PENGEMBANGAN
PRIORITAS
Direktorat Jenderal Industri
Kementerian Perindustrian
PENGEMBANGAN INDUSTRI
PRIORITAS AGRO
Direktorat Jenderal Industri Agro
Kementerian Perindustrian
DAFTAR ISI
I. LATAR BELAKANGII. KINERJA INDUSTRI AGRO III. INDUSTRI PRIORITAS AGRO
A. Industri Berdaya Saing Kuat
1. Industri Berbasis Minyak Sawit 2. Industri Berbasis Karet
3. Industri Berbasis Rumput Laut 4. Industri Berbasis Pulp & Kertas B. Industri Berdaya Saing Moderat
5. Industri Pengolahan Kayu dan Rotan 6. Industri Pengolahan Kopi
7. Industri Pengolahan Teh 7. Industri Pengolahan Teh 8. Industri Pengolahan Kakao 9. Industri Pengolahan Ikan C. Industri Penunjang Pangan
10. Industri Gula Berbasis Tebu 11. Industri Tepung Terigu 12. Industri Pakan Ternak 13. Industri Pengolahan Susu 14. Industri Pengolahan Buah D. Industri Yang Dikendalikan
15.Industri Hasil Tembakau 16.Industri Minuman Beralkohol IV. PENUTUP
DAFTAR ISI
3 6 14 15 16 23 28 34 42 43 52 58 58 64 72 78 79 97 103 109 115 121 122 129 1343 3
1. Industri Agro merupakan industri andalan masa yang cukup potensial yang berasal dari sektor perkebunan dan kehutanan, dengan produksi tahun
Kakao Rumput Laut (Kering) Kelapa CPO & CPKO
(31 juta ton) No.1 di Dunia Lada (88 ribu ton) No.3 Di Dunia Pulp (6,2 juta ton) No.9 di Dunia
LATAR BELAKANG
2. Di samping itu, industri agro juga membutuhkan
dalam negeri atau tersedia namun jumlah tidak memenuhi, Kakao
(450 ribu ton) No.3 di Dunia
Rumput Laut (Kering) (237 Ribu ton) No.1 di Dunia Kelapa (3,3 Juta Ton) No. 1 Di Dunia (738 No. Jagung (16,72 Juta Ton) Impor (3,2 Juta Ton) Kedelai (2,67 juta Ton) Impor (2,16 Juta Ton) Kertas Bekas (6,5 Juta Ton) Impor (3,5 Juta Ton)
masa depan, karena didukung oleh sumber daya alam sektor pertanian, perikanan/kelautan, peternakan, tahun 2014 sebagai berikut :
Kopi Ikan dan Udang Teh Ubi Kayu
Kertas (10,9 juta ton) No. 6 di Dunia Karet (3,23 Juta Ton) No.2 di Dunia Rotan (143 ribu Ton) No.1 Di Dunia
LATAR BELAKANG
membutuhkan bahan baku impor, yaitu yang tidak tersedia di memenuhi, dengan kebutuhan total tahun 2014:
Kopi 38 Ribu Ton) No. 4 di Dunia
Ikan dan Udang (10,5 Juta Ton) No. 2 di Dunia Teh (147,7 ribu Ton) No.7 di Dunia Ubi Kayu (24 Juta Ton) Daging (594 ribu Ton) Impor (69 ribu Ton) Gula (5,88 Juta Ton) Impor (2,86 Juta Ton) Beras (30,13 juta Ton) Impor (537 ribu Ton)
LATAR BELAKANG (lanjutan)
3. Pemanfaatan SDA sebagai bahan baku
berganda yang luas, seperti : 1). penguatan
nilai
tambah,
3).
pertumbuhan
pengembangan wilayah industri, 5)
lapangan kerja, 7). penghematan devisa,
penerimaan pajak bagi pemerintah.
4. Potensi yang besar didukung pula oleh
jumlah penduduk 252 juta orang, jumlah
juta orang dengan 42% hidup di perkotaan
US$ 3.200, yang merupakan potensi tenaga
LATAR BELAKANG (lanjutan)
baku industri agro akan mempunyai efek
penguatan struktur industri, 2). Peningkatan
sub
sektor
ekonomi
lainnya,
4).
). proses alih teknologi, 6). perluasan
devisa, 8). perolehan devisa, 9). peningkatan
5 5
oleh bonus demografi Indonesia, dengan
jumlah masyarakat kelas menengah + 45
perkotaan dan pendapatan per kapita +
A. PERTUMBUHAN INDUSTRI PENGOLAHAN NON
MENURUT CABANG
No LAPANGAN USAHA
2 Industri Makanan dan Minuman 3 Industri Pengolahan Tembakau 4 Industri Tekstil dan Pakaian Jadi
5 Industri Kulit, Barang dari Kulit dan Alas Kaki
6 Industri Kayu, Barang dari Kayu dan Gabus dan Barang Anyaman dari Bambu, Rotan dan Sejenisnya
7 Industri Kertas dan Barang dari Kertas; Percetakan dan Reproduksi Media Rekaman
8 Industri Kimia, Farmasi dan Obat Tradisional 9 Industri Karet, Barang dari Karet dan Plastik 9 Industri Karet, Barang dari Karet dan Plastik 10 Industri Barang Galian bukan Logam
11 Industri Logam Dasar
12 Industri Barang Logam; Komputer, Barang Elektronik, Optik; dan Peralatan Listrik
13 Industri Mesin dan Perlengkapan 14 Industri Alat Angkutan
15 Industri Furnitur
16 Industri Pengolahan Lainnya; Jasa Reparasi dan Pemasangan Mesin dan Peralatan
Industri Agro Industri Non Migas
Produk Domestik Bruto (PDB)
PERTUMBUHAN INDUSTRI PENGOLAHAN NON-MIGAS
MENURUT CABANG-CABANG INDUSTRI
2011 2012 2013 2014
10,98 10,33 4,07 9,54 -0,23 8,82 -0,27 8,85
6,49 6,04 6,58 1,53
10,94 -5,43 5,23 5,51 Industri Kayu, Barang dari Kayu dan Gabus dan Barang
-2,72 -0,80 6,19 6,07 Kertas dan Barang dari Kertas; Percetakan dan
3,89 -2,89 -0,53 3,43 8,66 12,78 5,10 3,89 2,08 7,56 -1,86 1,16 Persen (%) 7 7 2,08 7,56 -1,86 1,16 7,78 7,91 3,34 2,39 13,56 -1,57 11,63 5,89 Barang Logam; Komputer, Barang Elektronik, Optik;
8,79 11,64 9,22 2,92 8,53 -1,39 -5,00 8,80 6,37 4,26 14,95 3,94 9,93 -2,15 3,64 3,58 Pemasangan -1,09 -0,38 -0,70 7,30 7,42 7,20 3,27 8,36 7.46 6.98 5.45 5.61 6,17 6,03 5,58 5,02
Sumber : BPS diolah oleh Ditjen Industri Agro Tahun dasar 2010
Kontribusi Industri Agro pada PDB
Industri Pengolahan Tahun 2013
B. KONTRIBUSI SEKTOR INDUSTRI
INDUSTRI PENGOLAHAN NON MIGAS
Total kontribusi industri agro terhadap industri pengolahan non migas tahun 2013 sebesar 44% dan meningkat menjadi sebesar 45% pada tahun 2014.
KONTRIBUSI SEKTOR INDUSTRI AGRO TERHADAP
INDUSTRI PENGOLAHAN NON MIGAS
Kontribusi Industri Agro pada PDB
Industri Pengolahan Tahun 2014
Sumber : BPS diolah Kemenperin Total kontribusi industri agro terhadap industri pengolahan non migas tahun 2013 sebesar 44% dan meningkat menjadi sebesar
C. PERKEMBANGAN EKSPOR INDUSTRI AGRO PERIODE JANUARI SAMPAI
DENGAN DESEMBER TAHUN 2014
NO. URAIAN 2011 2012
1 Pengolahan Kelapa/Kelapa Sawit 23.243,6
2 Pulp dan Kertas 5.733,5
3 Makanan dan Minuman 4.440,8
4 Pengolahan Kayu 4.475,0
5 Rokok 648,4
6 Makanan Ternak 504,0
Nilai ekspor industri agro pada periode Januari-Desember
sama tahun 2013 dari US$ 38,658 milyar menjadi
kontribusi sebesar 36% terhadap ekspor industri
Sumber : BPS diolah oleh Ditjen Industri Agro
6 Makanan Ternak 504,0
7 Pengolahan Tetes 296,2
8 Pengolahan Rotan Olahan 208,0 9 Pengolahan Hasil Hutan Ikutan 54,0
Total Ekspor Industri Agro 39.603,6 40.116,9 Total Ekspor Industri Pengolahan
Nasional 122.188,7 116.125,1
PERKEMBANGAN EKSPOR INDUSTRI AGRO PERIODE JANUARI SAMPAI
DENGAN DESEMBER TAHUN 2014
Nilai US$ Juta
2012 Januari – Desember 2013 2014 % Perub % Peran 2014 23.397,0 20.660,4 23.711,6 14,77 20,21 5.518,0 5.644,0 5.498,6 -2,58 4,69 4.652,9 5.379,8 5.554,4 3,24 4,73 4.539,9 4.727,7 5202,2 10,04 4,43 732,5 834,3 942,3 12,95 0,80 625,8 737,4 772,9 4,82 0,66 9 9
Desember 2014 meningkat di banding periode yang
menjadi sebesar US$ 42,339 milyar dan memberikan
industri pengolahan nasional.
625,8 737,4 772,9 4,82 0,66 320,9 367,8 397,4 8,05 0,34 286,7 264,1 214,3 -18,85 0,18 43,1 43,0 45,4 5,69 0,04 40.116,9 38.658,4 42.339,1 9,52 36,08 116.125,1 113.029,9 117.329,9 3,80 100
PERKEMBANGAN IMPOR INDUSTRI AGRO PERIODE JANUARI SAMPAI
DENGAN DESEMBER TAHUN 2014
NO. URAIAN 2011 2012
1 Pengolahan Kelapa/Kelapa Sawit 109,5
2 Pulp dan Kertas 3.115,0
3 Makanan dan Minuman 2.195,1
4 Pengolahan Kayu 483,5
5 Rokok 1.943,5
6 Makanan Ternak 2.220,5
Nilai impor industri agro pada periode Januari-Desember
sama tahun 2013 dari US$ 13,294 milyar menjadi
kontribusi sebesar 4,23% terhadap ekspor industri
Sumber : BPS diolah oleh Ditjen Industri Agro
6 Makanan Ternak 2.220,5
7 Pengolahan Tetes 38,9
8 Pengolahan Rotan Olahan 1,1 9 Pengolahan Hasil Hutan Ikutan 31,9
Total Impor Industri Agro 10.138,91 13.174,16 Total Impor Industri Pengolahan
Nasional 126.099,5 139.734,1
PERKEMBANGAN IMPOR INDUSTRI AGRO PERIODE JANUARI SAMPAI
DENGAN DESEMBER TAHUN 2014
Nilai US$ Juta
2012 Januari – Desember 2013 2014 % Perub % Peran 2014 100,2 163,1 84,0 -48,53 0,07 3.019,9 3.200,6 3.247,9 1,48 1,48 6.158,4 5.801,3 5.755,1 -0,80 -0,80 503,4 490,6 476,3 -2,93 0,38 504,4 501,7 466,3 -7,06 0,38 2.799,7 3.044,5 3.276,2 7,61 2,65
Desember 2014 meningkat di banding periode yang
menjadi sebesar US$ 13,392 milyar dan memberikan
industri pengolahan nasional.
2.799,7 3.044,5 3.276,2 7,61 2,65 59,9 62,8 57,3 -8,79 0,05 0,5 0,8 0,4 -49,20 0,00 27,7 29,1 29,1 0,00 0,02 13.174,16 13.294,52 13.392,49 0,74 4,23 139.734,1 131.400,7 123.826,4 -8,29 100,00
D. PERKEMBANGAN INVESTASI PMDN SEKTOR INDUSTRI TAHUN 2014
(Rp. Miliar)
NO SEKTOR 2010 2011 P I P I 1 Industri Makanan 166 16.405,4 258 7.940,9 2 Industri Tekstil 26 431,7 52 999,3 Ind. Barang Dari Kulit & Alas
Kaki 4 12,5 3 13,5 4 Industri Kayu 6 451,3 14 514,9
5 Ind. Kertas dan Percetakan 25 1.102,8 53 9.296,3
6 Ind. Kimia dan Farmasi 64 3.266,0 106 2.711,9
7 Ind. Karet dan Plastik 48 522,8 81 2.295,
8 Ind. Mineral Non Logam 13 2.264,6 39 7.440,5
8 Ind. Mineral Non Logam 13 2.264,6 39 7.440,5
9 Ind. Logam, Mesin &
Elektronik 50 789,6 76 6.787,0 10 Ind. Instru. Kedokteran,
Presisi & Optik dan Jam - 0 1 0,0 11 Ind. Kendaraan Bermotor &
Alat Transportasi Lain 15 362,2 16 529,1 12 Industri Lainnya 2 3,7 7 4,8
Jumlah 419 25.612,6 706 38.533,8 Industri Agro 197 17.959,5 325 17.752,1
P : Jumlah Izin Usaha; I : Nilai Realisasi Investasi (Rp. Milyar) Sumber : BKPM (data
Nilai investasi PMDN sektor industri agro pada
meningkat sebesar 8,76% dari periode tahun
PERKEMBANGAN INVESTASI PMDN SEKTOR INDUSTRI TAHUN 2014
(Rp. Miliar)
2012 2013 2014 Pertumbu han 2013 ke 2014% P I P I P I 7.940,9 222 11.166,7 434 15.080,9 320 19.596,4 29,94 999,2 51 4.450,9 101 2.445,9 72 1.451,5 -40,66 13,5 9 76,7 10 80,1 10 103,1 28,74 14,9 15 57,0 18 390,7 21 585,1 49,74 296,3 64 7.561,0 112 6.849,4 57 4.093,7 -40,23 711,9 94 5.069,5 153 8.886,5 105 13.313,6 49,82 2.295,7 110 2.855,0 145 2.905,2 132 2.117,5 -27,11 7.440,5 37 10.730,7 66 4.624,5 57 11.923,1 157,82 11 11 7.440,5 37 10.730,7 66 4.624,5 157,82 787,0 81 7.225,7 131 7.567,5 123 5.292,6 -30,06 0,0 - - 12 210,1 1 --98,74 29,1 21 664,4 31 2.068,5 28 490,1 -75,88 4,8 10 31,5 12 61,8 16 68,1 -8,22 8.533,8 714 49.888,9 1.225 51.171,1 942 59.035 15,37 17.752,1 301 18.784,7 564 22.321,0 398 24.275 8,76Sumber : BKPM (data kumulatif 2014)
pada 2014 sebesar Rp 24,275 triliun atau
tahun 2013.
E. PERKEMBANGAN INVESTASI PMA SEKTOR INDUSTRI TAHUN 2014
(US$ Juta)
NO SEKTOR 2010 2011 P I P I 1. Industri Makanan 194 1.025,7 308 1.104,6 2. Industri Tekstil 110 154,8 166 493. Ind. Barang Dari Kulit & Alas
Kaki 30 130,4 59 2 4. Industri Kayu 31 43,1 29 51
5. Ind. Kertas & Percetakan 32 46,4 42 25
6. Ind. Kimia dan Farmasi 159 793,4 223 1.46
7. Ind. Karet dan Plastik 100 104,3 148 37
8. Ind. Mineral Non Logam 8 28,4 46 137,
9. Ind. Logam, Mesin &
Elektronik 269 589,5 383 1.77 10. Ind. Instru. Kedokteran,
Presisi & Optik dan Jam 2 1,4 5 41,9 11. Ind. Kendaraan Bermotor &
Alat Transportasi Lain 97 393,8 147 770, 12. Industri Lainnya 59 27,6 87 64,
Jumlah 1.096 3.357 1.643 6.7
Industri Agro 257 1.115,2 379 1.413,2
P : Jumlah Izin Usaha; I : Nilai Realisasi Investasi (US$ Juta) Sumber : BKPM (data
Nilai investasi PMA sektor industri agro pada
meningkat sebesar 17,55% dibandingkan periode
PERKEMBANGAN INVESTASI PMA SEKTOR INDUSTRI TAHUN 2014
(US$ Juta)
2012 2013 2014 Pertumb uhan 2013 ke 2014% P I P I P I .104,6 347 1.782,9 797 2.117,7 1.054 3.140 48,25 497,3 149 473,1 241 750,7 368 423 -43,72 55,0 73 158,9 91 96,2 137 211 119,03 51,1 38 76,3 59 39,5 75 64 61,17 257,5 57 1.306,6 103 1.168,9 110 707 -39,55 1.467,4 230 2.769,8 430 3.142,3 578 2.323 -26,06 370,0 147 660,3 231 472,2 345 544 15,18 137,1 48 145,8 138 874,1 167 917 4,89 1.772,8 364 2.452,6 679 3.327,1 986 2.472 -25,70 41,9 4 3,4 12 26,1 15 7 -72,23 770,1 163 1.840,0 342 3.732,2 442 2.061 -44,77 64,7 94 100,2 199 111,7 232 152 35,84 6.789,6 1.714 11.770,0 3.322 15.858,8 4.509 13.019 -17,90 1.413,2 442 3.165,8 959 3.326,1 1.239 3.910 17,55Sumber : BKPM (data kumulatif 2014)
pada 2014 mencapai US$ 3,9 milyar atau
periode tahun 2013.
No Uraian Satuan Industri Hasil Hutan dan Perkebunan
1 Jumlah Unit Usaha Unit 2 Nilai Investasi Trilyun Rupiah 3 Nilai Produksi Trilyun Rupiah
Industri Makanan, Hasil Laut dan Perikanan 1 Jumlah Unit Usaha Unit 2 Nilai Investasi Trilyun Rupiah 3 Nilai Produksi Trilyun Rupiah
Industri Minuman dan Tembakau
F. Gambaran Umum Industri Agro
Industri Minuman dan Tembakau
1 Jumlah Unit Usaha Unit 2 Nilai Investasi Trilyun Rupiah 3 Nilai Produksi Trilyun Rupiah
TOTAL INDUSTRI AGRO
1 Jumlah Unit Usaha Unit 2 Nilai Investasi Trilyun Rupiah 3 Nilai Produksi Trilyun Rupiah
Industri Agro terdiri dari industri hasil hutan dan perkebunan, minuman dan tembakau. Jumlah keseluruhan unit usaha
Rp. 173,9 trilyun dan nilai produksi Rp. 589,36 trilyun pada
dengan jumlah unit usaha 6.927 unit, nilai investasi Rp. 148 Sumber : BPS diolah oleh Ditjen Industri Agro
Tahun 2010 2011 2012 2013 2014 1.584 1.610 1.663 1.673 1.630 62,69 66,03 68,76 69,16 73,11 84,97 131,75 105,89 99,44 104,16 3.275 3.439 3.579 3.741 3.911 25,72 17,64 27,9 37,2 56,89 208,97 280,97 312,74 384,3 472,24
F. Gambaran Umum Industri Agro
13 13 2.807 2.702 1.702 1.513 1.515 34,9 37 38,82 41,97 43,9 10,53 10,53 11,56 12,24 12,96 7.666 7.751 6.944 6.927 7.056 123,31 120,67 135,48 148,33 173,9 304,47 423,25 430,19 495,98 589,36 perkebunan, industri makanan, hasil laut dan perikanan serta industri usaha industri agro adalah 7.056 unit dengan nilai investasi
pada tahun 2014 yang meningkat dibanding tahun 2013 148,33 trilyun dan nilai produksi Rp. 495,98 trilyun.
15 15
•
Berdasarkan Peraturan
tentang Rencana Induk
(RIPI) Tahun 2015-2035
(turunan MSM) merupakan
dikembangkan dan
tinggi, seperti industri
pharmaceutical.
•
Pemanfaatan CPO
1. INDUSTRI BERBASIS MINYAK SAWIT
•
Pemanfaatan CPO
dalam negeri sebagai
yang masih terbatas
minyak goreng, margarin,
Ghee)
dan industri
lain fatty acids, fatty
Peraturan Pemerintah No.14 tahun 2015
Induk Pembangunan Industri Nasional
2035, industri pengolahan kelapa sawit
merupakan salah satu prioritas untuk
mempunyai nilai tambah yang lebih
industri oleofood, oleochemical, kemurgi dan
selama ini digunakan oleh industri
1. INDUSTRI BERBASIS MINYAK SAWIT
selama ini digunakan oleh industri
sebagai bahan baku industri turunan CPO
terbatas yaitu industri pangan (antara lain
margarin, shortening, CBS, Vegetable
industri non pangan yaitu oleokimia (antara
PETA WILAYAH PENGEMBANGAN INDUSTRI
1
2
3
4
5
Keterangan : 1. Sumatera Utara 2. Riau 3. Kalimantan Barat 4. Kalimantan Tengah 5. Kalimantan Timur 6. PapuaPETA WILAYAH PENGEMBANGAN INDUSTRI HILIR CPO
17
6
Kalimantan Tengah Kalimantan Timur Papua
1.1. KINERJA INDUSTRI BERBASIS MINYAK SAWIT
No Uraian Satuan
2010 1 Investasi Trilyun Rupiah
2 Jumlah Unit Usaha Unit 3 Kapasitas Produksi
Minyak Goreng Sawit Ribu Ton 26.500 Oleokimia Ribu Ton
Biodiesel Kilo Liter (KL) 5.590.000 4 Produksi
Minyak Goreng Sawit Ribu Ton
* Untuk tahun 2014 data masih bersifat Prognosa Minyak Goreng Sawit Ribu Ton
Oleokimia Ribu Ton
Biodiesel Kilo Liter (KL) 2.685.000 5 Konsumsi
Minyak Goreng Sawit Ton 4.875.000
Oleokimia Ton 240.000
Biodiesel Kilo Liter (KL) 728.000 6 Ekspor
Minyak Goreng Sawit Ton 10.850.000
Oleokimia Ton 1.015.000
Biodiesel Kilo Liter (KL) 2.020.000
7 Impor Ton
8 Tenaga Kerja Orang 287.000
INDUSTRI BERBASIS MINYAK SAWIT
Tahun 2010 2011 2012 2013 2014* 25.4 26.3 27.8 27.8 29.5 85 89 93 95 106 26.500 27.200 28.000 32.000 35.000 2.520 2.650 2.700 3.100 3.500 5.590.000 5.600.000 5.670.000 5.750.000 6.400.000 1.650 17.300 17.400 17.450 22.250
Sumber : BPS diolah Pusdatin Kemenperin 2014
1.650 17.300 17.400 17.450 22.250 1.195 1.250 1.300 2.100 2.850 2.685.000 2.750.000 2.800.000 1.850.000 2.785.000 4.875.000 5.350.000 5.500.000 5.575.000 5.750.000 240.000 245.000 250.000 260.000 350.000 728.000 735.000 750.000 750.000 1.365.000 10.850.000 11.350.000 11.900.000 12.050.000 16.500.000 1.015.000 1.030.000 1.050.000 1.070.000 2.500.000 2.020.000 2.035.000 2.050.000 1.110.000 1.420.000 - - - - -287.000 325.000 330.000 330.000 335.000
1.2. POHON INDUSTRI BERBASIS MINYAK SAWIT
BERBASIS MINYAK SAWIT
19 19
Tax Allowance
untuk Bidang-Bidang
Daerah Tertentu (PP 1 tahun 2007
2011) untuk Seluruh Lingkup Bidang
Industri Hilir Kelapa Sawit tertentu
memperoleh insentif
Tax Holiday
Nomor
130/PMK.011/2011
jo
Nomor
1) Pemberian Insentif Investasi
1.3. HAL-HAL YANG SUDAH
Nomor
130/PMK.011/2011
jo
Nomor
Pemberian Fasilitas pembebasan Pajak
Pembebasan Bea Masuk
atas Impor
Pembangunan atau Pengembangan
Modal (PMK 76 tahun 2012).
Bidang Usaha Tertentu dan/atau di
Daerah-jo PP 62 tahun 2008 Daerah-jo PP 52 tahun
Bidang Usaha Industri Hilir Kelapa Sawit
tertentu (yang dianggap pioneer) dapat
sesuai Peraturan Menteri Keuangan
Nomor
192/PMK.011/2014
tentang
YANG SUDAH DILAKUKAN
Nomor
192/PMK.011/2014
tentang
Pajak Penghasilan Badan.
Impor Mesin serta Barang dan Bahan untuk
Pengembangan Industri dalam rangka Penanaman
2) Restrukturisasi Bea Keluar CPO dan Produk Turunannya (PMK 75 Tahun 2012)
Restrukturisasi Bea Keluar (BK) CPO dan produk
Menjamin ketersediaan bahan baku minyak
Mengamankan pasokan serta harga minyak goreng di dalam negeri;
Mendukung Program Nasional Hilirisasi
Prinsip Restrukturisasi:
BK CPO & CPKO dikenakan setelah
(Batas bawah dikenakan BK CPO adalah
1.3. HAL-HAL YANG SUDAH DILAKUKAN (
BK CPO & CPKO dikenakan setelah
(Batas bawah dikenakan BK CPO adalah
750/ton).
Tarif Bea Keluar produk Hilir lebih rendah
akan mendorong tumbuhnya industri
negeri.
Tarif BK Minyak Goreng cukup rendah,
Kemasan lebih rendah daripada Produk
Branding.
Tambahan
cakupan
produk
yang
Hydrogenated, bungkil, PFAD sebagai
Bea Keluar CPO dan Produk Turunannya (PMK 75 Tahun 2012)
produk turunannya diperlukan untuk :
minyak sawit bagi industri domestik;
Mengamankan pasokan serta harga minyak goreng di dalam negeri;
Hilirisasi Industri Kelapa Sawit
setelah produsen CPO memperoleh keuntungan,
adalah pada saat harga CPO lebih besar dari US$
YANG SUDAH DILAKUKAN (LANJUTAN)
21 21
setelah produsen CPO memperoleh keuntungan,
adalah pada saat harga CPO lebih besar dari US$
rendah daripada produk hulunya, sehingga
industri turunan MSM yang lebih hilir di dalam
rendah, dengan Tarif Bea Keluar Minyak Goreng
Produk Curah mendukung program National
dikenakan
Bea
Keluar
untuk
produk
3) Pengembangan Kawasan Industri
Fasilitasi
dan
Koordinasi
Pengembangan
Kawasan Industri Sei Mangkei
Utara), Dumai – Kuala Enok (Riau) ,
(Kalimantan Timur)
Pendirian Pusat Inovasi Industri Hilir
Sawit di Kawasan Industri Sei Mangkei
1.3. HAL-HAL YANG SUDAH DILAKUKAN (
4) Promosi Investasi dan Anti Negative
Campaign
Partisipasi aktif dalam Promosi Investasi
Anti
Negative
Campaign
serta
up/fasilitasi calon investor potensial
dan Luar Negeri) di bidang usaha Industri
Kelapa Sawit.
Pengembangan
(Sumatera
dan Maloy
Hilir Kelapa
Mangkei Sumut.
YANG SUDAH DILAKUKAN (LANJUTAN)
Investasi dan Anti Negative
Investasi dan
serta
follow
potensial (Dalam
Industri Hilir
Indonesia berpotensi untuk menjadi
karet dunia karena didukung potensi
Produk-produk karet potensial yang
komponen otomotif, komponen elektronika,
rumah tangga;
Ekspor produk crumb rubber Indonesia
ton dan menurun menjadi sebesar 2
Ekspor produk barang karet pada tahun
2. INDUSTRI BERBASIS KARET
Ekspor produk barang karet pada tahun
1.519 milyar, sedikit menurun jika
mencapai US$ 1,6 milyar.
menjadi produsen utama karet dan barang
potensi karet alam;
yang diproduksi : ban, sarung tangan,
elektronika, maupun untuk keperluan
Indonesia pada taun 2013 sebesar 2,6 juta
,5 juta ton pada tahun 2014
tahun 2013 dengan nilai sebesar US$
2. INDUSTRI BERBASIS KARET
23 23
tahun 2013 dengan nilai sebesar US$
jika dibandingkan tahun 2012 yang
PETA WILAYAH PENGEMBANGAN INDUSTRI
1
5
6
2
3
4
10
11
12
13
5
6
7
Keterangan : 1. Sumatera Utara 2. Sumatera Barat 3. Riau 4. Jambi 5. Sumatera Selatan 6. Bengkulu 7. Lampung 8. Jawa Tengah 9. Jawa Timur9
8
12
PETA WILAYAH PENGEMBANGAN INDUSTRI CRUMB RUBBER
5. Sumatera Selatan 6. Bengkulu 7. Lampung 8. Jawa Tengah 9. Jawa Timur 10. Kalimantan Barat 11.. Kalimantan Tengah 12. Kalimantan Selatan 13. Kalimantan Timur 14. Sulawesi Selatan
14
2.1. KINERJA INDUSTRI KARET
NO. URAIAN SATUAN
2010 1 Investasi Trilyun
Rupiah 5,34
2 Jumlah Perusahaan Unit 125 3 Kapasitas Produksi Ribu Ton 2.515,4 4 Produksi Riil Ribu Ton 2.444,3
Sumber : BPS diolah oleh Ditjen Industri Agro
5 Konsumsi Ribu Ton 420
6 Ekspor Ribu Ton 2.278,8
7 Impor Ribu Ton 12,7
8 Tenaga Kerja Orang 24.740
2.1. KINERJA INDUSTRI KARET REMAH (CRUMB RUBBER)
Tahun 2011 2012 2013 2014 5,98 6,68 6,68 6,87 125 130 144 144 2.817,2 2.817,2 3.746,2 4.868,1 2.555,2 2.562,1 3.257,5 3.153 25 25 25 430 480 520 580 2.478,8 2.370,1 2.623,8 2.549 17,1 16,4 27,1 25,8 26.450 26.564 26.564 26.564
2.2. POHON INDUSTRI BERBASIS KARET
2.2. POHON INDUSTRI BERBASIS KARET
1) Pembangunan pabrik ban Hankook kapasitas
840 ribu ban truk/radial per tahun
2) Pengembangan industri karet terpadu
terintegrasi dengan Kawasan Ekonomi Khusus,
3) Fasilitasi dan Koordinasi Pengembangan
kepentingan (stake holder).
4) Koordinasi peningkatan konservasi energi
5) Pelatihan peningkatan konservasi energi industri
2.3. HAL-HAL YANG SUDAH
5) Pelatihan peningkatan konservasi energi industri
6) Fasilitasi pengembangan industri karet untuk
kompon karet dan produksi vulkanisir ban
karet di Sumatera Selatan, Jambi, dan Kalimantan
kapasitas 5,3 juta ban KBM roda 4 per tahun dan
di Sei Bamban yang direncanakan akan
Khusus, Sei Mangkei;
Pengembangan Industri karet dengan 30 pemangku
industri karet remah (crumb rubber).
industri karet remah di Palembang.
YANG SUDAH DILAKUKAN
27 27
industri karet remah di Palembang.
untuk meningkatkan kemampuan pembuatan
ban melalui bantuan mesin pengolahan barang
Kalimantan Barat.
Indonesia memiliki sumberdaya rumput
maupun untuk budidayanya. Perairan Indonesia
keragaman species rumput laut.Jenis Rumput
sp, Hypnea sp: diolah menjadi Karaginan
Gelidium sp, Gelidiela sp : diolah menjadi
diolah menjadi Alginate.
Sedangkan daerah potensial rumput laut
dibudidayakan jenis Eucheuma sp dan Gracilaria
Indonesia. Sedangkan Hypnea, Gelidium
3. INDUSTRI BERBASIS RUMPUT LAUT
Indonesia. Sedangkan Hypnea, Gelidium
tumbuh di alam. Rumput laut merupakan
untuk dikembangkan
Saat ini Indonesia masih merupakan eksportir
demikian rumput lautnya banyak diekspor
baru sebagian kecil diolah dalam bentuk bahan
rumput laut yang cukup luas baik yang alami
Indonesia sebagai wilayah tropika memiliki
Rumput Laut komersial di Indonesia: Eucheuma
Karaginan untuk bahan baku industri: Gracilaria sp,
menjadi Agar dan Sargassum sp, Turbinaria sp:
laut bernilai ekonomi di Indonesia untuk
Gracilaria tersebar di beberapa daerah di
Gelidium, dan Sargassum
tanaman liar yang
3. INDUSTRI BERBASIS RUMPUT LAUT
Gelidium, dan Sargassum
tanaman liar yang
salah satu komoditi ekspor yang potensial
eksportir rumput laut terpenting di Asia, namun
diekspor dalam bentuk rumput laut kering, dan
PETA WILAYAH PENGEMBANGAN INDUSTRI
8
7
Keterangan : 1. NTT 2. NTB 3. Sulawesi Tenggara 4. Sulawesi Selatan7
PETA WILAYAH PENGEMBANGAN INDUSTRI RUMPUT LAUT
5
29 291
6
3
4
2
5. Sulawesi Tengah 6. Maluku 7. Bangka Belitung 8. Kepulauan Riau3.1. KINERJA INDUSTRI BERBASIS RUMPUT LAUT
No. URAIAN SATUAN
2010 1. Jumlah Investasi juta USD 114 2. Jumlah Perusahaan : unit 22
a. Karaginan unit 14
b. Agar unit
3. Kapasitas Terpasang ton 19.938 a. Karaginan ton 14.809 b. Agar ton 5.129 4. Produksi : ton 12.436 a. Karaginan ton 9.872 b. Agar ton 2.564 b. Agar ton 2.564 5. Konsumsi ton 11.786,32 6. Ekspor
Agar Nilai (Ribu USD) 10.693,16 Berat (Ton) 1.720,69 Karagenan Nilai (Ribu USD) 8.743,82 Berat (Ton) 936,65 7. Impor
Agar Nilai (Ribu USD) 3.305,46 Berat (Ton) 750,16 Karagenan Nilai (Ribu USD) 7.928,38 Berat (Ton) 1.257,50 8. Jumlah Tenaga Kerja orang 2.860
Sumber : BPS diolah oleh Ditjen Industri Agro
INDUSTRI BERBASIS RUMPUT LAUT
Tahun 2011 2012 2013 2014 114 114 120 130 130 22 22 23 25 25 14 14 15 16 16 8 8 8 9 9 19.938 20.883 21.874 22.912 24.000 14.809 15.549 16.327 17.143 18.000 5.129 5.334 5.547 5.769 6.000 12.436 13.033 13.658 14.314 15.000 9.872 10.366 10.884 11.429 12.000 2.564 2.667 2.774 2.885 3.000 2.564 2.667 2.774 2.885 3.000 11.786,32 12.174,30 8.793,36 9.217,16 10.826,84 10.693,16 12.627,49 12.861,06 13.084,36 11.910,74 1.720,69 1.872,76 1.291,60 1.055,93 774,40 8.743,82 12.127,10 30.905,21 33.988,56 31.797,70 936,65 1.210,62 4.439,85 4.757,21 3.884,38 3.305,46 3.742,55 964,24 1.009,41 707,07 750,16 903,86 714,04 381,89 133,25 7.928,38 8.926,59 3.235,51 4.931,25 4.513,09 1.257,50 1.320,82 242,77 334,41 352,37 2.860 2.860 2.960 3.100 3.100
3.2. POHON INDUSTRI BERBASIS RUMPUT LAUT
Gracilaria sp
Agarophyte
Gelidium sp
Agarophyte
Agar
Rumput Laut
Eucheuma sp
Carrageenophyte
Sargassum sp
Alginophyte
Turbinaria sp
Alginophyte
Karaginan
Alginat
INDUSTRI BERBASIS RUMPUT LAUT
Farmasi, kosmetik,
makanan, Pet food, kultur
jaringan, cetakan gigi
Dairy, minuman, dressing,
31 31
Dairy, minuman, dressing,
saus, makanan diet, pet
food, farmasi
Dairy, roti, saus, tekstil,
kosmetik, minuman,
3.3. HAL-HAL YANG SUDAH DILAKUKAN
1) Meningkatkan kemitraan dan integrasi
rangka meningkatkan jaminan pasokan
dan dunia usaha.
2) Harmonisasi dan penyesuaian pos
olahannya, seperti penurunan bea
pemisahan kode HS untuk produk olahan
3) Pemberian insentif seperti tax allowance,
dan lain-lain.
4) Terlaksananya pengembangan industri
4) Terlaksananya pengembangan industri
bantuan mesin peralatan pengolahan
Tenggara Barat (NTB) dan Propinsi Sulawesi
5) Penyusunan roadmap pengembangan
6) Terlaksananya forum komunikasi pengembangan
di Jakarta dan Nusa Tenggara Barat
7) Telah dibentuk Asosiasi Industri Rumput
tanggal 28 Februari 2014.
YANG SUDAH DILAKUKAN
integrasi antara sisi hulu dan sisi hilir dalam
pasokan bahan baku dengan instansi terkait
pos tarif komoditi rumput laut beserta
masuk untuk komponen pendukung,
olahan rumput laut
allowance, tax holiday, pembebasan PPN,
industri pengolahan rumput laut melalui
industri pengolahan rumput laut melalui
pengolahan rumput laut di Propinsi Nusa
Sulawesi Tengah (Sulteng)
pengembangan industri pengolahan rumput laut.
pengembangan klaster industri hasil laut
Rumput Laut yang telah ditetapkan pada
1)
Bertambahnya industri pengolahan
mesin/ alat kepada daerah penghasil
2) Berkembangnya teknologi pengolahan
product (hilirisasi), ditunjukkan
produk seperti bakso rumput laut,
olahan lainnya.
3)
Road map industri pengolahan rumput
dan
sekarang
berada
dalam
3.4. HASIL YANG SUDAH DICAPAI
dan
sekarang
berada
dalam
Koordinator Perekonomian dan Maritim
dengan instansi terkait lainnya.
4) Terbentuknya Asosiasi Industri
wadah bagi pengembangan industri
pengolahan rumput laut melalui bantuan
penghasil rumput laut.
pengolahan rumput laut menuju
end-melalui berkembangnya
produk-laut, mie rumput laut dan produk
rumput laut sudah mulai terbentuk
tahap
finalisasi
di
Kementerian
3.4. HASIL YANG SUDAH DICAPAI
33 33
tahap
finalisasi
di
Kementerian
Maritim agar dapat dikoordinasikan
Rumput Laut (ASTRULI) sebagai
industri pengolahan rumput laut .
Kebutuhan kertas dunia
rata – rata 2,1 % per tahun
berkembang akan tumbuh
dan pasar negara maju 0
Saat ini kebutuhan kertas
diperkirakan akan meningkat
2020.
Peluang pasar di dalam
4. INDUSTRI BERBASIS PULP DAN KERTAS
Peluang pasar di dalam
dengan pertimbangan konsumsi
Indonesia
masih
sangat
dibandingkan negara – negara
Belgia 295 kg , Denmark
Singapura , 180 kg , Korea
Dengan tingkat konsumsi
masih memiliki peluang
dan kertasnya.
dunia diperkirakan akan tumbuh sebesar
tahun , dimana di pasar negara – negara
tumbuh rata – rata sebesar 4,1% per tahun
0,5% per tahun.
kertas dunia sekitar 394 juta ton,
meningkat menjadi 490 juta ton pada tahun
dalam negeri terbuka untuk ditingkatkan
INDUSTRI BERBASIS PULP DAN KERTAS
dalam negeri terbuka untuk ditingkatkan
konsumsi kertas per kapita per tahun di
sangat
rendah
yaitu
sekitar
32.6
kg
negara maju antara lain : USA 324 kg ,
Denmark 270 , Kanada 250 kg , Jepang 242 kg ,
Korea 160 kg , dan Malaysia 106 kg.
konsumsi per kapita seperti diatas , Indonesia
untuk mengembangkan industri pulp
PETA WILAYAH PENGEMBANGAN INDUSTRI
DARI KERTAS LAINNYA
1
2
3
4
5
6
7
Keterangan : 1. Sumatera Utara 2. Riau 3. Sumatera Selatan 4. Jambi 5. Jawa Barat 6. Jawa Tengah 7. Jawa Timur3
PETA WILAYAH PENGEMBANGAN INDUSTRI KERTAS DAN BARANG
35 35 Jawa Barat
Tengah Timur
PETA WILAYAH PENGEMBANGAN INDUSTRI
DARI KERTAS LAINNYA
1
2
3
4
5
6
7
Keterangan : 1. Sumatera Utara 2. Riau 3. Sumatera Selatan 4. Jambi 5. Jawa Barat 6. Jawa Tengah 7. Jawa Timur3
PETA WILAYAH PENGEMBANGAN INDUSTRI KERTAS DAN BARANG
Barat Tengah Timur
4.1. KINERJA INDUSTRI BERBASIS PULP
NO. URAIAN SATUAN
2010
1 Investasi Trilyun Rupiah 12,48 2 Jumlah Perusahaan Unit 12 3 Kapasitas Izin Ribu Ton 7.813,5 4 Produksi Riil Ribu Ton 7.574,5 5 Konsumsi Ribu Ton 5.285,4
Sumber : BPS diolah oleh Ditjen Industri Agro *data sementara
6 Ekspor Ribu Ton 2.557,5
Ribu US$ 1.457.072
7 Impor Ribu Ton 1.168,4
Ribu US$ 981.877 8 Tenaga Kerja Orang 79.108
INDUSTRI BERBASIS PULP
T A H U N 2011 2012 2013 2014* 12,48 13,10 13,23 15,47 12 12 11 11 7.902,1 7.932,1 7.890,1 9.890.100 7.140,5 6.158,5 6.845,3 7.156,5 5.524,9 4.324,9 4.324,9 4.732,9 37 37 37 2.934,3 3.196,9 2.045,2 2.273,8 1.554.835 1.545.804 1.010.620 1.106.293 1.318,7 1.363,3 897,3 992,6 1.189.817 1.051.078 978.206 1.012.522 82.350 82.350 82.350 86.530
4.1. KINERJA INDUSTRI BERBASIS
NO. URAIAN SATUAN
2010
1 Investasi Trilyun Rupiah 11,19
2 Jumlah Perusahaan Unit 79
3 Kapasitas Izin Ribu Ton 12.796,5
4 Produksi Riil Ribu Ton 9.813,3
5 Konsumsi Ribu Ton 6.110,5
6 Ekspor Ribu Ton 4.215,5 Ribu US$ 3.786.312 7 Impor Ribu Ton 512,7 Ribu US$ 781,2
8 Tenaga Kerja Orang 166.087 Sumber : BPS diolah oleh Ditjen Industri Agro
*data sementara
INDUSTRI BERBASIS KERTAS
T A H U N 2011 2012 2013 2014* 12,87 12,87 12,87 12,87 77 81 77 77 12.986,5 12.986,5 12.986,5 13.486,5 10.302,6 10.734,5 10.635,5 10.436,7 7.614,9 8.056,2 8.056,2 8.003,7 5.492,1 4.229,7 4.341,4 4.583,7 4.119.100 3.972.077 2.041.904 2.387.694 661 658,5 652,6 703,4 1.220,8 1.968,8 1.872,6 524,1 184.900 184.901 184.901 184.901
4.2. POHON INDUSTRI BERBASIS PULP DAN KERTAS
INDUSTRI BERBASIS PULP DAN KERTAS
4.3. HAL-HAL YANG SUDAH DILAKUKAN
1)
Peningkatan
kualitas
kertas
bekas
kebutuhan kertas bekas impor
peralatan pengpres kertas bekas
berjalan dan di Kota Bogor pada tahun
2)
Pengembangan bahan baku alternatif
abaca yang menghasilkan kualitas kertas
3)
Pengembangan sumber energi alternatif
dapat mengganti bahan bakar fosil
dapat mengganti bahan bakar fosil
bubur kertas sampai dengan 87%
4)
Penyusunan dan revisi SNI produk
penerapan SNI wajib bagi produk
kesehatan dan keamanan konsumen
YANG SUDAH DILAKUKAN
bekas
sebagai
substitusi
pemenuhan
melalui pemberian bantuan mesin
di Kabupaten Bandung Barat sudah
tahun anggaran 2013
alternatif yaitu pemanfaatan serat pisang
kertas premium.
alternatif yaitu pemanfaatan black liquor
fosil dalam proses produksi kertas dan
fosil dalam proses produksi kertas dan
produk pulp dan kertas dan pengkajian
produk IPK yang menyangkut keselamatan,
konsumen
5) Penyusunan Standar Kompetensi
dengan tujuan menjadi pedoman
kompetensi dan penilaian/ asesmen
sertifikasi profesi bidang pulp dan
disahkan 65 unit SKKNI, pada tahun
disahkan dan pada tahun 2013 ini sedang
6) Pada Tahun Anggaran 2013 Direktorat
Perkebunan memberikan dana dekonsentrasi
4.3. HAL-HAL YANG SUDAH
Perkebunan memberikan dana dekonsentrasi
ditetapkan sebagai daerah pengembangan
kertas dengan melibatkan perguruan
tenaga ahli klaster yang ada di daerah
Kerja Nasional Indonesia (SKKNI)
bagi pelaksanaan pelatihan berbasis
asesmen dalam rangka kualifikasi atau
kertas dimana pada tahun 2011 telah
tahun 2012 terdapat 20 unit SKKNI siap
sedang disusun 20 unit SKKNI .
Direktorat Industri Hasil Hutan dan
dekonsentrasi kepada Jawa Barat yang
YANG SUDAH DILAKUKAN (Lanjutan)
41 41
dekonsentrasi kepada Jawa Barat yang
pengembangan klaster industri pulp dan
perguruan tinggi dan Balai Besar sebagai
B. INDUSTRI BERDAYA SAING
MODERAT
MODERAT
Indonesia merupakan
dunia. Diperkirakan 85%
dihasilkan oleh Indonesia,
seperti
:
Philipina,
Vietnam
lainnya.Rotan merupakan
lingkungan, karena rotan
tumbuh dengan baik artinya
produk olahan rotan termasuk
(green product).
5. INDUSTRI PENGOLAHAN KAYU DAN ROTAN
(green product).
Industri
pengolahan
Kementerian Perindustrian
lebih lanjut hasil produksi
meliputi industri wood
pulp/kertas. Sedangkan
mengolah langsung kayu
2002 merupakan binaan
negara penghasil rotan terbesar di
% bahan baku rotan di seluruh dunia
Indonesia, sisanya dihasilkan oleh Negara lain
Vietnam
dan
negara-negara
Asia
merupakan bahan baku dari alam yang ramah
rotan hidup di pepohonan. Jika rotan
artinya hutan lestari, oleh karena itu
termasuk produk ramah lingkungan
INDUSTRI PENGOLAHAN KAYU DAN ROTAN
43 43
kayu yang berada dibawah binaan
Perindustrian adalah industri hilir yang mengolah
produksi industri primer hasil hutan, yaitu
working, furniture kayu dan industri
dangkan industri primer hasil hutan yang
kayu bulat sesuai dengan PP 34 Tahun
PETA WILAYAH PENGEMBANGAN INDUSTRI
HUTAN LAINNYA
1
2
3
4
5
Keterangan : 1. Aceh (rotan)2. Kalimantan Tengah (Rotan) 3. Jawa Barat (Rotan)
PETA WILAYAH PENGEMBANGAN INDUSTRI BARANG KAYU DAN HASIL
6
4. Jawa Tengah (Kayu dan Rotan) 5. Jawa Timur (Kayu)
5.1. KINERJA INDUSTRI PENGOLAHAN
NO. URAIAN SATUAN
2010 1 Investasi Trilyun rupiah 7,28 2 Jumlah Perusahaan Unit 1.063 3 Kapasitas Izin Ribu Ton 3.401,35 4 Produksi Riil Ribu Ton 2.430,12 4 Produksi Riil Ribu Ton 2.430,12 5 Konsumsi Ribu Ton 1.413,32 6 Ekspor Ribu Ton 1.052,17
7 Impor Ribu Ton 35,36
8 Tenaga Kerja Orang 430.674
Sumber : Dit Industri Hasil Hutan dan Perkebunan Ditjen IA *data sementara
INDUSTRI PENGOLAHAN KAYU (Furniture)
T A H U N 2011 2012 2013 2014* 7,28 7,19 7,45 7,19 1.084 1.126 1.126 1.126 3.401,35 3.401,35 3.401,35 3.401,35 2.553,52 2.470,15 2.531,54 2.465,31 45 45 2.553,52 2.470,15 2.531,54 2.465,31 1.801,51 1.464,70 1.423,20 1.395,62 800,66 461,08 495,53 347,30 48,64 41,61 23,68 15,53 432.700 431.987 431.987 433.329 Sumber : Dit Industri Hasil Hutan dan Perkebunan Ditjen IA 2014
5.1. KINERJA INDUSTRI PENGOLAHAN ROTAN
NO. URAIAN SATUAN
2010 1 Investasi Trilyun rupiah 1,01 2 Jumlah Perusahaan Unit 220 3 Kapasitas Izin Ribu Ton 551,59 4 Produksi Riil Ribu Ton 250,98 5 Konsumsi Ribu Ton 536,16 5 Konsumsi Ribu Ton 536,16
6 Ekspor Ribu Ton 65,08
7 Impor Ribu Ton 350,23
8 Tenaga Kerja Orang 269.200
Sumber : Dit Industri Hasil Hutan dan Perkebunan Ditjen IA *data sementara
INDUSTRI PENGOLAHAN ROTAN
T A H U N 2011 2012 2013 2014* 1,13 1,12 1,13 1,21 223 221 220 166 551,59 551,59 551,59 551,59 341,30 327,19 312,19 322,17 758,12 267,44 267,44 280,35 758,12 267,44 267,44 280,35 52,18 54,75 61,36 83,63 469,00 94,00 86,00 90,87 165.675 169.765 169.765 169.120 Sumber : Dit Industri Hasil Hutan dan Perkebunan Ditjen IA 2014
5.2. POHON INDUSTRI KAYU
5.2. POHON INDUSTRI KAYU
5.2. POHON INDUSTRI ROTAN
5.2. POHON INDUSTRI ROTAN
1) Dalam rangka pelaksanaan kebijakan pelarangan
Permendag No.35/M-DAG/PER/11/2011 tentang
Kebijakan ini mengatur tentang rotan yang dilarang
2) Khusus untuk mengantisipasi “issue” penumpukan
diekspor .
a) Meningkatkan pemanfaatan produk rotan
pengiriman Surat Menteri Perindustrian
Gubernur. Selanjutnya surat tersebut sudah
Negeri kepada Gubernur dan Bupati/Walikota
b) Memperkenalkan produk furnitur rotan untuk
5.3. HAL-HAL YANG SUDAH DILAKUKAN
b) Memperkenalkan produk furnitur rotan untuk
meja dan kursi untuk 3 kelas pada sekolah
Mendikbud pada tanggal 1 April 2012;
c) Mengembangkan industri pengolahan rotan
awal, dengan pengadaan meja dan kursi
dipersiapkan pula pengiriman transmigran
daerah penghasil bahan baku rotan;
d) Mengajak peran serta dunia usaha/retail
sudah dilakukan dengan pelaksanaan launching
Sutera, Serpong pada tanggal 8 April 2012
e) Meningkatkan peran resi gudang untuk menampung
pelarangan ekspor bahan baku rotan seperti yang diatur
tentang Ketentuan Ekspor Rotan dan Produk Rotan.
dilarang ekspor.
penumpukan rotan akibat sebagian rotan yang sebelumnya
seperti furnitur untuk instansi Pemerintah dengan
Perindustrian kepada Kementerian lainnya maupun kepada
sudah ditindaklanjuti dengan surat Menteri Dalam
Bupati/Walikota;
untuk sekolah, sebagai contoh pemberian bantuan
YANG SUDAH DILAKUKAN
49 49
untuk sekolah, sebagai contoh pemberian bantuan
sekolah SDN 1, Babakan Madang Bogor yang diresmikan
rotan di daerah sumber bahan baku. Dalam tahap
kursi untuk sekolah melalui CSR perusahaan, sedang
transmigran terampil dari daerah produsen barang jadi ke
usaha/retail untuk mempromosikan furnitur rotan. Hal ini
launching
Rattan Fair di Living World Mall Alam
2012.
3) Pada kenyataannya yang terjadi adalah
sementara pasokan tersendat. Untuk mengatasi
a) Pemerintah memfasilitasi pengusaha
sentra produksi rotan seperti Kalteng
b) Sudah dilakukan beberapa pertemuan
penghasil bahan baku untuk memenuhi
c) Mendorong lembaga pembiayaan untuk
lain melakukan pertemuan antara Bank
jadi dan bahan baku di Cirebon pada
5.3. HAL-HAL YANG SUDAH
jadi dan bahan baku di Cirebon pada
d) Pengusaha di sentra produksi rotan
bahan baku khususnya koperasi dalam
baku rotan yang terus meningkat;
e) Melakukan sosialisasi kebijakan rotan
rotan dan daerah produsen barang jadi
permintaan bahan baku rotan meningkat,
mengatasi hal tersebut, sudah dilakukan :
pengusaha untuk melakukan transaksi langsung di
Kalteng dan Sulteng.
pertemuan antara industri pengguna rotan dengan
memenuhi kebutuhan rotan;
untuk pengadaan bahan baku rotan, antara
Bank Mandiri dengan para pengusaha barang
bulan Februari 2011;
YANG SUDAH DILAKUKAN (Lanjutan)
bulan Februari 2011;
sedang membentuk lembaga pengadaan
dalam rangka mengatasi kebutuhan
bahan
rotan dibeberapa daerah penghasil bahan baku
jadi rotan.
• Dalam RPJM (2004-2014) industri prioritas sebagaimana ditetapkan Industri Nasional dan Roadmap ditetapkan dalam Peraturan Menteri
• Selain itu Indonesia sebagai pengembangan produk industri sesuai indikasi geografisnya seperti Gayo (Aceh), Java Coffee (Jatim), (Bali), Toraja Coffee (Sulsel), Bajawa Luwak.
• Permasalahan yang dihadapi industri
6. INDUSTRI PENGOLAHAN KOPI
• Permasalahan yang dihadapi industri • Produksi bahan baku kopi yang • Terjadinya perebutan bahan baku • Maraknya sertifikasi bahan baku
petani
• Meningkatnya impor bahan baku • Teknologi pengolahan dan kemasan
masih sederhana
• Meningkatnya impor produk mix dengan kualitas dan harga • Maraknya produk kopi olahan
disinyalir menghindari Bea Masuk • Bea Masuk produk kopi olahan
• Adanya kampanye negatif terhadap
animal welfare dan keaslian produk
industri pengolahan kopi termasuk salah satu industri ditetapkan pada Perpres No.28 Tahun 2008 tentang Kebijakan Roadmap Pengembangan Klaster Industri Pengolahan Kopi
Menteri Perindustrian No.115/M-IND/PER/10/2009.
sebagai negara tropis juga mempunyai potensi untuk industri pengolahan kopi specialty dengan citarasa khas seperti kopi Lampung, Kopi Mandailing (Sumut), Kopi (Jatim), Java Preanger Coffee (Jawa Barat), Kintamani Coffee Bajawa Coffee (NTT), Wamena Coffee (Papua) dan Kopi
industri kopi nasional antara lain:
INDUSTRI PENGOLAHAN KOPI
51 51 industri kopi nasional antara lain:
yang cenderung stagnan,
baku antara perusahaan lokal dan eksportir asing,
baku oleh lembaga/eksportir asingyang memberatkan baku kopi kualitas rendah
kemasan pada industri skala kecil dan menengah yang produk kopi olahan utamanya produk kopi instant dan kopi
harga rendah
olahan impor dengan kandungan gula yang tinggi yang Masuk gula
olahan di negara tujuan ekspor yang masih tinggi.
terhadap kopi luwak utamanya tentang permasalahan produk kopi luwak
PETA WILAYAH PENGEMBANGAN INDUSTRI
1
2
3
4
5
6
15
Keterangan : 1. NAD 2. Sumatera Utara 3. Sumatera Barat 4. Jambi 6. Sumatera Selatan 7. Lampung 8. Banten 9. DKI Jakarta10
6
7
8
9
11
12
13
14
15
PETA WILAYAH PENGEMBANGAN INDUSTRI PENGOLAHAN KOPI
16
17
Sumatera Selatan 11. Jawa Tengah 12. DIY 13. Jawa Timur 14. Bali 16. Sulawesi Utara 17. Sulawesi Tengah 18. Sulawesi Selatan
18
Peta Indikasi Geografis Kopi
Sudah terdaftar 8 indikasi geografis untuk kopi
Indikasi Geografis Kopi
53 53
6.1. KINERJA INDUSTRI PENGOLAHAN KOPI
No Uraian Satuan
2010 1 Investasi (trilyun
rupiah) 4,187
2 Unit Usaha Unit 81
3 Kapasitas izin Ribu Ton 185,59 4 Produksi riil Ribu Ton 182,33
Sumber : Ditjen Ind Agro 2014
Ket : * Angka Sementara
5 Konsumsi Ribu ton 0,134 6 Berat Ekspor Ribu Ton 52,43 7 Berat Impor Ribu Ton 4,99 8 Tenaga Kerja Orang 19.507
INDUSTRI PENGOLAHAN KOPI
Tahun 2011 2012 2013 2014* 4,439 4,658 5,036 5,267 82 84 85 90 198,5 219 225,4 238,92 196 210,7 221,9 222,9 0,13 0,132 0,154 0,138 77,32 88,15 84,22 89,28 11,96 10,36 16,49 17,48 19.818 20.118 20.430 21.656
Kopi Biji BM = 5%
Komoditi Hulu
Produk Antara
0901.11.10.00
6.2. POHON INDUSTRI PENGOLAHAN KOPI
Buah Kopi
Kulit & Pulp
Hasil ikutan 0901.90.10.00 Kopi Instan BM = 5% Kopi Sangrai BM = 5% Kopi Tiruan BM = 5% Kopi Dekafeinasi BM = 5% Kopi Bubuk BM = 5% Kopi Mix BM = 5% Kopi Celup BM = 5% Kopi Ekstrak BM = 5% Kopi Kafein, dll BM = 5%
Produk Hilir
2101.11.10.00 0901.21.20.00 0901.22.20.00 2101.11.90.00 2101.12.10.00 0901.12.10.00 2101.11.90.00 2101.12.10.00INDUSTRI PENGOLAHAN KOPI
55 55 Kopi Kafein, dll BM = 5% Arang Asam Asetat Ulin
Protein Sel Tunggal Pektin Etanol Anggur Enzim Pektat Silase Cukai Makan 2101.12.10.00 Kosmetik
•
Pada tahun 2014, Ditjen Industri Agro
Perindustrian tentang penerapan SNI Kopi
•
Pada tahun 2013 sd tahun 2014, Ditjen
perlindungan hak kekayaan intelektual
Indonesia baik melalui perlindungan indikasi
industri sehingga dapat memaksimalkan
Indonesia.
•
Pelatihan Pengolahan Kopi di Jawa Barat, Jawa Tengah dan
•
Seminar dan Pameran Kopi Nusantara
6.3. HAL – HAL YANG SUDAH
•
Seminar dan Pameran Kopi Nusantara
•
Penyusunan Roadmap Industri Pengolahan Kopi
•
Tersusunnya Revisi SNI 2983 : 2014 Tentang Kopi Instan
•
Permenperin No.87 Tahun 2014 tentang Pemberlakuan SNI Kopi Instan Secara Wajib
•
Partisipasi dalam Sidang International Coffee Organization (
•
Keikutsertaan di dalam pameran luar negeri : Foodex di Jepang, Dublin, SIAL Prancis,
Cafe Show Korea Selatan, Shanghai China
Agro telah menerbitkan Peraturan Menteri
Kopi Instant secara wajib.
Ditjen Industri Agro sedang melakukan upaya
untuk kopi specialty dan produk kopi olahan
indikasi geografis, merek, paten maupun desain
memaksimalkan kesejahteraan masyarakat perkopian
Pengolahan Kopi di Jawa Barat, Jawa Tengah dan Bali
HAL YANG SUDAH DILAKUKAN
Penyusunan Roadmap Industri Pengolahan Kopi 2015-2025
Tentang Kopi Instan
tentang Pemberlakuan SNI Kopi Instan Secara Wajib
International Coffee Organization (ICO)
Keikutsertaan di dalam pameran luar negeri : Foodex di Jepang, Dublin, SIAL Prancis,
Cafe Show Korea Selatan, Shanghai China.
•
Nilai pertumbuhan ekspor kopi
meningkat 9,88%
•
Surplus perdagangan kopi olahan Indonesia
sebesar 9,70 % dengan nilai perdagangan
•
Meningkatnya tingkat konsumsi kopi
mencapai 1 kg per kapita / tahun.
•
Terbangunnya citra merek (national
dalam negeri.
6.4. HAL – HAL YANG SUDAH
dalam negeri.
olahan Indonesia tahun 2013-2014
Indonesia pada tahun 2014 diperkirakan
perdagangan mencapai
US$102.699.066,-kopi olahan dalam negeri yang telah
national brand) kopi olahan indonesia di pasar
HAL YANG SUDAH DICAPAI
57 57 57
• Indonesia merupakan urutan ketujuh posisi tahun 2009 pada urutan ke 122.545 Ha dengan produksi dalam untuk kebutuhan dunia untuk tahun hijau, teh putih dengan kualitas memproduksi teh hijau dan teh hitam ataupun ekspor
• Potensi pengembangan industri pengolahan cair dalam kemasan 4,5 liter/kapita/tahun, 60% pada tahun 2013. Jenis produk
(untuk minuman teh instan, ice cream, cream dll). Selain itu, permintaan dengan ditandai tingginya kebutuhan
7. INDUSTRI PENGOLAHAN
dengan ditandai tingginya kebutuhan teh hitam, teh hijau, teh Oolong (teh
• Permasalahan yang dihadapi industri konsumsi teh dalam negeri masih kg/kapita/tahun, India 0,69 kg/kapita Rendahnya produktivitas budidaya
tua
Impor teh terus meningkat karena dibandingkan dengan Sri Lanka 30 Rendahnya harga teh ekspor Indonesia Non tarif barier yang yang diberlakukan Kualitas bahan baku belum sesuai
pasca panen.
Penerapan GMP, HACCP dan ISO rendah Kurang adanya kemampuan melakukan
ketujuh (setelah China, India, Kenya, Sri Lanka, Vietnam dan Turky), ke lima. Luas lahan tanaman teh di Indonesia saat ini mencapai dalam tahun 2013 sebesar 146.682 ton, share produksi Indonesia tahun 2012 sebesar 2,9%. Perkebunan Negara menghasilkan teh kualitas bagus dan sebagian besar di ekspor; Perkebunan Swasta hitam dengan kualitas beragam, produk tersebar di pasar domestik pengolahan teh yang siap diminum (ready to drink). Konsumsi teh liter/kapita/tahun, konsumsi terbesar teh kemasan botol plastik mencapai produk yang beragam dengan berbahan baku teh berkembang pesat cream, RTD, kecantikan dan kosmetik dalam bentuk sabun atau ermintaan teh dunia cukup besar dan menunjukkan trend meningkat, kebutuhan teh dunia tahun 2012 sebesar 4,5 juta ton yang terdiri dari
PENGOLAHAN TEH
kebutuhan teh dunia tahun 2012 sebesar 4,5 juta ton yang terdiri dari teh semi fermentasi) dan teh putih.
industri pengolahan teh
masih rendah yaitu 0,3 kg/kapita/tahun dibanding dengan Cina 0,66 kapita/tahun.
budidaya teh karena tanaman teh yang telah tua dan mesin yang sudah karena bea masuk teh yang berlaku hanya 5% paling rendah jika
30%, Kenya 25%, Turki 145% dan Vietnam 50%.
Indonesia hanya US$ 1,97/kg (65% lebih rendah dariharga Sri Lanka). diberlakukan di negara importir teh.
sesuai dengan permintaan industri karena kurangnya pengolahan rendah, sehingga mutu produk rendah dan tidak konsisten. melakukan inovasi dan diversifikasi produk sesuai dengan permintaan
PETA WILAYAH PENGEMBANGAN INDUSTRI
1
2
3
Keterangan : 1. Sumatera Utara 2. Sumatera Barat 3. Jambi 4. Sumatera Selatan 5. Bengkulu 6. Jawa Barat 7. Jawa Tengah4
5
6
7
8
9
PETA WILAYAH PENGEMBANGAN INDUSTRI PENGOLAHAN TEH
59 59 Bengkulu Barat Tengah
10
8. DIY 9. Jawa Timur 10. Sulawesi Selatan7.1. KINERJA INDUSTRI PENGOLAHAN TEH
No Uraian Satuan
2011 1 Investasi Trilyun rupiah
2 Unit Usaha Unit
3 Kapasitas izin Ribu Ton 169,50 4 Produksi riil Ribu Ton 124,08 5 Konsumsi Ribu Ton
Nilai Produksi Juta rupiah 1.744.000
Sumber : Ditjen Ind Agro 2014
Ket : * Angka Sementara
Nilai Produksi Juta rupiah 1.744.000
Utilisasi Persen
6 Berat Ekspor Ribu Ton
Nilai Ekspor Ribu US$ 132.401 7 Berat Impor Ribu Ton
Nilai Impor Ribu US$ 21.333
8 Tenaga Kerja Orang 26.186
INDUSTRI PENGOLAHAN TEH
Tahun 2012 2013 2014* 1,104 1,353 1,247 1,374 120 126 126 134 169,50 151,28 154,92 164,22 124,08 128,69 129,70 137,48 0,073 0,088 0,086 0,097 1.744.000 1.918.000 1.985.000 2.104.100 1.744.000 1.918.000 1.985.000 2.104.100 73,20 85,06 83,72 83,73 65,93 58,46 58,70 46,38 32.401 119.974 119.438 82.996 15,38 17,02 15,39 11,50 21.333 23.836 21.567 17.383 26.186 27.133 29.693 31.475
7.2 POHON INDUSTRI PENGOLAHAN TEH
POHON INDUSTRI PENGOLAHAN TEH
61 61
7.3. HAL-HAL YANG SUDAH DILAKUKAN
• Telah melakukan penyusunan SNI Teh dalam kemasan, teh instan,
teh kering dalam kemasan, teh hijau celup dan teh hitam celup
• Pelatihan GMP Teh di Jawa Barat dan Jawa Tengah
• Mengusulkan kenaikan tarif Bea
industri the yang semula 5% menjadi
0901.21.10.00, 0901.21.20.00, 0901.22.10.00, 0901.22.20.00,
0902.30.10.00, 0902.30.90.00, 0902.40.10.00
0902.30.10.00, 0902.30.90.00, 0902.40.10.00
• Mengikut sertakan industri teh dalam
luar negeri.
YANG SUDAH DILAKUKAN
Telah melakukan penyusunan SNI Teh dalam kemasan, teh instan,
teh kering dalam kemasan, teh hijau celup dan teh hitam celup.
Pelatihan GMP Teh di Jawa Barat dan Jawa Tengah
Bea Masuk Umum (MFN) sektor
menjadi 20% untuk No HS.
0901.21.10.00, 0901.21.20.00, 0901.22.10.00, 0901.22.20.00,
0902.30.10.00, 0902.30.90.00, 0902.40.10.00 dan 0902.40.90.00)
0902.30.10.00, 0902.30.90.00, 0902.40.10.00 dan 0902.40.90.00)
•
Promosi produk teh olahan di pasar
•
Telah melakukan penyusunan SNI antara
-
Minuman Teh dalam kemasan : 3143
-
Teh Instan : 7707:2011;
-
Teh Kering Dalam Kemasan : 3836
7.4. HAL – HAL YANG SUDAH
-
Teh Kering Dalam Kemasan : 3836
-
Teh Hijau Celup (RSNI 4324 : 2013
-
Teh Hitam Celup (RSNI 3753:2013
•
Volume ekspor teh pada tahun 2013
masih lebih besar dibandingkan dengan
US$ 21.567.
pasar dalam negeri dan luar negeri.
antara lain :
3143-2011.
3836 : 2013
HAL YANG SUDAH DICAPAI
63 63
3836 : 2013
2013);
2013).
2013 yaitu 58.703 ton senilai US$ 119.438
dengan volume impor teh 15.389 ton senilai
•
Produk turunan kakao
di masa mendatang
cocoa butter, cocoa powder,
olahan dari cokelat.
•
Kapasitas produksi industri pengolahan kakao meningkat
dari 735.000 ton tahun
ton (naik 4%) pada tahun
dari 324.000 ton pada tahun
8. INDUSTRI PENGOLAHAN KAKAO
dari 324.000 ton pada tahun
390.000 pada tahun
•
Berkembangnya
mendorong berkembangnya industri hilir cokelat seperti
Nestle, Mayora, Indolakto, dan Unilever dengan investasi
mencapai Rp. 3,0 Triliun.
kakao yang potensial untuk dikembangkan
endatang adalah : cocoa liquor, cocoa cake,
cocoa butter, cocoa powder, makanan dan minuman
.
Kapasitas produksi industri pengolahan kakao meningkat
ton tahun 2013 meningkat menjadi 765.000
%) pada tahun 2014 dengan kenaikan produksi
ton pada tahun 2013 meningkat menjadi
INDUSTRI PENGOLAHAN KAKAO
ton pada tahun 2013 meningkat menjadi
pada tahun 2014 (naik 20%).
Berkembangnya
industri
pengolahan
kakao
turut
mendorong berkembangnya industri hilir cokelat seperti
Nestle, Mayora, Indolakto, dan Unilever dengan investasi
PETA WILAYAH PENGEMBANGAN INDUSTRI
1
Keterangan : 1. Sumatera Barat 2. Sulawesi Tengah 3. Sulawesi Barat 4. Sulawesi Tenggara 5. Sulawesi SelatanPETA WILAYAH PENGEMBANGAN INDUSTRI PENGOLAHAN KAKAO
2
3
65 653
4
Sulawesi Tenggara Sulawesi Selatan5
8.1. KINERJA INDUSTRI PENGOLAHAN KAKAO
NO URAIAN SATUAN
2010 1 Jumlah Investasi Juta USD 250 2 Jumlah Perusahaan Unit Usaha
3 Kapasitas Ribu Ton 345
4 Produksi Ribu Ton 150
5 Konsumsi Ribu Ton 36,
6 Ekspor
Biji Kakao Ton 432.427 Kakao Olahan Ton 103.055
Sumber : BPS diolah Ditjen Ind Agro
Kakao Olahan Ton 103.055 Total Ribu Ton 535,
Nilai Ribu USD 1.596.824 7 Impor
Biji Kakao Ton 24.830 Kakao Olahan Ton 13.851
Total Ribu Ton 38, Nilai Ribu USD 137.082 8 Jumlah Tenaga Kerja Orang 4.000
. KINERJA INDUSTRI PENGOLAHAN KAKAO
TAHUN 2011 2012 2013 2014 250 330 495 570 600 15 16 16 18 19 345 560 660 735 765 150 250 310 324 390 ,42 59,30 68,61 128,18 102,33 432.427 210.067 163.501 188.420 63.334 103.055 178.951 196.480 196.333 242.206 103.055 178.951 196.480 196.333 242.206 ,48 389,02 359,98 384,75 305,54 1.596.824 1.291.397 994.813 1.099.736 1.095.429 24.830 19.100 23.943 30.766 109.410 13.851 15.400 13.338 18.480 14.269 ,68 34,50 37,28 49,25 123,679 137.082 136.710 131.509 147.534 392.427 4.000 4.300 4.300 5.300 5.8008.2. POHON INDUSTRI PENGOLAHAN KAKAO
Cake Liqour Biji Butter/ Fat Pupuk Tannin Shell , Pulp , PodPupuk
Single Cell Protein
Alkohol Pektin
Jelly
Plastik Filler Bahan Bakar
. POHON INDUSTRI PENGOLAHAN KAKAO
Cokelat Kembang Gula Powder Minuman Cokelat Malt Extract Es Krim Essence (Flavour) Oleo Chemical Fatty Acid Butter/ Fat 67 67 Single Cell Protein
Alkohol tik Filler Bahan Bakar