• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aditya Murtilaksono 1, Tati Nurmala 2, dan Abraham Suriadikumah 3 Fakultas Pertanian Uninversitas Padjadjaran Jl. Raya Jatinangor km 21 Bandung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Aditya Murtilaksono 1, Tati Nurmala 2, dan Abraham Suriadikumah 3 Fakultas Pertanian Uninversitas Padjadjaran Jl. Raya Jatinangor km 21 Bandung"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1. Mahasiswa Program Magister Ilmu Pertanian UNPAD Page 1 2. Dosen Fakultas Pertanian UNPAD

3. Dosen Fakultas Pertanian UNPAD

PEMBERIAN MIKORIZA DAN PUPUK KALIUM TERHADAP PENINGKATAN PRODUKTIVITAS AKAR DAN KOMPONEN HASIL HANJELI (Coix lacryma jobi L.) PADA LAHAN KERING JATINANGOR

Aditya Murtilaksono1 , Tati Nurmala2 , dan Abraham Suriadikumah3 Fakultas Pertanian Uninversitas Padjadjaran

Jl. Raya Jatinangor km 21 Bandung ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh dosis pupuk kalium dan mikoriza terhadap produktivitas akar dan hasil tanaman hanjeli aksesi 37 pada lahan kering Jatinangor. Percobaan dilaksanakan pada bulan Januari 2014 sampai Mei 2014 di kebun percobaan Universitas Padjadjaran. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok yang terdiri dari 9 perlakuan dengan 3 ulangan. Perlakuan tersebut terdiri dari 0 g mikoriza/lubang tanam + 0 kg KCl/ha, 0 g mikoriza/lubang tanam + 100 kg KCl/ha, 0 g mikoriza/lubang tanam + 200 kg KCl/ha, 5 g mikoriza/lubang tanam + 0 kg KCl/ha, 5 g mikoriza/lubang tanam + 100 kg KCl/ha, 5 g mikoriza/lubang tanam + 200 kg KCl/ha, 10 g mikoriza/lubang tanam + 0 kg KCl/ha, 10 g mikoriza/lubang tanam + 100 kg KCl/ha, dan 10 g/lubang tanam + 200 kg KCl /ha. Hasil percobaan menunjukan bahwa pemberian mikoriza dan pupuk kalium terhadap peningkatan produktivitas akar dan komponen hasil hanjeli memberikan pengaruh berbeda nyata terhadap bobot kering akar pada perlakuan 10 g/lubang tanam + 200 kg/ha dan meningkatkan bobot kering akar sebesar 6-35%.

Kata kunci : hanjeli, mikoriza, kalium

ABSTRACT

This research aims to test the influence of potassium fertilizer dosage and mycorrhiza root to productivity and crop yield hanjeli 37 accessions collections on dryland Jatinangor. The experiment was carried out in January 2014 until may 2014 at the Padjadjaran University experiment. The experimental design used was Random Design Group consists of 9 treatment with 3 replicates. The treatment consists of 0 g mycorrhiza/planting hole + 0 kg KCl/ha, 0 g mycorrhiza/planting hole + 100 kg KCl/ha, 0 g mycorrhiza/planting hole + 200 kg KCl/ha, 5 g mycorrhiza/planting hole + 0 kg KCl/ha, 5 g mycorrhiza/hole planting + 100 kg KCl/ha, 5 g mycorrhiza/hole planting + 200 kg KCl/ha, 10 g mycorrhiza/planting hole + 0 kg KCl/ha10 g mycorrhiza/planting hole + 100 kg KCl/ha, and 10 g/planting hole + 200 kg KCl/ha. The experiment results show that the granting of mycorrhiza and fertilizer potassium against root and components increased productivity result hanjeli give different weighting to the real influence of dry root on the treatment 10 g/planting hole + 200 kg/ha and increasing the weight of the dried root of 6-35%

(2)

1. Mahasiswa Program Magister Ilmu Pertanian UNPAD Page 2 2. Dosen Fakultas Pertanian UNPAD

3. Dosen Fakultas Pertanian UNPAD

PENDAHULUAN

Kebutuhan manusia tidak terlepas dari kebutuhan pangan, maka urusan pangan menjadi suatu kebutuhan yang penting bagi manusia. Di Indonesia, beras merupakan sumber pangan utama yang dikonsumsi. Kebutuhan beras Indonesia terus meningkat setiap tahun seiring dengan peningkatan jumlah penduduk. kebutuhan beras yang dikonsumsi pada tahun 2005, 2006, 2007, 2008 juga terus meningkat yaitu 30.592.434 ton, 30.995.189 ton, 31.398.084 ton, 31.799.017 ton, tetapi tetap saja kebutuhan beras nasional mengalami kekurangan dan mengimpor untuk menjaga ketersediaan beras nasional (Suryana, 2008). Tingginya angka pertumbuhan penduduk dan permintaan beras, maka beresiko terjadinya krisis pangan. Program keanekaragaman (diversifikasi) pangan merupakan salah satu cara mengatasi kelangkaan bahan makanan. Indonesia memiliki potensi yang sangat besar untuk pengembangan beragam tanaman sumber karbohidrat alternatif (non beras) untuk menunjang diversifikasi pangan, seperti hanjeli, jawawut, soba, millet, ganyong, dan lain-lain (Nurmala, 1988).

Tanaman hanjeli merupakan tanaman herbaceaous, berdiri tegak, dan berumpun. Tingginya berkisar antara 1-3 m dan berumpun. Batangnya tumbuh tegak, beruas, memiliki daun lebar (1,5 – 5 cm) dan panjang (8 – 100 cm) (Nurmala, 1998). Biji hanjeli dapat dimanfaatkan sebagai bahan pangan, pakan ternak, obat-obatan dan barang-barang kerajinan (Nurmala dan Irwan, 2007). Biji hanjeli kaya akan gizi (Tabel 1), kandungan karbohidrat bijinya paling rendah dari serealia lainnnya, akan tetapi memeliki kandungan portein, lemak, vitamin B1 dan kalsium lebih tinggi dari beras dan jagung (Grubben dan Patohardjono, 1996).

Tabel 1. Komposisi kimia hanjeli dan serelia lainnya

Kompenen Hanjeli Beras Jagung Jawawut Sorgum Barley Energi (Kkal) 1506.0 1711.00 1690.00 1573.00 1628.00 1586.00 Karbohidrat (%) 76.40 87.70 83.00 78.90 82.00 83.20 Protein (%) 14.10 8.80 10.50 12.80 11.40 12.20 Lemak (%) 7.90 2.10 4.90 5.60 4.20 2.40 Serat (%) 0.90 0.80 2.70 1.70 2.50 2.90 Abu (g) 1.60 1.30 1.60 2.70 1.70 2.20 Ca (mg) 54.0 18.00 16.00 56.00 25.00 58.00 Fe (mg) 0.80 3.20 3.20 10.10 4.30 7.00 Vit. B1 (mg) 0.48 0.39 0.34 0.35 0.37 0.36 Vit. B2 (mg) 0.10 0.08 0.13 0.16 0.20 0.12 Niasin (mg) 2.70 5.80 2.40 2.00 4.40 6.00

(3)

1. Mahasiswa Program Magister Ilmu Pertanian UNPAD Page 3 2. Dosen Fakultas Pertanian UNPAD

3. Dosen Fakultas Pertanian UNPAD

Upaya peningkatan produktivitas hanjeli dapat dilakukan melalui aplikasi pemupukan. Melalui pemupukan diharapkan akar tanaman akan mendapatkan suplai unsur hara yang cukup, sehingga tanaman dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Kalium merupakan salah satu unsur hara pupuk anorganik yang diperlukan tanaman, selain nitrogen, fosfor, dan unsur lainnya.

Kalium berfungsi sebagai membantu fotosintesis tanaman, translokasi gula, mengaktifkan kerja enzim, dan mengatur tekanan potensial air dalam sel penjaga sehingga berpengaruh terhadap membuka dan menutup stomata (Ashari, 1995). Diperkuat oleh Buckman dan Brandy (1992), fungsi kalium yaitu meningkatan sistem perakaran, menghalangi efek rebah tanaman, melawan efek negatif N, memberikan efek keseimbangan antara N dan P, dan penting untuk perkembangan klorofil.

Menurut Soepardi (1983), kalium dapat mengeraskan batang sehingga efektif dalam pencegahan terhadap hama dan penyakit. Selain itu kalium dapat mengoptimalkan pemanfaatan cahaya matahari.

Selain menggunakan pupuk kalium dalam produktivitas akar dan hasil hanjeli juga menggunakan mikoriza. Mikoriza adalah asosiasi simbiotik antara jamur (fungi) dengan sistem perakaran tanaman tingkat tinggi. Mikoriza bermanfaat dalam penyerapan hara (terutama P), pengendali hayati (terutama penyakit asal tanah) serta meningkatkan ketahanan tanaman terhadap faktor lingkungan (salinitas dan kekeringan) yang ekstrim. Perakaran yang diinfeksi oleh Mikoriza akan terdapat jalinan hifa eksternal sehingga secara langsung akan meningkatkan kemampuan tanaman dalam menyerap unsur hara dan air serta meningkatkan efesiensi pemupukan (Simarmata, 2004). Tanaman hanjeli yang diinokulasi dengan Mikoriza akan menjaga ketersediaan air di dalam tanah.

Hanjeli mudah dibudayakan, tahan terhadap hama dan penyakit, toleran terhadap kekeringan dan kebanjiran, diperbanyak melalui biji dan ratoon, tumbuh di setiap jenis tanah sampai pada ketinggian 2000 m dpl dan tidak membutuhkan banyak perawatan (Nurmala dan Irwan, 2007). Jatinangor merupakan daerah yang memiliki kriteria daerah lahan kering beriklim basah lebih dan lahan sawah. Luas lahan kering di Jatinangor khususnya kebun percobaan ciparanje Universitas Padjadjaran lebih banyak jika dibandingkan dengan lahan sawah.

Tujuan penelitian adalah untuk menguji seberapa besar pengaruh dosis pupuk kalium dan MVA terhadap produktivitas akar dan hasil tanaman hanjeli pada lahan kering Jatinangor.

BAHAN DAN METODE

Percobaan dilaksanakan bulan Januari 2014 sampai Mei 2014 di kebun percobaan Ciparanje Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, Jatinangor, dengan ketinggian ± 780 m dpl, ordo tanah Inceptisol dengan tipe curah hujan C3 menurut Oldeman.

Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah benih hanjeli pulut aksesi 37 koleksi Laboratorium Produksi dan Pemultan Fakultas Pertanian UNPAD, pupuk kalium sebagai pupuk perlakuan, mikoriza carier zeolit dengan komposisi campuran genus glomus sp dan acaulospora sp asal Pusat Penelitian dan

(4)

1. Mahasiswa Program Magister Ilmu Pertanian UNPAD Page 4 2. Dosen Fakultas Pertanian UNPAD

3. Dosen Fakultas Pertanian UNPAD

Pengembangan (Puslitbang) Konservasi dan Rehabilitasi Bogor, fuchsin acid digunakan untuk mewarnai hifa mikoriza yang menginfeksi akar, dan H2SO4 (air accu) cap singa konsentrasi kepekatan 50%.

Percobaan dilakukan menggunakan Rancangan Acak Kelompok yang terdiri dari 9 perlakuan dengan 3 ulangan. Jarak tanam hanjeli adalah 80 cm x 40 cm. Setiap satuan percobaan terdiri dari 40 tanaman. Jumlah total tanaman adalah 1080 tanaman. Dua jenis perlakuan ini menghasilkan kombinasi pada Tabel 2. Tabel 2. Perlakuan Hanjeli Dengan Kombinasi Pupuk Kalium Dan Mikoriza

Mikoriza Pupuk Kalium

k0 k1 k2

m0 m0k0 m0k1 m0k2

m1 m1k0 m1k1 m1k2

m2 m2k0 m2k1 m2k2

Keterangan

m0 = MVA (0 g/ lubang tanam), k0 = Kalium (0 kg/ha) m1 = MVA (5 g/ lubang tanam), k1 = Kalium (100 kg/ha) m2 = MVA (10 g/ lubang tanam), k2 = Kalium (200 kg/ha)

Variabel respon yang diamati adalah panjang akar, volume akar, berat kering akar, jumlah malai per rumpun, jumlah srisip per rumpun, jumlah biji per rumpun, bobot biji per rumpun, bobot 100 biji, dan rendaman biji pecah kulit.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengamatan penunjang

Pengamatan penunjang dilakukan terhadap data curah hujan, suhu udara, kelembaban udara, kelembaban tanah, dan kadar air tanah.

Pengamatan berupa curah hujan, suhu udara, kelembaban udara, dan kelembaban tanah merupakan unsur iklim yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Curah hujan berhubungan dengan ketersediaan air bagi tanaman dan tanah. Tingginya curah hujan dapat menyebabkan kelebihan air dalam tanah dan dapat membatai jumlah oksigen serta dapat mengganggu pembungaan dan pengisian biji. Sebaliknya curah hujan yang rendah dapat menyebabkan ketersediaan air bagi tanaman menjadi terbatas.

Percobaan dilakukan dari bulan Januari 2014 sampai dengan Mei 2014, tingginya curah hujan sangat berpengaruh terhadap faktor iklim lainnya. Semakin tinggi curah hujan maka akan semakin tinggi juga kelembaban udara, kelembaban tanah, kadar air tanah, dan suhu udara menjadi rendah, begitu juga sebaliknya. Hal ini terlihat pada Tabel 3.

(5)

1. Mahasiswa Program Magister Ilmu Pertanian UNPAD Page 5 2. Dosen Fakultas Pertanian UNPAD

3. Dosen Fakultas Pertanian UNPAD

Tabel 3. Data Pengamatan Curah Hujan, Kelembaban Udara, Kelembaban Tanah Suhu Udara, dan Kadar Air Tanah Per Bulan.

Bulan Curah Hujan (mm/bulan) Kelembaban Udara (%) Kelembaban Tanah 0-20 cm (%) Suhu Udara (oC) Kadar Air Tanah (%) Januari 232 73.37 95 25.57 9.67 Febuari 128 70.67 91.11 25.95 8.76 Maret 538.5 76.28 96 26.18 9.45 April 357 73.91 96.67 25.84 9.55 Mei 111.5 69.97 88 26.14 8.59

Sumber Data Primer, 2014

Menurut Darmawan dan Baharsjah (2010) bahwa besarnya curah hujan mempengaruhi kadar air tanah, kelembaban udara, kelemban tanah, dan suhu udara. Keadaan ini diduga menjadi penyebab terhambatnya perkecambahan dan pertumbuhan tanaman hanjeli. Menurut (Grubben dan Patohardjono, 1996), bahwa suhu lingkungan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman hanjeli didaerah tropik berkisar 25-35oC. Diperkuat oleh Arora (1977), bahwa curah hujan tanaman hanjeli kisaran 61 - 429 mm/ha dan suhu tahunan rata-rata 9.6-27.8°C. Diperkuat oleh Arora (1977), bahwa curah hujan tanaman hanjeli kisaran 61 - 429 mm/ha dan suhu tahunan rata-rata 9.6-27.8°C.

Pengamatan Utama

 Pengamatan Infeksi Akar Mikoriza

Pengamatan infeksi akar mikoriza dilakukan di Laboratorium Kesuburan Tanah dan Nutrisi Tanaman Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaaran. Hasil dari Laboratorium dilanjutkan dengan analisa statistik dengan uji Duncan menunjukkan tidak memberikan pengaruh yang nyata (Tabel 4). Tabel 4. Rata-Rata Infeksi Akar Mikoriza Tanaman Hanjel Lahan Kering

Perlakuan Infeksi mikoriza (%)

m0k0 58.88 a m0k1 58.89 a m0k2 50.00 a m1k0 53.33 a m1k1 63.33 a m1k2 56.67 a m2k0 58.89 a m2k1 72.22 a m2k2 67.78 a

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama, tidak berbeda nyata menurut uji Duncan 5%.

Tabel 4 memperlihatkan tanpa mikoriza (0 g/ lubang tanam) dengan pemberian 5 g/ lubang tanam, dan 10 g/ lubang tanam menunjukkan persentase hasil infeksi mikoriza yang tidak berbeda jauh. Hal ini dikarenakan pada tanah tersebut sudah mengandung spora mikoriza. Hasil analisa Laboratorium

(6)

1. Mahasiswa Program Magister Ilmu Pertanian UNPAD Page 6 2. Dosen Fakultas Pertanian UNPAD

3. Dosen Fakultas Pertanian UNPAD

Mikrobiologi Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaaran menunjukkan bahwa spora indegenous yang terkandung pada lahan kering sebesar 1.86 g spora mikoriza dan pemberian aplikasi mikoriza genus glomus sp dan

acaulospora sp berbentuk zeolit yang dibeli di Puslitbang Konservasi dan

Rehabilitasi Bogor menghasilkan 4,96 g spora mikoriza.

Penggunaan mikoriza dapat meningkatkan kemampuan adaptasi tanaman terhadap lingkungan, baik dalam bentuk penyerapan air maupun penyerapan unsur hara, selain itu juga dapat memperbaiki absorbsi nutrisi bagi tanaman dan dapat mengurangi stres dari serangan patogen akar. Pemberian mikoriza dapat meningkatkan penyerapan hara secara efektif (Widiastuti dkk., 2003). Tanaman yang bermikoriza lebih kompotitif dan toleran pada keadaan lingkungan yang kurang menguntungkan, jika dibandingkan dengan tanaman yang tidak bermikoriza.

Faktor lingkungan sangat berpengaruh terhadap perkecambahan spora mikoriza. Kondisi lingkungan yang cocok untuk perkecambahan biji dan pertumbuhan akar tanaman biasanya juga cocok untuk perkecambahan spora mikoriza. Mikoriza memiliki ketahanan cukup baik pada lingkungan fisik yang ekstrim. Mikoriza tidak hanya berkembang pada tanah berdrainase baik, tapi juga pada lahan tergenang seperti pada lahan sawah (Solaiman and Hirata, 1995). Bahkan pada lingkungan yang sangat miskin hara atau lingkungan yang tercemar limbah berbahaya (Aggangan et al, 1998).

 Pengamatan Akar Hanjeli

Pengamatan akar hanjeli dilakukan dengan mengumpulkan data panjang akar, volume akar dan bobot kering akar. Berdasarkan hasil uji duncan menunjukkan kombinasi mikoriza dan pupuk kalium tidak berbeda nyata terhadap panjang akar dan volume akar, tetapi berbeda nyata terhadap bobot kering akar (Tabel 5, 6, dan 7).

Tabel 5 Rata-rata Panjang Akar (cm) Terhadap Pemberian Mikoriza Dan Kalium Pada Tanaman Hanjeli

Perlakuan 5 MST 9 MST 13 MST 17 MST m0k0 10.97 a 26.17 a 3467 a 33.00 a m0k1 11.40 a 27.17 a 32.00 a 37.67 a m0k2 9.90 a 21.83 a 34.00 a 39.67 a m1k0 14.80 a 21.00 a 38.33 a 31.17 a m1k1 12.47 a 29.67 a 40.67 a 38.67 a m1k2 10.73 a 19.33 a 37.33 a 33.00 a m2k0 12.57 a 24.83 a 34.67 a 37.90 a m2k1 12.03 a 28.83 a 37.67 a 44.33 a m2k2 17.97 a 29.33 a 46.33 a 46.80 a

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama, tidak berbeda nyata menurut uji Duncan 5%.

(7)

1. Mahasiswa Program Magister Ilmu Pertanian UNPAD Page 7 2. Dosen Fakultas Pertanian UNPAD

3. Dosen Fakultas Pertanian UNPAD

Tabel 6 Rata-rata Volume Akar (ml) Terhadap Pemberian Mikoriza Dan Kalium Pada Tanaman Hanjeli

Perlakuan 5 MST 9 MST 13 MST 17 MST m0k0 2.00 a 11.00 a 83.33 a 126.67 a m0k1 2.00 a 13.33 a 130.00 a 260.00 a m0k2 1.33 a 13.33 a 73.33 a 233.33 a m1k0 2.33 a 11.00 a 103.33 a 173.33 a m1k1 2.00 a 8.67 a 86.67 a 213.33 a m1k2 1.67 a 10.33 a 136.67 a 226,67 a m2k0 2.00 a 13.00 a 143.33 a 206.67 a m2k1 2.00 a 13.67 a 133.33 a 266.67 a m2k2 2.67 a 14.33 a 150.00 a 306.67 a

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama, tidak berbeda nyata menurut uji Duncan 5%.

Tabel 7 Rata-rata Berat Kering Akar Terhadap Pemberian Mikoriza Dan Kalium Pada Tanaman Hanjeli

Perlakuan 5 MST 9 MST 13 MST 17 MST m0k0 0.36 a 1.43 a 26.40 a 58.43 a m0k1 0.42 a 2.07 ab 37.83 ab 172.47 ab m0k2 0.52 a 2,23 ab 34.90 ab 116.80 a m1k0 0.46 a 1.43 a 37.47 ab 95.93 a m1k1 0.34 a 1,60 ab 32.30 ab 142.20 ab m1k2 0.41 a 2.27 ab 49.63 b 219.27 b m2k0 0.51 a 2.77 b 51.67 b 167.97 ab m2k1 0.54 a 2.37 ab 51.97 b 219.83 b m2k2 0.84 b 2.73 b 55.27 b 260.33 b

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama, tidak berbeda nyata menurut uji Duncan 5%.

Bobot kering akar didapatkan dari hasil akar yang dioven 80oC hingga mencapai keadaan bobot kering akar stabil. Hasil perhitungan bobot kering akar akan berbanding lurus dengan panjang akar dan volume akar. Semakin tinggi nilai panjang akar dan volume akar maka akan semakin tinggi nilai bobot kering akar dan semakin rendah nilai panjang akar dan volume akar maka akan semakin rendah nilai bobot kering akar (Tabel 5, 6, dan 7) meskipun tidak berbeda nyata.

Perlakuan m2k2 memberikan bobot kering akar yang berbeda nyata. Hal ini disebabkan karena akar hanjeli yang telah terinfeksi oleh mikoriza akan membuat akan membuat panjang akar menjadi lebih panjang dan volume akar akan membuat lebih berat dengan demikian maka bobot kering akar akan meningkat, peningkatannya sebesar 6-35%. Diperkuat oleh Susilowati (1999), bahwa pemberian mikoriza 10 g /lubang tanam pada tanaman jagung bobot kering akar meningkatkan sebesar 25-35% jika dibanding tanpa menggunakan mikoriza.

(8)

1. Mahasiswa Program Magister Ilmu Pertanian UNPAD Page 8 2. Dosen Fakultas Pertanian UNPAD

3. Dosen Fakultas Pertanian UNPAD

 Pengamatan Komponen Hasil Tanaman Hanjeli

Pengamatan komponen hasil hanjeli dilakukan dengan mengumpulkan data jumlah malai per rumpun, jumlah srisip per rumpun, jumlah biji per rumpun, bobot biji per rumpun, bobot 100 biji, dan rendaman biji pecah kulit. Berdasarkan hasil uji Duncan perlakuan kombinasi pupuk kalium dan mikoriza tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah malai per rumpun, jumlah srisip per rumpun, jumlah biji per rumpun (Tabel 8) dan bobot biji per rumpun, bobot 100 biji, rendaman biji pecah kulit (Tabel 9).

Tabel 8 Rata-rata Jumlah Malai Per Rumpun, Jumlah Srisip Per Rumpun, Dan Jumlah Biji Per Rumpun Terhadap Pemberian Mikoriza Dan Kalium Pada Tanaman Hanjeli

Perlakuan Jumlah Malai Per

Rumpun (buah)

Jumlah Srisip Per Rumpun (buah)

Jumlah Biji Per Rumpun (biji) m0k0 716.78 a 142.00 a 1499.22 a m0k1 625.00 a 101.56 a 1593.67 a m0k2 620.89 a 122.33 a 1608.67 a m1k0 604.22 a 108.56 a 1647.67 a m1k1 685.67 a 127.11 a 1959.89 a m1k2 615.33 a 118.67 a 1504.33 a m2k0 671.44 a 110.89 a 1586.78 a m2k1 715.11 a 132.56 a 1985.00 a m2k2 681.11 a 135.78 a 2477.33 a

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama, tidak berbeda nyata menurut uji Duncan 5%.

Selama fase vegatatif banyaknya jumlah anakan hanjeli yang tumbuh tidak menjamin semua anakan tersebut memproduksi malai. Produksi malai sangat dipengaruhi oleh penyerapan unsur hara. Pemberian perlakuan kombinasi mikoriza dan kalium akan memperluas akar untuk menyerap unsur hara semakin banyak unsur hara yang terserap oleh akar semakin subur tanaman. Salah satu contoh tanaman tumbuh subur yaitu banyaknya anakan yang tumbuh. Semakin banyak anakan yang tumbuh akan semakin banyak juga srisip dan malai yang tumbuh. Srisip dan malai terbentuk karena kelebihan hasil fotosintesis. Sedangkan jumlah biji berbanding lurus dengan jumlah malai dan jumlah srisip yang tumbuh. Semakin tinggi jumlah malai dan jumlah srisip yang tumbuh maka semakin banyak jumlah biji yang dihasilkan.

Keadaan lingkungan merupakan faktor lain yang membuat komponen hasil hanjeli menjadi tidak berbeda nyata. Penanaman pada musim hujan dengan curah hujan yang tinggi (Tabel 3) membuat kelembaban tanah dan kadar air tanah menjadi tinggi sehingga pertumbuhan akar hanjeli tumbuhnya terhambat yang dapat menyebabkan terganggunya proses penyerapan unsur hara. Unsur hara yang diserap oleh akar akan dialirkan ke daun dan digunakan sebagai bahan baku dalam fotosintesis. Hasil fotosintesis kemudian dialirkan ke seluruh bagian tanaman.

(9)

1. Mahasiswa Program Magister Ilmu Pertanian UNPAD Page 9 2. Dosen Fakultas Pertanian UNPAD

3. Dosen Fakultas Pertanian UNPAD

Tanaman hanjeli yang kelebihan hasil fotosintesis akan membentuk malai dan srisip. Apabila ada kelebihan hasil fotosintat akan disimpan pada biji. Dengan demikian akan menghasil jumlah malai, jumlah srisip dan jumlah biji yang seragam.

Tabel 9 Rata-rata Bobot Biji Per Rumpun, Bobot 100 Butir Dan Rendaman Biji Pecah Kulit Terhadap Pemberian Mikoriza Dan Kalium Pada Tanaman Hanjeli

Perlakuan Bobot Biji Per

Rumpun (g) Bobot 100 Butir (g) Rendaman Biji Pecah Kulit (%) m0k0 211.67 a 9.56 a 56.90 a m0k1 225.00 a 9.27 a 54.55 a m0k2 194.44 a 9.47 a 54.96 a m1k0 233.33 a 9.43 a 51.36 a m1k1 230.56 a 9.63 a 52.16 a m1k2 202.22 a 9.38 a 50.06 a m2k0 226,111 a 9.57 a 43.02 a m2k1 242.22 a 9.86 a 48.26 a m2k2 247.22 a 9.06 a 54.10 a

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama, tidak berbeda nyata menurut uji Duncan 5%.

Hasil rata-rata panen bobot biji per rumpun yang tertinggi pada perlakuan m2k2 sebesar 247.22 g, meskipun tidak berbeda nyata. Hal disebabkan tidak terjadinya pengaruh kombinasi mikoriza dan kalium terhadap bobot biji per rumpun. Hasil rendaman biji pecah kulit tidak berbeda nyata dan termasuk cukup tinggi dalam kehilangan hasil. Hal ini disebabkan banyaknya biji hampa. Kehampaan biji terjadi karena tingginya curah hujan (Tabel 3) selama penelitian. Tingginya curah hujan akan membuat kelembaban tanah dan kadar air cukup tinggi (Tabel 3) dan akan berdampak pada terganggunya akar dalam proses penyerapan unsur hara, dengan demikian aliran unsur hara menuju daun yang digunakan sebagai bahan baku fotosintesis akan menjadi berkurang dan hasil fotosintesis yang disimpan pada biji akan menjadi berkurang sehingga biji yang dihasilkan banyak yang hampa

(10)

1. Mahasiswa Program Magister Ilmu Pertanian UNPAD Page 10 2. Dosen Fakultas Pertanian UNPAD

3. Dosen Fakultas Pertanian UNPAD

KESIMPULAN dan SARAN Kesimpulan

1. Pemberian kombinasi mikoriza dan pupuk kalium tidak berpangaruh nyata terhadap seluruh aspek pengamatan, kecuali pada bobot kering akar.

2. Hasil bobot kering akar berbeda nyata pada perlakuan 10 g mikoriza /lubang tanam + 200kg kalium /ha dan meningkatkan bobot kering akar sebesar 15%.

Saran

Untuk mendapatkan hasil optimal dalam pemberian mikoriza dalam meningkatkan produktivitas akar dan komponen hasil hanjeli seharusnya penanaman hingga panen dilakukan pada musim kemarau dengan kadar curah hujan rendah.

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih disampaikan kepada Prof. Dr. Ir. Hj. Tati Nurmala. sebagai ketua tim pembimbing dan Dr. Ir. Abraham Suriadikusumah, DAA sebagai anggota tim pembimbing atas dukungan finansial dan penulisan penelitian serta semua pihak yang telah membantu penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Ashari, S. 1995. Hortikultura Aspek Budidaya. UI-Press, Jakarta.

Aggangan, N.S. B.Dell and N. Malajczuk, 1998. Effects of chromium and nickel

on growth of the ectomycorrizal fungus Pisolithus and formation of ectomycorrizas on Eucalyptus urophylla S.T. Blake. Geoderma 84 :

15-27.

Arora, R. K. 1977. Job’s-Tears (Coix lacryma-jobi) - A Minor Food and Fodder Crop of Northeastern India. Economic Botany 31 (3) : 358-366. Buckman, H.O. dan N.C. Brandy. 1992. Ilmu Tanah. Brata Karya Aksara. Jakarta Darmawan, J. dan Baharsjah J.S. 2010. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta

: SITC.

Grubben, G.J.H. and Partohardjono S. (Eds.) 1996. Plant Resources Of

South-East Asia No 10 Cereals . Prosea. Bogor.

(11)

1. Mahasiswa Program Magister Ilmu Pertanian UNPAD Page 11 2. Dosen Fakultas Pertanian UNPAD

3. Dosen Fakultas Pertanian UNPAD

Nurmala, T. dan Irwan, A.W. 2007. Pangan Alternatif Berbasis Serelia Minor. Penerbit Giratuna. Bandung.

Simarmata, T. 2004. Pemanfaatan Pupuk Hayati CMA dan Kombinasi Pupuk

Organik dengan Biostimulan Untuk Meningkatkan Kolonisasi Mikofer, Serapan Hara P dan Hasil Tanaman Kedelai Pada Ultisol.

Jurnal Agroland, 11(3): 213-218.

Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Solaiman, M.Z., and H. Hirata, 1995. Effect of indigenous arbuscular mycorrhizal

fungi in paddy fields on rice growth and NPK nutrition under different water regimes. Soil Sci. Plant Nutr., 41 (3) : 505-514.

Suryana, A. 2008. Kebijakan dan Kendala Pengembangan Sumberdaya Pangan.

Di dalam: Akuntansi Sumberdaya Alam: Pangan, Energi dan Air.

Prosididng Seminar Nasional, Jakarta, 10 Desember. Jakarta. Badan Ketahanan Pangan. Departemen Pertanian.

Susilowati. D. 1999. Studi Aplikasi Mikoriza Vasikular Arbuskular (MVA) Dan

Pengendalian Gulma Pada Beberapa Penyiapan Lahan Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Jagung ( Zea mays L). Tesis. Pascasarjana

Institut Pertanian Bogor. Bogor. Tidak dipublikasi

Widiastuti, L. Happy, K. Darusman, E. Guhardja, N. Sukarno, D. H. Goenadi, dan S. Smith. 2003. Arsitektur Akar Kelapa Sawait Yang Diinokulasi

Beberapa Fungi Mikoriza Arbuskula. Menara Perkebunan 2003, 71

Gambar

Tabel 1. Komposisi kimia hanjeli dan serelia lainnya
Tabel  3.  Data  Pengamatan  Curah  Hujan,  Kelembaban  Udara,  Kelembaban  Tanah Suhu Udara, dan Kadar Air Tanah Per Bulan
Tabel 5 Rata-rata Panjang Akar (cm) Terhadap Pemberian Mikoriza Dan Kalium  Pada Tanaman Hanjeli
Tabel 7 Rata-rata Berat  Kering Akar Terhadap Pemberian Mikoriza Dan Kalium  Pada Tanaman Hanjeli
+3

Referensi

Dokumen terkait

Berikut merupakan contoh kemudahan yang disediakan oleh kerajaan untuk penduduk luar bandar, kecuali. A perpustakaan bergerak B klinik kesihatan C kompleks beli-belah D

sedangkan pada fase baseline kedua (A2) lebih rendah yaitu 0 dibandingkan dengan fase perlakuan (B) yaitu 0,25 dengan penurunan sebesar 0,25.Sehingga dapat

Beberapa parameter yang umum digunakan adalah frekuensi angkatan, jarak vertikal angkatan, titik awal angkatan, posisi angkatan (simetri dan tidak simetri), ukuran barang

Dari hasil analisis statistik ANAVA tunggal tentang aplikasi bakteri endofit dalam meningkatkan kadar klorofil daun tanaman kentang (Solanum tuberosum), diperoleh

Dari data tersebut yang merupakan kebijakan pemerintah Raffles di Indonesia adalah ... Pernyataan berikut yang merupakan ciri dari negara maju adalah ... Sumber daya manusia rendah

Sebelum pengesahan, terlebih dahulu dilakukan perubahan atas Piagam Jakarta atau Rancangan Mukadimah Hukum Dasar (RMHD) dan Rancangan Hukum Dasar (RHD). Pengesahan

Dari kelima bahan tersebut tembaga merupakan penghantar yang paling banyak digunakan karena mempunyai daya hantar Pada keadaan gelap tanpa cahaya sama sekali, LDR memiliki

Rekapitulasi dimaksudkan untuk mengetahui perbandingan kemampuan membaca permulaan anak disleksia sebelum dan sesudah diberikan perlakuan (treatment) menggunakan