• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Identifikasi Daerah Irigasi Pompa Tempe

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Studi Identifikasi Daerah Irigasi Pompa Tempe"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

1. PENDAHULUAN

1.1 Umum

Laporan Ringkasan ini menyajikan ringkasan hasil studi dari pekerjaan “Studi Identifikasil Daerah Irigasi Pompa di Sekitar Danau Tempe (20.000 ha)”.

1.2 Latar Belakang

Salah satu rekomendasi dari studi Masterplan Pengembangan Wilayah Sungai Walanae Cenranae, adalah pemanfaatan tampungan yang ada pada Danau Tempe untuk mengairi daerah irigasi dengan sistem pompa. Untuk menjaga agar tampungan air pada danau tetap tersedia pada saat musim kemarau adalah dengan pembangunan Bendung Gerak Tempe.

Saat ini bendung gerak Tempe telah selesai dibangun. Agar manfaatnya bisa segera dirasakan oleh masyarakat, maka perlu segera ditindaklanjuti dengan studi dan perencanaan awal jaringan irigasi pompa yang memanfaatkan air dari Danau Tempe. Untuk itu maka dilaksanakan pekerjaan : “Studi Identifikasil Daerah Irigasi Pompa di Sekitar Danau Tempe (20.000 ha)”

1.3 Nama Pekerjaan

Nama Pekerjaan adalah “Studi Identifikasi Daerah Irigasi Pompa di Sekitar Danau Tempe (20.000 ha)”.

1.4 Maksud, Tujuan dan Sasaran Pekerjaan Maksud Pekerjaan :

Maksud dilaksanakannya pekerjaan adalah melakukan identifikasi kelayakan Daerah Irigasi Pompa di sekitar Danau Tempe baik dari segi teknis dan ekonomi.

Tujuan Pekerjaan :

Tujuan dilaksanakannya pekerjaan adalah tersedianya Studi Identifikasi kelayakan daerah irigasi yang menghasilkan suatu gambaran yang jelas

(2)

Danau Tempe yang digunakan sebagai pedoman untuk menentukan lingkup studi yang akan dilakukan selanjutnya,

Sasaran pekerjaan :

Sasaran dilaksanakannya pekerjaan ini adalah untuk meningkatkan areal irigasi dan produksi pertanian untuk menjamin swasembada pangan nasional. 1.5 Jangka Waktu Pelaksanaan

Jangka waktu pelaksanaan yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan ini adalah selama 180 hari kalender (6 bulan) terhitung sejak diterbitkannya Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK).

1.6 Lingkup Pekerjaan

Lingkup pekerjaan adalah sebagai berikut : a. Persiapan dan Pengumpulan Data

 Mobilisasi personil dan peralatan yang diperlukan dalam rangka kelancaran pelaksanaan konsultan

 Melaksanakan kunjungan ke instansi-instansi terkait di daerah agar memperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai kondisi wilayahstudi, dan untuk pengumpulan data sekunder.

 Pengumpulan dan inventarisasi data-data sekunder dan study terdahulu :

 Menyusun skedul (jadwal ke lapangan, persiapan perlengkapan lapangan yang diperlukan), dan rencana pekerjaan secara keseluruhan.

b. Survey, Investigasi dan Laboratorium  Survey Topografi

 Survey Pertanian dan Tes Laboratorium  Survey Sedimen dan Kualitas Air

 Survey Geologi dan Tes Laboratorium  Survey Aspek Multisektor

(3)

 Analisa Topografi  Analisa Hidrologi  Analisa Geoteknik  Analisa Pertanian

 Analisa Kondisi Fisik, Sosial Ekonomi dan Lingkungan d. Perencanaan

 Penyusunan Nota Perencanaan yang meliputi:  Gambar-gambar desain

e. Analisa Ekonomi Proyek

 Economic Internal Rate of Return (EIRR)  Benefit/Cost Ratio (B/C Ratio)

 Net Present Value (NPV)

f. Pertemuan Konsultasi Masyarakat (PKM)

Kegiatan ini dimaksudkan untuk menjaring masalah, pendapat, masukan dan inspirasi dari masyarakat dan pemerintah di lokasi studi. g. Pelaporan

a) Rencana Mutu Kontrak b) Laporan Pendahuluan c) Laporan Bulanan d) Laporan Antara/Interim

e) Laporan Pertemuan Konsultasi Masyarakat (PKM) f) Laporan Akhir/Final Report

 Ringkasan Laporan (Summary Report)  Laporan Penunjang

o Buku Ukur

o Laporan Pengukuran, Pemetaan dan Deskripsi BM

o Pradesain Bangunan Utama (bangunan pompa) dan Sistem irigasi

(4)

o Laporan Analisa Hidrologi o Laporan System Perencanaan o Dokumentasi Foto-Foto

 Gambar-gambar

 Laporan Sosial Ekonomi dan Evaluasi Proyek  Perencanaan Konstruksi dan Estimasi Biaya  Eksternal Hardisk yang berisi seluruh laporan

(5)

2. KONDISI WILAYAH STUDI

2.1 Lokasi Pekerjaan

Sumber air utama untuk areal rencana daerah irigasi pompa adalah dari Danau Tempe, yang termasuk dalam wilayah Kabupaten Sidrap, Wajo, dan Soppeng. Sedangkan rencana areal layanan daerah irigasi pompa berada di Kabupaten Wajo yang meliputi Kecamatan Tempe, Majauleng, Pamanna, Bola dan Takalala.

2.2 Aksesibilitas Lokasi Pekerjaan

Lokasi pekerjaan dapat ditempuh dari Makassar melalui jalur darat, dari kota Makassar ke arah timur laut melalui jalan aspal menuju kota Sengkang dengan jarak tempuh ± 240 km. Lokasi studi berada di sebelah kiri Sungai Cenranae atau jalan raya dari kota Sengkang menuju Watampone.

2.3 Kondisi Fisik Wilayah Studi 1). Geografi

Lokasi rencana daerah irigasi pompa adalah hamparan sawah tadah hujan yang terletak di sisi sebelah kiri (Utara) dari sungai Cenranae.

2). Hidroklimatologi

(1) Sumber Air Irigasi

Sumber air untuk rencana pengembangan irigasi pompa diambil dari Danau Tempe. Berdasarkan data pencatatan AWLR yang ada, elevasi muka air danau rata-rata antara +4.40 sampai +5.70 pada musim kemarau (Oktober – Maret), dan antara + 5.00 sampai + 6.70 pada musim penghujan (April – September).

(2) Iklim

Kondisi iklim secara umum didominasi oleh iklim monsoon tropis dengan musim hujan mulai bulan Maret sampai Juli, sedangkan musim kemarau mulai Agustus sampai dengan Februari.

(6)

Gambar 2.1 Grafik Curah Hujan Bulanan Rata-rata Daerah Studi

(3) Debit Sungai Utama

Sungai utama yang sangat berpengaruh pada ketersediaan air di danau Tempe, yaitu : Sungai Bila (Sts. Bila Hilir), Sungai Walanae (Sts. Cabenge), Sungai Cenranae (Sts. Tampangeng). Kondisi debit rata-rata bulanan dari ketiga sungai tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.2.

(7)

3. PENGUKURAN TOPOGRAFI

3.1 Lokasi Pengukuran

Pengukuran topografi yang dilakukan pada studi ini hanya berupa pengukuran situasi bangunan dan trase saluran pada lokasi-lokasi rencana bangunan pompa sampai dengan lokasi rencana awal saluran induk, berdasarkan rencana tata letak jaringan irigasi pompa yang diusulkan.

Dalam studi ini belum dilakukan pengukuran topografi areal daerah irigasi (20.000 ha), maupun pengukuran trase saluran induk dan sekunder (170 km). 3.2 Bench Mark

a. Bench Mark Referensi

Titik referensi untuk pengukuran lokasi bangunan pompa dan saluran perpipaan dari lokasi pompa ke titik awal saluran gravitasi adalah titik-titik TTG dari Bakosurtanal yang terdekat dengan lokasi trase rencana dari bangunan pompa ke awal saluran pembawa, seperti disajikan pada Tabel 3.1 berikut :

Tabel 3.1 BM Referensi Pengukuran

No Kode BM X (m) Y (m) Z (m) Keterangan

1. TTG.226 171.469,00 9.547.408,00 +66,153 Tidak ditemukan

2. TTG.227 169.415,00 9.543.714,00 +13,841 Tidak ditemukan

3. TTG.228 170.874,00 9.539.912,00 +10,364

Ditemukan. Jarak ke lokasi Pompa Impa-Impa 7,5 km; Jarak ke Pacecang 500 m; dan jarak ke Surae 400 m 4. TTG.231 180.323,00 9.533.151,00 + 5,935 Ditemukan. Jarak ke pompa Cellue 12,3 km. 5. TTG.232 183.593,00 9.532.333,00 +4,716 Ditemukan. Jarak ke Pompa Wanuwae 3,7

km. 6. TTG.233 188.442,00 9.531.023,00 +3,710 Ditemukan. Jarak ke pompa Mabalena 4,6 km. 7. TTG.234 192.420,00 9.530.794,00 +3,730 Tidak ditemukan

Sumber : Bakosurtanal dan hasil survey

(8)

b. Bench Mark yang dipasang

Dalam rangka melaksanakan kegitan Studi Identifikasi Daerah Irigasi Pompa Di Sekitar Danau Tempe (20.000 ha) tahun 2014, Penyedia Jasa telah memasang Bench Mark tambahan sebagai berikut :

Tabel 3.2 BM Baru Yang Dipasang

No Kode BM X (m) Y (m) Z (m) Lokasi 1. BM.01 169.371,00 9.546.103,00 +7,849 Impa-Impa awal 2. BM.02 173.166,00 9.545.777,00 +25,592 Impa-Impa akhir 3. BM.03 170.478,00 9.540.407,00 +8,049 Pacecang awal 4. BM.04 171.170,00 9.540.221,00 +4,581 Pacecang akhir 5. BM.05 170.306,00 9.540.235,00 +9,938 Surae awal 6. BM.06 170.329,00 9.539.980,00 +7,818 Surae akhir 7. BM.07 170.306,00 9.540.235,00 +15,550 Cellue awal 8. BM.08 185.853,00 9.540.574,00 +22,325 Cellue Akhir 9. BM.09 192.169,00 9.531.750,00 +5,316 Wanuwae awal 10. BM.10 187.060,00 9.531.400,00 +3,586 Wanuwae akhir 11. BM.11 192.136,00 9.531.547,00 +5,227 Mabalena awal 12. BM.12 192.478,00 9.532.016,00 +18,742 Mabalena akhir

(9)

4. KONDISI GEOLOGI

4.1 Kondisi Geologi Regional

Daerah rencana areal irigasi pompa didominasi oleh kondisi geologi berupa endapan aluvium dan pantai, yang terdiri dari : kerikil, pasir, lempung, lumpur, dan batu gamping koral. Daerah ini merupakan daerah Depresi Tempe yang merupakan dataran rata lempung lunak alluvial dan pasir lepas dengan tanggul dan rawa-rawa sekitar sungai.

4.2 Penyelidikan Mekanika Tanah 1). Pekerjaan Sondir

Dari hasil pekerjaan sondir pada lokasi-lokasi rencana bangunan pompa dan talang menunjukkan bahwa, kedalaman tanah keras untuk mencapai daya dukung yang tinggi bervariasi antara 3.80 m sampai lebih dari 20 m (lihat Tabel 4.2). Terutama pada lokasi pompa Surae, yang berada di sisi sebelah kanan bendung Gerak Tempe, sampai dengan kedalaman 20 m belum mencapai tanah keras. Sehingga untuk lokasi bangunan pompa memerlukan perencanaan pondasi dalam, seperti dengan tiang pancang. Demikian juga dengan lokasi-lokasi lainnya. Selengkapnya hasil pembacaan sondir disajikan pada bagian lampiran.

(10)

2). Pekerjaan Tes Pit

(11)

5. KONDISI PERTANIAN

5.1 Umum

Kajian mengenai pertanian ini dimaksudkan untuk merumuskan pengembangan pertanian diwaktu yang akan datang setelah adanya jaringan irigasi melalui identifikasi kondisi pertanian yang ada sekarang, hambatan, potensi dan kebutuhan pengembangan.

5.2 Kondisi Dasar Pertanian 1). Kondisi Iklim

Karakteristik iklim di lokasi studi ialah monsoon tropic yang terdiri dari musim hujan dan musim kemarau, musim hujan mulai dari bulan Maret/April sampai Juli dan musim kemarau pada bulan Agustus sampai Oktober, dan antara Nopember sampai Pebruari/Maret biasanya agak basah, dan kondisi ini cocok untuk tanaman palawija.

2) Kependudukan dan Kepemilikan Lahan

Kondisi kependudukan di wilayah studi yang meliputi 5 kecamatan yaitu Tempe, Pammana, Majauleng, Bola dan Takallala, disajikan pada Tabel 5.1. Jumlah penduduk yang berusia antara 15 – 59 tahun dan merupakan angkatan tenaga kerja ditunjukkan pada Tabel 5.2. Jumlah angkatan tenaga kerja sebanyak 106.932 jiwa atau ± 64,43% yang terdiri dari laki-laki sebanyak 56.601 jiwa dan perempuan 56.601 jiwa.

Tabel 5.1 Kondisi Kependudukan di Wilayah Studi

No Nama Kecamatan Jumlah (jiwa) Luas (Km2) Kepadatan Penduduk / Km2 Jumlah RT Anggota Rumah Tangga 1. 2. 3. 4. 5. Tempe Majauleng Pamanna Bola Takalala 61.581 32.062 31.640 19.640 21.034 38,27 225,92 162,10 220,13 179,76 1.609,12 141,92 195,19 89,22 117,01 13.684 8.431 8.794 4.676 5.181 5 4 4 4 4 TOTAL 165.957 826,18 200,87 40.766 4

(12)

Tabel 5.2 Jumlah Angkatan Kerja di Wilayah Studi

No Nama Kecamatan Laki Laki Perempuan Total

1. 2. 3. 4. 5. Tempe Pamanna Bola Takalala Majauleng 19.511 9.367 5.905 6.386 9.162 21.402 10.603 6.639 7.123 10.834 40.913 19.970 12.544 13.509 19.996 TOTAL 50.331 56.601 106.932

Sumber : BPS Kab. Wajo Dalam Angka, 2014

Kepemilikan lahan pertanian di wilayah studi pada 5 kecamatan terkait disajikan pada Tabel 5.3 berikut, dan pada tabel tersebut kelihatan bahwa sebagian besar lahan sawah yang ada pada saat ini berupa sawah tadah hujan, terutama pada kecamatan Bola, Takallala dan Majauleng.

Tabel 5.3 Kepemilikan Lahan di Wilayah Studi

No

Nama Kecamatan

Kepemilikan Lahan (ha)

Lahan Padi Lahan Non Padi Total

Lahan Pertanian Irigasi TadahHujan Total anganPekar KebunTegal/ Perkebunan

1. 2. 3. 4. 5. Tempe Pamanna Bola Takalala Majauleng 0.18 0.30 0.21 0.21 0.42 0.05 0.76 2.32 2.32 2.04 0.23 1.06 2.53 2.53 2.46 0.35 0.13 0.23 0.23 0.11 0.57 1.28 0.42 0.42 0.57 0 0 0.09 0.09 0 1,15 2.47 3.26 3.26 3.13

Sumber : Master Plan Study on Integrated Development and Management of Walanae-Cenranae River Basin

5.3 Pertanian Sekarang

1) Tata Tanam dan Pola Tanam

Musim tanam di lokasi studi pada dasarnya dibagi menjadi dua musim, yaitu musim tanam pertama atau musim hujan (musim rendengan) mulai dari April sampai September dan musim tanam kedua pada musim kemarau (musim gadu) dari bulan Oktober sampai Maret, namun biasanya petani mulai penyiapan lahan pada saat mulai turun hujan. Pola tanam di lokasi studi pada umumnya adalah padi – palawija atau padi – bera, karena lahan sawah tadah hujan.

(13)

2) Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Tanam

Luas panen, produksi dan produktivitas tanaman pada wilayah studi yang terletak di 5 kecamatan disajikan pada Tabel 5.4.

Tabel 5.4 Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Tanaman

Sumber : BPS Kabupaten Wajo 2013

5.4 Sistem Pemasaran

Sistem pemasaran komoditas pertanian tergantung dari beberapa aspek, seperti lembaga pemasaran, jalur pemasaraan, penetapan harga dan kebutuhan pasar. Pada umumnya ada dua tipe lembaga pemasaran di lapangan yaitu, koperasi (KUD) dan lembaga perseorangan atau pedagang, kenyataanya pedagang lebih dominan dibandingkan dengan KUD, hal ini karena KUD kurang berperan aktif. Jalur pemasaran utama adalah dari petani ke pedagang pengumpul kemudian ke pedagang besar di Sengkang.

(14)

5.5 Kelembagaan Pertanian

Lembaga pertanian pemerintah di tingkat kabupaten ialah Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan di tingkat kecamatan ada BPP, PPK dan PPL.

Lembaga BUMN yang beroperasi di wilayah studi ialah PT. Pertani dan PT SHS dengan kegiatan utama distribusi dan suplai sarana produksi pertanian, produksi dan suplai bibit padi, palawija dan sayuran dan pembiayan sarana prouksi, sedangkan PT PUSRI mempunyai kegiatan utama distribusi pupuk. Organisasi petani yang ada di wilayah studi ialah Kelompok Tani, Koperasi Unit Desa, Unit Pelayanan Jasa Alsintan, dan Koperasi Tani.

5.6 Hambatan dan Arah Pengembangan 1) Hambatan Pengembangan

Hambatan teknis meliputi : belum tersedianya jaringan irigasi yang dapat memberikan air sesuai kebutuhan, dan adanya beberapa lahan yang rawan terhadap banjir. Selain itu juga adanya peralatan mesin untuk penyiapan lahan yang masih kurang, serta ketersedian sarana produksi yang masih belum stabil.

Hambatan social-ekonomi berupa system pemasaran yang masih di dominasi oleh pedagang/tengkulak sehingga harga pasar sangat bervariasi, serta kemampuan keuangan petani pada saat mulai masuk musim tanam yang masih belum memadai.

Hambatan dibidang kelembagaan berupa masih kurangnya bimbingan dari tenaga penyuluh pertanian di tingkat lapangan, hal ini disebabkan karena kurangnya dana untuk penyuluhan dan monitoring dari pemerintah.

Hambatan di bidang layanan dukungan pertanian berupa kurangnya ketersediaan bibit padi dan palawija pada saat dibutuhkan oleh petani.

2) Arah dan Kebijakan Pengembangan Pertanian Regional dan Nasional Kebijakan pemerintah pusat dalam hal pengembangan pertanian dan keamanan pangan yaitu pengembangan pertanian yang berorientasi pada peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani khususnya petani kecil.

(15)

Kebijakan pengembangan pertanian regional berupa pencanangan kabupaten Sidrap, Wajo, Soppeng dan Bone sebagai produser tanaman pangan khususnya padi.

5.7 Kesesuaian Lahan

Berdasarkan peta topografi, peta satelit dan peninjauan lapangan maka sebagian besar lahan yang ada berupa sawah tadah hujan, dan sudah terbiasa ditanami padi atau palawija, namun untuk pengembangan selanjutnya masih perlu dilakukan pemeriksaan mengenai kesesuaian lahan terutama untuk tanaman-tanaman yang mempunyai nilai produksi dan harga jual tinggi. 5.8 Rencana Pengembangan Pertanian

1). Rencana Pengembangan Pertanian Beririgasi

Rencana pengembangan pertanian di Kabupaten Wajo yaitu pengembangan lahan tadah hujan menjadi lahan sawah beririgasi. Salah satu usaha untuk mencapai hal tersebut yaitu pengembangan irigasi pompa seluas 20.000 ha yang terletak di kecamatan Tempe, Bola, Takkalala, Pammana dan Majauleng. 2). Konsep Dasar dan Pendekatan Perancangan

a) Konsep dasar Perancangan

Konsep dasar yang digunakan untuk memformulasikan rancangan pengembangan pertanian beririgasi adalah sebagai berikut:

 Mempertimbangkan pengalaman dan kinerja pada daerah irigasi yang ada dan telah maju seperti Sadang, Bila dan Langkeme.

 Mempertimbangkan status pertanian yang ada sekarang termasuk jadwal tanam, pola tanam, intensitas tanam dan pemilihan jenis tanaman.

 Memaksimalkan intensitas tanam disesuaikan dengan ketersediaaan air, dan kalau memungkinkan dengan 3 kali tanam.

 Didiskusikan dengan pihak terkait seperti Dinas Pertanian dan Dinas Pengairan dan petani penerima manfaat.

(16)

b) Pemilihan Jenis Tanaman

Pemilihan jenis tanaman harus mempertimbangkan pola tanam yang ada sekarang, pengalaman petani dalam memproduksi tanaman, kondisi kebutuhan pasar dan keuntungan, pendapat petugas pertanian, ketersediaan air dan kesesuaian lahan.

e) Target Produktivitas Tanaman

Target produktivitas tanaman diasumsi berdasarkan produktivitas yang ada saat ini dan produktivitas pada daerah irigasi maju yang berdekatan, seperti Sadang, Bila dan Langkeme.

(17)

6. ANALISIS HIDROLOGI

6.1. Ketersediaan Air

Sumber air untuk Daerah Irigasi Pompa Tempe direncanakan akan diambil dari tampungan di Danau Tempe dengan sistem pengambilan berupa bangunan pompa. Sungai utama yang dominan memberikan debit inflow ke Danau Tempe adalah sungai Bila dan Sungai Walanae. Debit andalan yang dihitung adalah debit dari pencatatan AWLR yang berada pada lokasi sungai di bagian hilir, dimana sudah tidak ada bangunan pengambilan, dan sudah dikurangi dengan kebutuhan air dari bangunan-bangunan pengambilan yang ada di hulunya.

Gambar 6.1 Debit Andalan 80% (Q80) Sungai Bila dan Walanae

6.2. Kebutuhan Air Irigasi

Kebutuhan air irigasi dihitung dengan 2 alternatif pola tanam, yaitu : Padi-Padi-bero, dan Padi-Padi-Palawija. Perhitungan evapotranspirasi menggunakan data klimatologi dari stasiun klimatologi Sengkang (th. 1976-2012). Sedangkan perhitungan hujan efektif menggunakan data hujan setengah bulanan rata-rata dari stasiun hujan : Canru Sompe, Cellu, Menge Ongkoe, Ugi Sabangparu, Unyi Dua Bocoe, dan Welee I, dengan periode pencatatan th. 1973 sampai 2012. Hasil perhitungan kebutuhan air irigasi disajikan pada Tabel 6.1 dan Tabel 6.2 berikut.

(18)

Tabel 6.1 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Kebutuhan Air Irigasi D.I. Pompa Tempe Pola Tanam : Padi – Padi - Bero

Tabel 6.2 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Kebutuhan Air Irigasi D.I. Pompa Tempe Pola Tanam : Padi – Padi - Palawija

6.3. Neraca Air Daerah Irigasi Pompa Tempe

Dalam analisis neraca air ini akan dibandingkan antara debit andalan dari sungai Bila dan Walanae yang masuk ke Danau Tempe, dengan kebutuhan air untuk daerah irigasi pompa seluas 20.000 ha. Hasilnya disajikan dalam bentuk grafik seperti pada gambar 6.2 dan Gambar 6.3 di bawah.

Dari grafik neraca air tersebut dapat dilihat bahwa, debit andalan 80 % dari Sungai Bila dan Sungai Walanae yang masuk ke Danau Tempe masih mencukupi untuk memenuhi kebutuhan air untuk Irigasi Pompa Tempe seluas 20.000 ha.

(19)

Gambar 6.2 Grafik Neraca Air Daerah Irigasi Pompa Tempe Pola Tanam : Padi-Padi-Bero

Gambar 6.3 Grafik Neraca Air Daerah Irigasi Pompa Tempe Pola Tanam : Padi-Padi-Palawija

6.4. Neraca Air DAS Bila Walanae

Pada saat studi Master Plan Wilayah Sungai Walanae Cenranae telah dilakukan analisis keseimbangan air dalam lingkup satu wilayah sungai. Termasuk didalamnya adalah keseimbangan air pada DAS Bila Walanae. Dalam studi ini ringkasan hasil perhitungan keseimbangan air tersebut ditampilkan kembali dengan maksud untuk memberikan gambaran, bahwa rencana pengembangan Daerah Irigasi Pompa yang bersumber dari Danau Tempe seluas 20.000 ha telah diperhitungkan dalam analisis

(20)

keseimbangan air. Dan hasilnya menunjukkan bahwa ketersediaan air masih pada DAS Bila Walanae masih mencukupi untuk rencana pengembangan tersebut, setelah bangunan bendung gerak dibangun. Selengkapnya disajikan pada Tabel 6.3 dan grafik neraca airnya disajikan pada gambar 6.4.

Gambar 6.4 Grafik Neraca Air DAS Bila Walanae

(21)

7. PERENCANAAN PENDAHULUAN

7.1. Areal Potensial

Areal yang potensial berada di sisi sebelah kiri dan kanan sungai Cenranae sampai ke arah pantai teluk Bone (Lihat Gambar 1.1 Peta Lokasi Pekerjaan). Areal ini meliputi wilayah Kabupaten Wajo dan Kabupaten Bone. Dari identifikasi berdasarkan peta Topografi Bakosurtanal 1:50.000, dataran dengan ketinggian antara +5 m sampai + 25 m meliputi areal dengan luas potensial lebih dari 40.000 ha.

Berdasarkan studi Master Plan JICA, 1980, dan studi kelayakan rencana pengembangan bendungan Walimpong, areal yang berada disisi sebelah kanan (Selatan) sungai Cenranae sudah termasuk dalam rencana areal layanan bendungan Walimpong. Selanjutnya yang akan diusulkan untuk masuk dalam areal rencana pengembangan daerah irigasi pompa dari Danau Tempe adalah areal di sisi sebelah kiri (Utara) dari Sungai Cenranae. Lokasi areal ini juga sesuai dengan rencana pengembangan irigasi pompa dari Studi Masterplan Wilayah Sungai Walanae Cenranae (Nippon Koei, 2002).

7.2. Alternatif Tata Letak Jaringan Irigasi

Diusulkan ada 2 alternatif usulan pengembangan daerah irigasi pompa di Kabupaten Wajo, yaitu: Alternatif-1, ditunjukan pada Gambar 7.1 dan Alternatif-2 ditunjukkan pada Gambar 7.2. Kedua alternatif tersebut direncanakan untuk melayani areal irigasi total 20.080 ha. Perbedaan keduanya adalah dalam penentuan lokasi dan tinggi tekan rencana dari bangunan pompa yang digunakan.

Pada Alternatif-1 dan 2, areal Palatae diusulkan tetap dilayani oleh pompa-pompa yang ada saat ini yaitu yang diusahakan oleh petani sendiri maupun oleh pengusaha pompa. Namun untuk mencukupi ketersediaan air di Sungai Cellue, maka diusulkan Intake Palatae yang mengambil air dari Sungai Cenranae. Disamping itu, kapasitas Intake Palatae juga memperhitungkan untuk memenuhi kebutuhan air untuk pengambilan Pompa di Cellue.

(22)

7.3. Perbandingan Alternatif

Perbandingan fasilitas jaringan irigasi yang dibutuhkan untuk kedua alternatif tersebut adalah sebagai berikut :

(23)

Tabel 7.2 Perbandingan Jaringan Irigasi Pompa, Alternatif 1 dan 2

No. Uraian Satuan Alternatif-1 Alternatif-2

1 Jumlah pompa kapasitas 0.5 m3/dt :

- Head total 86 m buah 38 16

- Head total 40-50 m buah - 9

- Head total 20-25 m buah 23 36

2 Kebutuhan total daya Mw 24 16

3 Biaya Listrik per tahun (3 MT) Milyar Rp./th 102.8 68.8

4 Total panjang saluran induk km 120 163

5 Total panjang saluran sekunder km 50 54

6 Jumlah bangunan bagi/sadap buah 159 194

7 Jumlah bangunan talang buah 14 23

8 Jumlah gorong-gorong pembuang buah 61 68

Tabel 7.3 Kelebihan dan Kekurangan Alternatif 1 dan 2

Alternatif Kelebihan Kekurangan

Alternatif-1 - Total panjang saluran induk dan - Kebutuhan pompa dengan Head saluran sekunder lebih pendek total > 80 m lebih banyak

- Jumlah bangunan irigasi lebih - Kebutuhan daya listrik lebih besar lebih sedikit

- Biaya untuk pengadaan dan pemasangan pompa lebih besar - Biaya operasional untuk bayar rekening listrik dan biaya beban lebih besar

Alternatif-2 - Kebutuhan pompa dengan Head - Total panjang saluran induk dan total > 80 m lebih sedikit saluran sekunder lebih panjang - Kebutuhan daya listrik lebih kecil - Jumlah bangunan irigasi lebih

lebih banyak - Biaya untuk pengadaan dan

pemasangan pompa lebih besar - Biaya operasional untuk bayar rekening listrik dan biaya beban lebih kecil

Dimana dari hasil analisis perhitungan biaya operasional pompa (Tabel 7.5), Alternatif-2 lebih rendah dibandingkan Alternatif-1. Selanjutnya diusulkan Alternatif-2 yang akan dipilih.

(24)

Lokasi areal layanan untuk Daerah Irigasi Pompa Tempe adalah terletak pada sisi sebelah kiri dari Sungai Cenranae, sebagaimana disajikan pada gambar tata letak jaringan irigasi Gambar 7.1 dan Gambar 7.2. Dari alternatif tata letak tersebut, direncanakan 4 (empat) lokasi bangunan pompa untuk melayani areal seluas 20.080 ha, yaitu : bangunan pompa Impa-Impa, Paccecang, Cellue, dan Mabalena, serta intake Pallatae yang melayani areal irigasi pompa dengan pompanisasi dari masyarakat.

7.5. Perencanaan Hidrolis Bangunan Pompa

Dalam perencanaan system pemompaan ada sejumlah elemen yang harus diperhatikan yaitu: tinggi tekan, kapasitas pompa, sifat cairan yang dialirkan, system pemipaan, penggerak dan ekonomi.

Tabel 7.4 Perhitungan Daya Nominal Pompa

(25)

Berlainan dengan cara yang lazim digunakan dalam jaringan irigasi air permukaan, pada sistem irigasi pompa, pemberian air harus dilakukan sesuai dengan kebutuhan. Karena dengan memberikan air, maka harus mengoperasikan pompa, yang berarti harus memperhitungkan biaya untuk pembayaran listrik. Untuk itu pemberian air harus dilakukan sehemat mungkin dengan cara terputus-putus (intermittent),

Tabel 7.5 Perbandingan Biaya Listrik per Tahun Alternatif-1 dan Alternatif-2

Sesuai dengan perhitungan biaya listrik pertahun pada Tabel 7.5 tersebut diatas maka Alternatif-2 lebih hemat dibanding Alternatif-1.

(26)
(27)

9. ANALISA EKONOMI 9.1 Umum

Evaluasi proyek adalah kegiatan untuk mengetahui tingkat keuntungan suatu investasi untuk menghindari pelaksanaan proyek yang tidak atau kurang menguntungkan serta untuk menentukan prioritas investasi.

9.2 Komponen Biaya (Cost) Komponen biaya terdiri dari :

a. Biaya konstruksi (C1), yang didasarkan pada estimasi terakhir.

Biaya konstruksi pekerjaan irigasi pompa disekitar Danau Tempe ini di rinci untuk setiap daerah irigasi pompa yaitu:

Tabel 9.1 Biaya Konstruksi Setiap Daerah Irigasi Pompa

Nama Daerah Irigasi Impa Impa Paccecang Cellue Mabalena

Luas (ha) 4.620 3.594 4.743 4.384

Pek. Persiapan 10.000,00 6.000,00 8,000.00 8.000,00

Bangunan Utama 32.018,27 22.493,55 41.799.07 41.799,07

Pompa, Panel, Listrik 65.460,00 21.173,00 39.281,00 28.577,00

Saluran Pipa 141.977,70 21.158,34 54.602,67 46.273,22

Sal. Induk & Sekunder 96.609,04 78.348,37 65.209,44 105.187,11

Bangunan Irigasi 28.498,92 20.211,65 13.421,58 11.784,51

Saluran Pembuang 12.000,00 8.400,00 13.200,00 12.000,00

Jaringan Tersier 30.030,00 23.361,00 23.361,00 28.496,00

Total 416.593,93 201.145,91 258.874,76 282.116,91

Biaya per Hektar 90,17 55,97 54,58 64,35

Keterangan: Biaya dalam Rp. Juta

b. Biaya engineering (C2), termasuk biaya supervisi oleh proyek atau oleh konsultan pengawas, biaya survey, investigasi, desain, penyediaan foto udara, peta, pengukuran topografi, survey tanah, investigasi geologi dan hidrologi, model tes, detail desain, dokumen tender dan kontrak, serta studi pendukung seperti analisa dampak lingkungan, social ekonomi dan lain-lain.

Besarnya biaya engineering berkisar antara 5 – 10% dari capital cost, dan pada studi ini diestimasi sebesar 8 % dari biaya konstruksi.

(28)

c. Biaya pembebasan lahan dan biaya pemukiman penduduk kembali (C3), yang diperlukan untuk keperluan konstruksi bendung, saluran, bangunan dan lain-lain. Biaya pembebasan lahan diestimasi sebesar Rp. 100 juta per hektar termasuk tanaman yang ada didalamnya, dan biaya ganti rugi bangunan diestimasi sebesar Rp. 5 juta per m2 untuk bangunan permanen dan sebesar Rp. 2 juta per m2 untuk bangunan semi permanen.

Besarnya biaya pembebasan lahan dan ganti rugi pada setiap daerah irigasi pompa diestimasi sebagai berikut, dan disajikan pada Tabel 9.2.

Tabel 9.2 Estimasi Biaya Pembebasan Lahan

Nama Daerah Irigasi Impa-Impa Paccecang Cellue Mabalena

Luas Lahan (ha) 95,35 76,50 75,15 81,45

Biaya Pembebasan Lahan 9.535,00 7.650,00 7.515,0

0

8.145,00

Luas Bangunanpermanen (m2) 150,00 250,00 50,00 150,00

Biaya Ganti Rugi 750,00 1.250,00 250,00 750,00

Biaya pembebasan Lahan dang

anti Rugi Bangunan 10.285,00 8.900,00 7.765,00 8.895,00

d. Biaya perataan tanah dan pencetakan sawah (C4), pada proyek pembangunan daerah irigasi pompa ini diestimasi tidak ada pencetakan sawah baru karena kondisi saat ini sudah berupa sawah tadah hujan

e. Biaya untuk mendatangkan transmigran atau tenaga kerja dari luar daerah (C5). Pada proyek ini tidak ada transmigran, karena lahan milik penduduk asli di daerah tersebut.

f. Biaya yang diperlukan untuk membayar pajak-pajak (C6), sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

g. Biaya investasi bagi sebagain dari pekerjaan yang sudah dilaksanakan dimasa lalu atau terdahulu / sunk cost (C7), kalau proyek ini merupakan proyek lanjutan atau perluasan. Sunk cost merupakan biaya yang telah dikeluarkan jauh sebelum rencana investasi proyek tersebut diputuskan. h. Biaya operasi dan pemeliharaan (C8), dibagi menjadi 2 bagian yaitu:

a). Biaya O&P pompa yang terdiri dari biaya operasi untuk penggerak pompa yang berupa biaya listrik dari PLN (Tabel 9.3) dan biaya pemeliharaan pompa yang besarnya diestimasi sebesar 1% dari biaya modal.

b). Biaya O&P jaringan irigasi diestimasi sebesar Rp. 500.000 per hektar Tabel 9.3 Biaya Operasi dan Pemeliharaan per Tahun

(29)

Nama Daerah Irigasi Impa-Impa Paccecan g

Cellue Mabalena Total

Luas (ha) 4.620,00 3.594,00 4.743,00 4.384,00 17.341,0

0 Biaya Listrik (Rp. Juta) 38.489,48 6.184,92 13.691,65 11.384,75 69.650,8 0 Biaya O&P Pompa (Rp.juta) 654,60 211,73 392,81 285,77 1.544,91 Biaya O&P Jar. Irigasi (Rp. Juta) 2.310,00 1.797,00 2.371,50 2.192,00 8.670,50 Biaya O&P per tahun (Rp juta) 41.454,08 8.193,65 16,355,96 13.862,5

2 79.866,21

i. Biaya penggantian (C9), yaitu biaya yang akan diperlukan untuk mengganti bagian-bagian proyek yang rusak atau aus selama umur ekonomis, diestimasi sebesar 10% dari biaya modal untuk setiap 10 tahun.

j. Biaya administrasi proyek (C10), yaitu biaya untuk biaya lain-lain seperti biaya administrasi, pelatihan, physical contingencies dan price

contingencies. Biaya administrasi diestimasi sebesar 5% dari biaya

proyek, dan biaya tak terduga diestimasi sebesar 5% dari biaya konstruksi. 9.3 Komponen Manfaat (Benefit)

Benefit dihitung sebagai kenaikan produksi akibat adanya proyek, dibandingkan bila tidak ada proyek. Komponen yang dipakai sebagai dasar dalam perhitungan benefit proyek irigasi adalah:

(a) pola tanam; (b) intensitas tanam;

(c) tingkat produksi setiap jenis tanaman; dan

(d) besarnya sarana produksi pertanian (saprodi) seperti pupuk, upah tenaga kerja, insektisida dan lain- lain.

Besarnya benefit atau manfaat dengan adanya proyek disajikan pada Tabel 9.4 sebagai berikut

(30)
(31)
(32)

Dampak negatif dengan adanya proyek yaitu berupa hilangnya produksi tanaman pada lahan yang dibebaskan, dan besarnya untuk masing-masing daerah irigasi pompa ditunjukkan pada Tabel 9.5 berikut.

Tabel 9.5 Besarnya Dampak Negatif dengan Adanya Proyek

Nama Daerah Irigasi Impa-Impa Paccecang Cellue Mabalena

Luas Pembebasan Lahan (ha) 95,35 76,50 75,15 81,45

Pendapatan Netto per Ha 12,95 12,82 13,06 13,17

Besarnya Dampak Negatif 1.234,78 980,73 981,46 1.072,70

Sumber: Hasil Perhitungan

9.4 Perhitungan Kelayakan proyek

Beberapa metode perhitungan dalam analisa ekonomi yang umum dipakai yaitu: (a) Net Present Value (NPV); (b) Internal Rate of Return (IRR) atau

Economic Internal Rate of Return (EIRR); (c) Benefit Cost Ratio (B/C Ratio); dan (d) Net Benefit (B-C).

Tabel 9.6 Ringkasan Analisa Ekonomi

Nama Daerah Irigasi Impa-Impa Paccecang Cellue Mabalen

a Gabungan Luas (ha) 4.620 3.594 4.743 4.384 17.341 B – C (Rp milyar) 116,35 350,20 432,41 348,08 1.276,87 B / C 1,18 2,43 2,24 1,94 1,81 EIRR standar 12.70% 24,84% 24,49% 21,29% 20,43% Sensitivitas

 Benefit turun 10%, Biaya tetap 10,8% 22,7% 22,2% 19,2% 18,3%

 Benefit turun 20%, Biaya tetap 8,7% 20,4% 19,9% 17,1% 16,1%

 Benefit tetap, Biaya naik 10% 11,6% 23,1% 22,8% 19,8% 18,9%

 Benefit tetap, Biaya naik 20% 10,7% 21,6% 21,3% 18,4% 17,6%

 Benefit turun 10%, Biaya naik 10% 9,8% 21,1% 20,7% 17,8% 17,0%

 Benefit turun 10%, Biaya naik 20% 9,0% 19,7% 19,3% 16,6% 15,8%

 Benefit turun 20%, Biaya naik 10% 7,8% 18,9% 18,4% 15,7% 14,9%

 Benefit turun 20%, Biaya naik 20% 7,0% 17,6% 17,2% 14,6% 13,8%

Sumber: Hasil Perhitungan

Sesuai dengan hasil analisa ekonomi masing-masing daerah irigasi pompa, dapat disimpulkan sebagai berikut:

(33)

 DI Impa-Impa, EIRR = 12,70%, sehingga dapat dikatakan layak secara ekonomi, namun apabila biaya naik 20% dan benefit turun 20%, nilai EIRR = 7,0%, maka pembangunan DI Impa-Impa menjadi tidak layak secara ekonomi.

 DI Paccecang, EIRR = 24,84%, sehingga layak secara ekonomi, walaupun biaya naik 20% dan benefit turun 20% nilai EIRR = 17,6%.  DI Cellue, EIRR = 24,49%, sehingga layak secara ekonomi, walaupun

biaya naik 20% dan benefit turun 20%, nilai EIRR = 17,2%

 DI Mabalena, EIRR = 21,29%, sehingga layak secara ekonomi walaupun biaya naik 20% dan benefit turun 20%, nilai EIRR = 14,6%  Gabunga 4 DI, EIRR = 20,43%, sehingga layak secar ekonomi,

walaupun biaya naik 20% dan benefit turun 20%, nilai EIRR = 13,8%.

10. KESIMPULAN DAN SARAN 10.1 Kesimpulan

1) Berdasarkan hasil analisa peta topografi dan peta satelit dengan contour dari DEM terdapat daerah irigasi pompa seluas 20.180 ha yang terdiri dari beberapa DI yaitu:

 DI Impa-Impa luas 4.620 ha, pengambilan air dari Danau Tempe  DI Paccecang, luas 3.594 ha, pengambilan air dari Danau Tempe  DI Cellue, luas 4.743 ha, pengambilan air dari S. Cellue

 DI Mabalena, luas 4.384 ha, pengambilan air dari S. Cenranae  DI Palatae, seluas 2.739 ha, merupakan pompa masyarakat,

pengambilan air dari S. Cenranae dan S. Cellue.

2) Disebelah kanan S. Cenranae juga terdapat potensi daerah irigasi pompa seluas 2.600 ha dengan pengambilan dari Danau Tempe di Surae dan seluas 2.480 ha dengan pengambilan dari S. Cenranae di Wanuwae, namun kedua daerah tersebut akan menjadi bagian DI Walimpong.

(34)

3) Berdasarkan peta geologi regional, hasil studi terdahulu dan hasil analisa, daerah irigasi pompa di sekitar danau Tempe bukan merupakan daerah yang rawan longsor

4) Berdasarkan hasil analisa kondisi fisik, kependudukan, social, ekonomi dan lingkungan,disimpulkan sebagai berikut:

 Kondisijalan yang rusak yaitu 46% dari panjang jalan yang ada, dan perbaikan dilakukan hanya pada jalan yang rusak berat saja.

 Jumlah penduduk di wilayah studi 165.957 jiwa dengan kepadatan 201/km2, cukup untuk mengerjakan lahan yang akan dikembangkan menjadi lahan pertanian beririgasi.

 Sarana pendidikan mulai dari taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi tersedia di wilayah studi.

 Sarana kesehatan di wilayah studi sudah tersedia, namun untuk rumah sakit bersalin dan tenaga bidan masih kurang

 PDRB perkapita Kab. Wajo pada tahun 2012, atas dasar harga berlaku telah mencapai Rp 19,904 juta rupiah atau dengan nilai konstan 2000 sebesar Rp 7,600 juta rupiah

 Perlu pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan di Danau Tempe dan sekitarnya, termasuk daerah hulunya

5) Berdasarkan hasil analisa hidrologi, ketersedian air di Danau Tempe cukup untuk mengairi areal irigasi pompa seluas 20.180 ha dengan pola tanam padi – padi – palawija dengan intensitas tanam 300%

6) Berdasar peta kesesuaian lahan areal irigasi cocok untuk tanaman panganya itu padi dan palawija

7) Biaya konstruksi untuk pengembangan daerah irigasi pompa seluas 17.341 ha, di luar daerah irigasi pompa yang dikelola oleh masyarakat, yaitu sebesar Rp. 1.158.731.510.000,- atau Rp. 66,82 juta / ha.

8) Pengembangan daerah irigasi pompa seluas 17.341 ha layak secara teknik dan ekonomi dengan EIRR = 20,43%, dan apabila biaya naik 20% dan keuntungan turun 20% maka EIRR = 13,8%

9) Berdasarkan hasil studi identifikasi ini maka pengembangan irigasi pompa layak dilanjutkan pada ahapan selanjutnya.

(35)

10.2 Saran

1) Pada kegiatan selanjutnya, perlu dilakukan studi yang lebih mendalam mengenai pola tanam, sarana produksi dan produktivitas tanaman pangan yang ada sekarang.

2) Dalam rangka pengembangan irigasi pompa ini maka perlu juga dilakukan peningkatan kondisi jalan, sarana kesehatan, sarana pendidikan/sekolah kejuruan, dan sarana lainnya untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat.

3) Pengembangan irigasi pompa agar didahului dengan kegiatan pengelolaan air Danau Tempe sesuai rekomendasi Studi Wal-Cen dan rehabilitasi Sungai Cenranae.

4) Kegiatan konstruksi pembangunan irigasi pompa (hard component)

Gambar

Gambar 2.2 Grafik Debit Rata-Rata Bulanan Sungai Bila, Walanae dan Cenranae
Tabel 3.1  BM Referensi Pengukuran
Tabel 3.2  BM Baru Yang Dipasang
Tabel 4.1 Ringkasan Hasil Pekerjaan Sondir
+7

Referensi

Dokumen terkait

Untuk menjawab “Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa mata pelajaran IPS kelas V SDN Wonokromo III/392

Masyarakat Suku Palubuk melakukan kegiatan penyiraman pohon dengan air intan (air yang sudah direndamkan intan) dan melakukan kegiatan tepung tawar jika pohon

Usaha kami bergerak dibidang penjualan makanan ringan.Makanan ringan yang kami tawarkan yaitu berbentuk cilok isi yang berbeda dengan cilok yang sudah ada

Inovasi layanan Panic Button On Hand dilihat dari perspektif pelayanan prima telah menunjukkan keberhasilan dengan ditandai adanya standar pelayanan yang telah

apabila dilihat dari jumlah desa contoh jumlah desa yang tahan pangan di kabupaten Sidoardjo lebih banyak dibandingkan 2 kabupaten lainnya, karena jumlah desa

Hasil penelitian menunjukkan bahwa substitusi Amtabis dalam ransum komersial pada level yang berbeda selama perlakuan berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap pertambahan

Jumlah timbulan sampah yang dihasilkan oleh sentra tas dan jaket sebesar 332,34 kg/hari yang dapat didaur ulang sampah dengan hasil yang didapatkan sebesar Rp 36.036.750

Intensitas birahi Sapi Induk Simmental Peranakan Ongole (SimPO) dengan Body Condition Score (BCS) berbeda tidak memperlihatkan pengaruh yang signifikan atau tidak