EDAJ 3 (1) (2014)
Economics Development Analysis Journal
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/edaj
ANALISIS PRODUKSI MINYAK MENTAH INDONESIA DENGAN
PENDEKATAN ERROR CORRECTION MODEL
Handar Aula Saputro
Jurusan Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Semarang, Indonesia
Info Artikel
________________ Sejarah Artikel: Diterima Februari 2014 Disetujui Maret 2014 Dipublikasikan April 2014 ________________ Keywords:Error Correction Model, Cadangan Minyak Terbukti, Investasi Sektor Pertambangan, Teknologi, Produksi Minyak Mentah Indonesia
____________________
Abstrak
___________________________________________________________________
Lifting minyak yang ditetapkan pemerintah tidak mampu dicapai oleh pelaku kontrak kerja sama membuat Indonesia mengalami penurunan produksi minyak mentah. Sementara itu investasi sektor pertambangan terus meningkat dan diikuti dengan masuknya teknologi VSIT di Indonesia diharapkan dapat mendongkrak produksi minyak mentah Indonesia Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji apakah terdapat pengaruh antara cadangan minyak terbukti, investasi sektor pertambangan dan teknologi terhadap produksi minyak mentah Indonesia.
Penelitian ini mengggunakan analisis regresi dengan Error Correction Model dengan uji prasyarat yaitu uji stasioneritas, uji statistik dan uji asumsi klasik. Hasil penelitian diperoleh menunjukan bahwa dalam jangka panjang secara bersama-sama cadangan minyak terbukti, investasi sektor pertambangan, dan teknologi berpengaruh positif dan signifikan terhadap produksi minyak mentah Indonesia yang dibuktikan dari hasil uji F sebesar 34.76473 dan nilai prob. F-hitung (0,000000) < alpha 5%.. Nilai R2 = 0,782436
yang berarti bahwa 78,24% kemampuan variasi variabel bebas yang digunakan dalam model ini dapat menjelaskan variasi produksi minyak mentah di Indonesia. Sedangkan sisanya 21,46 persen dijelaskan oleh variabel lain di luar model yang digunakan dalam penelitian ini. Dalam jangka pendek cadangan minyak terbukti, investasi sektor pertmbangan, dan teknologi berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap produksi minyak mentah Indonesia. Hal tersebut dibuktikan dengan hasil uji F sebesar 3.533635 dan prob. F hitung (0.019178) < alpha 5%.Nilai R2 = 0.343617 yang berarti 34.36% kemampuan variasi variabel bebas yang digunakan
dalam model ini dapat menjelaskan variabel terikat. Sedangkan sisanya 63.64% dijelaskan oleh variabel lain di luar model. Nilai ECT yang signifikan menunjukkan bahwa model jangka pendek dapat digunakan.
Pada jangka panjang cadangan minyak terbukti tidak berpengaruh secara statistik terhadap produksi minyak mentah Indonesia. Sementara itu investasi sektor pertambangan dan teknologi berpengaruh secara statistik terhadap produksi minyak mentah Indnesia. Pada jangka pendek hanya investasi sektor pertambangan yang berpengaruh secara statistik terhadap produksi minyak mentah Indonesia. Sedangkan cadangan minyak terbukti dan teknologi tidak berpengaruh.
Abstract
___________________________________________________________________
Lifting oil set out the Government is unable to achieve the same employment contract actors make Indonesia experienced decreased production of crude oil. Meanwhile, the mining sector investment continued to increase and was followed with the introduction of technology in Indonesia expected to VSIT to boost crude production Indonesia this study aims to examine whether there is influence between proven oil reserves, mining sector investment and technology to the production of crude oil Indonesia.
This research using regression analysis and Error Correction Model with test prerequisites i.e. stasioneritas test, test and test the assumptions of classical statistics. The results obtained showed that the long term proven oil reserves collectively, the mining sector investment, and technology influence positively and significantly to the production of crude oil from Indonesia as evidenced by F 34.76473 test results and value prob. F-count (0,000000) and alpha 5%. The value of R2 = 0,782436, 78,24% which means that the ability of the free variables of variations that are used in this model can explain variations in crude oil production in Indonesia. While remaining 21,46 percent is explained by other variables outside of the model used in this study. In the short run, the proven oil reserves pertmbangan sector investment, and technology influence positively and significantly to the production of crude oil is Indonesia. It is proved by the results of the test F of 3.533635 and prob. F count (0.019178) & lt; alpha 5%.The value of R2 = 0.343617 which means 34.36% variation of the ability of the free variable used in this model can explain the variables are bound. 63.64% while the rest is explained by other variables outside of the model. Value of ECT a significant short-term model shows that it can be used.
On the long run oil reserves proved statistically has no effect on crude oil production in Indonesia. Meanwhile, the mining sector investment and technology movers and shakers are statistically against Indnesia crude production. In the short run only influential mining sector investment are statistically against the Indonesia crude oil production. While proven oil reserves and technology have no effect.
© 2014 Universitas Negeri Semarang
Alamat korespondensi: Gedung C6 Lantai 1 FE Unnes
Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229 E-mail: edaj_unnes@yahoo.com
Handar Aula Saputro / Economics Development Analysis Journal 3 (1) (2014) PENDAHULUAN
Energi merupakan salah satu faktor pendukung penggerak pertumbuhan ekonomi di seluruh dunia. Sedangkan minyak merupakan salah satu sumber energi utama yang paling banyak digunakan hampir di seluruh negara. Sebagian besar negara-negara di dunia menggunakan minyak sebagai bahan bakar untuk alat transportasi maupun industri. Minyak juga merupakan salah satu komoditas yang diperdagangkan pada pasar internasional. Minyak memiliki peran penting dalam kelangsungan hidup dan penggerak roda perekonomian. Setiap negara akan memerlukan minyak untuk berbagai kegiatan diantaranya adalah konsumsi dan produksi agar dapat menunjang serta menggerakkan perekonomian. Negara yang memiliki cadangan minyak terbesar berupaya untuk dapat memenuhi kapasitas produksinya agar dapat memenuhi permintaan minyak dunia. Seiring dengan permintaan minyak dunia yang mengalami
peningkatan menyebabkan negara yang
memproduksi minyak menaikkan kapasitas produksinya untuk memenuhi permintaan minyak dunia.
Cadangan minyak mentah yang besar umumnya memiliki tekanan alamiah dari dalam perut bumi. Sehingga produksi akan meningkat. Cadangan yang besar juga menandakan besarnya kandungan minyak mentah yang tersimpan di dalam perut bumi, Cadangan minyak mentah yang besar memberikan jaminan adanya produksi minyak mentah yang besar pula. Sebaliknya produksi yang kecil umumnya diproduksi dari cadangan minyak mentah yang kecil. Penambahan cadangan terjadi apabia ditemukan cadangan baru, sedangkan bila temuan cadangan tidak pernah terjadi, maka dengan eksploitasi terus menerus membuat cadangan minyak mentah akan terus menipis.
Gambar 1 : Lifting Minyak Indonesia Sumber : Kementrian ESDM dan LKPP
Dalam beberapa tahun terakhir,
pencapaian lifting minyak selalu di bawah target
yang telah ditetapkan dalam APBN. Dalam anggaran perubahan yang telah diajukan oleh
pemerintah, realisasi lifting yang terlaksana
masih di bawah target yang ditetapkan. Target
lifting yang telah ditetapkan tidak mampu
memenuhi tingkat pencapaian yang telah
ditentukan sehingga dikhawatirkan akan
berdampak pada produksi minyak Indonesia. Pada tahun 2009, 2010 hingga 2011 dan 2012 realisasi yang tidak mencapai target akan menimbulkan defisit lifting minyak sebesar 11 ribu barel per hari pada tahun 2010 dan defisit lifting sebesar 79 ribu barel per hari di tahun
2012. Tidak tercapainya target lifting yang
ditetapkan oleh pemerintah maka Indonesia akan mengalami masalah di sektor energi minyak yang akan berdampak pada kegiatan perekonomian di Indonesia.
Gambar 2 Perkembangan Produksi dan Konsumsi Minyak Indonesia (dalam ribu barel)
Sumber : Indexmundi 0 500 1000 1500 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 target 0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 1800 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Produksi Ribu Barel Tahun Ribu barel Tahun
Handar Aula Saputro / Economics Development Analysis Journal 3 (1) (2014)
Tingkat produksi minyak di Indonesia terus mengalami penurunan sementara tingkat konsumsi minyak di Indonesia terus mengalami
peningkatan. Pada tahun 2003 terjadi
perpotongan antara jumlah produksi dengan jumlah konsumsi minyak di Indonesia. Dari grafik diatas diketahui trend produksi minyak yang semakin menurun sedangkan trend konsumsi minyak yang semakin meningkat menimbulkan defisit di sektor produksi minyak Indonesia.
Produksi minyak tidak lepas dari jumlah investasi, peran teknologi dan jumlah cadangan minyak Indonesia. Perlu dilakukan berbagai upaya untuk meningkatkan jumlah investasi untuk meningkatkan jumlah produksi minyak Indonesia. Industri minyak memerlukan nilai investasi yang tinggi dan juga teknologi yang modern. Peran teknologi dalam produksi minyak menjadi suatu hal yang penting karena dalam proses produksi minyak memerlukan teknologi yang modern agar dapat mendongkrak kapasitas produksi minyak. Selain investasi dan teknologi, cadangan minyak menjadi faktor penting dalam produksi minyak Indonesia. Jumlah cadangan minyak sangan menentukan jumlah produksi yang akan dicapai. Untuk memenuhi kebutuhan energi minyak dalam negeri, pemerintah berupaya melakukan impor minyak Indonesia untuk menutupi kekurangan produksi agar konsumsi minyak Indonesia dapat tercukupi namun seiring dengan peningkatan konsumsi tersebut dapat menyebabkan beban pada pengeluaran negara menjadi membengkak.
TINJAUAN PUSTAKA Produksi
Produksi adalah suatu proses mengubah input menjadi output sehingga nilai barang tersebut bertambah. Input adalah barang atau jasa yang diperlukan dalam proses produksi, dan output adalah barang atau jasa yang dihasilkan dari suatu proses produksi. Dalam ilmu ekonomi terdapat fungsi produksi yaitu suatu fungsi yang menunjukkan hubungan antara hasil produksi fisik dengan faktor - fakor produksi. Fungsi produksi menunjukkan sifat hubungan
diantara faktor produksi dan tingkat produksi yang dihasilkan. Faktor produksi dikenal dengan
isitilah input dan jumlah produksi disebut
sebagai output (Sukirno 2010: 195). Fungsi
produksi selalu dinyatakan dengan bentuk rumus sebagai berikut :
Q = f (K, L, R,
T)…...……… ………….…(2.2)
Keterangan :
Q = jumlah produksi yang dihasilkan
K = jumlah modal
L = tenaga kerja
R = kekayaan alam
T = tingkat teknologi yang
digunakan
Persamaan tersebut merupakan suatu pernyataan matematika yang pada dasarnya berarti bahwa tingkat produksi suatu barang tergantung kepada jumah modal, jumlah tenaga kerja, jumlah kekayaan alam, dan tingkat teknologi yang digunakan. Jumlah produksi yang berbeda – beda dengan sendirinya akan memerlukan berbagai faktor produksi tersebut dengan jumlah yang berbeda beda juga.
Investasi
Investasi dapat diartikan sebagai
pengeluaran atau pembelanjaan penanaman modal untuk membeli barang – barang modal dan kelengkapan produksi untuk menambah kemampuan produksi barang dan jasa yang tersedia dalam perekonomian (Sukirno, 2010: 121). Investasi dalam perspektif makro adalah tindakan dari sektor perusahaan dalam membeli barang – barang modal, dan membeli barang – barang modal. Penanaman modal atau investasi dalam teori ekonomi adalah pengeluaran untuk membeli barang modal dan peralatan produksi dengan tujuan untuk mengganti atau untuk menambah barang modal dalam perekonomian yang akan datang. Dengan kata lain investasi merupakan kegiatan untuk meningkatkan kapasitas produksi dalam suaru perekonomian.
Cadangan Minyak Terbukti (Proven Oil)
Cadangan terbukti adalah cadangan minyak yang jumlahnya sudah dibuktikan
Handar Aula Saputro / Economics Development Analysis Journal 3 (1) (2014)
dengan derajat kepastian yang tinggi atas dasar sebagai berikut :
1. Hasil analisis kuantitatif sumur
yang dapat dipercaya.
2. Penelitian dan pengujian
kandungan lapisan yang berhasil.
3. Kandungan hidrokarbon dari
reservoir yang sudah menghasilkan pada tingkat produksi komersial.
4. Dapat diperkirakan berada di dalam
radius pengurasan sumur yang memproduksinya.
Cadangan terbukti dibagi menjadi dua, yakni cadangan terbukti lapangan sudah berproduksi dan cadangan terbukti belum berproduksi.
Teknologi
Teknologi adalah suatu perubahan dalam fungsi produksi yang nampak dalam teknik produksi. Teknologi juga merupakan faktor pendorong dari fungsi produksi, karena jika suatu teknologi yang digunakan lebih modern, maka hasil produksi yang tercapai akan menghasilkan barang atau jasa yang lebih banyak dan lebih efisien. Dengan adanya kemajuan proses produksi menjadi lebih cepat dan leboh ekonomis. Dengan demikian tingkat output yang dapat dihasilkan oleh produsen akan lebih besar.
Teknologi berkaitan erat dengan
peralatan dan cara yang digunakan dalam proses produksi suatu industri. Setiap tingkatan teknologi mempunyai peralatan dan cara yang berbeda. Teknologi modern menggunakan peralatan canggih, sebagian besar dikerjakan
dengan menggunakan mesin, sehingga
penggunaan tenaga kerja menjadi sedikit. Hanya sebatas operator mesin, bukan sebagai pelaku kegiatan, karena semua ini digantikan oleh mesin.
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian dan Sumber Data
Jenis penelitian yang digunakan adalah kuantitatif. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berbentuk data runtut waktu (time series data). Penelitian ini menggunakana data dari tahun
1980 hingga 2012 yang diperoleh dari berbagai
sumber antara lain indexmundi, Badan Pusat
Statistik, World Bank, Kementerian Energi dan
Sumber Daya Mineral, Energy International
Association dan British Petroleum.
Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan penelusuran sumber – sumber data dan informasi dari lembaga – lembaga yang terkait dengan penelitian ini baik nasional maupun internasional.
Model Dasar
Model yang digunakan dalam adalah model ekonometrika dengan bantuan Program eviews 6.0. Model awal yang digunakan sebagai berikut :
PROD = f (INV,
CAD,TEK)……….………..…… …………..(3.1)
LnPRODt = β0 + β1 LnINVt + β2LnCADt
+ β3TEKt + εt………...(3.2)
Keterangan :
β0 = Residual / intercept
β 1β 2β 3 = Koefisien regresi
LnPRODt = Produksi minyak nasional
LnINVt = Investasi sektor
pertambangan
LnCADt = Cadangan terbukti minyak
nasional
TEKt = Teknologi
Peremajaan Sumur
εt = Error term
Model yang digunakan dalam persamaan
Error Correction Model adalah sebagai berikut : ∆LnPRODt = β0 + β 1 ∆LnINVt + β 2
∆LnCADt + β 3 ∆TEKt + β 4 ECT + εt….(3.5)
Keterangan :
β0 = Residual / intercept
β 1β 2β 3β 4 = Koefisien regresi
∆LnPRODt = first difference
logaritma natural Produksi minyak nasional
∆LnINVt = first difference
logaritma natural Investasi sektor pertambangan
∆LnCADt = first difference
logaritma natural Cadangan terbukti minyak nasional
Handar Aula Saputro / Economics Development Analysis Journal 3 (1) (2014)
∆TEKt = first difference
Teknologi VSIT
ECT = Error Correction
Term
εt = Error term
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Uji Stasioneritas
Salah satu syarat yang harus dipenuhi
dalam regresi time series adalah data yang
digunakan harus stasioner. Langkah pertama adalah dengan melakukan uji stasioneritas. Hasil dari uji stasioneritas adalah sebagai berikut :
Tabel 1
Augmented Dickey Fuller (ADF)
Variabel t-Statistic Mackinnon Critical Value Prob. Kesimpulan
1% 5% 10% LnPROD 0.467154 -3.653730 -2.957110 -2.617434 0.9828 Tidak Stasioner LnPROV -1.566543 -3.653730 -2.957110 -2.617434 0.4876 Tidak Stasioner LnINV -3.029960 -3.653730 -2.957110 -2.617434 0.0427 Stasioner TEK -0.822851 -3.653730 -2.957110 -2.617434 0.7989 Tidak Stasioner Sumber : Data Diolah Eviews 6.0
Uji stasioneritas pada tabel 1
menunjukkan bahwa hanya variabel investasi yang stasioner. Sedangkan variabel produksi,
proven oil dan teknologi tidak stasioner. Maka untuk melanjutkan ke tahap berikutnya, semua variabel yang digunakan harus stasioner pada tingkat yang sama.
Uji Derajat Integrasi Tabel 2
Uji Derajat Integrasi (2)-First Difference
Variabel t-Statistic Mackinnon Critical Value Prob. Kesimpulan
1% 5% 10%
LnPROD -5.311483 -3.661661 -2.960411 -2.619160 0.0001 Stasioner
LnPROV -5.251705 -3.670170 -2.963972 -2.621007 0.0002 Stasioner
LnINV -7.725895 -3.661661 -2.960411 -2.619160 0.0000 Stasioner
TEK -5.567764 -3.661661 -2.960411 -2.619160 0.0001 Stasioner
Sumber : Data Diolah Eviews 6.0
Uji derajat integrasi menunjukkan bahwa semua variabel yang digunakan telah stasioner pada tingkat level dengan derajat
intercept. Setelah data sudah stasioner pada tingkat yang sama, maka dapat dilanjutkan ke tahap berikutnya.
Uji Kointegrasi
Uji kointegrasi dilakukan dengan metode Johansen. Apabila nilai trace statistic > 0.05 critical value maka terdapat kointegrasi jangka panjang. Hasil dari uji Johansen adalah sebagai berikut :
Tabel 3
Uji Kointegrasi Johansen
Hypothesized No. of CE (s) Eigenvalue Trace Statistic 0.05 Crirical Value Prob. None 0.567240 50.05096 47.85613 0.0306
Sumber : Data Diolah Eviews 6.0
Nilai trace statistic sebesar 50.05096 > 0.05
critical value 47.85613. Berdasarkan uji Johansen pada tabel 4.4 terdapat kointegrasi jangka panjang pada model yang telah dibuat.
Handar Aula Saputro / Economics Development Analysis Journal 3 (1) (2014) Uji Asumsi Klasik
Tabel 4 Uji Asumsi Klasik Uji Asumsi Klasik Jangka
Panjang
Jangka Pendek
Normalitas Terbebas Terbebas
Heterokesdastisitas Terbebas Terbebas
Autokorelasi Terbebas Terbebas
Multikolinearitas Terbebas Terbebas
Sumber : Data diolah Eviews 6.0
Hasil uji asumsi klasik menunjukkan bahwa model yang digunakan tebebas dari masalah asumsi klasik, baik dalam jangka panjang maupun dalam jangka pendek. Berdasarkan hal tersebut maka estimasi model baik untuk digunakan setelah terbebas dari masalah asumsi klasik..
Uji Statistik Uji F Tabel 5 Estimasi Uji F Jangka Panjang Jangka Pendek F – Statsistic 34.76473 3.533635 F tabel 2.28 2.16 Prob. (F – statistic) 0.000000 0.019178 Prob. 5% 0.05 0.05
Sumber : Data diolah Eviews 6.0
Hasil dari uji F menyatakan bahwa
vdalam jangka panjang variabel yang digunakan secara bersama sama mempengaruhi variabel terikat. Hal ini dapat diketahui dari nilai probabilitas (F – statistic) sebesar 0.000000 yang lebih kecil dari probabilitas α 5%. Sedangkan pada jangka pendek variabel yang digunakan secara bersama sama mempengaruhi variabel terikat. Hal ini dapat ditunjukkan dengan nilai probabilitas (F – statistic) sebesar 0.019178 yang lebih kecil dari probabilitas α 5%.
Uji t Tabel 9 Estimasi Uji t Variabel t – Statistic t – Tabel Prob. Prob. 5% LnPROV -0.555731 2.0452 0.5827 0.05 LnINV -4.658526 2.0452 0.0001 0.05 TEK 6.725564 2.0452 0.0000 0.05
Sumber : Data diolah Eviews 6.0 Hasil Uji t menunjukkan bahwa variabel
proven oil tidak berpengaruh secara parsial
terhadap produksi minyak mentah Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan nilai probabilitas sebesar 0.5827 yang lebih besar dari probabilitas
α 5% sebesar 0.05. Investasi sektor
pertambangan berpengaruh secara parsial terhadap produksi minyak mentah Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari nilai probabilitas sebesar 0.0001 yang lebih kecil dari probabilitas
α 5%. Probabilitas teknologi sebesar 0.0000 yang
lebih kecil dari probabilitas α 5% yaitu 0.05 menunjukkan bahwa teknologi berpengaruh secara parsial terhadap produksi minyak mentah Indonesia.
Uji Koefisien Determinasi (R2) Tabel 10
Estimasi Koefisien Determinasi
R – squared Adjusted R – squared
0.782436 0.759930
Sumber : Data diolah Eviews 6.0
Hasil estimasi menunjukkan bahwa nilai
R2 pada estimasi jangka panjang sebesar
0.782436. Hal ini menunjukkan bahwa variabel produksi minyak mentah Indonesia dapat
dijelaskan oleh proven oil, investasi sektor
pertambangan, dan teknologi sebesar 78,24%. Sedangkan sisanya sebesar 21,76% dijelaskan oleh variabel lain di luar model ini.
Handar Aula Saputro / Economics Development Analysis Journal 3 (1) (2014) Tabel 11
Estimasi Model Jangka Panjang Proven Oil, Investasi sektor Pertambangan, dan Teknologi Terhadap Produksi Minyak Mentah Indonesia
Dependen Variabel : LnPROD
Variabel Koefisien Std. Error t-Statistic Prob. Kesimpulan
C 7.501923 0.538531 13.93035 0.0000
LnPROV -0.025959 0.062497 -0.415373 0.6809 Tidak Signifikan
LnINV -0.050447 0.010308 -4.893879 0.0000 Signifikan
TEK 0.248810 0.043886 5.669401 0.0000 Signifikan
Sumber : Data Diolah Eviews 6.0
LnPROD = 7.501923 -0.025959 LnPROV – 0.050447 LnINV + 0.248810 TEK Uji t Tabel 17 Estimasi Uji t Variabel t – Statistic t – Tabel Prob. Prob . 5% d(LnPROV ) -0.35359 8 2.048 4 0.726 4 0.05 d(LnINV) -3.14132 9 2.048 4 0.004 1 0.05 d(TEK) 0.20902 5 2.048 4 0.836 0 0.05 ECT 2.46919 5 2.048 4 0.020 2 0.05 Sumber : Data diolah Eviews 6.0 Uji secara parsial pada model jangka
pendek menunjukkan bahwa proven oil tidak
berpengaruh terhadap produksi minyak mentah Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan nilai probabilitas 0.7264 lebih besar dari probabilitas
α 5% sebesar 0.05. Investasi memiliki hubungan
secara parsial terhadap produksi minyak mentah
Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan nilai probabilitas 0.0041 lebih kecil dari probabilitas α 5% sebesar 0.05.
Teknologi tidak memiliki berpengaruh secara parsial terhadap produksi minyak mentah Indonesia. Hal ini dapat diketahui dari nilai probabilitas sebesar 0.8360 lebih besar dari probabilitas 5% sebesar 0.05. Sedangkan ECT memiliki pengaruh secara parsial terhadap produksi minyak mentah Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan nilai probabilitas 0.0202 lebih kecil dari probabilitas 5% sebesar 0.05, sehingga model ECM dapat digunakan.
Uji Koefisien Determinasi (R2) Tabel 18
Estimasi Koefisien Determinasi
R – squared Adjusted R – squared
0.343617 0.246375
Sumber : Data diolah Eviews 6.0
Dari hasil estimasi diketahui bahwa nilai
R2adalah sebesar 0.343617 yang berarti jangka
pendek dari variabel produksi Minyak Mentah Indonesia dapat dijelaskan oleh variabel proven
oil, investasi sektor pertambangan, dan teknologi
sebesar 34,36% dan sisanya sebesar 65,64% dijelaskan variabel lain di luar model ini.
Tabel 19
Estimasi Model Jangka Pendek Proven Oil, Investasi Sektor Pertambangan dan Teknologi Terhadap Produksi Minyak Mentah Indonesia
Dependen Variabel : d(LnPROD)
Variabel Koefisien Std. Error t-Statistic Prob. Kesimpulan
C 0.139405 0.064860 2.149312 0.0407
d(LnPROV) -0.025901 0.073248 -0.353598 0.7264 Tidak Signifikan
d(LnINV) -0.014532 0.004626 -3.141329 0.0041 Signifikan
d(TEK) 0.009483 0.045368 0.209025 0.8360 Tidak Signifikan
(ECT) 0.156948 0.063562 2.469195 0.0202 Signifikan
Handar Aula Saputro / Economics Development Analysis Journal 3 (1) (2014)
LnPROD = 0.139405 – 0.025901 LnPROV – 0.014532 LnINV + 0.009483 TEK + 0.156948 ECT
Nilai ECT yang signifikan yang
ditunjukkan dari probabilitas sebesar 0.0202 dan lebih kecil dari probabilitas α 5% sebesar 0.05
menyatakan bahwa model Error Correction Model
(ECM) dapat digunakan untuk estimasi jangka pendek.
PEMBAHASAN
Pengaruh Jangka Panjang Cadangan Minyak Terbukti (Proven Oil) dengan Produksi Minyak Mentah Indonesia
Dalam penghitungan pada estimasi
jangka panjang menyatakan bahwa proven oil
memiliki hubungan yang negatif yang
ditunjukkan dengan nilai koefisien sebesar -0.025959. Artinya apabila produksi naik sebesar seribu barel per hari, maka cadangan minyak terbukti akan berkurang sebanyak 25.959 barel pertahun. Hal tersebut sesuai dengan teori yang
dikemukakan oleh Partowidagdo yang
menyatakan bahwa cadangan minyak akan memiliki hubungan yang negatif terhadap produksi. Keadaan tersebut terjadi karena produksi yang terus dilakukan tanpa adanya penemuan cadangan minyak baru yang sesuai.
Namun Hubungan tersebut tidak
berpengaruh secara signifikan karena nilai probabilitas yang melebihi α 5% yaitu sebesar 0.6809. Hasil penghitungan tersebut tidak sesuai dengan hipotesis yang ditetapkan yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh jangka panjang antara cadangan minyak terbukti (proven oil) terhadap produksi minyak mentah
Indonesia. Dalam jangka panjang
ketidaksignifikanan tersebut terjadi karena tingkat konsumsi minyak di Indonesia yang terus meningkat mengharuskan Indonesia melakukan impor untuk menutupi kekurangan
produksi dalam negeri dan mencukup
kebutuhan minyak mentah dalam negeri. Peningkatan jumlah impor minyak mentah tiap
tahun membuat proven oil menjadi tidak
signifikan terhadap produksi minyak mentah Indonesia.
Pengaruh Jangka Panjang Investasi Sektor Pertambangan dengan Produksi Minyak Mentah Indonesia
Investasi sektor pertambangan memiliki pengaruh yang negatif terhadap produksi minyak mentah Indonesia dalam jangka panjang. Hal ini dapat ditunjukkan dari nilai koefisien yang bertanda negatif sebesar -0.050447. Artinya apabila investasi sektor pertambangan naik sebesar 1 juta dollar Amerika, maka produksi akan mengalami penurunan sebesar 50,44 barel. Pengaruh yang negatif ini signifikan secara statistik karena nilai probabilitas sebesar 0.0000 lebih kecil dari
probabilitas α 5% yaitu sebesar 0.05. Namun
hasil tersebut tidak sesuai dengan teori investasi menurut Sadono Sukirno yang dipaparkan yang
menyatakan bahwa investasi merupakan
kegiatan yang meningkatkan kapasitas produksi dalam suatu perekonomian.
Pengaruh negatif ini didukung dengan pernyataan dari SKK Migas. Menurut SKK migas pengaruh negatif antara investasi sektor pertambangan dengan produksi minyak mentah Indonesia dalam jangka panjang terjadi karena tingginya laju penurunan produksi di beberapa lapangan di Kalimantan timur. Selain itu
adanya penjarahan (illegal tapping) minyak
terutama di wilayah Sumatra bagian selatan dan utara, serta ketidakpastian hukum di sektor migas ikut memberikan pengaruh yang negatif terhadap produksi minyak Indonesia.
Pengaruh Jangka Panjang Teknologi dengan Produksi Minyak Mentah Indonesia
Teknologi memiliki pengaruh yang positif terhadap produksi Minyak Mentah Indonesia. Nilai koefisien sebesar 0.248810 menunjukkan bahwa penggunaan teknologi VSIT akan berdampak pada produksi minyak mentah Indonesia yang meningkat sebesar 248,81 barel perhari. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Irawan dan Suparmoko yang
menyatakan jika suatu teknologi yang
digunakan lebih modern, maka hasil produksi yang dicapai akan lebih banyak dan efisien.
Teknologi VSIT ini tergolong baru di Indonesia karena masuk ke Indonesia pada tahun 1999 dan mulai digunakan oleh
Handar Aula Saputro / Economics Development Analysis Journal 3 (1) (2014)
kontraktor kerja – sama pada proses eksploitasi minyak di Indonesia untuk meremajakan sumur minyak di Indonesia yang suadh berumur tua dan dinilai tidak efisien lagi. Sebelum adanya teknologi VSIT ini, proses produksi minyak dari
sumur hanya menggunakan teknologi Enhanched
Oil Recovery (EOR) yaitu dengan menggunakan
cairan sulfactant untuk mengangkat minyak dari strukutur batuan dalam tanah agar produksi dapat meningkat secara perlahan. Namun teknologi EOR ini tidak ramah lingkungan karena memasukkan cairan kimia ke dalam sturktur tanah yang dikhawatirkan akan merusak unsur tanah lapisan dalam. Nilai
probabilitas sebesar 0.0000 dan lebih kecil dari α
5% yaitu 0.05. Hasil pernghitungan tersebut sesuai dengan hipotesis yang telah ditetapkan yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh jangka panjang antara teknologi dengan produksi minyak mentah Indonesia.
Pengaruh Jangka Pendek Cadangan Minyak Terbukti (Proven Oi)l dengan Produksi Minyak Mentah Indonesia
Estimasi jangka pendek menyatakan
bahwa proven oil memiliki hubungan yang
negatif yang ditunjukkan dengan nilai koefisien sebesar -0.025901. Artinya apabila produksi naik sebesar seribu barel per hari, maka cadangan minyak terbukti akan berkurang sebanyak 25.901 barel pertahun. Hasil tersebut sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Widjajono yang menyatakan bahwa cadangan minyak akan memiliki hubungan yang negatif terhadap produksi. Keadaan tersebut terjadi karena produksi yang terus dilakukan tanpa adanya penemuan cadangan minyak baru yang sesuai.
Namun hubungan tersebut tidak
berpengaruh secara signifikan karena nilai probabilitas yang melebihi α 5% yaitu sebesar 0.7264. Hasil penghitungan tersebut tidak sesuai dengan hipotesis yang ditetapkan yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh jangka
panjang antara proven oil terhadap produksi
minyak mentah Indonesia. Hal ini terjadi karena realita di lapangan menunjukkan bahwa Indonesia mengimpor minyak mentah dalam jumlah besar untuk memenuhi kebutuhan minyak dalam negeri. Setidaknya Indonesia
mengimpor sebanyak 500.000 barel per hari untuk menutupi deficit produksi minyak dalam negeri. Upaya impor minyak ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi minyak mentah Indonesia yang melebihi angka 1.000.000 juta barel per hari.
Pengaruh Jangka Pendek Investasi Sektor Pertambangan dengan Produksi Minyak Mentah Indonesia
Pada estimasi jangka pendek investasi sektor pertambangan memiliki pengaruh yang negatif yang ditunjukkan dengan tanda negatif pada nilai koefisien sebesar -0.014532. Artinya apabila investasi naik sebesar 1 juta dollar Amerika, maka produksi akan menurun sebesar 14,532 barel. Hubungan ini berpengaruh secara signifikan karena nilai probabilitas 0.00041
berada di bawah probabilitas α 5% sebesar 0.05.
Namun hasil tersebut tidak sesuai dengan teori investasi yang dipaparkan menurut Sadono Sukirno yang menyatakan bahwa investasi
merupakan kegiatan yang meningkatkan
kapasitas produksi dalam suatu perekonomian. Pengaruh negatif pada jangka pendek ini sesuai dengan pernyataan SKK Migas. Menurut SKK Migas pengaruh negatif pada jangka pendek ini terjadi karena belum pulihnya produksi Chevron Pacific sebagai akibat dari pecahnya pipa yang dioperasikan oleh Trans gas Indonesia pada akhir 2010 dan tertundanya
keputusan operator baru dari Blok WestMadura
Offshore (WMO). Kendala tersebut menjadi
pengaruh negatif dari investasi sektor
pertambangan terhadap produksi Minyak Mentah Indonesia pada jangka pendek.
Pengaruh Jangka Pendek Teknologi dengan Produksi Minyak Mentah Indonesia
Pada jangka pendek memiliki hubungan yang positif antara Teknologi dengan produksi minyak mentah Indonesia. Hasil ini ditunjukkan dengan nilai koefisien yang bertanda positif sebesar 0.009483. Artinya apabila penggunaan teknologi VSIT akan meningkatkan produksi minyak mentah Indonesia sebesar 9,483 barel perhari pada jangka pendek. Hal ini sesuai dengan pernyataan Irawan dan Suparmoko yang
Handar Aula Saputro / Economics Development Analysis Journal 3 (1) (2014)
digunakan lebih modern, maka hasil produksi yang dicapai akan lebih banyak dan efisien.
Namun nilai probabilitas antara
teknologi dengan produksi minyak mentah Indonesia sebesar 0.8360 lebih besar dari probabilitas α 5% yaitu sebesar 0.05 membuat hubungan tesebut menjadi tidak signifikan secara statistik. Hasil yang tidak signifikan tersebut terjadi karena efek penggunaan teknologi belum begitu terasa dampaknya dalam jangka pendek, namun hasilnya dapat diketahui dan dirasakan pada jangka panjang.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah diuraikan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Tidak ada pengaruh jangka panjang
dari cadangan minyak terbukti (proven oil)
terhadap produksi minyak mentah Indonesia. Jumlah konsumsi minyak di Indonesia yang terus meningkat mengharuskan Indonesia melakukan impor untuk menutupi kekurangan
produksi dalam negeri dan mencukup
kebutuhan minyak mentah dalam negeri. Peningkatan jumlah impor minyak mentah tiap
tahun membuat proven oil menjadi tidak
signifikan terhadap produksi minyak mentah Indonesia.
2. Dalam jangka panjang investasi sektor
pertambangan memiliki pengaruh yang negatif terhadap produksi minyak mentah Indonesia pada jangka panjang. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari SKK migas yang menyatakan bahwa perngaruh negatif pada jangka panjang ini terjadi karena tingginya laju penurunan produksi di beberapa lapangan di Kalimantan
Timur. Selain itu adanya penjarahan (illegal
taping) minyak terutama di wilayah Sumatra
bagian utara dan selatan, serta ketidakpastian hukun di sekotr migas.
3. Teknologi memiliki pengaruh yang
positif terhadap produksi minyak Indonesia pada jangka panjang. Peningkatan teknologi mampu mendorong tingkat produksi minyak Indonesia yang ditunjukkan dengan nilai koefisien yang positif.
4. Pada jangka pendek cadangan minyak
terbukti tidak berpengaruh terhadap produksi minyak Indonesia. Hal ini terjadi karena realita di lapangan menunjukkan bahwa Indonesia mengimpor minyak mentah dalam jumlah besar untuk memenuhi kebutuhan minyak dalam negeri. Setidaknya Indonesia mengimpor sebanyak 500.000 barel per hari untuk menutupi deficit produksi minyak dalam negeri. Upaya impor minyak ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi minyak mentah Indonesia yang melebihi angka 1.000.000 juta barel per hari.
5. Dalam jangka pendek investasi sektor
pertambangan memiliki pengaruh yang negatif terhadap produksi minyak Indonesia. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari SKK Migas yang menyatakan bahwa pengaruh negatif jangka pendek terjadi karena belum pulihnya produksi Chevron Pacific sebagai akibat dari pecahnya pipa yang dioperasikan oleh Trans Gas Indonesia pada akhir 2010 dan tertundanya
keputusan operator baru dari blok West Madura
Offshore.
6. Teknologi tidak berpengaruh dalam
jangka pendek terhadap produksi minyak Indonesia. Hal tersebut terjadi karena efek dari penggunaan teknologi ini belum begitu terasa dalam jangka pendek, namun hasilnya baru dapat diketahui danb dirasakan pada jangka panjang.
Saran
1. Perlunya penemuan cadangan
minyak baru (proven oil) yang sesuai dalam
jangka panjang agar produksi minyak Indonesia secara perlahan mengalami peningkatan dan impor minyak secara perlahan dapat dikurangi.
2. Evaluasi dan investigasi perlu dilakukan dalam jangka panjang untuk mengatasi laju penurunan sumur minyak yang sudah tua, selain itu untuk mengatasi penjarahan minyak, serta memberikan kepastian hukum kepada para kontraktor pelaksana mengenai status wilayah kerja.
3. Penambahan unit teknologi dalam
jangka panjang perlu dilakukan untuk
meremajakan sumur yang sudah tua agar menjadi efisien kembali secara ekonomi.
Handar Aula Saputro / Economics Development Analysis Journal 3 (1) (2014)
4. Dalam jangka pendek, pemerintah melakukan upaya untuk memikat investor untuk
mengeksplorasi minyak dan penemuan
cadangan minyak baru (proven oil) agar laju impor minyak dapat dikurangi secara perlahan dan meningkatkan produksi minyak pada jangka pendek.
5. Perlu adanya perbaikan secara teknis pada jangka pendek mengenai pelaksanaan produksi minyak Indonesia seperti perbaikan pipa yang pecah milik Chervon Pacific. Perbaikan non teknis juga perlu dilakukan diantaranya dengan menentukan operator baru pada blok West Madura Offshore.
6. Penggunaan teknologi VSIT dalam jangka pendek perlu diterapkan pada sumur minyak yang sudah tua dan tidak efisien secara ekonomi agar dapat berproduksi kembali.
DAFTAR PUSTAKA
Ajija, Shocrul R et all. 2011. Cara Cerdas
Menguasai Eviews. Jakarta: Salemba
Empat.
Aprilta, Fanny. 2011. Analisis Dampak
Fluktuasi Harga Minyak terhadap
Variabel Makroekonomi dan Kebijakan Subsidi di Indonesia. Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor.
Bulletin SKMigas. 2013. Tahun 2012 Kinerja
Optimal Kondisi Hulu Migas. II Januari 2013. Hal 4.
Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi.
2006. Buku Putih : Permasalahan Kritis
Sektor Migas dan Dampaknya Bagi
Perekonomian Indonesia. Jakarta :
Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi.
Gujarati, Damodar N. 2010. Dasar Dasar
Ekonometrika. Buku 1. Jakarta : Salemba Empat.
________________ . 2012. Dasar Dasar
Ekonometrika. Buku 2. Jakarta : Salemba Empat.
Hasan, Iqbal. 2002. Pokok – Pokok Materi Statistik 1 (Statistik Deskriptif). Edisi Kedua. Jakarta : Bumi Aksara.
__________. 2008. Pokok – Pokok Materi Statistik 2 (Statistik Inferensif). Edisi Kedua. Jakarta : Bumi Aksara.
Insukindro. 1991. Modul Ekonometrika Dasar.
Yogyakarta : Fakultas Ekonomi
Universitas Gadjah Mada
Irawan dan Suparmoko. 1998. Ekonomika
Pembangunan. Edisi 5. Yogyakarta : BPFE
Jamli. 2012. Pengaruh Investasi dan Tenaga Kerja terhadap Produksi Batubara dan
Pertumbuhan Ekonomi di Kutai
Kartanegara. Jurnal Eksis. Vol 8, No.2. Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral.
2011. Peluang investasi Sektor ESDM.
Jakarta : Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral.
Partowidagdo, Widjajono. 2003. Manajemen dan
Ekonomi Minyak dan Gas Bumi. Bandung :
Program Studi Pembangunan ITB.
Rikadi, Nosami. 2007. Mendeteksi Pengaruh
Harga Minyak Bumi Terhadap Krisis Harga.
Business and Management Journal Bunda Mulia. Vol 3, No 2.
Sanusi, Bachrawi. 2004. Potensi Ekonomi Migas
Indonesia. Jakarta : Rineka Cipta.
Suhartati, J dan Fathorrozi. 2003. Teori Ekonomi
Mikro. Jakarta : Salemba Empat
Sukirno, Sadono. 2010. Mikroekonomi Teori
Pengantar. Edisi Ketiga. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Handar Aula Saputro / Economics Development Analysis Journal 3 (1) (2014)
______________. 2010. Makroekonomi Teori
Pengantar. Edisi Ketiga. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Tsirimokos, Christos. 2011. Price and Income
Elasticities of Crude Oil Demand : The Case of
Ten IEA Countries. Thesis. Department
Economics. Swedish University of Agriculture Science.
http://stud.epsilon.slu.se (diakses 24 September 2013)