• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mengenai berbagai situasi, kondisi, fenomena dan realitas sosial dari objek

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mengenai berbagai situasi, kondisi, fenomena dan realitas sosial dari objek"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Dengan metode ini dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran mengenai berbagai situasi, kondisi, fenomena dan realitas sosial dari objek penelitian dan berupaya menarik realitas itu kepermukaan sebagai suatu ciri, karakter, sifat dan model tentang realitas tersebut (Bungin, 2008:68-69). Realitas sosial yang dimaksud adalah keseluruhan penerapan program spiritual care yang dilaksanakan di RSUD Al-Ihsan Baleendah, karena dalam salah satu program tersebut terdapat layanan bimbingan rohani yang sangat potensial untuk dikembangkan menjadi model bimbingan dan konseling islami di rumah sakit. Realitas sosial ini akan diteliti secara mendalam mengenai konsep, kategori, proposisi, latar belakang, pola kerja, dan penerapannya (Moleong, 2010:72-73), sehingga ditemukan dasar-dasar teoritik untuk studi kearah pengembangan model Bimbingan dan Konseling Islami untuk memenuhi kebutuhan spiritual pasien rawat inap di rumah sakit yang belum banyak berkembang di Indonesia hingga saat ini.

Peneliti memiliki keyakinan penggunaan metode di atas akan relevan karena memenuhi ciri-ciri umum penelitian deskriptif yaitu: memusatkan pada pemecahan masalah-masalah aktual yang ada pada masa sekarang, data-data yang dikumpulkan pertama-tama disusun, dijelaskan, kemudian dianalisis. Selain itu metode ini menyajikan langsung hakikat hubungan antara peneliti dengan

(2)

informan, lebih peka dan dapat menyesuaikan diri dengan berbagai perubahan dan pola-pola nilai yang dihadapi, sehingga kenyataan-kenyataan baru yang ditemukan di lapangan dengan berbagai kendala yang ditemukan dilapangan akan dapat di atasi. Secara keseluruhan dengan metode deskriptif ini ditujukan untuk: (1) mengumpulkan informasi aktual secara rinci yang melukiskan gejala yang ada, (2) mengidentifikasi masalah atau memeriksa kondisi dan praktek-praktek yang berlaku, (3) membuat perbandingan atau evaluasi, (4) menentukan apa yang dilakukan orang lain dalam menghadapi masalah yang sama dan belajar dari pengalaman mereka untuk menetapkan rencana dan keputusan pada waktu yang akan datang (Rakhmat, 2005:24-25).

Sedangkan melalui pendekatan kualitatif diharapkan dapat melakukan eksplorasi terhadap objek yang diteliti sehingga mendapat gambaran yang mendalam terutama dapat mencari makna di balik perbuatan sehingga dapat memahami masalah atau situasi secara lebih mendalam. Substansi dari data kualitatif adalah makna dari setiap data yang dapat diungkapkannya, karena itu pencarian dan pengejaran makna adalah merupakan essensi dari penelitian. Makna dalam setiap data tersebar dari mulai yang konkrit sampai dengan yang abstrak. Makna yang konkrit berkaitan dengan sikap dan perilaku serta tindakan individu dan kelompok, sedangkan makna yang abstrak berkaitan dengan nilai kelompok masyarakat hingga nilai sistem dunia. Makna yang berkaitan dengan sikap selalu menuju abstrak, sedangkan makna yang berkaitan dengan perilaku selalu menuju konkrit, yaitu berkaitan dengan tindakan yang harus dilakukan seseorang dalam lingkungan sosialnya (Bungin, 2008:105).

(3)

Penelitian ini juga menggunakan metode kasus mengingat dalam penelitian ini dikumpulkan bahan-bahan kasus dari pelaksanaan bimbingan terhadap pasien yang dilakukan oleh RSUD melalui bidang keperawatan dengan program bimbingan rohani. Dengan demikian studi kasus ini adalah kasus kelembagaan yang ditulis sedemikian rupa sehingga dapat memberikan gambaran yang jelas tentang proses bimbingan dan keadaan pasien berapapun jumlahnya pada waktu penelitian untuk dijadikan dasar kajian selanjutnya. Tujuan dari metode kasus ini untuk melaporkan data hasil proses penelitian yang obyektif tentang masalah yang diteliti dilengkapi dengan kesimpulan secara deskriptif-kualitatif. Ciri khas data kualitatif adalah mengeksplorasi dan menjelaskan kasus-kasus tertentu terutama kasus-kasus yang kaya informasi (Patton, 2006:94), lebih memungkinkan kasus mendalam dan komprehensif terutama kasus dari pasien berkebutuhan khusus, dan kasus-kasus dalam bimbingan ibadah pokok. Data kasus hanya berlaku untuk kasus tertentu dengan tidak bertujuan untuk digeneralisasikan atau menguji hipotesis tertentu. (Bungin, 2008:104).

Sedangkan untuk melakukan studi ke arah pengembangan model yang dicari dan dibutuhkan, penelitian ini juga menggunakan metode research and development (penelitian dan pengembangan) sebagai metode bantu. Menurut W.R. Borg dan M.D. Gall (2003:271) metode research and development adalah sebagai: “... a process used to develop and validate educational product”. Menurut Sugiyono (2011:297) adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu dan menguji keefektifan produk tersebut. Produk

(4)

yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah Model Bimbingan dan Konseling Islami untuk memenuhi kebutuhan spiritual pasien rawat inap di rumah sakit.

Langkah-langkah dalam penelitian dan pengembangan meliputi tahapan-tahapan sebagai berikut : (1) potensi dan masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain produk, (4) validasi desain, (5) uji coba pemakaian, (6) revisi produk, (7) uji coba produk, (8) revisi desain, (9) revisi produk, (10) produk masal (Sugiyono,2011:298).

Dari sepuluh langkah tersebut dalam penelitian ini hanya mampu dipergunakan sampai tahapan ke lima dan ke enam yaitu: (5) uji coba pemakaian, (6) revisi produk, dengan uji coba tersebut bersifat uji coba model secara terbatas. Karena itu pada tahap validasi penelitian ini dapat melakukan validasi internal melalui expert judgement, kriteria konsep dan ekspektasi. Sedangkan pada tahap validasi eksternal hanya mampu sampai pada tahap ujicoba model secara terbatas, dan inilah salah satu kekurangan dan keterbatasan dalam penelitian ini. Ketidaksempurnaan dalam menerapkan langkah-langkah metode research and development (R&D) di atas terutama karena beberapa alasan. Pertama, karena keterbatasan waktu dan biaya penelitian yang tersedia meski peneliti juga telah berusaha meminta perpanjangan waktu penelitian hingga awal bulan Mei tahun 2012. Kedua, Penelitian ini memang bukan murni penelitian dan pengembangan sehingga tidak menggunakan metode R&D secara penuh, metode R&D hanya sebagai metode bantu untuk melakukan studi ke arah pengembangan. Karena itu penelitian ini lebih merupakan penelitian awal menemukan model dengan melakukan studi eksplorasi terhadap sebuah program yang potensial untuk

(5)

dikembangkan menjadi sebuah model,dan inilah yang dimaksud dalam anak judul sebagai studi ke arah pengembangan model. Karena itu untuk sampai kepada tahap pengembangan model ideal yang „power full‟ berikutnya masih diperlukan penelitian tahap lanjutan terutama untuk melakukan uji efektifitas model secara ‘power full’. Ketiga, penegasan mengenai ketidaktunggalan metode penelitian yang digunakan, sehingga ada mayor methode (metode deskriptif-kualitatif-studi kasus) dan minor methode (penelitian dan pengembangan). Diharapkan dengan dipergunakannya metode bantu ini, pendeskripsian tidak hanya berisi eksplorasi dan pemaparan belaka melainkan mampu mendeskripsikan ke arah yang lebih baik dalam rangka studi ke arah pengembangan model.

Adapun para ahli yang dilibatkan dalam uji validitas internal melalui expert judgement meliputi : (1) Pakar Ilmu Dakwah dalam Bimbingan dan Konseling Islam dan Perawatan Rohani Islam (warois), (2) Pakar Komunikasi dan Komunikasi Konseling (3) Direktur atau Wakil Direktur RSUD Al-Ihsan, (4) Kabag Keperawatan, (5) Kasubsi Kerohanian, (6) Penanggung Jawab Kerohanian RSUD Al-Ihsan Baleendah.

B. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUD Al-Ihsan Jl. Kiastramanggala Baleendah Kabupaten Bandung. Dipilihnya RSUD Al-Ihsan sebagai lokasi penelitian karena beberapa pertimbangan. Pertama: terdapat program spiritual care, program ini pada dasarnya adalah program pemberian layanan bimbingan kerohanian Islam kepada pasien rawat inap oleh pihak rumah sakit. Program serupa ini di lingkungan RSUD Provinsi Jawa Barat pernah dikembangkan oleh

(6)

pemerintah provinsi Jawa Barat melalui program Perawatan Rohani Islam (Warois) sejak tahun 2002 sampai tahun 2004 yang dibentuk melalui SK Gubernur Jawa Barat tanggal 22 Juli No.451.05/Kep.755-Yansos/2002. Sejak tahun 2004 sampai sekarang program tersebut berhenti dan tidak lagi dikembangkan. Akan tetapi program spiritual care jika dibanding dengan program warois memiliki beberapa perbedaan spesifik. Program warois pelaksananya adalah murni pembimbing rohani non perawat yang di rekrut oleh pemerintah daerah dan hanya di didik melalui pelatihan warois di provinsi selama dua minggu. Otomatis pelaksananya tidak memiliki baik disiplin ilmu keperawatan maupun ilmu bimbingan dan konseling, selain itu proses pelaksanaannya dilakukan terpisah dengan asuhan keperawatan dan hanya mengurus ibadah pasien. Program serupa juga terdapat di Rumah Sakit Al-Islam (RSAI) Bandung dengan nama Keperawatan Spiritual yang lebih banyak kepada pengkajian dari aspek keperawatannya. Sementara dalam program spiritual care

di RSUD Al-Ihsan selain dijalankan melalui asuhan keperawatan juga banyak mengangkat aspek bimbingan dan konseling yang diintegrasikan kedalam keperawatan, bahkan telah di buat Standar Pelayanan Publik Pelayanan Bimbingan dan Konseling Kerohanian. (Lihat Lampiran 8 hal. 509-522).

Kedua: program bimbingan kerohanian dalam spiritual care di RSUD Al-Ihsan Baleendah sangat potensial untuk dikembangkan menjadi model Bimbingan dan Konseling Islami karena layanannya mengandung unsur dan bentuk bimbingan dan konseling islami seperti: bimbingan tadzkirah, bimbingan ibadah, bimbingan dzikir dan do’a, bimbingan pasien berkebutuhan khusus, konsultasi,

(7)

konseling, dan bina ruhiah. Meskipun pengampunya disampaikan oleh perawat primer dan pembina rohani yang secara profesional tidak memiliki latar belakang akademik bimbingan dan konseling.

Ketiga: dilihat dari perspektif model bimbingan dan konseling setting lembaga kesehatan, dalam komponen program spiritual care di RSUD Al-Ihsan ini, terdapat juga komponen-komponen model bimbingan dan konseling di rumah sakit untuk memenuhi kebutuhan spiritual pasien rawat inap. Komponen-komponen model dalam program spiritual care tersebut yaitu : sejarah dan dasar filosofis, visi, misi, tujuan dan manfaat, perawat dan pembina rohani, dan pedoman pelayanan. Komponen-komponen ini sangat potensial untuk di kaji dan dikembangkan menjadi model Bimbingan dan Konseling Islami yang tengah di cari sebagai hasil penelitian. Hal-hal inilah yang menjadi dasar pemilihan lokasi penelitian dan ketertarikan peneliti untuk mengamati dan mengungkap lebih jauh konsep, latar belakang, pola kerja, metode dan penerapan program spiritual care

yang dilaksanakan di RSUD Al-Ihsan tersebut dari perspektif ilmu bimbingan dan konseling.

C. Subyek penelitian

Dalam penelitian ini subyek primernya adalah para pasien rawat inap di RSUD Al-Ihsan Baleendah Kabupaten Bandung. Banyaknya pasien tidak dapat diprediksi, tergantung dari berapa pasien rawat inap yang tersedia, diberi layanan

spiritual care dan juga bersedia dijadikan responden. Karena itu penelitian ini menggunakan studi kasus kelembagaan, sehingga berapapun jumlah pasien tidak dijadikan ukuran. Hal ini terjadi karena terdapat beberapa alasan mendasar.

(8)

Pertama: peneliti tidak dapat menentukan apalagi meminta berapa pasien yang dapat dijadikan subyek penelitian. Kedua: tidak semua pasien rawat inap otomatis masuk program spiritual care, karena porgram spiritual care belum diberikan secara merata di semua bangsal dan ruang perawatan. Ketiga: meskipun pasien berstatus rawat inap dan mendapat layanan program spiritual care, jika pasien tidak bersedia dijadikan responden, keluarga tidak mengizinkan, dan dokter yang menangani pasien juga tidak memberi izin kepada peneliti untuk dijadikan responden, maka pasien tersebut tidak dapat dijadikan sebagai subyek penelitian.

Meskipun begitu untuk pasien rawat inap sebagai responden di rumah sakit diharapkan mereka adalah yang memiliki kriteria sebagai berikut:

1. Beragama Islam.

2. Berstatus sebagai pasien rawat inap di rumah sakit minimal dua hari sampai maksimal dua minggu atau lebih rentang waktu perawatan, atau sesuai ketentuan yang diberikan oleh rumah sakit.

3. Berusia dewasa, dewasa lanjut, hingga lansia dan tidak pikun.

4. Memiliki kesadaran secara fisik dan dianggap membutuhkan layanan spiritual.

5. Bertempat di ruangan yang diberi layanan spiritual care. 6. Bersedia menerima layanan kerohanian.

7. Mendapat izin dari dokter, keluarga, dan pasien sendiri untuk menghindari kontra indikasi ketika dilakukan layanan dan dapat dijadikan responden. Dari keseluruhan pasien yang dapat dijaring dengan kriteria di atas subyek penelitian dari unsur pasien hanya berjumlah 8 orang. Subyek yang lain adalah

(9)

keluarga pasien 7 orang, pembimbing rohani 3 orang, para perawat primer yang telah mendapatkan pelatihan khusus Asuhan Keperawatan Spiritual Muslim 6 orang, direktur atau wakil direktur rumah sakit 1 orang, kepala bagian keperawatan 1 orang , dan kasubsi kerohanian 1 orang .

D. Pengembangan Instrumen Penelitian 1. Definisi Operasional

a. Model Bimbingan dan Konseling Islami untuk Memenuhi Kebutuhan Spiritual Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit

Model Bimbingan dan Konseling Islami disini adalah gambaran kerangka kerja konseptual Bimbingan dan Konseling Islami yang mendeskripsikan dan melukiskan prosedur yang sistematik dalam mengorganisasikan layanan bimbingan dan konseling, khusus untuk pasien rawat inap di rumah sakit untuk mencapai tujuan tertentu, tujuan tersebut yaitu terpenuhinya kebutuhan spiritual pasien rawat inap muslim. Model ini berfungsi sebagai pedoman bagi perencanaan dan pelaksanaan kegiatan layanan bimbingan dan konseling bagi pasien rawat inap di rumah sakit. Model Bimbingan dan Konseling Islami ini adalah model konseling yang dicari sebagai hasil akhir dalam penelitian ini. Model Bimbingan dan Konseling Islami untuk Memenuhi Kebutuhan Spiritual Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit ini adalah model yang akan dihasilkan melalui dua kajian, yaitu kajian studi eksplorasi terhadap program bimbingan rohani di lapangan yang menghasilkan model eksisting, dan kajian pengembangan melalui perumusan model ideal

(10)

teoretis untuk mengkaji model eksisting agar menghasilkan model yang layak untuk diterapkan. Perumusan model ideal teoretis didasarkan kepada konsep Bimbingan dan Konseling Islami yang sudah ada dalam ranah Ilmu Dakwah karena ilmu bimbingan dan konseling islami merupakan sub disiplin Ilmu Dakwah.

Adapun penggunaan istilah Islami dalam Bimbingan dan Konseling Islami di atas karena peneliti memandang model yang akan dihasilkan sebagai sebuah disiplin keilmuan yang bersifat terbuka, akar epistemologinya memiliki berbagai metodologi yang memang memungkinkan untuk bersifat hybrid science sehingga dapat menerima dan menyerap berbagai teori-teori mutakhir yang ada. Sehingga penggunaan kata islami mencerminkan sifat dan tingkat disiplin ilmu yang dihasilkan dari thurûq al-istidlãl dengan menggunakan metode

iqtibãs dan istiqrõ, yaitu dengan tidak menurunkan langsung teori-teorinya dari ayat al-Qur’an, melainkan mengembangkan dasar teori yang ada kemudian diperkuat dengan meminjam dari teori-teori yang sudah mapan sejauh tidak bertentangan dengan al-Qur’an dan Hadits.

b. Kebutuhan Spiritual Pasien Rawat Inap

Adalah kebutuhan spiritual pasien rawat inap muslim meliputi: (a) berbagai kebutuhan akan layanan bimbingan keagamaan, (b) kebutuhan akan layanan konsultasi kerohanian dan konseling kerohanian (c) kebutuhan akan layanan pembinaan kerohanian umumnya sesuai dengan kebutuhan spiritual dilingkungan RSUD Al-Ihsan.

(11)

2. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian

Kisi-kisi instrumen penelitian dirumuskan berdasarkan teori-teori yang terkait dengan masalah kebutuhan spiritual pasien rawat inap di rumah sakit untuk menemukan variabel-variabel atau sub variabel penelitian. Dari sini dikembangkan untuk merumuskan pertanyaan-pertanyaan dalam pedoman wawancara, panduan observasi, dan panduan menemukan dokumentasi yang terkait dengan data penelitian yang di butuhkan. Bentuk kisi-kisi instrumen penelitian dapat dilihat di bawah ini:

No Variabel Indikator Metode Sumber Data

1. Bimbingan dan Konseling Islami a. Bimbingan 1. Tadzkirah 2. Ibadah

3. Dzikir dan Doa 4. Pasien berkebutuhan khusus a. Sakaratul maut b. Berkebutuhan khusus lainnya 5. Pemulasaran jenazah b. Konsultasi dan Konseling Keruhanian c. Bina Ruhiah a. Observasi b. Wawancara c. Dokumenta si a. Pendiri b. Pembina Ruhani c. Perawat primer d. Pasien e. Keluarga pasien 2. Kebutuhan Spiritual Pasien Rawat Inap Muslim a. Bentuk kebutuhan spiritual 1. Bimbingan 2. Konsultasi dan Konseling 3. Bina Ruhaniah b. Pemenuhan kebutuhan spiritual

c. Hasil bimbingan dan konseling untuk memenuhi kebutuhan spiritual 1. Pasien 2. Keluarga pasien a. Observasi b. Wawancara a. Pasien b. Keluarga pasien c. Perawat dan Pembimbing Rohani

(12)

3. Perawat dan Pembina Rohani

(Dasar perumusan kisi-kisi instrumen penelitian selanjutnya dapat dilihat dalam lampiran 1 hal.265-270).

3. Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri karena peneliti merupakan pengamat penuh dan berperan serta dalam dalam penelitian. Posisi peneliti dalam penelitian kualitatif memang rumit, karena selain sebagai perencana, pelaksana, pengumpul data, penganalisi dan penafsir data, hingga akhirnya menjadi pelapor hasil penelitian. Karena itu posisi sentral peneliti sebagai instrumen utama penelitian sangat sulit digantikan. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi observasi, wawancara, dan penggunaan bahan dokumen.

a. Observasi

Penelitian ini menggunakan observasi partisipasi (Bungin, 2008:116), dipilihnya model observasi ini karena peneliti dapat mengamati dan terlibat langsung dalam aktifitas kehidupan obyek pengamatan yaitu keseluruhan proses layanan bimbingan kerohanian Islam dalam program spiritual care di RSUD Al-Ihsan. Selain itu alasan observasi partisipasi di pilih karena observasi ini : (1) mengutamakan pengamatan dan pengalaman langsung, dimana pengalaman langsung merupakan alat yang ampuh untuk mengetes suatu kebenaran, (2) memungkinkan peneliti melihat, mengamati dan merasakan sendiri

(13)

kemudian mencacat perilaku dan kejadiannya sendiri sebagaimana yang terjadi dengan keadaan yang sebenarnya sehingga memperkecil terjadinya data-data yang keliru (bias), (3) memberi kesempatan kepada peneliti mencatat peristiwa dalam situasi yang berkaitan dengan pengetahuan proporsional maupun pengetahuan yang langsung diperoleh dari data, (4) melalui teknik ini memungkinkan peneliti mampu memahami situasi-situasi yang rumit yang dapat terjadi karena peneliti ingin juga memperhatikan beberapa tingkah laku sekaligus, (5) dengan teknik ini dapat menjadi alat yang ampuh untuk masuk dan memahami situasi-situasi rumit dan untuk perilaku-perilaku khusus yang komplek dari obyek penelitian, (6) dengan teknik ini diharap dapat mengoptimalkan kemampuan peneliti dari sisi motif, kepercayaan, perhatian, perilaku tak sadar dan kebiasaan serta melihat dunia sebagaimana yang dilihat oleh subyek penelitian, (7) memungkinkan peneliti merasakan apa yang dirasakan dan dihayati oleh subyek sehingga memungkinkan pula peneliti menjadi sumber data dalam membangun pembentukan pengetahuan yang diketahui bersama baik dari pihak peneliti maupun dari pihak subyek (Moleong, 2010: 175).

Meskipun begitu terdapat beberapa kelemahan dari teknik observasi partisipasi yang dipergunakan ini yaitu : (1) terdapat keterbatasan peneliti dalam melakukan pengamatan karena persoalan kedudukan dalam kelompok yang diamati dan hubungan dengan dengan anggota atau subyek penelitian, (2) sering terjadi kesulitan memisahkan

(14)

diri walaupun hanya sesaat untuk membuat catatan hasil pengamatan, (3) hasil observasi dapat berupa sejumlah besar data yang tidak mudah dan memerlukan waktu untuk menganalisanya, (4) dalam situasi-situasi tertentu cenderung melakukan pengamatan yang tidak sistematis.

Untuk mengatasi berbagai kesulitan-kesulitan tersebut peneliti berusaha mengatasinya dengan beberapa langkah yaitu : (1) berusaha melakukan pendekatan-pendekatan informal dan melakukan komunikasi dengan kelompok dan para anggota termasuk dengan pasien yang akan diobservasi sehingga terjalin keakraban, diharapkan dengan cara ini memperkecil jarak dan ruang antara peneliti dengan subyek penelitian, (2) kesulitan membuat catatan pada saat-saat penting kiranya dapat dikurangi dengan bantuan alat alat-alat bantu perekam suara (recorder) yang fleksibel, simple dan tidak mengganggu seperti digital voice recorder yang dapat dipasang dengan mudah dimana-mana atau kamera digital tanpa mengganggu proses pengamatan, (3) untuk mengurangi beban analisis data yang tertumpuk peneliti bekerja keras untuk tidak menyimpan dan membiarkan data dalam jumlah yang banyak dan dalam waktu yang lama, artinya data yang didapat saat itu diusahakan dapat dianalisis segera, (4) untuk mengamati kejadian pengamatan yang tidak sistematis peneliti berusaha melakukan recovery chronology kejadian segera setelah pengamatan selesai. Dengan teknik ini diharapkan berbagai peristiwa atau kejadian tersebut masih segar tersimpan dalam memori sehingga masih mudah untuk diingat.

(15)

Penggunaan teknik observasi pastisipasi ini terutama untuk memperoleh data mengenai proses pelaksanaan bimbingan kerohanian sebagai unit analisis yaitu kegiatan: bimbingan tadzkirah, bimbingan ibadah, bimbingan dzikir dan do’a, bimbingan pasien berkebutuhan khusus, konsultasi, konseling, dan bina ruhiah. Observasi dilakukan secara berulang dengan cara mengikuti kegiatan layanan bimbingan kerohanian yang diberikan tiga kali dalam seminggu terhadap pasien rawat inap. Data-data yang diperoleh ini kemudian dianalisis dengan cara induktif melalui kegiatan unitising dan categorising.

Adapun sumber data yang dapat dijaring dengan observasi partisipasi dalam penelitian ini berasal dari tiga bagian penting yaitu : (1)

Place, yaitu tempat dimana layanan Bimbingan dan Konseling Islam untuk pasien rawat inap berlangsung, (2) Actor, yaitu pelaku atau orang-orang yang terlibat dalam aktifitas layanan sebagai sumber data, (3)

Activity, yaitu kegiatan layanan yang dilakukan oleh sumber data. 1) Place (tempat).

Adalah tempat yang peneliti amati langsung dimana terjadi layanan bimbingan kerohanian untuk memenuhi kebutuhan spiritual pasien rawat inap di RSUD Al-Ihsan. Tempat-tempat tersebut adalah:

a) Ruang rawat inap VIP. b) Ruang Asal Zumar. c) Ruang Zaitun. d) Ruang IGD.

(16)

e) Ruang ICU. 2) Actor (pelaku)

a) Petugas bimbingan rohani. b) Para perawat primer. c) Pasien rawat Inap. d) Keluarga Pasien. e) Pengunjung. 3) Activity (Kegiatan) a) Bimbingan, meliputi : (1) Bimbingan Tadzkirah. (2) Bimbingan Ibadah.

(3) Bimbingan Dzikir dan Do’a.

(4) Bimbingan Pasien Berkebutuhan Khusus. (5) Layanan Pemulasaraan Jenazah.

b) Layanan Konsultasi dan Konseling Rohani. c) Bina Ruhiah.

(Panduan Observasi dan hasil dilihat dalam Lampiran 2 hal. 271-293). b. Wawancara

Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam (in-depth interview), wawancara terstruktur, dan wawancara tidak terstruktur. Digunakannya wawancara ini karena peneliti ingin memperoleh keterangan-keterangan yang dibutuhkan dalam penelitian secara langsung dengan cara tanya jawab sambil

(17)

bertatap muka antara pewawancara dengan informan dengan atau tanpa menggunakan pedoman wawancara, dimana pewawancara terlibat dalam kehidupan sosial informan, bersama-sama dengan informan di lokasi penelitian (Bungin, 2008:108). Selain itu alasan di gunakannya teknik wawancara ini terutama untuk menjaring dan mendapat informasi mendalam (in-depth information) yang tidak terjaring dengan observasi.

Adapun pendekatan yang digunakan meliputi tiga jenis yaitu : (1) pendekatan menggunakan petunjuk umum wawancara secara tertulis, (2) wawancara baku terbuka dan (3) teknik pembicaraan informal dalam berbagai kesempatan yang memungkinkan suasana biasa, wajar dengan pertanyaan-pertanyaan dan jawaban berjalan seperti pembicaraan biasa. (Moleong, 2010:187).

Keseluruhan wawancara dilakukan dilingkungan RSUD Al-Ihsan Baleendah, data-data yang diperoleh dari hasil wawancara yaitu berupa: gambaran umum RSUD Al-Ihsan, sejarah dan latar belakang program pelayanan bimbingan rohani, konsep dan program kerja, jenis layanan yang diberikan kepada pasien rawat inap, metode dan teknik yang digunakan dalam layanan bimbingan rohani, pandangan perawat mengenai bimbingan dan konseling terhadap pasien, gambaran umum mengenai kondisi kebutuhan spiritual pasien rawat inap muslim, hambatan yang dihadapi dalam memberikan layanan bimbingan rohani, dan hasil yang dicapai dalam layanan bimbingan rohani. Subyek yang

(18)

diwawancarai sebagai sumber data meliputi: direktur/wakil direktur rumah sakit, kepala bagian keperawatan, kasubag kerohanian, perawat primer, petugas bimbingan rohani, pasien, dan keluarga pasien.

Salah satu kelemahan data yang diperoleh melalui teknik wawancara adalah adanya kemungkinan ketidak jujuran responden dalam memberikan jawaban. Karena itu sebagai cara untuk mengatasi kelemahan ini peneliti berusaha melakukan triangulasi dengan melakukan cross check informasi bersama teknik lainnya yaitu observasi dan mengecek ulang informasi yang disampaikan baik kembali kepada responden maupun sumber pembanding lainnya.

(Pedoman Wawancara selanjutnya dapat dilihat dalam Lampiran 3 hal. 294-296).

c. Dokumentasi

Bahan dokumen dalam penelitian ini bukanlah literatur yang dipublikasikan melainkan bahan yang didokumentasikan di RSUD Al-Ihsan yang terkait dengan layanan bimbingan rohani. Bahan dokumen ini terdiri dari kumpulan dokumentasi mengenai layanan bimbingan rohani, Prosedur Tetap (Protap) dalam layanan bimbingan kerohanian, berbagai dokumen Pelatihan Perawatan Rohani bagi para perawat, daftar rekam kegiatan layanan bimbingan rohani oleh perawat, dan catatan pribadi dari para petugas layanan bimbingan rohani. Bahan dokumen ini bersifat terbuka tetapi terbatas dan tidak untuk umum, karena itu penggunaannya haruslah mendapat izin dari institusi atau pribadi yang memiliki bahan tersebut.

(19)

Digunakannya bahan dokumen karena akan bermanfaat bagi analisis data yang membutuhkan dukungan informasi dari bahan dokumen di masa lalu sehingga dapat menjelaskan keterkaitan obyek-obyek yang di analisis satu dengan lainnya. Adapun kriteria penggunaan bahan dokumen dilakukan dengan mempertimbangkan beberapa hal yaitu : (1) kualitas bahan dokumen, yaitu apakah dokumen tersebut mengandung informasi yang jujur atau tidak, menjelaskan kaitan-kaitan masa lalu atau adakah mengandung manfaat bagi analisis data lain, (2) bahan dokumen membantu kategorisasi dokumen yang dibutuhkan peneliti, sehingga memudahkan perlakuan analisis dan pembahasan, (3) dokumen merupakan sumber yang jelas dan akurat serta original. (Panduan Dokumentasi lihat lampiran 8 hal. 386)

E. Pengujian Keabsahan Data

Pengujian keabsahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan tiga aspek yaitu: (1) uji credibility, untuk menguji validitas internal atau aspek nilai kebenaran (2) uji dependability, untuk reliabilitas atau konsistensi, dan uji (3) uji confirmability untuk obyektifitas.

1. Uji Kredibilitas

Uji kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian dalam penelitian ini antara lain dilakukan dengan perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan, triangulasi, menggunakan bahan referensi, melakukan membercheck.

(20)

a. Perpanjangan Pengamatan.

Perpanjangan pengamatan dalam mengungkap apa yang telah peneliti dapatkan di RSUD Al-Ihsan Bandung dilakukan karena dalam pelaksanakannya peneliti mendapatkan perkembangan terbaru diluar asumsi-asumsi dasar yang telah dibangun sebelumnya. Kondisi ini membutuhkan waktu untuk mengetahui lebih jauh baik terhadap data yang telah didapat maupun terhadap hal-hal baru yang muncul dilapangan untuk menemukan keadaan yang sebenarnya. Perpanjangan pengamatan dilakukan baik dari segi durasi pengamatan maupun dari lamanya pengamatan. Dari lamanya pengamatan peneliti meminta perpanjangan pengamatan dan penelitian hingga akhir bulan Mei 2012 yang kemudian segera diakhiri karena masa studi peneliti sudah habis. Sedangkan dari segi durasi dalam setiap pengamatan terhadap subyek dan proses layanan peneliti meminta perpanjangan waktu mengamati setiap layanan dan sesudah layanan meskipun pada aspek ini terdapat kendala. Kendala tersebut terutama menyangkut kedalaman dan tingkat kelengkapan data yang sangat sulit di dapat dari pasien rawat inap yang tinggal hanya dalam waktu relatif singkat apalagi tidak mudah untuk di observasi, di ambil gambar baik foto maupun video, termasuk di wawancarai secara mendalam karena terikat oleh berbagai kode etik dan protokol medis.

(21)

b. Meningkatkan Ketekunan.

Meningkatkan ketekunan dalam hal ini peneliti melakukan pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan. Peneliti melakukan pengecekan kembali apakah data yang ditemukan dalam observasi dan wawancara selama penelitian di RSUD Al-Ihsan itu salah atau benar, apakah kronologinya sudah tepat dan memberikan deskripsi data dengan akurat. Dengan cara ini peneliti menemukan kepastian dan urutan peristiwa dapat diketahui secara sistematis.

c. Triangulasi.

Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Dalam penelitian ini triangulasi dilakukan dalam tiga cara yaitu: (1) triangulasi sumber, (2) triangulasi teknik, dan (3) triangulasi waktu.Triangulasi sumber untuk mendapatkan pemahaman yang utuh tentang data-data pelaksanaan berbagai layanan bimbingan, konsultasi dan konseling serta bina ruhiah terhadap seluruh komponen kegiatan dalam program spiritual care di RSUD Al-Ihsan. Triangulasi sumber terutama dilakukan kepada pembina ruhani, perawat primer, pasien dan keluarga, dan bidang keperawatan sebagai sumber-sumber data utama penelitian. Triangulasi teknik juga digunakan juga terutama kepada sumber data yang sama tetapi dengan teknik yang berbeda. Sedangkan triangulasi waktu juga menjadi hal penting bagi peneliti untuk menjadikan data ini lebih valid dengan mengikuti aktifitas

(22)

layanan bimbingan kerohanian untuk memenuhi kebutuhan spiritual pasien rawat inap pada waktu-waktu yang berbeda.

d. Menggunakan Bahan Referensi.

Yang dimaksud dengan bahan referensi di sini adalah data-data pendukung lain yang dapat menunjang data yang telah ditemukan oleh peneliti. Misalnya, rekaman kegiatan salah satu layanan yang didapat didukung oleh foto-foto. Kegiatan wawancara di didukung oleh rekaman audio, dan lain-lain bahan sebagai daya dukung untuk otentisitas data layanan kegiatan bimbingan kerohanian di RSUD Al-Ihsan Bandung.

e. Mengadakan Member Check

Mengadakan member check adalah proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data dan informasi. Tujuannya adalah untuk mengetahui seberapa jauh data dan informasi yang telah ditemukan susuai dengan apa yang diberikan kemudian disepakati oleh para pemberi data. Jika dua hal ini terpenuhi berarti datanya valid sehingga dapat dipercaya. Dengan demikian apapun data yang didapat baik dengan observasi, wawancara, maupun dokumentasi selama penelitian lalu peneliti mendeskripsikannya ke dalam tulisan, peneliti diskusikan untuk mendapatkan masukan dari pemberi data sebenarnya sesuai dengan kehendak pelaku yang menjadi informan di RSUD Al-Ihsan Bandung.

(23)

2. Pengujian Dependability.

Pengujian dependability adalah untuk reliabilitas atau konsistensi dilakukan dengan melakukan audit terhadap keseluruhan proses penelitian. Audit sebaiknya dilakukan oleh auditor yang independen atau pembimbing untuk mengaudit keseluruhan aktifitas peneliti dalam melakukan penelitian. Aspek-aspek penting audit ini dilakukan dari mulai peneliti menentukan masalah, fokus penelitian, memasuki lapangan, menentukan sumber data, melakukan analisis data, melakukan uji keabsahan data, sampai membuat kesimpulan harus dapat ditunjukan oleh peneliti. Proses audit ini telah mendapat perhatian khusus terutama dari promotor dan pembimbing yang dengan intens terus melihat perkembangan penelitian ini. Berdasarkan masukan dan diskusi yang panjang tersebut menjadikan peneliti yakin bahwa bimbingan dan konseling Islam untuk memenuhi kebutuhan spiritual pasien rawat inap di RSUD Al-Ihsan Bandung kelak di kemudian hari bisa menjadi model dan acuan dalam memberikan bentuk dan layanan terhadap para pasien rawat inap tersebut.

3. Pengujian Confirmability.

Pengujian confirmability terutama untuk menentukan obyektifitas penelitian. Penelitian mengenai model bimbingan dan konseling Islam untuk memenuhi kebutuhan spiritual pasien rawat inap di RSUD Al-Ihsan dikatakan objektif bila hasil penelitian telah disepakati banyak orang. Dalam penelitian ini, uji konfirmability mirip dengan uji

(24)

dependability, sehingga pengujiannya dapat dilakukan secara bersama. Dalam proses ini peneliti meminta beberapa pakar untuk memberikan komentar agar masukan dan sarannya dapat mempertajam hasil penelitian ini. Peneliti dalam hal ini mengajukan kepada tiga komponen terkait untuk memberikan kesepakatan tersebut. Pertama adalah promotor, ko-promotor, dan anggota sebagai bagian terpenting dalam proses penelitian ini, dan dalam proses ini peneliti mendapatkan masukan yang sangat mengayakan hasil penelitian tersebut. Hal ini dapat dibuktikan dengan keseriusan mereka dalam memberikan arahan yang terus menerus sehingga menemukan polanya yang utuh. Kedua, ahli dibidang kajian tersebut. Peneliti selama ini tekun berkonsultasi kepada Dr.K.H. Syukriadi Sambas, M.Si pakar Ilmu Dakwah dalam Bimbingan dan Konseling Islam dan Keperawatan Rohani Islam Fakultas Dakwah Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati (SGD) Bandung untuk memberikan masukan terhadap disertasi yang ditulis peneliti. Banyak masukan berharga yang diberikan kepada penulis tentang penelitian ini. Ketiga, teman sejawat. Penulis melakukan cek ulang secara terus-menerus dengan melakukan diskusi yang panjang setiap saat bersama para perawat, dan staf kerohanian di RSUD Al-Ihsan. Hasil ini dalam penelitian kualitatif disebut dengan

debriefing atau meminta komentar secara intens untuk mendapatkan masukan dari sana-sini. (Contoh masukan dan kritikan tersebut dapat dilihat dalam Lampiran 8 hal. 520-522).

(25)

F. Tahapan Penelitian

Secara keseluruhan penelitian ini dilakukan dalam empat tahapan yaitu: (1) tahap studi pendahuluan, (2) tahap penemuan model eksisting, (3) studi ke arah pengembangan model, (4) perumusan hasil penelitian. Uraian ke empat tahapan penelitian tersebut seperti di bawah ini:

1. Tahap studi pendahuluan.

Tahap ini meliputi studi literatur atau pra lapangan dan studi pendahuluan di lapangan. Studi literatur ini terutama mengenai isu problematika pemenuhan kebutuhan spiritual pasien rawat inap muslim di rumah sakit dan mencari bagaimana proses pemenuhannya oleh pihak rumah sakit dilanjutkan dengan penyusunan rancangan penelitian. Pada tahap ini peneliti mulai menyusun proposal penelitian kemudian diajukan kepada Program Studi (Prodi) Bimbingan dan Konseling untuk dapat diseminarkan. Setelah dinyatakan layak dan disetujui oleh Prodi dengan dilengkapi berbagai perbaikan dan masukan, kemudian diajukan kepada bagian akademik untuk diteruskan kepada Direktur Program Studi Pasca Sarjana. Selanjutnya ditetapkanlah Promotor, Ko-Promotor, dan Anggota sebagai pembimbing yang ditetapkan melalui Surat Keputusan Direktur Sekolah Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia Nomor:2854/H40.7/PL/2009 tanggal 22 Oktober 2009. Langkah selanjutnya peneliti memohon kepada Direktur Pasca Sarjana untuk memberikan Surat Izin Penelitian yang ditujukan kepada Direktur Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Al-Ihsan Baleendah. Setelah mendapatkan jawaban dan izin dari

(26)

pihak rumah sakit barulah peneliti terjun ke lapangan di mulai sejak bulan Maret 2010 melakukan tahapan-tahapan awal penelitian dengan melakukan orientasi dan pengenalan lapangan, memastikan adanya program pemenuhan kebutuhan spiritual bagi pasien, memilih dan menetapkan sumber informasi, mempersiapkan berbagai instrumen yang dibutuhkan, dan memahami etika yang berkembang dilapangan penelitian. Selanjutnya peneliti mempersiapkan segala kebutuhan baik secara fisik maupun non fisik untuk memasuki tahapan studi pendahuluan di lapangan.

2. Tahap penemuan dan perumusan model eksisting.

Tahapan ini adalah tahapan memulai pekerjaan lapangan. Pada tahap ini peneliti berusaha untuk mendapatkan gambaran utuh mengenai berbagai situasi, kondisi, fenomena dan realitas sosial dari objek penelitian yaitu keseluruhan penerapan program spiritual care yang dilaksanakan di RSUD Al-Ihsan Baleendah. Dalam program tersebut terdapat layanan bimbingan rohani Islam yang sangat potensial untuk dieksplorasi dan dikembangkan menjadi model bimbingan dan konseling islami di rumah sakit. Potensialitas ini terutama dapat dilihat dari segi konsep, latar belakang, pola kerja, metode dan teknik dalam layanan. Jika dilihat dari perspektif model, dalam layanan bimbingan rohani Islam pada program spiritual care di RSUD Al-Ihsan Baleendah ini juga terdapat beberapa unsur model. Unsur-unsur model tersebut diantaranya yaitu dasar filosofis, visi misi dan tujuan, pedoman pelayanan, bentuk layanan, dan lain-lain.

(27)

Karena itu dalam perspektif peneliti layanan bimbingan rohani Islam ini ibarat sebuah model eksisting yaitu sebuah model layanan Bimbingan dan Konseling Islami yang ada dan tengah berlangsung saat ini dimana komponen-komponen sebuah model Bimbingan dan Konseling Islami terdapat di dalamnya dengan segala kelebihan dan kekurangannya sehingga menarik untuk di gali dan diteliti dan sangat potensial untuk dikembangkan. Selanjutnya model eksisting ini akan di kaji secara kritis teoretis dan mendalam dari berbagai perspektif. Secara keseluruhan target dari tahap ke dua ini adalah dapat merumuskan dan menemukan model eksisting mengenai layanan Bimbingan dan Konseling Islami untuk memenuhi kebutuhan spiritual pasien rawat inap muslim di RSUD Al-Ihsan. Tahap ini memerlukan waktu yang sangat lama karena program spiritual care sendiri baru efektif diterapkan awal 2010 sehingga peneliti harus mengikuti penerapannya hingga awal tahun 2012.

3. Tahap studi ke arah pengembangan model.

Pada tahap ini peneliti mulai menerapkan bagian tahapan dari metode

research and development yaitu tahapan: (1) menemukan potensi masalah, (2) mengumpulkan data, (3) mendesain produk, (4) validasi desain, (5) uji coba pemakaian, (6) revisi produk.

Tahap pertama menemukan potensi masalah, yaitu ditemukannya potensi masalah pada model eksisting. Pada model eksisting ini terdapat berbagai layanan bimbingan dan konseling islami untuk pasien rawat inap akan tetapi disampaikan melalui layanan asuhan keperawatan spiritual

(28)

dengan profesional pengampunya pun bukan konselor yang menurut peneliti dianggap kurang tepat. Sebab kebutuhan spiritual adalah merupakan kebutuhan yang khas dan mandiri yang tidak akan terpenuhi hanya melalui asuhan keperawatan biasa, melainkan harus disampaikan melalui layanan bimbingan dan konseling yang holistik-komprehensif, terfokus, berorientasi kepada pemenuhan kebutuhan spiritual pasien yaitu melalui layanan Bimbingan dan konseling Islami.

Tahap ke dua adalah bagaimana mengumpulkan data untuk merumuskan komponen-komponen model ideal teoretis bimbingan dan konseling islami sebagai dasar rujukan untuk mengkaji model eksisting. Upaya ini dilakukan dengan dua langkah yaitu: pertama, merumuskan dasar konseptual model bimbingan dan konseling islami untuk memenuhi kebutuhan spiritual pasien di rumah sakit melalui kajian kritis teoretis multiperspektif yaitu perpsektif bimbingan dan konseling islami berbasis Ilmu Dakwah, perspektif bimbingan dan konseling di rumah sakit, serta kajian kritis dari disiplin ilmu terkait yaitu Ilmu Ushul fiqh dan Ilmu Fiqh terutama Fiqh li Al-Maridh

(fiqh bagi orang sakit). Target dari tahap ini adalah terumuskannya acuan model ideal teoretis bimbingan dan konseling Islami. Disebut model ideal teoritis karena model ini berfungsi sebagai kerangka acuan ideal teoretis untuk mengkritisi model eksisting yang telah ditemukan pada tahapan sebelumnya. Kedua mengkaji secara kritis model eksisting oleh model ideal teoretis untuk melihat kelebihan dan kekurangannya sehingga menghasilkan desain awal produk penelitian.

(29)

Tahapan ketiga, adalah menghasilkan desain produk model bimbingan dan konseling islami untuk memenuhi kebutuhan spiritual pasien rawat inap untuk dikaji dan divalidasi. Desain produk ini adalah desain model Bimbingan dan Konseling Islami yang dihasilkan dari kajian kritis terhadap model eksisting oleh model ideal teoretis sebagai kerangka acuan pengkajian.

Tahap ke empat, validasi desain model bimbingan dan konseling islami dan merupakan validasi internal dilakukan dengan dua cara, yaitu (a) expert judgement, (b) kriteria konsep dan ekspektasi. Pada tahap expert judgement

ahli yang dilibatkan meliputi : (1) Pakar Ilmu Dakwah dalam Bimbingan dan Konseling Islam dan Perawatan Rohani Islam (warois), (2) Pakar Komunikasi dan Komunikasi Konseling (3) Wakil Direktur RSUD Al-Ihsan, (4) Kabag Keperawatan, (5) Kasubsi Kerohanian, (5) Penanggung Jawab Kerohanian RSUD Al-Ihsan Baleendah. Sedangkan kriteria konsep dan ekspektasi adalah validasi model dengan merujuk kepada konsep pokok yaitu konsep bimbingan dan konseling dan mengukur ekspektasi model. Tahap ke lima, adalah tahap uji coba pemakaian secara terbatas

sebagai uji validasi eksternal. Dalam uji coba pemakaian terbatas ini hanya dapat diterapkan dua model yaitu model Bimbingan ibadah meliputi : (a) bimbingan tayamum, (b) bimbingan shalat, (c) bimbingan tadzkirah, (d) bimbingan doa, (e) bimbingan dan konseling talqin. (2) Bimbingan bina ruhiah untuk keluarga pasien.

(30)

Tahap ke enam, adalah tahap revisi produk dilakukan setelah melihat berbagai masukan dari hasil uji coba pemakaian secara terbatas.

4. Tahapan terakhir dari keseluruhan penelitian ini adalah perumusan hasil yaitu tahapan merumuskan feasible model, sebagai model yang layak dan dapat diterapkan produk dari penelitian yang kemudian dituangkan dalam laporan penelitian. Sebagai gambaran dari tahapan penelitian di atas dapat dilihat di bawah ini:

(31)

Gambar 3.1: Skema Alur dan Tahapan Penelitian

Tahap I Tahap II Tahap III

Studi Pendahuluan: a. Studi Literatur b. Studi Pendahuluan di Lapangan Penemuan dan Perumusan Model Eksisting Studi Ke Arah Pengembangan Model: Tahap R&D: 1. Penemuan Potensi Masalah 2. Pengumpulan Data a. Pengumpulan Data Untuk Merumusan Model Ideal-Teoretis b. Pengkajian Kritis Model Eksisting oleh Model Ideal Teoretis 3. Menghasilkan Desain Produk 4. Validasi Produk a. Expert Judgement b. Kriteria konsep dan Ekspektasi.

5. Uji Coba Produk

secara terbatas.

6. Revisi Produk.

Perumusan Hasil Penelitian:

1. Perumusan Feasible Model sebagai hasil

penelitian.

2. Penulisan Laporan Penelitian

Gambar

Gambar 3.1: Skema Alur dan Tahapan Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Dalam rancangan BTS Hotel di Kampus ITS, sesuai dengan rancangan penempatan lokasi BTS Hotel Room dan Pole, maka akan dilakukan perancangan terkait jaringan fiber optik

perusahaan (P2K3, P2K3, GKM,TQM, KP dan lain-lain), melalui forum Lembaga Kerja Sama Bipartit, lembaga-lembaga ketenagakerjaan di dalam perusahaan tersebut berhak untuk

Persen Saham Bulan lni 2,298% Previous Share Percentage

Blind docking dilakukan terhadap reseptor human tyrosinase dengan senyawa asam alfa-siano-4-hidroksisinamat dan asam kojat yang sudah diketahui aktivitasnya sebagai

Manfaat dari pembuatan web ini adalah untuk memudahkan user dalam menganalisa awal penyakit jantung dan memberikan pengetahuan tentang penyakit jantung serta gejala

Pada pembahasan ini akan dijelaskan tentang kesesuaian antara teori dan kenyataan antara fakta yang terjadi pada kasus yang diambil dari klien dan serta ditambahnya opini

IPA UNTUK SEKQI[M 1DA.SAR SE KABUPATEK. PASAIVAV WIUliAIET

Sedangkan hipotesis minor yang kedua adalah, ada hubungan positif antara kepercayaan nasabah terhadap organisasi dengan loyalitas nasabah.Subyek penelitian berjumlah 70 orang