• Tidak ada hasil yang ditemukan

I.PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "I.PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Makalah Seminar Kerja Praktek

PENGGUNAAN HFD UNTUK PENDETEKSI GANGGUAN SERTA PELAKSANAAN

PREVENTIVE MAINTENANCE DI APD JAKARTA RAYA DAN TANGERANG

Aswin Iffatyanto U (21060110120020)

Email: [email protected]

Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

Abstrak

Untuk keperluan penyediaan tenaga listrik bagi para pelanggan, diperlukan berbagai peralatan listrik. Berbagai peralatan listrik tersebut dihubungkan satu sama lain yang mempunyai interrelasi dan secara keseluruhan membentuk suatu sistem tenaga listrik. Yang Dimaksud dengan Sistem Tenaga Listrik adalah sekumpulan Pusat Listrik dan Gardu Induk (Pusat Beban) yang satu sama lain dihubungkan dengan Jaringan Transmisi sehingga merupakan sebuah kesatuan interkoneksi

Sebuah sistem tenaga listrik terdiri dari banyak peralatan yang beragam. Peralatan – peralatan tersebut sangat mahal, sehingga bisa dikatakan bahwa kelengkapan peralatan pada sistem tenaga listrik merupakan modal investasi yang sangat besar. Untuk memaksimalkan pengembalian pengeluaran ini, sistem harus dimanfaatkan secara optimal baik dari sistem proteksinya maupun keandalan pasokan. Jadi, penyediaan proteksi yang memadai untuk mendeteksi dan memutuskan elemen gangguan dari sistem tenaga merupakan syarat yang harus dipenuhi dalam mendesain suatu sistem tenaga listrik.

Kata kunci: Distribusi, SCADA,Gangguan

I.PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pada masa berkembangnya teknologi

saat ini, ketersediaan energi listrik harus

terpenuhi dengan sangat baik. Karena telah

kita ketahui bahwasannya hampir semua

kegiatan manusia membutuhkan energi

listrik.

Sistem tenaga listrik di Indonesia

ditangani oleh Badan Usaha Milik Negara

(BUMN) dan dalam hal ini PT PLN

(Persero) memiliki tiga unit bisnis yang

didukung oleh beberapa anak perusahaan.

Pembahasan kali ini adalah salah satu unit

bisnis PLN yaitu bidang distribusi yang

ditangani

oleh

PLN

Unit

Distribusi

diwilayah Jakarta Raya dan Tangerang.

PT. PLN Distribusi Jakarta Raya dan

Tangerang merupakan salah satu kantor

distribusi wilayah di Indonesia dengan PT.

PLN Area Pengatur Distribusi (APD)

merupakan salah satu unitnya yang bertugas

untuk mengelola dan mengatur jaringan

Distribusi Tenaga Listrik di wilayah Jakarta

dan Tangerang.

Berbeda dengan daerah lainnya,

dalam tubuh PLN Jakarta Raya dan

Tangerang

,

bidang

distribusi

dan

pembangkitan dikelola secara terpisah.

PLN Distribusi Jakarta Raya dan

Tangerang mengelola semua persoalan dan

masalah yang menyangkut distribusi tenaga

listrik di daerah Jakarta Raya dan Tangerang

mulai dari sumber daya besar sampai tempat

konsumen , baik perluasan jaringan ,

pemeliharaan , pengawasan , pemasangan ,

pemasaran , rehabilitasi dan sebagainya.

(2)

1.2 Maksud dan Tujuan Kerja Praktek

Adapun maksud dan tujuan dari pelaksanaan kerja praktek di PT PLN APD Jakarta Raya dan Tangerang :

1. Mahasiswa melalui kerja praktek ini dapat menerapkan teori yang didapat di bangku kuliah.

2.

Menambah pengalaman kerja yang

bermanfaat bagi mahasiswa dalam

mengetahui

dan

memahami

pekerjaan pengusahaan energi listrik.

3.

Mahasiswa dapat mengetahui secara

langsung

penggunaan

alat-alat

proteksi yang digunakan dalam

mendeteksi arus gangguan.

1.3 Batasan Masalah

Dalam Laporan Kerja Praktek ini,

penulis membatasi masalah hanya pada

Penggunaan

Homopolar Fault Detector

(HFD) dan

Preventive Maintenance

untuk

APD Jakarta Raya dan Tangerang.

II. DASAR TEORI 2.1.1 Pengertian SCADA

Pengertian SCADA secara harafiah adalah Supervisory Control And Data Acquisition.

Supervisory = Pengawasan

Control = Kontrol

Data Acquisition = Permintaan/ Pengiriman Data Bersama-sama dengan kata SISTEM, kata ini biasa dipakai untuk menyebut suatu kesatuan dari beberapa peralatan yang saling berkomunikasi untuk menjalankan fungsi pengukuran (Tele Metering),Tele Control dan permintaan pengiriman data (Tele Status).

SCADA digunakan untuk beberapa fasilitas yang menggunakan proses seperti dibawah ini :

 Proses Industri termasuk manufakturing, produksi, penghasil daya listrik, fabrikasi dan pengilangan minyak.

 Proses Infrastruktur seperti publik atau privat dan termasuk pengolahan dan distribusi air, pengumpulan air kotor dan penanganannya, pipa minyak dan gas, transmisi daya listrik dan distribusi listrik, kincir angin, sistem pertahanan sipil berbasis sirene dan sistem komunikasi massal.

 Fasilitas yang prosesnya terjadi pada kedua bagian yaitu fasilitas publik dan privat, termasuk bangunan, bandara, kapal, dan stasiun luar angkasa. Mereka menggunakan SCADA untuk memonitor dan mengontrol panas, ventilasi dan sistem pendingin udara (HVAC) akses dan konsumsi energi.

 Pengendalian dan Akuisisi.

Akuisisi data dilaksanakan oleh subsistem akuisisi yang berinter-aksi dengan server SCADA. Fungsi akuisisi data meliputi : pengukuran analog (tegangan, arus, MVAR, MW dan tap trafo), input/status digital, dan pulsa dari RTU dan sistem komputer eksternal.Pengendalian harus dilengkapi mekanisme sekuriti sekuen pengendalian meliputi keadaan awal, antara, dan keadaan final.

 Manajemen Event dan Alarm.

Perangkat lunak memproses seluruh perubahan data untuk mendeteksi alarm, kemudian memberikan tanda kepada operator bila batas-batas alarm dilampaui. Perangkat lunak harus dilengkapi daftar alarm dengan prioritas yang teratur dan fasilitas acknowledge alarm secara interaktif. Perangkat lunak penanganan alarm harus berintegrasi dengan database relasional sehingga memungkinkan pengambilan histori alarm dan event secara fleksibel

(3)

 Perhitungan.

Perhitungan dilakukan atas data-data yang diperoleh dari fungsi akuisisi data. Perhitungan meliputi fungsi-fungsi aritmetik dan logika untuk mendapatkan 'derived data'.

 Pembagian Wilayah Kerja Operator.

Pembagian wilayah kerja operator secara geografis atau topologis harus dapat dilakukan secara fleksibel melalui 'operator workstation'. Wilayah dan kewenangan operator harus dapat ditentukan secara dinamis bila perubahan kondisi operasi menuntut perubah

 Trend dan Pengarsipan.

Perangkat lunak pengarsipan harus memungkinkan untuk memilih pengukuran diambil dan disimpan dalam interval waktu tertentu yang bisa diubah sesuai kebutuhan. Data arsip melalui database relasional harus dapat diambil dan diproses untuk membuat laporan menggunakan alat/perangkat lunak standard. Harus ada juga fasilitas untuk mem-plot data arsip untuk mengetahui trend perubahan data yang disample secara grafis.

 Antarmuka Client (dalam 'Client-Server' SCADA).

Perangkat lunak SCADA harus diimplementasikan menggunakan teknik 'object oriented program'. Fungsi SCADA dan element data merupakan objek. Objek ini dengan atribut fungsi antarmuka client memberikan Application Program Interface (API) SCADA. Antarmuka 'client' memungkinkan integrasi aplikasi yang terdistribusi dengan fungsi dasar SCADA.

2.1.2 Sistem SCADA di PT PLN (Persero)

Gambar 2.1 Contoh gambar hierarki SCADA di PT. PLN (Persero)

Pembagian Sistem berdasarkan tegangan pada PT. PLN (Persero) :

Gambar 2.2 Tabel Nama dan Lokasi dari Sistem SCADA di PT. PLN (Persero)

1. Sistem SCADA P3B : Pada awal pembentukkannya, unit ini mengelola system tegangan ekstra tinggi 500 kV, Tegangan Tinggi 150 kV, Tegangan Menengah 70 kV dan tegangan rendah 20 kV dan dalam perjalanannya tegangan rendah, pengelolalaannya dilimpahkan ke PLN Unit Distribusi. Pengalihan asset tersebut terjadi di awal tahun 2000-an. Pengalihan termasuk migrasi pegawai PLN P3B

(4)

JB ke PLN Distribusi. (Pusat Pengaturan Pelayanan Beban)

2. Sistem SCADA UPB : Unit ini bertugas untuk mengatur beban yang ada di wilayah Jawa Bali pada tegangan 150 kV,Unit ini masih merupakan bawahan dari P3B dan termasuk pelayanan untuk daerah dengan lingkup yang besar. (Unit Pengatur Beban)

3. Sistem SCADA APD : Pada unit ini dikhususkan untuk pendistribusian tegangan menengah (20kV) ke 220 Volt menuju konsumen dengan menggunakan Gardu-Gardu Distribusi yang ada di suatu Daerah. (Area Pelayanan Distribusi)

4. Sistem SCADA UCS : Unit ini digunakan untuk memonitor dan mengukur keadaan kWH Meter pada konsumen 20 kV,unit ini juga difokuskan tentang komunikasi agar pemakaian konsumen 20 kV dapat ditentukan biaya nya oleh APD. (Utility Communication System)

5. SIOTM dan TE LIPI : Unit ini berada di APD yang difokuskan untuk mengatur Energi dan Beban Gardu yang berada di bawah naungan APD.

III. Homopolar Fault Detector (HFD) 3.1 Pengertian HFD

Gambar 3.1 Pemasangan HFD pada Gardu DS dan Contoh Trafo CT

HFD ( Homopolar Fault Detector) adalah alat yang dirancang untuk mendeteksi Arus Gangguan guna penunjang keandalan pengendalian jaringan listrik tegangan menegah yang menggunakan sistem SCADA (Supervisory Control and Data Acquisition).

HFD ( Homopolar Fault Detector) sangat diperlukan guna mengetahui arah daerah yang mengalami gangguan arus lebih, dengan memberikan sinyal indikasi dari gangguan tersebut melalui card input peripheral (Telesignalling) pada Remote Terminal Unit(RTU) sehingga operator di pusat kontrol pengendali jaringan dapat mengisolasi dan memulihkan gangguan tersebut.

Spesifikasi Teknik Rangkaian Detektor :

Deteksi Arus Gangguan : 80 A , 100 A , 160 A (Selector)

Delay Time : 80 ms , 100 ms , 120 ms (selector)

Delay Output : 1 pole 2 throw Jenis Kontak : Nickel Palladium Arus Kontak : 1 Amp

(5)

Tegangan Kontak : 48 – 60 DC Kecepatan Kontak : 1 ms Isolasi Tegangan Tembus : 1,5 kV

Dimensi Kontak : 110 x 110 mm Merk-merk HFD yang digunakan pada APD Jakarta Raya dan Tangerang antara lain SWADEN dan Schlumberger.

3.2 Cara Kerja CT & HFD

Arus gangguan pada jaringan tegangan menengah yang menggunakan saluran kabel tanah di deteksi oleh trafo arus/CT dan waktu gangguan yang ditentukan maka rangkaian control/HFD akan menggerakan relay sehingga mengeluarkan pulsa sesaat yang akan di kirim oleh media sebagai tele signaling. Tele signalling tersebut melalui Remote Terminal Unit (RTU) di kirim ke pusat pengendali jaringan.

Agar semua kejadian yang terjadi di gardu PLN, baik di Gardu Induk (GI) Gardu Hubung (GH) dan Gardu Tengah (CDS) dapat dipantau dan dikontrol dari Pusat Kontrol , maka disetiap gardu tersebut harus dipasang alat yang dapat melaksanakan fungsi Tele Status (TS) , Remote Control (RC) dan Tele Meter (TM). RTU sebenarya sama saja dengan sebuah komputer, hanya saja tidak dilengkapi dengan monitor.

Blok rangkaian HFD ditunjukkan pada gambar dibawah ini :

Gambar 3.2 Blok Rangkaian HFD

Penggunaan HFD Pada Jaringan Tegangan Menengah :

Gambar 3.3 Contoh Jaringan Spindle 1 Penyulang

HFD akan mendeteksi arus gangguan bila gangguan berada di daerah Zone 2, berarti bahwa daerah Zone 2 harus dipisahkan atau dilokalisir dari jaringan yaitu dengan membuka LBS gardu GD 5 seperti gambar di atas, sehingga gardu-gardu di daerah Zone 1 yang ikut padam dapat segera dinormalkan kembali. Untuk selanjutnya petugas dapat melakukan pengusutan gangguan pada jaringan Zone 2 secara bertahap untuk dinormalkan kembali.

(6)

IV. Preventive Maintenance 4.1 Pengertian

Preventive Maintenance adalah Pemeliharaan yang bertujuan untuk mencegah terjadinya kerusakan atau kesalahan pada suatu sistem SCADA tanpa menunggu terjadinya kesalahan sistem. Pada PLN APD Jakarta Raya dan Tangerang ini menggunakan jasa pihak ketiga yaitu PT Samudra Kencana yang melaksanakan Perawatan Rutin tsb.

Perawatan Rutin dibagi menjadi beberapa bagian antara lain : Pemeliharaan RTU(Remote Terminal Unit), Pemeliharaan Rectifier, Pemeliharaan Baterai, Pemeliharaan Motor Elektromekanis, Pemeliharaan Kabel Kontrol, Pemeliharaan HFD (Homopolar Fault Detector)

4.1.1 Pemeliharaan RTU (Remote Terminal Unit)

Gambar 4.1 RTU pada Gardu DS

Pemeliharaan RTU disini bertujuan untuk mengecek apakah RTU masih berfungsi dengan baik atau tidak. Pemeliharaan diawali dengan membuka lemari RTU lalu, Melepas konektor dengan baterai, dan yang paling utama

melakukan diagnostic kerusakan dengan menggunakan software di Laptop.

Apabila RTU menunjukan malfungsi,atau tidak mengirimkan sinyal balik maka dilakukan penggantian Card yang sudah dibawa dari Service Part resminya. Lalu setelah diganti ditest kembali apakah sudah lancar dan membersihkan RTU nya menggunakan kuas.

4.1.2 Pemeliharaan Rectifier

Gambar 4.2 Rectifier pada Gardu

Langkah awal yang dilakukan adalah membuka pintu rectifier lalu melepas fuse beban dan baterai lalu memutuskan saklar rectifier. Setelah itu mengukur dan memeriksa fuse (apakakah ada yang di jumper) Bila ada lakukan penggantian fuse. Lalu melakukan setting tegangan charge, setting tegangan floating,

pengukuran tegangan input rectifier (supply

tegangan jala-jala), memasang kembali fuse

battery, Melakukan charging battery (bila

diperlukan),

melakukan

setting

mode

operasi

pada

posisi

floating

dan

memasukkan fuse beban.

(7)

Perawatan Rectifier ini berfungsi

untuk menjaga agar Rectifier tetap berfungsi

sebagaimana mestinya untuk menge-charge

baterai agar bisa siap seandainya terjadi

gangguan baterai tetap dalam kondisi terisi.

4.1.3 Pemeliharaan Baterai

Gambar 4.3 Pemeliharaan air accu pada Baterai

Baterai disini berfungsi sebagai sumber utama saat terjadi gangguan pada Gardu Distribusi. Jadi pada saat tidak ada arus yang mengalir dari sumber PLN maka baterai ini yang akan take over sumber untuk melakukan remote-controlling pada Gardu dari Dispather.

Cara melakukan pemeliharaan baterai adalah yang pertama membuka pintu rectifier, melepas fuse baterai, melepas kabel baterai dari rectifier, memeriksa level air baterai dan melakukan pengisian sampai ke level maksimum, menyiapkan dummy load, melakukan discharge pada muatan baterai dengan waktu yang dicatat, melakukan pembersihan baterai, memasang fuse baterai, dan melakukan charging baterai dari rectifier.

4.1.4 Pemeliharaan Motor Elektromekanis

Gambar 4.4 Pemberian Pelumas Pada Kubikel Motor

Kubikel Elektromekanis disini berfungsi sebagai switch dimana pada saat terjadi gangguan maka switch ini akan bisa merubah arah sumber listrik dari GI menuju GH dengan menggunakan baterai sehingga pemadaman dapat dipersingkat waktunya.

Cara melakukan pemeliharaan pada Motor Elektromekanis adalah men-switch off kan kubikel, membuka LBS dengan menggunakan handle, memasukkan switch pentanahan dengan menggunakan handle, melakukan pembersihan dan pelumasan pada motor-motor mekanisnya, membersihkan auxiliary contact relay dan limit switch dengan menggunakan elektronik contact cleaner, memeriksa sambungan kabel wiring, mengatur switch di bagian remote, melakukan pengujian remote dan lokal.

(8)

4.1.5 Pemeliharaan Kabel Kontrol

Gambar 4.5 Pengecekan Tegangan pada Kabel Kontrol

Kabel Kontrol berfungsi sebagai media komunikasi antara Dispatcher dengan Gardu, saat ini media yang digunakan selain kabel kontrol juga ada yang menggunakan GPRS, fiber optic, dan radio.

Pemeliharaan Kabel kontrol meliputi pengecekan tegangan pada kabel apakah sesuai dengan tegangan operasinya, pemeriksaan koneksi kabel piar dari box ke platine apakah sudah benar, pengukuran dengan meter tahanan kurang dari 130 ohm/km.

Gambar 4.6 Rangkaian Pengukuran Tahanan

4.1.6 Pemeliharaan HFD (Homopolar Fault Detector)

Gambar 4.7 Pengetesan HFD menggunakan Injector (Valist Test)

HFD adalah alat yang akan mendeteksi gangguan apabila mendeteksi arus lebih yang melewati gardu yang dipasangi HFD.

Pemeliharaanya meliputi pemeriksaan pengawatan CT apakah dilalui posisi grounding atau tidak. Pengukuran tahanan CT dengan Ohmmter, Cek Card HFD secara fisik jika ada yang terbakar harus diganti, bila normal lakukan inject dengan valish test setting arus

± 80 A dan

time delay 100 ms, pantau pada terminal

MDF no 9 dan 10 dimana harus

short(sesaat) dalam kondisi short tanya ke

DCC apakah sinyal HFD sudah muncul atau

belum. Jika sudah berarti HFD berfungsi

dengan baik.

4.2 Kesimpulan Preventive Maintenance

Preventive Maintenance sangat diperlukan dalam sistem SCADA disini karena apabila salah satu komponennya rusak/tidak berfungsi dengan benar maka Mode Remote dari Dispatcher tidak akan berfungsi dan harus dilakukan secara manual yang mana akan merugikan konsumen dan PLN sendiri.

(9)

V. Penutup 5.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari Kerja Praktek yang kami laksanakan di PT PLN APD Jakarta Raya dan Tangerang adalah:

1. PT. PLN (Persero) memiliki banyak bagian – bagian bidang kerja antara lain bidang APD Disjaya Tangerang yang terdiri dari SCADATEL dan OPSISDIS

2.

Tugas dari Bidang SCADATEL antara

lain adalah Pengawasan, Kontrol,

Permintaan/Pengiriman Data dari jarak

jauh

3.

Sistem SCADA terdiri dari 3 sub

bagian, yaitu :

Pusat Kontrol ( Master Station )

Media Transmisi Data

Remote Terminal Unit ( RTU ) di

Gardu

4.

Homopolair fault detektor (HFD)

merupakan alat bantu pendeteksi arah

gangguan hubung tanah pada sistem

SCADA. HFD dilengkapi Current

Transformator ( CT ) yang berfungsi

mengkonversi arus gangguan sesaat

pada sebuah penghantar menjadi

besaran arus dan besaran tegangan,

kemudian besaran-besaran tersebut

menjadi inputan modul logic AL.05

dan

merupakan

telesignal

atau

informasi posisi lokasi bagi operator

SCADA. Karena HFD tidak memiliki

catu

Daya

permanen,

HFD

memanfatkan arus sesaat dengan

memiliki delay 200 ms.

5.

Penggunaan HFD bersamaan dengan

CT (Current Transformator) yang

digunakan untuk mendeteksi arus

gangguannya lalu dideteksi dengan

HFD dan dikirimkan melewati RTU

ke Master Room

5.2.Saran

1.

Memberikan

kemudahan

dan

kelonggaran kepada mahasiswa yang

sedang melaksanakan Kerja Praktek,

saat survey dilapangan dan ketika

pengambilan gambar di lapangan

untuk keperluan penyusunan laporan

. 2.

Kalau bisa agar semua Gardu yang ada

di Daerah Jakarta Raya dan Tangerang

di buat agar bisa di Remote semua

agar apabila ada gangguan tidak

menyebar dan bisa dilokalisir

sekecil-kecilnya.

DAFTAR PUSTAKA

[1]

Diktat Kuliah Sistem Proteksi dan Rele

[2] SOP ISO 9001 Pemeliharaan Rutin

SCADATEL

[3]

Blackburn, JL.

Applied Protective

Relaying.

Westinghouse Electric

Coorporation, 1976.

[4]

Brunet.

MV Network Protection System

Adjustment

of

Protection

Devices

.

SOFRELEC, 30 September

1974, Jakarta.

[5]Sarimun, Ir. Wahyudi, MT. Proteksi

Sistem Distribusi Tenaga Listrik. Diktat

Kuliah Perencanaan Sistem Tenaga

. Jurusan

Teknik Elektro, UNDIP, Semarang.

[6]

Djiteng Marsudi.

Operasi Sistem Tenaga

Listrik

. Balai Penerbit dan Humas ISTN,

Jakarta, 8 Juni 1990.

(10)

BIODATA

Aswin Iffatyanto Utomo dilahirkan di Pati, 8 Desember 1992. Telah menempuh studi mulai dari taman Kanak-kanak Purbasari Semarang, SD Negeri 2 Pedurungan Kidul Semarang, SMP Negeri 2 Semarang, SMA Negeri 3 Semarang dan sekarang sedang melanjutkan studi S-1 di Jurusan Teknik Elektro Universitas Diponegoro, Semarang

Semarang, November 2013 Dosen Pembimbing

Ir. Bambang Winardi

NIP. 196106161993031002

Gambar

Gambar  2.1  Contoh  gambar  hierarki  SCADA  di  PT.
Gambar 3.1 Pemasangan HFD pada Gardu DS dan  Contoh Trafo CT
Gambar 3.2 Blok Rangkaian HFD
Gambar 4.1 RTU pada Gardu DS
+3

Referensi

Dokumen terkait

Sistem penunjang berbasis teknologi informasi penunjang kegiatan program 100-0-100 diwujudkan dalam sebuah formulir pendataan terpadu berbasis Open Data Kit atau biasa

Instalasi listrik dibuat dari panel ke seluruh peralatan yang menggunakan listrik sebagai penggeraknya. Sebagian kabel-kabel disangga menggunakan penyangga yang dibuat

Bab ini berisikan penejalasan tentang hasil analisa yang diperolah dari hasil perhitungan dan pengambilan data untuk menentukan berapa besar nilai arus

Dengan memberikan tegangan yang kecil antara gate dan katoda, transistor yang bawah atau transistor yang lebih rendah akan dipaksa ON oleh arus basis yang dihasilkan, hal

Pengaman adalah suatu peralatan listrik yang digunakan untuk melindungi komponen listrik dari kerusakan yang diakibatkan oleh gangguan seperti arus beban lebih ataupun

Maksud dan tujuan pengukuran adalah untuk membuktikan bahwa alat tersebut mampu menghasilkan tegangan arus listrik yang dikehendaki dimana pada saat alat ini mengubah

Untuk mengetahui kinerja pengisian catu daya yang dihasilkan sepic converter dengan metode arus konstan dan tegangan konstan 1.4 Batasan Masalah Adapun Batasan Masalah yang

Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk mendeteksi tegangan lebih dan tegangan kurang menggunakan Relay Tipe TOMPD-8S untuk menghindari komponen dari kerusakan bila terjadi gangguan