• Tidak ada hasil yang ditemukan

TRIWULAN IV 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TRIWULAN IV 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN"

Copied!
70
0
0

Teks penuh

(1)

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA

PROVINSI SULAWESI SELATAN

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional

Provinsi Sulawesi Barat

(2)

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

www.bi.go.id/web/id/Publikasi/

Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh dengan menghubungi:

Divisi Advisory dan Pengembangan Ekonomi Daerah Kantor Perwakilan Bank Indonesia

Provinsi Sulawesi Selatan

Jl. Jenderal Sudirman No. 3 Makassar 90113, Indonesia Telepon: 0411 – 3615188/3615189

(3)

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan IV 2014

Sektor Industri Pengolahan Pendorong Utama Pertumbuhan iii

KATA PENGANTAR

Kata

Pengantar

Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) disusun dan disajikan setiap triwulan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Selatan, mencakup aspek pertumbuhan ekonomi, keuangan pemerintah, inflasi, sistem keuangan dan pengembangan akses keuangan, sistem pembayaran dan pengelolaan uang, ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat, serta prospek perekonomian ke depan. Kajian ekonomi daerah disamping bertujuan untuk memberikan masukan bagi Kantor Pusat Bank Indonesia dalam merumuskan kebijakan moneter maupun makroprudensial, juga diharapkan dapat menjadi salah satu referensi bagi para stakeholders di daerah dalam membuat keputusan. Keberadaan Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) di daerah diharapkan dapat semakin berperan sebagai strategic partner bagi stakeholders di wilayah kerjanya.

Pada triwulan IV 2014 ekonomi Sulawesi Barat tumbuh sebesar 10,90% (yoy), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya (10,02%; yoy). Dari sisi permintaan, percepatan pertumbuhan disebabkan oleh peningkatan konsumsi pemerintah yang mencapai 16,98% (yoy), serta ekspor yang mencatat akselerasi pertumbuhan sebesar 31,95% (yoy). Sementara itu, dari sisi sektoral pertumbuhan Sulbar, disokong oleh lapangan usaha Industri Pengolahan (56,06%; yoy). Sementara itu, sektor pertanian yang merupakan sektor penyumbang pendapatan terbesar tumbuh 3,44% (yoy). Secara keseluruhan, perekonomian Sulbar tahun 2014 tumbuh 8,73% (yoy) lebih tinggi dibandingkan tahun 2013 sebesar 6,94% (yoy). Percepatan ekonomi bersumber dari lapangan usaha industri pengolahan (35,92%; yoy) dan lapangan pertanian (6,00%; yoy). Di sisi lain, penurunan sektor tambang, perdagangan, konstruksi, dan jasa menjadi penahan pertumbuhan ekonomi di tahun 2014.

Inflasi Sulbar di triwulan IV 2014 tercatat sebesar 7,88% (yoy), lebih tinggi dari triwulan III 2014 (4,46%, yoy). Peningkatan laju inflasi disebabkan oleh peningkatan tekanan inflasi pada beberapa kelompok barang/jasa yang dikonsumsi masyarakat pasca kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) jenis Premium dan Solar.Dari sisi kesejahteraan masyarakat, tantangan yang masih perlu mendapat perhatian adalah ketimpangan pendapatan masyarakat yang semakin lebar dan tingkat kemiskinan yang masih belum berhasil ditekan.

Dalam penyusunan laporan, Bank Indonesia memanfaatkan data serta informasi dari berbagai institusi baik secara langsung yaitu melalui survei dan liaison maupun dari data yang sudah tersedia. Sehubungan dengan hal tersebut, pada kesempatan ini, kami sampaikan terima kasih dan penghargaan kepada semua pihak yang telah berkontribusi baik berupa pemikiran maupun penyediaan data/informasi secara kontinyu, tepat waktu, dan reliable. Saran serta masukan dari para pengguna sangat kami harapkan untuk menghasilkan laporan yang lebih baik ke depan.

Makassar, Maret 2015

KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN

Mokhammad Dadi Aryadi Direktur Eksekutif

(4)

iv Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan IV 2014 Sektor Industri Pengolahan Pendorong Utama Pertumbuhan

VISI BANK INDONESIA

Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil.

MISI BANK INDONESIA

1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas.

2. Mendorong sistem keuangan nasional bekerja secara efektif dan efisien serta mampu bertahan terhadap gejolak internal dan

eksternal untuk mendukung alokasi sumber pendanaan/pembiayaan dapat berkontribusi pada pertumbuhan dan stabilitas perekonomian nasional.

3. Mewujudkan sistem pembayaran yang aman, efisien, dan lancar yang berkontribusi terhadap perekonomian, stabilitas moneter dan stabilitas sistem keuangan dengan memperhatikan aspek perluasan akses dan kepentingan nasional.

4. Meningkatkan dan memelihara organisasi dan SDM Bank Indonesia yang menjunjung tinggi nilai-nilai strategis dan berbasis kinerja, serta melaksanakan tata kelola (governance) yang berkualitas dalam rangka melaksanakan tugas yang diamanatkan UU.

NILAI-NILAI STRATEGIS

Merupakan nilai-nilai yang menjadi dasar Bank Indonesia, manajemen dan pegawai untuk bertindak dan atau berperilaku, yang terdiri atas

Trust and Integrity – Professionalism – Excellence – Public Interest – Coordination and Teamwork.

(5)

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan IV 2014

Sektor Industri Pengolahan Pendorong Utama Pertumbuhan v

(6)

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan IV 2014

Sektor Industri Pengolahan Pendorong Utama Pertumbuhan vi

DAFTAR ISI

Daftar

Isi

KATA PENGANTAR

III

DAFTAR ISI

VI

RINGKASAN EKSEKUTIF

1

TABEL INDIKATOR EKONOMI

5

1.

PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH

9

1.1. P

ERTUMBUHAN

E

KONOMI

10

1.2. S

ISI

P

ERMINTAAN

11

1.3. S

ISI

L

APANGAN

U

SAHA

13

2.

KEUANGAN PEMERINTAH

23

2.1. S

TRUKTUR

A

NGGARAN

24

2.2. P

ERKEMBANGAN

R

EALISASI

A

NGGARAN

APBD

S

ULAWESI

B

ARAT

25

2.3. P

ERKEMBANGAN

R

EALISASI

A

NGGARAN

I

NSTANSI

V

ERTIKAL DI

S

ULAWESI

B

ARAT

26

2.4. P

ERAN

R

EALISASI

K

EUANGAN

P

EMERINTAH TERHADAP

E

KONOMI

D

AERAH

27

3.

INFLASI DAERAH

29

3.1. I

NFLASI

K

ELOMPOK

B

ARANG DAN

J

ASA

30

3.2. D

ISAGREGASI

I

NFLASI

35

3.3. K

OORDINASI

P

ENGENDALIAN

I

NFLASI

35

4.

SISTEM KEUANGAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

37

4.1. K

ONDISI

U

MUM

P

ERBANKAN

38

4.2. S

TABILITAS

S

ISTEM

K

EUANGAN

40

4.3. P

ENGEMBANGAN

A

KSES

K

EUANGAN

41

4.4. P

ERKEMBANGAN

S

ISTEM

P

EMBAYARAN

42

5.

KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

45

5.1. T

ENAGA

K

ERJA

46

5.2. P

ENDUDUK

M

ISKIN

47

5.3. R

ASIO

G

INI

48

(7)

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan IV 2014

Sektor Industri Pengolahan Pendorong Utama Pertumbuhan vii

6.

PROSPEK PEREKONOMIAN

53

6.1. P

ROSPEK

P

ERTUMBUHAN

E

KONOMI

54

6.2. P

ROSPEK

I

NFLASI

56

LAMPIRAN

59

DAFTAR BOKS

B

OKS

1.A.

20

P

ERUBAHAN

T

AHUN

D

ASAR

2010

DAN

SNA

2008

DALAM

P

ELAPORAN

PDRB

T

RIWULAN

IV

2014

B

OKS

4.A.

43

S

OSIALISASI

C

IRI

-

CIRI

K

EASLIAN

U

ANG

R

UPIAH

(CIKUR)

B

OKS

6.A.

51

(8)

DAFTAR ISI

viii Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan IV 2014 Sektor Industri Pengolahan Pendorong Utama Pertumbuhan

(9)

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan IV 2014

Sektor Industri Pengolahan Pendorong Utama Pertumbuhan 1

RINGKASAN EKSEKUTIF

Ringkasan

Eksekutif

Sektor Industri PengolahanPendorong Utama Pertumbuhan

Gambaran Umum Perekonomian Sulawesi Barat

triwulan IV 2014 tumbuh tinggi disertai laju inflasi yang meningkat dari triwulan sebelumnya.

Pada triwulan IV 2014 ekonomi Sulbar tumbuh sebesar 10,90% (yoy), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya (10,02%; yoy). Dari sisi permintaan, percepatan pertumbuhan disebabkan oleh peningkatan konsumsi pemerintah yang mencapai 16,98% (yoy). Di sisi lain, ekspor mencatat akselerasi pertumbuhan sebesar 31,95% (yoy). Sementara itu dari sisi sektoral, pertumbuhan ekonomi Sulbar disokong oleh lapangan usaha Industri Pengolahan (56,06%; yoy). Sementara itu, lapangan usahaPertanian yang merupakan sektor penyumbang pendapatan terbesar tumbuh 3,44% (yoy). Tekanan inflasi di triwulan laporan mengalami peningkatan. Pada triwulan IV 2014, inflasi Sulbar tercatat sebesar 7,88% (yoy), jauh lebih tinggi dari triwulan III 2014 (4,46%, yoy). Peningkatan laju inflasi disebabkan oleh peningkatan tekanan inflasi pada beberapa kelompok barang/jasa yang dikonsumsi masyarakat pasca kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Premium dan Solar. Sektor Perbankan masih melanjutkan tren perlambatan sejak pertengahan tahun 2013, antara lain terkait dengan kebijakan stabilisasi baik dari sisi moneter maupun makroprudensial. Perlambatan sektor perbankan tersebut juga searah dengan indikator-indikator keuangan Sulbar yang relatif melambat dari triwulan sebelumnya.

Pertumbuhan Ekonomi Daerah Kinerjaekspor dan Industri

Pengolahan mendorong penguatan kinerja perekonomian Sulbar.

Perekonomian Sulbar pada triwulan IV 2014 mengalami pertumbuhan yang lebih tinggi dari triwulan sebelumnya, yaitu dari 10,02% (yoy) menjadi 10,90% (yoy). Dari sisi permintaan, percepatan pertumbuhan ditopang oleh akselerasi pertumbuhan ekspor sebesar 31,95% (yoy) dan peningkatan konsumsi pemerintah yang mencapai 16,98% (yoy). Sementara itu dari sisi sektoral, pertumbuhan ekonomi Sulbar didorong oleh lapangan usaha Industri Pengolahan (56,06%; yoy). Adapunlapangan usahaPertanian yang merupakan sektor penyumbang pendapatan terbesar tumbuh relatif rendah, yaitu 3,44% (yoy).

Secara keseluruhan tahun 2014, perekonomian Sulawesi Barat tumbuh 8,73% (yoy) lebih tinggi dibandingkan tahun 2013 sebesar 6,94% (yoy). Percepatan ekonomi bersumber dari lapangan usaha industri pengolahan (35,92%; yoy) dan lapangan pertanian (6,00%; yoy). Di sisi lain, penurunan sektor tambang, perdagangan, konstruksi, dan jasa menjadi penahan pertumbuhan ekonomi di tahun 2014.

Keuangan Pemerintah Perkembangan ekonomi Sulbar

yang masih tinggi mendorong

Realisasi keuangan pemerintah hingga akhir tahun 2014, cenderung lebih baik dibandingkan akhir tahun 2013, terutama pada APBD Provinsi. Dari sisi pendapatan,

(10)

RINGKASAN EKSEKUTIF

2 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan IV 2014 Sektor Industri Pengolahan Pendorong Utama Pertumbuhan

meningkatnya realisasi pendapatan APBD.

persentase realisasi pendapatan APBD Provinsi masih lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya karena meningkatnya realisasi pendapatan hampir dari semua komponen, didorong oleh upaya optimalisasi pemungutan pajak dan peningkatan pertumbuhan ekonomi Sulbar.Sementara dari sisi belanja, persentase realisasi tahun 2014 belanja APBD Provinsi maupun instansi vertikal di Sulbar cenderung lebih rendah dari akhir 2013, meskipun penyerapannya masih tergolong moderat (90,95%). Lebih rendahnya persentase realisasi belanja terebut terutama dalam belanja modal, sehingga perlu menjadi perhatian untuk penyerapannya pada tahun 2015.

Inflasi Daerah Inflasi Sulbar pada triwulan IV

2014 mengalami peningkatan disebabkan oleh kenaikan harga BBM bersubsidi.

Pada triwulan IV 2014, inflasi Sulbar tercatat sebesar 7,88% (yoy), lebih tinggi dari triwulan III 2014 (4,46%, yoy). Peningkatan laju inflasi disebabkan oleh peningkatan tekanan inflasi pada beberapa kelompok barang/jasa yang dikonsumsi masyarakat pasca kenaikan harga bahan bakar minnyak (BBM) jenis Premium dan Solar. Inflasi tertinggi terjadi pada kelompok barang yang terkait dengan administered price (kelompok transport, komunikasi dan jasa keuangan), dan kelompok barang yang terkait dengan volatile food (kelompok bahan pangan dan makanan jadi). Secara kelembagaan, seluruh TPID di tingkat provinsi dan kabupaten/kota telah terbentuk, diiringi dengan peningkatan kegiatan koordinasi, terutama untuk mengantisipasi implikasi kenaikan harga BBM bersubsidi.

Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran Kinerja sistem keuangan

melambat namun risiko kredit tetap terjaga dalam batas aman,disertai deselerasi pada kegiatan transaksi RTGS.

Kinerja perbankan di Sulbar pada triwulan IV 2014 mengalami perlambatan dibandingkan dengan triwulan III 2014. Perlambatan pertumbuhan terjadi pada beberapa indikator utama seperti penghimpunan dana pihak ketiga, serta penyaluran kredit. LDR tercatat naik dari 133,43% pada triwulan lalu menjadi 146,78%. Total kredit mengalami pertumbuhan sebesar 7,47% (yoy) pada triwulan IV 2014, lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 9,13% (yoy). Risiko kredit perbankan masih terjaga pada level yang aman, dengan angka Non Performing Loans (NPLs) secara total berada di bawah 5%. Perlambatan kinerja perbankan juga tercermin pada kinerja sistem pembayaran, salah satunya terefleksi dari transaksi RTGS. Secara nilai dan jumlah transaksi RTGS mengalami kontraksi pada triwulan laporan.

Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Tingkat pengangguran dan

kesejahteraan mengalami penurunan kualitas.

Sebelum kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), indikator ketenagakerjaan dan kemiskinan sudah menunjukkan kondisi yang kurang baik. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Sulawesi Barat pada Agustus 2014 sebesar 2,08% atau lebih tinggi dari periode Februari 2014 (1,60%). Demikian pula, jumlah penduduk miskin mengalami peningkatan, terutama yang berada di kota, menjadi 154,69 ribu (September 2014), dari 153,89 (Maret 2014). Namun, apabila dihitung rasio penduduk miskin dibandingkan seluruh penduduk, persentase penduduk miskin relatif turun menjadi 12,1% pada September 2014 dibandingkan Maret 2014 (12,3%).

Pasca kenaikan harga bahan bakar minyak, indikator kesejahteraan yang tersedia mencerminkan pelemahan kondisi kinerja sektor unggulan (pertanian).Pasca kenaikan harga BBM, Nilai Tukar Petani (NTP)cenderung melemah pada akhir tahun 2014 dibandingkan dengan kuartal ketiga 2014. Adapun dari sisi upah minimum, terjadi peningkatan UMP 2015 yang relatif tinggi sebesar 18,2% menjadi Rp1,655 juta.

(11)

RINGKASAN EKSEKUTIF

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan IV 2014

Sektor Industri Pengolahan Pendorong Utama Pertumbuhan 3 Prospek Perekonomian

Perekonomian Sulbar pada triwulan I 2015diperkirakan tumbuh melambat, disertai inflasi yang rendah dan stabil.

Pertumbuhan ekonomi Sulbar triwulan I 2015 diperkirakan tumbuh cukup tinggi namun cenderung melambat, disertai dengan laju inflasi dalam kisaran target nasional. Perekonomian Sulbar pada triwulan I 2015 dan untuk keseluruhan tahun 2015, masing-masing diperkirakan akan tumbuh pada kisaran 7,8% - 8,8% (yoy) dan 8,0% - 9,0% (yoy). Di sisi permintaan, perlambatan pertumbuhan disebabkan oleh ekspor yang melambat, seiring melemahnya permintaan negara mitra dagang dan tren penurunan harga internasional komoditas perkebunan. Di sisi penawaran, perlambatan terjadi pada sektor Pertanian, Industri Pengolahan, dan Jasa-Jasa, sejalan dengan perlambatan ekspor. Apabila harga minyak dunia dalam tren stabil dan cenderung menurun, laju inflasi akhir 2015 diprakirakan akan rendah dan stabil dalam kisaran 3,0% - 4,0%, atau di dalam cakupan target nasional.

(12)

RINGKASAN EKSEKUTIF

4 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan IV 2014 Sektor Industri Pengolahan Pendorong Utama Pertumbuhan

(13)

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan IV 2014

Sektor Industri Pengolahan Pendorong Utama Pertumbuhan 5

TABEL INDIKATOR EKONOMI

PERTUMBUHAN

Tabel

Indikator Ekonomi

(14)

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH

6 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan IV 2014 Sektor Industri Pengolahan Pendorong Utama Pertumbuhan

B. PERBANKAN (KREDIT LOKASI BANK, DPK LOKASI KC/KCP) DAN TRANSAKSI RTGS)

I II III IV I II III IV I II III IV

Total Aset (Rp Juta) 3,089,264 3,398,697 3,578,480 3,705,973 3,859,655 4,121,751 4,439,760 4,291,262 4,416,808 4,551,845 4,666,789 4,792,403 2,069,117 2,408,952 2,564,590 2,432,838 2,556,662 2,674,766 2,835,539 2,750,875 2,789,405 3,034,975 3,153,958 2,916,043 Giro 608,443 704,439 887,749 460,744 794,424 898,572 987,392 466,595 822,227 914,268 981,369 504,877 Tabungan 1,290,902 1,515,993 1,516,620 1,814,780 1,580,271 1,579,961 1,671,632 2,107,967 1,789,238 1,815,013 1,854,824 2,189,909 Deposito 169,772 188,520 160,221 157,314 181,968 196,233 176,515 176,313 177,941 305,694 317,766 221,257 2,888,791 3,095,029 3,237,469 3,363,738 3,452,371 3,624,778 3,750,679 3,869,600 3,965,668 4,117,600 4,208,431 4,280,052 - Modal Kerja 1,136,219 1,426,747 1,207,855 1,213,518 1,246,201 1,269,822 1,294,881 1,334,227 1,359,152 1,447,789 1,465,940 1,469,731 - Investasi 269,392 271,254 285,691 299,338 312,837 406,515 409,410 415,559 425,897 373,157 394,005 410,852 - Konsumsi 1,483,181 1,397,028 1,743,923 1,850,882 1,893,334 1,948,441 2,046,388 2,119,814 2,180,619 2,296,654 2,348,486 2,399,469 139.61% 128.48% 126.24% 138.26% 135.03% 135.52% 132.27% 140.67% 142.17% 135.67% 133.43% 146.78% 2,888,791 3,095,029 3,237,469 3,363,738 3,452,371 3,624,778 3,750,679 3,869,600 3,965,668 4,117,600 4,208,431 4,280,052 - Pertanian 133,679 147,299 166,826 167,586 169,427 196,196 205,451 216,675 228,883 224,084 241,339 254,470 - Pertambangan 1,551 1,813 1,903 1,903 2,223 1,991 2,026 2,222 1,975 1,912 2,775 2,387 - Industri pengolahan 28,283 39,190 38,151 37,659 40,959 33,005 32,585 36,157 37,125 43,340 43,714 46,850 - Listrik, Gas, dan Air 366 341 355 361 393 656 757 809 863 2,919 3,104 1,511 - Konstruksi 45,497 47,002 52,248 16,297 36,566 43,711 47,969 45,912 47,810 41,366 44,163 41,843 - Perdagangan 907,792 1,244,596 1,045,578 1,054,827 1,078,324 1,240,584 1,236,455 1,268,176 1,280,494 1,338,361 1,365,453 1,372,922 - Pengangkutan 3,762 5,239 5,406 7,239 7,081 5,636 6,190 6,992 7,533 9,014 9,624 10,979 - Jasa Dunia Usaha 39,230 39,098 39,313 69,287 39,546 63,901 64,317 58,940 55,480 58,238 43,237 42,353 - Jasa Sosial Masyarakat 110,369 98,008 77,369 68,562 84,591 90,657 108,541 113,904 124,886 83,892 106,536 107,268 - Lain-lain 1,618,261 1,472,443 1,810,320 1,940,017 1,993,263 1,948,441 2,046,388 2,119,814 2,180,619 2,314,473 2,348,486 2,399,469 1,221,778 1,484,847 1,367,179 1,403,043 1,451,752 1,577,491 1,632,715 1,680,397 1,721,578 1,805,658 1,828,428 1,850,393 479,488 463,446 501,401 488,579 486,291 535,593 533,297 545,251 580,263 644,615 616,127 680,553 - Modal Kerja 384,444 378,290 410,519 393,991 407,242 428,970 441,500 455,362 474,477 543,378 498,659 548,769 - Investasi 95,044 85,156 90,883 94,588 79,049 106,624 91,797 89,889 105,786 101,237 117,468 131,784 - Konsumsi - - - -668,296 823,413 798,764 838,425 885,271 933,858 971,940 1,017,552 1,014,600 1,020,970 1,087,409 968,344 - Modal Kerja 524,422 672,434 620,106 648,995 669,622 661,626 688,045 723,896 731,644 794,094 857,146 758,625 - Investasi 143,873 150,978 178,658 189,430 215,649 272,232 283,894 293,656 282,957 226,876 230,263 209,719 - Konsumsi - - - -73,995 197,988 67,014 76,039 80,191 108,039 127,478 117,593 126,715 140,074 124,892 201,496 - Modal Kerja 60,175 184,628 60,544 67,190 67,650 84,203 96,514 88,994 93,324 100,936 86,562 139,859 - Investasi 13,819 13,360 6,470 8,849 12,541 23,837 30,964 28,600 33,391 39,138 38,330 61,637 - Konsumsi - - - -3.72% 3.74% 3.68% 2.55% 4.56% 4.46% 4.19% 3.81% 4.68% 4.59% 4.43% 3.43% 7.31% 6.67% 7.13% 4.04% 4.86% 5.34% 4.74% 3.94% 5.93% 8.79% 8.71% 6.92% Sumer : Laporan Bank Umum, diolah.

Catatan: * (<Rp50 juta) ** (Rp50 < X < Rp500 juta) *** (Rp500 juta < X < Rp5 miliar) **** Angka sementara 2014**** 2013 2012

Kredit Menengah *** (Rp Miliar) Kredit - Lokasi Bank (Rp Juta)

INDIKATOR BANK UMUM :

DPK - Lokasi Bank Pelapor (Rp Juta)

LDR

NPL UMKM gross - Lokasi Bank (%) Kredit UMKM - Lokasi Bank (Rp Miliar)

NPL Total gross - Lokasi Bank (%) Kredit Mikro* (Rp Miliar) Kredit - Lokasi Bank (Rp Juta)

Kredit Kecil ** (Rp Miliar)

I II III IV I II III IV I II III IV

Transaksi RTGS

From / Outgoing (Rp Miliar) 367.93 495.62 515.29 826.48 222.18 329.92 429.3 699.95 366.44 503.03 515.54 848.85

To / Incoming (Rp Miliar) 457.9 501.28 599.6 642.52 652.23 677.82 959.91 1077.63 870.44 731.74 758.81 941.82

2014 2013

2012 INDIKATOR

(15)

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan IV 2014

Sektor Industri Pengolahan Pendorong Utama Pertumbuhan 7

C. GRAFIK INDIKATOR

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Pangsa Perekonomian (PDRB ADHB) Pertumbuhan Ekonomi (PDRB ADHK)

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Sumbangan Sektor Ekonomi bagi Pertumbuhan Ekonomi Sulbar Sumbangan Komponen Penggunaan bagi Pertumbuhan Ekonomi Sulbar

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Sumber: Laporan Bank, diolah

Inflasi dan BI Rate Perbankan Sulbar

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Pengangguran Terbuka Persentase Penduduk Miskin

4% 6% 8% 10% 12% 14% 16% 18%

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III 2010 2011 2012 2013 2014 Pertumbuhan Ekonomi Nasional (yoy)

Pertumbuhan Ekonomi Sulbar(yoy)

0% 1% 1% 2% 2% 3% 3% 4% 4% 5% 5% 0 200 400 600 800 1000 1200 1400 2009 2010 2011 2012 2013 2014 (Ribu Orang)

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) - Skala Kanan

Jumlah Penduduk 0% 2% 4% 6% 8% 10% 12% 14% 16% 18% 130 135 140 145 150 155 160 165 2009 2010 2011 2012 2013 2014

(Ribu Orang) % Penduduk Miskin - Skala Kanan

(16)

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH

8 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan IV 2014 Sektor Industri Pengolahan Pendorong Utama Pertumbuhan

(17)

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan IV 2014

Sektor Industri Pengolahan Pendorong Utama Pertumbuhan 9

1. PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH

Bab 1

Pertumbuhan Ekonomi Daerah

Pada triwulan IV 2014 ekonomi Sulbar tumbuh sebesar 10,90% (yoy), lebih

tinggi dari triwulan sebelumnya (10,02%; yoy). Dari sisi permintaan,

percepatan pertumbuhan disebabkan oleh peningkatan konsumsi pemerintah

yang mencapai 16,98% (yoy), serta ekspor yang akselerasi sebesar

31,95% (yoy). Sementara itu dari sisi sektoral, pertumbuhan Sulbar

ditopang oleh lapangan usaha Industri Pengolahan (56,06%; yoy). Adapun

sektor pertanian yang merupakan sektor penyumbang pendapatan terbesar

tumbuh relatif rendah, yaitu 3,44% (yoy).

Perekonomian Sulbar tahun 2014 tumbuh 8,73% (yoy) lebih tinggi

dibandingkan tahun 2013 sebesar 6,94% (yoy). Percepatan ekonomi

bersumber dari lapangan usaha industri pengolahan (35,92%; yoy) dan

lapangan pertanian (6,00%; yoy). Di sisi lain, penurunan sektor tambang,

perdagangan, konstruksi, dan jasa menjadi penahan pertumbuhan ekonomi

di tahun 2014.

(18)

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH

10 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan IV 2014 Sektor Industri Pengolahan Pendorong Utama Pertumbuhan

1.1. Pertumbuhan Ekonomi

Ekonomi Sulbar di triwulan IV 2014 tumbuh lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya.Pada triwulan IV 2014 ekonomi Sulbar tumbuh 10,90% (yoy)1 sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya dimana tercatat sebesar 10,02% (yoy)2. Dari sisi permintaan, pertumbuhan didorong oleh konsumsi khususnya konsumsi pemerintah yang tercatat mengalami pertumbuhan paling tinggi (16,98%; yoy) diantara komponen pengeluaran konsumsi yang lain. Ekspor di triwulan IV 2014 juga mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan yaitu 31,95% (yoy) disertai dengan pertumbuhan impor yang cukup besar (20,95%; yoy). Sementara itu komponen investasi yang tercermin dari pembentukan PMTB dan perubahan inventori tercatat mengalami kontraksi, dimana secara berurutan kedua komponen ini mengalami kontraksi sebesar -0,76% (yoy) dan -8,90% (yoy). Dari sisi lapangan usaha, seluruh lapangan usaha mengalami pertumbuhan positif di triwulan IV 2014. Pertumbuhan terbesar terjadi pada lapangan usaha industri pengolahan yang mampu tumbuh 56,06% (yoy), sedangkan lapangan usaha pertanian, kehutanan dan perikanan yang merupakan lapangan usaha dengan

share terbesar tumbuh 3,44% (yoy).

Secara tahunan, ekonomi di Sulbar tahun 2014 tumbuh lebih tinggi dibanding tahun 2013.Pertumbuhan ekonomi Sulbar di tahun 2014 tercatat sebesar 8,73% (yoy), atau merupakan pertumbuhan daerah tertinggi di Indonesia. Pertumbuhan tersebut juga lebih tinggi dari pertumbuhan tahun 2013 yang tercatat sebesar 6,94% (yoy) (Grafik 1.1). Pertumbuhan Sulbar tahun 2014 ini berlawanan arah dengan dengan pertumbuhan ekonomi nasional, yang mengalamai penurunan dari 6,03% (yoy) pada tahun 2013 menjadi 5,02% (yoy) pada tahun 2014. Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan Sulbar di tahun 2014 didorong oleh peningkatan seluruh komponen , terutama ekspor yang mampu tumbuh 12,08% (yoy) tertinggi dari seluruh komponen pengeluaran. Sedangkan dari sisi lapangan usaha, pertumbuhan Sulbar tahun 2014 didorong oleh industri pengolahan yang mampu tumbuh 35,92% (yoy) dan memberikan andil 3,18% dari total pertumbuhan. Selain itu, sektor pertanian yang menyumbang 40,38% dari total PDRB tahun 2014 tumbuh sebesar 6,00 % (yoy).

Sumber: BPS

Grafik 1.1. Perkembangan PDRB Sulbar

Sumber: BPS Sumber: BPS

Grafik 1.2. Struktur Ekonomi Sulbar Berdasarkan Kelompok Usaha Grafik 1.3. Struktur Ekonomi Sulbar Berdasarkan Kelompok Pengeluaran

1Berdasarkan tahun dasar 2010

2

(19)

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan IV 2014

Sektor Industri Pengolahan Pendorong Utama Pertumbuhan 11

1.2. Sisi Permintaan

Dari sisi permintaan, penguatan ekonomi Sulbar pada triwulan IV 2014 terutama didorong oleh peningkatan konsumsi pemerintah dan ekspor.Konsumsi pemerintah tumbuh 16,98% (yoy), lebih besar dari pertumbuhan konsumsi rumah tangga (4,88%; yoy) dan konsumsi LNPRT (5,45%; yoy). Ekspor Sulbar periode pelaporan mampu tumbuh 31,95% (yoy) yang diimbangi dengan pertumbuhan impor sebesar 20,95% (yoy). Di sisi lain, kondisi investasi mengalami penurunan yang tercermin dari kontraksi PMTB (-0,76%; yoy) dan perubahan inventori (-8,90%; yoy) (Tabel 1.1).

Tabel 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Menurut Komponen Pengeluaran

Sumber: Badan Pusat Statistik

*) Angka sementara **) Angka sangat sementara

Ekspor menjadi motor pertumbuhan Sulbar di tahun 2014. Komponen pengeluaran ini memberikan andil sebesar 7,96% dari total pertumbuhan Sulbar di Tahun 2014. Dari sisi pertumbuhan, ekspor juga tercatat sebagai komponen pengeluaran dengan pertumbuhan tertinggi yaitu 19,35% (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan tahun 2013 yang tercatat sebesar 8,87% (yoy). Komponen pengeluaran lain yang mengalami pertumbuhan lebih tinggi di tahun 2014 adalah konsumsi LNPRT, konsumsi pemerintah, perubahan inventori dan impor yang secara berurut mengalami pertumbuhan sebesar 13,80% (yoy), 6,95% (yoy), 9,65% (yoy) dan 12,08% (yoy). Disisi lain, komponen konsumsi rumah tangga tercatat mengalami perlambatan dimana di tahun 2014 tercatat 5,03% (yoy), lebih rendah dibandingkan tahun 2013 yang tercatat sebesar 5,69% (yoy). Investasi yang tercermin dari PMTB juga mengalami perlambatan di tahun 2014. PMTB tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 6,32% (yoy), lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 11,83% (yoy) (Tabel 1.1).

1.2.1 Konsumsi

Konsumsi pada triwulan IV 2014 tumbuh positif.Hal ini tercermin dari ketiga komponen konsumsi yang menunjukkan pertumbuhan positif, dimana konsumsi rumah tangga tumbuh 4,88% (yoy), konsumsi LNPRT tumbuh 5,45% (yoy), dan konsumsi pemerintah tumbuh 16,98% (yoy). Tingginya pengeluaran pemerintah diperkirakan berasal dari realisasi keuangan daerah (APBD Provinsi dan APBN).Sampai dengan triwulan IV 2014 penyerapan anggaran di Sulbar mencapai 94,22%, sedikit lebih tinggi dari periode tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 94,15%.

Secara tahunan, konsumsi tahun tahun 2014 tumbuh lebih tinggi dibandingkan dengan konsumsi tahun 2013.Secara agregat, konsumsi di tahun 2014 tumbuh 5,56% (yoy), lebih tinggi dari tahun 2013 yang tercatat sebesar 5,25% (yoy). Pendorong utama pertumbuhan pada komponen konsumsi di periode pelaporan adalah konsumsi pemerintah yang tumbuh sebesar 6,95% (yoy) lebih tinggi dari tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 3,84% (yoy). Konsumsi LNPRT juga mengalami percepatan pertumbuhan di tahun 2014, yaitu 7,36% (yoy) di tahun 2013 menjadi 13,80% (yoy) di tahun 2014. Di sisi lain, konsumsi rumah tangga mengalami perlambatan, dimana di periode pelaporan komponen pengeluaran ini tercatat tumbuh sebesar 5,03% (yoy), lebih rendah dari periode sebelumnya yang tercatat sebesar 5,69% (yoy).

Perlambatan konsumsi rumah tangga disebabkan penurunan daya beli masyarakat, yang dipicu oleh kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). Perlambatan yang terjadi lebih dipengaruhi oleh menurunnya aktivitas konsumsi masyarakat. Kenaikan harga BBM jenis Premium dan Solar, secara langsung mengakibatkan penyesuaian tarif angkutan umum, dan secara tidak langsung mendorong peningkatan harga di berbagai komoditas utama. Efek langsung dan tidak langsung tersebut, mengakibatkan daya beli masyarakat menurun.

I II III IV TOTAL

1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 5.39 4.27 5.07 5.69 4.88 5.03 2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT 8.74 8.86 5.05 7.36 5.45 13.80 3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 4.11 6.73 4.37 3.84 3.38 1.28 2.34 16.98 6.95 4. Pembentukan Modal Tetap Bruto -6.66 14.65 7.23 11.83 14.98 6.99 4.33 -0.76 6.32 5. Perubahan Inventori -452.33 -55.27 72.22 7.87 41.48 51.71 -67.41 -8.90 9.65 6. Ekspor 17.86 5.73 2.65 8.87 13.71 19.36 22.65 31.95 19.53 7. Impor 13.08 -6.63 -1.25 9.00 7.49 3.39 2.33 20.95 12.08 PDRB 11.23 10.73 9.25 6.94 8.85 8.93 10.02 10.90 8.73 6.01 5.87 6.21 2010 2011 2012 2013 Tahun Dasar 2010 Komponen

Tahun Dasar 2000 Tahun Dasar 2010 2014

(20)

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH

12 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan IV 2014 Sektor Industri Pengolahan Pendorong Utama Pertumbuhan

1.2.2 Investasi

Investasi di triwulan IV 2014 menurun.Penurunan investasi tercermin dari PMTB dan perubahan inventori yang mengalami kontraksi di periode pelaporan. PMTB tercatat mengalami kontraksi sebesar –0,76% (yoy) sedangkan perubahan inventori mengalami kontraksi sebesar -9,90% (yoy).

Secara tahunan, investasi tahuh 2014 di Sulbar mengalami penurunan dibandingkan tahun 2013.Total investasi Sulbar tercatat turun dari 11,29% (yoy) di tahun 2013 menjadi 6,73% (yoy). Penyebab penurunan investasi berasal dari komponen PMTB, dimana pada tahun periode pelaporan tercatat tumbuh sebesar 6,32% (yoy) melambat dibandingkan tahun 2013 yang tercatat sebesar 11,83% (yoy). Di sisi lain, komponen investasi lainnya yaitu inventori mengalami pertumbuhan dari 7,58% (yoy) di tahun 2013 menjadi 9,65% (yoy) di tahun 2014.

Penurunan investasi diakibatkan tidak adanya investasi baru sepanjang periode pelaporan. Saat ini investasi di Sulbar hanya mengandalkan kelanjutan proyek-proyek investasi jangka panjang dan mega proyek yang saat ini tengah berjalan seperti pembangunan jalan Mamuju Multy Mood Access Road to Port Belang-Belang, PLTU, Rumah Sakit Sulbar, Depo Pertamina dan jalan strategis nasional. Pembangunan jalan MamujuMulty Mood Access Road to Port Belang-Belang dirancang sepanjang 102 kilometer dengan lebar jalan 30 meter (Rp800 miliar). Kemudian pembangunan PLTU berkapasitas 2x25 megawatt di Mamuju oleh PT Rekayasa Industri dengan investasi sekitar USD100 juta (dana berasal dari pinjaman bank lokal sebesar 70% dan internal perusahaan 30%). Kemudian untuk pembangunan rumah sakit bekerjasama dengan Pusat Investasi Pemerintah (PIP). Rumah sakit tersebut akan dibangun bertipe B dengan kualitas pelayanan internasional. Di sisi lain, perlambatan pertumbuhan investasi tercermin pertumbuhan kredit investasi yang negatif. Trend penurunan kredit investasi sejak awal tahun 2013 terus berlanjut hingga akhir tahun 2014 (Grafik 1.4).

Sumber: Laporan Bank, diolah

Grafik 1.4. Penyaluran Kredit Investasi

1.2.3 Ekspor dan Impor

Neraca perdagangan Sulbar pada triwulan IV 2014 menunjukkan perbaikan meskipun masih defisit.Perbaikan neraca perdagangan ini dikarenakan pertumbuhan ekspor yang signifikan. Pertumbuhan ekspor di triwulan IV 2014 mencapai 31,95% (yoy), lebih tinggi dari pertumbuhan impor yang mencapai 20,95% (yoy). Pertumbuhan ekspor yang signifikan ini mengakibatkan perbaikan defisit neraca perdagangan, dimana neraca perdagangan Sulbar pada triwulan IV 2014 berada di level Rp177 milyar.

Secara agregat, kinerja perdagangan Sulbar di tahun 2014 mengalami perbaikan meskipun masih defisit.Neraca perdagangan Sulbar di tahun tercatat mengalami defisit sebesar Rp277 milyar lebih baik dari tahun 2013 yang tercatat deficit sebesar Rp851 milyar. Perbaikan neraca perdagangan ini di dorong kinerja ekspor, dimana pada tahun 2014 ekspor tumbuh sebesar 19,53% (yoy) lebih tinggi dari tahun 2013 yang tercatat sebesar 8,87% (yoy). Disisi lain, impor di tahun 2014 juga mengalami peningkatan sebesar 12,08% (yoy) lebih tinggi dari tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 9,00% (yoy).

Peningkatan ekspor didorong oleh peningkatan sektor tradable.Dorongan dari tingkat produksi sektor tradable, khususnya berasal dari sektor pertanian yang menghasilkan komoditas unggulan Sulbar seperti kakao, kopi, kelapa sawit, dan jagung yang tumbuh menguat pada triwulan laporan. Adapun penguatan ekspor didorong oleh peningkatan produksi

(21)

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan IV 2014

Sektor Industri Pengolahan Pendorong Utama Pertumbuhan 13

CPO yang menjadi produk olahan unggulan dari Sulbar, seiring mulai meningkatnya

hasil pengolahan CPO yang dimulai

sejak awal 2014.

Sumber: BPS, diolah

Grafik 1.5. Perkembangan Ekspor Neto

1.3. Sisi Lapangan Usaha

Pada triwulan IV 2014, ekonomi Sulbar mengalami pertumbuhan sebesar 10,90% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan III 2014. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada lapangan usaha industri pengolahan 56,06% (yoy), disusul oleh lapangan usaha pertambangan dan penggalian (20,55%; yoy), dan lapangan usaha administrasi pemerintahan (16,78%; yoy). Mulai triwulan IV 2014, BPS menerapkan perubahan kategori sektor ekonomi dan tahun dasar. Semula 9 sektor menjadi 17 kategori lapangan usaha (sektor), dan semula tahun dasar 2000 menjadi tahun dasar 2010 (Tabel 1.2 dan boks 1.A).

Tabel 1.2. Pertumbuhan Ekonomi Menurut Lapangan Usaha (Per Triwulan)

Sumber: Badan Pusat Statistik *) Angka sangat sementara

Pada tahun 2014, kinerja ekonomi Sulbar (8,73% yoy) dengan pendorong utama berasal dari sektor industri pengolahan. Industri pengolahan tercatat mengalami pertumbuhan tertinggi di tahun 2014, dimana sektor ini tercatat tumbuh sebesar 35,92% (yoy), lebih tinggi dari tahun 2013 yang tercatat sebesar 7,09% (yoy). Sektor lain yang mengalami percepatan pertumbuhan adalah sektor pertanian (6,00%; yoy), sektor transportasi (7,39%), sektor jasa kesehatan (6,05%; yoy) dan sektor jasa lainnya (8,92%; yoy) (Tabel 1.3).

I II III IV TOTAL

1 Pertanian A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 7.59 6.63 4.51 3.44 6.00 2 Pertambangan dan Penggalian B Pertambangan dan Penggalian 7.57 8.05 3.97 20.55 8.04 3 Industri Pengolahan C Industri Pengolahan 29.67 47.42 74.49 56.06 35.92 4 Listrik, Gas, dan Air Bersih 27.19 10.90 11.30

D Pengadaan Listrik, Gas 1.09 9.65 E Pengadaan Air 10.22 6.46 5 Bangunan F Konstruksi 9.60 4.78 3.96 2.83 8.11 6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 10.14 7.10 4.80

G Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 4.03 7.10 I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 4.98 6.51 7 Pengangkutan dan Komunikasi 10.16 5.86 5.12

H Transportasi dan Pergudangan 10.73 7.39 J Informasi dan Komunikasi 9.51 7.20 8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 6.06 6.14 2.98

K Jasa Keuangan 6.70 3.35

L Real Estate 3.60 4.14

9 Jasa-jasa 0.38 -1.45 0.75

M,N Jasa Perusahaan -2.08 2.98 O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 16.78 4.19 P Jasa Pendidikan 10.71 4.02 Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 15.62 6.05 R,S,T,U Jasa lainnya 10.69 8.92

8.85 8.93 10.02 10.90 8.73 2014*

Sektor Berdasarkan Tahun Dasar 2000 Sektor Berdasarkan Tahun Dasar 2010

Tahun Dasar 2000 Tahun Dasar 2010

(22)

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH

14 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan IV 2014 Sektor Industri Pengolahan Pendorong Utama Pertumbuhan

Tabel 1.3. Pertumbuhan Ekonomi Menurut Lapangan Usaha (Per Tahun)

Sumber: Badan Pusat Statistik

*) Angka sementara **) Angka sangat sementara

Pertanian masih menjadi sektoryang memiliki share PDRB terbesar di tahun 2014, meski dalam trend yang menurun. Sharesektor pertanian pada PDRB 2014 sebesar 40,38%, lebih kecil dibandingkan tahun 2013 yang mencapai 41,38%. Hal

ini diakibatkan oleh peningkatan sektor industri pengolahan yang cukup pesat di beberapa tahun terakhir. Pada tahun 2014 share industri pengolahan mencapai 11,06%, meningkat dibandingkan tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 8,85% (Grafik 1.6).

Sumber: BPS, diolah

Grafik 1.6. Share PDRB Per Lapangan Usaha

1.3.1 Lapangan Usaha Pertanian

Pada triwulan IV 2014, lapangan usaha pertanian mengalami penurunan akibat gangguan produksi di subsektor tanaman bahan makanan (tabama) dan subsektor perikanan.Sektor pertanian tumbuh sebesar 3,44% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 4,51% (yoy). Subsektor tabama, dalam hal ini komoditas padi palawija, menjadi salah satu faktor penyebab menurunnya pertumbuhan. Baru masuknya musim tanam menjadi pendorong turunnya produksi beras di triwulan pelaporan.Hal ini terkonfirmasi dari Indeks NTP yang lebih rendah dari periode yang sama tahun sebelumnya dan juga pertumbuhan NTP pada triwulan IV 2014 yang masih negatif (Grafik 1.7). Meski demikian, sektor pertanian Sulbar diharapkan masih dapat tumbuh tinggi,sejalan dengan upaya pemerintah Sulbar

A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 8.39 7.32 5.71 6.00 B Pertambangan dan Penggalian 12.13 11.77 10.60 8.04 C Industri Pengolahan 14.90 6.79 7.09 35.92 D Pengadaan Listrik, Gas 12.84 17.27 13.32 9.65 E Pengadaan Air 27.00 12.38 12.76 6.46

F Konstruksi 9.95 7.74 10.09 8.11

G Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 9.08 7.71 8.15 7.10 H Transportasi dan Pergudangan 8.10 5.39 6.37 7.39 I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 15.85 7.49 7.61 6.51 J Informasi dan Komunikasi 9.09 9.89 11.11 7.20 K Jasa Keuangan 20.75 15.53 5.81 3.35

L Real Estate 5.03 2.79 4.38 4.14

M,N Jasa Perusahaan 14.79 6.83 7.16 2.98 O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 19.05 20.37 7.15 4.19 P Jasa Pendidikan 18.01 16.77 6.94 4.02 Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 16.68 16.59 5.63 6.05 R,S,T,U Jasa lainnya 5.13 9.27 6.72 8.92

10.73 9.25 6.94 8.73 Sektor Berdasarkan Tahun Dasar 2010

PRDB

(23)

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan IV 2014

Sektor Industri Pengolahan Pendorong Utama Pertumbuhan 15

untuk meningkatkan produksi padi hingga mencapai 1 (satu) juta ton per tahun. Upaya tersebut dilakukan dengan caramemperluas areal tanam padi dan peningkatan sarana pertanian (sarana irigasi, pemupukan berimbang, dan pemanfaatan benih unggul bermutu).

Sumber: BPS

Grafik 1.7. Nilai Tukar Petani

Perlambatan pertumbuhan juga dialami subsektorperikanan,sebagai dampak dari peningkatan intensitas hujan sepanjang periode triwulan laporan. Curah hujan yang terus meningkat selama periode Oktober sampai dengan Desember 2014 membuat aktivitas penangkapan ikan terkendala gelombang yang tinggi. Di samping itu, peningkatan intensitas hujan juga mengakibatkan terganggunya kegiatan budidaya ikan.

1.3.2 Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian

Ekspor hasil tambang yang kembali berjalan mendorong pertumbuhan lapangan usaha pertambangan dan penggalian di triwulan IV 2014. Pada periode pelaporan, lapangan usaha ini tumbuh 22,55% (yoy), meningkat signifikan dibandingkan triwulan III 2014 yang tercatat sebesar 3,97% (yoy).

Ekspor tambang meningkat pasca pemberian izin ekspor hasil tambang kembali berjalan.Perbaikan sektor ini diindikasikan oleh perkembangan ekspor komoditas pertambangan yang kinerjanya juga membaik pada triwulan laporan seiring harga internasional komoditas tambang yang sedikit meningkat pada periode laporan. Kedepan sektor pertambangan diharapkan akan terus meningkat mengingat masih terdapat tiga blok migas yang masih pada tahap eksplorasi. Di sisi lain, tingginya pertumbuhan sektor ini tidak dibarengi dengan peningkatan penyaluran kredit perbankan untuk sektor pertambangan. Hal ini terlihat dari menurunnya kredit di sektor pertambangan (Grafik 1.8).

1.3.3 Lapangan Usaha Industri Pengolahan

Lapangan usaha industri pengolahan pada triwulan IV 2014 mencatat akselerasi pertumbuhan tertinggidibandingkan sektor lainnya. Sektor industri pengolahan mencatat pertumbuhan tertinggi diantara lapangan usaha lainnya. Sektor ini tumbuh 56,06% (yoy) di triwulan IV 2014. Peningkatan pertumbuhan ini dinilai merupakan dampak dari peningkatan produksi beberapa subsektor industri pengolahan di Sulbar sehingga terjadi peningkatan kinerja pada subsektor tersebut dibandingkan triwulan sebelumnya (Grafik 1.9).

Mulai beroperasinya perusahaan CPO terbesar di Sulbar menjadi faktor pendorong utama lapangan usaha industri pengolahan di tahun 2014.Peresmian PT Tanjung Sarana Lestari (TSL) yang merupakan anak dari PT Astra Agro Lestari Tbk di periode pelaporan menjadi pendorong industri pengolahan yang signifikan.Pabrik tersebut termasuk dalam mega proyek Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) koridor Sulawesi.Kapasitas produksi industri ini mencapai 2.000 metrik ton crude palm oil (CPO) per hari, yang menghasilkan olein, stearin dan PFAD.Selain minyak sawit mentah dari Sulawesi Barat, perusahaan ini juga mengolah minyak sawit mentah Grup Astra Agro dari Kalimantan Timur.

(24)

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH

16 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan IV 2014 Sektor Industri Pengolahan Pendorong Utama Pertumbuhan

Sumber: Laporan Bank, diolah Sumber: BPS

Grafik 1.8. Kredit Sektor Pertambangan Grafik 1.9. Pertumbuhan Produksi Industri

1.3.4 Lapangan Usaha Listrik, Gas, dan Air Bersih (LGA)

3

Lapangan usaha LGA tumbuh lebih tinggi di triwulan laporan.Pada lapangan usahaPengadaan Listrik danGas mengalami pertumbuhan sebesar 1,09% (yoy), sedangkan lapangan usaha Pengadaan Air mengalami pertumbuhan sebesar 10,22% (yoy). Makin luasnya jangkauan listrik di pelosok seiring perkembangan harga jual usaha sektor LGA diperkirakan menjadi faktor pendorong peningkatan di sektor ini.

Terus meningkatnya jumlah gabungan pelanggan listrik di Sulbar, Sulbar, dan Sultra menjadi salah satu faktor pendorong pertumbuhan sektor LGA.Hingga saat ini provinsi Sulawesi Barat terus menambah PLTM (Pembangkit Listrik Tenaga Mini-Hidro) sebagai alternatif pembangkit listrik. Sulbar saat ini telah memiliki sejumlah pembangkit PLTM, yaitu diantaranya : PLTM Balla (2 x 0,35 MW), PLTM Kalukku (2 x 0,7 MW), PLTM Bona Hau (2 x 2 MW) dan PLTM Budong-budong (2 x 1 MW) dan pada tahun 2013 hampir 67% kebutuhan listrik di Mamuju dapat dipasok dengan energi air yang lebih murah dibanding BBM. Kedepan, pasokan listrik Sulbar akan meningkat seiring dengan pembangunan PLTA Tumbuan Mamuju yang pengerjaannya dilakukan Kalla Group, dimanaground breaking-nya telah dilakukan pada bulan Februari 2014.

1.3.5 Lapangan Usaha Bangunan

Pada triwulan IV 2014, lapangan usaha bangunan tumbuh melambatdibandingkan triwulan sebelumnya. Sektor ini tercatat tumbuh sebesar 2,83% (yoy) pada triwulan laporan, lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 3,96% (yoy).

Rendahnya realisasi proyek yang tengah berjalan menjadi faktor penyebab penurunan lapangan usaha bangunan.Penurunan pertumbuhan pada lapangan usaha bangunan terkonfirmasi dari penurunan penyaluran kredit di sektor konstruksi di triwulan laporan (Grafik 1.10).Selain itu, penurunan juga terkonfirmasi dari data realisasi pengadaan semen selama periode laporan. Tercatat pada triwulan IV 2014 realisasi pengadaan semen mengalami penurunandari 59,99% (yoy) di tahun 2013 menjadi 6,78% (yoy) di tahun 2014 (Grafik 1.11).Hingga saat ini, beberapa proyek yang masih dikerjakan secara berkelanjutan adalah pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Tumbuan oleh Kalla Group, yang diringi dengan pembangunan jalan ke lokasi PLTA Tumbuan di Desa Karama Kecamatan Kalumpang Kabupaten Mamuju.

3Berdasarkan pembagian SNA 2008 menggunakan tahun dasar 2010, perkembangan sektor LGA dapat di lihat dari lapangan usaha Pengadaan Listrik dan

(25)

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan IV 2014

Sektor Industri Pengolahan Pendorong Utama Pertumbuhan 17

Sumber: Laporan Bank, diolah Sumber: ASI, diolah

Grafik 1.10. Kredit Sektor Konstruksi Grafik 1.11. Realisasi Pengadaan Semen

1.3.6 Lapangan Usaha Perdagangan, Hotel, dan Restoran

4

Pada triwulan IV 2014, lapangan usaha PHR tumbuh lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya.Lapangan usaha Perdagangan Besar dan Eceran dan Reparasi Kendaraan mengalami pertumbuhan sebesar 4,03% (yoy), sedangkan lapangan usaha Penyediaan Akomodasi Makan Minum tumbuh sebesar 4,98% (yoy). Secara agregat, bila dibandingkan dengan pertumbuhan sektor PHR di triwulan IV 2014 maka terjadi percepatan dibandingkan triwulan sebelumnya (4,80%; yoy).

Peningkatan konsumsi mendorongpeningkatan di sektor perdagangan.Dari sisi lapangan usaha perdagangan, pertumbuhan lapangan usaha ini didiorong oleh komponenkonsumsi yang secara keseluruhan mengalami peningkatan.Peningkatan lapangan usaha perdagangan terkonfirmasi dari peningkatan penyaluran kredit ke sektor perdagangan di triwulan IV 2014 (Grafik 1.12).Di sisi lain, pertumbuhan lapangan usaha penyediaan akomodiasi makan minum sejalan dengan peningkataan pariwisata menjelang akhir tahun. Hal ini terkonfirmasi dari peningkatan rata-rata tamu hotel di triwulan IV 2014 (Grafik 1.13).

Sumber: Laporan Bank, diolah Sumber: Badan Pusat Statistik

Grafik 1.12. Kredit Sektor Perdagangan Grafik 1.13. Rata-rata Tamu Per Kamar Hotel & Akomodasi Lainnya

1.3.7 Lapangan Usaha Angkutan dan Komunikasi

5

Di triwulan laporan, kelompok transportasi dan pergudangan tumbuh sebesar 10,73% (yoy). Sedangkan kelompok informasi dan komunikasi tumbuh sebesar 9,51% (yoy). Secara agregat, sektor angkutan dan komunikasi mengalami percepatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Percepatan yang terjadi terutama disebabkan oleh meningkatnya kinerja

4

Berdasarkan pembagian SNA 2008 menggunakan tahun dasar 2010, perkembangan sektor PHR dapat di lihat dari kategoriPerdagangan Besar dan Eceran dan Reparasi Kendaraan serta kategoriPenyediaan Komodasi Makan Minum(Berita Resmi Statistik Provinsi Sulawesi Barat No. 13/02/73/Th. V, 5 Februari 2015).

5

Berdasarkan pembagian SNA 2008 menggunakan tahun dasar 2010, perkembangan sektor Angkutan dan Komunikasi dapat dilihat dari pendekatan kategoriTransportasi dan Pergudangan dan kategoriInformasi Dan Komunikasi(Berita Resmi Statistik Provinsi Sulawesi Barat No. 13/02/73/Th. V, 5 Februari 2015).

(26)

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH

18 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan IV 2014 Sektor Industri Pengolahan Pendorong Utama Pertumbuhan

moda transportasi udara dan laut. Hal ini terlihat dari indikator lalu lintas penumpang udara (Grafik 1.14) dan laut (Grafik 1.15) yang meningkat di triwulan IV 2014.Meski meningkat secara triwulanan seiring kegiatan liburan Natal dan tahun baru, peningkatan yang terjadi tidak signifikan yang dinilai dipengaruhi oleh naiknya harga tiket. Pada indikator yang lain, kredit ke sektor pengangkutan menunjukkan perlambatan pada triwulan laporan (Grafik 1.16).

Potensi transportasi kelautan di wilayah Sulbar sangat besar. Sulbar memiliki luas lautan sekitar 20.000 kilometer persegi dan sedang terus melakukan peningkatan percepatan pembangunan dermaga untuk memperlancar alur transportasi laut guna mendorong peningkatan ekonomi untuk kesejahteraan masyarakat di daerah ini.Terdapat lima pelabuhan yang akan menjadi motor tonggak penggerak perekonomian Sulbar, yaitu pelabuhan Pasangkayu di Mamuju Utara, pelabuhan Mamuju, pelabuhan Belang-Belang dan pelabuhan tanjung Selopa di Kabupaten Polman.

Sumber: BPS, diolah Sumber: BPS, diolah

Grafik 1.14. Jumlah Penumpang Pesawat Udara Grafik 1.15. Jumlah Penumpang Kapal Laut

Sumber: BPS, diolah

Grafik 1.16. Kredit Sektor Pengangkutan

1.3.8 Lapangan Usaha Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan

6

Pada periode pelaporan, lapangan usaha keuangan, persewaan dan jasa perusahaan tumbuh lebih tinggi dibandingkan triwulan III 2014.Di triwulan laporan, kategori jasa keuangan tumbuh sebesar 6,70% (yoy). Sedangkan kategori real estate tumbuh sebesar 3,60% (yoy). Secara agregat, bila dibandingkan dengan pertumbuhan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan di triwulan III 2014 maka terjadi akselerasi pertumbuhan di periode pelaporan.

Kinerja perbankan masih menjadi pendorong utama lapangan suaha ini.Akselerasi penghimpunan DPK dan penyaluran kredit mendorong peningkatan nilai tambah bruto perbankan di Sulbar pada triwulan IV 2014. Di sisi lain, lapangan usaha real estate tumbuh stabil di periode pelaporan. Hal ini tercermin dari kredit jasa dunia usaha yang stagnan di triwulan IV 2014 (Grafik 1.17).

6

Berdasarkan pembagian SNA 2008 menggunakan tahun dasar 2010, perkembangan sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan dapat dilihat dari pendekatan kategoriJasa Keuangan dan kategori Real Estate(Berita Resmi Statistik Provinsi Sulawesi Barat No. 13/02/73/Th. V, 5 Februari 2015).

(27)

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan IV 2014

Sektor Industri Pengolahan Pendorong Utama Pertumbuhan 19

1.3.9 Lapangan Usaha Jasa-jasa

7

Lapangan usaha jasa-jasa tumbuh lebih tinggi di triwulan IV 2014.Di triwulan pelaporan, kategori jasa perusahaan; kategori administrasi pemerintah; kategori jasa pendidikan; kategori jasa kesehatan & kegiatan sosial; dan kategori jasa lainnya, secara berturut-turut tumbuh sebesar -2.08% (yoy); 16,78% (yoy); 10,71% (yoy); 15,62% (yoy); dan 10,69% (yoy). Secara agregat, bila dibandingkan dengan pertumbuhan sektor jasa-jasa triwulan III 2014, maka terjadi akselerasi pertumbuhan di periode pelaporan.

Peningkatan konsumsi masyarakat mendorong akselerasi di sektor usaha jasa-jasa.Peningkatan konsumsi masyarakat diperkirakan menjadi faktor pendorong akselerasi di periode pelaporan. Selain itu, banyaknya kegiatan menjelang natal dan akhir tahun juga mendorong peningkatan sektor usaha jasa khususnya beberapa subsektor jasa swasta. Hal ini terkonfirmasi oleh indikator kredit ke sektor jasa sosial masyarakat, yang tercatat mengalami peningkatan pada triwulan IV 2014 (Grafik 1.18).

Sumber: Laporan Bank, diolah Sumber: Perusahaan Properti

Grafik 1.17. Kredit Jasa Dunia Usaha Grafik 1.18. Kredit Jasa Sosial Masyarakat

7

Berdasarkan pembagian SNA 2008 menggunakan tahun dasar 2010, perkembangan sektor Jasa-Jasa Perusahaan dapat dilihat dari pendekatan lapanganusaha yang baru antara lain kategoriJasa Perusahaan, kategoriAdministrasi Pemerintah, kategoriJasa Pendidikan, kategoriJasa Kesehatan & Kegiatan Sosial, dan kategoriJasa Lainnya(Berita Resmi Statistik Provinsi Sulawesi Barat No. 13/02/73/Th. V, 5 Februari 2015).

(28)

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH

20 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan IV 2014 Sektor Industri Pengolahan Pendorong Utama Pertumbuhan

Boks 1.A. Perubahan Tahun Dasar 2010 dan SNA 2008 dalam Pelaporan PDRB

Triwulan IV 2014

Sejak terbitnya berita resmi statistik Produksi Domestik Regional Bruto (PDRB) triwulan IV 2014, Badan Pusat Statistik (BPS) menerapkan perubahan tahun dasar dan metodologi dalam perhitungan PDRB. Perubahan yang dilakukan adalah penggantian tahun dasar (dari tahun dasar 2000 ke 2010), serta metodologi System of National Accounts (SNA) 1993 ke SNA 2008. SNA 2008 atau Sistem Neraca Nasional (SNN) adalah rekomendasi internasional tentang bagaimana menyusun ukuran aktivitas ekonomi yang sesuai dengan standar neraca baku yang didasarkan pada prinsip-prinsip ekonomi. Rekomendasi yang dimaksud dinyatakan dalam sekumpulan konsep, definisi, klasifikasi, dan aturan neraca yang disepakati secara internasional dalam mengukur indikator tertentu seperti PDRB. Perubahan antara SNA 1993 ke SNA 2008 terlihat dari pendekatan konsep pada beberapa hal seperti perhitungan output pertanian, metode perhitungan bank komersial, proses valuasi, dan pencatatan biaya eksplorasi mineral dan pembuatan produk (Tabel 1.A.1). Implementasi SNA 2008 juga mengubah klasifikasi lapangan usaha yang sebelumnya terdiri dari 9 lapangan usaha menjadi 17 lapangan usaha (Tabel1.A.2.).

Latar belakang perubahan metodologi adalah adanya pengaruh perekonomian global terhadap struktur perekonomian nasional dalam sepuluh tahun terakhir; rekomendasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk mengimplementasikan

System of National Accounts 2008 (SNA 2008) dalam penyusunan PDB melalui kerangka Supply and Use Tables (SUT); dan

menjaga konsistensi antara tiga pendekatan PDB dan memperkecil perbedaan antara PDB nasional dan PDRB.

Tabel 1.A.1 Perbandingan Konsep dan Metode SNA

(29)

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan IV 2014

Sektor Industri Pengolahan Pendorong Utama Pertumbuhan 21

Perubahan tahun dasar dari 2000 ke 2010 menimbulkan beberapa efek, diantaranya adalah perubahan nominal PDRB. Sebagai contoh, total nominal PDRB ADHK Sulbar tahun 2014 berdasarkan tahun dasar 2000 mencapai Rp 6.649milyar sedangkan berdasarkan tahun dasar 2010 mencapai Rp 24.169milyar atau naik 263%. Perubahan tahun dasar juga akan mengakibatkan perubahan indikator makro seperti rasio pajak, rasio hutang, rasio investasi dan tabungan, nilai neraca berjalan, struktur dan pertumbuhan ekonomi. Selain itu, perubahan tahun dasar juga akan menyebabkan perubahan pada input data untuk modeling dan forecasting.

Tabel1.A.3. Perbandingan Klasifikasi PDB menurut Pengeluaran

(30)

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan IV 2014

Sektor Industri Pengolahan Pendorong Utama Pertumbuhan 22

(31)

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan IV 2014

Sektor Industri Pengolahan Pendorong Utama Pertumbuhan 23

2. KEUANGAN PEMERINTAH

Bab 2

Keuangan Pemerintah

Realisasi keuanganpemerintah hingga akhir tahun 2014, cenderung lebih

baik dibandingkan akhir tahun 2013

Dari sisi pendapatan, persentase realisasi pendapatan APBD Provinsi masih

lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya karena meningkatnya realisasi

pendapatan hampir dari semua komponen, didorong oleh upaya

optimalisasi pemungutan pajak dan peningkatan pertumbuhan ekonomi

Sulbar.

Sementara dari sisi belanja, persentase realisasi tahun 2014 belanja APBD

Provinsimaupun instansi vertikal di Sulbar cenderung lebih rendah dari akhir

2013 meskipun penyerapannya masih tergolong rendah (90,95%). Lebih

rendahnya persentase tersebut, didorong oleh realisasi belanja modal,

sehingga perlu menjadi perhatian untuk penyerapannya pada tahun 2015.

(32)

BAB 2 KEUANGAN PEMERINTAH

24 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan IV 2014 Sektor Industri Pengolahan Pendorong Utama Pertumbuhan

2.1. Struktur Anggaran

Keuangan Pemerintah di Sulbar terbagi atas keuangan pemerintah daerah (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah/APBD) dan keuangan pemerintah pusat di daerah, dengan porsi terbesar adalah APBD Kabupaten/Kota. Keuangan pemerintah daerahterdiri atas APBD Provinsi Sulbar dan APBD 6 (enam) Kabupaten. Sementara keuangan pemerintah pusat di daerah, merupakan anggaran instansi vertikal yang berada di Sulbar. Pada tahun 2014, jumlah anggaran belanja keuangan pemerintah daerah dan pemerintah pusat di daerah, berjumlah sebesar Rp7,42 triliun (39,88% PDRB ADHB), dengan perincian APBD Provinsi sebesar Rp1,31 triliun (17,59%), APBD Kabupaten/Kota sebesar Rp3,63 trilun (48,91%), dan instansi vertikal sebesar Rp2,49 triliun (33,50%). Sementara pada tahun 2015, jumlah anggaran belanja keuangan pemerintah daerah dan pemerintah pusat di daerah mencapai sekitar Rp8,81 triliun dengan proporsi masing-masing yaitu APBD Provinsi 17,07%, APBD Kabupaten/Kota sekitar 49,35%, dan instansi vertikal senilai 33,58%.

Grafik 2.1. Struktur Keuangan Pemerintah di Sulbar Tahun 2014 Grafik 2.2. Struktur Keuangan Pemerintah di Sulbar Tahun 2015

Anggaran pendapatan daerah Provinsi Sulawesi Barat tahun 2015 secara nominal naik 16,79% (yoy)dibandingkan tahun 2014. Pada tahun 2015 pendapatan Provinsi Sulbar dianggarkan sebesar Rp 1,44triliun, sementara tahun 2014 dianggarkan sebesar Rp1,23triliun. Peningkatan anggaran pendapatan daerah pada 2015 tersebut didorong oleh peningkatan pada pos Pendapatan Asli Daerah terutama komponen Pajak Daerah. Transfer dari pemerintah pusat juga meningkat 16,81% (yoy) didukung oleh Dana Alokasi Umum(DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK) yang masing-masing naik 15,38% (yoy) dan 19,49% (yoy), menjadi Rp895,58miliar dan Rp60,45miliar.

Grafik 2.3. Proporsi Pendapatan APBD Provinsi Grafik 2.4. Proporsi Belanja APBD Provinsi

Anggaran belanja daerah provinsi Sulawesi Barat tahun 2015secara nominal naik 10,74% (yoy) dibandingkan 2014. Pada tahun 2015 belanja Provinsi Sulbar dianggarkan sebesar Rp 1,36triliun, sementara tahun 2014 dianggarkan sebesar Rp1,50triliun. Anggaran belanja daerah mengalami peningkatan karena terdapat kenaikan pada komponen belanja modal sebesar 47,88% (yoy) menjadi Rp443,41miliar. Di dalam komponen tersebut, pos belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan meningkat 124,56% (yoy) menjadi Rp265,83miliar. Peningkatan pada pos belanja modal menunjukkan bahwa pemerintah provinsi memberi perhatian pada pembangunan infrastruktur di wilayah Sulawesi Barat.

Di sisi lain, struktur anggaran belanja pada instansi vertikal di Sulawesi Barat juga mengalami perubahan pada kurun lima tahun terakhir (Grafik 2.5). Secara nominal, terjadi penurunan anggaran belanja berturut-turut pada tahun 2013 dan 2014 sebesar -4,00% (yoy) dan -7,90% (yoy). Turunnya anggaran belanja instansi vertikal terutama terjadi pada subkomponen belanja modal sementara belanja operasi baru mengalami penurunan pada tahun 2014 dari Rp 1,2 triliun

APBD Provinsi 17,6% APBD Kabupaten/Kota 48,9% Anggaran Instansi Vertikal 33,5% Rp1,31 triliun Rp2,48 triliun Rp3,63 triliun APBD Provinsi 17,1% APBD Kabupaten/Kota 49,4% Anggaran Instansi Vertikal 33,6% Rp1,50 triliun Rp2,96 triliun Rp26,2M Rp47,5M Rp109,0M Rp154,0M Rp155,8M Rp483,9M Rp456,8M Rp511,7M Rp663,0M Rp769,8M Rp64,0M Rp82,2M Rp103,5M Rp134,9M Rp164,5M 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% 2011 2012 2013 2014 2015 PAD Dana Perimbangan Lain-lain Pendapatan yang Sah

Rp373,2M Rp421,8M Rp535,7M Rp820,5M Rp961,3M Rp230,7M Rp186,8M Rp240,3M Rp148,5M Rp228,2M 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% 2011 2012 2013 2014 2015 Belanja Modal Belanja Operasional

Gambar

Grafik 1.2. Struktur Ekonomi Sulbar Berdasarkan Kelompok Usaha  Grafik 1.3. Struktur Ekonomi Sulbar Berdasarkan Kelompok Pengeluaran
Tabel 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Menurut Komponen Pengeluaran
Grafik 1.6. Share PDRB Per Lapangan Usaha
Grafik 1.14. Jumlah Penumpang Pesawat Udara  Grafik 1.15. Jumlah Penumpang Kapal Laut
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh jumlah populasi penelitian yang berjumlah 34 orang peserta didik.Hasil penelitian faktor yang dominan sampai yang

Grafik pengaruh faktor C terhadap beban maksimum Berdasarkan Gambar diatas, dapat dilihat pada grafik bahwa rasio tulangan 0,8 % berada dibawah dari rasio tulangan 1,6 %

Puji dan syukur tak lupa penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah melimpahkan berkat, rahmat, dan bimbingan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

Perlakuan serbuk biji pinang dapat meningkatkan kematian Ikan Lele sebesar 80% terjadi pada pengamatan 32 JSA dengan dosis (10 g per bak), hal ini disebabkan

Dengan adanya kerjasama dan koordinasi yang baik antara BUMDes Batu Cermin dan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Manggarai Barat, maka akan memudahkan

Nefron memiliki enam segmen yaitu kapsula glomerulus yang merupakan ujung buntu yang meluas pada nefron, tubuli konvoluti, tubuli rekti proksimalis, segmen tipis,

Penelitian ekstraksi bertingkat petroleum eter-kloroform-metanol dari daun, kulit akar, akar, kulit batang dan batang Fagraea racemosa terhadap pereaksi radikal

Adanya pengaruh perlakuan tinggi Pemangkasan tajuk tanaman yang pangkasan di kebun pangkas terhadap panjang dilakukan pada pemangkasan di kebun pangkas tunas yang