• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pendeteksian Keasaman Dan Kebasaan Pada Pembuburan Kertas Dengan Menggunakan ph Meter Pada Proses Bleaching (Pemutihan) (Aplikasi pt. Riau Andalan Pulp And Paper)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pendeteksian Keasaman Dan Kebasaan Pada Pembuburan Kertas Dengan Menggunakan ph Meter Pada Proses Bleaching (Pemutihan) (Aplikasi pt. Riau Andalan Pulp And Paper)"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

PENDETEKSIAN KEASAMAN DAN KEBASAAN PADA

PEMBUBURAN KERTAS DENGAN MENGGUNAKAN

pH METER PADA PROSES BLEACHING (PEMUTIHAN)

(APLIKASI PT. RIAU ANDALAN PULP AND PAPER)

O

L

E

H

035203005

HENDRA HARTAS. S

PROGRAM DIPLOMA-IV

TEKNOLOGI INSTRUMENTASI PABRIK FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

PENDETEKSIAN KEASAMAN DAN KEBASAAN PADA

PEMBUBURAN KERTAS DENGAN MENGGUNAKAN

pH METER PADA PROSES BLEACHING (PEMUTIHAN)

(APLIKASI PT. RIAU ANDALAN PULP AND PAPER)

O

L

E

H

035203005

HENDRA HARTAS. S

PROGRAM DIPLOMA-IV

TEKNOLOGI INSTRUMENTASI PABRIK FAKULTAS TEKNIK

(3)

ABSTRAK

Pada dunia industri penggunaan peralatan instrumentasi merupakan hal

yang sangat penting dalam proses operasi produksi suatu pabrik. Sejalan dengan

kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat

pada saat ini, manusia selalu berusaha untuk menemukan atau menciptakan suatu

peralatan yang dapat mempermudah pekerjaan pada suatu proses. Untuk itu

peralatan tersebut harus dapat menghasilkan pengukuran atau pendeteksian

dengan optimal. Beberapa parameter yang menjadi dasar bahan pengukuran pada

jalannya proses yaitu tekanan (pressure), suhu (temperature), tinggi permukaan

(level) dan aliran (flow).

Salah satu aplikasi dari alat-alat instrumentasi tersebut yang di pakai pada

pabrik pembuatan kertas atau pulp adalah dengan menggunakan PH meter yang

berfungsi untuk mendeteksi keasaman dan kebasaan pada buburan kertas agar

dapat menghasilkan kertas atau pulp yang kualitas baik. PH meter merupakan

suatu peralatan yang terdiri dari sensor sebagai pendeteksi keasaman dan

kebasaana, di mana data yang diperoleh dari pendeteksian oleh sensor tersebut

akan ditampilkan ke transmiter, selanjutnya transmiter mengirim data tersebut ke

ruang DCS (Distribution Control System), sehingga data tersebut dapat dibaca

(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan yang maha Esa, atas berkat dan

rahmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya akhir ini.

Tidak lupa pula penulis ucapkan ribuan terima kasih kepada Ayah handa

dan Ibunda tercinta yang tak pernah letih mengasuh, membesarkan, memberi

dukungan moral maupun materil dan selalu mengertai ananda dengan do’a sampai

ananda menyelesaikan Karya Akhir Ini.

Dalam proses penyusunan karya akhir ini, penulis telah mendapat

bimbingan dan arahan dari berbagai pihak, maka untuk bantuan yang di berikan

baik materil, spiritual, informasi maupun administrasi. Oleh karena itu sudah

sepantasnya penulis mengucapakan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Ir. Nasrul Abdi. MT. selaku ketua Departemen Teknik Elektro

Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Rahmad Fauzi. ST. MT. sebagai sekretaris Jurusan Departemen

Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Ir. Syarifuddin Siregar. selaku dosen pembimbing dalam

penyusunan karya akhir ini.

(5)

memberikan dukungannya kepada penulis dalam menyelesaikan Karya

Akhir ini.

Akhir kata tak ada gading yang tak retak, karena keterbatasan waktu dan

kemampuan, penyusun menyadari bahwa dalam pembuatan Karya Akhir ini

masih terdapat banyak kekurangan maupun kesalahan. Untuk itu penyususn

membuka diri atas segala kritik dan saran yang bersifat membangun agar dapat di

diskusikan dan di pelajari bersama demi kemajuan wawasan ilmu pengetahuann

teknologi. Semoga karya akhir ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Desember 2008

(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR GAMBAR ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

I. 1 Latar Belakang ... 1

I. 2 Tujuan Karya Akhir ... 2

I. 3 Batasan Masalah ... 2

I. 4 Metode Pembahasan ... 3

I. 5 Sistematika Pembahasan ... 3

BAB II LANDASAN TEORI ... 5

II. 1 Teori Dasar pH ... 5

(7)

II.4 Asam ... 9

II.5 Basa ... 10

II.6 Kalorimetri ... 10

II.7 Potensiometri ... 11

II.8 Proses pengolahan kayu pada PT. RAPP ... 14

BAB III PRINSIP KERJA ALAT YANG DIGUNAKAN PADA PH METER ... 17

III. 1 Wood Yard ... 17

III. 2 Area Fibreline ... 19

III. 3 Pulp Machine ... 23

III. 4 Area Measurment pH ... 24

BAB IV PROSES PENDETEKSIAN BUBURAN KERTAS DENGAN MENGGUNAKAN PH METER ... 30

VI.1 Penggunaan pH Meter pada Area Bleaching ... 30

(8)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 35

V. 1 Kesimpulan ... 35

V. 2 Saran ... 35

(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Skema Elektroda pH Meter ... 7

Gambar 2. 2 Skala pH untuk beberapa Zat sehari-hari ... 9

Gambar 2. 3 Elektrode Ukur dan Elektrode Referensi ... 12

Gambar 2. 4 Elektrode pH Meter Modern ... 13

Gambar 2. 5 Diagram Blok proses produksi Pulp ... 15

Gambar 2. 6 Diagram Blok proses produksi di Fibreline ... 15

Gambar 3. 1 Blok Diagram Aplikasi Alat ... 17

Gambar 3. 2 Filtrate Piston pada keterpasangan pipa ... 25

Gambar 3. 3 Sensor pH Model AP301 ... 27

Gambar 3. 4 Sensor pH Model AP303 ... 27

Gambar 3. 5 pH Meter Type TB82pH ... 29

(10)

ABSTRAK

Pada dunia industri penggunaan peralatan instrumentasi merupakan hal

yang sangat penting dalam proses operasi produksi suatu pabrik. Sejalan dengan

kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat

pada saat ini, manusia selalu berusaha untuk menemukan atau menciptakan suatu

peralatan yang dapat mempermudah pekerjaan pada suatu proses. Untuk itu

peralatan tersebut harus dapat menghasilkan pengukuran atau pendeteksian

dengan optimal. Beberapa parameter yang menjadi dasar bahan pengukuran pada

jalannya proses yaitu tekanan (pressure), suhu (temperature), tinggi permukaan

(level) dan aliran (flow).

Salah satu aplikasi dari alat-alat instrumentasi tersebut yang di pakai pada

pabrik pembuatan kertas atau pulp adalah dengan menggunakan PH meter yang

berfungsi untuk mendeteksi keasaman dan kebasaan pada buburan kertas agar

dapat menghasilkan kertas atau pulp yang kualitas baik. PH meter merupakan

suatu peralatan yang terdiri dari sensor sebagai pendeteksi keasaman dan

kebasaana, di mana data yang diperoleh dari pendeteksian oleh sensor tersebut

akan ditampilkan ke transmiter, selanjutnya transmiter mengirim data tersebut ke

ruang DCS (Distribution Control System), sehingga data tersebut dapat dibaca

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang Masalah

Pada sebuah pabrik atau industri agar suatu proses dapat berjalan dengan

sempurna dan memperoleh hasil yang baik maka harus didukung dengan

instrumen atau peralatan yang baik pula. Salah satu dari alat instrumen tersebut

adalah alat pendeteksi keasaman dan kebasaan pada pembuatan buburan kertas

atau pulp yang terdapat pada PT. Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP). Alat ini

sangat berperan penting dalam menjaga kualitas kertas atau pulp yang akan

dihasilkan.

PH Meter merupakan salah satu alat yang berperan penting dalam proses

bleaching (pemutihan) terutama pada pabrik pembuatan kertas. PH Meter terdiri

dari beberapa bagian yaitu sensor pH yang berfungsi sebagai pendeteksi keasaman

dan kebasaan, serta transmitter sebagai alat yang menampikan hasil dari

pendeteksian sensor tersebut supaya dapat dilihat atau dibaca berapa nilai

keasaman dan kebasaan dari buburan kertas (pulp) yang akan dideteksi tersebut.

Atas dasar pengamatan dan pentingnya pemahaman tentang penggunaan

pH meter pada pabrik pembuatan kertas atau pulp tersebut, maka dalam karya

(12)

“PENDETEKSISAN KEASAMAN DAN KEBASAAN PADA

PEMBUBURAN KERTAS DENGAN MENGGUNAKAN PH METER

PADA PROSES BLEACHING (PEMUTIHAN). (APLIKASI PT. RAPP)”

I.2. Tujuan Karya Akhir

Adapun yang menjadi tujuan dari pembahasan karya akhir ini adalah :

1. Memenuhi syarat untuk menyelesaikan masa studi sebagai mahasiswa

program Diploma IV Teknologi Instrumentasi Pabrik.

2. Mengetahui dan memahami cara kerja dari PH Meter pada pabrik.

I.3. Batasan Masalah

Mengingat masalah yang akan diangkat sebagai karya akhir ini

mempunyai ruang lingkup yang relatif luas, maka penulis membatasi masalah

karya akhir ini pada :

• Memaparkan prosas kerja PH Meter sebagai alat pendeteksi keasaman

dan kebasaan pada proses bleaching (pemutihan) di PT. RAPP.

• Tidak membahas rumus-rumus kimia dan senyawa-senyawa kimia secara

mendetail.

(13)

I.4. Metode Pembahasan

Metode pembahasan yang dipergunakan dalam penulisan karya akhir ini

antara lain sebagai berikut :

1. Dengan mempelajari teori dan pengamatan langsung di lapangan serta

melakukan diskusi dengan pembimbing dilapangan sewaktu

melaksanakan kerja praktek di PT. RAPP.

2. Melakukan diskusi dengan dosen pembimbing.

3. Dengan mencari buku-buku referensi dari beberapa pustaka yang dapat

menunjang penyusunan karya akhir.

I.5. Sistematika Pembahasan

Untuk mempermudah pembahasan dalam penulisan karya akhir ini, maka

penulis membuat suatu sistematika penulisan. Sistematika ini merupakan urutan

bab demi bab termasuk isi dari sub-sub babnya. Adapun sistematika pembahasan

tersebut adalah :

BAB I :PENDAHULUAN

Bab ini menjelaskan tentang latar belakang masalah, tujuan

pembahasan, batasan masalah, metode pembahasan, dan

(14)

BAB II : LANDASAN TEORI

Bab ini menjelaskan tentang teori-teori pH Meter, dan proses

pengolahan kayu pada PT. RAPP secara umum.

BAB III : PRINSIP KERJA ALAT YANG DIGUNAKAN PADA pH

METER

Bab ini menjelaskan tentang proses pembuatan pulp dan alat

pendukung pada pH Meter

BAB IV :PRINSIP KERJA PH METER

Bab ini menjelaskan tentang proses pendeteksian buburan kertas

dengan menggunakan pH Meter pada area Bleaching.

BAB V : PENUTUP

Bab ini berisikan tentang kesimpulan dan saran yang dapat

diambil penulis dari pengamatan sewaktu berada dilapangan dan

(15)

BAB II

LANDASAN TEORI

II.1. Teori Dasar pH

pH atau derajat keasaman digunakan untuk menyatakan tingkat keasaaman

atau basa yang dimiliki oleh suatu zat, larutan atau benda. pH normal memiliki

nilai 7 sementara bila nilai pH > 7 menunjukkan zat tersebut memiliki sifat basa

sedangkan nilai pH< 7 menunjukkan keasaman. pH 0 menunjukkan derajat

keasaman yang tinggi, dan pH 14 menunjukkan derajat kebasaan tertinggi.

Umumnya indicator sederhana yang digunakan adalah kertas lakmus yang

berubah menjadi merah bila keasamannya tinggi dan biru bila keasamannya

rendah.

Selain menggunakan kertas lakmus, indicator asam basa dapat diukur

dengan pH meter yang bekerja berdasarkan prinsip elektrolit/konduktivitas suatu

larutan. Sistem pengukuran pH mempunyai tiga bagian yaitu elektroda

pengukuran pH, elektroda referensi dan alat pengukur impedansi tinggi. Istilah pH

berasal dari "p", lambang matematika dari negative logaritma, dan "H", lambang

kimia untuk unsur Hidrogen. Defenisi yang formal tentang pH adalah negative

logaritma dari aktivitas ion Hydrogen. pH adalah singkatan dari power of

Hydrogen.

(16)

II.2. Dasar pengukuran Drajat Keasaman

Asam dan basa adalah besaran yang sering digunakan untuk pengolahan

sesuatu zat, baik di industri maupun kehidupan sehari-hari. Pada industri kimia,

keasaman merupakan variabel yang menentukan, mulai dari pengolahan bahan

baku, menentukan kualitas produksi yamg diharapkan sampai pengendalian

limbah industri agar dapat mencegah pencemaran pada lingkungan. Pada bidang

pertanian, keasaman pada waktu mengelola tanah pertanian perlu diketahui.

Untuk mengetahui dasar pengukuran derajat keasaman akan diuraikan dahulu

pengertian derajat keasaman itu sendiri.

Pada prinsipnya pengukuran suatu pH adalah didasarkan pada potensial

elektro kimia yang terjadi antara larutan yang terdapat didalam elektroda gelas

(membrane gelas) yang telah diketahui dengan larutan yang terdapat diluar

elektroda gelas yang tidak diketahui. Hal ini dikarenakan lapisan tipis dari

gelembung kaca akan berinteraksi dengan ion hydrogen yang ukurannya relative

kecil dan aktif, elektroda gelas tersebut akan mengukur potensial elektro kimia

dari ion hydrogen. Untuk melengkapi sirkuit elektrik dibutuhkan elektroda

pembanding. Sebagai catatan alat tersebut tidak mengukur arus tetapi hanya

(17)

Gambar 2.1. Skema Elektroda pH Meter

II.3. Pengertian Derajat keasaman

Untuk memahami pengertian dasar keasaman dibawah ini diuraikan secara

ringkas tentang ionisasi. Bila suatu atom menerima energi tambahan dari luar,

electron atom itu akan meningkat energi kinetiknya. Hal itu akan memindahkan

tingkat energi electron ke tingkat yang lebih tinggi. Elektron akan berpindah

menuju kulit yang lebih luar yang akhirnya jika energi yang diterima cukup besar

dapat memisahkan electron dari atomnya. Dari atom ini akan didapatkan dua

partikel yang masing-masing partikel bermuatan positif dan negatif. Partikel atom

yang melepas elektronnya itu disebut ion positif. Atom juga bisa menerima

elektron sehingga akan kelebihan electron. Partikel seperti ini juga disebut ion

tetapi merupakan ion negatif.

Molekul- molekul suatu zat yang dalam larutannya dapat menghantarkan

arus listrik disebut elektrolit. Ion-ion negative bergerak menuju ke anode, oleh

(18)

karena itu ion positif disebut kation. Suatu larutan elektrolit, molekulnya terurai

menjadi ion-ion. Air murni tergolong elektrolit lemah. Sebagian molekulnya

terurai menjadi ion H- dan OH+

H .

2O--- H+ + OH

Dari persamaan diatas, 1 ion H

-+

dan 1 ion OH- berasal dari penguraian 1

molekul H2 O. Dengan demikian, konsentrasi ion H+ sama dengan konsentrasi ion

OH-. Larutan air seperti itu dinamakan dengan larutan Netral. Larutan yang

mengandung ion H+ berkonsentrasi lebih besar dari konsentrasi OH- dan disebut

larutan Asam, sedangkan larutan yang mengandung konsentrasi ion H+ lebih

kecil dari konsentrasi ion OH

-Banyaknya larutan yang terurai menjadi ion dinamakan derajat ionisasi.

Besarnya berkisar antara 0 sampai 1. Suatu elektrolit yang derajat ionisasinya

besar, mendekati 1 disebut elektrolit kuat, sedangkan yang derajat ionisasinya

kecil mendekati 0 dinamakan elektrolit lemah. Ionisasi mempunyai tetapan

kesetimbangan (K). Misal untuk air, kesetimbangannya dapat dihitung dengan

rumus:

disebut larutan Basa. Larutan asam dapat menerima

electron bebas, sedangkan basa dapat memberikan electron bebas.

(19)

Dalam air murni dengan suhu 25°C, konsentrasi H+=10-7mol/liter,

sedangkan hasil kali konsentrasi H+ dengan OH-=10-14. Konsentrasi H+=

konsentrasi OH-=10-7

Basa kuat

. Untuk menentukan asam atau basa diperlukan skala pH

seperti berikut.

Gambar 2.2. Skala pH untuk beberapa zat sehari-hari

II.4. Asam

Asam (sering diwakili dengan rumus umum HA)secara umum merupakan

senyawa kimia yang bila dilarutkan dalam air akan menghasilkan larutan dengan

pH lebih kecil dari 7. Dalam defenisi modern, asam adalah suatu zat yang dapat

memberi proton (ion H+) kepada zat lain (yang disebut basa), atau dapat

menerima pasangan elektron bebas dari suatu basa. Suatu asam bereaksi dengan

(20)

asam asetat (ditemukan dalam cuka) dan asam sulfat (yang digunakan dalam

baterai atau aki mobil) Asam umumnya berasa masam, walaupun demikian

mencicipi rasa asam terutama asam pekat dapat berbahaya dan tidak dianjurakan.

Secara umum Asam memiliki sifat-sifat sebagai berikut :

Rasa : Masam ketika dilarutkan dalam air.

Sentuhan : Asam terasa menyengat bila disentuh, terutama asam yang kuat.

Kereaktifan : Asam bereaksi hebat dengan kebanyakan logam, yaitu korosif

terhadap logam.

II.5. Basa

Definisi umum dari basa adalah senyawa kimia yang menyerap ion hydronium

ketika dilarutkan dalam air. Basa adalah lawan dari asam, yaitu ditujukan untuk

unsur/senyawa kimia yang memiliki pH lebih dari 7. Basa merupakan senyawa

yang jika dilarutkan dalam air menghasilkan ion -OH.

Secara umum Basa memiliki sifat-sifat sebagai berikut :

Rasa : Tidak masam bila dilarutkan dengan air.

Sentuhan : Tidak terasa menyengat bila disentuh.

Kereaktifan : Kebanyakan tidak bereaksi terhadap logam.

II.6. Kalorimetri

(21)

keadaan pH tertentu. Zat tersebut merupakan paduan dari asam basa lemah dan

garamnya. Jika garam dari asam lemah berbeda warnanya dari asam yang

terionisasi, hasil akhir warna larutan bergantung pada perbandingan dari

kosentrasi kedua bentuk tadi. Cairan indikator yang biasa digunakan adalah

penoftalin.

Untuk mengamati warna ini diperlukan pengalaman pengamat yang

berpengalaman bisa mencapai ketelitian 0,1 pH. Larutan yang gelap dan berwarna

tidak dapat diamati dengan baik. Indikator yang tidak stabil dan larutan yang kuat

akan mengoksidasi atau mereduksi. Penambahan indikator dapat pula mengubah

nilai pH dari sampel. Cara lain adalah dengan menggunakan kertas lakmus yang

dikenakan pada cairan sample. Kertas itu akan berubah warna dan dapat

dicocokkan dengan warna standar.

II.7. Potensiometri

Kalorimetri yang telah diuraikan diatas tidak dapat mengukur pH secara

kontinu disamping beberapa kelemahan lainnya. Untuk mengatasinya digunakan

cara elektrometri atau potensiometri. Peralatan ukur pH elektrometri secara garis

besar terdiri atas electrode ukur yang sensitive, electrode referensi, electrode

kompensasi suhu, dan alat ukur tegangan antara electrode ukur dan referensi.

Elektrode ukur untuk pH telah dikembangkan hingga bermacam-macam.

Untuk pengukuran pH di indutri digunakan electrode ukur yang dikenal dengan

electrode gelas. Elektrode gelas sensitive hanya pada ion hydrogen saja. Pada

gambar 2.3. elektrode ukur terdiri atas tabung gelas yang didalamnya berisi

(22)

dari tabung gelas adalah larutan proses yang harus diukur. Dinding gelas dari

tabung gelas mempunyai tahanan yang tinggi sekali.

Elektrode ukur

Elektrode Referensi

Gambar 2.3. Elektrode Ukur dan Elektrode Referensi

Dalam tabung gelas electrode ukur juga terdapat perak dan perak klorida

yang berada dalam larutan buffer. Jika aktifitas ion hydrogen dari larutan proses

lebih besar dari pada larutan yang ada di dalam tabung gelas, perbedaan tegangan

menjadi positif. Jika konsentrasi ion dalam larutan proses lebih kecil akan didapat

perbedaan potensial yang negative.

Hubungan antara potensial dengan aktifitas ion hydrogen dinyatakan

dengan rumus Nerst :

E = Perbedaan potensial yang terukur

Eo = Konstanta Elektrode pada suhu 25o

R = Konstanta Gas

(23)

n = Muatan ion

F = Angka Faraday sebagai Konstanta

H+

Konstruksi Elektrode ukur yang lebih lengkap dapat dilihat pada gambar 2.4. = Aktifitas Hidrogen

Gambar 2.4. Elektrode pH Meter Modern

1. Bagian perasa electrode yang terbuat dari kaca yang sfesifik.

2. Larutan buffer.

3. Cairan HCL.

4. Elektroda ukur yang dilapisi perak.

5. Tabung gelas elektroda.

6. Elektroda referensi.

7. Ujung kawat yang terbuat dari keramik.

Elektrode referensi terdiri atas tabung gelas yang berisi larutan potassium

Klorida (KCL). Pada bagian bawah tabung gelas terdapat lubang halus (Orifice).

(24)

Kawat penghubung adalah perak yang dibagian luarnya dilapisi perak klorida.

Perak klorida berhubungan dengan potassium klorida jenuh perak klorida. KCL

jenuh disebut garam jembatan karena dapat berhubungan dengan larutan proses.

Potensial antara KCL dengan larutan proses biasanya kecil dan akan

bervariasi bergantung pada perubahan proses. Potensial keseluruhan dari electrode

referensi dengan cara tersebut diatas, dapat dibuat konstan dan tidak terpengaruh

oleh perubahan yang terjadi. Elektrode referensi membutuhkan pengulangan

(Repeatability) dan ketelitian yang lebih tinggi. Elektrode referensi perlu diberi

proteksi (Perlindungan) untuk mencegah terjadinya lapisan penghalang pada

bagian lubang halus electrode. Kebocoran larutan proses, masuknya larutan kimia

proses kedalam electrode referensi.

II.8. Proses Pengolahan Kayu Pada PT. RAPP

Gambaran umum tentang proses produksi PT. Riau Andalan Pulp and

Paper (RAPP) Riau.

PT. RIAU ANDALAN PULP AND PAPER adalah sebuah industri yang

bergerak dibidang pengolahan pulp, yang merupakan bahan baku pembuatan

kertas. Adapun bahan baku pembuatan pulp itu sendiri berasal dari kayu. Didalam

proses pembuatan pulp pada PT. RAPP digunakan proses kimia dengan

menggunakan bahan kimia NaOH dan Na2S, dimana akan dihasilkan pulp yang

kuat. Secara diagram blok proses pembuatan pulp tersebut dapat digambarkan

(25)

WOOD

Gambar 2.5. Diagram Blog Proses Produksi Pulp

1. Wood Yard

Pada unit ini dilakukan proses pemotongan kayu menjadi chip-chip yang berasal

dari potongan kayu yang panjang.

2. Proses Fibreline

Proses di Fiberline dapat digambarkan sebagai berikut:

DIGESTER

WASHING/

SCREENING

BLEACHING

CHIPS BLEACHEAD

PULP

Gambar 2.6. Diagram Blok Proses Produksi di Fibreline

Unit ini merupakan unit pengolahan dari chip. Chip yang dikirim kedalam chipple

dimasukkan kedalam digester dengan kapasitas 140 ton chip.

a. Digester

Digister adalah merupakan bejana yang digunakan untuk memasak pulp

kimia dengan proses sulfat. Dalam pemasakan serpihan kayu (Chip) dengan

(26)

Liquor). Senyawa kimia yang aktif yang terkandung dalam lindi puth adalah

NaOH dan Na2S. Pemasakan dilakukan pada suhu 165 °C sampai 170 °C.

b. Washing And Screening

Didalam discharge tank dilakukan pencucian (washing) untuk

menghilangkan sisa bahan kimia dalam pulp dengan menggunakan air pencucian

seminimal mungkin.

c. Bleaching Plan

Bleaching Plant adalah area proses pemutihan yang bertujuan untuk

menghasilkan derajat putih (Brightness) pulp dengan cara menghilangkan lignin

yang tersisa pada proses pemasakan dan Delignifikasi Oxigen, dimana dalam area

ini berlangsung empat tahap proses pemutihan sesuai bahan kimia yang digunakan

3. Pulp Machine

Pulp Machine dirancang yang fungsinya untuk memisahkan air dari

buburan pulp hingga kadar air pada pulp tinggal 10%. Setelah melalui proses

pemutihan, maka pulp diproses kembali pada unit pulp machine dimana pada unit

ini dilakukan proses pengeringan dan membentuknya menjadi sheet

(lembaran-lembaran) dengan ukuran tertentu yang tujuannya untuk mempermudah

(27)

BAB III

PRINSIP KERJA ALAT YANG DIGUNAKAN PADA pH METER

Prinsip Kerja

Dibawah ini dapat kita lihat diagram aplikasi alat yang digunakan pada pH

Meter, disini dapat kita lihat bahwa chip-chip kayu yang masuk kebagian Digester

Plant menuju bagian Washing (pencucian) lalu ke Bleaching (pemutihan) dan

kemudian ke bagian pulp Machine. Pada bagian Bleaching inilah pH Meter

dipasang untuk mendeteksi/mengukur keasaman ataupun kebasaan dari pulp agar

menghasilkan pulp yang berkualitas baik (Berwarna Putih).

(28)

III.1. Wood Yard

Pada unit ini dilakukan proses pemotongan kayu menjadi chip-chip yang

berasal dari potongan kayu yang panjang. Proses pembuatan chip tahapannya

sebagai berikut :

a. Kayu yang telah diambil dari hutan dikumpulkan dan kemudian dipotong

potong oleh mesin Slaser hingga panjangnya menjadi 2,5 meter.

b. Setelah diperoleh potongan kayu yang sesuai dengan ukurannya, maka kayu

tersebut dimasukkan kedalam mesin Barking Drum, dimana mesin tersebut

akan membersihkan kulit dari kayunya. Kulit kayu yang telah terkumpul

kemudian dimasukkan kedalam Boiler sebagai bahan bakar untuk

menghasilkan steam.

c. Kayu yang telah bersih (dikuliti), kemudian dimasukkan kedalam mesin

pembuat chip yang disebut dengan mesin Chipper. Mesin Chipper ini

memotong kayu hingga menjadi chip dengan ukuran 16 mm sampai dengan 22

mm dengan tebal 3mm.

d. Setelah menjadi chip, maka chip-chip tersebut dikirimkan ke mesin chip Screen

(mesin penyaring chip) dimana mesin ini memisahkan chip sesuai dengan

(29)

Tahap penyaringan melalui dua tingkat :

a. Tingkat 1

Pada tingkat ini, chip yang disaring adalah yang berukuran lebih besar dari

ukuran yang standartnya atau yang disebut Oversize. Chip yang tersaring atau

melewati tingkat ini akan disaring kembali pada tingkat kedua. Sedangkan

chip berukuran besar tadi akan dikirim kembali pada mesin Chipper guna

dilakukan pemotongan kembali.

b. Tingkat 2

Pada tingkat ini, chip yang lolos dari tingkat satu akan disaring kembali pada

tingkat ini, penyaringan chip yang berukuran lebih kecil dari ukuran standart,

sehingga chip tersebut akan tersaring. Adapun chip yang tertinggal pada

tingkat dua ini merupakan chip dengan ukuran standart. Dengan belt conveyor

akan dikirimkan kedalam chippile guna pengolahan selanjutnya.

III.2. Area Fibreline

a. Digester

Digister adalah merupakan bejana yang digunakan untuk memasak pulp

kimia dengan proses sulfat. Dalam pemasakan serpihan kayu (chip) dengan proses

Kraft (sulfat) digunakan larutan pemasak yang disebut Lindi Putih (White

Liquor). Senyawa kimia yang aktif yang terkandung dalam lindi putih adalah

NaOH dan Na2S. Pemasakan dilakukan pada suhu 165 °C sampai 170 °C.

(30)

a. Pengisian Chip.

Chip Filling adalah proses pengisian serpihan kayu (chip) yang dikirim dari chip

storaging atau dari chip screening dengan menggunakan belt conveyor ke chip

Silo, dari chip Silo serpihan dimasukkan ke Digester dengan menggunakan screw

conveyor pada waktu pengisian chip, udara yang ada dalam Digester dihilangkan

(Dievaluasi) melalui saringan sirkulasi dengan menggunakan Blower.

b. Pengisian Warm Black Liquor

Setelah pengisian chip dilakukan dengan level dan berat yang ditargetkan

Imperegnasi Warm Black Liquor dipompakan ke dasar Digester dan diisi secara

continiu sampai overflow (melimpah) yang fungsinya menyempurnakan udara di

dalam rongga-rongga chip kayu dan udara di dalam Digester.

Warm Black Liquor merupakan pemanasan awal pemasakan yang tujuan

utamanya adalah untuk penetrasi dan difusi chip agar didapatkan reaksi kimia

antara serpihan kayu dengan alkali aktif terdispersi secara homogen dan

pemasakan pulp yang dihasilkan memiliki kematangan yang tidak bervariasi.

c. Pengisian Hot Black Liquor dan Hot White Liquor

Pada proses pengisian Hot Black Liquor yang tujuannya untuk menaikkan panas

dari warm black liquor pada suhu dibawah ±100 °C digantikan oleh Hot Black

Liquor pada suhu ±140 °C pada siklus pemasakan di dalam Digester. Setelah Hot

(31)

d. Heating and Cooking.

Setelah Hot Liquor diisikan, suhu di dalam digester hampir mendekati suhu

pemasakan. Tujuan dari fase disini untuk menaikkan suhu sampai ±170 °C dengan

steam yang dimasukkan langsung melalui steam nozle di dalam jalur sirkulasi

Digester. Pada fase cooking yaitu mempertahankan suhu pemasakan pada ±170

°C sampai pada target faktor H yang diperlukan.

e. Displacement dan Discharging

Bila fase pemasakan sudah dilakukan selanjutnya fase Displacement. Dalam fase

ini akan menghentikan reaksi pemasakan dan merupakan pencucian awal. Black

liquor yang digunakan adalah Filtrat dari washing plant yang sudah didinginkan

pada suhu ±85 °C, dimasukkan ke dalam Digester menggantikan Black Liquor di

dalam Digester, pada akhir fase ini temperatur pamasakan ±100 °C. Discharging

merupakan proses pemompaan pulp yang sudah dimasak di Digester ke

Discharging tank, untuk mempermudah pemompaan pulp tersebut diencerkan-

(Delution) pulp hasil pemasakan ditampung di Charging tank yang selanjutnya

dikirim ke proses pencucian dan penyaringan.

b. Washing (Pencucian)

Pulp hasil pemasakan di Digester yang dikirim ke sistem pembersihan

berwarna coklat yang disebut Brown Stock. Tujuan dari Brown Stock Washing

dan Screening adalah untuk memisahkan material-material yang tidak diinginkan

yang terdapat dalam pulp. Sebagai persiapan sebelum proses Delignifikasi

(32)

pemasakan dari Digester yang diikuti emulsi (Black Liquor) berdasarkan dimensi

maupun berupa berat jenis.

c. Bleaching (Pemutihan)

Pulp Sulfat yang sebelumnya diputihkan berwarna coklat karena adanya

gugus Lignin serta turunanya. Proses pemutihan (Bleaching) tujuannya untuk

menghasilkan derajat putih (brightness) pulp, dengan cara menghilangkan Lignin

yang tersisa pada proses pemasakan dan Delignifikasi Oxigen. Proses ini

terdiridari 4 tahap sesuai dengan bahan kimia yang digunakan serta untuk

menghindari Degredasi Selulosa.

Tahap 1 Chlorine Dioxida (D)

Proses Pemutihan pada tahap pertama ini bahan kimia yang digunakan

dengan jenis Elemen Chlorine Free (ECF), dimana tidak menggunakan unsur

Chlor (Cl2). Tujuan tahap ini untuk merusak dan memisahkan struktur Lignin

yang terdapat dalam selulosa.

Tahap 2 Ekstraksi & Oxidasi (EO)

Pada tahap ini merupakan reaksi Ekstraksi dan Oxidasi yang tujuannya

untuk melarutkan dan mengoksidasi lignin dan resin yang dipisahkan. Pada tahap

pertama, bahan kimia yang digunakan adalah NaOH (ekstraksi) dan Oxigen

(33)

Tahap 3 Dioxidasi I ( D1 )

Pada tahap ini merupakan tahap utama reaksi yang terjadi antara Chlor Dioxida

dan Lignin yang tujuannya untuk meningkatkan derajat putih pulp. Bahan kimia

yang digunakan Chlordioxida.

Tahap 4 Dioxida (D2)

Pada tahap ini bertujuan untuk lebih meningkatkan Derajat Putih hingga

89 – 90 GE°. Bahan kimia yang digunakan Chlor Dioxida dan SO2. SO2

digunakan untuk menetralkan Residual Chlordioksida yang selanjutnya disuplai

ke pulp machine untuk dibuat lembaran pulp.

III. 3. Pulp Machine

Setelah melalui proses pemutihan, maka pulp diproses kembali pada unit

pulp machine dimana pada unit ini dilakukan proses pengeringan dan

membentuknya menjadi sheet (lembaran-lembaran) dengan ukuran tertentu.

Proses pengeringan ini melalui beberapa tahapan antara lain :

Tahap 1

Dengan mengunakan alat Centricleanir dilakukan pembersihan pulp dari

partikel-partikel berat seperti pasir dan lain-lain berdasarkan berat jenisnya.

Tahap 2

Setelah dibersihkan, maka Wire Part melakukan pemisahan air dengan pulp

dengan mengunakan Wire (lembaran saringan), kemudian dihisap dengan

(34)

Tahap 3

Pada tahap ini dilakukan pemisahan air dari pulp dengan mengunakan Presspart

(silinder press) sehingga kadar air berkurang dari 70% menjadi 50%.

Tahap 4

Merupakan tahap pengeringan dengan menggunakan steam sebagai bahan

bakarnya, sehingga kadar air kembali berkurang dari 50% menjadi 10%.

Tahap 5

Selanjutnya pulp yang telah kering dan berbentuk lembaran, kemudian dipotong

dengan alat potong (cutter) sesuai dengan ukuran yang telah ditetapkan, dan

selanjutnya pulp tersebut ditumpuk membentuk ball dan kemudian diikat serta

dilakukan pengepakan, dan siap untuk dikirimkan kekonsumen.

Sisa dari bahan kimia yang telah digunakan dari proses produksi tidaklah terbuang

percuma, akan tetapi diolah kembali, ada yang digunakan sebagai bahan bakar ada

pula yang didaur ulang menjadi air yang dimamfaatkan kembali untuk proses

produksi.

III. 4. Area Measurmen pH

Pada tahap Bleaching (pemutihan) inilah perlu diketahui atau dideteksi

keasaman dan kebasaan dari pulp untuk menjaga agar pulp yang dihasilkan

memiliki warna putih yang berkualitas baik, dibagian inilah pentingnya pH Meter

(35)

1. Filtrate piston

Filtrate Piston digunakan untuk mengatasi tekanan dan suhu yang tinggi pada

pipa aliran pulp sebelum di deteksi/ukur dengan sensor pH, karena dapat

merusak gelas sensor pH (bisa pecah), dan juga berfungsi sebagai penyaring

atau untuk memisahkan cairan pH (asam/basa) dari pulp (bubur kertas) agar

cairan yang akan dideteksi/ukur keasaman dan kebasaanya tersebut dapat

lebih mudah di diketahui nilai keasaman dan kebasaannya dengan

menggunakan sensor pH. Cairan yang akan diukur atau di deteksi keasaman

dan kebasaanya harus bersih dan suhunya tidak boleh terlalu tinggi, karena

akan mempengaruhi keakuratan dari kerja sensor pH.

(36)

2. pH Meter

pH meter yang digunakan pada PT.RAPP adalah type TB82pH dengan merk

ABB buatan Jerman. Tampilan yang terdapat pada pH meter adalah nilai pH

yaitu skala 0-14 dan juga menampilkan suhu dari cairan pulp tersebut.

pH Meter terdiri dari 2 bagian, yaitu :

a. Sensor pH

Sensor pH adalah alat yang digunakan untuk mendeteksi cairan pulp agar

diketahui nilai keasaman dan kebasaannya dan menampilkannya ke

transmitter. Sensor pH memiliki dua elektroda didalamnya, yaitu elektroda

ukur dan elektroda referensi, dan didalam elektroda gelas terdapat larutan

potassium klorida (KCL). Pada potensial elektro kimia yang terjadi antara

larutan yang terdapat didalam elektroda gelas (membrane gelas) yang telah

diketahui dengan larutan yang terdapat diluar elektroda gelas yang tidak

diketahui. Hal ini dikarenakan lapisan tipis dari gelembung kaca akan

berinteraksi dengan ion hydrogen yang ukurannya relative kecil dan aktif,

elektroda gelas tersebut akan mengukur potensial elektro kimia dari ion

hydrogen. Untuk melengkapi sirkuit elektrik dibutuhkan elektroda

pembanding. Sebagai catatan alat tersebut tidak mengukur arus tetapi

hanya mengukur tegangan. Berdasarkan perbedaan teganga tersebut maka

(37)

Gambar 3.3 Sensor pH Model AP301

Gambar 3.4 Sensor pH Model AP303

b. Transmitter

Transmitter yang digunakan pada pH Meter adalah Transmitter elektrik.

Transmitter elektrik adalah salah satu peralatan kontrol yang pengaruhnya

sangat besar terhadap jalanya proses pengontrolan, karena transmitter ini

fungsinya menerima sinyal elektrik dari alat ukur yang akan dikirim ke

kontroller. Standarisasi sinyal yang keluar dari transmitter elektrik adalah

(38)

sinyal arus selalu 4-20 mA atau sinyal 10-50 mA, dan skala kerja sinyal

tegangan ada yang bervariasi sebesar 1-5 VDC dan ada juga yang 0-10

VDC

Untuk pengendali yang bersifat remote biasanya digunakan alat bantu

sebagai penguat dan penterjemah output dari sensor kedalam bentuk sinyal

standart. Peralatan semacam inilah yang dalam sistem instrumentasi

pengendali proses yang kita kenal dengan ”Transmitter”. Dimana

tergantung besaran fisik yang diukur dan lebih populer dengan sebutan

proses variabel (Prosess Variable) oleh transmitter tersebut, bila besaran

yang diukur adalah tekanan maka disebut transmitter tekanan (pressure

transmitter), berkenaan dengan itu dikenal juga level transmitter, flow

transmitter dan sebagainya. Menurut bentuk sinyal energi yang digunakan

transmitter dibedakan menjadi pneumatik dan elektrik.

, atau skala-skala yang lain tergantung pada kerja unit transmitter.

Transmitter adalah salah satu elemen dari sistem pengendali proses.

Seperti yang sudah diketahui bahwa untuk mengukur besaran fisik suatu

proses digunakan alat ukur yang sering disebut sebagai sensor/primary

elemen (bagian yang berhubungan langsung dengan medium yang

diukur), keluaran (output) dari sensor tersebut dapat

disuplaykan/ditampilkan dimana tempat sensor tersebut dipasang pada

lokal indikator, atau bisa juga langsung dikirim melalui ruangan

(39)

Gambar 3.5 pH Meter TypeTB82pH

3. DCS (Distributed Control System)

DCS (Distributed Control System) sesuai dengan namanya adalah sebuah

Sistem Pengontrolan yang bekerja menggunakan beberapa controller dan

mengkoordinasikan kerja semua controller tersebut. Masing-masing controller

tersebut menangani sebuah plant yang terpisah. Controller yang dimaksud

tersebut adalah PLC (Programmable Logic Controller). Hampir semua

pengontrolan pada PT. RAPP dapat dilakukan diruang DCS seperti membuka

dan menutup control valve, mengatur putaran motor dan mengontrol alat-alat

(40)

BAB IV

PROSES PENDETEKSIAN BUBURAN KERTAS

DENGAN MENGGUNAKAN pH METER

IV.1 Penggunaan pH Meter Pada Area Bleaching

pH Meter dipasang pada Area Bleaching pada tahap pemutihan pulp untuk

mendeteksi berapa nilai keasaman dan kebasaan (pH) dari pulp dan untuk

mengetahui apakah perlu dilakukannya penambahan asam/basa (pH) pada proses

ini, agar pulp yang dihasilkan memiliki kualitas yang baik. pH Meter dipasang

pada pipa aliran pulp/buburan kertas pada area Bleaching. Berikut dapat kita lihat

(41)

Dari gambar blok diagram dapat kita lihat proses kerja pH Meter yang

dipasang pada area bleaching (Proses Pemutihan). Berikut langkah kerja dari pH

Meter yang terdapat pada area bleaching :

Pulp yang mengalir pada pipa dari bagian proses yang masih memiliki

kadar air yang tinggi (berbentuk bubur kertas) diambil dan disaring dengan

menggunakan Filtrate Piston agar cairan pulp yang akan dideteksi keasaman dan

kebasaanya tidak bercampur dengan pulpnya dan juga untuk mengurangi tekanan

yang tinggi dari pipa aliran pulp tersebut, karena akan mempengaruhi keakuratan

pendeteksiannya dari sensor pH yang terdapat pada pH meter. Hanya cairan dari

pulpn itu saja yang diambil dari pipa aliran pulp tersebut.

Selanjutnya cairan dari pulp yang telah disaring dengan menggunakan

filtrate piston tersebut mengalir ke tempat dimana sensor pH tersebut dipasang.

Sebelum cairan tersebut dideteksi/diukur keasaman atau kebasaannya dengan

sensor pH, cairan tersebut didinginkan terlebih dahulu dengan air (cooler) untuk

menurunkan suhu dari cairan pulp tersebut karena cairan pulp yang diambil tadi

masih memiliki suhu yang tinggi dan itu dapat merusak sensor pH.

Selanjutnya cairan pulp yang telah diturunkan suhunya tadi kemudian

ditampung pada tempat dimana sensor pH dipasang. Kemudian sensor pH akan

bekerja mendeteksi/mengukur nilai pH (asam/basa) dari cairan pulp tersebut.

Hasil dari pendeteksian tersebut kemudian ditampilkan pada transmitter, dari hasil

tampilan tersebut sudah dapat diketahui cairan tersebut asam atau basa.

Hasil pendeteksian/pengukuran yang ditampilkan pada transmitter

(42)

sini operator dapat mengetahui apakah perlu dilakukan penambahan pH

(asam/basa) pada pulp pada proses bleaching (pemutihan). Pada pH meter skala

yang ditampilkan 0-14 (>7 basa dan <7 asam), sedangkan pembacaan pada DCS

(Distribution Control System) 4-20 mA. Maka jika pembacaan pada transmitter

pH 0 maka setelah dikirim ke DCS sinyal yang dibaca 4 mA.

Data pemeriksaan pH yang diperoleh dilapangan

pH Temperatur (oC)

6,5 60

8 29

5,5 70

4 65

10 20

Dari data yang diperoleh dilapangan dapat di ketahui bahwa nilai pH dan

suhu pada pH Meter, pada proses bleaching tidak dijaga pada nilai tertentu (tidak

harus konstan), dan tidak boleh juga kurang dari pH 4 dan lebih dari pH 11. pH

meter hanya mengidikasikannya saja bila terjadi kelebihan atau kekurangan, maka

dilakukan penambahan asam/basa (pH) pada bagian proses agar kwalitas pulp

(43)

IV. 2. Pengkalibrasian pH Meter

Pengkalibrasian pH meter pada PT.RAPP dilakukan apabila telah terjadi

kesalahan (error) pada pendeteksian/pengukuran keasaman dan kebasaan pada

cairan pulp. Sebelum di lakukan pengkalibrasian data yang ada pada transmitter

tersebut harus di hold (simpan) terlebih dahulu agar data yang ada sebelumnya

tidak hilang dan tempratur pada transmitter diatur pada suhu 25°C (Suhu Normal)

Kemudian dilakukan langkah-langkah seperti berikut :

Langkah 1

Sensor pH dicuci dengan air, kemudian sensor dimasukkan ke cairan asam pekat

(pH 14) secara berulang hingga respon yang ditampilkan cepat oleh sensor dan

data yang ditampilkan pada trasmiter juga harus pH 14 (nilai pH yang ditampilkan

sama dengan pH yang diukur).

Langkah 2

Sensor pH dicuci kembali dengan air untuk menghilangkan bekas cairan asam

tersebut, kemudian dimasukkan kembali kecairan basa pekat (pH 0) secara

berulang hingga respon yang ditampilkan juga cepat oleh sensor, dan data yang

ditampilkan pada transmitter juga harus pH 0.

Langkah 3

Sensor pH dicuci kembali dengan air, kemudian dimasukkan kecairan dengan pH

7. Tampilan nilai di trasmitter minimal harus pH 6,5 kemudian sensor dicuci

kembali dengan air, dan dimasukkan kembali kecairan dengan pH 4 maka

(44)

transmitter lebih rendah dari yang diatas tersebut maka slopenya tidak bagus,

(45)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

V.1. Kesimpulan

Dari hasil pengamatan yang dilakukan di PT. RAPP (Riau Andalan Pulp

and Paper) mengenai pH meter pada proses bleaching (pemutihan), maka dapat

diambilkesimpulan sebagai berikut :

1. Penggunana pH meter pada proses bleaching sangat penting dalam

menjaga kualitas dari pulp untuk memperoleh hasil produksi yang

berkualitas baik, terutama terhadap kwalitas putih tidaknya kertas yang

diproduksi.

2. Dapat disimpulkan bahwa nilai pH pada proses bleaching tidak

diharuskan dijaga pada suatu nilai tertentu atau dengan kata lain tidak

harus konstan.

3. Pengukuran pH (Drajat keasaman/kebasaan) dengan menggunakan pH

Meter lebih akurat dibandingkan dengan menggunakan metode kertas

lakmus.

V.2. Saran

1. Untuk meningkatkan kinerja dari pH meter di PT. RAPP sebaiknya

pH meter type TB82pH diganti dengan pH meter type ASPS 1111 hal

(46)

suhu dan tekanan yang lebih tinggi dibandingkan dengan type

(47)

DAFTAR PUSTAKA

A.C. Srivastava Susanto, Teknik Instrumentasi, Universitas Indonesia, 1987.

Djudju Djumhadi, Teknik Pengukuran Besaran Proses II, Departemen Pendidikan

dan Kebudayaan, 1992.

Ir. H. Mansyur, Msi, Instrumentasi Pabrik II, Departemen Perindustrian R.I.

PTKI - Medan, 2006.

PT. Riau Andalan Pulp And Paper, DLP Training Module Instument Riau Pulp,

2007.

Gambar

Gambar 2.2. Skala pH untuk beberapa zat sehari-hari
Gambar 2.3. Elektrode Ukur dan Elektrode Referensi
Gambar 2.4. Elektrode pH Meter Modern
Gambar 2.5. Diagram Blog Proses Produksi Pulp
+6

Referensi

Dokumen terkait

Tahap delignifikasi , proses pemutihan tahap pertama yaitu menghilangkan menguraikan sebagian kandungan lignin yang terdapat dalam unbleached pulp dengan menggunakan bahan kimia

Pemakaian klorin dioksida (ClO 2 ) bergantung pada kandungan lignin yang tersisa didalam pulp (kappa number ), semakin tinggi kadar ClO 2 yang dipakai maka brightness yang akan

Adapun judul dari Karya Ilmiah ini adalah “Hubungan antara pH dengan Temperatur pada Brightness dalam tahap EoP Bleaching Pulp Dissolving PT.Toba Pulp Lestari,Tbk Porsea”..

Setelah mengetahui pengaruh variasi pH, konsentrasi NaCl, dan tegangan dilakukan proses elektrokoagulasi pada limbah cair pulp dan kertas dengan menggunakan

Karya ilmiah ini merupakan salah satu persyaratan Akademik mahasiswa untuk memperoleh ijazah Ahli Madya D3 untuk program studi D-III Kimia di Fakultas Matematika dan Ilmu

Hal ini ditujukan untuk menurunkan kappa number pulp karena apabila kappa number masih tinggi, ini akan berpengaruh pada brightness yang inggin dicapai dan kekuatan serat pulp

Buku Manual Proses Pengolahan Pulp And Paper.. Riau Andalan Pulp And

Pembuatan pulp secara kimia adalah proses pembuatan pulp dengan menggunakan bahan kimia untuk bagian–bagian kayu yang tidak digunakan, sehingga pulp yang dihasilkan berkadar