• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan IMKG Amalgam Universitas Airlangga Surabaya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Laporan IMKG Amalgam Universitas Airlangga Surabaya"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

1 LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL 2

Topik : Amalgam Kelompok : B-7

Tgl. Praktikum : 9 Oktober 2012

Pembimbing : Helal Soekartono, drg., M.Kes

Penyusun :

1. Ida Ayu Diandra Sawitri 021111097 2. Adinda Ratu Widya Kirana 021111098 3. Dyah Utari Wahyu Ningrum 021111099 4. Christine C. R. Paramanathan 021111100 5. Agustina Ayu K. 021111101 6. Nawal Lailis Permatasari 021111102

DEPARTEMEN MATERIAL KEDOKTERAN GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS AIRLANGGA 2012

(2)

2 1. TUJUAN

a) Mahasiswa mampu melakukan manipulasi bahan restorasi amalgam dengan benar menggunakan perbandingan antara bubuk amalgam dengan merkuri tepat.

b) Mahasiswa mampu membedakan antara hasil triturasi bahan restorasi amalgam secara manual dengan mekanik.

c) Mahasiswa mampu melakukan aplikasi bahan restorasi amalgam dalam kavitas (cetakan model) dengan tepat.

2. CARA KERJA 2.1Bahan

a) Bubuk amalgam b) Cairan merkuri

2.2Alat

a) Mortar dan pestle amalgam b) Kondenser amalgam c) Kain kasa

d) Pistol amalgam e) Cetakan model

f) Dispenser bubuk amalgam g) Dispenser cairan merkuri h) Stopwatch i) Sonde j) Spatula semen k) Brander l) Burnisher m) Pinset n) Pisau model o) Timbangan p) Amalgamator

(3)

3 2.3Cara Kerja

2.3.1 Triturasi Secara Manual

a) Bubuk amalgam dikeluarkan dari dispenser sebanyak 1 kali tekanan (arah tegak lurus) dimasukkan dalam mortar.

b) Cairan merkuri dikeluarkan dari dispenser sebanyak 1 kali tekanan (arah tegak lurus) dimasukkan dalam mortar yang telah berisi bubuk amalgam.

c) Bubuk amalgam dan cairan diaduk dengan cara menekan pestle pada dinding mortar (pen-type grip) dengan gerakan memutar sampai homogen selama 60 detik. Pada saat mulai pengadukan waktu dicatat.

(4)

4

d) Adonan yang telah diaduk di masukkan ke dalam kain kasa kelebihan merkuri dikeluarkan dengan cara memeras dalam kain kasa. Kain kasa dijepit kuat dengan pinset kemudian kain kasa diputar dan digerakkan ke atas, maka sisa merkuri akan keluar dari kasa. Pekerjaan ini dilakukan beberapa kali sampai tidak ada sisa merkuri yang keluar dari kasa.

e) Adonan dari kain kasa diambil dengan amalgam dalam cetakan model. Penempatan adonan amalgam dalam cetakan model sedikit demi sedikit sambil dilakukan kondensasi menggunakan kondenser sampai adonan padat. Pekerjaan ini dilakukan berulang-ulang sampai cetakan model penuh, kemudian dihaluskan dengan burnisher. Kekerasan permukaan diamati dengan menggurat permukaan amalgam menggunakan sonde.

(5)

5

f) Amalgam ditunggu sampai mengeras. Waktu yang diperlukan sampai amalgam mengeras dicatat.

2.3.2 Triturasi Secara Mekanik

a) Sambungkan listrik amalgamator ke sumber listrik.

b) Bubuk amalgam dan merkuri ditimbang 1:1, dimasukkan ke kapsul. c) Kapsul diletakkan di tempat pengaduk pada amalgamator dengan tepat.

d) Tentukan waktu pengadukan 10 detik dan 20 detik. Tentukan kecepatan pengadukan dengan menekan tombol High. Kemudian tombol ON dinyalakan.

(6)

6

e) Triturasi sesuai waktu yang ditentukan, selanjutnya kapsul dikeluarkan dari amalgamator. Kapsul dibuka dan amalgam di letakkan di atas kain kasa, kemudian di peras.

f) Adonan pada kain kasa diambil dengan amalgam pistol, di masukkan ke cetakan model. Penempatan adonan amalgam dalam cetakan model, sedikit demi sedikit sambil dilakukan kondensasi menggunakan kondensor sampai adonan padat. Pekerjaan ini dilakukan berulang-ulang sampai cetakan model penuh, kemudian dihaluskan dengan burnisher.

g) Kekerasan permukaan diamati dengan menggurat permukaan amalgam menggunakan sonde. Polishing dilakukan minimal 24 jam setelah amalgam mengeras.

(7)

7 3. HASIL PRAKTIKUM

3.1 Tabel Hasil Praktikum Amalgam

Pada percobaan triturasi secara manual yang pertama, bubuk amalgam dan cairan merkuri sebanyak 0,50 gram dan amalgam memerlukan waktu 24 menit untuk mengeras. Selanjutnya pada percobaan triturasi secara manual yang kedua, bubuk amalgam dan cairan merkuri sebanyak 0,46 gram dan amalgam memerlukan waktu 24 menit untuk mengeras.

Dalam percobaan triturasi mekanik, kapsul yang berisi bubuk amalgam dan cairan merkuri, diletakkan pada tempat pengaduk pada amalgamator. Waktu yang diperlukan dalam triturasi mekanik sesuai percobaan adalah 8 detik. Waktu yang diperlukan sampai amalgam mengeras adalah 12 menit.

4. PEMBAHASAN

Amalgam adalah logam campur dari merkuri dengan satu atau lebih logam lain. Dental amalgam dihasilkan oleh pencampuran cairan merkuri dengan bubuk partikel padat dari logam campur perak, tin, tembaga, kadang-kadang ditambah zinc, palladium, indium dan selenium. Kombinasi logam yang solid tersebut disebut amalgam alloy. Kualitas hasil restorasi amalgam tergantung dan perbandingan merkuri dengan logam campur amalgam, triturasi, kondensasi, craving dan polishing. (McCabe 2008, hal 181)

Merkuri yang terkandung dalam amalgam dimurnikan melalui proses distilasi. Hal ini dilakukan untuk memastikan proses eliminasi sisa-sisa material yang tak murni yang dapat mempengaruhi karakteristik setting dan sifat-sifat fisik dari amalgam yang telah setting. (McCabe 2008, hal 181)

Bentuk dan ukuran partikel-partikel bubuk alloy bervariasi dari satu produk ke produk lainnya. Ada dua metode yang digunakan secara umum untuk membuat partikel bubuk alloy.

No. Keterangan Bubuk Amalgam Cairan Merkuri waktu

1 Percobaa n ke 1 (Manual) 0,50 gr 0,50 gr 24 menit 2 Percobaa n ke 2 (Manual) 0,46 gr 0,46 gr 24 menit 3 Percobaa n ke 3 (Mekanik) - - 12 menit

(8)

8 a) Lathe-cut alloy powders

bahan pengisi alloy yang didapat dari proses homogenisasi alloy. Alloy ini memiliki bentuk yang tak beraturan. (McCabe 2008, hal 182)

b) Spherical atau spheroidal

Partikel ini dihasilkan dari proses atomisasi dimana alloy yang telah melebur disemburkan dalam sebuah kolom berisi gas inert. (McCabe 2008, hal 182)

Manipulasi amalgam adalah seperti berikut:

1. Komposisi dari logam campur dan merkuri serta dispensing

Dalam hal ini biasanya digunakan dispenser atau kapsul amalgam. Keuntungan dari penggunaan kapsul adalah dokter gigi tidak perlu khawatir jika rasio merkuri yang tercampur tinggi dan mengurangi resiko tumpahnya merkuri selama penanganan dan penempatan amalgam. Sayangnya, harga kapsul jauh lebih mahal daripada bubuk logam campuran. Campuran kering harus menghindari sama sekali biaya. Di sisi lain, dengan pemakaian dispenser kita dapat menambahkan merkuri dengan rasio sesuai yang kita inginkan, ini dapat memberi keuntungan bagi dokter gigi yang ingin memulai dengan campuran yang sedikit basah. (Van Noort 2007, hal 89)

Pada umumnya jika menggunakan dispenser rasio 1:1 dari paduan merkuri akan cukup untuk lathe-cut alloy, tetapi untuk paduan spherical alloy rasio yang lebih tinggi dibutuhkan karena luas permukaan total yang lebih rendah dari lathe-cut alloy. Cairan merkuri ditimbang sesuai takaran yang telah ditentukan yaitu maksimal 0.50 gr, baru kemudian bubuk amalgam ditakar, juga maksimal 0.50 gr. Hal ini dilakukan karena pengukuran merkuri lebih susah bila dibandingkan dengan pengukuran takaran bubuk amalgam. (Van Noort 2007, hal 89)

2. Triturasi

Triturasi adalah salah satu dari variabel yang sangat penting. Waktu triturasi yang dibutuhkan tergantung dari jenis logam campuran yang digunakan, serta teknik pencampuran dan kelarutannya. Logam jenis spherical alloy cenderung membutuhkan waktu triturasi yang pendek. Ini dikarenakan partikelnya lebih mudah terbasahi daripada lathe-cut alloy. Waktu triturasi yang tepat tergantung pada teknik pencampuran pada

(9)

9

sistem yang berjalan dengan kecepatan 4000 rpm dan pergerakan sekitar 50 mm, waktu amalgamasi dapat berlangsung sekitar 5 detik. Untuk sistem yang lebih lambat, dengan kecepatan 2600 rpm waktu triturasi bisa mejadi 20 detik atau lebih. (Van Noort, 2007, hal 89)

Triturasi dapat dilakukan dengan tangan atau juga dapat menggunakan mesin elektrik yang dapat menggetarkan kapsul berisi merkuri dan alloy (amalgamator). Untuk triturasi manual alat yang umum digunakan adalah mortar dari kaca dan pestle berupa pengaduk dengan permukaan kasar. Rasio alloy dan merkuri yang rendah sangat dianjurkan untuk menghasilkan hasil campuran yang efektif dan harus diperhatikan bahwa tekanan yang diberikan tidak boleh terlalu besar untuk menghindari terbentuknya pecahan partikel alloy yang dapat mengubah sifat dari hasil pencampuran. Beberapa produk disarankan setidaknya selama 40 detik dilakukan triturasi untuk mencapai partikel alloy basah secara menyeluruh.

Pada teknik triturasi secara mekanik, merkuri dan alloy dimasukkan dalam sebuah kapsul yang akan digetarkan pada mesin yang disebut amalgamator. Keuntungan triturasi secara mekanik adalah

a) Hasil pencampuran yang homogen

b) waktu untuk proses triturasi lebih pendek daripada triturasi secara manual c) dan rasio alloy dan merkuri yang lebih besar dapat digunakan

d) mengurangi adanya kontaminasi terhadap atmosfer (McCabe 2008, hal 191-192)

Sedangkan efek triturasi tergantung pada jenis logam campur amalgam, waktu tirturasi dan kecepatan amalgamator. Baik triturasi yang kurang maupun yang berlebihan akan dapat menurunkan kekuatan dari amalgam tradisional dan amalgam dengan kandungan tembaga yang tinggi. (Anusavice 2003, hal 513)

Triturasi yang kurang maupun yang berlebihan pada umumnya menyebabkan amalgam memiliki sifat fisik yang rendah, yang dapat menyebabkan kegagalan restorasi. Triturasi yang kurang pada amalgam memiliki comprehensive dan tensile strength yang rendah karena ruang kosong atau celah yang tidak cukup untuk pembentukan produk

gamma-1 dan copper-tin dalam mempertahankan senyawa bersama-sama. Triturasi yang

(10)

10

Maka akan memiliki kekuatan yang lebih buruk, creep dan mungkin memiliki sifat korosi dan semua itu adalah disebabkan pembentukan gamma-1 dan copper-tin yang berlebihan. (Craig 2004, hal 100-101)

3. Kondensasi

Pada teknik kondensasi hal terpenting adalah banyaknya merkuri yang bisa dihilangkan, sehingga hasil restorasi akhir tidak akan porus dan adaptasi marginal yang optimum dapat dicapai sehingga mencegah sensitivitas setelah pengerjaan. Komponen penting dari kondensasi adalah penggunaan kekuatan yang maksimum, penggunaan kondenser dengan ukuran yang tepat pada ukuran kavitas yang digunakan. (Van Noort 2007, hal 90)

Setelah triturasi, hal yang dilakukan selanjutnya adalah menggunakan pistol amalgam untuk mengambil adonan amalgam dan menempatkannya kedalam cetakan model sambil melakukan kondensasi menggunakan kondenser (maksimal selama 4 menit) hingga adonan padat. Kondenser yang dipakai harusnya tidak boleh terlalu kecil sehingga menyebabkan adonan tumpah, juga tidak boleh terlalu lebar sehingga tidak dapat masuk kedalam cetakan model. (McCabe 2008, hal 192).

Pekerjaan ini dilakukan berulang hingga cetakan model penuh, kemudian dihaluskan dengan burnisher. Proses burnishing ini bertujuan untuk menghaluskan dan juga agar mengkilapkan permukaan. (Van Noort 2007, hal 91)

Tiga percobaan pada amalgam kami melakukan dua percobaan triturasi secara manual dan satu percobaan triturasi secara mekanik. Dalam percobaan triturasi manual, cairan merkuri dimasukkan dalam mortar yang telah berisi bubuk amalgam dengan perbandingan cairan merkuri dan bubuk amalgam 1:1, kemudian diaduk dengan cara menekan pestle pada dinding mortar hingga homogen selama 40 detik. Posisi pestle yang dipakai untuk mengaduk, bagian permukaanya yang tidak rata berada di bawah (berhadapan langsung dengan mortar). Pengamatan pengerasan amalgam dilakukan setiap 2 menit mulai menit ke 20 setelah dilakukan pengadukan amalgam dengan cara menggurat sonde pada permukaan amalgam dan dilakukan kondensasi.

Pada percobaan pertama, bubuk amalgam dan cairan merkuri sebanyak 0,50 gram dan amalgam memerlukan waktu 24 menit untuk mengeras. Selanjutnya pada percobaan kedua,

(11)

11

bubuk amalgam dan cairan merkuri sebanyak 0,46 gram dan amalgam memerlukan waktu 24 menit untuk mengeras. Jarak waktu antara triturasi dan kondensasi harus diperhatikan. Jika kondensasi terlambat, maka amalgam akan mencapai tingkatan set dan adaptasi tertentu sehingga bonding dan sifat mekaniknya terpengaruh. (McCabe 2008, hal 193).

Dalam percobaan triturasi mekanik, kapsul yang berisi bubuk amalgam dan cairan merkuri, diletakkan pada tempat pengaduk pada amalgamator. Amalgamator dapat diatur lama triturasi dan kecepatannya sesuai dengan yang dibutuhkan. Dalam percobaan yang kami lakukan, amalgamator yang dipakai termasuk mesin yang berkapasitas kecepatan rendah, yakni hanya 75x/detik. Jadi, waktu yang dibutuhkan untuk triturasi relatif lebih panjang. Pengamatan pengerasan amalgam dilakukan setiap 2 menit mulai menit ke 8 setelah dilakukan pengadukan amalgam. Waktu yang diperlukan dalam triturasi mekanik sesuai percobaan adalah 8 detik. Hasilnya waktu yang diperlukan sampai amalgam mengeras adalah 12 menit. Pada umumnya waktu triturasi yang normal adalah sekitar 5-20 detik, tergantung kecepatan yang dimiliki amalgamator. Setelah triturasi pengurangan kandungan merkuri dari campuran sebelum kondensasi amat penting. Hal ini biasanya dilakukan dengan menempatkan amalgam dalam kain kasa dan meremas supaya merkuri akan muncul sebagai tetesan di luar. (McCabe 2008, hal 191-192)

Percobaan ini sesuai dengan teori yaitu waktu untuk proses triturasi secara mekanik lebih pendek daripada triturasi secara manual.

5. KESIMPULAN

Hasil amalgam tergantung dari perbandingan merkuri dengan bubuk amalgam, kondensasi, dan kecepatan triturasi baik secara mekanik dan manual untuk menghasilkan hasil campuran amalgam yang tepat.

6. DAFTAR PUSTAKA

McCabe, JF., Walls, AWG. 2008. Applied Dental Materials. 9th ed. Blackwell; Munksgaard. Van Noort R. 2007. Introduction to Dental Materials, 3rd Ed. Mosby Elsevier

Anusavice, Kenneth J. 2003. Phillips’ Science of Dental Materials 11th ed. Elsevier Craig, RG & Powers, JM . 2002. Restorative Dental Material 11th ed. Mosby Elsevier

(12)

Referensi

Dokumen terkait

Potong bahan menjadi dua bagian menggunakan gergaji tangan, kemudian ratakan bagian sisi yang terpotong dengan mesin bubut.. Buat ulir dalam dengan menggunakan tap M12x1,75 untuk

Parameter utama dalam penelitian ini adalah kandungan logam berat merkuri yang masih tersisa dalam air laut pada botol perlakuan dan menghitung kepadatan

Selanjutnya, ada beberapa solusi yang ditemukan untuk kendala tersebut yakni pengumuman mengenai peserta bimbingan belajar hendaknya dilakukan diawal pada saat

jamu tetap memiliki konsumen tersendiri bahkan makin banyak industri jamu yang menggunakan mesin modern, sehingga kini jamu dapat disajikan dalam bentuk tablet, kapsul,

Standar layanan pasien BBLR di NICU RSIS mengacu pada standar untuk bayi umur 0-28 hari kasus BBLR di NICU dengan menggunakan standar penyelenggaraan PONEK 24 jam rumah

Ketika kita menggunakan tangan kita untuk   bekerja, sendi akan meremas dan menyebabkan tekanan yang besar pada kompartemen yang  berisi cairan tersebut ini dapat

Kegiatan ini dilakukan dengan cara memberikan penyuluhan PHBS (Perilaku Hidup Bersih Sehat) mengenai cara cuci tangan dan menggosok gigi yang baik dan benar

Di acara kedua, kami akan memberikan sabun cuci tangan kepada siswa-siswi untuk dipraktikkan dengan baik dan benar sesuai yang telah diajarkan para instruktur..