• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN INDUSTRI PRIORITAS AGRO. Direktorat Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGEMBANGAN INDUSTRI PRIORITAS AGRO. Direktorat Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian"

Copied!
136
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN

PRIORITAS

Direktorat Jenderal Industri

Kementerian Perindustrian

PENGEMBANGAN INDUSTRI

PRIORITAS AGRO

Direktorat Jenderal Industri Agro

Kementerian Perindustrian

(2)

DAFTAR ISI

I. LATAR BELAKANG

II. KINERJA INDUSTRI AGRO III. INDUSTRI PRIORITAS AGRO

A. Industri Berdaya Saing Kuat

1. Industri Berbasis Minyak Sawit 2. Industri Berbasis Karet

3. Industri Berbasis Rumput Laut 4. Industri Berbasis Pulp & Kertas B. Industri Berdaya Saing Moderat

5. Industri Pengolahan Kayu dan Rotan 6. Industri Pengolahan Kopi

7. Industri Pengolahan Teh 7. Industri Pengolahan Teh 8. Industri Pengolahan Kakao 9. Industri Pengolahan Ikan C. Industri Penunjang Pangan

10. Industri Gula Berbasis Tebu 11. Industri Tepung Terigu 12. Industri Pakan Ternak 13. Industri Pengolahan Susu 14. Industri Pengolahan Buah D. Industri Yang Dikendalikan

15.Industri Hasil Tembakau 16.Industri Minuman Beralkohol IV. PENUTUP

DAFTAR ISI

3 6 14 15 16 23 28 34 42 43 52 58 58 64 72 78 79 97 103 109 115 121 122 129 134

(3)

3 3

(4)

1. Industri Agro merupakan industri andalan masa yang cukup potensial yang berasal dari sektor perkebunan dan kehutanan, dengan produksi tahun

Kakao Rumput Laut (Kering) Kelapa CPO & CPKO

(31 juta ton) No.1 di Dunia Lada (88 ribu ton) No.3 Di Dunia Pulp (6,2 juta ton) No.9 di Dunia

LATAR BELAKANG

2. Di samping itu, industri agro juga membutuhkan

dalam negeri atau tersedia namun jumlah tidak memenuhi, Kakao

(450 ribu ton) No.3 di Dunia

Rumput Laut (Kering) (237 Ribu ton) No.1 di Dunia Kelapa (3,3 Juta Ton) No. 1 Di Dunia (738 No. Jagung (16,72 Juta Ton) Impor (3,2 Juta Ton) Kedelai (2,67 juta Ton) Impor (2,16 Juta Ton) Kertas Bekas (6,5 Juta Ton) Impor (3,5 Juta Ton)

masa depan, karena didukung oleh sumber daya alam sektor pertanian, perikanan/kelautan, peternakan, tahun 2014 sebagai berikut :

Kopi Ikan dan Udang Teh Ubi Kayu

Kertas (10,9 juta ton) No. 6 di Dunia Karet (3,23 Juta Ton) No.2 di Dunia Rotan (143 ribu Ton) No.1 Di Dunia

LATAR BELAKANG

membutuhkan bahan baku impor, yaitu yang tidak tersedia di memenuhi, dengan kebutuhan total tahun 2014:

Kopi 38 Ribu Ton) No. 4 di Dunia

Ikan dan Udang (10,5 Juta Ton) No. 2 di Dunia Teh (147,7 ribu Ton) No.7 di Dunia Ubi Kayu (24 Juta Ton) Daging (594 ribu Ton) Impor (69 ribu Ton) Gula (5,88 Juta Ton) Impor (2,86 Juta Ton) Beras (30,13 juta Ton) Impor (537 ribu Ton)

(5)

LATAR BELAKANG (lanjutan)

3. Pemanfaatan SDA sebagai bahan baku

berganda yang luas, seperti : 1). penguatan

nilai

tambah,

3).

pertumbuhan

pengembangan wilayah industri, 5)

lapangan kerja, 7). penghematan devisa,

penerimaan pajak bagi pemerintah.

4. Potensi yang besar didukung pula oleh

jumlah penduduk 252 juta orang, jumlah

juta orang dengan 42% hidup di perkotaan

US$ 3.200, yang merupakan potensi tenaga

LATAR BELAKANG (lanjutan)

baku industri agro akan mempunyai efek

penguatan struktur industri, 2). Peningkatan

sub

sektor

ekonomi

lainnya,

4).

). proses alih teknologi, 6). perluasan

devisa, 8). perolehan devisa, 9). peningkatan

5 5

oleh bonus demografi Indonesia, dengan

jumlah masyarakat kelas menengah + 45

perkotaan dan pendapatan per kapita +

(6)
(7)

A. PERTUMBUHAN INDUSTRI PENGOLAHAN NON

MENURUT CABANG

No LAPANGAN USAHA

2 Industri Makanan dan Minuman 3 Industri Pengolahan Tembakau 4 Industri Tekstil dan Pakaian Jadi

5 Industri Kulit, Barang dari Kulit dan Alas Kaki

6 Industri Kayu, Barang dari Kayu dan Gabus dan Barang Anyaman dari Bambu, Rotan dan Sejenisnya

7 Industri Kertas dan Barang dari Kertas; Percetakan dan Reproduksi Media Rekaman

8 Industri Kimia, Farmasi dan Obat Tradisional 9 Industri Karet, Barang dari Karet dan Plastik 9 Industri Karet, Barang dari Karet dan Plastik 10 Industri Barang Galian bukan Logam

11 Industri Logam Dasar

12 Industri Barang Logam; Komputer, Barang Elektronik, Optik; dan Peralatan Listrik

13 Industri Mesin dan Perlengkapan 14 Industri Alat Angkutan

15 Industri Furnitur

16 Industri Pengolahan Lainnya; Jasa Reparasi dan Pemasangan Mesin dan Peralatan

Industri Agro Industri Non Migas

Produk Domestik Bruto (PDB)

PERTUMBUHAN INDUSTRI PENGOLAHAN NON-MIGAS

MENURUT CABANG-CABANG INDUSTRI

2011 2012 2013 2014

10,98 10,33 4,07 9,54 -0,23 8,82 -0,27 8,85

6,49 6,04 6,58 1,53

10,94 -5,43 5,23 5,51 Industri Kayu, Barang dari Kayu dan Gabus dan Barang

-2,72 -0,80 6,19 6,07 Kertas dan Barang dari Kertas; Percetakan dan

3,89 -2,89 -0,53 3,43 8,66 12,78 5,10 3,89 2,08 7,56 -1,86 1,16 Persen (%) 7 7 2,08 7,56 -1,86 1,16 7,78 7,91 3,34 2,39 13,56 -1,57 11,63 5,89 Barang Logam; Komputer, Barang Elektronik, Optik;

8,79 11,64 9,22 2,92 8,53 -1,39 -5,00 8,80 6,37 4,26 14,95 3,94 9,93 -2,15 3,64 3,58 Pemasangan -1,09 -0,38 -0,70 7,30 7,42 7,20 3,27 8,36 7.46 6.98 5.45 5.61 6,17 6,03 5,58 5,02

Sumber : BPS diolah oleh Ditjen Industri Agro Tahun dasar 2010

(8)

Kontribusi Industri Agro pada PDB

Industri Pengolahan Tahun 2013

B. KONTRIBUSI SEKTOR INDUSTRI

INDUSTRI PENGOLAHAN NON MIGAS

Total kontribusi industri agro terhadap industri pengolahan non migas tahun 2013 sebesar 44% dan meningkat menjadi sebesar 45% pada tahun 2014.

KONTRIBUSI SEKTOR INDUSTRI AGRO TERHADAP

INDUSTRI PENGOLAHAN NON MIGAS

Kontribusi Industri Agro pada PDB

Industri Pengolahan Tahun 2014

Sumber : BPS diolah Kemenperin Total kontribusi industri agro terhadap industri pengolahan non migas tahun 2013 sebesar 44% dan meningkat menjadi sebesar

(9)

C. PERKEMBANGAN EKSPOR INDUSTRI AGRO PERIODE JANUARI SAMPAI

DENGAN DESEMBER TAHUN 2014

NO. URAIAN 2011 2012

1 Pengolahan Kelapa/Kelapa Sawit 23.243,6

2 Pulp dan Kertas 5.733,5

3 Makanan dan Minuman 4.440,8

4 Pengolahan Kayu 4.475,0

5 Rokok 648,4

6 Makanan Ternak 504,0

Nilai ekspor industri agro pada periode Januari-Desember

sama tahun 2013 dari US$ 38,658 milyar menjadi

kontribusi sebesar 36% terhadap ekspor industri

Sumber : BPS diolah oleh Ditjen Industri Agro

6 Makanan Ternak 504,0

7 Pengolahan Tetes 296,2

8 Pengolahan Rotan Olahan 208,0 9 Pengolahan Hasil Hutan Ikutan 54,0

Total Ekspor Industri Agro 39.603,6 40.116,9 Total Ekspor Industri Pengolahan

Nasional 122.188,7 116.125,1

PERKEMBANGAN EKSPOR INDUSTRI AGRO PERIODE JANUARI SAMPAI

DENGAN DESEMBER TAHUN 2014

Nilai US$ Juta

2012 Januari – Desember 2013 2014 % Perub % Peran 2014 23.397,0 20.660,4 23.711,6 14,77 20,21 5.518,0 5.644,0 5.498,6 -2,58 4,69 4.652,9 5.379,8 5.554,4 3,24 4,73 4.539,9 4.727,7 5202,2 10,04 4,43 732,5 834,3 942,3 12,95 0,80 625,8 737,4 772,9 4,82 0,66 9 9

Desember 2014 meningkat di banding periode yang

menjadi sebesar US$ 42,339 milyar dan memberikan

industri pengolahan nasional.

625,8 737,4 772,9 4,82 0,66 320,9 367,8 397,4 8,05 0,34 286,7 264,1 214,3 -18,85 0,18 43,1 43,0 45,4 5,69 0,04 40.116,9 38.658,4 42.339,1 9,52 36,08 116.125,1 113.029,9 117.329,9 3,80 100

(10)

PERKEMBANGAN IMPOR INDUSTRI AGRO PERIODE JANUARI SAMPAI

DENGAN DESEMBER TAHUN 2014

NO. URAIAN 2011 2012

1 Pengolahan Kelapa/Kelapa Sawit 109,5

2 Pulp dan Kertas 3.115,0

3 Makanan dan Minuman 2.195,1

4 Pengolahan Kayu 483,5

5 Rokok 1.943,5

6 Makanan Ternak 2.220,5

Nilai impor industri agro pada periode Januari-Desember

sama tahun 2013 dari US$ 13,294 milyar menjadi

kontribusi sebesar 4,23% terhadap ekspor industri

Sumber : BPS diolah oleh Ditjen Industri Agro

6 Makanan Ternak 2.220,5

7 Pengolahan Tetes 38,9

8 Pengolahan Rotan Olahan 1,1 9 Pengolahan Hasil Hutan Ikutan 31,9

Total Impor Industri Agro 10.138,91 13.174,16 Total Impor Industri Pengolahan

Nasional 126.099,5 139.734,1

PERKEMBANGAN IMPOR INDUSTRI AGRO PERIODE JANUARI SAMPAI

DENGAN DESEMBER TAHUN 2014

Nilai US$ Juta

2012 Januari – Desember 2013 2014 % Perub % Peran 2014 100,2 163,1 84,0 -48,53 0,07 3.019,9 3.200,6 3.247,9 1,48 1,48 6.158,4 5.801,3 5.755,1 -0,80 -0,80 503,4 490,6 476,3 -2,93 0,38 504,4 501,7 466,3 -7,06 0,38 2.799,7 3.044,5 3.276,2 7,61 2,65

Desember 2014 meningkat di banding periode yang

menjadi sebesar US$ 13,392 milyar dan memberikan

industri pengolahan nasional.

2.799,7 3.044,5 3.276,2 7,61 2,65 59,9 62,8 57,3 -8,79 0,05 0,5 0,8 0,4 -49,20 0,00 27,7 29,1 29,1 0,00 0,02 13.174,16 13.294,52 13.392,49 0,74 4,23 139.734,1 131.400,7 123.826,4 -8,29 100,00

(11)

D. PERKEMBANGAN INVESTASI PMDN SEKTOR INDUSTRI TAHUN 2014

(Rp. Miliar)

NO SEKTOR 2010 2011 P I P I 1 Industri Makanan 166 16.405,4 258 7.940,9 2 Industri Tekstil 26 431,7 52 999,

3 Ind. Barang Dari Kulit & Alas

Kaki 4 12,5 3 13,5 4 Industri Kayu 6 451,3 14 514,9

5 Ind. Kertas dan Percetakan 25 1.102,8 53 9.296,3

6 Ind. Kimia dan Farmasi 64 3.266,0 106 2.711,9

7 Ind. Karet dan Plastik 48 522,8 81 2.295,

8 Ind. Mineral Non Logam 13 2.264,6 39 7.440,5

8 Ind. Mineral Non Logam 13 2.264,6 39 7.440,5

9 Ind. Logam, Mesin &

Elektronik 50 789,6 76 6.787,0 10 Ind. Instru. Kedokteran,

Presisi & Optik dan Jam - 0 1 0,0 11 Ind. Kendaraan Bermotor &

Alat Transportasi Lain 15 362,2 16 529,1 12 Industri Lainnya 2 3,7 7 4,8

Jumlah 419 25.612,6 706 38.533,8 Industri Agro 197 17.959,5 325 17.752,1

P : Jumlah Izin Usaha; I : Nilai Realisasi Investasi (Rp. Milyar) Sumber : BKPM (data

Nilai investasi PMDN sektor industri agro pada

meningkat sebesar 8,76% dari periode tahun

PERKEMBANGAN INVESTASI PMDN SEKTOR INDUSTRI TAHUN 2014

(Rp. Miliar)

2012 2013 2014 Pertumbu han 2013 ke 2014% P I P I P I 7.940,9 222 11.166,7 434 15.080,9 320 19.596,4 29,94 999,2 51 4.450,9 101 2.445,9 72 1.451,5 -40,66 13,5 9 76,7 10 80,1 10 103,1 28,74 14,9 15 57,0 18 390,7 21 585,1 49,74 296,3 64 7.561,0 112 6.849,4 57 4.093,7 -40,23 711,9 94 5.069,5 153 8.886,5 105 13.313,6 49,82 2.295,7 110 2.855,0 145 2.905,2 132 2.117,5 -27,11 7.440,5 37 10.730,7 66 4.624,5 57 11.923,1 157,82 11 11 7.440,5 37 10.730,7 66 4.624,5 157,82 787,0 81 7.225,7 131 7.567,5 123 5.292,6 -30,06 0,0 - - 12 210,1 1 --98,74 29,1 21 664,4 31 2.068,5 28 490,1 -75,88 4,8 10 31,5 12 61,8 16 68,1 -8,22 8.533,8 714 49.888,9 1.225 51.171,1 942 59.035 15,37 17.752,1 301 18.784,7 564 22.321,0 398 24.275 8,76

Sumber : BKPM (data kumulatif 2014)

pada 2014 sebesar Rp 24,275 triliun atau

tahun 2013.

(12)

E. PERKEMBANGAN INVESTASI PMA SEKTOR INDUSTRI TAHUN 2014

(US$ Juta)

NO SEKTOR 2010 2011 P I P I 1. Industri Makanan 194 1.025,7 308 1.104,6 2. Industri Tekstil 110 154,8 166 49

3. Ind. Barang Dari Kulit & Alas

Kaki 30 130,4 59 2 4. Industri Kayu 31 43,1 29 51

5. Ind. Kertas & Percetakan 32 46,4 42 25

6. Ind. Kimia dan Farmasi 159 793,4 223 1.46

7. Ind. Karet dan Plastik 100 104,3 148 37

8. Ind. Mineral Non Logam 8 28,4 46 137,

9. Ind. Logam, Mesin &

Elektronik 269 589,5 383 1.77 10. Ind. Instru. Kedokteran,

Presisi & Optik dan Jam 2 1,4 5 41,9 11. Ind. Kendaraan Bermotor &

Alat Transportasi Lain 97 393,8 147 770, 12. Industri Lainnya 59 27,6 87 64,

Jumlah 1.096 3.357 1.643 6.7

Industri Agro 257 1.115,2 379 1.413,2

P : Jumlah Izin Usaha; I : Nilai Realisasi Investasi (US$ Juta) Sumber : BKPM (data

Nilai investasi PMA sektor industri agro pada

meningkat sebesar 17,55% dibandingkan periode

PERKEMBANGAN INVESTASI PMA SEKTOR INDUSTRI TAHUN 2014

(US$ Juta)

2012 2013 2014 Pertumb uhan 2013 ke 2014% P I P I P I .104,6 347 1.782,9 797 2.117,7 1.054 3.140 48,25 497,3 149 473,1 241 750,7 368 423 -43,72 55,0 73 158,9 91 96,2 137 211 119,03 51,1 38 76,3 59 39,5 75 64 61,17 257,5 57 1.306,6 103 1.168,9 110 707 -39,55 1.467,4 230 2.769,8 430 3.142,3 578 2.323 -26,06 370,0 147 660,3 231 472,2 345 544 15,18 137,1 48 145,8 138 874,1 167 917 4,89 1.772,8 364 2.452,6 679 3.327,1 986 2.472 -25,70 41,9 4 3,4 12 26,1 15 7 -72,23 770,1 163 1.840,0 342 3.732,2 442 2.061 -44,77 64,7 94 100,2 199 111,7 232 152 35,84 6.789,6 1.714 11.770,0 3.322 15.858,8 4.509 13.019 -17,90 1.413,2 442 3.165,8 959 3.326,1 1.239 3.910 17,55

Sumber : BKPM (data kumulatif 2014)

pada 2014 mencapai US$ 3,9 milyar atau

periode tahun 2013.

(13)

No Uraian Satuan Industri Hasil Hutan dan Perkebunan

1 Jumlah Unit Usaha Unit 2 Nilai Investasi Trilyun Rupiah 3 Nilai Produksi Trilyun Rupiah

Industri Makanan, Hasil Laut dan Perikanan 1 Jumlah Unit Usaha Unit 2 Nilai Investasi Trilyun Rupiah 3 Nilai Produksi Trilyun Rupiah

Industri Minuman dan Tembakau

F. Gambaran Umum Industri Agro

Industri Minuman dan Tembakau

1 Jumlah Unit Usaha Unit 2 Nilai Investasi Trilyun Rupiah 3 Nilai Produksi Trilyun Rupiah

TOTAL INDUSTRI AGRO

1 Jumlah Unit Usaha Unit 2 Nilai Investasi Trilyun Rupiah 3 Nilai Produksi Trilyun Rupiah

Industri Agro terdiri dari industri hasil hutan dan perkebunan, minuman dan tembakau. Jumlah keseluruhan unit usaha

Rp. 173,9 trilyun dan nilai produksi Rp. 589,36 trilyun pada

dengan jumlah unit usaha 6.927 unit, nilai investasi Rp. 148 Sumber : BPS diolah oleh Ditjen Industri Agro

Tahun 2010 2011 2012 2013 2014 1.584 1.610 1.663 1.673 1.630 62,69 66,03 68,76 69,16 73,11 84,97 131,75 105,89 99,44 104,16 3.275 3.439 3.579 3.741 3.911 25,72 17,64 27,9 37,2 56,89 208,97 280,97 312,74 384,3 472,24

F. Gambaran Umum Industri Agro

13 13 2.807 2.702 1.702 1.513 1.515 34,9 37 38,82 41,97 43,9 10,53 10,53 11,56 12,24 12,96 7.666 7.751 6.944 6.927 7.056 123,31 120,67 135,48 148,33 173,9 304,47 423,25 430,19 495,98 589,36 perkebunan, industri makanan, hasil laut dan perikanan serta industri usaha industri agro adalah 7.056 unit dengan nilai investasi

pada tahun 2014 yang meningkat dibanding tahun 2013 148,33 trilyun dan nilai produksi Rp. 495,98 trilyun.

(14)
(15)

15 15

(16)

Berdasarkan Peraturan

tentang Rencana Induk

(RIPI) Tahun 2015-2035

(turunan MSM) merupakan

dikembangkan dan

tinggi, seperti industri

pharmaceutical.

Pemanfaatan CPO

1. INDUSTRI BERBASIS MINYAK SAWIT

Pemanfaatan CPO

dalam negeri sebagai

yang masih terbatas

minyak goreng, margarin,

Ghee)

dan industri

lain fatty acids, fatty

Peraturan Pemerintah No.14 tahun 2015

Induk Pembangunan Industri Nasional

2035, industri pengolahan kelapa sawit

merupakan salah satu prioritas untuk

mempunyai nilai tambah yang lebih

industri oleofood, oleochemical, kemurgi dan

selama ini digunakan oleh industri

1. INDUSTRI BERBASIS MINYAK SAWIT

selama ini digunakan oleh industri

sebagai bahan baku industri turunan CPO

terbatas yaitu industri pangan (antara lain

margarin, shortening, CBS, Vegetable

industri non pangan yaitu oleokimia (antara

(17)

PETA WILAYAH PENGEMBANGAN INDUSTRI

1

2

3

4

5

Keterangan : 1. Sumatera Utara 2. Riau 3. Kalimantan Barat 4. Kalimantan Tengah 5. Kalimantan Timur 6. Papua

PETA WILAYAH PENGEMBANGAN INDUSTRI HILIR CPO

17

6

Kalimantan Tengah Kalimantan Timur Papua

(18)

1.1. KINERJA INDUSTRI BERBASIS MINYAK SAWIT

No Uraian Satuan

2010 1 Investasi Trilyun Rupiah

2 Jumlah Unit Usaha Unit 3 Kapasitas Produksi

Minyak Goreng Sawit Ribu Ton 26.500 Oleokimia Ribu Ton

Biodiesel Kilo Liter (KL) 5.590.000 4 Produksi

Minyak Goreng Sawit Ribu Ton

* Untuk tahun 2014 data masih bersifat Prognosa Minyak Goreng Sawit Ribu Ton

Oleokimia Ribu Ton

Biodiesel Kilo Liter (KL) 2.685.000 5 Konsumsi

Minyak Goreng Sawit Ton 4.875.000

Oleokimia Ton 240.000

Biodiesel Kilo Liter (KL) 728.000 6 Ekspor

Minyak Goreng Sawit Ton 10.850.000

Oleokimia Ton 1.015.000

Biodiesel Kilo Liter (KL) 2.020.000

7 Impor Ton

8 Tenaga Kerja Orang 287.000

INDUSTRI BERBASIS MINYAK SAWIT

Tahun 2010 2011 2012 2013 2014* 25.4 26.3 27.8 27.8 29.5 85 89 93 95 106 26.500 27.200 28.000 32.000 35.000 2.520 2.650 2.700 3.100 3.500 5.590.000 5.600.000 5.670.000 5.750.000 6.400.000 1.650 17.300 17.400 17.450 22.250

Sumber : BPS diolah Pusdatin Kemenperin 2014

1.650 17.300 17.400 17.450 22.250 1.195 1.250 1.300 2.100 2.850 2.685.000 2.750.000 2.800.000 1.850.000 2.785.000 4.875.000 5.350.000 5.500.000 5.575.000 5.750.000 240.000 245.000 250.000 260.000 350.000 728.000 735.000 750.000 750.000 1.365.000 10.850.000 11.350.000 11.900.000 12.050.000 16.500.000 1.015.000 1.030.000 1.050.000 1.070.000 2.500.000 2.020.000 2.035.000 2.050.000 1.110.000 1.420.000 - - - - -287.000 325.000 330.000 330.000 335.000

(19)

1.2. POHON INDUSTRI BERBASIS MINYAK SAWIT

BERBASIS MINYAK SAWIT

19 19

(20)

 Tax Allowance

untuk Bidang-Bidang

Daerah Tertentu (PP 1 tahun 2007

2011) untuk Seluruh Lingkup Bidang

 Industri Hilir Kelapa Sawit tertentu

memperoleh insentif

Tax Holiday

Nomor

130/PMK.011/2011

jo

Nomor

1) Pemberian Insentif Investasi

1.3. HAL-HAL YANG SUDAH

Nomor

130/PMK.011/2011

jo

Nomor

Pemberian Fasilitas pembebasan Pajak

 Pembebasan Bea Masuk

atas Impor

Pembangunan atau Pengembangan

Modal (PMK 76 tahun 2012).

Bidang Usaha Tertentu dan/atau di

Daerah-jo PP 62 tahun 2008 Daerah-jo PP 52 tahun

Bidang Usaha Industri Hilir Kelapa Sawit

tertentu (yang dianggap pioneer) dapat

sesuai Peraturan Menteri Keuangan

Nomor

192/PMK.011/2014

tentang

YANG SUDAH DILAKUKAN

Nomor

192/PMK.011/2014

tentang

Pajak Penghasilan Badan.

Impor Mesin serta Barang dan Bahan untuk

Pengembangan Industri dalam rangka Penanaman

(21)

2) Restrukturisasi Bea Keluar CPO dan Produk Turunannya (PMK 75 Tahun 2012)

 Restrukturisasi Bea Keluar (BK) CPO dan produk

Menjamin ketersediaan bahan baku minyak

Mengamankan pasokan serta harga minyak goreng di dalam negeri;

Mendukung Program Nasional Hilirisasi

 Prinsip Restrukturisasi:

BK CPO & CPKO dikenakan setelah

(Batas bawah dikenakan BK CPO adalah

1.3. HAL-HAL YANG SUDAH DILAKUKAN (

BK CPO & CPKO dikenakan setelah

(Batas bawah dikenakan BK CPO adalah

750/ton).

Tarif Bea Keluar produk Hilir lebih rendah

akan mendorong tumbuhnya industri

negeri.

Tarif BK Minyak Goreng cukup rendah,

Kemasan lebih rendah daripada Produk

Branding.

Tambahan

cakupan

produk

yang

Hydrogenated, bungkil, PFAD sebagai

Bea Keluar CPO dan Produk Turunannya (PMK 75 Tahun 2012)

produk turunannya diperlukan untuk :

minyak sawit bagi industri domestik;

Mengamankan pasokan serta harga minyak goreng di dalam negeri;

Hilirisasi Industri Kelapa Sawit

setelah produsen CPO memperoleh keuntungan,

adalah pada saat harga CPO lebih besar dari US$

YANG SUDAH DILAKUKAN (LANJUTAN)

21 21

setelah produsen CPO memperoleh keuntungan,

adalah pada saat harga CPO lebih besar dari US$

rendah daripada produk hulunya, sehingga

industri turunan MSM yang lebih hilir di dalam

rendah, dengan Tarif Bea Keluar Minyak Goreng

Produk Curah mendukung program National

dikenakan

Bea

Keluar

untuk

produk

(22)

3) Pengembangan Kawasan Industri

 Fasilitasi

dan

Koordinasi

Pengembangan

Kawasan Industri Sei Mangkei

Utara), Dumai – Kuala Enok (Riau) ,

(Kalimantan Timur)

 Pendirian Pusat Inovasi Industri Hilir

Sawit di Kawasan Industri Sei Mangkei

1.3. HAL-HAL YANG SUDAH DILAKUKAN (

4) Promosi Investasi dan Anti Negative

Campaign

Partisipasi aktif dalam Promosi Investasi

Anti

Negative

Campaign

serta

up/fasilitasi calon investor potensial

dan Luar Negeri) di bidang usaha Industri

Kelapa Sawit.

Pengembangan

(Sumatera

dan Maloy

Hilir Kelapa

Mangkei Sumut.

YANG SUDAH DILAKUKAN (LANJUTAN)

Investasi dan Anti Negative

Investasi dan

serta

follow

potensial (Dalam

Industri Hilir

(23)

 Indonesia berpotensi untuk menjadi

karet dunia karena didukung potensi

 Produk-produk karet potensial yang

komponen otomotif, komponen elektronika,

rumah tangga;

 Ekspor produk crumb rubber Indonesia

ton dan menurun menjadi sebesar 2

 Ekspor produk barang karet pada tahun

2. INDUSTRI BERBASIS KARET

 Ekspor produk barang karet pada tahun

1.519 milyar, sedikit menurun jika

mencapai US$ 1,6 milyar.

menjadi produsen utama karet dan barang

potensi karet alam;

yang diproduksi : ban, sarung tangan,

elektronika, maupun untuk keperluan

Indonesia pada taun 2013 sebesar 2,6 juta

,5 juta ton pada tahun 2014

tahun 2013 dengan nilai sebesar US$

2. INDUSTRI BERBASIS KARET

23 23

tahun 2013 dengan nilai sebesar US$

jika dibandingkan tahun 2012 yang

(24)

PETA WILAYAH PENGEMBANGAN INDUSTRI

1

5

6

2

3

4

10

11

12

13

5

6

7

Keterangan : 1. Sumatera Utara 2. Sumatera Barat 3. Riau 4. Jambi 5. Sumatera Selatan 6. Bengkulu 7. Lampung 8. Jawa Tengah 9. Jawa Timur

9

8

12

PETA WILAYAH PENGEMBANGAN INDUSTRI CRUMB RUBBER

5. Sumatera Selatan 6. Bengkulu 7. Lampung 8. Jawa Tengah 9. Jawa Timur 10. Kalimantan Barat 11.. Kalimantan Tengah 12. Kalimantan Selatan 13. Kalimantan Timur 14. Sulawesi Selatan

14

(25)

2.1. KINERJA INDUSTRI KARET

NO. URAIAN SATUAN

2010 1 Investasi Trilyun

Rupiah 5,34

2 Jumlah Perusahaan Unit 125 3 Kapasitas Produksi Ribu Ton 2.515,4 4 Produksi Riil Ribu Ton 2.444,3

Sumber : BPS diolah oleh Ditjen Industri Agro

5 Konsumsi Ribu Ton 420

6 Ekspor Ribu Ton 2.278,8

7 Impor Ribu Ton 12,7

8 Tenaga Kerja Orang 24.740

2.1. KINERJA INDUSTRI KARET REMAH (CRUMB RUBBER)

Tahun 2011 2012 2013 2014 5,98 6,68 6,68 6,87 125 130 144 144 2.817,2 2.817,2 3.746,2 4.868,1 2.555,2 2.562,1 3.257,5 3.153 25 25 25 430 480 520 580 2.478,8 2.370,1 2.623,8 2.549 17,1 16,4 27,1 25,8 26.450 26.564 26.564 26.564

(26)

2.2. POHON INDUSTRI BERBASIS KARET

2.2. POHON INDUSTRI BERBASIS KARET

(27)

1) Pembangunan pabrik ban Hankook kapasitas

840 ribu ban truk/radial per tahun

2) Pengembangan industri karet terpadu

terintegrasi dengan Kawasan Ekonomi Khusus,

3) Fasilitasi dan Koordinasi Pengembangan

kepentingan (stake holder).

4) Koordinasi peningkatan konservasi energi

5) Pelatihan peningkatan konservasi energi industri

2.3. HAL-HAL YANG SUDAH

5) Pelatihan peningkatan konservasi energi industri

6) Fasilitasi pengembangan industri karet untuk

kompon karet dan produksi vulkanisir ban

karet di Sumatera Selatan, Jambi, dan Kalimantan

kapasitas 5,3 juta ban KBM roda 4 per tahun dan

di Sei Bamban yang direncanakan akan

Khusus, Sei Mangkei;

Pengembangan Industri karet dengan 30 pemangku

industri karet remah (crumb rubber).

industri karet remah di Palembang.

YANG SUDAH DILAKUKAN

27 27

industri karet remah di Palembang.

untuk meningkatkan kemampuan pembuatan

ban melalui bantuan mesin pengolahan barang

Kalimantan Barat.

(28)

 Indonesia memiliki sumberdaya rumput

maupun untuk budidayanya. Perairan Indonesia

keragaman species rumput laut.Jenis Rumput

sp, Hypnea sp: diolah menjadi Karaginan

Gelidium sp, Gelidiela sp : diolah menjadi

diolah menjadi Alginate.

 Sedangkan daerah potensial rumput laut

dibudidayakan jenis Eucheuma sp dan Gracilaria

Indonesia. Sedangkan Hypnea, Gelidium

3. INDUSTRI BERBASIS RUMPUT LAUT

Indonesia. Sedangkan Hypnea, Gelidium

tumbuh di alam. Rumput laut merupakan

untuk dikembangkan

 Saat ini Indonesia masih merupakan eksportir

demikian rumput lautnya banyak diekspor

baru sebagian kecil diolah dalam bentuk bahan

rumput laut yang cukup luas baik yang alami

Indonesia sebagai wilayah tropika memiliki

Rumput Laut komersial di Indonesia: Eucheuma

Karaginan untuk bahan baku industri: Gracilaria sp,

menjadi Agar dan Sargassum sp, Turbinaria sp:

laut bernilai ekonomi di Indonesia untuk

Gracilaria tersebar di beberapa daerah di

Gelidium, dan Sargassum

tanaman liar yang

3. INDUSTRI BERBASIS RUMPUT LAUT

Gelidium, dan Sargassum

tanaman liar yang

salah satu komoditi ekspor yang potensial

eksportir rumput laut terpenting di Asia, namun

diekspor dalam bentuk rumput laut kering, dan

(29)

PETA WILAYAH PENGEMBANGAN INDUSTRI

8

7

Keterangan : 1. NTT 2. NTB 3. Sulawesi Tenggara 4. Sulawesi Selatan

7

PETA WILAYAH PENGEMBANGAN INDUSTRI RUMPUT LAUT

5

29 29

1

6

3

4

2

5. Sulawesi Tengah 6. Maluku 7. Bangka Belitung 8. Kepulauan Riau

(30)

3.1. KINERJA INDUSTRI BERBASIS RUMPUT LAUT

No. URAIAN SATUAN

2010 1. Jumlah Investasi juta USD 114 2. Jumlah Perusahaan : unit 22

a. Karaginan unit 14

b. Agar unit

3. Kapasitas Terpasang ton 19.938 a. Karaginan ton 14.809 b. Agar ton 5.129 4. Produksi : ton 12.436 a. Karaginan ton 9.872 b. Agar ton 2.564 b. Agar ton 2.564 5. Konsumsi ton 11.786,32 6. Ekspor

Agar Nilai (Ribu USD) 10.693,16 Berat (Ton) 1.720,69 Karagenan Nilai (Ribu USD) 8.743,82 Berat (Ton) 936,65 7. Impor

Agar Nilai (Ribu USD) 3.305,46 Berat (Ton) 750,16 Karagenan Nilai (Ribu USD) 7.928,38 Berat (Ton) 1.257,50 8. Jumlah Tenaga Kerja orang 2.860

Sumber : BPS diolah oleh Ditjen Industri Agro

INDUSTRI BERBASIS RUMPUT LAUT

Tahun 2011 2012 2013 2014 114 114 120 130 130 22 22 23 25 25 14 14 15 16 16 8 8 8 9 9 19.938 20.883 21.874 22.912 24.000 14.809 15.549 16.327 17.143 18.000 5.129 5.334 5.547 5.769 6.000 12.436 13.033 13.658 14.314 15.000 9.872 10.366 10.884 11.429 12.000 2.564 2.667 2.774 2.885 3.000 2.564 2.667 2.774 2.885 3.000 11.786,32 12.174,30 8.793,36 9.217,16 10.826,84 10.693,16 12.627,49 12.861,06 13.084,36 11.910,74 1.720,69 1.872,76 1.291,60 1.055,93 774,40 8.743,82 12.127,10 30.905,21 33.988,56 31.797,70 936,65 1.210,62 4.439,85 4.757,21 3.884,38 3.305,46 3.742,55 964,24 1.009,41 707,07 750,16 903,86 714,04 381,89 133,25 7.928,38 8.926,59 3.235,51 4.931,25 4.513,09 1.257,50 1.320,82 242,77 334,41 352,37 2.860 2.860 2.960 3.100 3.100

(31)

3.2. POHON INDUSTRI BERBASIS RUMPUT LAUT

Gracilaria sp

Agarophyte

Gelidium sp

Agarophyte

Agar

Rumput Laut

Eucheuma sp

Carrageenophyte

Sargassum sp

Alginophyte

Turbinaria sp

Alginophyte

Karaginan

Alginat

INDUSTRI BERBASIS RUMPUT LAUT

Farmasi, kosmetik,

makanan, Pet food, kultur

jaringan, cetakan gigi

Dairy, minuman, dressing,

31 31

Dairy, minuman, dressing,

saus, makanan diet, pet

food, farmasi

Dairy, roti, saus, tekstil,

kosmetik, minuman,

(32)

3.3. HAL-HAL YANG SUDAH DILAKUKAN

1) Meningkatkan kemitraan dan integrasi

rangka meningkatkan jaminan pasokan

dan dunia usaha.

2) Harmonisasi dan penyesuaian pos

olahannya, seperti penurunan bea

pemisahan kode HS untuk produk olahan

3) Pemberian insentif seperti tax allowance,

dan lain-lain.

4) Terlaksananya pengembangan industri

4) Terlaksananya pengembangan industri

bantuan mesin peralatan pengolahan

Tenggara Barat (NTB) dan Propinsi Sulawesi

5) Penyusunan roadmap pengembangan

6) Terlaksananya forum komunikasi pengembangan

di Jakarta dan Nusa Tenggara Barat

7) Telah dibentuk Asosiasi Industri Rumput

tanggal 28 Februari 2014.

YANG SUDAH DILAKUKAN

integrasi antara sisi hulu dan sisi hilir dalam

pasokan bahan baku dengan instansi terkait

pos tarif komoditi rumput laut beserta

masuk untuk komponen pendukung,

olahan rumput laut

allowance, tax holiday, pembebasan PPN,

industri pengolahan rumput laut melalui

industri pengolahan rumput laut melalui

pengolahan rumput laut di Propinsi Nusa

Sulawesi Tengah (Sulteng)

pengembangan industri pengolahan rumput laut.

pengembangan klaster industri hasil laut

Rumput Laut yang telah ditetapkan pada

(33)

1)

Bertambahnya industri pengolahan

mesin/ alat kepada daerah penghasil

2) Berkembangnya teknologi pengolahan

product (hilirisasi), ditunjukkan

produk seperti bakso rumput laut,

olahan lainnya.

3)

Road map industri pengolahan rumput

dan

sekarang

berada

dalam

3.4. HASIL YANG SUDAH DICAPAI

dan

sekarang

berada

dalam

Koordinator Perekonomian dan Maritim

dengan instansi terkait lainnya.

4) Terbentuknya Asosiasi Industri

wadah bagi pengembangan industri

pengolahan rumput laut melalui bantuan

penghasil rumput laut.

pengolahan rumput laut menuju

end-melalui berkembangnya

produk-laut, mie rumput laut dan produk

rumput laut sudah mulai terbentuk

tahap

finalisasi

di

Kementerian

3.4. HASIL YANG SUDAH DICAPAI

33 33

tahap

finalisasi

di

Kementerian

Maritim agar dapat dikoordinasikan

Rumput Laut (ASTRULI) sebagai

industri pengolahan rumput laut .

(34)

 Kebutuhan kertas dunia

rata – rata 2,1 % per tahun

berkembang akan tumbuh

dan pasar negara maju 0

 Saat ini kebutuhan kertas

diperkirakan akan meningkat

2020.

 Peluang pasar di dalam

4. INDUSTRI BERBASIS PULP DAN KERTAS

 Peluang pasar di dalam

dengan pertimbangan konsumsi

Indonesia

masih

sangat

dibandingkan negara – negara

Belgia 295 kg , Denmark

Singapura , 180 kg , Korea

 Dengan tingkat konsumsi

masih memiliki peluang

dan kertasnya.

dunia diperkirakan akan tumbuh sebesar

tahun , dimana di pasar negara – negara

tumbuh rata – rata sebesar 4,1% per tahun

0,5% per tahun.

kertas dunia sekitar 394 juta ton,

meningkat menjadi 490 juta ton pada tahun

dalam negeri terbuka untuk ditingkatkan

INDUSTRI BERBASIS PULP DAN KERTAS

dalam negeri terbuka untuk ditingkatkan

konsumsi kertas per kapita per tahun di

sangat

rendah

yaitu

sekitar

32.6

kg

negara maju antara lain : USA 324 kg ,

Denmark 270 , Kanada 250 kg , Jepang 242 kg ,

Korea 160 kg , dan Malaysia 106 kg.

konsumsi per kapita seperti diatas , Indonesia

untuk mengembangkan industri pulp

(35)

PETA WILAYAH PENGEMBANGAN INDUSTRI

DARI KERTAS LAINNYA

1

2

3

4

5

6

7

Keterangan : 1. Sumatera Utara 2. Riau 3. Sumatera Selatan 4. Jambi 5. Jawa Barat 6. Jawa Tengah 7. Jawa Timur

3

PETA WILAYAH PENGEMBANGAN INDUSTRI KERTAS DAN BARANG

35 35 Jawa Barat

Tengah Timur

(36)

PETA WILAYAH PENGEMBANGAN INDUSTRI

DARI KERTAS LAINNYA

1

2

3

4

5

6

7

Keterangan : 1. Sumatera Utara 2. Riau 3. Sumatera Selatan 4. Jambi 5. Jawa Barat 6. Jawa Tengah 7. Jawa Timur

3

PETA WILAYAH PENGEMBANGAN INDUSTRI KERTAS DAN BARANG

Barat Tengah Timur

(37)

4.1. KINERJA INDUSTRI BERBASIS PULP

NO. URAIAN SATUAN

2010

1 Investasi Trilyun Rupiah 12,48 2 Jumlah Perusahaan Unit 12 3 Kapasitas Izin Ribu Ton 7.813,5 4 Produksi Riil Ribu Ton 7.574,5 5 Konsumsi Ribu Ton 5.285,4

Sumber : BPS diolah oleh Ditjen Industri Agro *data sementara

6 Ekspor Ribu Ton 2.557,5

Ribu US$ 1.457.072

7 Impor Ribu Ton 1.168,4

Ribu US$ 981.877 8 Tenaga Kerja Orang 79.108

INDUSTRI BERBASIS PULP

T A H U N 2011 2012 2013 2014* 12,48 13,10 13,23 15,47 12 12 11 11 7.902,1 7.932,1 7.890,1 9.890.100 7.140,5 6.158,5 6.845,3 7.156,5 5.524,9 4.324,9 4.324,9 4.732,9 37 37 37 2.934,3 3.196,9 2.045,2 2.273,8 1.554.835 1.545.804 1.010.620 1.106.293 1.318,7 1.363,3 897,3 992,6 1.189.817 1.051.078 978.206 1.012.522 82.350 82.350 82.350 86.530

(38)

4.1. KINERJA INDUSTRI BERBASIS

NO. URAIAN SATUAN

2010

1 Investasi Trilyun Rupiah 11,19

2 Jumlah Perusahaan Unit 79

3 Kapasitas Izin Ribu Ton 12.796,5

4 Produksi Riil Ribu Ton 9.813,3

5 Konsumsi Ribu Ton 6.110,5

6 Ekspor Ribu Ton 4.215,5 Ribu US$ 3.786.312 7 Impor Ribu Ton 512,7 Ribu US$ 781,2

8 Tenaga Kerja Orang 166.087 Sumber : BPS diolah oleh Ditjen Industri Agro

*data sementara

INDUSTRI BERBASIS KERTAS

T A H U N 2011 2012 2013 2014* 12,87 12,87 12,87 12,87 77 81 77 77 12.986,5 12.986,5 12.986,5 13.486,5 10.302,6 10.734,5 10.635,5 10.436,7 7.614,9 8.056,2 8.056,2 8.003,7 5.492,1 4.229,7 4.341,4 4.583,7 4.119.100 3.972.077 2.041.904 2.387.694 661 658,5 652,6 703,4 1.220,8 1.968,8 1.872,6 524,1 184.900 184.901 184.901 184.901

(39)

4.2. POHON INDUSTRI BERBASIS PULP DAN KERTAS

INDUSTRI BERBASIS PULP DAN KERTAS

(40)

4.3. HAL-HAL YANG SUDAH DILAKUKAN

1)

Peningkatan

kualitas

kertas

bekas

kebutuhan kertas bekas impor

peralatan pengpres kertas bekas

berjalan dan di Kota Bogor pada tahun

2)

Pengembangan bahan baku alternatif

abaca yang menghasilkan kualitas kertas

3)

Pengembangan sumber energi alternatif

dapat mengganti bahan bakar fosil

dapat mengganti bahan bakar fosil

bubur kertas sampai dengan 87%

4)

Penyusunan dan revisi SNI produk

penerapan SNI wajib bagi produk

kesehatan dan keamanan konsumen

YANG SUDAH DILAKUKAN

bekas

sebagai

substitusi

pemenuhan

melalui pemberian bantuan mesin

di Kabupaten Bandung Barat sudah

tahun anggaran 2013

alternatif yaitu pemanfaatan serat pisang

kertas premium.

alternatif yaitu pemanfaatan black liquor

fosil dalam proses produksi kertas dan

fosil dalam proses produksi kertas dan

produk pulp dan kertas dan pengkajian

produk IPK yang menyangkut keselamatan,

konsumen

(41)

5) Penyusunan Standar Kompetensi

dengan tujuan menjadi pedoman

kompetensi dan penilaian/ asesmen

sertifikasi profesi bidang pulp dan

disahkan 65 unit SKKNI, pada tahun

disahkan dan pada tahun 2013 ini sedang

6) Pada Tahun Anggaran 2013 Direktorat

Perkebunan memberikan dana dekonsentrasi

4.3. HAL-HAL YANG SUDAH

Perkebunan memberikan dana dekonsentrasi

ditetapkan sebagai daerah pengembangan

kertas dengan melibatkan perguruan

tenaga ahli klaster yang ada di daerah

Kerja Nasional Indonesia (SKKNI)

bagi pelaksanaan pelatihan berbasis

asesmen dalam rangka kualifikasi atau

kertas dimana pada tahun 2011 telah

tahun 2012 terdapat 20 unit SKKNI siap

sedang disusun 20 unit SKKNI .

Direktorat Industri Hasil Hutan dan

dekonsentrasi kepada Jawa Barat yang

YANG SUDAH DILAKUKAN (Lanjutan)

41 41

dekonsentrasi kepada Jawa Barat yang

pengembangan klaster industri pulp dan

perguruan tinggi dan Balai Besar sebagai

(42)

B. INDUSTRI BERDAYA SAING

MODERAT

MODERAT

(43)

 Indonesia merupakan

dunia. Diperkirakan 85%

dihasilkan oleh Indonesia,

seperti

:

Philipina,

Vietnam

lainnya.Rotan merupakan

lingkungan, karena rotan

tumbuh dengan baik artinya

produk olahan rotan termasuk

(green product).

5. INDUSTRI PENGOLAHAN KAYU DAN ROTAN

(green product).

 Industri

pengolahan

Kementerian Perindustrian

lebih lanjut hasil produksi

meliputi industri wood

pulp/kertas. Sedangkan

mengolah langsung kayu

2002 merupakan binaan

negara penghasil rotan terbesar di

% bahan baku rotan di seluruh dunia

Indonesia, sisanya dihasilkan oleh Negara lain

Vietnam

dan

negara-negara

Asia

merupakan bahan baku dari alam yang ramah

rotan hidup di pepohonan. Jika rotan

artinya hutan lestari, oleh karena itu

termasuk produk ramah lingkungan

INDUSTRI PENGOLAHAN KAYU DAN ROTAN

43 43

kayu yang berada dibawah binaan

Perindustrian adalah industri hilir yang mengolah

produksi industri primer hasil hutan, yaitu

working, furniture kayu dan industri

dangkan industri primer hasil hutan yang

kayu bulat sesuai dengan PP 34 Tahun

(44)

PETA WILAYAH PENGEMBANGAN INDUSTRI

HUTAN LAINNYA

1

2

3

4

5

Keterangan : 1. Aceh (rotan)

2. Kalimantan Tengah (Rotan) 3. Jawa Barat (Rotan)

PETA WILAYAH PENGEMBANGAN INDUSTRI BARANG KAYU DAN HASIL

6

4. Jawa Tengah (Kayu dan Rotan) 5. Jawa Timur (Kayu)

(45)

5.1. KINERJA INDUSTRI PENGOLAHAN

NO. URAIAN SATUAN

2010 1 Investasi Trilyun rupiah 7,28 2 Jumlah Perusahaan Unit 1.063 3 Kapasitas Izin Ribu Ton 3.401,35 4 Produksi Riil Ribu Ton 2.430,12 4 Produksi Riil Ribu Ton 2.430,12 5 Konsumsi Ribu Ton 1.413,32 6 Ekspor Ribu Ton 1.052,17

7 Impor Ribu Ton 35,36

8 Tenaga Kerja Orang 430.674

Sumber : Dit Industri Hasil Hutan dan Perkebunan Ditjen IA *data sementara

INDUSTRI PENGOLAHAN KAYU (Furniture)

T A H U N 2011 2012 2013 2014* 7,28 7,19 7,45 7,19 1.084 1.126 1.126 1.126 3.401,35 3.401,35 3.401,35 3.401,35 2.553,52 2.470,15 2.531,54 2.465,31 45 45 2.553,52 2.470,15 2.531,54 2.465,31 1.801,51 1.464,70 1.423,20 1.395,62 800,66 461,08 495,53 347,30 48,64 41,61 23,68 15,53 432.700 431.987 431.987 433.329 Sumber : Dit Industri Hasil Hutan dan Perkebunan Ditjen IA 2014

(46)

5.1. KINERJA INDUSTRI PENGOLAHAN ROTAN

NO. URAIAN SATUAN

2010 1 Investasi Trilyun rupiah 1,01 2 Jumlah Perusahaan Unit 220 3 Kapasitas Izin Ribu Ton 551,59 4 Produksi Riil Ribu Ton 250,98 5 Konsumsi Ribu Ton 536,16 5 Konsumsi Ribu Ton 536,16

6 Ekspor Ribu Ton 65,08

7 Impor Ribu Ton 350,23

8 Tenaga Kerja Orang 269.200

Sumber : Dit Industri Hasil Hutan dan Perkebunan Ditjen IA *data sementara

INDUSTRI PENGOLAHAN ROTAN

T A H U N 2011 2012 2013 2014* 1,13 1,12 1,13 1,21 223 221 220 166 551,59 551,59 551,59 551,59 341,30 327,19 312,19 322,17 758,12 267,44 267,44 280,35 758,12 267,44 267,44 280,35 52,18 54,75 61,36 83,63 469,00 94,00 86,00 90,87 165.675 169.765 169.765 169.120 Sumber : Dit Industri Hasil Hutan dan Perkebunan Ditjen IA 2014

(47)

5.2. POHON INDUSTRI KAYU

5.2. POHON INDUSTRI KAYU

(48)

5.2. POHON INDUSTRI ROTAN

5.2. POHON INDUSTRI ROTAN

(49)

1) Dalam rangka pelaksanaan kebijakan pelarangan

Permendag No.35/M-DAG/PER/11/2011 tentang

Kebijakan ini mengatur tentang rotan yang dilarang

2) Khusus untuk mengantisipasi “issue” penumpukan

diekspor .

a) Meningkatkan pemanfaatan produk rotan

pengiriman Surat Menteri Perindustrian

Gubernur. Selanjutnya surat tersebut sudah

Negeri kepada Gubernur dan Bupati/Walikota

b) Memperkenalkan produk furnitur rotan untuk

5.3. HAL-HAL YANG SUDAH DILAKUKAN

b) Memperkenalkan produk furnitur rotan untuk

meja dan kursi untuk 3 kelas pada sekolah

Mendikbud pada tanggal 1 April 2012;

c) Mengembangkan industri pengolahan rotan

awal, dengan pengadaan meja dan kursi

dipersiapkan pula pengiriman transmigran

daerah penghasil bahan baku rotan;

d) Mengajak peran serta dunia usaha/retail

sudah dilakukan dengan pelaksanaan launching

Sutera, Serpong pada tanggal 8 April 2012

e) Meningkatkan peran resi gudang untuk menampung

pelarangan ekspor bahan baku rotan seperti yang diatur

tentang Ketentuan Ekspor Rotan dan Produk Rotan.

dilarang ekspor.

penumpukan rotan akibat sebagian rotan yang sebelumnya

seperti furnitur untuk instansi Pemerintah dengan

Perindustrian kepada Kementerian lainnya maupun kepada

sudah ditindaklanjuti dengan surat Menteri Dalam

Bupati/Walikota;

untuk sekolah, sebagai contoh pemberian bantuan

YANG SUDAH DILAKUKAN

49 49

untuk sekolah, sebagai contoh pemberian bantuan

sekolah SDN 1, Babakan Madang Bogor yang diresmikan

rotan di daerah sumber bahan baku. Dalam tahap

kursi untuk sekolah melalui CSR perusahaan, sedang

transmigran terampil dari daerah produsen barang jadi ke

usaha/retail untuk mempromosikan furnitur rotan. Hal ini

launching

Rattan Fair di Living World Mall Alam

2012.

(50)

3) Pada kenyataannya yang terjadi adalah

sementara pasokan tersendat. Untuk mengatasi

a) Pemerintah memfasilitasi pengusaha

sentra produksi rotan seperti Kalteng

b) Sudah dilakukan beberapa pertemuan

penghasil bahan baku untuk memenuhi

c) Mendorong lembaga pembiayaan untuk

lain melakukan pertemuan antara Bank

jadi dan bahan baku di Cirebon pada

5.3. HAL-HAL YANG SUDAH

jadi dan bahan baku di Cirebon pada

d) Pengusaha di sentra produksi rotan

bahan baku khususnya koperasi dalam

baku rotan yang terus meningkat;

e) Melakukan sosialisasi kebijakan rotan

rotan dan daerah produsen barang jadi

permintaan bahan baku rotan meningkat,

mengatasi hal tersebut, sudah dilakukan :

pengusaha untuk melakukan transaksi langsung di

Kalteng dan Sulteng.

pertemuan antara industri pengguna rotan dengan

memenuhi kebutuhan rotan;

untuk pengadaan bahan baku rotan, antara

Bank Mandiri dengan para pengusaha barang

bulan Februari 2011;

YANG SUDAH DILAKUKAN (Lanjutan)

bulan Februari 2011;

sedang membentuk lembaga pengadaan

dalam rangka mengatasi kebutuhan

bahan

rotan dibeberapa daerah penghasil bahan baku

jadi rotan.

(51)

• Dalam RPJM (2004-2014) industri prioritas sebagaimana ditetapkan Industri Nasional dan Roadmap ditetapkan dalam Peraturan Menteri

• Selain itu Indonesia sebagai pengembangan produk industri sesuai indikasi geografisnya seperti Gayo (Aceh), Java Coffee (Jatim), (Bali), Toraja Coffee (Sulsel), Bajawa Luwak.

• Permasalahan yang dihadapi industri

6. INDUSTRI PENGOLAHAN KOPI

• Permasalahan yang dihadapi industri • Produksi bahan baku kopi yang • Terjadinya perebutan bahan baku • Maraknya sertifikasi bahan baku

petani

• Meningkatnya impor bahan baku • Teknologi pengolahan dan kemasan

masih sederhana

• Meningkatnya impor produk mix dengan kualitas dan harga • Maraknya produk kopi olahan

disinyalir menghindari Bea Masuk • Bea Masuk produk kopi olahan

• Adanya kampanye negatif terhadap

animal welfare dan keaslian produk

industri pengolahan kopi termasuk salah satu industri ditetapkan pada Perpres No.28 Tahun 2008 tentang Kebijakan Roadmap Pengembangan Klaster Industri Pengolahan Kopi

Menteri Perindustrian No.115/M-IND/PER/10/2009.

sebagai negara tropis juga mempunyai potensi untuk industri pengolahan kopi specialty dengan citarasa khas seperti kopi Lampung, Kopi Mandailing (Sumut), Kopi (Jatim), Java Preanger Coffee (Jawa Barat), Kintamani Coffee Bajawa Coffee (NTT), Wamena Coffee (Papua) dan Kopi

industri kopi nasional antara lain:

INDUSTRI PENGOLAHAN KOPI

51 51 industri kopi nasional antara lain:

yang cenderung stagnan,

baku antara perusahaan lokal dan eksportir asing,

baku oleh lembaga/eksportir asingyang memberatkan baku kopi kualitas rendah

kemasan pada industri skala kecil dan menengah yang produk kopi olahan utamanya produk kopi instant dan kopi

harga rendah

olahan impor dengan kandungan gula yang tinggi yang Masuk gula

olahan di negara tujuan ekspor yang masih tinggi.

terhadap kopi luwak utamanya tentang permasalahan produk kopi luwak

(52)

PETA WILAYAH PENGEMBANGAN INDUSTRI

1

2

3

4

5

6

15

Keterangan : 1. NAD 2. Sumatera Utara 3. Sumatera Barat 4. Jambi 6. Sumatera Selatan 7. Lampung 8. Banten 9. DKI Jakarta

10

6

7

8

9

11

12

13

14

15

PETA WILAYAH PENGEMBANGAN INDUSTRI PENGOLAHAN KOPI

16

17

Sumatera Selatan 11. Jawa Tengah 12. DIY 13. Jawa Timur 14. Bali 16. Sulawesi Utara 17. Sulawesi Tengah 18. Sulawesi Selatan

18

(53)

Peta Indikasi Geografis Kopi

Sudah terdaftar 8 indikasi geografis untuk kopi

Indikasi Geografis Kopi

53 53

(54)

6.1. KINERJA INDUSTRI PENGOLAHAN KOPI

No Uraian Satuan

2010 1 Investasi (trilyun

rupiah) 4,187

2 Unit Usaha Unit 81

3 Kapasitas izin Ribu Ton 185,59 4 Produksi riil Ribu Ton 182,33

Sumber : Ditjen Ind Agro 2014

Ket : * Angka Sementara

5 Konsumsi Ribu ton 0,134 6 Berat Ekspor Ribu Ton 52,43 7 Berat Impor Ribu Ton 4,99 8 Tenaga Kerja Orang 19.507

INDUSTRI PENGOLAHAN KOPI

Tahun 2011 2012 2013 2014* 4,439 4,658 5,036 5,267 82 84 85 90 198,5 219 225,4 238,92 196 210,7 221,9 222,9 0,13 0,132 0,154 0,138 77,32 88,15 84,22 89,28 11,96 10,36 16,49 17,48 19.818 20.118 20.430 21.656

(55)

Kopi Biji BM = 5%

Komoditi Hulu

Produk Antara

0901.11.10.00

6.2. POHON INDUSTRI PENGOLAHAN KOPI

Buah Kopi

Kulit & Pulp

Hasil ikutan 0901.90.10.00 Kopi Instan BM = 5% Kopi Sangrai BM = 5% Kopi Tiruan BM = 5% Kopi Dekafeinasi BM = 5% Kopi Bubuk BM = 5% Kopi Mix BM = 5% Kopi Celup BM = 5% Kopi Ekstrak BM = 5% Kopi Kafein, dll BM = 5%

Produk Hilir

2101.11.10.00 0901.21.20.00 0901.22.20.00 2101.11.90.00 2101.12.10.00 0901.12.10.00 2101.11.90.00 2101.12.10.00

INDUSTRI PENGOLAHAN KOPI

55 55 Kopi Kafein, dll BM = 5% Arang Asam Asetat Ulin

Protein Sel Tunggal Pektin Etanol Anggur Enzim Pektat Silase Cukai Makan 2101.12.10.00 Kosmetik

(56)

Pada tahun 2014, Ditjen Industri Agro

Perindustrian tentang penerapan SNI Kopi

Pada tahun 2013 sd tahun 2014, Ditjen

perlindungan hak kekayaan intelektual

Indonesia baik melalui perlindungan indikasi

industri sehingga dapat memaksimalkan

Indonesia.

Pelatihan Pengolahan Kopi di Jawa Barat, Jawa Tengah dan

Seminar dan Pameran Kopi Nusantara

6.3. HAL – HAL YANG SUDAH

Seminar dan Pameran Kopi Nusantara

Penyusunan Roadmap Industri Pengolahan Kopi

Tersusunnya Revisi SNI 2983 : 2014 Tentang Kopi Instan

Permenperin No.87 Tahun 2014 tentang Pemberlakuan SNI Kopi Instan Secara Wajib

Partisipasi dalam Sidang International Coffee Organization (

Keikutsertaan di dalam pameran luar negeri : Foodex di Jepang, Dublin, SIAL Prancis,

Cafe Show Korea Selatan, Shanghai China

Agro telah menerbitkan Peraturan Menteri

Kopi Instant secara wajib.

Ditjen Industri Agro sedang melakukan upaya

untuk kopi specialty dan produk kopi olahan

indikasi geografis, merek, paten maupun desain

memaksimalkan kesejahteraan masyarakat perkopian

Pengolahan Kopi di Jawa Barat, Jawa Tengah dan Bali

HAL YANG SUDAH DILAKUKAN

Penyusunan Roadmap Industri Pengolahan Kopi 2015-2025

Tentang Kopi Instan

tentang Pemberlakuan SNI Kopi Instan Secara Wajib

International Coffee Organization (ICO)

Keikutsertaan di dalam pameran luar negeri : Foodex di Jepang, Dublin, SIAL Prancis,

Cafe Show Korea Selatan, Shanghai China.

(57)

Nilai pertumbuhan ekspor kopi

meningkat 9,88%

Surplus perdagangan kopi olahan Indonesia

sebesar 9,70 % dengan nilai perdagangan

Meningkatnya tingkat konsumsi kopi

mencapai 1 kg per kapita / tahun.

Terbangunnya citra merek (national

dalam negeri.

6.4. HAL – HAL YANG SUDAH

dalam negeri.

olahan Indonesia tahun 2013-2014

Indonesia pada tahun 2014 diperkirakan

perdagangan mencapai

US$102.699.066,-kopi olahan dalam negeri yang telah

national brand) kopi olahan indonesia di pasar

HAL YANG SUDAH DICAPAI

57 57 57

(58)

• Indonesia merupakan urutan ketujuh posisi tahun 2009 pada urutan ke 122.545 Ha dengan produksi dalam untuk kebutuhan dunia untuk tahun hijau, teh putih dengan kualitas memproduksi teh hijau dan teh hitam ataupun ekspor

• Potensi pengembangan industri pengolahan cair dalam kemasan 4,5 liter/kapita/tahun, 60% pada tahun 2013. Jenis produk

(untuk minuman teh instan, ice cream, cream dll). Selain itu, permintaan dengan ditandai tingginya kebutuhan

7. INDUSTRI PENGOLAHAN

dengan ditandai tingginya kebutuhan teh hitam, teh hijau, teh Oolong (teh

• Permasalahan yang dihadapi industri konsumsi teh dalam negeri masih kg/kapita/tahun, India 0,69 kg/kapita Rendahnya produktivitas budidaya

tua

Impor teh terus meningkat karena dibandingkan dengan Sri Lanka 30 Rendahnya harga teh ekspor Indonesia Non tarif barier yang yang diberlakukan Kualitas bahan baku belum sesuai

pasca panen.

Penerapan GMP, HACCP dan ISO rendah Kurang adanya kemampuan melakukan

ketujuh (setelah China, India, Kenya, Sri Lanka, Vietnam dan Turky), ke lima. Luas lahan tanaman teh di Indonesia saat ini mencapai dalam tahun 2013 sebesar 146.682 ton, share produksi Indonesia tahun 2012 sebesar 2,9%. Perkebunan Negara menghasilkan teh kualitas bagus dan sebagian besar di ekspor; Perkebunan Swasta hitam dengan kualitas beragam, produk tersebar di pasar domestik pengolahan teh yang siap diminum (ready to drink). Konsumsi teh liter/kapita/tahun, konsumsi terbesar teh kemasan botol plastik mencapai produk yang beragam dengan berbahan baku teh berkembang pesat cream, RTD, kecantikan dan kosmetik dalam bentuk sabun atau ermintaan teh dunia cukup besar dan menunjukkan trend meningkat, kebutuhan teh dunia tahun 2012 sebesar 4,5 juta ton yang terdiri dari

PENGOLAHAN TEH

kebutuhan teh dunia tahun 2012 sebesar 4,5 juta ton yang terdiri dari teh semi fermentasi) dan teh putih.

industri pengolahan teh

masih rendah yaitu 0,3 kg/kapita/tahun dibanding dengan Cina 0,66 kapita/tahun.

budidaya teh karena tanaman teh yang telah tua dan mesin yang sudah karena bea masuk teh yang berlaku hanya 5% paling rendah jika

30%, Kenya 25%, Turki 145% dan Vietnam 50%.

Indonesia hanya US$ 1,97/kg (65% lebih rendah dariharga Sri Lanka). diberlakukan di negara importir teh.

sesuai dengan permintaan industri karena kurangnya pengolahan rendah, sehingga mutu produk rendah dan tidak konsisten. melakukan inovasi dan diversifikasi produk sesuai dengan permintaan

(59)

PETA WILAYAH PENGEMBANGAN INDUSTRI

1

2

3

Keterangan : 1. Sumatera Utara 2. Sumatera Barat 3. Jambi 4. Sumatera Selatan 5. Bengkulu 6. Jawa Barat 7. Jawa Tengah

4

5

6

7

8

9

PETA WILAYAH PENGEMBANGAN INDUSTRI PENGOLAHAN TEH

59 59 Bengkulu Barat Tengah

10

8. DIY 9. Jawa Timur 10. Sulawesi Selatan

(60)

7.1. KINERJA INDUSTRI PENGOLAHAN TEH

No Uraian Satuan

2011 1 Investasi Trilyun rupiah

2 Unit Usaha Unit

3 Kapasitas izin Ribu Ton 169,50 4 Produksi riil Ribu Ton 124,08 5 Konsumsi Ribu Ton

Nilai Produksi Juta rupiah 1.744.000

Sumber : Ditjen Ind Agro 2014

Ket : * Angka Sementara

Nilai Produksi Juta rupiah 1.744.000

Utilisasi Persen

6 Berat Ekspor Ribu Ton

Nilai Ekspor Ribu US$ 132.401 7 Berat Impor Ribu Ton

Nilai Impor Ribu US$ 21.333

8 Tenaga Kerja Orang 26.186

INDUSTRI PENGOLAHAN TEH

Tahun 2012 2013 2014* 1,104 1,353 1,247 1,374 120 126 126 134 169,50 151,28 154,92 164,22 124,08 128,69 129,70 137,48 0,073 0,088 0,086 0,097 1.744.000 1.918.000 1.985.000 2.104.100 1.744.000 1.918.000 1.985.000 2.104.100 73,20 85,06 83,72 83,73 65,93 58,46 58,70 46,38 32.401 119.974 119.438 82.996 15,38 17,02 15,39 11,50 21.333 23.836 21.567 17.383 26.186 27.133 29.693 31.475

(61)

7.2 POHON INDUSTRI PENGOLAHAN TEH

POHON INDUSTRI PENGOLAHAN TEH

61 61

(62)

7.3. HAL-HAL YANG SUDAH DILAKUKAN

• Telah melakukan penyusunan SNI Teh dalam kemasan, teh instan,

teh kering dalam kemasan, teh hijau celup dan teh hitam celup

• Pelatihan GMP Teh di Jawa Barat dan Jawa Tengah

• Mengusulkan kenaikan tarif Bea

industri the yang semula 5% menjadi

0901.21.10.00, 0901.21.20.00, 0901.22.10.00, 0901.22.20.00,

0902.30.10.00, 0902.30.90.00, 0902.40.10.00

0902.30.10.00, 0902.30.90.00, 0902.40.10.00

• Mengikut sertakan industri teh dalam

luar negeri.

YANG SUDAH DILAKUKAN

Telah melakukan penyusunan SNI Teh dalam kemasan, teh instan,

teh kering dalam kemasan, teh hijau celup dan teh hitam celup.

Pelatihan GMP Teh di Jawa Barat dan Jawa Tengah

Bea Masuk Umum (MFN) sektor

menjadi 20% untuk No HS.

0901.21.10.00, 0901.21.20.00, 0901.22.10.00, 0901.22.20.00,

0902.30.10.00, 0902.30.90.00, 0902.40.10.00 dan 0902.40.90.00)

0902.30.10.00, 0902.30.90.00, 0902.40.10.00 dan 0902.40.90.00)

(63)

Promosi produk teh olahan di pasar

Telah melakukan penyusunan SNI antara

-

Minuman Teh dalam kemasan : 3143

-

Teh Instan : 7707:2011;

-

Teh Kering Dalam Kemasan : 3836

7.4. HAL – HAL YANG SUDAH

-

Teh Kering Dalam Kemasan : 3836

-

Teh Hijau Celup (RSNI 4324 : 2013

-

Teh Hitam Celup (RSNI 3753:2013

Volume ekspor teh pada tahun 2013

masih lebih besar dibandingkan dengan

US$ 21.567.

pasar dalam negeri dan luar negeri.

antara lain :

3143-2011.

3836 : 2013

HAL YANG SUDAH DICAPAI

63 63

3836 : 2013

2013);

2013).

2013 yaitu 58.703 ton senilai US$ 119.438

dengan volume impor teh 15.389 ton senilai

(64)

Produk turunan kakao

di masa mendatang

cocoa butter, cocoa powder,

olahan dari cokelat.

Kapasitas produksi industri pengolahan kakao meningkat

dari 735.000 ton tahun

ton (naik 4%) pada tahun

dari 324.000 ton pada tahun

8. INDUSTRI PENGOLAHAN KAKAO

dari 324.000 ton pada tahun

390.000 pada tahun

Berkembangnya

mendorong berkembangnya industri hilir cokelat seperti

Nestle, Mayora, Indolakto, dan Unilever dengan investasi

mencapai Rp. 3,0 Triliun.

kakao yang potensial untuk dikembangkan

endatang adalah : cocoa liquor, cocoa cake,

cocoa butter, cocoa powder, makanan dan minuman

.

Kapasitas produksi industri pengolahan kakao meningkat

ton tahun 2013 meningkat menjadi 765.000

%) pada tahun 2014 dengan kenaikan produksi

ton pada tahun 2013 meningkat menjadi

INDUSTRI PENGOLAHAN KAKAO

ton pada tahun 2013 meningkat menjadi

pada tahun 2014 (naik 20%).

Berkembangnya

industri

pengolahan

kakao

turut

mendorong berkembangnya industri hilir cokelat seperti

Nestle, Mayora, Indolakto, dan Unilever dengan investasi

(65)

PETA WILAYAH PENGEMBANGAN INDUSTRI

1

Keterangan : 1. Sumatera Barat 2. Sulawesi Tengah 3. Sulawesi Barat 4. Sulawesi Tenggara 5. Sulawesi Selatan

PETA WILAYAH PENGEMBANGAN INDUSTRI PENGOLAHAN KAKAO

2

3

65 65

3

4

Sulawesi Tenggara Sulawesi Selatan

5

(66)

8.1. KINERJA INDUSTRI PENGOLAHAN KAKAO

NO URAIAN SATUAN

2010 1 Jumlah Investasi Juta USD 250 2 Jumlah Perusahaan Unit Usaha

3 Kapasitas Ribu Ton 345

4 Produksi Ribu Ton 150

5 Konsumsi Ribu Ton 36,

6 Ekspor

Biji Kakao Ton 432.427 Kakao Olahan Ton 103.055

Sumber : BPS diolah Ditjen Ind Agro

Kakao Olahan Ton 103.055 Total Ribu Ton 535,

Nilai Ribu USD 1.596.824 7 Impor

Biji Kakao Ton 24.830 Kakao Olahan Ton 13.851

Total Ribu Ton 38, Nilai Ribu USD 137.082 8 Jumlah Tenaga Kerja Orang 4.000

. KINERJA INDUSTRI PENGOLAHAN KAKAO

TAHUN 2011 2012 2013 2014 250 330 495 570 600 15 16 16 18 19 345 560 660 735 765 150 250 310 324 390 ,42 59,30 68,61 128,18 102,33 432.427 210.067 163.501 188.420 63.334 103.055 178.951 196.480 196.333 242.206 103.055 178.951 196.480 196.333 242.206 ,48 389,02 359,98 384,75 305,54 1.596.824 1.291.397 994.813 1.099.736 1.095.429 24.830 19.100 23.943 30.766 109.410 13.851 15.400 13.338 18.480 14.269 ,68 34,50 37,28 49,25 123,679 137.082 136.710 131.509 147.534 392.427 4.000 4.300 4.300 5.300 5.800

(67)

8.2. POHON INDUSTRI PENGOLAHAN KAKAO

Cake Liqour Biji Butter/ Fat Pupuk Tannin Shell , Pulp , Pod

Pupuk

Single Cell Protein

Alkohol Pektin

Jelly

Plastik Filler Bahan Bakar

. POHON INDUSTRI PENGOLAHAN KAKAO

Cokelat Kembang Gula Powder Minuman Cokelat Malt Extract Es Krim Essence (Flavour) Oleo Chemical Fatty Acid Butter/ Fat 67 67 Single Cell Protein

Alkohol tik Filler Bahan Bakar

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan fenomena, konsep dan teori diatas, maka penelitian ini memfokuskan pada media sosial Instagram yang menyasar responden millenials sebagai pengguna Instagram

Laporan Keuangan Kantor Direktorat Jenderal Industri Agro untuk periode yang berakhir pada 30 Juni Tahun Anggaran 2021 ini telah disusun dan disajikan sesuai dengan

Untuk mencapai kondisi yang kompetitif dari klaster sawit, diperlukan beberapa kebijakan yang mendukung, antara lain penguatan basis produksi dan diversifikasi produk,

– MICROPROCESSOR: integrated circuit semiconductor chip that performs the bulk of the processing and controls the parts of a system ; " a microprocessor functions as the

Apabila organisasi mempunyai budaya organisasi yang positif maka akan membuat pegawainya melakukan kebiasaan yang positif, namun apabila budaya tersebut tidak didukung

‘Berkumpul kita menjelang siang di rumah yang bertuah ini sodorkan daun sirih kami daun sirih yang kembang dua serumpun agar terkabul permintaan dan rumpun musyawarah kepada orang

Dengan pendekatan moral, HKI tidak hanya dilihat sebagai instrumen untuk komersialisasi aset intelektual (capitalism), akan tetapi juga merupakan instrumen untuk

Dalam rangka mewujudkan Program Studi yang berkualitas dan ternama serta sejalan dengan visi Unsyiah dan Fakultas Teknik sebagai institusi induk, PSTE mempunyai