo Graf (EEG,red),” jelas Zahwa selaku ketua kelompok.

Dikarenakan penderita Aphasia di Indonesia termasuk dalam kategori sangat sedikit, kelompok PKM Karsa Cipta tersebut menggunakan naracoba orang normal dalam pengambilan data sinyal otak. Sementara waktu, kata yang dipilih untuk diklasifikasikan dalam proses uji coba oleh kelompok tersebut adalah kata “Sakit” dan “Tolong”. Pemilihan kata tersebut dalam proses coba karena dianggap sering digunakan oleh manusia dalam pembicaraan sehari-hari.

“Sebelum sinyal otak naracoba disadap, naracoba kita arahkan dulu agar berada dalam posisi yang nyaman, karena kondisi naracoba juga berpengaruh pada sinyal otak yang dihasilkan,” terang Zahra.

“Setelah didapatkan, hasil sinyal otak akan kita olah sedemikian rupa menggunakan program yang telah kita kembangkan, sehingga dapat menampilkan apa yang ingin dikatakan oleh naracoba,” imbuhnya mengakhiri. (*)

Referensi

Dokumen terkait

Asap cair atau dengan nama lain bio oil adalah cairan yang terbentuk dari kondensasi asap yang dihasilkan dari pirolisis kayu dan bahan-bahan berlignoselulosa

Luaran pengabdian ini ialah keterampilan melakukan praktikum IPA kontekstual oleh guru, dan panduan praktikum IPA untuk siswa SD materi air, fotosintesis, makanan,

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial Inflasi berpengaruh positif terhadap IHSG, Suku Bunga berpengaruh negatif terhadap IHSG, Nilai Tukar Kurs berpengaruh positif

Graf pada gambar 3.24 di atas menunjukkan bahwa graf total K1  2 K s terbentuk dari dua graf total K1  K s yang bersekutu pada satu titik pusat yang dinotasikan dengan x1 ,

Pensyarah Pendidikan Islam di Politeknik Pantai Timur selaku responden dalam kajian ini yang sentiasa memberi kerjasama, maklumat dan input yang amat berguna kepada

Beberapa jenis tanaman buah, tanaman perkebunan maupun tanaman kehutanan tidak mengalami dormansi sehingga benih tanaman tersebut dapat langsung disemai.. Contohnya adalah durian,

parasiticus diinokulasikan pada masing-masing sampel tepung maizena yang sebelumnya sudah dilakukan sterilisasi pada suhu 121 o C selama 15 menit dan selanjutnya.. dilakukan