• Tidak ada hasil yang ditemukan

No. 14/ 20 /DPNP Jakarta, 27 Juni 2012 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "No. 14/ 20 /DPNP Jakarta, 27 Juni 2012 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

No. 14/ 20 /DPNP Jakarta, 27 Juni 2012

SURAT EDARAN

Kepada

SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA

Perihal : Prinsip Kehati-hatian bagi Bank Umum yang Melakukan Penyerahan Sebagian Pelaksanaan Pekerjaan kepada Pihak Lain

Sehubungan dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/25/PBI/2011 tentang Penerapan Prinsip Kehati-hatian bagi Bank Umum yang Melakukan Penyerahan Sebagian Pelaksanaan Pekerjaan kepada Pihak Lain (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 131, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5263) dan Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/11/PBI/2009 tentang Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran dengan Menggunakan Kartu (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5000) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/2/PBI/2012 tentang Perubahan atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/11/PBI/2009 tentang Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran dengan Menggunakan Kartu (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5275), perlu untuk mengatur pelaksanaan penerapan prinsip kehati-hatian bagi Bank Umum yang melakukan

(2)

penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada pihak lain dalam Surat Edaran Bank Indonesia sebagai berikut:

I. UMUM

A. Dengan semakin kompleks dan beragamnya kegiatan usaha Bank dan semakin tingginya tingkat persaingan di pasar keuangan, Bank dituntut untuk berkonsentrasi pada kegiatan dan pekerjaan-pekerjaan pokoknya. Untuk itu, apabila diperlukan Bank dapat menyerahkan sebagian pelaksanaan pekerjaan penunjangnya kepada pihak lain (Alih Daya).

B. Dalam melakukan Alih Daya, Bank perlu memperhatikan risiko yang dapat timbul dari pelaksanaan Alih Daya, antara lain risiko operasional, risiko kepatuhan, risiko hukum dan risiko reputasi. Oleh karena itu, Bank wajib menerapkan prinsip kehati-hatian dan manajemen risiko yang memadai atas pelaksanaan Alih Daya.

C. Penerapan prinsip kehati-hatian dan manajemen risiko atas pelaksanaan Alih Daya oleh Bank mencakup:

1. melakukan analisis dan penilaian Perusahaan Penyedia Jasa (PPJ) dengan baik untuk memastikan bahwa PPJ yang dipilih memiliki kinerja keuangan dan reputasi yang baik, sumber daya manusia, sarana dan prasarana serta pengalaman yang memadai agar pekerjaan yang dialihdayakan dapat dilaksanakan dengan baik;

2. menyusun perjanjian Alih Daya dengan PPJ sesuai dengan cakupan minimum perjanjian yang dipersyaratkan dalam Peraturan Bank Indonesia mengenai prinsip kehati-hatian bagi Bank Umum yang melakukan penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada pihak lain;

(3)

3. menerapkan manajemen risiko secara efektif atas pelaksanaan Alih Daya, termasuk melaksanakan pengawasan berkala atas pelaksanaan pekerjaan oleh PPJ dan melakukan tindakan perbaikan secara dini dan efektif atas permasalahan yang timbul;

4. memenuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku; dan

5. melakukan upaya-upaya dalam rangka memberikan perlindungan hak dan kepentingan nasabah.

D. Pelaksanaan Alih Daya tidak menghilangkan tanggung jawab Bank dalam memberikan perlindungan terhadap hak dan kepentingan nasabah atas pelaksanaan pekerjaan yang dialihdayakan kepada PPJ. Oleh karena itu, Bank wajib memastikan bahwa kualitas dan tata cara pelaksanaan pekerjaan yang dialihdayakan sesuai dengan ukuran dan standar yang ditetapkan dalam perjanjian, antara lain dengan melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan pekerjaan oleh PPJ secara berkala dan melakukan langkah-langkah perbaikan dengan segera dan efektif atas permasalahan yang teridentifikasi, sehingga pelaksanaan pekerjaan tetap berjalan dengan baik dan kepentingan nasabah terlindungi.

E. Selain memperhatikan ketentuan ini, pelaksanaan penyerahan pekerjaan kepada pihak lain juga mengacu pada ketentuan Bank Indonesia lainnya yang mengatur pelaksanaan Alih Daya pada pekerjaan tertentu secara lebih spesifik, seperti ketentuan mengenai manajemen risiko dalam penggunaan teknologi informasi, pelaksanaan fungsi audit

(4)

intern Bank, Good Corporate Governance (GCG), dan penyelenggaraan kegiatan alat pembayaran dengan menggunakan kartu (APMK).

II. PERSYARATAN DAN TATA CARA PELAKSANAAN ALIH DAYA

A. Pekerjaan yang dapat dilakukan Alih Daya adalah pekerjaan yang bersifat penunjang, baik pada alur kegiatan usaha maupun pada alur kegiatan pendukung usaha Bank, dengan penjelasan sebagai berikut:

1. Kegiatan usaha Bank adalah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dan Pasal 7 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 serta Pasal 19 dan Pasal 20 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. Kegiatan usaha Bank antara lain penghimpunan dana dari masyarakat (funding), pemberian kredit/pembiayaan (lending/ financing), serta membeli, menjual, atau menjamin atas risiko sendiri maupun untuk kepentingan dan atas perintah nasabahnya.

2. Kegiatan pendukung usaha Bank adalah kegiatan lain yang dilakukan Bank di luar kegiatan usaha Bank, antara lain kegiatan yang terkait dengan sumber daya manusia, manajemen risiko, kepatuhan, internal audit, akunting dan keuangan, teknologi informasi, logistik dan pengamanan.

3. Alur adalah serangkaian pekerjaan dari awal sampai akhir dari suatu kegiatan usaha atau kegiatan pendukung usaha Bank, misalnya alur kegiatan

(5)

pemberian kredit mencakup pekerjaan pemasaran, analisis kelayakan, persetujuan, pencairan, pemantauan dan penagihan kredit.

4. Pekerjaan pokok adalah pekerjaan yang harus ada dalam alur kegiatan usaha atau alur kegiatan pendukung usaha Bank, sehingga apabila pekerjaan tersebut tidak ada maka kegiatan dimaksud akan sangat terganggu atau tidak terlaksana sebagaimana mestinya. Contoh pekerjaan pokok:

a. Pada alur kegiatan usaha Bank dalam kegiatan pemberian kredit antara lain analisis kelayakan dan persetujuan kredit, sedangkan pada alur kegiatan penghimpunan dana antara lain pekerjaan customer service, customer relation dan teller.

b. Pada alur kegiatan pendukung usaha Bank dalam kegiatan manajemen risiko antara lain pekerjaan analisis risiko, sedangkan pada alur pengembangan organisasi dan pengelolaan sumber daya manusia antara lain pekerjaan perencanaan dan pengembangan organisasi serta perencanaan sumber daya manusia, dan pada alur kegiatan pengendalian internal antara lain pekerjaan audit internal.

Contoh pekerjaan pokok dan penjelasannya adalah sebagaimana dimaksud pada Lampiran I.A. yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Surat Edaran Bank Indonesia ini.

(6)

5. Pekerjaan penunjang adalah pekerjaan dalam alur kegiatan usaha atau alur kegiatan pendukung usaha Bank, yang apabila pekerjaan tersebut tidak ada maka kegiatan dimaksud masih dapat terlaksana tanpa gangguan yang berarti. Contoh pekerjaan penunjang: a. Pada alur kegiatan usaha Bank dalam kegiatan

pemberian kredit antara lain pekerjaan call center, pemasaran (telemarketing, direct sales atau sales representative) dan penagihan kredit.

b. Pada alur kegiatan pendukung usaha antara lain pekerjaan yang dilakukan oleh sekretaris, agendaris, resepsionis, petugas kebersihan, petugas keamanan, pramubakti, kurir, data entry dan pengemudi.

B. Untuk menentukan apakah suatu pekerjaan memenuhi kriteria pekerjaan penunjang, Bank melakukan pengujian dengan menggunakan kriteria paling kurang sebagai berikut: 1. Berisiko rendah

Pekerjaan berisiko rendah adalah pekerjaan yang apabila terjadi kegagalan tidak akan mengganggu aktivitas operasional Bank secara signifikan.

2. Tidak membutuhkan kualifikasi kompetensi yang tinggi di bidang perbankan

Pekerjaan penunjang pada umumnya tidak membutuhkan kualifikasi kompetensi yang tinggi di bidang perbankan yang mencakup pendidikan formal dan pengetahuan atau pengalaman di bidang perbankan.

(7)

Namun demikian, Bank harus tetap mewajibkan PPJ untuk menyediakan jasa tenaga kerja dengan kualifikasi

kompetensi yang memenuhi persyaratan pekerjaan yang dilakukan Alih Daya. Bank dapat mensyaratkan

kualifikasi kompetensi tertentu untuk bidang pekerjaan yang spesifik dan membutuhkan keahlian khusus yang tidak selalu dapat dipenuhi oleh pegawai tetap, misalnya untuk pekerjaan penunjang terkait IT, pengamanan, penagihan, dan pengelolaan kas.

3. Tidak terkait langsung dengan proses pengambilan keputusan yang mempengaruhi operasional Bank.

Pekerjaan yang dapat dilakukan Alih Daya tidak boleh mengandung analisis, pertimbangan (judgement), dan/atau pengambilan keputusan yang mempengaruhi operasional Bank.

Pekerjaan penunjang yang sesuai dengan kriteria pada angka 1, angka 2, dan angka 3, antara lain pekerjaan call

center, telemarketing, atau data entry karena potensi kerugian yang ditimbulkan akibat tidak berjalannya pekerjaan tersebut relatif rendah dan tidak mengganggu operasional Bank secara signifikan, tidak membutuhkan kompetensi yang tinggi di bidang perbankan dan tidak terkait langsung dengan proses pengambilan keputusan yang mempengaruhi operasional Bank.

Contoh pekerjaan penunjang dan penjelasannya adalah sebagaimana dimaksud pada Lampiran I.B. yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Surat Edaran Bank Indonesia ini.

(8)

C. Bank dapat melakukan Alih Daya kepada PPJ yang telah memperoleh izin dari instansi yang berwenang untuk menyediakan jasa tenaga kerja atau untuk menyediakan jasa di bidang tertentu.

D. Penyerahan pekerjaan kepada PPJ dapat dilakukan melalui perjanjian pemborongan pekerjaan dan/atau perjanjian penyediaan jasa tenaga kerja, dengan penjelasan sebagai berikut:

1. Perjanjian pemborongan pekerjaan dalam Surat Edaran Bank Indonesia ini adalah perjanjian kerja antara Bank dengan PPJ untuk melakukan pemborongan pekerjaan tertentu dengan lebih menekankan standar hasil dari pekerjaan yang diborongkan. Sebagai contoh dalam perjanjian pemborongan pekerjaan pemasaran produk Bank, Bank memberikan target kepada PPJ mengenai jumlah calon nasabah yang harus diperoleh dalam jangka waktu tertentu.

2. Perjanjian penyediaan jasa tenaga kerja dalam Surat Edaran Bank Indonesia ini adalah perjanjian kerja antara Bank dengan PPJ untuk menyediakan tenaga kerja dengan kualifikasi tertentu dalam rangka pelaksanaan pekerjaan tertentu. Sebagai contoh dalam perjanjian penyediaan tenaga kerja pemasaran produk Bank, Bank menetapkan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan untuk melaksanakan pemasaran dan tingkat pendidikan minimal tenaga pemasaran tersebut.

(9)

E. Bank hanya dapat melakukan perjanjian Alih Daya dengan PPJ berbadan hukum Indonesia yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT) atau Koperasi.

F. Untuk memastikan pemenuhan persyaratan dalam rangka pemilihan PPJ, Bank wajib melakukan penelitian dokumen, analisis dan penilaian terhadap persyaratan PPJ. Kedalaman dan intensitas analisis dan penilaian dapat disesuaikan dengan skala dan kompleksitas pekerjaan yang dilakukan Alih Daya.

Sebagai contoh, analisis dan penilaian PPJ pekerjaan pemasaran dan penagihan harus lebih dalam dibandingkan dengan analisis dan penilaian PPJ pekerjaan pramubakti atau

cleaning service.

G. Dalam menyusun perjanjian Alih Daya, Bank dapat mempertimbangkan kesesuaian pencantuman klausula minimum dalam perjanjian Alih Daya sebagaimana diatur dalam Peraturan Bank Indonesia mengenai prinsip kehati-hatian bagi Bank Umum yang melakukan penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada pihak lain.

Contoh klausula minimum tersebut antara lain klausula kesediaan PPJ untuk memberikan akses pemeriksaan oleh Bank Indonesia dan klausula kewajiban para pihak untuk melindungi hak dan kepentingan nasabah Bank, lebih sesuai untuk pekerjaan penunjang pada alur kegiatan usaha Bank, seperti pemasaran, penagihan kredit dan pengelolaan kas Bank.

H. Apabila terdapat persyaratan bagi pekerjaan yang dilakukan Alih Daya untuk memiliki sertifikasi yang telah memperoleh izin dari Badan Nasional Sertifikasi Profesi atau pelatihan

(10)

khusus terkait dengan pekerjaan tertentu seperti pekerjaan pengamanan, Bank wajib mensyaratkan pemenuhan sertifikasi atau pelatihan khusus tersebut oleh PPJ dalam perjanjian Alih Daya.

III. PENYERAHAN PEKERJAAN YANG TIDAK MENJADI CAKUPAN

ALIH DAYA

A. Penyerahan pekerjaan yang tidak menjadi cakupan Alih Daya sebagaimana dimaksud dalam Surat Edaran Bank Indonesia ini adalah:

1. penyerahan pekerjaan kepada kantor pusat atau kantor wilayah Bank yang berkedudukan di luar negeri, perusahaan induk, dan entitas lain dalam satu kelompok usaha Bank di dalam maupun di luar negeri;

2. penyerahan pekerjaan jasa konsultansi atau keahlian khusus; dan

3. penyerahan pekerjaan jasa pemeliharaan barang dan gedung.

B. Penyerahan pekerjaan sebagaimana dimaksud pada butir A.1. tetap tunduk kepada ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku, antara lain ketentuan mengenai manajemen risiko dalam penggunaan teknologi informasi, pelaksanaan fungsi audit intern Bank, Good Corporate

Governance (GCG), dan alat pembayaran dengan

menggunakan kartu serta dengan memperhatikan kesesuaian dan kewajaran penyerahan pekerjaan dimaksud.

Contoh penyerahan pekerjaan kepada kantor pusat atau kantor wilayah Bank yang berkedudukan di luar negeri,

(11)

kantor induk, dan/atau entitas lain dalam satu kelompok usaha yang bukan merupakan cakupan ketentuan Alih Daya antara lain adalah:

1. pekerjaan yang dilakukan sebagai bentuk pengawasan kantor pusat atau kantor wilayah Bank yang berkedudukan di luar negeri, atau perusahaan induk, misalnya pengawasan limit risiko pasar dan risiko kredit; 2. pekerjaan yang tidak dapat dilakukan oleh kantor

cabang bank asing atau perusahaan anak Bank karena kurangnya keahlian pada bidang tertentu dan bersifat konsultasi, misalnya review atas model pengukuran risiko dan tenaga auditor yang memiliki keahlian pada bidang tertentu (TI); dan/atau

3. pekerjaan yang merupakan bagian dari proses bisnis Bank yang dilakukan di kantor pusat atau kantor wilayah Bank yang berkedudukan di luar negeri, perusahaan induk, atau entitas lain dalam satu kelompok usaha Bank, misalnya rekonsiliasi laporan keuangan dan pemrosesan gaji.

C. Contoh penyerahan pekerjaan sebagaimana dimaksud pada butir A.2. antara lain jasa konsultan hukum, jasa notaris, jasa penilai independen (appraisal) dan akuntan publik. D. Contoh penyerahan pekerjaan sebagaimana dimaksud pada

butir A.3. antara lain pemeliharaan mesin pendingin ruangan (Air Conditioner/AC), fotocopy, komputer dan printer serta jasa pemeliharaan gedung kantor Bank.

(12)

IV. PRINSIP KEHATI-HATIAN DAN PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DALAM ALIH DAYA PEKERJAAN PENAGIHAN KREDIT DAN PENGELOLAAN KAS

A. Pekerjaan Penagihan Kredit

1. Cakupan penagihan kredit dalam ketentuan ini adalah penagihan kredit secara umum, termasuk penagihan kredit kepemilikan rumah, kredit kendaraan bermotor, kredit tanpa agunan dan kartu kredit.

2. Pekerjaan penagihan kredit yang dapat dilakukan Alih Daya adalah pekerjaan penagihan kredit dengan kualitas “Macet” sesuai ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai penilaian kualitas aset Bank umum.

3. Perjanjian kerjasama Alih Daya penagihan kredit antara Bank dan PPJ harus dilakukan secara tertulis dalam bentuk perjanjian penyediaan jasa tenaga kerja.

4. Dalam Alih Daya penagihan kredit, Bank wajib memiliki dan menerapkan kebijakan dan prosedur tertulis mengenai penagihan kredit antara lain berupa kewajiban Bank untuk:

a. menginformasikan kepada debitur apabila penagihan atas kewajiban debitur telah diserahkan kepada PPJ;

b. memastikan bahwa penagihan kredit oleh PPJ dilakukan dengan cara-cara yang tidak melanggar hukum;

c. menyusun etika penagihan kredit yang harus dituangkan dalam perjanjian Alih Daya;

(13)

d. memastikan bahwa tenaga penagihan telah memperoleh pelatihan yang memadai terkait dengan tugas penagihan dan etika penagihan sesuai ketentuan yang berlaku;

e. menatausahakan identitas setiap tenaga penagih; dan

f. memastikan bahwa dalam melakukan penagihan PPJ mematuhi pokok-pokok etika penagihan kredit yang dimuat dalam perjanjian Alih Daya, antara lain:

1) penagihan dilarang dilakukan dengan menggunakan cara ancaman, kekerasan dan/atau tindakan yang bersifat mempermalukan debitur;

2) penagihan dilarang dilakukan dengan menggunakan tekanan secara fisik maupun verbal;

3) penagihan dilarang dilakukan kepada pihak selain debitur;

4) penagihan menggunakan sarana komunikasi dilarang dilakukan secara terus menerus yang bersifat mengganggu;

5) penagihan hanya dapat dilakukan pada pukul 08.00 sampai dengan pukul 20.00

wilayah waktu debitur;

6) penagihan di luar waktu sebagaimana dimaksud pada angka 5) hanya dapat dilakukan atas dasar persetujuan dan/atau perjanjian dengan debitur;

(14)

7) petugas penagih wajib menggunakan kartu identitas resmi yang dikeluarkan oleh Bank, yang dilengkapi dengan foto diri yang bersangkutan; dan

8) penagihan hanya dapat dilakukan di tempat alamat penagihan atau domisili debitur.

g. Bank wajib memastikan bahwa PPJ juga mematuhi etika penagihan yang ditetapkan oleh asosiasi. 5. Dalam hal diperlukan pemanggilan debitur untuk

menghadiri pertemuan dengan petugas penagih, Bank paling kurang wajib memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a. pertemuan dilakukan di kantor Bank; b. ruang pertemuan dilengkapi dengan CCTV;

c. pihak Bank hadir dalam pertemuan tersebut; dan d. seluruh pembicaraan dalam pertemuan tersebut

direkam dan dibuat berita acara yang diketahui oleh pihak Bank.

B. Pengelolaan Kas

1. Pengelolaan kas adalah serangkaian pekerjaan yang dilakukan oleh PPJ untuk mengelola fisik uang tunai milik Bank (baik dalam mata uang Rupiah maupun mata uang asing) berupa antara lain:

a. distribusi (pengantaran dan/atau pengambilan) uang tunai berikut pengawalan (cash distribution); b. penghitungan, penyortiran dan pengemasan uang

tunai (cash processing);

c. penyimpanan uang tunai di khazanah (cash in save); dan/atau

(15)

d. pengisian ATM (anjungan tunai mandiri) dengan uang tunai dan/atau pengambilan uang tunai dari CDM (cash deposit machine) berikut pemantauan ATM dan/atau CDM.

2. Dalam melakukan Alih Daya pengelolaan kas, Bank hanya dapat melakukan perjanjian Alih Daya dengan PPJ yang memenuhi persyaratan paling kurang sebagai berikut:

a. berbadan hukum Indonesia yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT);

b. memiliki izin operasional sebagai perusahaan jasa kawal angkut uang tunai dan barang berharga yang masih berlaku dari instansi yang berwenang;

c. memiliki Standard Operational Procedure (SOP) keamanan dalam pengelolaan kas;

d. memiliki kinerja keuangan yang baik yang penilaiannya didasarkan pada modal, likuiditas dan profitabilitas PPJ;

e. memiliki reputasi yang baik yang penilaiannya didasarkan pada rekam jejak (track record) dan kepatuhan PPJ terhadap ketentuan dan/atau peraturan perundang-undangan yang berlaku serta perjanjian Alih Daya yang dilakukan sebelumnya; f. memiliki pengalaman yang cukup yang penilaiannya

didasarkan pada pengalaman perusahaan dan/atau manajemen perusahaan dalam menangani pekerjaan yang dilakukan Alih Daya;

(16)

g. memiliki sumber daya manusia dengan kuantitas dan kualitas yang dapat mendukung pelaksanaan

pengelolaan kas Bank. Khusus bagi PPJ yang pekerjaannya terkait langsung dengan

penghitungan, penyortiran dan pengemasan uang tunai (cash processing), harus memiliki sumber daya manusia yang mempunyai keahlian mengenai ciri-ciri keaslian uang Rupiah, keahlian memilah antara uang Rupiah layak edar dengan yang tidak layak edar, keahlian mengoperasikan mesin hitung dan mesin sortir uang Rupiah; dan

h. memiliki mesin hitung dan mesin sortir yang dapat mendeteksi keaslian fisik uang, memiliki khazanah untuk menyimpan uang tunai Rupiah, dan memiliki infrastruktur dan sarana angkutan yang memenuhi persyaratan standar keamanan.

3. Kewajiban PPJ memiliki contingency plan yang dituangkan dalam perjanjian Alih Daya pengelolaan kas Bank antara lain menjamin dan mengasuransikan seluruh uang tunai milik Bank yang berada dalam pengelolaan PPJ tersebut.

4. Kesediaan PPJ untuk memberikan akses pemeriksaan kepada Bank Indonesia yang dituangkan dalam perjanjian Alih Daya pengelolaan kas Bank antara lain kewajiban PPJ pengelolaan kas Bank untuk:

a. memberikan data dan informasi kepada Bank Indonesia baik secara langsung maupun melalui Bank terkait sumber daya manusia, sarana dan prasarana yang digunakan dalam melaksanakan pekerjaan; dan

(17)

b. memberikan akses untuk melakukan pemeriksaan terhadap kegiatan operasional PPJ pengelolaan kas Bank, antara lain pemeriksaan standarisasi kualitas sortasi, kecukupan sarana dan prasarana, sistem pengamanan dan kualitas sumber daya manusia yang melakukan pengolahan fisik uang Rupiah. 5. Dalam rangka melaksanakan pengendalian intern yang

efektif atas Alih Daya pengelolaan kas Bank, Bank melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan pekerjaan oleh PPJ, yang paling kurang mencakup:

a. pengawasan terhadap akurasi perhitungan dan kualitas sortasi hasil pekerjaan PPJ; dan

b. memastikan bahwa PPJ menindaklanjuti rekomendasi yang diberikan oleh Bank Indonesia dari hasil pengawasan terhadap kegiatan operasional PPJ.

V. PELAPORAN

A. Laporan Alih Daya

1. Bank yang melakukan Alih Daya wajib menyusun Laporan Berkala Alih Daya, yang terdiri dari:

a. Laporan Rencana Alih Daya, Perubahan dan/atau Penambahan Rencana Alih Daya; dan

b. Laporan Alih Daya yang Bermasalah.

2. Laporan Rencana Alih Daya, Perubahan dan/atau Penambahan Rencana Alih Daya sebagaimana dimaksud pada butir 1.a. disusun sebagai berikut:

a. Laporan Rencana Alih Daya memuat rencana Alih Daya atas pekerjaan yang belum pernah dilakukan Alih Daya. Sedangkan Laporan Perubahan dan/atau

(18)

Penambahan Rencana Alih Daya memuat perubahan cakupan pekerjaan yang sudah dilakukan Alih Daya dan/atau penambahan pekerjaan yang akan dialihdaya.

Contoh perubahan cakupan pekerjaan yang sudah dilakukan Alih Daya adalah Bank pada tahun berjalan merencanakan untuk menambah cakupan pekerjaan Alih Daya pemasaran dari pemasaran kartu kredit menjadi pemasaran kartu kredit dan kredit tanpa agunan.

Contoh penambahan rencana Alih Daya yang akan dilakukan adalah Bank pada tahun berjalan merencanakan melakukan Alih Daya pemasaran kartu kredit yang sebelumnya tidak dimuat dalam Laporan Rencana Alih Daya.

Tidak termasuk dalam laporan Rencana Alih Daya, Perubahan dan/atau Penambahan Rencana Alih Daya adalah perpanjangan PPJ dan penggantian PPJ atas pekerjaan yang telah dialihdayakan.

b. Laporan Rencana Alih Daya untuk 1 (satu) tahun ke depan disampaikan paling lambat setiap tanggal 31 Desember. Sedangkan Laporan Perubahan

dan/atau Penambahan Rencana Alih Daya disampaikan paling lambat setiap tanggal 30 Juni

tahun berjalan, dengan menggunakan formulir pelaporan sebagaimana dimaksud pada

Lampiran II.A yang merupakan bagian tidak

terpisahkan dari Surat Edaran Bank Indonesia ini. c. Laporan Rencana Alih Daya, Perubahan dan/atau

Penambahan Rencana Alih Daya paling kurang memuat informasi mengenai:

(19)

1) jenis pekerjaan yang dilakukan Alih Daya; 2) gambaran umum dan cakupan pekerjaan; 3) jenis perjanjian Alih Daya;

4) perkiraan jumlah tenaga kerja Alih Daya yang dibutuhkan;

5) jangka waktu perjanjian; 6) tujuan Alih Daya; dan

7) analisis perkiraan biaya dan manfaat, risiko dan mitigasinya.

d. Bank yang tidak memiliki rencana untuk melakukan Alih Daya sebagaimana dijelaskan pada huruf a tetap wajib menyampaikan Laporan Rencana Alih Daya dengan penjelasan Nihil paling lambat setiap tanggal 31 Desember.

3. Laporan Alih Daya yang Bermasalah sebagaimana pada butir 1.b. disusun sebagai berikut:

a. Laporan Alih Daya yang Bermasalah memuat gambaran permasalahan Alih Daya antara lain permasalahan yang dihadapi oleh Bank dan PPJ

yang berpotensi meningkatkan risiko Bank secara signifikan dan/atau akan mengganggu

kelangsungan pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan Alih Daya.

Contoh permasalahan Alih Daya antara lain pelanggaran ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku, pelanggaran perjanjian, gugatan, pengaduan nasabah, pemogokan karyawan, dan perselisihan intern pada PPJ baik antar manajemen maupun antara manajemen dengan karyawan.

(20)

b. Laporan Alih Daya yang Bermasalah sebagaimana

dimaksud pada butir 1.b. disampaikan paling lama 7 (tujuh) hari kerja setelah diketahuinya

permasalahan, dengan menggunakan formulir

pelaporan sebagaimana dimaksud pada

Lampiran II.B yang merupakan bagian tidak

terpisahkan dari Surat Edaran Bank Indonesia ini. 4. Laporan Alih Daya yang Bermasalah paling kurang

memuat informasi mengenai:

a. jenis pekerjaan yang dilakukan Alih Daya; b. nama Perusahan Penyedia Jasa;

c. gambaran permasalahan yang terjadi; dan

d. langkah-langkah yang dilakukan oleh Bank untuk mengatasi permasalahan tersebut.

5. Dalam menetapkan langkah-langkah untuk mengatasi permasalahan Alih Daya, Bank harus memastikan bahwa pekerjaan yang dialihkan tetap terlaksana dengan baik walaupun terjadi permasalahan pada Alih Daya.

B. Penyampaian Laporan

Laporan sebagaimana dimaksud pada huruf A disampaikan kepada Bank Indonesia dengan alamat:

a. Departemen Pengawasan Bank terkait, Jl. MH. Thamrin No. 2 Jakarta 10350, bagi Bank yang berkantor pusat di wilayah kerja kantor pusat Bank Indonesia

b. Kantor Perwakilan Bank Indonesia setempat, bagi Bank yang berkantor pusat di luar wilayah kerja kantor pusat Bank Indonesia.

(21)

VI. PENUTUP

Ketentuan dalam Surat Edaran Bank Indonesia ini mulai berlaku pada tanggal 27 Juni 2012.

Agar setiap orang mengetahui, memerintahkan pengumuman Surat Edaran Bank Indonesia ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Demikian agar Saudara maklum.

KEPALA DEPARTEMEN

PENELITIAN DAN PENGATURAN PERBANKAN,

Referensi

Dokumen terkait

Untuk peneliti selanjutnya yang melakukan penelitian sejenis sebaiknya menambah periode tahun pengamatan atau mengganti variabel Arus Kas Operasi dengan variabel lain yang

Now that we have created our custom object type and attributes, we can extend our News Article example and create a News Article Web Publisher template (analogous to a UI 'form')

Berdasarkan pada data hasil observasi di SMP N 1 Bondowoso kelas VII-A menunjukkan bahwa tingkat penguatan memory skill siswa masih sangat rendah yaitu: dari 27

Anna Satyana Karyawati, SP.,MP Moch.. Anna Satyana Karyawati,

Modul  aplikasi  pada  gambar,  disesuaikan  dengan  kebutuhan  dan  hak  aksess  yang  diberikan  setiap  user 

Dari penggunaan ketiga pengujian yaitu pengujian rasio data latih dan data uj, pengujian jumlah neuron hidden layer serta pengujian penggunaan fungsi aktivasi untuk

Suatu tubuh batuan yang mengandung fragmen dari batuan yang lain selalu lebih muda1. dari tubuh batuan yang menghasilkan

Perbandingan Keefektifan Metode Abjad, Metode Global, Dan Metode Sas Dalam Proses Belajar Mengajar Membaca Permulaan Di Sekolah Dasar [Tesis, Universitas