• Tidak ada hasil yang ditemukan

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI 2015 PROVINSI SULAWESI SELATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI 2015 PROVINSI SULAWESI SELATAN"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

A. PADI

 Angka Tetap (ATAP) 2014, produksi Padi di Provinsi Sulawesi Selatan sebanyak 5,43 juta ton Gabah Kering Giling (GKG), yang terdiri dari 5,27 juta ton padi sawah dan 0,15 juta ton padi ladang.

 Produksi padi tahun 2015 sebanyak 5,47 juta ton gabah kering giling (GKG) atau mengalami kenaikan sebanyak 5,71 ribu ton (0,84 persen) dibandingkan tahun 2014. Kenaikan produksi terjadi karena kenaikan luas panen seluas 4,01 ribu hektar (0,39 persen) dan produktivitas sebesar 0,24 kuintal/hektar (0,45 persen).

B. JAGUNG

 ATAP 2014, produksi Jagung Sulawesi Selatan pada tahun 2014sebanyak 1,49 juta ton pipilan kering, yang diperoleh dari luas panen 289,74 ribu hektar dan tingkat produktivitas 51,46 kuintal per hektar.  Produksi jagung tahun 2015 sebanyak 1,53 juta ton pipilan kering, mengalami kenaikan sebanyak 37,42

ribu ton (2,51 persen) dibandingkan tahun 2014. Kenaikan produksi terjadi karena kenaikan luas panen seluas 5,38 ribu hektar (1,86 persen) dan produktivitas sebesar 0,33 kuintal/hektar (0,64 persen).

C. KEDELAI

 ATAP 2014, produksi Kedelai Sulawesi Selatan pada tahun 2014sebanyak54,72ribu ton biji kering, yang diperoleh dari luas panen 36,39 ribu hektar dan tingkat produktivitas 15,04 kuintal per hektar.

 Produksi kedelai tahun 2015 sebanyak 67,19 ribu ton biji kering, meningkat sebanyak 12,47 ribu ton (22,78 persen) dibandingkan tahun 2014. Peningkatan produksi kedelai terjadi karena kenaikan kenaikan luas panen seluas 1,65 ribu hektar dan produktivitas sebesar 2,63 kuintal/hektar (17,50 persen).

No. 38/07/73/Th. IX, 1 Juli 2016

P

RODUKSI

P

ADI

,

J

AGUNG

,

DAN

K

EDELAI

2015

P

ROVINSI

S

ULAWESI

S

ELATAN

PRODUKSI PADI TAHUN 2015 NAIK 0,84 PERSEN PRODUKSI JAGUNG TAHUN 2015 NAIK 2,51 PERSEN PRODUKSI KEDELAI TAHUN 2015 NAIK 22,78 PERSEN

(2)

1. PENDAHULUAN

Statistik produksi tanaman pangan yang disajikan dalam Berita Resmi Statistik (BRS) ini terdiri dari luas panen, produktivitas, dan angka produksi serta hanya mencakup komoditas padi, jagung, dan kedelai. Angka produksi tanaman pangan yang dirilis tahun 2016 disajikan dengan 2 status angka yang berbeda, yaitu Angka Sementara (ASEM) 2015 dan Angka Tetap (ATAP) 2015. ASEM 2015 merupakan realisasi produksi selama satu tahun (Januari–Desember 2015), tetapi belum final karena mengantisipasi kelengkapan laporan. ATAP 2015 adalah realisasi produksi selama satu tahun (Januari–Desember 2015) dan merupakan angka final. Jadwal rilis ASEM 2015 dan ATAP 2015 melalui BRS adalah seperti berikut:

Status Angka Jadwal

Rilis BRS

Subround

Januari–April Mei–Agustus September–Desember

1. ASEM 2015 1 Maret 2016 REALISASI 2015 (angka belum final)

2. ATAP 2015 1 Juli 2016 REALISASI 2015 (angka final)

Para konsumen data perlu mencermati status angka tersebut dalam penggunaannya, baik untuk evaluasi/monitoring maupun perencanaan, dan diharapkan konsumen data selalu mengacu pada hasil perhitungan dengan status angka yang dirilis terakhir.

2. PRODUKSI PADI

Angka Tetap 2015

Produksi padi tahun 2015 sebanyak 5,47 juta ton gabah kering giling (GKG) atau mengalami kenaikan sebanyak 5,71 ribu ton (0,84 persen) dibandingkan tahun 2014. Kenaikan produksi terjadi karena kenaikan luas panen seluas 4,01 ribu hektar (0,39 persen) dan produktivitas sebesar 0,24 kuintal/hektar (0,45 persen).

Realisasi tanam menunjukkan bahwa kenaikan produksi Padi pada tahun 2015 hanya terjadi pada pada subround II (Mei-Agustus), sedangkan pada subround I (Jan-April) dan subround III (Sept-Desember) terjadi penurunan.

(3)

Pada subround II terjadi kenaikan produksi sebesar 263,67 ribu ton (13,55 persen), yang disebabkan oleh kenaikan luas panen pada subround tersebut seluas 46,29 ribu hektar (11,65 persen) dan kenaikan produktivitas sebesar 0,84 kuintal/hektar (1,71 persen).

Subround I, terjadi penurunan produksi sebesar 190,22 ribu ton (-8,74 persen), yang disebabkan oleh penurunan luas panen pada subround tersebut seluas 36,62 ribu ton (-9,39 persen), sedangkan untuk provitasnya naik sebesar 0,40 kuintal/hektar (0,71 persen).

Subround III terjadi penurunan produksi sebesar 27,74 ribu hektar (-2,13 persen), yang disebabkan oleh penurunan luas panen pada subround tersebut seluas 5,67 ribu hektar (-2,24 persen), sedangkan untuk provitasnya naik sebesar 0,06 kuintal/hektar (0,12 persen).

Dampak el-nino juga dirasakan di Sulawesi Selatan. Terlihat dari luas puso yang relatif sangat tinggi, bahkan mungkin yang tertinggi terjadi selama lebih dari 10 tahun terakhir. Pada periode subround I (Jan-April) luas puso seluas 249 Ha, periode subround II (Mei-Agustus) seluas 33,77 ribu ha dan periode subround III (Sept-Desember) seluas 22,85 ribu hektar, sehingga total puso pada tahun 2015 ini seluas 56,87 ribu hektar. Kejadian puso itulah yang menyebabkan kenaikan produksi padi di Sulawesi Selatan tidak seperti yang diperkiran pada angka ramalan I sebelumnya. Kejadian puso terjadi merata di hampir semua kabupaten/kota di Sulawesi Selatan. Tertinggi terjadi di Kabupaten Bone (13 ribuan hektar), Soppeng (9 ribuan hektar), Wajo (7 ribuan hektar).

Tabel 1

Perkembangan Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Padi 2013-2015 Di Provinsi Sulawesi Selatan

No. Tahun Luas Panen (Hektar) Perkembangan (%) Produktivitas (Kuintal/Ha) Perkembangan (%) Produksi (Ton) Perkembangan (%)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) 1. 2013 983 107 - 51,22 - 5 035 831 - 2. 2014 1 040 024 5,79 52,17 1,85 5 426 096 7,75 3. 2015 1.044.030 0,39 52,41 0,45 5.471.807 0,84

(4)

Tabel 2

Perbandingan Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Padi (Sawah+Ladang) Menurut Subround di Provinsi Sulawesi Selatan

Uraian 2013 2014 2015

Perkembangan

2014-2013 2015-2014 Absolut % Absolut %

(1) (2) (3) (5) (6) (7) (8) (9)

a. Luas panen (Ha)

Januari-April 361.574 389.988 353.371 28.414 7,86 (36.617) (9,39) Mei-Agustus 357.707 397.214 443.504 39.507 11,04 46.290 11,65 September-Desember 263.826 252.822 247.155 (11.004) (4,17) (5.667) (2,24) b. Produktivitas (Ku/Ha) Januari-April 54,23 55,80 56,20 1,57 2,89 0,40 0,71 Mei-Agustus 48,6 48,97 49,81 0,37 0,77 0,84 1,71 September-Desember 50,65 51,60 51,66 0,95 1,87 0,06 0,12 c. Produksi (Ton) Januari-April 1.960.958 2.176.247 1.986.030 215.289 10,98 (190.217) (8,74) Mei-Agustus 1.738.484 1.945.284 2.208.953 206.800 11,90 263.669 13,55 September-Desember 1.336.389 1.304.565 1.276.824 (31.825) (2,38) (27.741) (2,13) Grafik 1

Perkembangan Luas Panen (Hektar) dan Produksi (Ton) Padi 2007-2015 Di Provinsi Sulawesi Selatan

770773 835938 862017 884578 889232 935080 983107.0 1022844.0 1044030.0 3635141 4083356 4324177 4500646 4511705 4747910 5035831.0 5438796.0 5471807 0 1,000,000 2,000,000 3,000,000 4,000,000 5,000,000 6,000,000 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015

(5)

3. PRODUKSI JAGUNG Angka Tetap 2015

Produksi jagung tahun 2015 sebanyak 1,53 juta ton pipilan kering, mengalami kenaikan sebanyak 37,42 ribu ton (2,51 persen) dibandingkan tahun 2014. Kenaikan produksi terjadi karena kenaikan luas panen seluas 5,38 ribu hektar (1,86 persen) dan produktivitas sebesar 0,33 kuintal/hektar (0,64 persen).

Peningkatan produksi Jagung pada tahun 2015 hanya terjadi di subround I, sedangkan di subround II dan III terjadi penurunan. Pada subround I meningkat sebesar 144,79 ribu ton (20,97 persen). Peningkatan pada subround tersebut disebabkan oleh peningkatan luas panen seluas 12,73 ribu hektar (9,36 persen) dan peningkatan produktivitas sebesar 5,39 kuintal/hektar (10,61 persen).

Pada subround II turun sebesar 49,82 ribu ton (-9,20 persen). Penurunan pada subround tersebut disebabkan oleh penurunan produktivitas sebesar 4,88 kuintal/hektar (-9,58 persen), sedangkan luas panen mengalami peningkatan yang relatif rendah seluas 441 hektar saja (0,41 persen).

Pada subround III juga turun sebesar 57,56 ribu ton (-22,24 persen). Penurunan pada subround tersebut disebabkan oleh penurunan luas panen seluas 7,79 ribu hektar (-16,41 persen) dan produktivitas juga turun sebesar 3,81 kuintal/hektar (-6,99 persen).

Dampak el-nino juga terlihat pada komoditas Jagung di Sulawesi Selatan. Hal tersebut terlihat dari luas puso yang relatif sangat tinggi, bahkan mungkin yang tertinggi terjadi selama lebih dari 10 tahun terakhir. Pada periode subround I (Jan-April) luas puso sebesar 110 Ha, periode subround II (Mei-Agustus) sebesar 7,49 ribu ha dan periode subround III (Sept-Desember) seluas 1,68 ribu hektar, sehingga total puso pada tahun 2015 ini seluas 9,29 ribu hektar. Kejadian puso itulah yang menyebabkan kenaikan produksi Jagung di Sulawesi Selatan tidak seperti yang diperkiran pada angka ramalan I sebelumnya. Kejadian Puso terjadi merata di beberapa kabupaten/kota, tertinggi terjadi di Kabupaten Jeneponto (4 ribu hektar), Bantaeng (1,3 ribu hektar) dan Bulukumba (1,2 ribu hektar).

(6)

Tabel 3

Perkembangan Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Jagung 2013-2015 Di Provinsi Sulawesi Selatan

No. Tahun Luas Panen (Hektar) Perkembangan (%) Produktivitas (Kuintal/Ha) Perkembangan (%) Produksi (Ton) Perkembangan (%)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

1. 2013 274.046 - 45,62 - 1.250.203 -

2. 2014 289.736 5,73 51,46 12,80 1.490.990 19,26

3. 2015 295.115 1,86 51,79 0,64 1.528.414 2,51

Tabel 4

Perbandingan Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Jagung 2013-2015 Menurut Subround di Provinsi Sulawesi Selatan

Uraian 2013 2014 2015

Perkembangan

2014-2013 2015-2014 Absolut % Absolut %

(1) (2) (3) (5) (6) (7) (8) (9)

a. Luas panen (Ha)

Januari-April 139.192 135.958 148.685 (3.234) (2,32) 12.727 9,36 Mei-Agustus 96.473 106.301 106.742 9.828 10,19 441 0,41 September-Desember 38.381 47.477 39.688 9.096 23,70 (7.789) (16,41) b. Produktivitas (Ku/Ha) Januari-April 41,95 50,79 56,18 8,84 21,07 5,39 10,61 Mei-Agustus 46,94 50,96 46,08 4,02 8,56 (4,88) (9,58) September-Desember 55,61 54,50 50,69 (1,11) (2,00) (3,81) (6,99) c. Produksi (Ton) Januari-April 583.910 690.531 835.328 106.620 18,26 144.798 20,97 Mei-Agustus 452.844 541.710 491.891 88.866 19,62 (49.819) (9,20) September-Desember 213.448 258.750 201.195 45.301 21,22 (57.555) (22,24)

(7)

Grafik 2

Perkembangan Luas Panen dan Produksi Jagung 2007-2015 Di Provinsi Sulawesi Selatan

4. PRODUKSI KEDELAI Angka Tetap 2015

Produksi kedelai tahun 2015 sebanyak 67,19 ribu ton biji kering, meningkat sebanyak 12,47 ribu ton (22,78 persen) dibandingkan tahun 2014. Peningkatan produksi kedelai terjadi karena kenaikan kenaikan luas panen seluas 1,65 ribu hektar dan produktivitas sebesar 2,63 kuintal/hektar (17,50 persen).

Peningkatan produksi Kedelai pada tahun 2015 terjadi di semua subround. Pada subround I meningkat sebesar 1,26 ribu ton (4,27 persen). Peningkatan pada subround tersebut disebabkan oleh peningkatan provitas sebesar 4,72 kuintal/hektar (32,46 persen), sedangkan luas panen turun seluas 4,34 ribu hektar (-21,27 persen).

Pada subround II meningkat sebesar 2,26 ribu ton (18,65 persen). Peningkatan pada subround tersebut disebabkan oleh peningkatan provitas sebesar 0,97 kuintal/hektar (7,17 persen), dan didukung peningkatan luas panen seluas 959 hektar (10,69 persen).

Pada subround III meningkat sebesar 8,94 ribu ton (69,05 persen). Peningkatan pada subround tersebut disebabkan oleh peningkatan luas panen yang relatif sangat tinggi seluas 5,02 ribu hektar (71,45 persen), dan juga peningkatan produktivitas sebesar 0,26 kuintal/hektar (1,41 persen).

262436.0 284964.0 299669.0 303375.0 297126.0 325329.0 274046.0 289736.0 295115.0 969955.0 1195064.0 1395742.01343043.0691420154.2631515329.520 1250203.044 1490990.01528414.0 .0 200000.0 400000.0 600000.0 800000.0 1000000.0 1200000.0 1400000.0 1600000.0 1800000.0 2000000.0 2 0 0 7 2 0 0 8 2 0 0 9 2 0 1 0 2 0 1 1 2 0 1 2 2 0 1 3 2 0 1 4 2 0 1 5 TAHUN

(8)

Luas Puso Kedelai juga mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya. Dampak el-nino terlihat pada luas puso kedelai pada tahun 2015 seluas 3,23 ribu hektar. Terjadi Puso terjadi di beberapa kabupaten kota, tertinggi di Kabupaten Jeneponto, yaitu seluas 1,9 ribu hektar.

Tabel 5

Perkembangan Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Kedelai 2013-2015 Di Provinsi Sulawesi Selatan

No. Tahun Luas Panen (Hektar) Perkembangan (%) Produktivitas (Kuintal/Ha) Perkembangan (%) Produksi (Ton) Perkembangan (%)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

1. 2013 30.937 - 14,77 - 45.693 -

2. 2014 36.390 17,63 15,04 1,82 54.724 19,76

3. 2015 38.036 4,52 17,67 17,50 67.192 22,78

Tabel 6

Perbandingan Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Kedelai Menurut Subround di Provinsi Sulawesi Selatan 2013-2015

Uraian 2013 2014 2015

Perkembangan

2014-2013 2015-2014 Absolut % Absolut %

(1) (2) (3) (5) (6) (7) (8) (9)

a. Luas panen (Ha)

Januari-April 13.777 20.390 16.054 6.613 48,00 (4.336) (21,27) Mei-Agustus 6.960 8.970 9.929 2.010 28,88 959 10,69 September-Desember 10.200 7.030 12.503 (3.170) (31,08) 5.023 71,45 b. Produktivitas (Ku/Ha) Januari-April 14,98 14,54 19,25 (0,44) (2,94) 4,71 32,43 Mei-Agustus 11,72 13,52 14,49 1,80 15,36 0,97 7,17 September-Desember 16,57 18,42 18,16 1,85 11,19 (0,26) (1,41) c. Produksi (Ton) Januari-April 20.638 29.647 30.912 9.009 43,65 1.265 4,27

(9)

Mei-Agustus 8.157 12.127 14.389 3.970 48,67 2.261 18,65

September-Desember 16.898 12.949 21.891 (3.949) (23,37) 8.942 69,05

Grafik 3

Perkembangan Luas Panen dan Produksi Kedelai 2007-2015 Di Provinsi Sulawesi Selatan

12,029 19,048 25,792 23,641 21,441 19,964 30,937 36,390 38,036 18,972 29,125 41,279 35,710 33,716 29,938 45,693 54,724 67,192 10,000 20,000 30,000 40,000 50,000 60,000 70,000 80,000 2 0 0 7 2 0 0 8 2 0 0 9 2 0 1 0 2 0 1 1 2 0 1 2 2 0 1 3 2 0 1 4 2 0 1 5 TAHUN

Referensi

Dokumen terkait

Sejalan dengan masalah ini tujuan penelitian yang hendak dicapai melalui penelitian ini adalah untuk mengetahui, menjelaskan, dan memaparkan (1) perbedaan kemampuan

Simpulan dalam penelitian tindakan kelas ini yaitu penerapan model Jigsaw dapat meningkatkan keterampilan guru dalam mengelola pembelajaran dan dapat meningkatkan hasil

Sesuai masalah tersebut, peneliti mengamati pelaksanaan yang dilakukan oleh guru dalam mengajarkan materi teks eksplanasi kompleks, dan hasil yang diperoleh siswa dalam

Ahmad Ghozali lebih memilih mengambil tahun hijriyah dari pada tahun masehi alasannya adalah karena untuk memperkecil peluang kesalahan dari hasil perhitungan

Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan (Astriana, 2017) menyatakan bahwa pada umur berisiko (35 tahun) berpeluang berisiko mendapatkan anemia 1,8 kali dibandingkan

Dihimbau kepada para Koordinator Sektor Pelayanan “NAZARETH”, “FILADELFIA” dan “MAKEDONIA”/Pengurus PelKat/Komisi, serta Warga Jemaat GPIB “CINERE” Depok

Menentukan metode penentuan nilai batas kelulusan Relative standards Absolute standards.. Relative methods Absolute