By:
Dwi Jingga Dharma Kusuma (2709100050)
Konsumsi Minyak Bumi di Indonesia yang sangat besar. (61,472 juta KL untuk BBM pada tahun 2011) Adanya program pemerintah untuk pemanfaatan lebih terhadap gas alam yaitu “Konversi Minyak
Tanah ke LPG”.
Penggunaan LPG yang lebih rentan
bahaya dibandingkan minyak alam. Dibutuhkan alat yang mampu mendeteksi kebocoran gas LPG.
Sumber: Ditjen Migas KL: Kilo Liter
SBM: Setara Barel Minyak
Bagaimana pengaruh variasi temperatur post
hydrothermal terhadap struktur material WO3 dan sensitivitas sensor terhadap gas LPG?
Bagaimana pengaruh temperatur operasi sensor dan konsentrasi gas LPG terhadap sensitivitas sensor gas LPG dari material WO3 yang disintesa dengan metode sol gel dan post hydrothermal?
Prekursor yang digunakan adalah Tungsten
Hexaclorida (WCl
6), etanol absolute dan
NH
4OH.
Metode pembuatan material tungsten trioksida
(WO
3) menggunakan metode sol gel.
Material WO
3diuji sensitivitasnya terhadap
gas Liquified Petroleum Gas (LPG).
Temperatur, tekanan, waktu pemanasan dan
kelembaban udara di dalam furnace dianggap
konstan.
Gas LPG yang digunakan adalah gas LPG
Menganalisa pengaruh variasi temperatur post hydothermal terhadap struktur dan sensitivitas sensor terhadap gas LPG.
Menganalisa pengaruh temperatur operasi sensor dan konsentrasi gas LPG terhadap sensitivitas
Memberikan data dan analisa sebagai dasar untuk mengembangkan produk inovasi material WO3
sebagai sensor gas LPG yang murah dan mudah dalam proses pembuatannya.
Memberikan konstribusi nyata terhadap
keselamatan masyarakat melalui penanggulangan dampak buruk gas LPG.
Tungsten trioksida adalah senyawa kimia yang
mengandung oksigen dan logam transisi tungsten.
Tungsten trioksida memiliki kerapatan 7,2 g/cm-3 .
Temperatur melting 1427 oC
Tidak larut dalam air, sedikit larut dalam asam.
Merupakan semikonduktor
dengan celah pita sebesar 2.6-2.8 eV.
Struktur Kristal
Adalah salah satu cara yang sederhana dan
mudah dalam pembuatan semi konduktor.
Metode ini memungkinkan kita untuk merancang
materi yang diinginkan pada temperatur rendah.
Merupakan salah satu
“wet method” karena pada prosesnya melibatkan
larutan sebagai medianya
Reaksi sol-gel pembentukan WO3 dari prekursor WCl6
Dilakukan dengan container(1) di mana di
dalamnya terdapat sebuah tabung yang terbuat dari Teflon(2).
Proses ini mengharapkan adanya tekanan dari uap air sebagai suatu agen promosi reaksi
kristalisasi fasa.
LPG adalah salah satu gas hidrokarbon
Menguap pada tekanan dan temperatur kamar, namun dapat dicairkan dengan dikompresi.
Kandungan utama: propana dan butana.
Mengandung propylena, butilena, etana, etilena, pentana dan butadiena namun dalam jumlah kecil.
LPG tidak berwarna dan tidak berbau, namun biasanya ditambahkan dengan zat yang disebut etil merkaptan untuk memberikan bau.
Komposisi dan Informasi gas LPG
Boilling Point -42 hingga 0°C.
Flash Point -104 hingga -60°C.
Vapour Pressure (pada 40°C) 520-1530 kPa.
Flammability limits 1.5% hingga 9.6% dalam
udara.
Solubility dalam air(20°C) <200 ppm.
Auto ignition Temperature 494°C hingga 600°C.
Specific Gravity Liquid 0.51-0.58 (water = 1).
Adalah alat yang berfungsi mengubah besaran fisik
menjadi besaran listrik yang proposional.
Untuk mengubah variasi mekanis, magnetis, panas, sinar dan kimia menjadi tegangan dan arus listrik.
Mekanisme sensor LPG
didasarkan pada perubahan resistansi dari material
Perubahan resistansi ditentukan oleh jenis LPG dan jumlah chemisorbed oksigen pada
permukaan.
Ketika material sensor kontak dengan udara, material sensor menyerap oksigen dari udara sekitarnya.
Oksigen yang teradsorbsi pada material sensor bertindak sebagai penerima electron yang akan menghasilkan lapisan tipis pada permukaan.
Karena adanya interaksi antara Oksigen yang teradsorpsi dengan elektron, menyebabkan
menurunnya jumlah elektron sehingga resistansi meningkat.
Berdasarkan pada prinsip Fisisorpsi dan Chemisorpsi.
Konduktifitas sensor akan berubah dengan adanya perpindahan elektron.
Perubahan konduktifitas dikarenakan adanya
perubahan atau
perpindahan
elektron-elektron valensi pada atom-atom lapisan sensor.
Perpindahan elektron diakibatkan pengaruh thermal.
O
2(gas)
↔ O
2(adsorbed)
O
2(adsorbed) + e-
↔ O
2-
O
2-+ e-
↔ 2O
- Agung(2013) menyatakan Proses post-hidrotermal menghasilkan ukuran kristal yang semakin besar seiring dengan kenaikan temperatur pamanasan.
Besarnya surface area juga mempengaruhi tingkat sensitivitas sensor dimana semakin luas surface area berbanding lurus dengan peningkatan
sensitivitas sensor.
Peningkatan sensitivitas seiring peningkatan
temperatur operasi dari 30o C hingga 100o C dan konsentrasi gas dengan variasi temperatur post hydrothermal 160o C, 180o C, dan 200o C.
Hasil Pengujian Sensitivitas Sensor gas dengan konsentrasi gas 500 ppm
Tungsten heksaklorida (WCl6).
Ammonium hidroksida (NH4OH).
Perak Nitrat (AgNO3).
Air suling/aquades (H2O).
Surfactant (Triton X-100).
Hot plate with magnetic stirrer Neraca Analitik Beaker Glass Tabung ukur Pipet Pengaduk Furnace Alat Kompaksi
Alat Post Hydrothermal
Centrifuge Tube
Potensiostat
Start
Tungsten (IV) Klorida (7gr) + Ethanol (100gr) + NH4OH (10ml)
Stirring 1000 rpm (T = 0o C, t = 24 jam ) Pencucian dengan Aquades
Uji AgNO3
Ion Cl- masih Ada
Ya
Centrifuge 2000 rpm, 60 menit
Tidak
Peptisasi dengan NH4OH + 50
µL Surfactant ( Triton X-100 ) Terbentuk gel Tungsten Oxide
A A Post Hydrothermal (160,180,200 oC, t = 12 jam)) Uji Luas Permukaan Aktif (BET Test) Proses Hidrolik (Carver) P= 150 bar Annealing T=300o C, t=1jam
Uji SEM Uji XRD Uji Sensitifitas Analisis Data dan Pembahasan Kesimpulan End
Pengujian sensitifitas sensor menggunakan
Electrical Measuring Instrument (potensiostat).
Pengukuran sensitivitas berdasarkan pada
perubahan resistansi material sensor.
S=(R
g-R
o)/R
o
S
= Sensitifitas
R
o= Resistansi pada udara
1.
Tabung Gas LPG
2.Chamber
3.Vacuum Pump
4.Thermocontroller
5.Mass Flow
Controller
6.Electrical
Measuring
Instrument
4 2 3 5 1 6
Pelet tungsten trioksida
yang dibuat memiliki
penampakan:
Diameter 14 mm.
Ketebalan 3-5 mm.
Berwarna abu- abu
kehijauan.
Temperatur 1600C (µm) 1800 C(µm) 2000C(µm)
Ukuran 0.2623 – 1.554 0.3205 – 1.659 0.5864 – 1.953
(a)
(b)
(c)
Perbandingan hasil SEM sampel tunsten troksida sebelum terpapar gas LPG dengan perbesaran 20000x untuk variasi temperatur post hydrothermal a) 1600C, b) 1800C, dan c) 2000C oMorfologi sampel perlakuan post hydrothermal 1600C
opersebaran yang tidak merata
oPartikel berupa agregat.
oMorfologi sampel perlakuan post hydrothermal 1800C oPersebaran partikel tidak merata.
oPartikel berupa agregat. oAdanya aglomerasi.
oMorfologi sampel perlakuan post hydrothermal 2000C
oPersebaran partikel tidak merata oPartikel berupa agregat.
(a)
(b)
(c)
oSecara keseluruhan pada morfologi permukaan sampel, didapatkan adanya pertambahan ukuran partikel.
oPada sampel 1800C dan 2000C didapatkan adanya
aglomerasi.
oDikarenakan adanya pertambahan ukuran kristal
pengaruh dari proses pemaparan gas.
Perbandingan hasil SEM sampel tunsten troksida setelah terpapar gas LPG dengan perbesaran 10000x untuk variasi temperatur post hydrothermal a) 1600C, b) 1800C, dan c) 2000C
Temperatur (0C) λ (Ǻ) B(rad) θ ( o) D (Å) 160 1,54060 0.003991 11.532 679.8666 180 1,54060 0.001846 11.55015 1426.749 200 1,54060 0.001166 11.7212 1791.7
Hasil perbandingan grafik XRD tiap temperatur post hydrothermal dan ukuran kristal sebelum terpapar gas LPG
oSemakin tinggi perlakuan post
hydrothermal berbanding lurus dengan pertambahan ukuran kristal.
oSemakin tinggi perlakuan post
hydrothermal menyebabkan sampel semakin kristalin, ditunjukkan dengan meningkatnya intensitas
Temperatur (0C) λ (Ǻ) B(rad) θ ( o) D (Å) 160 1,54060 0.002164 11.5885 1146.872 180 1,54060 0.001947 11.5054 1458.962 200 1,54060 0.000771 11.8144 2460.996
Hasil perbandingan grafik XRD tiap temperatur post hydrothermal dan ukuran kristal setelah terpapar gas LPG.
oSampel yang telah terpapar gas, sebagian peak menunjukkan
peningkatan intensitas.
oTidak terdapat perubahan fasa.
Perbandingan
hasil pengujian
XRD sebelum dan
sesudah terpapar
gas LPG untuk
temperatur Post
hydrothermal
160
0C.
Perbandingan
hasil pengujian
XRD sebelum dan
sesudah terpapar
gas LPG untuk
temperatur Post
hydrothermal
180
0C.
Perbandingan
hasil pengujian
XRD sebelum dan
sesudah terpapar
gas LPG untuk
temperatur Post
hydrothermal
200
0C.
Temperatur 1600C 1800C 2000C
BET Surface
Area (m2/g) 34,758 23,459 12,766
Nilai luasan permukaan aktif serbuk WO3 untuk setiap variasi temperatur post
hydrothermal
oSemakin tinggi perlakuan post
hydrothermal menyebabkan luas permukaan aktif sampel menurun.
Hasil pengujian sensitivitas sensor Berdasarkan
konsentrasi gas LPG untuk setiap variasi temperatur post hydrothermal a) 1600C, b) 1800C, dan c) 2000C. (a) (b) (c)
oTerdapat adanya perubahan sensitivitas akibat
dari pengaruh konsentrasi gas.
oSensitivitas meningkat seiring dengan peningkatan konsentrasi gas.
oDikarenakan semakin banyak gas LPG yang bereaksi dengan material sensor
Sensitivitas material sensor berubah akibat
dari perubahan temperatur operasi yang
digunakan ketika material merespon gas
uji.
Peningkatan sensitivitas berbanding lurus
dengan peningkatan temperatur operasi.
Diakibatkan semakin besar energi thermal
yang diberikan, menyebabkan semakin
banyak elektron yang berpindah dari pita
valensi ke pita konduktif.
Grafik respon dinamis untuk sensor dengan perlakuan temperatur post hydrothermal
1600C, dan temperatur
Temperatur Post Hydrothermal (0C) Temperatur Operasi (0C) Konsentrasi Gas LPG (PPM) Rg (Ω) R0(Ω) S ((Rg-R0)/R0) 160 30 10 16566074 8176520.56 1.02605428 50 20309673 8176520.56 1.483901696 100 39543697 8176520.56 3.836249926 150 50120097 8176520.56 5.129758523 200 57427955 8176520.56 6.023519876 50 10 33304073 10866187.04 2.064927276 50 37183494 10866187.04 2.421945006 100 61366362 10866187.04 4.64746051 150 73310372 10866187.04 5.746651069 200 81874272 10866187.04 6.534774794 100 10 46451136 13995664.26 2.318966125 50 56232790 13995664.26 3.017872198 100 89770182 13995664.26 5.414142317 150 96669789 13995664.26 5.907124065 200 114149581.37 13995664.26 7.156067426
Temperatur Post Hydrothermal (0C) Temperatur Operasi (0C) Konsentrasi Gas LPG (PPM) Rg (Ω) R0(Ω) S ((Rg-R0)/R0) 180 30 10 15093316.12 8028298.18 0.880014392 50 19528923.08 8028298.18 1.432510931 100 24008446.49 8028298.18 1.990477677 150 48275554.89 8028298.18 5.013174126 200 56091878.31 8028298.18 5.986770677 50 10 23271720.62 10210820.87 1.279123385 50 26489674.03 10210820.87 1.594274679 100 57193882.71 10210820.87 4.601301153 150 63196771.13 10210820.87 5.189195946 200 74083613.48 10210820.87 6.255402325 100 10 36190194.94 13281559.91 1.724845213 50 45149213.03 13281559.91 2.399390835 100 79197019.63 13281559.91 4.962930572 150 87704689.2 13281559.91 5.603493098 200 99006964.08 13281559.91 6.454468056
Temperatur Post Hydrothermal (0C) Temperatur Operasi (0C) Konsentrasi Gas LPG (PPM) Rg (Ω) R0(Ω) S ((Rg-R0)/R0) 200 30 10 14358215.26 7670648.51 0.871838508 50 14717347.76 7670648.51 0.918657561 100 19830526.77 7670648.51 1.585247746 150 24127308.61 7670648.51 2.145406621 200 48399236.91 7670648.51 5.309666888 50 10 19328383.61 8523609.33 1.267628989 50 20708513.75 8523609.33 1.429547501 100 47098355.99 8523609.33 4.525635229 150 51692545.69 8523609.33 5.064631037 200 57507727.43 8523609.33 5.746875086 100 10 35443913.42 13082501.77 1.709261122 50 37778779.22 13082501.77 1.887733545 100 77955159.07 13082501.77 4.958734838 150 80931676.56 13082501.77 5.186253821 200 90642235.04 13082501.77 5.928509289
Material tungsten trioksida (WO3) dapat diperoleh dengan proses sol-gel dan post hydrothermal dengan prekursor WCl6, etaol, dan NH4OH.
. Dari hasil pengujian XRD material WO3 hasil post hydrothermal dengan variasi temperature 1600C, 1800C, dan 2000C didapatkan
material WO3 yang bersesuaian dengan JCPDF nomor 75-7072, dengan struktur kristal monoklinik.
. Pada hasil pengujian BET, nilai luas permukaan aktif tertinggi didapatkan pada material WO3 dengan perlakuan post
hydrothermal 1600C.
Berdasarkan hasil pengujian SEM terlihat pada penampakan
morfologi WO3 yang diberi perlakuan post hydrothermal 1800C dan
SENSITIVITAS LUAS PERMUKAAN AKTIF UKURAN KRISTAL UKURAN PARTIKEL
KONSENTRASI GAS SENSITIVITAS
SENSITIVITAS TEMPERATUR
Penambahan doping untuk meningkatkan
nilai sensitivitas.
Penggunaan gas uji selain CO dan LPG
untuk dapat mengetahui respon material
WO
3terhadap beberapa gas.
Penambahan variasi pengaruh waktu
pemaparan gas uji.