BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Belakangan ini sering kali terjadi kebakaran pada suatu bangunan baik rumah maupun gedung-gedung lainnya yang penyebabnya diduga karena hubung sing kat atau secara umum karena listrik. Pada suatu rumah pun banyak sekali ditemukan instalasi listrik yang mengabaikan peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL) dan tidak memperhatikan ketentuan dari keamanan dan teknologi modern dan juga estetika keindahan.
Perencanaan sistem instalasi listrik pada suatu bangunan haruslah mengacu pada peraturan dan ketentuan yang berlaku sesuai dengan PUIL 2000 dan Undang-Undang Ketenagalistrikan tahun 2002.Pada gedung biasanya membutuhkan energy listrik yang cukup besar, oleh karena itu pendistribusian energi listriknya harus diperhitungkan sebaik mungkin agar energi listrik dapat terpenuhi dengan baik dan sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Pada tugas besar ini, penulis akan merancang instalasi listrik gedung yang sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) dan juga Peraturan Umum Instalasi Listrik Instalasi (PUIL). Pada perencanaan instalasi listrik gedung ini, penulis akan menggunakan metode perhitungan dan analisa sebagai pendekatan untuk menentukan spesifikasi kompnen-komponen yang akan digunakan yang mengacu pada peraturan dan ketentuan berdasarkan PUIL 2000 dan Undang-Undang Ketenagalistrikan tahun 2002.
Adapun peraturan-peraturan yang harus diperhatikan diantaranya adalah : 1. Persyaratan Umum Instalasi Listrik -2000 (PUIL 2000 SNI 04-0225-2000).
2. Undang-undang dan peraturan mengenai keselamatan kerja yang ditetapkan dalam Undang-undang No. 1 Tahun 1970;
3. Undang-undang No 15 Tahun 1985 tentang ketenga listrikan;
4. Undang-undang No 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup; 5. Undang-undang No 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi;
6. Undang-undang No 22 Tahun 1999 tentang pemerintah darah;
8. Peraturan pemerintah No 25 Tahun 2000 tentang Penyediaan dan pemanfaatan tenaga listrik;
9. Peraturan pemerintah No 51 Tahun 1993 tentang analisa dampak lingkungan; 10. Peraturan pemerintah No 25 Tahun 1995 tentang usaha penunjang Tenaga Listrik; 11. Peraturan Menteri Pertambangan dan energi No 01.P/40/M.PE/1990 tentang Instalasi
Ketenagalistrikan;
12. Peraturan Menteri Pertambangan dan energi No 02.P/0322/M.PE/1995 tentang Standardisasi, sertifikasi dan Akreditasi Dalam Lingkungan Pertambangan dan Energi.
Untuk pemasangan instalasi listrik penerangan dan tenaga untuk rumah/gedung terlebih dahulu harus melihat gambar-gambar rencana instalasi yang sudah dibuat oleh perencana berdasarkan denah rumah/bangunan dimana instalasinya akan dipasang. Selain itu juga spesifikasi dan syarat-syarat pekerjaan yang diterima dari pemilik bangunan/rumah, dan syarat tersebut tidak terlepas dari peraturan yang harus dipenuhi dari yang berwajib ialah yang mengeluarkan peraturan yaitu PLN setempat.
Syarat-syarat pekerjaan instalasi rumah /gedung :
1. Gambar situasi untuk menyatakan letak bangunan, dimanainstalasinya akan dipasang serta rencana penyambungannya dengan jaringan PLN.
2. Gambar instalasi Rencana penempatan semua peralatan listrik yang akan dipasang dan sarana pelayanannya, misalnya titik lampu, saklar dan kotak kontak, panel hubung bagi, data teknis yang penting dari setiap peralatan listrik yang akan dipasang.
3. Rekapitulasi
Rekapitulasi atau perhitungan jumlah dari komponen yang diperlukan antara lain : - Rekapitulasi material dan harga
- Rekapitulasi daya atau skema bagan arusnya - Rekapitulasi tenaga dan biaya
Tujuan Dari Peraturan-Peraturan Adalah Sebagai Berikut:
1. Supaya aman bagi manusia, hewan atau barang (terhadap bahaya sentuhan serta kejutan arus), keamanan gedung serta isinya terhadap kebakaran akibat listrik.
3. Sebagai tuntunan pemakai energi listrik secara efisien.
4. Merancang instalasi listrik yang sesuai dengan standar nasional Indonesia (SNI), PUIL 2000 dan Undang-Undang Ketenagalistrikan 2002.
Pelanggaran pada pelaksanaan instalasi listrik dapat dikenakan sanksi.Peraturan atau pedoman tersebut di Indonesia dinamakan “Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL)”.
Pada pemasangan instalasi listrik sebenarnya kebakaran akibat listrik kecil sekali kemungkinannya, mengingat didalam tujuan diadakannya peraturan adalah aman, baik bagi manusia, hewan dan barang. Untuk itu perlu dijelaskan langkah-langkah yang harus dilakukan dalam menyelesaikan pemasangan instalasi listrik untuk bangunan besar adalah sebagai berikut:
1. Direncanakan oleh konsultan perencana 2. Diperiksa oleh pemilik bangunan
3. Diperiksa oleh pemerintah (cipta karya – dept PU) 4. Diperiksa oleh pemborong atau instalatir
5. Dipasang oleh instalatir dan diawasi oleh pengawas lapangan konsultan pengawas dan pemilik bangunan (sebelum pelaksanaan pemasangan instalasi yang bersangkutan harus memeriksa gambar instalasi yang akan dipasang ke PLN bagi bangunan yang akan mendapat suplai listrik dari jaringan PLN)
6. Setelah selesai pemasangan instalasi, instalatir yang bersangkutan harus mengetes instalasi yang telah dikerjakan, listrik baru dimasukan bila instalasi baik.
Selain hal tersebut diatas kiranya perlu ditengahkan disini bahwa apabila terjadi kebakaran pada bangunan tersebut karena listrik, padahal instalasi belum 5 tahun serta belum ada perubahan instalasi listriknya, maka instalatir pelaksana harus bertanggung jawab terhadap kebakaran yang terjadi. Sehingga instalatir pelaksana harus betul-betul berhati-hati dalam melaksanakan pekrjaannya.
Instalasi penerangan listrik adalah instalasi listrik yang digunakan untuk menyalurkan energi listrik dari sumbernya kebeban listrik atau peralatan listrik.Pada beban listrik, energi listrik yang berasal dari sumbernya tersebut melalui instalasi listrik diubah menjadi cahaya pada beban lampu.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Instalasi Listrik
Instalasi listrik adalah saluran listrik beserta gawai maupun peralatan yang terpasang baik di dalam maupun di luar bangunan untuk menyalurkan arus listrik. Rancangan instalasi listrik harus memenuhi ketentuan PUIL 2000 dan peraturan yang terkait dalam dokumen seperti UU NO 18 Tahun 1999 tentang jasa konstruksi, Peraturan pemerintah NO 51 Tahun 1995 tentang Usaha Penunjang Tenaga listrik dan peraturan lainnya.
2.2 Ketentuan Umum Perancangan Instalasi Listrik
Rancangan suatu system instalasi listrik harus memenuhi ketentuan peraturan umum instalasi listrik (PUIL) dan peraturan lain seperti :
a. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja beserta peraturan pelaksanaanya.
b. Undang –undang nomor 23 Tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan hiduo c. Undang –undangan nomor 15 tahun 2002 tentang ketenagalistikan
Dalam perancangan system instalasi listrik harus diperhatikan tentang keselamatan manusia, makhluk hidup lain dan keamanan harta benda dari bahaya dan kerusakan yang bias ditimbulkan oleh penggunaan instalasi listrik. Selain itu, berfungsinya instalasi listrik harus dalam keadaan baik dan sesuai dengan maksud penggunaannya.
2.3 Prinsip-Prinsip Dasar Instalasi Listrik
Beberapa prinsip instalasi listrik yang harus menjadi pertimbangan pada pemasangan suatu instalasi listrik dimaksudkan agar instalasi yang dipasang dapat digunakan secara optimum, efektif dan efisien. Adapun prinsip dasar tersebut ialah sebagai berikut :
1. Keandalan
Artinya, seluruh peralatan yang dipakai pada instalasi tersebut haruslah handal dan baik secara mekanik maupun secara kelistrikannya.Keandalan juga berkaitan dengan sesuai
kerusakan atau gangguan harus mudah dan cepat diatasi dan diperbaiki agar gangguan yang terjadi dapat diatasi.
2. Ketercapaian
Artinya, dalam pemasangan peralatan instalasi listrik yang relative mudah dijangkau oleh pengguna pada saat mengoperasikannya dan tata letak komponen listrik tidak susah untuk di operasikan sebagai contoh pemasangan sakelar tidak terlalu tinggi atau terlalu rendah. 3. Ketersediaan
Artinya kesiapan suatu instalasi listrik dalam melayani kebutuhan baik berupa daya, peralatanmaupun kemungkinan perluasan instalasi.Apabila ada perluasan instalasi tidak menggangu system instalasi yang sudah ada.Tetapi kita hanya menghubungkannya pada sumber cadangan (spare) yang telah diberi pengaman.
4. Keindahan
Artinya dalam pemasangan komponen atau peralatan instalasi harus ditata sedemikian rupa, sehingga dapat terlihat rapid an indah serta tidak menyalahi peraturan yang berlaku. 5. Keamanan
Artinya, harus mempertimbangkan factor keamanan dari suatu instalasi listrik, baik keamanan terhadap manusia bangunan atau harta benda makhluk hidup lain dan peralatan itu sendiri.
6. Ekonomis
Artinya, biaya yang dikeluarkan dalam pemasangan instalasi listrik harus diperhitungkan dengan teliti dengan pertimbangan-pertimbangan tertentu sehingga biaya yang dikeluarkan dpat sehemat mungkin tanpa harus mengesampingkan hal-hal diatas.
2.4 Pengaruh Lingkungan
Pengaruh pada lingkungan kerja peralatan instalasi listrik dapat dibedakan menjadi dua, yaitu lingkungan normal dan lingkungan tidak normal.Lingkungan tidak normal dapat menimbulkan gangguan pada instalasi listrik yang normal. Untuk itu jika suatu instalasi atau bagian dari suatu instalasi berada pada lokasi yang pengaruh luar yang tidak diimbangi dengan peralatan yang memadai akan menyebabkan rusaknya peralatan dan dapat
Demikian juga pengaruh kondisi tempat akan dipasangnya suatu instalasi listrik, misalnya dalam suatu industry apakah penghantar tersebut harus ditanam atau dimasukkan jalur penghantar untuk menghindari tekanan mekanis. Oleh Karena itu pada pemasangan-pemasangan instalasi listrik hendaknya mempunyai rencana perhitungan dan analisa yang tepat.
2.5 Penghantar
Komponen-komponen perancangan instalasi listrik ialah bahan-bahan yang diperlukan oleh suatu system sebagai rangkaian control maupun rangkaian daya. Dimana rangkaian control dan rangkaian daya ini dirancang untuk menjalankan fungsi system sesuai dengan deskripsi kerja.
2.5.1 Jenis penghantar
Penghantar ialah suatu benda yang berbentuk logam ataupun non logam yang bersifat konduktor atau dapat mengalirkan arus dari satu titik ke titik lainnya.Penghantar dapat berupa kabel ataupun berupa kawat penghantar.
Kabel ialah penghantar yang dilindungi dengan isolasi dan keseluruhan inti dilengkapi dengan selubung pelindung bersama, contohnya ialah kabel NYM.NYA dan sebagainya.
Sedangkan kawat penghantar ialah penghantar yang tidak diberi isolasi contohnya ialah BC (Bare conductor), penghantar berlubang (hollow conductor), ACSR ( Alumunium conductor steel reinforced), dsb.
Secara garis besar, penghantar dibedakan menjadi dua macam, yaitu : - Penghantar berisolasi
-
a. Penghantar berisolasi
Penghantar berisolasi dapat berupa kawat berisolasi atau kabel. Batasan kawatberisolasi adalah rakitan penghantar tunggal, baik serabut maupun pejal yang diisolasi, contoh kawat berisolasi ;
- NYA - NYAF
Batasan kabel ialah rakitan satu penghantar atau lebih, baik itu penghantar serabut ataupun pejal masing-masing diisolasi dan keseluruhannya diselubungi pelindung bersama.Contoh kabel :
NYM-04 x 2 mm2,300/500 V
Artinya kabel 4 inti tanpa penghantar (hijau = kuning) berpenghantar tembaga masing-masing luas penampangnya 2 mm2 berbentuk bulat, pelindung dalam dan selubung luar PVC tegangan nominal penghantar fasa-netral 300V, dan tegangan fasa-fasa 500 V.
b. Penghantar Tanpa Isolasi
hantaran tak berisolasi mrupakan penghantar yang tidak dilapisi oleh isolator, contoh penghantar tidak berisloasi BC (Bare Conductor) jenis-jenis isolasi yang dipakai pada penghantar listrik meliputi isolasi dari PVC (Poly Vinil Clorida)
2. 5.2 Jenis Kabel
Dilihat dari jenisnya, penghantar dapat dibedakan menjadi tiga yaitu : a. Kabel Instalasi
Kabel instalasi yang biasa digunakan pada instalasi penerangan, jenis kabel yang banyak digunakan dalam instalasi rumah tinggal untuk pemasangan tetap ialah NYA dan NYM.Pada penggunaannya kabel NYA menggunakan pipa untuk melindungi secara mekanis ataupun melindungi dari air dan kelembaban yang dapat merusak kabel tersebut.
Penghantar NYA
Gambar 2.1 kabel penghantar NYA
Kabel NYA hanya memiliki satu penghantar berbentuk pejal, kabel ini pada umumnya digunakan pada instalasi rumah tinggal. Dalam pemakaiannya pada instalasi listrik harus menggunakan pelindung dari pipa union atau PVC
Sedangkan kabel NYM adalah kabel yang memiliki beberapa penghantar dan memiliki isolasi luar sebagai pelindung pada gambar.
Konstruksi dari kabel NYM terlihat Penghantar dalam pemasangan pada instalasi listrik, boleh tidak menggunakan pelindung pipa. Namun untuk memudahkan saat peggantian kabel / revisi, sebaliknya pada pemasangan dalam dinding / beton menggunakan pipa PVC
b. Kabel Tanah
Penghantar NYY.
Gambar 2.3 kabel penghantar NYY
Kabel tanah thermoplastik tanpa perisai seperti NYY, biasanya digunakan untuk kabel tenaga pada industri.Kabel ini juga dapat ditanam dalam tanah, dengan syarat diberikan perlindungan terhadap kemungkinan kerusakan mekanis.
selubung luarnya serta jenis PVC yang digunakan berbeda.Warna selubung luarnya hitam. Untuk kabel tegangan rendah tegangan nominalnya 0,6/1 kV dimana maksudnya yaitu :
- 0,6 kV : Tegangan nominal terhadap tanah. - 1,0 kV : Tegangan nominal antar penghantar.
Penggunaan utama NYY sebagai kabel tenaga adalah untuk instalasi industri di dalam gedung maupun di alam terbuka, di saluran kabel dan dalam lemari hubung bagi, apabila diperkirakan tidak akan ada gangguan mekanis.
NYY dapat juga ditanam di dalam tanah asalkan diberi perlindungan secukupnya terhadap kemungkinan terjadinya kerusakan mekanis.kabel tanah terbagi menjadi dua yaitu :
1. Kabel Tanah Thermoplastic Tanpa Perisai
Kabel tanah thermoplastic tanpa perisai seperti NYY, biasanya digunakan untuk kabel tenaga pada industry. Kabel ini juga ditanam dalam tanah dengan syarat diberikan perlindungan terhadap kemungkinan kerusakan mekanis .pada prinsipnya susunan NYY ini sama dengan NYM. Hanya tebal isolasi dan selubung luarnya serta jenis PVC yang digunakan berbeda
Penghantar N2XY
Kabel tanah thermoplastik tanpa perisai yang biasanya di pakai di industri , kabel N2XY intinya terdiri dari penghantar tembaga, dengan isolasi XLPE, berpelindung bebat tembaga serta berselubung PVC dengan tegangan pengenal 0,6/1 kV (1,2 kV) yang dipasang sejajar pada suatu sistem tiga fase .
2. Kabel tanah thermoplastic berperisai
Pengantar NYFGBY
Gambar 2.5 kabel penghantar NYFGBY
Kabel tanah thermoplastik berperisai seperti NYFGbY, biasanya digunakan apabila ada kemungkinan terjadi gangguan kabel secara mekanis, kabel NYFGbY intinya terdiri dari penghantar tembaga, dengan isolasi PVC, penggabungan dua atau lebih inti dilengkapi selubung atau pelindung yang terdiri dari karet dan perisai kawat baja bulat. Perisai dan pembungkus diikat dengan spiral pita baja, untuk menghindari korosi pada pita baja, maka kabel di selubungi pelindung PVC warna hitam.
Selain dari tipe penghantar yang dijelaskan disini masih banyak jenis penghantar yang belum/tidak dapat dijelaskan disini.
a. Kabel fleksibel
Kabel fleksibel biasanya digunakan untuk peralatan yang sifatnya tidak tetap atau berpindah-pindah dan ditempat kemungkinan adanya gangguan mekanis atau getaran dengan peralatan yang harus tahan terhadap tarikan dan gesekan.
Kode Pengenal Kabel
Huruf Kode Komponen
Y :Isolasi PVC
re :Penghantar padat bulat M :Selubung PVC
A :Kawat Berisolasi
Rm :Penghantar bulat berkawat banyak Se :Penghantar padat bentuk sektor sm :Penghantar dipilin bentuk sektor
-1 :Kabel dengan sistem pengenal warna urat dengan hijau-kuning -0 :Kabel dengan sistem pengenal warna urat tanpa hijau-kuning.
2.5.3 Pemilihan penghantar
Dalam pemilihan jenis penghantar yang akan digunakan dalam suatu instalasi dan luas penghantar yang akan dipakai dalam instalasi tersebut ditentukan berdasarkan 6 pertimbangan :
1. Kemampuan hantar arus
Untuk menentukan luas penampang penghantar yang diperlukan maka harus ditentukan berdasarkan besar arus yang melewati penghantar tersebut. Arus nominal yang melewati suatu penghantar dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :
Untuk arus searah DC
𝐼 =𝑃𝑉 𝐴 2.1 9
Untuk arus bolak-balik satu fasa
𝐼 = 𝑃
𝑉𝑥𝑐𝑜𝑠𝜑 2.2 [9] Untuk arus bolak-balik tiga fasa
𝐼 = 𝑃
3 𝑥𝑉𝑥𝑐𝑜𝑠𝜑 𝐴 2.3 [9] Dimana :
𝑃 = 𝑑𝑎𝑦𝑎 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑓 𝑊 𝑉 = 𝑇𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑉 𝐼 = 𝑎𝑟𝑢𝑠 𝑛𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑙 𝐴 𝑐𝑜𝑠𝜑 = 𝐹𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝐷𝑎𝑦𝑎
Kemampuan hantar arus yang dipakai dalam pemilihan penghantar adalah 1,25 kali dari arus nominal yang melewati penghantar tersebut. Apabila kemampuan hantar arus susah diketahui maka tinggal menyesuaikan dengan table untuk mencari luas penampang yang diperlukan.
2. Drop Tegangan (Susut Tegangan)
Susut tegangan antara PHB utama dan setiap titik beban, tidak boleh lebih dari 5% dari tegangan di PHB utama.
Adapun pembagian penentuan drop tegangan pada suatu penghantar dapat digolongkan menjadi beberapa jenis :
- Untuk arus searah
- Untuk arus bolak-balik satu fasa - Untuk arus bolak balik tiga fasa
Rugi tegangan biasanya dinyatakan dalam satuan persen (%) dalam tegangan kerjanya yaitu :
𝛥𝑉 % =𝛥𝑉𝑥100%
𝑉 2.4 [21]
Table 2.1 Rugi Tegangan
𝜟𝑽 % Penggunaan Jaringan
0,5 Dari jala-jala ke KWH meter
1,5 Dari KWH meter ke rangkaian penerangan
3,0 Dari KWH meter ke motor atau rangkaian daya
Untuk menentukan rugi tegangan berdasarkan luas penampang dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :
Untuk arus searah , penampang minimum :
𝛥𝑉 =2𝑥1𝑥𝐼
𝑋 . 𝐴 𝑣𝑜𝑙𝑡 2.5 [21] Untuk arus bolak-balik satu fasa penampang minimum
𝛥𝑈 = 2𝑥𝐼𝑥𝑙 (𝑅𝐿 𝑐𝑜𝑠𝜑 + 𝑋𝐿 sin 𝜑) 2.6 [21] Untuk arus bolak balik tiga fasa penampang minimum
𝛥𝑈 = 3 𝑥𝐼𝑥𝑙 (𝑅𝐿 𝑐𝑜𝑠𝜑 + 𝑋𝐿 sin 𝜑) 2.7 [21] 𝑑𝑖𝑚𝑎𝑛𝑎 ∶ 𝛥𝑈 = 𝑟𝑢𝑔𝑖 𝑡𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛𝑡𝑎𝑟 𝑉 𝐼 = 𝑘𝑢𝑎𝑡 𝑎𝑟𝑢𝑠 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛𝑡𝑎𝑟 𝐴 𝐿 = 𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑝𝑒𝑟𝑚𝑢𝑙𝑎𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛𝑡𝑎𝑟 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑎𝑖 𝑢𝑗𝑢𝑛𝑔 (𝑚) 3. Kondisi suhu
Setiap penghantar memiliki suatu resistansi (R) , jika penghantar tersebut dialiri oleh arus maka terjadi rugi-rugi I2.R ,yang kemudian rugi-rugi tersebut berubah menjadi panas, jika dialiri dalam waktu t detik maka panas yang terjadi adalah I2.R t, jika dialiri dalam waktu yang cukup lama maka ada kemungkinan terjadinya kerusakan pada penghantar tersebut. Oleh Karena itu dalam pemilihan penghantar factor koreksi juga diperhitungkan
4. Kondisi Lingkungan
di dalam pemilihan jenis penghantar yang digunakan harus disesuaikan dengan kondisi dan tempat penghantar tersebut akan ditempatkan atau di pasang. Apakah penghantar tersebut akan di tanam di dalam tanah atau di udara.
5. Kekuatan Mekanis
Penentuan luas penampang penghantar kabel juga harus diperhitungkan apakah kemungkinan adanya tekanan mekanis ditempat pemasangan kabel itu besar atau tidak, dengan demikian dapat diperkirakan besar kekuatan mekanis yang mungkin terjadi pada kabel tersebut.
6. Kemungkinan Perluasan
Setiap instalasi dirancang dan di pasang dengan perkirakan adanya penambahan beban di masa yang akan datang oleh Karena itu luas penampang penghantar harus dipilih lebih besar minimal satu tingkat diatas luas penampang sebenarnya, tujuannya adalah jika dilakukan penambahan beban maka penghantar tersebut masih mencukupi dan susut tegangan yang terjadi akan kecil.
2.6 Pengaman
Pengaman adalah suatu peralatan listrik yang digunakan untuk melindungi komponen listrik dari kerusakan yang diakibatkan oleh gangguan seperti arus beban lebih ataupun arus hubung singkat.
Fungsi dari pengaman dalam distribusi tenaga listrik adalah :
1) Isolasi, yaitu untuk memisahkan instalasi atau bagiannya dari catu daya listrik untuk alasan keamanan
2) Kontrol, yaitu untuk membuka atau menutup sirkit instalasi selama kondisi operasi normal untuk tujuan operasi dan perawatan
3) Proteksi, yaitu untuk pengamanan kabel, peralatan listrik dan manusianya terhadap kondisi tidak normal seperti beban lebih, hubung singkat dengan memutuskan arus
2.6.1 Mini Circuit Breaker (MCB)
Pada MCB terdapat dua jenis pengaman yaitu secara thermos dan elektromagnetis, pengaman thermis berfungsi untuk mengamankan arus beban lebih sedangkan pengaman elektromagnetis berfungsi untuk mengamankan arus beban lebih sedangkan pengaman elektromagnetis berfungsi untuk mengamankan jika terjadi hubung singkat.
MCB dalam kerjanya membatasi arus lebih menggunakan gerakkan dwi logam untuk memutuskan rangkaian. Dwilogam ini akan bekerja dari panas yang diterima oleh Karena energy listrik yang timbul.
Pemutusan thermal terjadi pada saat terjadi gangguan arus lebih pada rangkaian secara terus menerus. Cara kerjanya dalah sebagai berikut :
Bimetal Blade (1) akan melengkung akibat pemanasan oleh arus lebih secara
kontinyu pada elemen dwi logam ini. Bengkokkan itu akan menggerakkan Trip
Lever (2) sampai Release Pawl (3) berubah posisi sehingga Moving Contact Arm
(4) membuka memutuskan rangkaian dengan bantuan Release Spring (5)
Gambar 2.6 Bagian- Bagian MCB 1 fasa Keterangan gambar :
1. batang bimetal 2. batang penekan 3. tuas pemutus kontak
5. pegas penarik kontak 6. trip koil
7. batang pendorng 8. batang penerik kontak 9. kontak tetap
10. kisi pemadam busur api
11. plat penahan dan penyalur busur api
MCB dibuat hanya memilik satu kutub untuk pengaman 1 fasa, sedangkan untuk pengaman tiga fasa biasanya memiliki tiga kutub dengan tuas yang disatukan sehingga apabila terjadi gangguan pada salah satu kutub maka kutub yang lainnya juga akan ikut terputus.
2.6.2 MCCB
MCCB merupakan sebuah pemutus tenaga yang memiliki fungsi sama dengan MCB, yaitu mengamankan peralatan dan instalasi listrik saat terjadi hubung singkat dan embatasi kenaikan arus Karena kenaikan beban. Hanya saja yang membedakan MCCB dengan MCB adalah casingnya, dimana untuk MCB tiga phasa memiliki chasing dari tiga buah MCB satu phasa yang dikopel secara mekanis sementara MCCB memiliki tiga buah terminal phasa dalam satu casing yang sama. Itulah sebabnya MCCB dikenal sebagai Molded Case Circuit Breaker.
2.6.3 ELCB
Earth Leakage Circuit Breaker merupakan sakelar yang bekerja berdasarkan arus bocor yang dirasakannya dengan memutuskan rangkaian dari sumber.Arus bocor sendiri ada yang langsung mengalir ke bumi dan ada juga arus bocor yang mengalir ke tubuh mahluk hidup yang menyentuh badan peralatan yang mengalami kegagalan isolasi. Dari konstruksinya, sakelar ini terdiri dari sebuah mekanik pemutus, penghantar fasa, inti trafo arus seimbang dan penghantar netral.
Gambar 2.7 sakelar arus bocor
Pada keadaan normal inti transformator akan mendapati jumlah arus yang dilingkarinya akan sama dengan nol. Namun ketika terjadi kegagalan isolasi yang menyebabkan mengalirnya arus bocor ke tanah mka inti transformator akan merasakan adanya keadaan yang tidak seimbang sehingga pada inti transformator itu akan timbul medan magnet yang akan membangkitkan tegangan pada kumparan sekundernya.
Arus jatuh nominal (If) dari sakelar merupakan arus diferensial terkecil yang dapat menyebabkan sakelar ini bekerja. Dengan persyaratan bahwa tegangan sentuh yang diketanahkan tidak boleh melebihi 50 V ke tanah dan syarat untuk tahanan dari lingkaran arus pentanahannya sebesar :
𝑅𝑎 ≤ 50
𝐼𝑓 𝑣𝑜𝑙𝑡 2.8 [8]
Salah satu jenis sakelar arus bocor yang sering dipakai adalah ELCB dengan arus jatuh nominal 30 mA. Sakelar ini cukup aman karena akan bekerja ketika merasakan adanya arus bocor sebesar 30 mA, dan kita tahu bahwa arus dibawah 50 mA jika dirasakan oleh tubuh masih dapat ditanggung tanpa menimbulkan gejala-gejala berbahaya.
Dalam grafik
- Daerah c yang diarsir adalah daerah pemutusan dari sakelar arus bocor dengan Ifn = 30 mA ;
- Daerah I dibawah garis b adalah daerah, dimana irama denyut jantung dan susunan syaraf tidak dipengaruhi;
- Daerah II antara garis-garis b dan a adalarban akan pingsan;
- Daerah III diatas garis a adalah daerah berbahaya yang dapat menyebabkan kematian ; korban akan pingsan dan kamar-kamar jantungnya akan mengalami fibrilasi.
Gambar 2.9 Kegagalan isolasi
Pada toroida terpasang kumparan yang berfungsi merasakan gangguan berupa adanya keseimbangan antara arus line (IL) dan arus netral (IN), dimana hubungan ini dapat dijelaskan dengan ketentuan :
IL + IN = 0 (2.9) [8]
Pada kasus kegagalan isolasi arus bocor mengalir menuju sumber tidak melalui penghantar netral tetapi melalui pentanahan peralatan atau tubuh mahluk hidup yang menyentuhnya, sehingga arus yang mengalir melalui penghantar netral tidak sama besarnya dengan arus yang mengalir pada penghantar phasa, persamaan matematis dari ketiga arus ini menjadi :
IL + IN = If (2.10)[8]
Sementara saat terjadi kasus hubung singkat, kenaikan arus hubung singkat begitu besar, tetapi besar arus IL dan IN sama besar yaitu sebesar arus hubung singkatnya, sehingga tripping coil ELCB tidak merasakan adanya perbedaan dan tidak akan melakukan tindakan pemutusan rangkaian. Untuk itulah pada pengaman jaringan listrik, ELCB harus dilengkapi dengan pengaman hubung singkat untuk mengamankan system dari gangguan
Untuk mengetahui berapa besar arus gangguan yang dirasakan tubuh, dapat digunakan perhitungan dengan rumus :
𝐼𝑓 = 𝑉𝑠
𝑅𝑏 𝐴 2.11 [8] Dimana :
If = Arus gangguan (A) Vs = Tegangan sumber (V) Rb = Tahanan tubuh (ohm)
Sehingga apabila dari perhitungan didapat arus gangguan diatas nilai 30 mA, maka ELCB akan bekerja memutus rangkaian, dan arus sebesar terhitung belum sempat membahayakan tubuh.
2.7 Penerangan
2.7.1 Pengetahuan Instalasi Listrik
Instalasi listrik
1. Instalasi Daya : rangkaian listrik yang biasanya digunakan pada kebutuhan daya, misalnya : trafo distribusi, motor listrik, AC dan lainnya.
2. Instalasi Penerangan : rangkaian listrik yang biasanya digunakan pada beban-beban penerangan.
Berdasarkan keserasian kerja
1. Menghindari bahaya yang dapat ditimbulkan akibat trgangan sentuh dan kejutan arus yang dapat mengancam keselamatan manusia.
2. Untuk menciptakan suatu system instlasi yang dpat diandalkan tingkat keamanannya.
3. Untuk menghindari kerugian-kerugian yang dapat ditimbulkan akibat kebakaran yang disebabkan oleh kegagalan suatu perancangan.
Fasa 1 (R) berwarna merah
Fasa 2 (S) berwarna kuning
Fasa 3 (T) berwarna hitam
Netral (N) berwarna biru
Pentanahan (PE) berwarna hijau loreng kuning
2. Kotak kontak harus dipasang pada dinding/ tembok kurang lebih 1,2 m diatas permukaan lantai.
3. Saklar (pelayanan) harus dipasang pada dinding / tembok sekurang kurangnya 1,2 m diatas permukaan lantai. Hal ini sesuai dengan semua pemutus daya harus mempunyai daya pemutus sekurang kurangnya sama dengan arus hubung singkat yang dapat terjadi pada system instalasi tersebut.
2.7.2 Perhitungan Penerangan
Data-data yang dibutuhkan dalam perencanaan, diantaranya : 1. dimensi ruang
2. warna dinding dan lantai 3. kegunaan ruangan
4. system penerangan yang dikehendaki 5. penyusunan dan kondisi permukaan
6. kondisi kerja, temperature, kelembaban dan sebagainya.
2.7.3 Pemilihan Armature
Penyebaran cahaya dari suatu cahaya bergantung pada konstruksi sumber cahaya itu sendiri dan armatur yang digunakan.Sebagian besar cahaya yang direspon mata tidak langsung di sumber cahaya, tetapi setelah dipantulkan atau melalui benda yang tembus cahaya.
Untuk penerangan, secara garis besar penyebaran cahaya ada tiga macam yaitu: 1. Penerangan Langsung
Jika kita berada dalam suatu ruang yang ada sumber cahaya dari sebuah lampu, makaada dua sumber cahaya, yaitu sumber cahaya primer yang berasal dari lampu tersebutdan sumber cahaya sekunder yang merupakan pantulan dari fiting lampu tersebut.Dari dinding-dinding di sekitar ruangan, gambar 2.51 (a) menunjukkan empat jeniskemungkinan pemantulan yang dapat terjadi dari lapisan penutup armatur yang berbeda.Sedangkan gambar 2.51 (b) menunjukkan berbagai macam armatur.
dari data-data diatas dapat dipilih sumber penerangan dan bentuk armature yang sesuai, meliputi : bentuk, tingkat pengamananya dan komponen-komponen sebelum menghitung jumlah lampu yang dibutuhkan, perlu diperhitungkan juga kemungkinan terbaik untuk pengaturan armature.
2.7.4 Konsep Dan Satuan Penerangan
Dalam system penerangan terdapat beberapa konsep dan satuan penerangan yang digunakan untuk penentuan banyak dan kekuatan cahaya yang dibutuhkan.Satuan-satuan dari instalasi penerangan tersebut anatara lain :
Fluksi cahaya
Ialah suatu sumber cahaya yang memancarkan sinar ke segala arah yang berbentuk garis-garis cahaya.Satuan yang dipakai untuk fluksi cahaya ialah lumen.
Intensitas cahaya Ialah flux cahaya per satuan sudut ruang yang dipancarkan ke suatu arah tertentu. Satuan yng digunakan adalah candela.
2.7.5 Penentuan Jumlah Dan Kekuatan Lampu
Factor-faktor yang mempengaruhi penentuan jumlah titik cahaya pada suatu ruangan : 1. macam penggunaan ruangan (fungsi ruangan), setiap macam penggunaan ruangan
mempunyai kebutuhan kuat penerangan yang berbeda-beda.
2. Ukuran ruangan, semakin besar ukuran ruangan maka semakin besar pula kuat penerangan yang dibutuhkan.
3. Keadaan dinding dan langit-langit (factor refleksi), berdasarkan warna cat dari dinding dan langit-langit pada ruangan tersebut memantulkan ataukah menyerap cahaya.
4. Macam jenis lampu dan armature yang dipakai, tiap-tiap lampu dan armature memiliki konstruksi dan karakteristik yang berbeda.
Letak dan jumlah lampu pada suatu ruangan harus dihitung sedemikian rupa, sehingga ruangan tersebut mendapatkan sinar yang merata. Dan manusia yang berada didalam ruangan tersebut menjadi nyaman, penerangan untuk ruangan kerja harus dirancang sedemikian rupa sehingga pengaruh dari penerangan tidak membuat cepat lelah mata.
Disamping itu harus diperhitungkan juga hal –hal berikut : 1. Effisiensi Armatur (v)
Effisiensi sebuah armature ditentukan oleh konstruksinya dan bahan yang digunakan.Dalam effisiensi penerangan selalu diperhitungkan efisiensi armaturnya.
2. Faktor-faktor refleksi
Factor-faktor refleksi dinding (rw) dan factor refleksi (rp) masing-masing menyatakan bagian yang dipantulkan dari fluks cahaya yang diterima oleh dinding dan langit-langit yang mencapai bidang kerja.
Pengaruh dinding dan langit-langit pada system penerangan langsung jauh lebih kecil daripada pengaruhnya pada system-sitem penerangan lain, sebab cahaya yang jatuh pada dinding dan langit-langit hanya sebagian dari fluks cahaya.
3. Indeks ruang atau indeks bentuk (k)
𝑘 = 𝑝𝑥𝑙
(𝑝 + 1) 2.13 [2] Keterangan :
P = panjang ruangan (meter) L = lebar ruangan (meter)
H = jarak atau tinggi armature terhadap bidang kerja (meter)
4. Factor penyusutan / depresiasi (kd)
𝑘𝑑 = 𝐸 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑘𝑒𝑎𝑑𝑎𝑎𝑛 𝑑𝑖𝑝𝑎𝑘𝑎𝑖
Untuk memperoleh efisiensi penerangan dalam keadaan dipakai, nilai efisiensi yang didapat dari table harus dikalikan dengan factor penyusutan. Factor penyusutan ini dibagi menjadi tiga golongan utama, yaitu:
- Pengotoran ringan (daerah yang hampir tak berdebu) - Pengotoran sedang / biasa
- Pengotoran berat (daerah banyak debu)
Bila tingkat pengotoran tidak diketahui, maka factor depresi yang digunakan 0,8
5. Bidang kerja dan efisiensi
Intensitas penerangan harus ditentukan dimana pekerjaan akan dilaksanakan. Bidang kerja umumnya diambil 0,8 cm diatas lantai.
6. Factor unility
𝑘𝑝 = 𝐸 𝑥 𝐴
𝐹𝑥𝑘𝑝𝑥𝜂𝑎𝑟𝑚 𝑥 𝑘𝑑 2.16 [2] Keterangan :
N = jumlah lampu
E = illuminasi penerangan yang dibtuhkan ruangan (Iux) A = luas ruangan
F = fluks cahaya yang dikeluarkan oleh lampu (lumen)
𝜂 = effisiensi armature (%) Kd = factor depresiasi
Kp = factor utility (lampiran 4)
2.7.6 Lampu Penerangan Prinsip Kerja
lampu pijar mengeluarkan cahaya berdasarkan prinsip pemijaran sehingga lampu ini dapat di atur secara mudah dengan menggunakan tahanan geser. Oleh Karena
lampu ini biasanya cukup pendek (hanya sekitar 1000 jam). Konstruksi lampu ini sangat sederhana sehingga harga dari lampu ini cukup muraj dibandingkan dengan lampu jenis lain.
Lampu pijar yang sering digunakan untuk penerangan pada umumnya terdiri dari dua macam :
Lampu GLS (general Lighting service)
Lampu pijar jenis ini sering digunakan untuk penerangan yang umum (general lighting) contohnya : untuk penerangan ruang tamu, penerangan kamar tidur dan lain-lain.
Lampu reflector (reflector lamps)
Lampu pijar jenis ini sering digunakan untuk penerangan sorot (spotlighting), contohnya ; penerangan panggung (stage lighting), penerangan studio dan lain-lain.
Penggunaan
Untuk penerangan yang membutuhkan variasi armature dan warna sehingga memebri suasana lebih menarik dan indah misalnya :
- ruang pertemuan/ tamu - dekorasi
- reklame
- pameran, dan lain-lain
2.8 Perbaikan factor daya
Semua lampu tabung yang menggunakan ballast berupa reactor atau transformator akan mengakibatkan terjadinya komponen arus tidak berwatt, atau disebut daya reaktif (VAR) dalam rangkaian. Semakin besar daya reaktif yang terjadi mengakibatkan semakin rendahnya factor daya (cos𝜑) lampu.
Factor daya diartikan sebagai perbandingan arus yang dibutuhkan untuk kerja nyata (W) terhadap arus total yang disuplai (VA). Atau dengan kata lain, bahwa factor daya ilah perbandingan daya nyata (W) dengan daya semu (VA).
Diagram segitiga daya :
Gambar 2.12 Diagram Segitiga Daya
2.9 Perlengkapan Hubung Bagi (PHB)
PHB harus mempunyai persyaratan yeng meliputi, pemasangan, sirkit, ruang pelayanan, penandaan untuk semua jenis PHB, baik tertutup maupun terbuka dan pasangan dalam maupun luar.
2.9.1. Penataan PHB
PHB harus ditata dan dipasang sedemikian rupa sehingga rapid an teratur, dan harus ditempatkan dalam ruang yang cukup leluasa, sehingga pemeliharaan dan pelayanannya mudah, aman dan mudah dicapai. Seperti instrument ukur, tombol dan saklar harus dapat dilayani dengan mudah dan aman dari depan tanpa bantuan tangga.
2.9.2. Konstruksi PHB
Konstruksi PHB ada dua jenis, yaitu yang berada di dalam ruangan dan yang berada di luar ruangan. Sehingga konstruksi PHB harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :
1. Syarat PHB untuk pemasangan didalam ruangan
a.) Rangka, rumah dan bagian konstruksi PHB tertutup harus terbuat dari bahan yang tidak mudah terbakar, tahan lembab dan kokoh.
b.) PHB tertutup pasangan dlam harus dibuat dengan konstruksi yang diperkuat. Sehingga tahan terhadap gangguan mekanis.
2. Syarat PHB untuk pemasangan diluar ruangan
a.) Selungkup harus kokoh dan dibuat dari bahan yang tahan terhadap cuaca dan lubang ventilasi harus dibuat sedemikian rupa sehingga binatang dan benda kecil serta air yang jatuh tidak masuk kedalamnya,
b.) Semua komponen harus dipasang dibagian dalam, sehingga hanya dapat dilayani dengan membuka tutup yang terkunci.
c.) Pintu atau penutup PHB yang terbuat dari logam harus diamankan dengan jalan membumikannya melalui penghantar fleksibel.
d.) Bila pintu PHB dibuat dari bahan isolasi, instrument ukur dengan BKT yang terpasang pada pintu tersebut harus dihubungkan dengan penghantar proteksi PHB.
2.9.3. Syarat-Syarat Dari PHB Sesuai Dengan PUIL 2000.
1. PHB untuk pemasangan diluar harus dipasang ditempat yang cukup tinggi sehingga tidak akan terendam pada saat banjir.
2. Penyambungan saluran masuk dan saluran keluar pada PHB harus menggunakan terminal, sehingga penyambungannya dengan komponen dapat dilakukan dengan mudah, teratur dan aman.
3. Disekitar PHB harus terdapat ruang yang cukup luas sehingga pemeliharaan, pemeriksaan, perbaikan, pelayanan dan lalu lintas dapat dilakukan dengan mudah dan aman.
4. Untuk memudahkan pelayanan dan pemeliharaan, harus dipasang bagan sirkit PHB yang mudah dilihat.
5. Instrument ukur dan indicator yang dipasang pada PHB harus terlihat jelas dan harus ada petunjuk tentang besaran apa yang dapat diukur dan gejala apa yang ditunjukkan.
2.10 Pentanahan
Pembumian atau pentanahan adalah hubungan listrik yang sengaja dilakukan dari beberapa bagian instalasi listrik ke system pentanahan.Penghantar tanpa isolasi yang ditanam didalam didalam tanah dianggap sebagai bagian dari elektroda pentanahan dan harus memenuhi ketentuan PUIL 2000.
Bagian-bagian dari peralatan listrik harus ditabahkan, untuk membatasi tegangan sentuh, yaitu tegangan yang timbul pada bagian peralatan selama terjadi gangguan satu fasa ke tanah, sehingga menghindari bahaya terhadap manusia.Dan pada pentanahan body system bertujuan untuk memperkecil terjadinya tegangan sentuh dan atau tegangan langkah.
Yang dimaksud dengan tegangan sentuh ialah beda tegangan sentuh ialah beda tegangan antara logam yang dihubungkan dengan system pentanahan dengan suatu titik dipermukaan tanah sejauh jangkauan orang normal berdiri dari logam tersebut.
Sedangkan tegangan langkah ialah tegangan antara 2 titik pada permukaan tanah disekeliling elektroda pentanahan dimana jarak kedua titik sejauh langkah orang.
- Tanah
Salah satu yang menentukan besarnya hambatan pentanahan RG adalah hambatan jenis tanahnya. Semakin kecil hambatan tanah Rearth maka hambatan system pentanahan akan semakin kecil yang berarti semakin baik.
Berdasarkan PUIL 2000, nilai tahanan jenis tanah sangat berbeda-beda bergantung pada jenis tanahnya.
Table 2.4 resistansi jenis tanah
Jenis tanah Tanah rawa Tanah liat dan tanah lading Pasir basah Kerikil basah Pasir dan kerikil kering Tanah berbatu Resistansi jenis (ohm-m) 30 100 200 500 1000 3000
Table 2.5 hambatan tanah dari beberapa jenis tanah
JENIS TANAH HAMBATAN TANAH (ohm)
Pasir >400
Tanah berpasir 300
Tanah liat 100
Tanah lempung 60
Tanah hitam 50
Tanah gemuk (peat) 20
Tanah tepian sungai >0dan<50
Sumber : pengukuran besaran listrik, oleh : Rudy setiabudy
Tujuan pentanahan peralatan :
- Agar jika terjadi kegagalan isolasi maka tegangan sentuh yang tinggi dapat dicegah dan pengaman segera bekerja.
- Untuk membatasi tegangan antara bagian-bagian peralatan yang tidak dialiri arus dan antara bagian-bagian ini dengan tanah sampai suatu harga yang aman.
- Untuk mencegah terjadinya tegangan kejut listrik yang berbahaya bagi orang disekitarnya
2.10.1. Sistem Pentanahan/ Pembumian
System pentanahan rumah mewah ini menggunakan system TT.Jadi system TT mempunyai satu titik yang dibumikan langsung. BKT instalasi dihubungkan ke elektroda bumi yang secara listrik terpisah dari elektroda bumi system instalasi listrik
Gambar 2.13 Sistem IT
2.10.2. Jenis elektroda pentanahan
Jenis elektroda pentanahan ialah penghantar yang ditanam dalam bumi dan membuat kotak langsung dengan bumi. Penghantar bumi yang tidak berisolasi yang ditanam dalam bumi dianggap sebagai bagian dari elektroda bumi.
Sebagai bahan elektroda digunakan tembaga, atau baja yang digalvanisasi atau dilapisi tembaga sepanjang kondisi setempat tidak mengharuskan memakai bahan lain.
Macam-macam bentuk elektroda pentanahan.
Pada dasarnya bentuk pentanahan dapat dilakukan dengan : - Elektroda batang
- Elektroda strip - Eektroda plat 2.10.3 Elektroda pentanahan
Untuk menentukan diameter (d) elektroda pentanahan dapat dihitung : 𝜌 = 2𝑥𝜋𝑥𝑙
ln(4𝑥1𝑑 ) 2.18 [2] Dimana :
𝜌 = 𝑇𝑎𝑎𝑛𝑎 𝑛 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 𝑡𝑎𝑛𝑎 (Ω) 𝑅 = 𝑇𝑎𝑎𝑛𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑛𝑡𝑎𝑛𝑎𝑎𝑛 (Ω)
𝑙 = Panjang elektroda yang ditanam (m)
2.11. PENENTUAN KAPASITAS PENGAMAN
Cara penentuan pengaman pada instalasi penerangan setiap rangkaian akhir sebagai berikut :
𝐾𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑀𝐶𝐵 = 𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑀𝑎𝑥 𝑅𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎𝑖𝑎𝑛 𝐴𝑘𝑖𝑟 (𝑉𝐴) 𝑇𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑠𝑦𝑠𝑡𝑒𝑚 (𝑉)
Dalam hal ini teganga system adalah satu fasa maka besarnya 220 V.
Kapasitas pengaman rangkaian induk (untuk 3 fasa) di hitung sebagai berikut :
𝐾𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑀𝐶𝐶𝐵 = 𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢 𝐹𝑎𝑠𝑎 (𝑉𝐴) 3 × 380 (𝑉) V 380 3 VA) ( fasa seluruh l Beban tota
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN A. Perhitungan Iluminasi Tiap Ruangan yang dibutuhkan
1. Menghitung Penerangan Gedung 1 a. Lorong
Ukuran ruang : Luas (L) = 144 m2 Panjang (P) = 48 m Lebar ( l ) = 3 m
1. Untuk ruangan ini direncanakan menggunakan armatur langit-langit dengan jenis lampu 2 x TL 40 watt.
2. Faktor Refleksi
Faktor-faktor refleksinya berdasarkan warna dinding dan langit-langit ruangan. Warna putih dan sangat muda : 0,7
Warna muda : 0,5
Warna sedang : 0,3
Warna gelap : 0,1
Untuk ruangan ini ditentukan rp= 0,7 ; rw = 0,5 ; rm = 0,1 3. Tinggi penerangan
Karena lampu dipasang pada langit-langit dan bidang kerja berada kira-kira 1 m diatas lantai, maka: h = 4 – 0.8 = 3,2 m 4. Indeks Ruangan K = 𝑡(𝑝+𝑙)𝑝 𝑥 𝑙 K = = 3,2( 48+3)48 𝑥 3 = 0,882 Efisiensi penerangan
Dapat dilihat dari perhitungan berikut ; k1 = 0,8 ; η1 = 0,38
η = η1 + 𝑘 − 𝑘1 𝑘2 − 𝑘1𝑥 η2 − η1 η = 0,38 +0,882 − 0,8 1 − 0,8 𝑥 ( 0,43 − 0,38) η =0,39 η = 39%
5. Fluks cahaya yang diperlukan
Intesitas penerangan yang diperlukan dapat ditentukan berdasarkan table 1 no.6 untuk penerangan ruangan ini digunakan nilai intensitas (E) = 200 lux dan faktor depresi (d) = 0,8 (lihat table 4), untuk pemakaian baru.
Φ0 = 𝐸 (𝑙𝑢𝑥 )𝑥 𝐴(𝑙𝑢𝑎𝑠 ) η 𝑥 𝑑 Φ0 = 200𝑥144 0,39 𝑥 0.8 = 93150,7𝑙𝑚 6. Jumlah lampu atau armatur n
Fluks cahaya lampu atau armatur dapat di lihat dari buku katalog. Untuk lampu TL 40 watt memberi 2.300 lumen sehingga TL
ϕ lampu/armatur = 2 x 2400 watt = 4800 lm. Sehingga jumlah tittik lampu dapat di cari :
𝑛 = ϕ0
ϕlampu/armature = 93150,7 4800
Untuk perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada tabel sebagai berikut : No Ruang Ukuran Ruang Jenis Lampu Faktor Refleksi h (m) k k1 k2 n1 n2 η (%) E d φo (lm) Lumen titik lampu Daya lampu 2xTL 40 Watt Daya yang digunakan untuk lampu A (m2) P (m) L (m) rp rw rm 1 Lorong 144 48 3 2 x TL 40 Watt 0.7 0.3 0.1 3.2 0.88 0.8 1.0 0.38 0.43 0.40 200 0.8 89867.841 4600 20 80 1600 2 Selasar 56 28 2 2 x TL 40 Watt 0.7 0.3 0.1 3.2 0.58 0.5 0.6 0.26 0.30 0.29 200 0.8 47727.273 4600 10 80 800 128 18 4 2 x TL 40 Watt 0.7 0.3 0.1 3.2 1.02 1.0 1.2 0.43 0.47 0.43 200 0.8 73640.167 4600 16 80 1280 3 Lorong Tangga Kiri 44 11 4 2 x TL 40 Watt 0.7 0.3 0.1 3.3 0.89 0.8 1.0 0.38 0.43 0.40 200 0.8 27348.066 4600 6 80 480 4 Lorong Tangga Kanan 44 11 4 2 x TL 40 Watt 0.7 0.3 0.1 3.2 0.92 0.8 1.0 0.38 0.43 0.41 200 0.8 26883.91 4600 6 80 480 5 Lab. Bio Proses part 144 16 9 2 x TL 40 Watt 0.7 0.3 0.1 3.2 1.80 1.5 2.0 0.51 0.56 0.54 250 0.8 83333.333 4600 18 80 1440
12 4 3 2 x TL 40 Watt 0.7 0.3 0.1 3.2 0.54 0.5 0.6 0.26 0.30 0.27 250 0.8 13671.875 4600 3 80 240 6 Lab. THP 180 20 9 2 x TL 40 Watt 0.7 0.3 0.1 3.2 1.94 1.5 2.0 0.51 0.56 0.55 250 0.8 101540.62 4600 22 80 1760
24 8 3 2 x TL 40 Watt 0.7 0.3 0.1 3.2 0.68 0.6 0.8 0.30 0.38 0.33 250 0.8 22540.984 4600 5 80 400 7 Gudang 1 11.2 4 2.8 2 x SL 20 Watt 0.7 0.3 0.1 3.2 0.51 0.5 0.6 0.26 0.30 0.27 150 0.8 7898.2301 2700 3 40 120 8 Gudang 2 12 4 3 2 x SL 20 Watt 0.7 0.3 0.1 3.2 0.54 0.5 0.6 0.26 0.30 0.27 150 0.8 8203.125 2700 3 40 120 9 Ruang Ekstraksi 12 4 3 2 x SL 20 Watt 0.7 0.3 0.1 3.2 0.54 0.5 0.6 0.26 0.30 0.27 200 0.8 10937.5 2700 4 40 160 10 Ruang Lemari Asam 1 12.8 4 3.2 2 x SL 20 Watt 0.7 0.3 0.1 3.2 0.56 0.5 0.6 0.26 0.30 0.28 200 0.8 11338.583 2700 4 40 160 11 Ruang Lemari Asam 2 11.2 4 2.8 2 x SL 20 Watt 0.7 0.3 0.1 3.2 0.51 0.5 0.6 0.26 0.30 0.27 200 0.8 10530.973 2700 4 40 160 12 Lab. THP 2 68 8.5 8 2 x TL 40 Watt 0.7 0.3 0.1 3.2 1.29 1.2 1.5 0.47 0.51 0.48 250 0.8 44113.022 4600 10 80 800 18 4.5 4 2 x TL 40 Watt 0.7 0.3 0.1 3.2 0.66 0.6 0.8 0.30 0.38 0.32 250 0.8 17323.37 4600 4 80 320 13 Lab. Tanah & Air 180 15 12 2 x TL 40 Watt 0.7 0.3 0.1 3.2 2.08 2.0 2.5 0.56 0.59 0.57 250 0.8 99557.522 4600 22 80 1760 14 Lab. Alsin 192 16 12 2 x TL 40 Watt 0.7 0.3 0.1 3.2 2.14 2.0 2.5 0.56 0.59 0.57 250 0.8 105527.64 4600 23 80 1840 24 6 4 2 x TL 40 Watt 0.7 0.3 0.1 3.2 0.75 0.6 0.8 0.30 0.38 0.36 250 0.8 20833.333 4600 5 80 400 15 Lab. Mikro 132 12 11 2 x TL 40 Watt 0.7 0.3 0.1 3.2 1.79 1.5 2.0 0.51 0.56 0.54 250 0.8 76481.258 4600 16 80 1280 16 Ruang Storage 12 4 3 2 x SL 20 Watt 0.7 0.3 0.1 3.2 0.54 0.5 0.6 0.26 0.30 0.27 200 0.8 13671.875 2700 4 40 160
19 Kantin 22 5.5 4 2 x TL 40 Watt 0.7 0.3 0.1 3.2 0.72 0.6 0.8 0.30 0.38 0.35 250 0.8 19672.44 4600 4 80 320 20 Musholla 16 4 4 2 x TL 40 Watt 0.7 0.3 0.1 3.2 0.63 0.6 0.8 0.30 0.38 0.31 200 0.8 12903.226 4600 3 80 240 21 Teras 64 8 8 2 x TL 40 Watt 0.7 0.3 0.1 3.2 1.25 1.2 1.5 0.47 0.51 0.48 250 0.8 41958.042 4600 9 80 720 22 Koridor 88 11 8 2 x TL 40 Watt 0.7 0.3 0.1 3.2 1.45 1.2 1.5 0.47 0.51 0.50 250 0.8 54673.875 4600 12 80 960 23 Kamar Mandi 1 16 4 4 PL-C 18 Watt 0.7 0.3 0.1 3.2 0.63 0.6 0.8 0.27 0.34 0.28 150 0.8 10762.332 1200 9 18 162 24 Kamar Mandi 2 28 7 4 PL-C 18 Watt 0.7 0.3 0.1 3.2 0.80 0.6 0.8 0.27 0.34 0.34 150 0.8 15513.768 1200 13 18 234 25 Ruang Dosen 1 12 4 3 2 x TL 40 Watt 0.7 0.3 0.1 3.2 0.54 0.5 0.6 0.26 0.30 0.27 250 0.8 13671.875 4600 3 80 240 26 Ruang Dosen 2 12 4 3 2 x TL 40 Watt 0.7 0.3 0.1 3.2 0.54 0.5 0.6 0.26 0.30 0.27 250 0.8 13671.875 4600 3 80 240 27 Ruang Dosen 3 12 4 3 2 x TL 40 Watt 0.7 0.3 0.1 3.2 0.54 0.5 0.6 0.26 0.30 0.27 250 0.8 13671.875 4600 3 80 240 28 Ruang Dosen 4 12 4 3 2 x TL 40 Watt 0.7 0.3 0.1 3.2 0.54 0.5 0.6 0.26 0.30 0.27 250 0.8 13671.875 4600 3 80 240 29 Ruang Dosen 5 12 4 3 2 x TL 40 Watt 0.7 0.3 0.1 3.2 0.54 0.5 0.6 0.26 0.30 0.27 250 0.8 13671.875 4600 3 80 240 30 Ruang Dosen 6 12 4 3 2 x TL 40 Watt 0.7 0.3 0.1 3.2 0.54 0.5 0.6 0.26 0.30 0.27 250 0.8 13671.875 4600 3 80 240 31 Ruang Dosen 7 12 4 3 2 x TL 40 Watt 0.7 0.3 0.1 3.2 0.54 0.5 0.6 0.26 0.30 0.27 250 0.8 13671.875 4600 3 80 240 32 Ruang Dosen 8 12 4 3 2 x TL 40 Watt 0.7 0.3 0.1 3.2 0.54 0.5 0.6 0.26 0.30 0.27 250 0.8 13671.875 4600 3 80 240 33 Ruang Dosen 9 12 4 3 2 x TL 40 Watt 0.7 0.3 0.1 3.2 0.54 0.5 0.6 0.26 0.30 0.27 250 0.8 13671.875 4600 3 80 240 34 Ruang Dosen 10 12 4 3 2 x TL 40 Watt 0.7 0.3 0.1 3.2 0.54 0.5 0.6 0.26 0.30 0.27 250 0.8 13671.875 4600 3 80 240 35 Ruang Dosen 11 12 4 3 2 x TL 40 Watt 0.7 0.3 0.1 3.2 0.54 0.5 0.6 0.26 0.30 0.27 250 0.8 13671.875 4600 3 80 240 36 Ruang Dosen 12 12 4 3 2 x TL 40 Watt 0.7 0.3 0.1 3.2 0.54 0.5 0.6 0.26 0.30 0.27 250 0.8 13671.875 4600 3 80 240 37 Ruang Dosen 13 12 4 3 2 x TL 40 Watt 0.7 0.3 0.1 3.2 0.54 0.5 0.6 0.26 0.30 0.27 250 0.8 13671.875 4600 3 80 240 38 Ruang Dosen 14 12 4 3 2 x TL 40 Watt 0.7 0.3 0.1 3.2 0.54 0.5 0.6 0.26 0.30 0.27 250 0.8 13671.875 4600 3 80 240 39 Ruang Dosen 15 12 4 3 2 x TL 40 Watt 0.7 0.3 0.1 3.2 0.54 0.5 0.6 0.26 0.30 0.27 250 0.8 13671.875 4600 3 80 240 40 Ruang Dosen 16 12 4 3 2 x TL 40 Watt 0.7 0.3 0.1 3.2 0.54 0.5 0.6 0.26 0.30 0.27 250 0.8 13671.875 4600 3 80 240 41 Ruang Dosen 17 12 4 3 2 x TL 40 Watt 0.7 0.3 0.1 3.2 0.54 0.5 0.6 0.26 0.30 0.27 250 0.8 13671.875 4600 3 80 240 42 Ruang Dosen 18 12 4 3 2 x TL 40 Watt 0.7 0.3 0.1 3.2 0.54 0.5 0.6 0.26 0.30 0.27 250 0.8 13671.875 4600 3 80 240 43 R. Lift 5 2.5 2 2 x TL 40 Watt 0.7 0.3 0.1 3.2 0.35 0.5 0.5 0.26 0.26 0.26 250 0.8 6009.6154 4600 1 80 80 1948.2 372.2 205.6 321 3316 23116
B. Perhitungan Jumlah, Daya Kotak Kontak dan Pembebanan Tabel Perhitungan Jumlah, Daya Kotak Kontak dan Pembebanan
NO Nama Ruangan Jumlah KKB Jumlah daya KKB
(W) Jumlah KKK Jumlah daya KKK (W) JUMLAH DAYA KOTAK KONTAK 1 Lorong 2 500 0 0 500 2 Selasar 0 0 0 0 0
3 Lorong Tangga Kiri 0 0 0 0 0
4 Lorong Tangga Kanan 0 0 0 0 0
5 Lab. Bio Proses 5 1250 3 2250 3500
6 Lab. THP 5 1250 3 2250 3500
7 Gudang 1 1 250 0 0 250
8 Gudang 2 1 250 0 0 250
9 Ruang Ekstraksi 1 250 0 0 250
10 Ruang Lemari Asam 1 1 250 0 0 250
11 Ruang Lemari Asam 2 1 250 0 0 250
12 Lab. THP 2 4 1000 2 1500 2500
13 Lab. Tanah & Air 4 1000 2 1500 2500
14 Lab. Alsin 4 1000 5 3750 4750 15 Lab. Mikro 7 1750 3 2250 4000 16 Ruang Storage 1 250 0 0 250 17 Ruang Penyimpanan 1 1 250 0 0 250 18 Ruang Penyimpanan 2 1 250 0 0 250 19 Kantin 1 250 0 0 250 20 Musholla 1 250 0 0 250 Teras 0 0 0 0 0
23 Kamar Mandi 1 0 0 0 0 0 24 Kamar Mandi 2 0 0 0 0 0 25 Ruang Dosen 1 1 250 0 0 250 26 Ruang Dosen 2 1 250 0 0 250 27 Ruang Dosen 3 1 250 0 0 250 28 Ruang Dosen 4 1 250 0 0 250 29 Ruang Dosen 5 1 250 0 0 250 30 Ruang Dosen 6 1 250 0 0 250 31 Ruang Dosen 7 1 250 0 0 250 32 Ruang Dosen 8 1 250 0 0 250 33 Ruang Dosen 9 1 250 0 0 250 34 Ruang Dosen 10 1 250 0 0 250 35 Ruang Dosen 11 1 250 0 0 250 36 Ruang Dosen 12 1 250 0 0 250 37 Ruang Dosen 13 1 250 0 0 250 38 Ruang Dosen 14 1 250 0 0 250 39 Ruang Dosen 15 1 250 0 0 250 40 Ruang Dosen 16 1 250 0 0 250 41 Ruang Dosen 17 1 250 0 0 250 42 Ruang Dosen 18 1 250 0 0 250 43 R. Lift 0 0 0 0 0 TOTAL 59 14750 18 13500 28250
C. Perhitungan Grouping Gedung 1 dan 2 a. Grouping Lampu
NO Nama Ruang
Unit Instalasi Group I Lampu TL 2 x 40 Watt Lampu SL 20 Watt Lampu PL-C 18 Watt Jumlah Watt 1 Lab. Bioproses 21 1680 2 R. Dosen 3 240 Total 24 0 0 1920 NO Nama Ruang
Unit Instalasi Group 2 Lampu TL 2 x 40 Watt Lampu SL 20 Watt Lampu PL-C 18 Watt Jumlah Watt 1 Lorong 10 800 2 Koridor 9 720 3 R. Dosen 3 240 4 R. Dosen 3 240 5 Total 25 0 0 2000 NO Nama Ruang
Unit Instalasi Group 3 Lampu TL 2 x 40 Watt Lampu SL 20 Watt Lampu PL-C 18 Watt Jumlah Watt 1 Lorong 10 800 2 Koridor 3 240 3 Teras 9 720 4 5 Total 22 0 0 1760
NO Nama Ruang
Unit Instalasi Group 4 Lampu TL 2 x 40 Watt Lampu SL 20 Watt Lampu PL-C 18 Watt Jumlah Watt 1 Tangga Kanan 6 480 2 Lab. Mikro 16 1280 3 R. Storage 4 160 4 R. Penyimpanan 1 4 160 5 R. Penyimpanan 2 4 160 Total 22 12 0 2240 NO Nama Ruang
Unit Instalasi Group 5 Lampu TL 2 x 40 Watt Lampu SL 20 Watt Lampu PL-C 18 Watt Jumlah Watt 1 Kantin 4 320 2 R. Gudang 1 3 120 3 R. Ekstraksi 4 160 4 Lab. THP 6 480 5 R. Dosen 3 240 6 R. Dosen 3 240 7 R. Dosen 3 240 Total 19 7 0 1800 NO Nama Ruang
Unit Instalasi Group 6 Lampu TL 2 x 40 Watt Lampu SL 20 Watt Lampu PL-C 18 Watt Jumlah Watt 1 Lab. THP 21 1680 2 R. Gudang 2 3 120 3 R. Lemari Asam 2 4 160 Total 21 7 0 1960
NO Nama Ruang
Unit Instalasi Group 7 Lampu TL 2 x 40 Watt Lampu SL 20 Watt Lampu PL-C 18 Watt Jumlah Watt 1 R. Lemari Asam 2 4 160 2 Selasar 12 960 3 R. Dosen 3 240 4 R. Dosen 3 240 5 R. Dosen 3 240 6 R. Lift 1 80 Total 22 4 0 1920 NO Nama Ruang
Unit Instalasi Group 8 Lampu TL 2 x 40 Watt Lampu SL 20 Watt Lampu PL-C 18 Watt Jumlah Watt 1 Lab. THP 2 14 1120 2 Kamar Mandi 2 13 234 3 Musholla 3 240 4 R. Dosen 3 240 Total 20 0 13 1834 NO Nama Ruang
Unit Instalasi Group 9 Lampu TL 2 x 40 Watt Lampu SL 20 Watt Lampu PL-C 18 Watt Jumlah Watt
1 Lorong Tangga Kiri 6 480
2 Selasar 14 1120
3 Kamar Mandi 1 9 162
4 Lab. Alsin 2 160
Total 22 0 9 1922
NO Nama Ruang
Unit Instalasi Group 10 Lampu TL 2 x 40 Watt Lampu SL 20 Watt Lampu PL-C 18 Watt Jumlah Watt 1 R. Dosen 3 240 2 R. Dosen 3 240 3 R. Dosen 3 240
5 R. Dosen 3 240 6 R. Dosen 3 240 7 R. Dosen 3 240 8 R. Dosen 3 240 Total 24 0 0 1920 NO Nama Ruang
Unit Instalasi Group 11 Lampu TL 2 x 40 Watt Lampu SL 20 Watt Lampu PL-C 18 Watt Jumlah Watt
1 Lab. Tanah & Air 24 1920
Total 24 0 0 1920
NO Nama Ruang
Unit Instalasi Group 12 Lampu TL 2 x 40 Watt Lampu SL 20 Watt Lampu PL-C 18 Watt Jumlah Watt 1 Lab. Alsin 24 1920 Total 24 0 0 1920 b. Grouping KKK
NO Nama Ruang Unit Instalasi Group 13
KKK (750 Watt) jumlah Watt 1 Lab. Bioproses 3 2250 Jumlah Daya 3 2250
NO Nama Ruang Unit Instalasi Group 14
KKK (750 Watt) jumlah Watt 2 Lab. Mikro 3 2250 Jumlah Daya 3 2250
NO Nama Ruang Unit Instalasi Group 15
KKK (750
Watt) jumlah Watt
1 Lab. THP 3 2250
NO Nama Ruang Unit Instalasi Group 16
KKK (750
Watt) jumlah Watt
2 Lab. THP 2 2 1500
Jumlah Daya 2 1500
NO Nama Ruang Unit Instalasi Group 17
KKK (750 Watt)
jumlah Watt
1 Lab. Tanah & Air 2 1500
Lab. Alsin 1 750
Jumlah Daya 3 2250
NO Nama Ruang Unit Instalasi Group 18
KKK (750 Watt) jumlah Watt 2 Lab. Alsin 4 3000 Jumlah Daya 4 3000 c. Grouping KKB
NO Nama Ruang Unit Instalasi Group 19
KKB (250 Watt) jumlah Watt 1 Lab. Bioproses 5 1250 2 Lab. Mikro 1 250 6 R. Dosen 1 250 7 R. Dosen 1 250 8 R. Dosen 1 250 Jumlah Daya 9 2250
NO Nama Ruang Unit Instalasi Group 20
KKB (250 Watt) jumlah Watt 2 Lab. Mikro 6 1500 3 R. Storage 1 250 4 R. Penyimpanan 1 1 250 5 R. Penyimpanan 2 1 250
NO Nama Ruang Unit Instalasi Group 21
KKB (250
Watt) jumlah Watt
1 Lorong 2 500 2 Lab. THP 5 1250 3 R. Dosen 1 250 4 R. Dosen 1 250 5 R. Dosen 1 250 6 R. Gudang 1 1 250 7 R. Lemari Asam 1 1 250 8 R. Lemari Asam 2 1 250 Jumlah Daya 13 3250
NO Nama Ruang Unit Instalasi Group 22
KKB (250
Watt) jumlah Watt
3 Kantin 1 250 4 R. Ekstraksi 1 250 5 Musholla 1 250 6 Lab THP 2 4 1000 10 R. Dosen 1 250 11 R. Dosen 1 250 12 R. Dosen 1 250 13 R. Dosen 1 250 15 R. Gudang 2 1 250 Jumlah Daya 12 3000
NO Nama Ruang Unit Instalasi Group 23
KKB (250 Watt) jumlah Watt 3 R. Dosen 1 250 4 R. Dosen 1 250 5 R. Dosen 1 250 6 R. Dosen 1 250 7 R. Dosen 1 250 8 R. Dosen 1 250 9 R. Dosen 1 250 10 R. Dosen 1 250 Jumlah Daya 8 2000
NO Nama Ruang Unit Instalasi Group 24 KKB (250 Watt) jumlah Watt
1 Lab. Tanah & Air 4 1000
2 Lab. Alsin 4 1000
D. Perhitungan Kebutuhan Maksimum Kebutuhan beban Maksimum
Jumlah kebutuhan maksimum pada suatu gedung adalah jumlah daya yang diperlukan untuk suatu instalasi gedung dan cadangan yang dipersiapkan jikalau ada penambahan beban.
Kebutuhan Maksimum = Daya Total Penerangan + Daya KKK + Daya KKB + Daya Cadang
(10% dari Daya Total Penerangan + Daya KKK + Daya KKB)
Kebutuhan Maksimum = Daya Total Penerangan + Daya KKK + Daya KKB + Daya Cadang
= 22676 + 13500 + 14750 + 5136.6 = 56062,6 Watt
E. Perhitungan Pemilihan Kapasitas Pengaman MCB dan MCCB
a. Cara penentuan pengaman pada instalasi penerangan setiap rangkaian akhir sebagai berikut :
= 𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 𝑟𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎𝑖𝑎𝑛 𝑎𝑘𝑖𝑟 (𝑉𝐴) 𝑇𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑠𝑖𝑠𝑡𝑒𝑚 (𝑣𝑜𝑙𝑡)
Dalam hal ini tegangan system adalah satu fasa maka besarnya 220 V.
Jenis pengaman yang digunakan adalah MCB.
b. Kapasitas pengaman rangkaian induk di hitung sebagai berikut :
𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢 𝑓𝑎𝑠𝑎 (𝑉𝐴) 3 𝑥 380
Beban total seluruh fasa dalam hal ini diperhitungkan beban cadangan.
a) PENENTUAN PENGAMAN MCB
I = P
𝑉 𝑥 cos ⱷ
I = 1920
220 𝑥0,9= 9,69 Ampere
Jadi dapat di ketahui bahwa untuk group1 kapasitas pengaman yang di butuhkan sebesar 10 Ampere.
Untuk perhitungan kapasitas pengaman (MCB) pada group selanjutnya dapat dilihat pada tabel berikut :
NO Group Daya (Watt) Arus Nominal (A) Kapasitas MCB (A) 1 1 1920 9.696969697 10 2 2 2000 10.1010101 16 3 3 1760 8.888888889 10 4 4 1800 9.090909091 10 5 5 1800 9.090909091 10 6 6 1960 9.898989899 10 7 7 1920 9.696969697 10 8 8 1834 9.262626263 10 9 9 1922 9.707070707 10 10 10 1920 9.696969697 10 11 11 1920 9.696969697 10 12 12 1920 9.696969697 10 13 13 2250 11.36363636 16 14 14 2250 11.36363636 16 15 15 2250 11.36363636 16 16 16 1500 7.575757576 10 17 17 2250 11.36363636 16 18 18 3000 15.15151515 16 19 19 2250 11.36363636 16 20 20 2250 11.36363636 16 21 21 3250 16.41414141 20 22 22 3000 15.15151515 16
Keterangan :
Lampu KKB KKK
PENENTUAN MCB 3 PHASA atau MCCB
Kapasitas pengaman induk dengan total daya 56062,6 Watt maka : 𝑑𝑎𝑦𝑎 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑔𝑟𝑜𝑢𝑝 𝑥 𝑓𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑘𝑒𝑠𝑒𝑟𝑒𝑚𝑝𝑎𝑘𝑎𝑛 = 56062,6 𝑥 0,9 = 50456,34 𝑉𝐴 I = 𝑃 3xV x cos φ→( Diasumsikancos φ = 0,9) In = 50456 ,34 380 x 3 x 0,9→ In = 85,17 A
Arus nominal dari panel gedung ialah 85,17 A. Maka dipilih Setting pengaman Panel gedung → 3 phasa 87,5 A
Kapasitas Pengaman Induk (MCB 3 Phasa) Ampere Kapasitas MCB Group Rangkaian Akhir (Group) 87,5 10 1 16 2 10 3 10 4 10 5 10 6 10 7 10 8 10 9 10 10 10 11 10 12 16 13 16 14 16 15 10 16 16 17 16 18 16 19 16 20 20 21 16 22 16 23
F. Perhitungan Pemilihan Kapasitas KHA dan Jatuh Tegangan yang di Izinkan. a. Perhitungan kapasitas KHA yang diizinkan
Pada panel bangunan, rangkaian akhir 1 (group 1) terpakai daya sebesar 1920 Watt cos ф = 0,9 jadi dayanya 2133 VA, dengan tingkat tegangan yang diizinkan sebesar 220 volt dengan toleransi arus yang diizinkan 10 %. Pemilihan kapasitas KHA adalah :
𝐴𝑟𝑢𝑠 = 𝑑𝑎𝑦𝑎 𝑡𝑒𝑟𝑝𝑎𝑠𝑎𝑛𝑔 𝑉𝐴
𝑇𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑖𝑧𝑖𝑛𝑘𝑎𝑛 𝑉𝑜𝑙𝑡 = 2133,3
220
= 9,7 𝐴𝑚𝑝𝑒𝑟𝑒 KHA = Arus + (arus x 10 % ) = 9,7 + (9,7 x10%) = 10,67 ampere
Jadi kabel yang digunakan adalah NYM 3 𝑥 4 𝑚𝑚2 b. Perhitungan jatuh tengangan yang diizinkan
Jatuh tegangan yang diizinkan adalah kurang dari 10 % dari tegangan yang dizinkan (220).
Sehingga jatuh tegangan yang diizinkan = 220 – (220 x 10%) = 198 Volt
Untuk Perhitungan kapasitas KHA yang diizinkanpada group selanjutnya dapat dilihat pada tabel berikut : NO Group Daya (Watt) Daya Terpasang (VA) Arus Nominal (A) Arus Nominal + 10%
KHA Kabel Size (mm²)
1 1 1920 2133.3 9.70 10.67 16 NYM 3 x 4 mm²
2 2 2000 2222.2 10.10 11.11 16 NYM 3 x 4 mm²
3 3 1760 1955.6 8.89 9.78 10 NYM 3 x 4 mm²
7 7 1920 2133.3 9.70 10.67 16 NYM 3 x 4 mm² 8 8 1834 2037.8 9.26 10.19 16 NYM 3 x 4 mm² 9 9 1922 2135.6 9.71 10.68 16 NYM 3 x 4 mm² 10 10 1920 2133.3 9.70 10.67 16 NYM 3 x 4 mm² 11 11 1920 2133.3 9.70 10.67 16 NYM 3 x 4 mm² 12 12 1920 2133.3 9.70 10.67 16 NYM 3 x 4 mm² 13 13 2250 2500.0 11.36 12.50 16 NYM 3 x 4 mm² 14 14 2250 2500.0 11.36 12.50 16 NYM 3 x 4 mm² 15 15 2250 2500.0 11.36 12.50 16 NYM 3 x 4 mm² 16 16 1500 1666.7 7.58 8.33 10 NYM 3 x 4 mm² 17 17 2250 2500.0 11.36 12.50 16 NYM 3 x 4 mm² 18 18 3000 3333.3 15.15 16.67 20 NYM 3 x 4 mm² 19 19 2250 2500.0 11.36 12.50 16 NYM 3 x 4 mm² 20 20 2250 2500.0 11.36 12.50 16 NYM 3 x 4 mm² 21 21 3250 3611.1 16.41 18.06 20 NYM 3 x 4 mm² 22 22 3000 3333.3 15.15 16.67 20 NYM 3 x 4 mm² 23 23 2000 2222.2 10.10 11.11 16 NYM 3 x 4 mm² 24 24 2000 2222.2 10.10 11.11 16 NYM 3 x 4 mm²
G. Perhitungan Pemilihan Kapasitas BUSBAR
Untuk menentukan setting pengaman panel Utama Berdasarkan Tabel standart daya PLN, maka daya yang diajukan ke PLN untuk penyambungan sebesar 53000 VA. Hal ini dikarenakan hasil perhitungan total beban terpasang ini sebesar 46229,4 VA .
Beban terpasang = total beban x Faktor keserempakan (0,9) Beban yang terpasang = 51366 x 0,9 = 46229,4 VA
I = 𝑃
3xV x cos φ →( Diasumsikancos φ = 0,9) In = 46229,4
380 x 3 x 0,9 → In = 78 A
Arus nominal dari panel ialah 78 A Maka dipilih Setting pengaman Panel Utama 87,5 A → 3 phasa A