• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Diabetes Millitus 1. Pengertian

Diabetes Melitus (DM) adalah suatu kumpulan gejala yang timbul padseseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan glukosa darah akibat kekurangan insulin baik absolute maupun relative (Soegondo, 2005).

Glukosa darah atau gula darah berasal dari makanan yang di konsumsi seseorang. Makanan yang di konsumsi tersebut mengandung zat-zat seperti karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan air. Zat-zat gizi tersebut di olah oleh tubuh agar memperoleh tenaga yang digunakan untuk beraktivias. Sumber tenaga yang banyak di gunakan oleh masyarakat Indonesia bersumber dari karbohidrat seperti nasi, ketela, jagung, kentang dan sagu, makanan tersebut di pecah menjadi glukosa yang penting, terutama sebagai sumber tenaga bagi aktivitas otak, namun apabila glukosa yang dihasilkan berlebih akan disimpan sebagai gula otot (glikogen) dan selain disimpan sebagai gula otot, glukosa berlebih juga di simpan dalam hati.Proses tubuh ini dilakukan oleh hati dengan bantuan insulin (Widarto, 2007).

Diabetes Melitus adalah keadaan hiperglikemi kronik disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah disertai lesi pada membran basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskop elektron (Mansjoer, 1999). Penyakit Diabetes Melitus yang juga dikenal sebagai penyakit kencing manis atau penyakit gula darah adalah golongan penyakit kronis yang ditandai dengan peningkatan kadar gula dalam darah sebagai akibat adanya gangguan sistem metabolisme dalam tubuh, dimana organ pankreas tidak mampu memproduksi hormon insulin sesuai kebutuhan tubuh. Insulin adalah salah

(2)

satu hormon yang diproduksi oleh pankreas yang bertanggung jawab untuk mengontrol jumlah/kadar gula dalam darah dan insulin dibutuhkan untuk merubah (memproses) karbohidrat, lemak, dan protein menjadi energi yang diperlukan tubuh manusia. Hormon insulin berfungsi menurunkan kadar gula dalam darah.

2. Patofisiologi

Dalam keadaan normal jika terdapat insulin, asupan glukosa yang melebihi normal atau melebihi kebutuhan kalori akan di simpan sebagai glikogen dalam sel–sel hati dan sel–sel otot. Proses glikogenesis ini mencegah hiperglikemi, jika terdapat defisit insulin, empat perubahan metabolik terjadi menimbulkan hiperglikemi:

a. Transport glukosa yang melintasi membran sel-sel berkurang.

b. Gligogenisis berkurang dan tetap terdapat kelebihan glukosa dalam darah.

c. Glikolisis meningkat, sehingga cadangan glikogen berkurang dan glukosa “hati” dicurahkan ke dalam darah secara terus menerus melebihi kebutuhan.

d. Glukoneogenesis meningkat dan melebihi banyak lagi glukosa “hati” yang tercurah ke dalam darah dari hasil pemecahan asam amino dan lemak.

Defisiensi insulin gagal untuk melakukan asupan glukosa bagi jaringan-jaringan peripheral yang tergantung pada insulin. Jika tidak terdapat glukosa sel-sel otot memetabolisme cadangan glikogen yang mereka miliki dan mengkatabolisme protein dimana asam amino yang dihasilkan digunakan substrat yang diperlukan untuk glukoneogenesis dalam hati. Kelemahan, penurunan berat badan dan hilangnya kekuatan dapat terjadi. Defisiensi insulin juga dapat meningkatkan metabolisme lemak (peningkatan lipolisis).

Insulin memegang peranan yang sangat penting dalam proses metabolisme karbohidrat, yaitu bertugas memasukan glukosa ke dalam sel

(3)

dan digunakan sebagai bahan bakar. Insulin diibaratkan sebagai anak kunci yang dapat membuka pintu masuknya glukosa ke dalam sel, yang kemudian di dalam sel tersebut glukosa akan dimetabolisme menjadi tenaga. Bila insulin tidak ada, maka glukosa tidak dapat masuk ke sel, yang mengakibatkan glukosa tetap berada di dalam pembuluh darah yang artinya kadar glukosa di dalam darah meningkat (Suyono, 2002).

Pada Diabetes Melitus tipe II, jumlah insulin normal atau mungkin jumlahnya banyak, tetapi jumlah reseptor insulin yang terdapat dalam permukaan sel berkurang. Akibatnya glukosa yang masuk ke dalam sel sedikit dan glukosa di dalam pembuluh darah meningkat (Suyono, 2002). 3. Karakteristik Penderita Diabetes Mellitus

Pada penderita Diabetes Militus pemeriksaan dapat dilakukan pada mereka yang memiliki resiko untuk terkena Diabetes Melitus seperti usia lebih dari 45 tahun, BBR 120 %, dengan IMT 23 kg/m2, penderita hipertensi (40/ 90 mmHg), dan yang mempunyai riwayat penyakit Diabetes Melitus karena faktor keturunan, mempunyai riwayat abortus yang berulang-ulang, melahirkan bayi cacat atau berat badan bayi lahir lebih dari 4000 gram, kolesterol HDL 35 mg/dl atau kadar trigliserida 250 mg/dl (PERKENI, 2002). Resiko Diabetes Melitus dapat terjadi pada yaitu pada usia lebih dari 40 tahun, obesitas atau kegemukan, hipertensi, adanya dislipidemia (gangguan pada lemak), terdapat luka, penyakit kardio vaskuler, TBC positif yang sulit sembuh (Moelyono, 2002).

4. Diagnosis Diabetes Mellitus

Gejala Diabetes Melitus (polidipsi, poliurea, polifagia) maka untuk mendiagnosa cukup diperiksa gula darah sewaktunya, hasilnya >200 mg% maka diagnosa Diabetes Mellitus bisa ditegakkan. Adapun kategori kadar gula darah adalah sebagai berikut :

(4)

Tabel 1

KATEGORI KADAR GULA DARAH

Kategori Bukan DM Belum DM DM

Kadar Gula Darah Sewaktu

Plasma Darah Darah Kapiler

Kadar Gula Darah Puasa Plasma Darah Darah Kapiler <110 <90 <110 <90 110-119 90-119 110-125 90-110 >200 >200 >126 >110 Sumber: Soegondo, 2002

Kalau hanya satu saja yang tinggi (puasa atau 2 jam pp), maka perlu diulangi pemeriksaan tes toleransi glukosa tersebut, bila pada pemeriksaan ulang diperoleh hasil yang sama maka diagnosa Diabetes Melitus sudah bisa ditegakkan (Martono, 1993).

5. Klasifikasi Diabetes Mellitus

a. Klasifikasi Diabetes Mellitus (WHO, 1985) berikut dibawah ini : 1) Gejala Klinis pada Diabetes Melitus IDDM (Tipe I), NIDDM

(Tipe II), obesitas dan non obesitas.

2) Yang diragukan: meragukan antara tipe I dan tipe II terjadi malnutrisi (Diabetes Melitus terkait malnutrisi (MRDM), diakibatkan karena kurang gizi, kelainan pangkreas pada Diabetes Melitus (FCPD), defisit protein dalam pangkreas pada Diabetes Melitus (PDPD).

3) Tipe Diabetes Melitus secara medis: Diabetes Melitus yang berhubungan atau sindrom tertentu, termasuk penyakit pangkreas, penyakit hormon yang disebabkan oleh zat kimia, gangguan penyakit keturunan seperti Diabetes Melitus.

4) Gangguan Toleransi Glukosa (GTG): tidak obesitas, obesitas dengan sindrom genetik atau penyakit keturunan.

(5)

5) Gangguan pada kehamilan: gangguan ini terjadi yang baru menderita Diabetes Melitus setelah hamil, sebelumnya kadar gula darah normal.

b. Kelompok Berdasarkan Resiko Tinggi untuk menderita Diabetes Melitus

Kelompok resiko tinggi pasien Diabetes Melitus adalah semua orang yang mempunyai toleransi glukosa yang abnormal, normal, tetapi mempunyai resiko mengidap Diabetes Melitus, misalnya pernah mengalami gangguan toleransi glukosa dimasa lampau, kedua orang tuanya mengidap Diabetes Melitus, pernah melahirkan bayi dengan berat badan lahir lebih dari 4 kg (WHO, 2006).

6. Penyebab Diabetes Mellitus

Penyebab dari Diabetes Melitus menurut penyebabnya yaitu Diabetes Melitus primer dan Diabetes Melitus skunder (WHO, 2006). Penjelasan dari kedua jenis Diabetes Melitus tersebut adalah sebagai berikut :

a. Diabetes Primer

Merupakan jenis khusus yang terbanyak walaupun penyebab yang sesungguhnya belum diketahui dengan pasti, beberapa faktor yang berperan sebagai berikut :

1) Herediter yaitu faktor keturunan mungkin lebih berperan penting pada penderita di bawah umur 40 tahun, baik bagi penderita muda maupun tua. Penderita yang sudah dewasa, lebih dari 50 % berasal dari keluarga yang menderita Diabetes Melitus artinya DM cenderung diturunkan tidak ditularkan (Perkeni, 2002)

2) Jenis Kelamin dimana seorang pria muda sedikit lebih banyak dibanding wanita, walaupun pada usia pertengahan wanita sering terkena penyakit ini. Kehamilan menambah kemungkinn berkembangnya Diabetes Melitus (Perkeni, 2002).

(6)

3) Obesitas merupakan faktor resiko bagi berkembangnya penyakit Diabetes Melitus. Pada wanita, kegemukan umum terjadi pada waktu hamil atau sesudah punya anak terlebih lagi sesudah monopouse. Pada laki-laki, penambahan berat badan dimulai pada umur mendekati 40 tahun, sesudah umur tersebut, mulai terjadi obesitas (Kushartanti Woro, 1996)

4) Bahan Toksin atau Beracun dimana ada beberapa bahan toksin yang mampu merusak sel beta secara langsung yakni allixan, pyrinuron (rodentisida), streptozotocin (produk dari sejenis jamur). Bahan toksin lain berasal dari singkong yang merupakan sumber kalori utama yaitu karbohidrat. Singkong mengandung glikosida sianogenik yang dapat melepaskan sianida sehingga memberi efek toksik terhadap jaringan tubuh (Perkeni, 2002).

b. Diabetes Sekunder

Beberapa kasus Diabetes Melitus terjadi sebagai akibat penyakit (radang pancreas, karsinoma pankreas dan pankreatektoni) yang merusak pankreas sebagai saluran insulin (EP. Eckhalm, 1992). 7. Gejala dan tanda penyakit Diabetes Millitus

Gejala dan tanda-tanda penyakit Diabetes Melitus dapat digolongkan menjadi gejala akut dan kronik (Askandar, 2002). Adapun gejala Diabetes Melitus sebagai berikut;

a. Gejala akut Penyakit Diabetes Melitus

Gejala penyakit Diabetas Melitus antara penderita dengan yang lain tidaklah selalu sama. Gejala yang umumnya timbul dengan tidak mengurangi kemungkinan adanya variasi dengan gejala yang lain. Bahkan ada penderita Diabetes Melitus yang tidak menunjukkan gejala apapun sampai pada saat tertentu banyak makan (Polifagia), banyak kencing (Polyuria), banyak minum (Polydipsi). Bila keadaan ini tidak cepat diobati, maka akan timbul rasa mual bahkan penderita

(7)

tidak sadarkan diri yang dinamakan koma Diabetika. Koma Diabetika adalah koma pada penderita Diabetes Melitus yang berakibat kadar gula darah terlalu tinggi, biasanya melebihi 600 mg/dl (Askandar 2002).

b. Gejala Kronik Penyakit Diabetes Melitus

Penderita penyakit Diabetes Melitus terkadang tidak menunjukkan gejala akut (mendadak), tetapi penderita tersebut baru menunjukkan gejala sesudah beberapa bulan atau beberapa tahun mengidap penyakit diabetes millitus. Gejala ini disebut gejala kronik atau menahun. Gejala kronik yang sering timbul adalah kesemutan, kulit terasa panas, rasa tebal di kulit, kram, mudah capai, mata kabur, gatal disekitar kemaluan, gigi mudah goyah dan mudah lepas, kemampuan sex menurun atau impoten, para ibu hamil sering mengalami keguguran atau kematian janin dalam kandungan atau dengan bayi berat lahir lebih dari 4 kg (Askandar 2002).

8. Pengelolaan Diit Diabetes Melitus

Pengolaan Diabetes Melitus bertujuan jangka pendek yaitu menghilangkan gejala atau keluhan Diabetes Melitus dan mempertahankan rasa nyaman dan sehat serta tujuan jangka panjang yaitu mencegah penyulit baik makroangiopati maupun neuropati dengan tujuan menurunkan angka mortalitas dan mordibilitas (Perkeni, 2002). Pada Penderita Diabetes Melitus dalam pengelolaannya berdasarkan prinsip-prinsip pengelolaan Diabetes Melitus (Perkeni, 2002) terdiri dari:

a. Perencanaan Terapi Diit Diabetes Melitus

Diet Diabetes Melitus bertujuan untuk mempertahankan kadar glukosa darah mendekati normal, mencegah komplikasi akut dan kronik dan meningkatkan kualitas hidup penderita Diabetes Melitus didalam melaksanakan diet DM serta harus memperhatikan 3 J yaitu jumlah kalori yang dibutuhkan, jadwal makan yang harus diikuti dan jenis makanan yang harus diperhatikan (Moehyi, 1995). Standar jenis

(8)

makanan yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi yang seimbang yaitu karbohidrat (60-70%), protein (10-15%) dan lemak (20-25%) (Askandar, 1996). Penentuan jenis kalori dapat menggunakan rumus relatif body weight (RBW):

Berat badan RBW =  x 100 % Tinggi badan -100 Kriteria : Penderita kurus RBW < 90 % Normal RBW 90 -110 % Gemuk RBW > 110 % Obesitas RBW > 120 %

Jumlah kalori yang dibutuhkan (Kartini, 1997): Penderita kurus : berat badan X 45-60 kalori Normal : berat badan X 30 kalori Gemuk : berat badan X 20 kalori Obesitas : berat badan X 10-15 kalor Kebutuhan jumlah kalori yang dibutuhkan secara kasar : Penderita kurus : 2300-2500 kalori

Normal : 1700-2100 kalori Gemuk : 1300-1500 kalori

untuk penderita kondisi kurus, misalnya dengan infeksi maka dapat ditambahkan 10-20 % (Moehyi, 1995).

b. Aktivitas Fisik

Tujuan dari aktivitas dalam bentuk olah raga adalah untuk meningkatkan kepekaan insulin, mencegah kegemukan, memperbaiki aliran darah, merangsang pembentukan glikogen baru dan mencegah komplikasi lebih lanjut (Depkes, 2002). Adapun jenis olah raga meliputi empat prinsip:

(9)

1) Jenis olah raga dinamis yaitu latihan kontinue, ritmis, interval, progresif, dan latihan daya tahan.

2) Intensitas olah raga yaitu takaran latihan sampai 72-78% denyut nadi maksimal disebut zone latihan.

3) Lamanya latihan yaitu lamanya latihan kurang lebih 20-25 menit. 4) Frekwensi latihan dimana frekwensi latihan paling baik 5 kali

seminggu.

Latihan jasmani pada Diabetes Melitus dianjurkan teratur yaitu 3-4 kali seminggu selama kurang lebih 30 menit yang bersifat continues, rythmical, interval, progresive, endurance training yang disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi penyakit penyerta (Sogondo, 2002).

c. Pengobatan Farmakologis

Pada pasien telah menerapkan pengaturan makan dan kegiatan jasmani yang teratur namun pengendalian kadar gula darah belum tercapai maka alternatif lain dipertimbangkan pemberian obat-obat meliputi obat hipoglikemi oral (OHO) dan insulin. Tablet atau suntikan anti Diabetes Melitus diberikan dimana diit tidak boleh dilupakan dan pengobatan penyulit lain yang menyertai atau suntikan insulin (Sugondo, 2002).

d. Pendidikan kesehatan bagi penderita Diabetes Millitus

Tujuan pendidikan kesehatan yaitu meningkatkan pengetahuan pasien tentang penyakit dan pengelolaannya dengan tujuan pasien dapat merawat dirinya sendiri, sehingga pasien dapat mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut (Perkeni, 2002).

Upaya pendidikan kesehatan pada pasien Diabetes Melitus akan benungkatkan pengetahuan tentang penyakit yang dideritanya, menurut Readhead (1993) menyatakan bahwa pendidikan kesehatan yang efektif pada pasien Diabetes Melitus merupakan dasar dari kontrol metabolisme yang baik dimana dapat meningkatkan hasil klinis dengan jalan meningkatkan pengertian dan kemampuan

(10)

pengelolaan penyakit Diabetes Melitus secara mandiri. Adapun pendidikan penyuluhan meliputi:

1) Penyuluhan untuk pencegahan primer ditujukan untuk kelompok resiko tinggi.

2) Penyuluhan untuk pencegahan sekunder bertujuan pada pasien Diabetes Melitus terutama pasien baru. Materi meliputi pengertian Diabetes Melitus dan mencegah komplikasi akut dan kronik, perawatan pemeliharaan kaki.

3) Penyuluhan untuk pencegahan tertier

Ditujukan pada pasien DM lanjutan dan materi yang diberikan meliputi cara perawatan dan pencegahan komplikasi, upaya untuk rehabilitasi, dll.

e. Pemantauan pengendalian Diabetes Melitus

Tujuan pengendalian Diabetes Melitus adalah menghilangkan gejala, memperbaiki kualitas hidup, mencegah komplikasi akut dan kronik, mengurangi laju perkembangan komplikasi yang sudah ada. Pemantauan dapat dilakukan dengan pemeriksaan gula darah, urin, keton urin dan status gizi serta pemeriksaan ke fasilitas kesehatan kurang lebih 4 kali pertahun (kondisi normal) (Sugondo, 2002).

Kriteria pengendalian untuk pasien yang berumur > 60 tahun dimana sasaran kadar glukosa darah lebih tinggi daripada biasa (puasa <150 mg/dl) sesudah makan < 200 mg / dl. Pada kadar lipid tekanan darah dan lain-lain yang mengacu pada batasan kriteria pengendalian sedang. Hal ini dilakukan mengingat sifat-sifat khusus pasien usia lanjut dan untuk mencegah kemungkinan timbulnya efek samping dan imteraksi obat (Sugondo, 2002).

B. Tingkat Pengetahuan gizi 1. Pengetahuan Gizi

Pengetahuan adalah merupakan hasil ”tahu”, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. Pengindraan

(11)

terjadi melalui pancaindra manusia, yakni: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmojo, 2002).

2. Pengetahuan Gizi

Gizi adalah suatu proses organisme menghasilkan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, obsorsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahanka kehidupan, perumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ serta menghasilkan energi (Supariasa, 2001).

Sedangkan menurut Almatsier, 2001 zat gizi adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh melakukan fungsinya, yaitu menghasilkan energi membangun dan memelihara jaringan, serta mengatur proses-proses kehidupan.

3. Tingkatan Pengetahuan

Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 (enam) tingkatan yaitu:

1) Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari suatu bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu “tahu” ini adalah merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain : menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya.

2) Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, meyebutkan.

(12)

3) Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsif dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

4) Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan suatu materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih didalam suatu organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lainnya.

5) Sintesis (syntesis)

Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk melakukan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. 6) Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau mengguanakan kriteria-kriteria yang telah ada. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau responden (Notoatmojo, 2003).

4. Sumber Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan dapat bersumber dari : a. Pendidikan

Pendidikan yang dimaksud adalah pendidikan formal maupun pendidikan informal.

(13)

b. Media massa

Media massa meliputi televise, radio, koran, majalah, tabloid dan lain-lain.

c. Petugas Kesehatan

Pengetahuan dapat diperoleh secara langsung dari petugas kesehatan. d. Pengalaman

Pengalaman dapat diperoleh dari diri sendiri maupun orang lain. Dari diri sendiri misalnya karena ibu sudah pernah melahirkan sebelumnya sehingga ibu sudah mengetahui perubahan yang terjadi pada dirinya selama masa nifas.

5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Nasution (1999) faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan antara lain :

1. Pendidikan

Tingkat Pendidikan, adalah upaya untuk memberikan pengetahuan sehingga makin tinggi pendidikan seseorang makin tinggi pula pengetahuan. Semakin tinggi pendidikan maka ia akan mudah menerima hal baru dan akan mudah menyesuaikan dengan hal baru tersebut.

2. Sosial ekonomi

Sosial ekonomi adalah tingkat kemampuan seseorang yang memenuhi kebutuhan hidup semakin tinggi tingkat sosial ekonomi akan mendapat tingkat pengetahuan dengan semakin luasnya mendapat informasi (Soekamto, 2002). Lingkungan sosial akan mendukung tingginya pengetahuan seseorang. Bila ekonomi baik, maka tingkat pendidikan akan tinggi. Jika pendidikan tinggi maka tingkat pengetahuan akan tinggi juga.

3. Pengalaman

Pengalaman, sesuatu yang pernah dialami seseorang akan menambah pengetahuan tentang sesuatu yang bersifat informasi. Pengalaman disini, berkaitan dengan umur dan pendidikan individu.

(14)

Pendidikan yang tinggi maka pengalaman akan lebih luas, sedangkan semakin tua seseorang maka pengalaman akan semakin banyak.

4. Informasi

Informasi yang diterima seseorang yang mempunyai sumber informasi yang lebih banyak akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas, melalui media elektronika maupun media cetak.

5. Lingkungan

Lingkungan dalam kesehatan sangat berpengaruh dalm kesembuhan seseorang, lingkungan keluarga mempunyai arti penting dan berperan dalam memotivasi pasien agar mematuhi semua diet yang diberikan oleh ahli gizi maupun dokter. Dengan adanya motivasi dari keluarga maka pasien akan dapat mencapai keberhasilan untuk sembuh dari penyakit (Bilous,Rudi 2003

6. Kultur / budaya

Budaya, tingkah laku manusia oleh sekelompok manusia dalam memenuhi kebutuhan yang meliputi sikap dan kepercayaan. Budaya sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan seseorang karena informasi yang baru akan disaring atau tidak dengan budaya yang ada atau agama yang dianut.

C. Asupan Karbohidrat Penderita DM 1. Pengertian Karbohidrat

Karohidrat memegang peran penting dalam alam karena merupakan sumber energi utana bagi manusia dan hewan yang harganya relatif murah. Semua karbohidrat berasal dari tumbuh-tumbuhan. Produk yang dihasilkan terutama dalam bentuk gula sederhana yang midah larut dalam air dan mudah diangkut oleh seluruh sel-sel guna menyediakan energi. Sebagian dari gula sederhana ini kemudian mengalamipolimerisasi dan membentuk polisakarida. Terdapat 2 jenis polisakarida tumbuh-tumbuhan yaitu pati dan non pati. Pati adalah bentuk simpanan karbohidrat berupa polimer glukosa yang dihubungkan dengan ikatan glikosidik,

(15)

seperti beras, gandum dan jagung serta umbi-umbian merupakan sumber pati utama di dunia. Polisakarida non pati merupakan komponen utama serat makanan (Sunita, 2001).

2. Fungsi karbohidrat

Fungsi dari karbohidrat meliputi (1) sumber energi, berfungsi utama karbohidrat adalah menyediakan energi bagi tubuh (2) mencegah ketosis yang dapat terjadi jika lemak dalam tubuh dipakai sebagai bahan bakar (3) memberi rasa manis pada makanan, khususnya mono dan disakarida (4) penghemat protein, bila karbohidrat makanan tidak mencukupi, maka protein akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan energi, dengan mengalahkan fungsi utamanya sebagai zat pembangun. Sebaiknya bila karbohidrat makanan mencukupi, protein terutama akan digunakan sebagai zat pembangun (5) pengatur lemak, karbohidrat mencegah terjadinya oksidasi lemak tidak sempurna, sehingga menghasilkan bahan-bahan keton berupa asam asetoasetat, aseton dan asan beta-hidroksin-butirat (6) membantu pengeluaran feses, karbohidrat dapat membantu pengeluaran feses dengan cara mengatur peristaltik usus. (7) mencegah terjadinya oksidasi lemak yang tidak sempurna maka dibutuhkan 50-100 gram karbohidrat sehari untuk mencegah ketoasidosis (Sunita, 2001).

Faktor yang mempengaruhi asupan karbohidrat salah satunya yaitu kebiasaan makan berupa komposisi makan yang tidak seimbang, selain itu ketidaktahuan tentang diit Diabetes Melitus yang menyebabkan tidak terkontrolnya gula darah, hal ini tidak disadari oleh penderita Diabetes Melitus.

Pada penderita Diabetes Melitus perlu memperhatikan takaran karbohidrat yang dikonsumsi sebab lebih dari separuh kebutuhan energi diperoleh dari karbohidrat. Menurut dr Elvina Karyadi M.sc. ahli gizi dari SEAME-Tropmed UI ada dua golongan karbohidrat kompleks dan karbohidrat sederhana dari sisi makanan penderita Diabetes dianjurkan

(16)

mengkonsumsi karbohidrat berserat seperti kacang-kacangan dan sayuran buah segar.

Pemberian diit karbohidrat pada penderita dIabetes millitus adalah dengan diit komposisi 68-75% karbohidrat 20% lemak dan 12 % protein sangat cocok untuk orang Indonesia karena mengandung karbohidrat tinggiu kaya serat dan rendah kolesterol. Dengan diit karbohidrat kompleks dalam dosis terbagi dapat memperbaiki kepekaan sel beta pangkreas (Askandar, 2001).

3. Jenis Karbohidrat

Karbohidrat memiliki beberapa jenis yang terdiri dari karbohidrat kompleks dan karbohidrat sederhana. Jenis karbohidrat kompleks mempunyai ikatan kimiawi lebih dari satu rantai glukosa sedangkan jenis sederhana hanya satu. Pada tubuh karbohidrat kompleks seperti roti atau nasi harus duirai menjadi rantai tunggal dulu sebelum diserap kedalam aliran darah. Sedangkan karbohidrat sederhana seperti gula es kream langsung masuk kedalam darah sebagai gula darah yang langung menaikkan kadar gula darah.

a. Karbohidrat kompleks berupa polisakarida terdiri dari 2 ikatan monosakarida dan serat yang dinamakan polisakarida non pati. Untuk kesehatan WHO (1990) menganjurkan 60-75% konsumsi energi berasal dari karbohidrat (Sunita, 2001).

b. Karbohidrat sederhana berupa (1) monosakarida terdiri dari glukosa fruktosa galaktosa (2) disakarida terdiri dari empat jenis sukrosa (gula tebu) maltosa (gula malt) laktosa (gula susu) gula alkohol dari alam yang bisa dibuat secara sintesis yang terdiri dari sarbitol dengan tingkat kemanisan 60% yang baik untuk penderita Diabetes Melitus manitol masitol yang berasal dari sekam serealia. Pemakaian untuk kesehatan hanya 10% (Sunita, 2001).

(17)

4. Peran karbohidrat

Peranan karbohidrat didalam tubuh adalah menyediakan glukosa bagi sel-sel tubuh tang diubah menjadi energi. Glukosa memegang peranan sentral dalam metabolisme karbohidrat. Jaringan tertentu hanya memperoleh energi dari karbohidrat seperti sel darah merah sel otak dan sistem syaraf.

Bagi penderita Diabetes Melitus Tipe II diabetes non insulin dependent) untuk konsumsi karbohidrat kompleks bersama serat makanan akan menekan gula darah sedemikian rupa sehingga jauh lebih rendah dari biasanya dan itu sangat membantu untuk terapi diitnya (Sunita, 2001). 5. Pengaturan pola makan bagi penderita diabetes(diabetesi)

Pola makan asupan karbohidrat perlu dilakukan pengelolaan Sebenarnya penderita penyakit diabetes boleh untuk mengkonsumsi karbohidrat dan gula. Akan tetapi penderita penyakit diabetes hanya diperbolehkan mengkonsumsi sedikit saja. Menurut Prof Dr Sarwono Waspadji menyatakan bahwa semua itu harus pada pola makan yang seimbang, untuk komposisinya tidak jauh dengan makanan sehat lainnya yaitu karbohidrat 60-70 persen, protein 10 persen, dan lemak 20 persen. Sehingga dalam pembuatan menu sehari-hari tidak perlu dilakukan secara terpisah. Apabila penggunaan gula hanya untuk sekedar bumbu tidak apa-apa. Akan tetapi takaran kalori pada tiap diabetesi tidak sama, bergantung pada kadar gula darah dan ukuran tubuh masing-masing. Apabila penderita tergolong yang kegemukan, maka konsumsi gula harus dibatasi. begitu pula, apabila penderita kurus seharusnya ditambah. Makanan yang menyebabkan gula darah naik harus dibatasi bagi penderita diabetesi. Semisal, penderita membatasi makanan yang manis dan berlemak. Pada dasarnya tidak ada pembatasan yang ketat soal pola makan pada penderita diabetesi. Hanya saja adanya pengaturan yang baik dan adanya gula darahnya terkendali dan tidak perlu adanya diet yang terlalu ketat (Perkeni, 2002).

(18)

6. Jenis Diet dan Indikasi Pemberian Kharbohidrat

Diet yang digunakan sebagai bagian dari penatalaksanaan Diabetes Melitus dikontrol berdasarkan kandungan energi, protein, lemak, dan karbohidrat. Sebagian pedoman dipakai 8 jenis Diet Diabetes Melitus. Penetapan diet ditentukan oleh keadaan pasien, jenis Diabetes Melitus dan program pengobatan secara keseluruhan.

Tabel 2

KATEGORI KEBUTUHAN KALORI

Jenis diet Energy kkal Protein g Lemak g Karbohidrat g I 1100 43 30 172 II 1300 45 35 192 III 1500 51.5 36.5 235 IV 1700 55.5 36.5 275 V 1900 60 48 299 VI 2100 62 53 319 VII 2300 73 59 369 VII 2500 80 62 396 Sumber : Perkeni, 2002

Tabel diatas adalah tabel jenis Diet Diabetes Melitus menurut kandungan energi, protein, lemak dan karbohidrat

Diet DM I s/d III : diberikan kepada penderita yang terlalu gemuk Diet DM IVs/d V : diberikan kepada penderita yang mempunyai

berat badan normal.

Diet DM VIs/d VIII : diberikan kepada penderita kurus, diabetes remaja/juvenile diabetes atau DM dengan komplikasi.

(19)

D. Kerangka Teori

Gambar 2.1. Kerangka Teori : Sumber: Lawrence Green (1988) dalam Notoatmodjo, 2003)

E. Kerangka Konsep

Variabel Independent Variabel Dependent

F. Variebel Penelitian

1. Varibel Independent (Bebas) : Tingkat pengetahuan gizi 2. Variabel Dependent (Terikat) : Asupan Karbohidrat

D. Hipotesis Penelitian

Menurut Notoatmodjo (2002) hipotesis adalah jawaban sementara penelitian, patokan dugaan atau dalil sementara, yang kebenarannya akan dibuktikan dalam penelitian tersebut.

Ha : Ada hubungan tingkat pengetahuan gizi dengan asupan karbohidrat penderita Diabetes Melitus Tipe II setelah konsultasi gizi di Unit Rawat Jalan RSUD Batang.

Variabel Demografi 1. Pendidikan 2. Sosial ekonomi 3. Pengalaman 4. Informasi 5. Lingkungan 6. Kultur / budaya Tingkat pengetahuan

Kadar Gula Darah Asupan Karbohidrat

Tingkat pengetahuan Asupan Karbohidrat

Variabel Demografi 1.pendidikan 2.sosial ekonomi 3.pengalaman 4.informasi 5.lingkungan 6. Kultur/budaya 6. P e n d i d i k a n 7. Sosial ekonomi 8. Pengalaman 9. Informasi 10. Lingkungan 11. Kultur / budaya

Gambar

Gambar 2.1. Kerangka Teori : Sumber: Lawrence Green (1988) dalam  Notoatmodjo, 2003)

Referensi

Dokumen terkait

Menyatakan dengan sesunguhnya bahwa Tugas Akhir yang berjudul “ Perencanaan Jembatan Gantung Pejalan Kaki Tipe I Dusun Taker Desa Gunung Malang Kecamatan Suboh

Analisis Kandungan Timbal pada Lipstik Impor dan dalam Negeri Serta Tingkat Pengetahuan Konsumen dan Pedagang Terhadap.. Lipstik yang Beredar di Pasar Petisah Kota

Berdasarkan pada permasalahan yang telah dijelaskan diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tindakan kelas dengan merumuskan judul “ Meningkatkan

Bagi Rumah Sakit Islam NU Demak, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan pihak pengelola dalam membangun Islamic branding, kualitas pelayanan, dan kepercayaan

yaitu mengenai bentuk perlindungan dari orang tua terhadap anak. yang mengalami kekerasan dan mengenai kewajiban orang

Warga desa Medali identik dengan warga pertanian yang me miliki pendidikan rendah hingga sedang dan juga skill yang rendah, warga desa Medali hanya mela kukan konflik yang

Hasil penelitian ini dukungan keluarga masuk dalam kategori baik, mungkin karena dukungan keluarga yang paling banyak diterima oleh lansia Desa Ciwaru melibatkan

pertumbuahn Hasil penelitian menunjukkan bahwa bobot media tanaman serat sawit 120 g menghasilkan tinggi bibit, luas daun, jumlah daun, dan diameter batang lebih