• Tidak ada hasil yang ditemukan

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

INDIKATOR KINERJA UTAMA

(IKU)

TAHUN 2013-2018

PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT

DINAS PERKEBUNAN

(2)

Tugas Pokok : Melaksanakan urusan Pemerintah Daerah bidang perkebunan, berdasarkan asas ekonomi, dekonsentrasi dan tugas pembantuan

Fungsi : a. Penyelenggaraan perumusan dan penetapan kebijakan teknis urusan perkebunan meliputi produksi perkebunan, pengembangan Sumber Daya Manusia, kelembagaan dan permodalan, pengembangan dan pengendalian perkebunan serta pengolahan pemasaran dan usaha perkebunan;

b. Penyelenggaraan urusan perkebunan meliputi produksi perkebunan, pengembangan Sumber Daya Manusia, kelembagaan dan permodalan, pengembangan dan pengendalian perkebunan serta pengolahan pemasaran dan usaha perkebunan;

c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas-tugas perkebunan meliputi produksi perkebunan, pengembangan Sumber Daya Manusia, kelembagaan dan permodalan, pengembangan dan pengendalian perkebunan serta pengolahan pemasaran dan usaha perkebunan;

Indikator Kinerja Utama

NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA UTAMA PENJELASAN/ KETERANGAN SUMBER DATA PENANGGUNG JAWAB 1. Meningkatnya Produksi dan Produktivitas Komoditas Perkebunan 1. Prosentase Peningkatan Produksi rata-rata komoditas strategis perkebunan (%)

Mengukur peningkatan rata-rata produksi Komoditas Strategis (Teh, Kopi, Kakao, Karet, Cengkeh, Kelapa, Tebu dan Tembakau) pada tahun sekarang (t) dibandingkan dengan kondisi rata-rata tahun lalu (t-1).

Rumus:

(Prod Th t) – (Prod Th t-1) x 100%

Prod Thn t-1

Indikator ini diartikan sebagai tolok ukur kemampuan kinerja OPD dalam mendorong peningkatan produksi komoditas perkebunan, melalui upaya pengembangan budidaya (intensifikasi, rehabilitasi dan peremajaan) 8 komoditas strategis (Teh, Kopi, Kakao, Karet, Cengkeh, Kelapa, Tebu dan Tembakau) Statistik Perkebunan Bidang Produksi Perkebunan

(3)

NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA UTAMA PENJELASAN/ KETERANGAN SUMBER DATA PENANGGUNG JAWAB 2. Prosentase Peningkatan Produktivitas rata-rata komoditas strategis perkebunan (%)

Mengukur peningkatan rata-rata produktivitas Komoditas Strategis (Teh, Kopi, Kakao, Karet, Cengkeh, Kelapa, Tebu dan Tembakau) pada tahun sekarang (t) dibandingkan dengan kondisi rata-rata tahun lalu (t-1).

Rumus:

(Prosts Tht) – Prosts Tht-1) x

100%

Prositas Thn t-1

Indikator ini diartikan sebagai tolok ukur kemampuan kinerja OPD dalam mendorong peningkatan produktivitas komoditas perkebunan, melalui pengembangan Teknologi budidaya (Demplot/Demfarm/Dem Area) dan Pengembangan sarana budidaya terhadap 8 komoditas strategis (Teh, Kopi, Kakao, Karet, Cengkeh, Kelapa, Tebu dan Tembakau) Statistik Perkebunan Bidang Produksi Perkebunan 2. Meningkatnya Ketersediaan Benih Unggul Bersertifikat 3. Prosentase peningkatan jumlah ketersediaan benih unggul Komoditas Strategis (%) Mengukur peningkatan persediaan benih unggul komoditas strategis, yang diproduksi se Jawa Barat (oleh Balai Benih dan penangkar benih), khususnya untuk 8 komoditas strategis (Teh, Kopi, Kakao, Karet, Cengkeh, Kelapa, Tebu dan Tembakau). Adapun jumlah persediaan benih yg dimaksud adalah sebesar 10% dari total volume kebutuhan benih untuk kegiatan peremajaan dan rehabilitasi tanaman, yang mampu disediakan. Statistik Perkebunan UPTD Balai Pengembangan Benih Tanaman Perkebunan (BPBTP)

(4)

Rumus :

jml bnh tht – jml bnh tht-1 x 100%

jml benih th t-1

Ket:

 Jumlah produksi benih yang tersedia merupakan rekapitulasi dari produksi benih yang dihasilkan oleh lembaga perbenihan daerah (BPBTP) dan seluruh penangkar benih binaan se Jawa Barat

 Jumlah kebutuhan benih tahunan di masyarakat, dihitung dari 10% perkiraan (proyeksi) volume total kebutuhan benih komoditas strategis, khususnya untuk kebutuhan peremajaan dan rehabilitasi tanaman.

Indikator ini diartikan sebagai tolok ukur kemampuan optimal OPD dalam mendorong lembaga perbenihan daerah beserta penangkar benih binaan, dalam memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap ketersediaan benih unggul komoditas strategis. 4. Prosentase Peningkatan Benih tanaman perkebunan yang Tersertifikasi (%)

Mengukur tingkat pelayanan sertifikasi benih yang dilakukan oleh Balai Pengawasan dan Pengujian Mutu Benih (BP2MB) Rumus:

jml sertf tht – jml sertf tht-1 x 100%

jml sertfik th t-1

Ket:

Indikator ini diartikan sebagai tolok ukur kemampuan optimal OPD dalam melakukan pelayanan sertifikasi benih untuk kepentingan masyarakat pekebun. Hasil Pelayanan Sertifikasi Tahunan UPTD Balai Pengawasan dan Pengujian Mutu Benih (BP2MB)

(5)

NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA UTAMA PENJELASAN/ KETERANGAN SUMBER DATA PENANGGUNG JAWAB 3. Terkendalinya Sumber Daya Lahan Perkebunan 5. Prosentase Luas minimum eksisting lahan perkebunan terhadap luas Jawa Barat (%)

Mengukur proporsi luas lahan perkebunan eksisting tahunan terhadap luas total wilayah provinsi Jawa Barat.

Rumus:

Luas total eksisting lahan x 100% luas total Prov Jabar

Ket:

 Luas lahan perkebunan eksisting menggambarkan kondisi perkiraan luas aktual lahan perkebunan yang ada, dengan telah mempertimbangkan adanya kecenderungan alih fungsi lahan, alih komoditas, degradasi sumber daya lahan, maupun tindakan okupasi lahan perkebunan selama satu tahun.

 Luas wilayah Provinsi Jawa Barat adalah luas geografis wilayah sebesar 3.709.528,44 Ha

Indikator ini diartikan sebagai tolok ukur kinerja OPD dalam melakukan pengendalian pemanfaatan sumber daya lahan perkebunan, melalui upaya penanganan lahan yang terdegradasi. Statistik Perkebunan Bidang Pengembangan dan Pengendalian 4. Meningkatnya Kesejahteraan Petani Perkebunan 6. Prosentase Peningkatan Indeks Nilai Tukar Petani Perkebunan Rakyat (NTP-R) (%)

Mengukur Peningkatan indeks Nilai Tukar Petani Perkebunan Rakyat (NTP-R), sebagai perwujudan dari kualitas kinerja usaha tani perkebunan.

Rumus: Perhitungan NTP-R IT NTP-R = --- x 100 % IB Statistik Perkebunan dan BPS Bidang Pengembangan SDM, Kelembagaan dan Permodalan Perkebunan

(6)

Rumus Peningkatan Indeks NTP-R:

NTP-R t – NTP-R t-1 x 100%

NTP-R t-1

Ket:

 NTP-R merupakan rasio antara IT dengan IB yang dinyatakan dalam persentase.

 IT = Indeks harga yang diterima petani, bersumber dari hasil survei harga di tingkat produsen (farm gate) yang dilaksanakan setiap bulan.

 IB = Indeks harga yang dibayar petani, disusun berdasarkan data hasil survei bulanan statistik harga konsumen di pasar pedesaan yang dilaksanakan setiap bulan.

 NTP-R t adalah NTP-R Tahun ini

 NTP-R t-1 adalah NTP-R Tahun Lalu

Indikator ini diartikan sebagai tolok ukur keberhasilan OPD dalam mendorong peningkatan kinerja usaha tani perkebunan, melalui pembinaan peningkatan kompetensi usaha SDM, pembinaan peningkatan kinerja kelembagaan Usaha Tani, dan Pembinaan Akses Permodalan Usaha Perkebunan, agar dapat menjalankan usahanya secara optimal dan menguntungkan 5. Menurunnya intensitas serangan OPT Perkebunan 7. Prosentase Penurunan Intensitas Serangan OPT Perkebunan (%)

Mengukur penurunan proporsi luas wilayah serangan OPT tahun sekarang terhadap kondisi luas serangan OPT Tahun lalu.

Data Sistem Informasi Hama dan Penyakit (SIMAKIT) BPTP UPTD Balai Proteksi Tanaman Perkebunan (BPTP)

(7)

NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA UTAMA PENJELASAN/ KETERANGAN SUMBER DATA PENANGGUNG JAWAB Rumus: Luas Thnt – Luas Thnt-1 x 100% Luas Tahun t-1 Ket:

 Luas Serangan OPT Tahun t diperoleh dari hasil pemantauan serangan hama penyakit tanaman perkebunan dari berbagai kab/kota se Jawa Barat, melalui SIMAKIT (Sistem Informasi Hama Penyakit)

 Luas serangan OPT Tahun t-1 merupakan data SIMAKIT Tahun Lalu.

 Kondisi capaian kinerja ini dikecualikan kalau terjadi adanya serangan wabah eksplosif yang sulit dikendalikan dan perlu penanganan khusus secara terpadu pada tingkat provinsi maupun nasional.

Indikator ini diartikan sebagai tolok ukur keberhasilan OPD dalam menjalankan perlindungan tanaman perkebunan, melalui upaya pengembangan bahan Pengendalian Hama Terpadu (agens hayati, pestisida nabati dan musuh alami), serta aplikasi pengendalian hama terpadu di lapangan 6. Meningkatnya Penerapan Sistem Jaminan Mutu produk perkebunan sesuai SNI 8. Prosentase Peningkatan jumlah penerapan sistem jaminan mutu sesuai SNI (%) Mengukur Prosentase Peningkatan jumlah penerapan sistem jaminan mutu sesuai SNI

Rumus: Jml Thnt – Jmlh Thnt-1 x 100% Jmlh Tahunt-1 Ditjen PPHP Kementan dan Disbun Jabar Bidang Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan (PPUP)

(8)

Ket:

 Jumlah Tahun t adalah jumlah pelaku usaha yang telah menerapkan sistem jaminan mutu pada tahun t

 Jumlah Tahun t-1 adalah jumlah pelaku usaha yang telah menerapkan sistem jaminan mutu pada tahun sebelumnya

Indikator ini diartikan sebagai tolok ukur keberhasilan OPD dalam mendorong pelaku usaha untuk menerapkan sistem jaminan mutu sesuai SNI melalui upaya penerapan sistem mutu serta pengembangan unit pengolahan hasil. 7. Meningkatnya Volume Ekspor Produk Perkebunan 9. Prosentase Peningkatan Volume Ekspor Produk Perkebunan (%)

Mengukur peningkatan rata-rata volume ekspor produk perkebunantahunan.

Rumus:

Vol Eks Tht - Vol Eks Tht-1 x 100%

Vol Eks Thn t-1

Indikator ini diartikan sebagai keberhasilan OPD dalam mendorong volume ekspor produk perkebunan yang berorientasi ekspor, Pusdatin Pertanian dan BPS Bidang Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan (PPUP) Bandung, Januari 2014 Kepala Dinas Perkebunan

Provinsi Jawa Barat

H. ARIEF SANTOSA, SE., M.Sc.

Referensi

Dokumen terkait

Pada penelitian yang membandingkan pemberian Benzydamine HCl dengan topikal didapat bukti bahwa konsentrasi obat di jaringan yang mengalami inflamasi lebih

Penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Nuswantara (2009) dengan judul “Analisis Penyaluran Kredit Mikro dan Kecil Pada Beberapa Lembaga Keuangan Mikro di

CATATAN 1 Pada umumnya kebijakan mutu konsisten dengan kebijakan menyeluruh organisasi dan menyediakan kerangka kerja bagi penetapan sasaran mutu. CATATAN 2 Prinsip manajemen mutu

Dwi Ratna Nurhajarini, “Perkembangan Gaya Pakaian Perempuan Jawa di Kota Yogyakarta Pada Awal Abad XX Sampai Akhir Masa Kolonial”, Yogyakarta: Tesis prodi

Pecahan yang senilai dengan gambar di samping adalah… A.. Ibu membeli gula

Indikator Kinerja Utama (IKU) di lingkungan instansi pemerintah khususnya di lingkungan Dinas Perikanan Kabupaten Sumenep ditetapkan sebagai dasar untuk menilai maupun

Dalam laporan LPPDK pada bagian penerimaan hanya terdapat informasi mengenai besaran uang yang terdapat pada RKDK dan uang yang berasal dari Calon Anggota DPD itu sendiri, dimana

Berdasarkan latar belakang tersebut, dalam penelitian ini masalah pokok yang diungkapkan adalah “Bagaimana pengaruh pembelajaran IPA Terpadu berbasis STL yang