• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU DALAM MENYUSUN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) MELALUI ON THE JOB TRAINING DI SMP NEGERI 1 JANGKA KABUPATEN BIREUEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU DALAM MENYUSUN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) MELALUI ON THE JOB TRAINING DI SMP NEGERI 1 JANGKA KABUPATEN BIREUEN"

Copied!
109
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU

DALAM MENYUSUN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) MELALUI ON THE JOB TRAINING DI SMP NEGERI 1 JANGKA KABUPATEN BIREUEN

TAHUN PELAJARAN 2012/2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Salah satu aspek yang berpengaruh terhadap keberhasilan pendidikan nasional adalah aspek kurikulum. Kurikulum merupakan suatu sistem program pembelajaran untuk mencapai tujuan institusional pada lembaga pendidikan, sehingga kurikulum memegang peranan penting dalam mewujudkan sekolah yang berkualitas.

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan/kompetensi, isi, dan bahan pelajaran, serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

Muara keberhasilan kurikulum secara aktual akan ditentukan oleh implementasi kurikulum. Implementasi kurikulum pada satuan pendidikan, diejawantahkan dalam bentuk kegiatan pembelajaran serta berdasarkan pada desain atau rencana pembelajaran yang telah ditetapkan. Pada pelaksanaannya sering terjadi implementasi kurikulum yang tidak sesuai dengan desain pembelajaran sehingga mengakibatkan ketidaktercapaian tujuan yang telah ditetapkan.

Untuk mengimplementasikan kurikulum agar sesuai dengan rancangan, dibutuhkan beberapa kesiapan, terutama kesiapan pelaksana. Sebagus apapun desain atau rancangan kurikulum yang dimiliki tetapi keberhasilannya bergantung kepada guru. Kurikulum yang sederhana pun apabila gurunya memiliki kemampuan, semangat, dan dedikasi yang tinggi hasilnya akan lebih baik daripada desain kurikulum yang hebat tetapi kemampuan, semangat, dan dedikasi gurunya rendah. Guru adalah kunci utama keberhasilan pendidikan. Sumber daya yang lain pun merupakan kunci keberhasilan pendidikan, tetapi kunci utamanya terletak pada guru.

(2)

Implementasi kurikulum sesungguhnya terjadi pada saat proses belajar mengajar. Proses pembelajaran merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu, dalam proses tersebut terkandung multi peran guru. Peran guru dalam upaya mengimplementasikan kurikulum pada tingkat satuan pendidikan meliputi; merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi kurikulum.

Peranan guru berkenaan dengan perencanaan kurikulum adalah guru membuat perencanaan pelaksanaan pembelajaran (RPP). Perencanaan pembelajaran maksudnya adalah membuat persiapan pembelajaran. Hal ini didasarkan pada asumsi bahwa jika tidak mempunyai persiapan pembelajaran yang baik, maka peluang untuk tidak terarah terbuka lebar, bahkan mungkin cenderung untuk melakukan improvisasi sendiri tanpa acuan yang jelas.

Mengacu pada hal tersebut, guru diharapkan mampu melakukan persiapan pembelajaran, baik menyangkut materi pembelajaran maupun kondisi psikis dan psikologis yang kondusif bagi berlangsungnya proses pembelajaran. Pada dasarnya kegiatan merencanakan dapat meliputi; penentuan tujuan/kompetensi/indikator yang diharapkan, menentukan materi/bahan pelajaran, menentukan media, metode, alat pembelajaran, dan merencanakan penilaian pembelajaran.

Kegiatan merencanakan merupakan upaya sistematis dalam upaya mencapai tujuan. Melalui perencanaan pembelajaran yang baik diharapkan akan mempermudah pelaksanaan kegiatan pembelajaran.

Memiliki guru yang mampu merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi kurikulum merupakan harapan bagi pemimpin pada tingkat satuan pendidikan. Akan tetapi, pada kenyataannya masih saja ditemukan adanya guru-guru yang belum mampu melakukan hal tersebut. Salah satunya dalam membuat perencanaan pembelajaran. Satuan pendidikan yang guru-gurunya belum mampu membuat perencanaan pembelajaran diantaranya adalah SMP Negeri 1 Jangka. Hampir semua guru di SMP Negeri 1 Jangka Kabupaten Bireuen belum mampu membuat perencanaan pembelajaran yang biasa disebut RPP.

Peranan guru berkenaan dengan perencanaan kurikulum adalah guru berperan dalam membuat perencanaan pelaksanaan pembelajaran (RPP). Perencanaan pembelajaran maksudnya adalah membuat persiapan pembelajaran. Hal ini didasarkan pada asumsi bahwa jika tidak mempunyai persiapan pembelajaran yang baik, maka peluang

(3)

untuk tidak terarah terbuka lebar, bahkan mungkin cenderung untuk melakukan improvisasi sendiri tanpa acuan yang jelas.

Prosedur yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi yang bersifat daur ulang atau siklus. Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah:

Bagaimanakah on the job training dapat meningkatkan kemampuan guru-guru SMP Negeri 1` Jangka Kabupaten Bireuen dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian tindakan sekolah ini ingin mendeskripsikan peningkatan kemampuan guru-guru pada SMP Negeri 1 Jangka dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan menggunakan pola on the job training.

D. Manfaat Penelitian.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi siswa, guru, maupun sekolah. Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Bagi siswa, dapat mempermudah dalam memahami konsep yang disajikan oleh guru sehingga tumbuhnya motivasi belajar.

b. Bagi guru, diharapkan guru mendapat pengalaman secara langsung tentang cara menyusun program perencanaan pembelajaran (RPP).

c. Bagi sekolah, dapat membantu meningkatkan kualitas hasil belajar, khususnya dalam hal penyusunan program pembelajaran sehingga secara langsung dapat meningkatkan kualitas pendidikan dan output sekolah.

(4)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Secara umum tugas dan peran kepala sekolah memiliki lima dimensi sebagaimana terfmaktub pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala sekolah/Madrasah yaitu: kompetensi kepribadian, manajerial, kewirausahaan, kompetensi sosial dan Supervisi.

Seorang kepala sekolah hendaknya memahami betul apa yang menjadi tugas dan perannya di sekolah. Jika kepala sekolah mampu memahami tugas dan perannya sebagai kepala sekolah maka akan mudah dalam menjalankan tugasnya berkenaan dengan manajemen yang akan dikembangkannya.

Ada banyak kompetensi yang harus dilaksanakan oleh kepala sekolah dalam menjalankan tugasnya sehari-hari di sekolah yang dipimpinnya. Diantaranya adalah menilai perilaku guru yang menunjukkan kinerjanya dalam melaksanakan tugas di sekolah berdasarkan standar kompetensi guru menurut Depdiknas, perilaku tersebut antara lain diharapkan guru mampu membuat perencanaan pembelajaran (RPP) sampai pada melakukan penilaian baik penilaian proses maupun penilaian hasil belajar.

Perencanaan pembelajaran atau disebut juga sebagai desain pembelajaran merupakan kegiatan awal yang harus dilakukan guru sebelum melaksanakan proses pembelajaran. Ada banyak istilah untuk menamai perencanaan pembelajaran. Ada yang menyebut rencana pelajaran, program pembelajaran, skenario pembelajaran, bahkan ada yang menyebutnya dengan desain pembelajaran. Apa pun istilahnya, konsep awalnya tetap sama yaitu sebagai sebuah proses perencanaan dalam kegiatan belajar mengajar.

Desain adalah rancangan, pola atau model (Rusman, 2008:24). Mendesain pembelajaran berarti menyusun rancangan atau menyusun model pembelajaran sesuai dengan silabus, standar kompetensi, dan kompetensi dasar yang disyaratkan.

Guru diharapkan pula mampu menjabarkan tujuan-tujuan yang tertera pada kurikulum menjadi tujuan-tujuan yang lebih spesifik. Selanjutnya tujuan-tujuan yang spesifik tersebut diterjemahkan pada kegiatan pembelajaran. Kegiatan sebelum pelaksanaan pembelajaran inilah yang dinamakan sebagai kegiatan perencanaan. Perencanaan yang

(5)

dibuat guru dalam menyusun pelaksanaan pembelajaran sering disebut dengan RPP atau Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.

Perencanaan dikatakan pula sebagai pemilihan dari sejumlah alternatif tentang penetapan prosedur pencapaian, serta perkiraan sumber yang dapat disediakan untuk mencapai tujuan tersebut (Soetjipto, 2004:134). Perencanaan merupakan seperangkat operasi yang konsisten dan terkoordinasi guna memperoleh hasil-hasil yang diinginkan (Oemar Hamalik, 2008:135). Sedangkan pengajaran atau satuan pengajaran adalah bentuk persiapan mengajar secara mendetail per pkok bahasan yang disusun secara sistematik berdasarkan Garis-garis Besar Program Pengajaran yang telah ada untuk suatu mata pelajaran tertentu (Soetjipto, 2004:156).

Sementara itu Wahjosumidjo dalam bukunya “Kepemimpinan Kepala Sekolah Tinjauan Teoretik dan Permasalahannya” menuliskan bahwa yang dimaksud dengan program pengajaran adalah sebagai susunan mata pelajaran, penjatahan waktu, dan penyebarannya di setiap kelas dan satuan pendidikan (2007:209).

Batasan lain tentang RPP tertuang dalam Buku Saku KTSP Sekolah Mengengah Pertama (2007:38), dalam buku tersebut dinyatakan bahwa yang dimaksud dengan RPP adalah penjabaran silabus yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai kompetensi dasar yang ditetapkan dalam Standar Isi. RPP digunakan sebagai pedoman guru dalam melaksanakan pembelajaran baik di kelas, laboratorium, dan/atau lapangan.

Dari batasan tersebut dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan perencanaan pembelajaran atau program pengajaran adalah suatu penetapan prosedur atau perkiraan-perkiraan yang dibuat oleh guru dalam menyusun persiapan pembelajaran untuk kompetensi tertentu pada mata pelajaran tertentu untuk memperoleh hasil-hasil yang diinginkan.

RPP sekurang-kurangnya memuat lima aspek. Kelima aspek tersebut adalah:

1. Tujuan pembelajaran 2. Materi pembelajaran 3. Metode pembelajaran

(6)

5. Penilaian hasil belajar

Sedangkan format RPP yang dapat dikembangkan antara lain sebagai berikut:

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Mata pelajaran : ……….. Kelas/Semester : ……….. Pertemuan : ……….. Alokasi waktu : ……… Standar Kompetensi : ……… Kompetensi Dasar : ………. Indikator : ………. A. Tujuan Pembelajaran B. Materi Pembelajaran C. Metode Pembelajaran D. Langkah-langkah Pembelajaran 1. Kegiatan pendahuluan 2. Kegiatan inti 3. Kegiatan akhir/penutup E. Sumber belajar

(7)

F. Penilaian

2. On The Job Training

Setiap pemimpin bertanggung jawab untuk memajukan atau mengembangkan bawahannya, tidak menjadi soal tingkat pimpinannya. Tanggung jawab itu timbul sejak pegawai itu resmi diterima menjadi pegawai. Dengan memajukan atau mengembangkan pegawai ini dimaksudkan setiap usaha pimpinan untuk menambah keahlian atau efesiensi kerja dari bawahannya dalam melaksanakan tugas-tugasnya dan menempatkan ia dalam jabatan yang setepat-tepatnya.

Usaha untuk memenuhi maksud ini ialah dengan berbagai tindakan seperti melatih, mempromosikan, dan memindahkan. Melatih pegawai merupakan tugas setiap pimpinan. Bukan saja sebagai pegawai baru, tetapi pula pada saat seseorang dipromosikan ke jabatan yang lebih tinggi atau pada saat perubahan teknologi yang diterapkan ke dalam perusahaan. Agar para pegawai tersebut dapat melakukan tugas-tugasnya dengan baik perlu diberikan latihan.

Latihan disebut juga sebagai training. Training merupakan suatu program yang dilaksanakan kerana diasumsikan dapat meningkatkan kemampuan dari para karyawan agar dapat melaksanakan tugasnya secara efisien (dari Manulang dalam http://digilib.petra.ac.id/jiunkpe/s1/tmi/2008/jiunkpe-ns-s1-2008-25404118-9867-ofset

printing-chapter2.pdf.

Kegiatan pelatihan atau training ini dapat diartikan sebagai sebuah proses dimana keahlian, pengetahuan, dan kemampuan diubah menjadi tindakan. Kegiatan ini dapat dilakukan pada pegawai lama, terlebih lagi kepada pegawai baru. Melatih pegawai sebelum ia menjabat jabatannya sangatlah penting dan perlu.

Training (pelatihan) adalah proses membantu sumber daya yang terdapat dalam suatu organisasi untuk memperoleh efektivitas dalam pekerjaan mereka yang sekarang atau yang akan datang melalui pengembangan skill, knowledge, dan attitude (Sherwood dan

(8)

Best, 1958 dalam http://digilib.petra.ac.id/jiunkpe/s1/tmi/2008/jiunkpe-ns-s1-2008-25404118-9867-ofset printing-chapter2.pdf. ).

Ada beberapa jenis training yang dapat dilakukan dalam sebuah organisasi. Misalnya kegiatan melatih pegawai baru dapat direalisasikan dengan menempatkan pegawai baru di bawah asuhan pegawai lama yang telah berpengalaman pada kurun waktu tertentu. Pendidikan semacam ini dinamakan apprentice training (Manulang, 2005:131).

Cara lain yang bisa dilakukan untuk memberikan pelatihan pada pegawai adalah dengan cara in service training. In service training merupakan pelatihan pendidikan bagi karyawan untuk membantu mereka mengembangkan keterampilan dalam disiplin tertentu atau pekerjaan tertentu. In service training terjadi setelah individu memulai tanggung jawab kerja pada institusi tertentu. In service training biasanya dilakukan selama istirahat dalam

jadwal kerja individu

(http://www.Sil.org/lingualinks/literacy/referencematerials/glossaryofliteracyterms/whatisinser vicetraining.htm).

In service training dapat juga disebut sebagai upaya pelatihan terhadap individu yang ada pada suatu lembaga tertentu dengan maksud untuk meningkatkan kompetensi mereka atau untuk meningkatkan pemahaman mereka akan tugas-tugas yang diemban olehnya.

Selain untuk pemahaman akan tugas atau peningkatan kompetensi, kegiatan ini pun dimaksudkan sebagai ajang pengembangan keterampilan dan disiplin para karyawan atau pegawai sesuai dengan bidang kerjanya masing-masing.

Manfaat peltihan atau training adalah para peserta dapat menarik kembali pengalaman kerja mereka atau merefleksi kegiatan yang telah mereka lakukan yang kemudian berusaha untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan yang selama ini masih mereka lakukan. Sementara itu hal-hal yang dianggap sudah baik, bisa tetap dipertahankan atau bahkan ditingkatkan lagi.

Manfaat lain adalah sebagai pengembangan karyawan menuju tercapainya efesiensi dalam pelaksanaan kerja sehari-hari serta untuk mengantisipasi tugas di masa datang. Training dapat juga sebagai upaya pengembangan karir, dan pengembangan diri pegawai.

Ada beberapa persyaratan yang harus dipersiapkan sebelum pelaksanaan in service training. Pertama, perlu penyesuaian kebutuhan sesuai dengan program yang telah ditetapkan. Kedua, pelatih perlu memiliki pengalaman praktis sebelum memberikan

(9)

pelatihan. Ketiga, jika tugas cukup kompleks, pelatih harus siap melakukan pelatihan ulang agar peserta lebih tahu lagi bagaimana melakukan tugas dengan benar. Keempat, pelatih perlu memperkenalkan material baru atau metode-metode terbaru untuk orang-orang yang akan diberikan pelatihan.

Cara lain yang dapat pula dijadikan cara untuk mendidik pegawai adalah dengan cara yang biasa disebut on the job training. Latihan ini dilaksanakan dengan segera menempatkan pegawai itu memangku jabatannya, tetapi ia didampingi oleh pegawai yang telah berpengalaman (Manulang, 2005:131). Dengan kata lain, pegawai tersebut untuk jangka waktu tertentu mendapat bimbingan hingga ia dapat berdiri sendiri dalam melaksanakan tugasnya.

On the job training dikatakan pula sebagai suatu proses yang terorganisasi untuk meningkatkan keterampilan, pengetahuan, kebiasaan, dan sikap karyawan (http://id.shvoong.com/business-management/management/205838-job-training-ijt/).

On the job training dapat pula diberi batasan sebagai suatu bentuk pembelakalan yang dapat mempercepat proses pemindahan pengetahuan dan pengalaman kerja/transfer knowledge dari para karyawan senior ke junior. Pelatihan ini langsung menerjunkan pegawai baru bekerja sesuai dengan job description masing-masing di bawah supervisi atau pengawasan penyeli karyawan senior (http://malstin2007.blogspot.com/2008/01/pengertian-definisi-dan-arti-organisasi.htnl).

Dari beberapa uraian tentang definisi on the job training di atas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan on the job training adalah sebagai upaya pembelakalan pengetahuan, keterampilan, bahkan sikap kepada para karyawan agar mereka dapat melaksanakan pekerjaannya sesuai dengan job deskripsinya masing-masing. Pelatihan ini dapat diberikan oleh karyawan senior kepada yunior, atau oleh pimpinan organisasi itu sendiri.

Tujuan on the job training adalah agar karyawan memiliki kebulatan tekad/sikap kerja yang positif menuju prestasi. Selain itu para karyawan diharapkan memiliki gambaran pengetahuan dan jenis pelatihan yang akan dilaksanakan selama menjadi karyawan. Yang terpenting dari semuanya itu adalah agar karyawan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan kerja, rekan kerja, dan pekerjaannya.

(10)

On the job training dapat diterapkan pada setiap karyawan baru, karyawan yang pindah ke bagian lain (mutasi), karyawan yang berganti tugas dan tanggung jawab, atau kepada karyawan yang menunjukkan prestasi kurang baik dalam pekerjaannya.

3. Usulan Solusi

Gayut pada uraian di atas solusi yang dapat diberikan berkenaan dengan upaya peningkatan kemampuan guru dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran pada penelitian ini adalah dengan menerapkan pola on the job training kepada para guru.

Alasan penulis mengambil pola on the job training sebagai sebuah upaya peningkatan kompetensi guru didasarkan adanya beberapa keunggulan pola on the job training dibandingkan dengan beberapa jenis training yang lain.

Keunggulan-keunggulan dari on the job training antara lain:

1) Pegawai/karyawan bisa bekerja sambil mendapatkan pelatihan.

2) Pegawai/karyawan mendapatkan pelatihan khusus dalam bidang kerjanya.

3) Prosedur dan teknik kerja bisa dikerjakan dengan benar dan menjadi kebiasaan kerjanya.

4) Pegawai/karyawan lebih cepat mengenal situasi kerjanya.

5) Keterampilan pegawai dapat dikembangkan lebih cepat.

6) Hasrat pegawai untuk belajar lebih besar dikarenakan pegawai merasakan kebutuhan pelatihan, dapat melihat hasilnya, dan merasa apa yang mereka kerjakan memberikan manfaat.

7) Materi, metode pelatihan dapat dibuat lebih spesifik sesuai kebutuhan kerja. 8) Instruksi yang diberikan lebih didengar oleh pegawai.

9) Pelatihan dilakukan di tempat kerja.

(11)

Kegiatan ini dilakukan di luar jam pelajaran. Prosedur pelaksanaan kegiatan on the job training yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1) Mengidentifikasi permasalahan

2) Merencanakan program pelatihan 3) Melaksanakan program pelatihan

4) Menilai pelaksanaan program pelatihan 5) Melakukan refleksi

E. Tindakan

Tahapan kegiatan atau tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: Perencanaan, Pelaksanaan, Pengamatan dan Evaluasi, serta Refleksi.

Pada tahap perencanaan, tindakan yang dilakukan berupa: 1) merumuskan masalah, 2) merumuskan tujuan penyelesaian, 3) merumuskan indikator kenerhasilan, 4) merumuskan langkah-langkah kegiatan penyelesaian, 5) mengidentifikasi pihak-pihak yang terkait dalam penyelesaian masalah, 6) mengidentifikasi metode pengumpulan data, 7) menyusun instrumen evaluasi, 8) menentukan waktu dan tempat pelaksanaan, serta 9) mengidentifikasi fasilitas yang diperlukan.

Tahap pelaksanaan berupa implementasi seluruh program yang sebelumnya direncanakan. Tahapan penelitian berikutnya adalah pengamatan dan evaluasi. Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan berupa pencermatan terhadap pelaksanaan tindakan. Pengamatan menggunakan instrument yang berisi indikator-indikator keberhasilan program. Evaluasi dilakukan sebagai upaya penetapan hasil pelaksanaan juga sebagai dasar untuk melakukan refleksi.

(12)

Tahapan terakhir berupa refleksi, yaitu sebuah proses perenungan terhadap semua hasil tindakan yang telah dilakukan sebagai dasar untuk memperbaiki rencana tindakan pada siklus berikutnya untuk meningkatkan hasil yang lebih baik.

Berikut disajikan penahapan penelitian berkaitan dengan permasalahan yang diteliti.

TAHAPAN PENELITIAN TINDAKAN SEKOLAH SIKLUS I Perencanaan

(Mengidentifikasi masalah dan

penetapan alternatif pemecahan masalah)

1. Masalah yang teridentifikasi berkenaan dengan kompetensi yang harus dikuasai guru adalah: guru belum memiliki kemampuan yang baik dalam

menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).

2. Alternatif solusi yang ditawarkan berupa pemberian pendidikan dan pelatihan kepada guru-guru yang dirasa perlu bantuan dalam meningkatkan

kompetensinya.

3. Pendidikan atau pelatihan tersebut dinamai dengan program on the job training.

4. Skenario yang dapat dilakukan berkenaan dengan kegiatan on the job training adalah sebagai berikut: 1) Pelatih memberikan paparan mengenai materi yang harus dikuasai peserta.

2) Pelatih memberikan kesempatan untuk mengadakan tanya jawab dengan peserta.

3) Pelatih memberikan lembar kerja pelatihan kepada peserta.

4) Peserta berdiskusi menyelesaikan lembar kerja yang diberikan pelatih.

(13)

5) Peserta menyerahkan hasil kerjanya kepada pelatih.

6) Pelatih memberikan balikan terhadap hasil kerja peserta.

7) Peserta dan pelatih melakukan refleksi. Tindakan/

Pelaksanaan

1. Menerapkan tindakan mengacu pada skenario yang telah ditetapkan.

2. Melakukan evaluasi, yaitu pemeriksaan hasil sesuai indikator yang telah ditetapkan.

Pengamatan dan Evaluasi

1. Melakukan observasi menggunakan format yang telah disediakan.

2. Mendokumentasikan dalam bentuk foto setiap momen tindakan yang dianggap penting untuk diketahui.

Refleksi 1. Melakukan pembicaraan (diskusi) dengan peserta untuk membahas pelaksanaan kegiatan yang telah berlangsung.

2. Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai hasil evaluasi untuk digunakan pada siklus II.

Indikator

Keberhasilan Siklus I

1. Peserta dianggap berhasil manakala telah mampu menyusun RPP sesuai dengan panduan yang dikeluarkan BSNP.

2. Peserta memperoleh skor minimal 2 (skala 0 - 4) (dalam Rusman, 2008: 292).

SIKLUS II Perencanaan  Mengidentifikasi masalah berdasarkan temuan-temuan maupun refleksi pada siklus I.

 Pengembangan program pelatihan berdasarkan refleksi pada siklus I.

(14)

Skenario tindakan yang dapat dilakukan berkenaan dengan kegiatan on the job training adalah sebagai berikut:

1. Pelatih memberikan paparan mengenai materi yang harus dikuasai peserta.

2. Pelatih memberikan kesempatan untuk mengadakan tanya jawab dengan peserta. 3. Pelatih memberikan lembar kerja pelatihan kepada peserta.

4. Peserta berdiskusi menyelesaikan lembar kerja yang diberikan pelatih. 5. Peserta menyerahkan hasil kerjanya kepada pelatih.

6. Pelatih memberikan balikan terhadap hasil kerja peserta. 7. Peserta dan pelatih melakukan refleksi.

F. Teknik Pengumpulan Data

1. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini berupa pengamatan dan pemeriksaan terhadap hasil kerja peserta (berupa penyusunan RPP).

2. Instrumen penilaian RPP yang digunakan mengacu pada instrumen penilaian yang dikemukakan oleh Rusman (2008:291-292).

G. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam menilai kinerja guru dalam menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran adalah sebagai berikut:

FORMAT PENILAIAN

PENYUSUNAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (Skala Nilai 1 – 4)

(15)

Nama Guru : ……….. Mata Pelajaran : ……….. Pokok Materi : ……….. Kelas/Semester : ……….

No Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Nilai *)

1 Tujuan Pembelajaran

a. Standar Kompetensi b. Indikator

c. Ranah Tujuan (Komprehensif)

d. Sesuai dengan Kurikulum 2 Bahan Belajar/Materi Pelajaran

a. Bahan belajar mengacu/sesuai dengan tujuan b. Bahan belajar disusun secara sistematis

c. Menggunakan bahan belajar sesuai dengan kurikulum d. Memberi pengayaan

3 Strategi/Metode Pembelajaran

a. Pemilihan metode disesuaikan dengan tujuan b. Pemilihan metode disesuaikan dengan materi

c. Penentuan langkah-langkah proses pembelajaran berdasarkan metode yang digunakan

d. Penataan alokasi waktu proses pembelajaran sesuai dengan proporsi e. Penetapan metode berdasarkan pertimbangan kemampuan siswa

f. Memberi pengayaan 4 Media Pembelajaran

(16)

a. Media disesuaikan dengan tujuan pembelajaran b. Media disesuaikan dengan materi pembelajaran c. Media disesuaikan dengan kondisi kelas

d. Media disesuaikan dengan jenis evaluasi e. Media disesuaikan dengan kemampuan guru

f. Media disesuaikan dengan kebutuhan perkembangan siswa 5 Evaluasi

a. Evaluasi mengacu pada tujuan

b. Mencantumkan bentuk evaluasi c. Mencantumkan jenis evaluasi

d. Disesuaikan dengan alokasi waktu yang tersedia e. Evaluasi disesuaikan dengan kaidah evaluasi Total Nilai

Nilai RPP (R) Kriteria Penilaian:

 Nilai 4 Jika semua deskriptor tampak  Nilai 3 Jika hanya 3 deskriptor yang tampak

 Nilai 2 Jika hanya 2 deskriptor yang tampak

 Nilai 1 Jika hanya 1 deskriptor yang tampak

 Nilai 0 Jika tidak ada deskriptor yang tampak (Rusman, 2008: 291-292)

(17)

Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik deskriprif dengan cara membandingkan perolehan skor awal peserta dalam menyusun RPP sebelum tindakan dengan skor perolehan peserta setelah mengalami tindakan.

BAB IV Hasil Penelitian

a) Hasil Penyusunan RPP Peserta PTS Siklus I

No NAMA

GURU/RESPONDEN

ASPEK PENILAIAN RPP NILAI AKHIR Tujuan Pembelj. Bahan Pembelj. Metode Pembelj. Media Pembelj. Evaluasi 1 ZARKASYI 4 2 2 2 1 2,2 2 NURLINA 4 2 2 1 1 2 3 NASRUDDIN 3 2 2 2 1 2 4 NURMASYITHAH 4 2 2 1 2 2,2 5 BAKHTIAR 3 2 2 2 1 2 6 SAUDAH 4 2 2 1 2 2,2 7 MANARUSSANA 4 2 2 1 2 2,2 8 ZURYANI 3 2 1 2 2 2 9 ZAMRI, A.B 4 2 2 2 1 2,2 TOTAL NILAI 19 NILAI RATA-RATA ( R ) 2,11

b) Hasil Penyusunan RPP Peserta PTS Siklus II

No NAMA GURU/RESPONDEN ASPEK PENILAIAN RPP NILAI Tujuan Pembelj. Bahan Pembelj. Metode Pembelj. Media Pembelj. Evaluasi 1 ZARKASYI 4 3 3 3 2 3 2 NURLINA 4 2 2 3 2 2,6 3 NASRUDDIN 4 3 3 3 1 2,8 4 NURMASYITHAH 4 3 3 2 3 3 5 BAKHTIAR 4 2 3 2 2 2,6 6 SAUDAH 4 3 2 2 3 2,8 7 MANARUSSANA 4 2 2 3 2 2,6 8 ZURYANI 3 2 3 3 2 2,6

(18)

9 ZAMRI, A.B 4 3 3 2 2 2,8

TOTAL NILAI 24,8

NILAI RATA-RATA ( R ) 2,76

c) Perbandingan Hasil Tindakan Siklus I dan Siklus II

No NAMA GURU/RESPONDEN NILAI SIKLUS I NILAI SIKLUS II KETERANGAN (SELISIH)

1 ZARKASYI 2,2 3 Naik 0,8 poin

2 NURLINA 2 2,6 Naik 0,6 poin

3 NASRUDDIN 2 2,8 Naik 0,8 poin

4 NURMASYITHAH 2,2 3 Naik 0,8 poin

5 BAKHTIAR 2 2,6 Naik 0,6 poin

6 SAUDAH 2,2 2,8 Naik 0,6 poin

7 MANARUSSANA 2,2 2,6 Naik 0,4 poin

8 ZURYANI 2 2,6 Naik 0,6 poin

9 ZAMRI, A.B 2,2 2,8 Naik 0,6 poin

TOTAL NILAI 19 24,8 Naik 5,8 poin

NILAI RPP ( R ) 2,11 2,76 Naik 0,65 poin

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa ternyata secara umum terbukti bahwa pola on the job training dapat meningkatkan kemampuan guru dalam menyusun RPP. Hal ini terbukti dengan adanya hasil-hasil yang signifikan baik pada siklus I maupun siklus II. Hasil-hasil tersebut tampak pada adanya kenaikan nilai dari siklus I ke siklus II.

Pada siklus II terdapat 3 orang guru atau sekitar 33,33% mengalami kenaikan nilai sebesar 0,8 poin, 5 orang guru atau sekitar 55,55% mengalami kenaikan sebesar 0,6 poin, dan 1 orang guru atau sekitar 11,11% mengalami kenaikan nilai sebesar 0,1 poin.

J. Simpulan

Setelah seluruh aktivitas penelitian dilakukan mengenai implementasi on the job training dalam penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran terhadap guru-guru di SMP Negeri 1 Jangka Kabupaten Bireuen, dapat disimpulkan sebagai berikut:

(19)

1. On the job training dapat meningkatkan kemampuan menyusun RPP bagi guru-guru SMP Negeri 1Jangka Kabupetrn Bireuen. Hal tersebut ditunjukkan dengan hasil penilaian yang dilakukan dengan cara membandingkan perolehan nilai dari siklus I ke siklus II dengan nilai rata-rata sebesar 2,11 pada siklus I menjadi 2,76 pada siklus II. Atau ada kenaikan sebesar 0,65 poin.

2. On the job training pun ternyata dapat memberikan suasana yang menyenangkan bagi peserta selama mereka mengikuti pelatihan.

K. Kepustakaan

Depdiknas. 2007. Buku Saku Kurikulum satuan Pendidikan Sekolah Menengah Pertama. Jakarta: Depdiknas.

Depdiknas. 2007. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007, tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah. Jakarta: Depdiknas.

Hamalik, Oemar. 2008. Manajemen Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

Kemendiknas. 2010. Penelitian Tindakan Sekolah Materi Pelatihan Penguatan kemampuan Kepala Sekolah. Jakarta: Dirjen PMPTK.

Manulang, 2005. Dasar-dasar Manajemen. Jogjakarta: Gadjah Mada University Press. Rusman. 2008. Manajemen Kurikulum Seri manajemen Sekolah Bermutu. Bandung: Mulia Mandiri Press.

Soetjipto dan Kosasi. 2004. Profesi Keguruan. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Wahjosumidjo. 1999. Kepemimpinan Kepala Sekolah Tinjauan Teoretik dan Permasalahannya. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

(20)

arteducise

Pendidikan

Jumat, 23 Juli 2010

(21)

____________________________________________

Jilid :

LAPORAN HASIL PENELITIAN TINDAKAN SEKOLAH

PENINGKATAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU SENI BUDAYA SMA DALAM MENYUSUN RPP

MELALUI WORKSHOP PENYUSUNAN RPP PADA KEGIATAN MGMP SENI BUDAYA SMA

KABUPATEN XXXXXXXXXX (Logo) Disusun oleh : Drs. XXX XXXXXXX, X.Xx NIP. XXXXXXXX XXXXXX X XXX (Pengawas SMA) PEMERINTAH KABUPATEN XXXXXXXXXX DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN XXXXXXXXXX

2009

____________________________________________

Lembar Pengesahan (halaman pertama) :

LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN HASIL PTS :

PENINGKATAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU SENI BUDAYA SMA DALAM MENYUSUN RPP

MELALUI WORKSHOP PENYUSUNAN RPP PADA KEGIATAN MGMP SENI BUDAYA SMA

(22)

DISETUJUI DAN DISYAHKAN OLEH : KOORDINATOR PENGAWAS SMA

XXX. XXXX XXXXXXX

NIP. XXXXXXXX XXXXXX X XXX

____________________________________________

Lembar Pengesahan (halaman kedua) :

DISETUJUI DAN DISYAHKAN OLEH :

KEPALA DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN XXXXXXXXXX

XXX. X. XXXXXXX XXXXX, X.X.Xx. NIP. XXXXXXXX XXXXXX X XXX

____________________________________________

Abstrak :

ABSTRAK

Xxx Xxxxxxx (2009) - Peningkatan Kompetensi Pedagogik Guru Seni Budaya SMA dalam Menyusunan RPP melalui Workshop Penyusunan RPP pada Kegiatan MGMP Seni Budaya SMA Kabupaten Xxxxxxxxxx.

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh (a) masih terdapatnya guru Seni Budaya SMA yang tidak berlatar belakang pendidikan seni, (b) banyaknya guru Seni Budaya SMA yang hanya kompeten dalam cabang seni tertentu tapi tidak untuk semua cabang seni, (c) tidak semua guru Seni Budaya SMA, terutama yang berstatus honorer, berkesempatan mengikuti penataran atau diklat KTSP, dan (d) jarangnya kegiatan MGMP Seni Budaya SMA kabupaten Xxxxxxxxxx yang khusus membahas RPP pelajaran tersebut, sehingga rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang mereka susun kurang lengkap dan sistematis.

Dengan tujuan untuk mengetahui (a) pengaruh workshop penyusunan RPP pada kegiatan MGMP Seni Budaya SMA kabupaten Xxxxxxxxxx dalam meningkatkan kompetensi

(23)

pedagogik guru Seni Budaya SMA dalam menyusun RPP, dan (b) aktivitas guru Seni Budaya SMA dalam menyusun RPP selama workshop penyusunan RPP pada kegiatan MGMP Seni Budaya SMA kabupaten Xxxxxxxxxx, digunakan metode penelitian tindakan sekolah (PTS) dengan dua siklus yang masing-masing siklusnya terdiri dari tahap (1) perencanaan, (2) pelaksanaan tindakan perbaikan, (3) observasi, dan (4) refleksi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (a) terjadi peningkatan kompetensi pedagogik guru Seni Budaya SMA dalam menyusun RPP melalui workshop pada kegiatan MGMP Seni Budaya SMA kabupaten Xxxxxxxxxx. Penilaian melalui Rubrik Penilaian Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pada siklus 1 yang mencapai nilai 119, berada pada katagori baik, dan hasil penilaian pada siklus kedua yang mencapai nilai 151, berada pada katagori sangat baik, dan (b) aktivitas guru dalam mengikuti workshop penyusunan RPP yang lengkap dan sistematis pada siklus kedua lebih baik daripada pada saat siklus kesatu. Penilaian melalui Rubrik Penilaian Aktivitas Guru dalam Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) selama Kegiatan MGMP pada siklus kesatu yang mencapai nilai 30 atau tergolong baik, dan pada sikulus kedua mencapai nilai 36, yang berati tergolong sangat baik. Berdasarkan hasil penelitian ini penulis merekomendasikan kepada kepada guru Seni Budaya SMA kabupaten Xxxxxxxxxx agar mengoptimalkan perannya sebagai perencana, pengorganisir, dan penilai pembelajaran, kepada kepala sekolah agar memfasilitasi guru Seni Budaya untuk meningkatkan kompetensi pedagogiknya sehingga berimbas pada peningkatan mutu pendidikan di sekolah, kepada Dinas Pendidikan Kabupaten Xxxxxxxxxx, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat dan Depdiknas agar lebih sering memfasilitasi kegiatan MGMP Seni Budaya dengan mengikutsertakannya dalam berbagai diklat sehingga dapat meningkatkan mutu pendidikan di Xxxxxxxxxx khususnya dan di Indonesia pada umumnya.

____________________________________________

Kata Pengantar :

KATA PENGANTAR

Puji syukur dengan ucapan Alhamdulillah saya panjatkan ke hadirat Allah SWT. atas segala rahmatNya yang telah menjadikan laporan penelitian tindakan sekolah (PTS) dengan judul Peningkatan Kompetensi Pedagogik Guru Seni Budaya SMA dalam Menyusun RPP melalui Workshop Penyusunan RPP pada Kegiatan MGMP Seni Budaya SMA Kabupaten Xxxxxxxxxx ini dapat penulis selesaikan.

PTS ini dipicu oleh kondisi (a) masih terdapatnya guru Seni Budaya SMA yang tidak berlatar belakang pendidikan seni, (b) banyaknya guru Seni Budaya SMA yang hanya kompeten dalam cabang seni tertentu tapi tidak untuk semua cabang seni, (c) jarangnya kegiatan MGMP Seni Budaya SMA kabupaten Xxxxxxxxxx yang khusus membahas RPP pelajaran tersebut. Sehingga penulis memandang perlunya pemerataan (peningkatan) kompetensi pedagogik guru Seni Budaya SMA dalam penyusunan RPP. Agar melibatkan semua guru Seni Budaya SMA, maka dilakukan melalui kegiatan MGMP kabupaten.

Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan laporan PTS ini tidak menutup kemungkinan masih terdapat kekurangan dari berbagai segi, mungkin sistematikanya, mungkin isinya,

(24)

maupun segi kebahasaannya. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca umumnya sangat penulis harapkan. Betapapun begitu, penulis tetap berharap laporan PTS ini bisa memberikan kontribusi kepada dunia pendidikan umumnya dan kepda pengawas sekolah dalam melaksanakan tugas kepengawasannya khususnya.

Terima kasih.

Penulis

____________________________________________

Ucapan Terima Kasih :

UCAPAN TERIMA KASIH Assalamualaikum wr. wb.

Yang pertama kali penulis ingat setelah memanjatkan puji syukur kepada Allah Subhanahu wa ta’ala adalah pihak-pihak yang telah memberikan bantuan, baik berupa bantuan material, dorongan moral dan spiritual, sumbangan tenaga dan panjatan do’a, baik langsung maupun tak langsung sehingga laporan penelitian tindakan sekolah (PTS) dengan judul Peningkatan Kompetensi Pedagogik Guru Seni Budaya SMA dalam Menyusun RPP melalui Workshop Penyusunan RPP pada Kegiatan MGMP Seni Budaya SMA Kabupaten Xxxxxxxxxx ini dapat penulis selesaikan

Atas semua kontribusi tersebut, dengan penuh rasa takzim, penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya, terutama kepada:

1. Bapak Drs. X. Xxxxxxx Xxxxx, X.X.Xx., Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Xxxxxxxxxx

beserta jajarannya.

2. Bapak Drs. Xxxx Xxxxxxx, Koordinator Pengawas SMP, SMA dan SMK di lingkungan Dinas

Pendidikan kabupaten Xxxxxxxxxx. 3. Kepala SMAN 1 Xxxxxxxxxx.

4. Guru-guru Seni Budaya SMA kabupaten Xxxxxxxxxx.

5. Rekan-rekan pengawas dikmen Dinas Pendidikan kabupaten Xxxxxxxxxx.

Semoga semua yang telah mereka kontribusikan mendapat balasan kebaikan yang berlipat ganda dari Allah SWT. Amin.

Penulis

(25)

Daftar Isi :

DAFTAR ISI

Halaman ABSTRAK

KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMA KASIH DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah B. Rumusan Masalah C. Alternatif Pemecahan Masalah D. Tujuan Penelitian E. Manfaat Hasil Penelitian 1. Manfaat Teoritis 2. Manfaat Praktis BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kompetensi Pedagogik Guru B. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) C. Workshop pada Kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) 1. Pengertian MGMP 2. Prinsip Kerja MGMP 3. Peran MGMP 4. Fungsi MGMP dalam Konteks Manajemen Sekolah 5. Materi Kegiatan MGMP 6. Workshop pada Kegiatan MGMP BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Tindakan Sekolah

B. Subyek Penelitian C. Definisi Operasional

D. Instrumen (Alat) Pengumpul Data E. Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi

2. Wawancara (Diskusi) 3. Studi Dokumenter 4. Studi Pustaka

F. Lokasi Penelitian (Kondisi Sosial) BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Orientasi

B. Pelaksanaan Tindakan Perbaikan

1. Pelaksanaan Tindakan Perbaikan Siklus Kesatu 2. Pelaksanaan Tindakan Perbaikan Siklus Kedua

(26)

C. Pembahasan Hasil Penelitian 1. Orientasi

2. Pelaksanaan Tindakan Perbaikan Siklus kesatu 3. Pelaksanaan Tindakan Perbaikan Siklus Kedua 4. Jawaban terhadap Rumusan Masalah

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan

B. Rekomendasi

1. Kepada Guru Seni Budaya SMA kabupaten Xxxxxxxxxx 2. Kepada Kepala SMA Kabupaten Xxxxxxxxxx

3. Kepada Dinas Pendidikan Kabupaten Xxxxxxxxxx, Dinas Pendidikan Provinsi Xxxx Xxxxx dan

Depdiknas

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

A. Rubrik Penilaian Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

B. Rubrik Penilaian Aktivitas Guru dalam Persiapan Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

selama Kegiatan Workshop pada MGMP Seni Budaya SMA Kabupaten Xxxxxxxxxx C. Rubrik Penilaian Aktivitas Guru dalam Proses Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

selama Kegiatan Workshop pada MGMP Seni Budaya SMA Kabupaten Xxxxxxxxxx D. Pedoman Wawancara untuk Mengetahui Kendala yang Ditemukan Guru Seni Budaya SMA

dalam Menyusun RPP E. Contoh RPP Seni Budaya SMA yang Lengkap dan Sistematis F. Foto-foto Kegiatan ___________________________________ Isi (Bab-bab) : BAB I PENDAHULUAN

(27)

Pendidikan adalah upaya yang secara sadar dirancang untuk membantu seseorang atau sekelompok orang dalam mengembangkan ilmu pengetahuan, pandangan hidup, sikap hidup, dan keterampilan hidup baik yang bersifat manual individual maupun sosial (Sagala, 2006 : 1). Upaya sadar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan siswa tersebut dapat diselenggarakan dalam berbagai bentuk. Ada yang diselenggarakan secara sengaja, terencana, terarah dan sistematis seperti pada pendidikan formal, ada yang diselenggarakan secara sengaja, akan tetapi tidak terencana dan tidak sistematis seperti yang terjadi di lingkungan keluarga (pendidikan informal), dan ada yang diselenggarakan secara sengaja dan berencana, di luar lingkungan keluarga dan lembaga pendidikan formal, yaitu melalui pendidikan non formal.

Apapun bentuk penyelenggarannya, secara umum pendidikan bertujuan untuk membantu anak-anak atau peserta didik mencapai kedewasaannya masing-masing, sehingga mereka mampu berdiri di lingkungan masyarakatnya. Untuk masyarakat kita, sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 3, pendidikan berfungsi dan bertujuan sebagai berikut:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Agar pendidikan bisa berfungsi dan mencapai tujuan seperti dirumuskan dalam undang-undang tersebut, maka pendidikan harus ”diadministrasikan”, atau dikelola dengan mengikuti ilmu administrasi. Yang paling sederhana, administrasi menurut Henry Fayol diartikan sebagai fungsi dalam organisasi yang unsur-unsurnya adalah perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pemberian perintah (commanding), pengkoordinasian (coordinating), dan pengawasan (controlling) (Sagala, 2006 : 23).

Pada level ujung tombak pendidikan, yaitu pada proses pembelajaran oleh guru di kelas, betapapun administrasinya tidak serumit oraganisasi yang melibatkan banyak personal, fungsi-fungsi administrasi yang disebutkan Henry Fayol tersebut sebaiknya tetap ada, sebab tanpa itu pencapaian tujuan pembelajaran akan susah dicapai. Dalam kaitannnya dengan fungsi-fungsi administrasi ini, lebih spesifik dalam hal proses belajar mengajar, Gage dan Berliner dalam Makmun (2005 : 23) mengemukakan tiga fungsi atau peran guru dalam proses tersebut, yaitu sebagai :

1) Perencana (planner) yang harus mempersiapkan apa yang harus dilakukan di dalam proses belajar-mengajar (pre-teaching problems).

2) Pelaksana (organizer) yang harus menciptakan situasi, memimpin, merangsang, menggerakkan, dan mengarahkan kegiatan belajar mengajar sesuai dengan rencana, bertindak sebagai nara sumber (source person), konsultan kepemimpinan (leader), yang bijaksana dalam arti demokratis dan humanistik (manusiawi) selama proses berlangsung (during teaching problems).

3) Penilai (evaluator) yang harus mengumpulkan, menganalisis, menafsirkan dan akhirnya harus memberikan pertimbangan (judgement) atas tingkat keberhasilan belajar

mengajar tersebut berdasarkan kriteria yang ditetapkan baik mengenai aspek keefektifan prosesnya, maupun kualifikasi produk (output)-nya.

Dalam menyoroti salah satu peran guru dalam proses pembelajaran, yaitu sebagai perencana pembelajaran, setiap guru pada satuan pendidikan, termasuk guru Seni Budaya SMA berkewajiban menyusun RPP yang lengkap dan sistematis agar pembelajaran efektif

(28)

dan bermutu. Pembelajaran yang berlangsung secara efektif dan bermutu akan berimplikasi pada peningkatan mutu proses dan hasil belajar peserta didik.

Guru-guru Seni Budaya SMA kabupaten Xxxxxxxxxx telah menyusun RPP sesuai dengan kompetensi dasar (KD) mata pelajaran tersebut. Namun masih ditemukan berbagai kekurangan baik menyangkut persiapan sebelum penyusunan RPP, dalam penyusunan RPP, maupun dalam pelaksanaan pembelajarannya. Kekurangan itu antara lain :

1. Sebelum penyusunan RPP :

a. Sebagian besar guru tidak menentukan kriteria ketuntasan minimal KKM mata pelajaran Seni Budaya dengan cermat.

b. Sebagian guru tidak membuat sendiri silabus mata pelajaran Seni Budaya SMA. 2. Dalam Penyusunan RPP :

a. Sebagian besar guru kurang menjelaskan apa yang dilakukan siswa selama berlangsungnya pembelajaran dalam rencana kegiatan pembelajarannya. b. Sebagian besar guru tidak menjelaskan sumber belajar dengan rinci.

c. Sebagian besar guru tidak menjelaskan (1) bentuk instrumen evaluasi, (2) format / lembaran evaluasi atau butir soal (free test dan post test), (3) pedoman penilaian, dan (4) kunci jawaban, dalam evaluasi proses dan hasil belajar siswa.

d. Sebagaian besar guru tidak merencanakan tindak lanjut setelah selesai pembelajaran (pembelajaran remedial, program pengayaan, layanan konseling atau tugas individu / kelompok) dalam kaitan antara KKM mata pelajaran Seni Budaya dengan nilai yang dicapai siswa.

3. Pelaksanaan pembelajaran :

a. Sebagian besar guru tidak berpedoman sepenuhnya pada RPP dalam pelaksanan pembelajarannya.

Semua itu terkait dengan kondisi di lapangan bahwa : (a) masih terdapatnya guru Seni Budaya SMA yang tidak berlatar belakang pendidikan seni, (b) banyaknya guru Seni Budaya SMA yang hanya kompeten dalam cabang seni tertentu tapi tidak untuk semua cabang seni, (c) tidak semua guru Seni Budaya SMA, terutama yang berstatus honorer, berkesempatan mengikuti penataran atau diklat KTSP, (d) jarangnya kegiatan MGMP Seni Budaya SMA kabupaten Xxxxxxxxxx yang khusus membahas RPP pelajaran tersebut.

Kondisi yang demikian menjadikan persepsi guru Seni Budaya SMA mengenai RPP yang harus disusunnya sebelum melaksanakan pembelajaran di kelas, studio atau tempat belajar lainnya menjadi beragam dan kurang komprehensif. Misalnya masih terdapat guru yang belum memahami komponen minimal RPP, apalagi mengenai RPP yang komponennya lengkap dan sistematis. Kekurangan ini tentu saja akan menghambat upaya peningkatan mutu proses dan hasil pembelajaran Seni Budaya, karena RPP-nya tidak disusun dengan baik. Padahal, keberhasilan sebuah kegiatan, lebih dari 50% ditentukan oleh perencanaan yang baik, sehingga keberhasilan pembelajaran pun amat ditentukan oleh RPP yang disusun guru. Dengan memahami kondisi yang demikian, maka dipandang perlu adanya upaya untuk meningkatkan kemampuan atau kompetensi pedagogik guru Seni Budaya SMA kabupaten Xxxxxxxxxx dalam menyusun RPP yang lengkap dan sistematis.

B. RUMUSAN MASALAH

Dari latar belakang yang telah dipaparkan di atas, dapat dirumuskan bahwa yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah workshop penyusunan RPP pada kegiatan MGMP Seni Budaya SMA dapat meningkatkan kompetensi pedagogik guru Seni Budaya SMA kabupaten Xxxxxxxxxx dalam menyusun RPP?

(29)

penyusunan RPP pada kegiatan MGMP Seni Budaya SMA Kabupaten Xxxxxxxxxx ? Rumusan masalah kedua diuraikan lagi menjadi :

a. Bagaimana guru Seni Budaya SMA dalam mempersiapkan penyusunan RPP selama workshop penyusunan RPP pada kegiatan MGMP Seni Budaya SMA kabupaten Xxxxxxxxxx ?

b. Bagaimana guru Seni Budaya SMA dalam melaksanakan proses penyusunan RPP selama workshop penyusunan RPP pada kegiatan MGMP Seni Budaya SMA kabupaten Xxxxxxxxxx?

c. Kendala apa yang ditemukan guru Seni Budaya SMA dalam proses penyusunan RPP yang lengkap dan sistematis selama workshop penyusunan RPP pada kegiatan MGMP Seni Budaya SMA kabupaten Xxxxxxxxxx?

C. ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH

Sebelum menetukan tindakan apa yang dianggap dapat meningkatkan kompetensi pedagogik guru Seni Budaya dalam menyusun RPP, terlebih dahulu penulis melakukan pengkajian berbagai teori belajar dan pendidikan, kondisi keorganisasian guru (MGMP), baik melalui studi pustaka, diskusi dengan pakar dan teman sejawat dan guru-guru. Hasilnya diperoleh beberapa alternatif tindakan yang dihipotesiskan dapat meningkatkan kompetensi pedagogik guru Seni Budaya dalam menyusun RPP. Alternatif-alternatif tindakan tersebut antara lain :

1. Melalui supervisi akademik, dengan melakukan kunjungan kelas (class visit) ke setiap guru Seni Budaya SMA kabupaten Xxxxxxxxxx.

2. Melalui workshop pada kegiatan MGMP Seni Budaya per SMA kabupaten Xxxxxxxxxx. 3. Melalui workshop pada kegiatan MGMP Seni Budaya SMA kabupaten Xxxxxxxxxx. Betapapun intensif, alternatif pertama dipandang akan memakan waktu, tenaga dan biaya, karena berarti harus melakukan kunjungan ke 36 guru Seni Budaya SMA, dengan harus diawali dulu membuat kesepakatan jadwal kunjungan dengan mempertimbangkan berbagai kegiatan sekolah tempat masing-masing guru bertugas.

Alternatif kedua betapapun lebih ringan daripada alternatif pertama, namun tetap masih membutuhkan waktu, tenaga dan biaya yang banyak.

Akhirnya pilihan jatuh ke alternatif ketiga. Alternatif ini dipandang lebih efektif dan efisien karena dilakukan satu atau dua kali pertemuan di sanggar MGMP Seni Budaya SMA kabupaten Xxxxxxxxxx. Kegiatan yang berupaya untuk meningkatkan kompetensi pedagogik guru Seni Budaya SMA melalui pemberdayaan MGMP Seni Budaya SMA kabupaten ini bisa memungkinkan terjadinya sharing pengetahuan yang menjangkau seluruh guru Seni Budaya SMA dengan lebih komprehensif, sehingga mereka akan memiliki persepsi yang relatif sama mengenai RPP yang lengkap dan sistematis untuk mata pelajaran yang mereka ampu.

D. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan utama dari penelitjan ini adalah untuk mengetahui :

1. Pengaruh workshop penyusunan RPP pada kegiatan MGMP Seni Budaya SMA kabupaten Xxxxxxxxxx dalam meningkatkan kompetensi pedagogik guru Seni Budaya SMA dalam menyusun RPP.

2. Aktivitas guru Seni Budaya SMA dalam menyusun RPP selama workshop penyusunan RPP pada kegiatan MGMP Seni Budaya SMA kabupaten Xxxxxxxxxx. Secara spesifik tujuan kedua ini diuraikan lagi untuk mengetahui :

a. Persiapan yang dilakukan guru Seni Budaya SMA dalam menyusun RPP selama workshop penyusunan RPP pada kegiatan MGMP Seni Budaya SMA kabupaten

(30)

Xxxxxxxxxx.

b. Pelaksanaan penyusunan RPP yang dilakukan guru Seni Budaya SMA selama workshop penyusunan RPP pada kegiatan MGMP Seni Budaya SMA kabupaten Xxxxxxxxxx. c. Kendala yang ditemukan guru Seni Budaya SMA dalam proses penyusunan RPP yang lengkap dan sistematis selama workshop penyusunan RPP pada kegiatan MGMP Seni Budaya SMA kabupaten Xxxxxxxxxx.

E. MANFAAT HASIL PENELITIAN 1. Manfaat Teoritis

Hasil dari penelitian ini bermanfaat untuk mengembangkan ilmu manajemen pendidikan, khususnya

manajemen (pengelolaan) pembelajaran Seni Budaya SMA. 2. Manfaat Praktis

Manfaat praktis dari hasil penelitian ini adalah untuk meningkatkan kompetensi

pedagogik guru Seni Budaya SMA kabupaten Xxxxxxxxxx dalam menyusun RPP yang lengkap dan sistematis, sehingga RPP yang mereka susun :

a. Menjadi pedoman atau skenario pelaksanaan proses pembelajaran yang bisa diikuti atau dilaksanakan siapa pun pemerannya, seandainya guru yang menyusunnya sendiri berhalangan hadir saat pelaksanaan pembelajaran.

b. Memudahkan peserta didik dalam belajar dan meningkatkan prestasi belajarnya. c. Meningkatkan kompetensi pedagogik guru dalam penyusunan RPP.

d. Meningkatkan nilai kinerja sekolah dan nilai akreditasi sekolah.

e. Meningkatkan kebersamaan guru Seni Budaya SMA kabupaten Xxxxxxxxxx. f. Meningkatkan skor nilai portofolio dalam sertifikasi guru.

______________________

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU

Secara umum, kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh suatu profesi dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, pasal 1 butir 10).

Berkaitan dengan kompetensi profesi guru, Sagala mengemukakan sepuluh kompetensi dasar yang harus dimiliki guru, yaitu :

(31)

(1) menguasai landasan-landasan pendidikan; (2) menguasai bahan pelajaran; (3) kemampuan mengelola program belajar mengajar; (4) kemampuan mengelola kelas; (5) kemampuan mengelola interaksi belajar mengajar; (6) menilai hasil belajar siswa; (7) kemampuan mengenal dan menterjemahkan kurikulum; (8) mengenal fungsi dan program bimbingan dan penyuluhan; (9) memahami prinsip-prinsip dan hasil pengajaran; (10) mengenal dan menyelenggarakan administrasi pendidikan (Sagala, 2006 : 210).

Kemudian Adapun Permendiknas RI No. 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru menyebutkan bahwa ”Standar kompetensi guru ini dikembangkan secara utuh dari empat kompetensi utama, yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, sosial, dan profesional. Keempat kompetensi tersebut terintegrasi dalam kinerja guru.” (BSNP, 2007 : 8).

Pedagogi adalah art of teaching, seni atau strategi mengajar. Jadi kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi proses dan hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.

B. RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP )

Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Silabus merupakan penjabaran dari standar isi kurikulum, yang kemudian dioperasionalkan dalam RPP. Jadi, RPP merupakan rencana pembelajaran yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran siswa untuk mencapai satu kompetensi dasar (KD) yang akan dilakukan guru dalam satu atau lebih pertemuan PBM di kelas atau tempat pembelajaran lainnya.

RPP bisa disusun dengan komponen yang minimal, tapi lebih baik dengan komponen yang lengkap dan dengan susunan yang sistematis sesuai urutan pelaksanaannya, karena pada hakikatnya RPP merupakan skenario pembelajaran, sehingga siapa pun pemerannya bisa melakukannya karena segalanya sudah ada pada skenario tersebut.

RPP dengan komponen minimal hanya mencakup (1) Tujuan pembelajaran, (2) Materi ajar, (3) Metoda pembelajaran, (4) Sumber belajar, dan (5) Evaluasi atau penilaian hasil belajar (PP 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, pasal 20). Sedangkan RPP yang lengkap terdiri dari (Permendiknas No 41 Tahun 2007 Tentang Standar Proses) :

1. Identitas

2. Standar Kompetensi (SK) 3. Kompetensi Dasar (KD)

4. Alokasi waktu 5. Indikator Ketercapaian 6. Tujuan Pembelajaran 7. Materi Pembelajaran 8. Metode Pembelajaran 9. Kegiatan Pembelajaran 10. Sumber Belajar 11. Penilaian

Yang penting untuk diperhatikan dalam penyusunan RPP adalah :

1. RPP harus dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan belajar peserta didik dalam upaya mencapai kompetensi dasar (KD) (PP 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 20) , dan

(32)

interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik (Permen Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses).

Contoh RPP Seni Budaya SMA yang lengkap dan sistematis dimuat pada Lampiran E. C. WORKSHOP PADA MUSYAWARAH GURU MATA PELAJARAN (MGMP)

1. Pengertian MGMP

Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) merupakan forum / wadah kegiatan

profesional guru mata

pelajaran yang berada pada gugus sekolah, wilayah kecamatan atau kabupaten / kota ( Depdiknas,

2003 :3).

2. Prinsip Kerja MGMP

a. Merupakan lembaga yang mandiri, tidak mempunyai struktur organisasi yang hierarkis, birokratik dan saling bergantung, tetapi merupakan wadah berkumpulnya guru mata pelajaran sejenis.

b. Dinamikanya berlangsung secara alamiah sesuai dengan kondisi dan kebutuhan. c. Mempunyai visi dan misi yang strategis yaitu untuk mengembangkan profesional guru, mengembangkan wawasan dan pengetahuan, dan memberikan pelayanan pendidikan yang diharapkan oleh masyarakat.

d. Inovatif terhadap upaya pengembangan mutu pendidikan (Depdiknas,2003: 4). 3. Peran MGMP

a. Melaksanakan pengembangan wawasan, pengetahuan dan kompetensi sehingga memiliki dedikasi tinggi.

b. Melakukan refleksi diri ke arah pembentukan profil guru yang profesional (Depdiknas, 2003 : 4).

4. Fungsi MGMP dalam Konteks Manajemen Sekolah

a. Sebagai wahana komunikasi proesional para guru pelajaran yang sejenis.

b. Memfasilitasi pengembangan profesionalisme guru, membina MGMP dan wadah pengembangan profesionalisme lainnya.

c. Sarana pengembangan inisiatif dan inovasi dalam rangka peningkatan mutu pembelajaran melalui berbagai cara seperti diskusi, seminar, liokakarya, dsb. d. Mengembangkan akreditasi guru (Depdiknas, 2003 : 5).

5. Materi Kegiatan MGMP

Secara umum kegiatan MGMP membahas antara lain (Depdiknas, 2003 : 3) : a. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan perangkatnya termasuk

pengembangan silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan bahan ajar. b. Pendidikan berorientasi kecapakan hidup dan pola pelaksanaannya meliputi kegiatan menyusun rencana pembelajaran berorientasi kecakapan hidup (life skill) yang mencakup : metode dan strategi pembelajaran, jenis kecakapan hidup yang dibekalkan, teaching and learning material atau lembar kerja siswa (LKS), dan pengembangan alat penilaian.

c. Penilaian hasil belajar siswa : ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, ulangan kenaikan kelas, ujian akhir sekolah, dan persiapan Ujian Nasional. d. Membahas konsep-konsep inovasi pembelajaran, di antaranya quantum learning

contextual learning, multiple intelligences, cooperative learning, collaborative learning, constructivism learning, problem solving approach, dll.

e. Membahas media dan sumber belajar

(33)

6. Workshop pada Kegiatan MGMP

Workshop mengandung dua pengertian, yang pertama adalah tempat mengerjakan pekerjaan-pekerjaan manual seperti manufacturing dan reparasi. Sedangkan pengertian kedua menunjuk pada sekelompok orang yang bekerja bersama-sama untuk membuat proyek kreatif, mendiskusikan suatu topik, mempelajari atau meneliti suatu bidang.

Dalam kegiatan MGMP, workshop yang dilakukan lebih sering mengacu pada pengertian kedua dengan bidang yang didiskusikan meliputi materi yang dijelaskan pada bagian 5 di atas.

___________________________

BAB III

METODE PENELITIAN

A. METODE PENELITIAN TINDAKAN SEKOLAH

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Penelitian Tindakan Sekolah (PTS). PTS merupakan suatu prosedur penelitian yang diadaptasi dari Penelitian Tindakan Kelas (PTK) (Panitia Pelaksana Pendidikan dan Latihan Profesi Guru Rayon 10 Jawa Barat, 2009 : 73). Penelitian tindakan sekolah merupakan “(1) penelitian partisipatoris yang menekankan pada tindakan dan refleksi berdasarkan pertimbangan rasional dan logis untuk melakukan perbaikan terhadap suatu kondisi nyata; (2) memperdalam pemahaman terhadap tindakan yang dilakukan; dan (3) memperbaiki situasi dan kondisi sekolah / pembelajaran secara praktis” (Depdiknas, 2008 : 11-12). Secara singkat, PTS bertujuan untuk mencari pemecahan permasalahan nyata yang terjadi di sekolah-sekolah, sekaligus mencari jawaban ilmiah bagaimana masalah-masalah tersebut bisa dipecahkan melalui suatu tindakan perbaikan.

Masalah nyata yang ditemukan di sekolah, khususnya pada guru Seni Budaya SMA kabupaten Xxxxxxxxxx adalah belum optimalnya guru Seni Budaya dalam menyusun RPP. Prosedur penelitiannya dilakukan secara siklikal. Satu siklus dimulai dari (1) perencanaan awal, (2) pelaksanaan, (3) observasi dan (4) refleksi.

1. Perencanaan

Yaitu membuat rencana perbaikan berdasarkan adanya masalah atau kondisi yang

menuntut diperbaiki. Hal

ini meliputi persiapan bahan-bahan yang diperlukan dalam tahap pelaksanaan, menentukan

siapa (subyek

penelitian dan teman berkolaborasi), kapan (jadwal pelaksanan), dan tempat pelaksanaan. 2. Pelaksanaan (Action)

Yaitu melakukan tindakan substantif penelitian melalui intervensi skala kecil guna

memperbaiki kondisi yang

diteliti.

3. Observasi (Observation)

Yaitu kegiatan mengamati, mengenali sambil mendokumentasikan (mencatat dan

(34)

proses, hasil, pengaruh dan masalah baru yang mungkin saja muncul selama proses pelaksanaan tindakan.

4. Refleksi (Reflection)

Yaitu melakukan renungan, kajian reflektif diri secara inquiri, partisipasi diri

(partisipatoris), kolaborasi

terhadap latar alamiah dan impiikasi dari suatu tindakan, dengan melakukan analisis

terhadap rencana dan

tindakan yang sudah dilaksanakan dan hasil yang dicapai, dan apa yang belum dapat atau sempat dilakukan.

Hasil dari siklus pertama ini menjadi masukan bagi pelaksanaan siklus kedua yang terdiri dari perulangan keempat langkah yang ada pada siklus pertama. Hal ini terjadi karena dimungkinkan setelah melalui siklus pertama, peneliti menemukan masalah baru atau masalah lama yang belum tuntas, sehingga perlu dipecahkan melalui siklus selanjutnya. Dengan demikian, berdasarkan hasil tindakan atau pengalaman pada siklus pertama peneliti akan kembali melakukan langkah perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi pada siklus kedua, dan seterusnya, dan “ . . . berhenti apabila telah berdampak positif terhadap proses dan hasil yang diperoleh dari tindakan tersebut berhasil” (Sudjana, 2009 : 8). Jika digambarkan, siklus kerja PTS adalah sebagai berikut :

(Panitia Pelaksana Pendidikan dan Latihan Profesi Guru Rayon 10 Jawa Barat, 2009 : 79).

B. SUBJEK PENELITIAN

Subjek penelitian ini adalah guru-guru Seni Budaya SMA sekabupaten Xxxxxxxxxx, yang jumlahnya 36 guru.

C. DEFINISI OPERASIONAL

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Yang dimaksud Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dalam penelitian ini adalah RPP

Seni Budaya

SMA yang disusun guru Seni Budaya SMA kabupaten Xxxxxxxxxx selama workshop pada kegiatan

MGMP seni Budaya kabupaten Xxxxxxxxxx. 2. Workshop

Yang dimaksud workshop dalam penelitian ini adalah kegiatan yang dilakukan guru Seni

Budaya SMA

(35)

Budaya SMA kabupaten Xxxxxxxxxx.

D. INSTRUMEN (ALAT) PENGUMPULAN DATA

Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah lembar observasi berupa rubrik, yang terdiri dari :

1. Rubrik Penilaian Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dimuat pada Lampiran A. 2. Rubrik Penilaian Aktivitas Guru dalam Persiapan Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) selama Workshop Penyusunan RPP pada Kegiatan MGMP Seni Budaya SMA Kabupaten Xxxxxxxxxx, dimuat pada Lampiran B.

3. Rubrik Penilaian Aktivitas Guru Seni Budaya SMA dalam Proses Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) selama Workshop Penyusunan RPP pada Kegiatan MGMP Seni Budaya SMA Kabupaten Xxxxxxxxxx, dimuat pada Lampiran C.

4. Pedoman Wawancara (Diskusi) Untuk Mengetahui Kendala yang Ditemukan Guru Seni Budaya SMA selama Workshop Penyusunan RPP pada Kegiatan MGMP Seni Budaya SMA

Kabupaten Xxxxxxxxxx, dimuat dalam Lampiran D.

Rubrik ini diisi oleh peneliti melalui pangamatan sebelum, pada saat, dan sesudah proses penyusunan RPP. Hasilnya digunakan untuk menentukan tindakan selanjutnya.

E. TEKNIK PENGUMPULAN DATA 1. Observasi

Observasi adalah semua kegiatan yang dilakukan untuk mengamati, merekam, dan mendokumentasikan setiap indikator dari proses dan hasil yang dicapai. Dalam observasi ini peneliti menggunakan (1) Rubrik Penilaian Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), (2) Rubrik Penilaian Aktivitas Guru Seni Budaya SMA dalam Persiapan Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) selama Workshop Penyusunan RPP pada Kegiatan MGMP Seni Budaya SMA Kabupaten Xxxxxxxxxx, dan (3) Rubrik Penilaian Aktivitas Guru Seni Budaya SMA dalam Proses Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) selama Workshop Penyusunan RPP pada Kegiatan MGMP Seni Budaya SMA Kabupaten Xxxxxxxxxx. Ketiga rubrik (lembar observasi) ini diformat untuk didisi dengan membubuhkan tanda centang (√) pada kolom nilai 1-4 pada aspek yang dinilai. Tujuan utama dari observasi ini adalah untuk memantau persiapan, proses, hasil, dan dampak perbaikan dari tindakan setiap siklus.

2. Wawancara (Diskusi)

Yang dimaksud wawancara di sini meliputi diskusi formal dan dialog informal selama berlangsungnya PTS antara peneliti dengan guru-guru Seni budaya SMA kabupaten Xxxxxxxxxx dalam kegiatan MGMP. Hal ini untuk mengetahui pikiran guru-guru yang tidak dapat digali melalui observasi.

3. Studi Dokumenter

Studi dokumenter diartikan sebagai usaha untuk memperoleh data dengan jalan menelaah catatan-catatan yang disimpan sebagai dokumen atau files. Teknik ini ditempuh untuk memperoleh data-data mengenai Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Seni Budaya SMA dari lembaran-lembaran RPP buatan guru.

4. Studi Pustaka

Studi pustaka diartikan sebagai teknik untuk memperoleh data atau informasi dari berbagai tulisan ilmiah baik cetak maupun elektronik yang menunjang penelitian. Teknik ini ditempuh untuk memperoleh pengetahuan yang mendalam mengenai masalah yang diteliti, terutama dalam menentukan arah, metoda dan landasan teoritis penelitian.

(36)

F. LOKASI PENELITIAN (KONDISI SOSIAL)

Lokasi penelitian dalam penelitian ini adalah sanggar atau tempat berlangsungnya kegiatan MGMP Seni Budaya SMA, yaitu di sebuah ruang kelas di SMAN 1 Xxxxxxxxxx.

___________________________

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. ORIENTASI

Sebelum melakukan tindakan perbaikan, peneliti terlebih dahulu melakukan kegiatan orientasi sebagai studi pendahuluan. Dalam kegiatan ini guru ”didiagnosis” sehingga peneliti menemukan derajat kelengkapan dan kesistematisan RPP Seni Budaya yang disusun guru pada saat awal kegiatan MGMP. Peneliti mengamati aktivitas guru dalam persiapan dan selama proses penyusunan RPP, kemudian mengevaluasi RPP yang dibuatnya. Hasil pengamatan dan evalusi tersebut kemudian dijadikan bahan untuk mencari upaya perbaikan (tahap tindakan) pada siklus penelitian. Prakteknya, guru-guru Seni Budaya SMA diminta menyusun RPP secara spontan tanpa ada intervensi atau berlangsung alami seperti yang mereka lakukan sehari-hari sebelum mengajar.

Dengan menggunakan Rubrik Penilaian Aktivitas Guru Seni Budaya SMA dalam Persiapan Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) selama Workshop Penyusunan RPP pada Kegiatan MGMP Seni Budaya SMA Kabupaten Xxxxxxxxxx, diketahui kondisinya sebagai berikut :

Hasil evaluasi terhadap RPP yang mereka buat selama kegiatan orientasi, teridentifikasi beberapa kekurangan, yaitu :

(37)

1. Tidak tepatnya penggunaan kata-kata operasional dalam merinci komponen Indikator Pencapaian.

2. Tidak terdapat komponen Tujuan Pembelajaran.

3. Dalam komponen Kegiatan Pembelajaran Pendahuluan : sedikit yang mencantumkan

kegiatan apersepsi

dan motivating.

4. Dalam komponen Kegiatan Pembelajaran Inti : penggunaan metode terlalu didominasi metode ceramah.

5. Dalam komponen Kegiatan Pembelajaran Penutup : tidak merencanakan kegiatan tindak

lanjut dalam

bentuk pembelajaran remedial, pengayaan, layanan konseling atau memberikan tugas

individu atau

kelompok.

6. Dalam komponen Evaluasi (Penilaian) Proses dan Hasil Pembelajaran : tidak

mencantumkan bentuk

evaluasi (penilaian) proses dan hasil belajar, lembaran / instrumen penilaian (butir

soal-soal, rubrik, dll.),

pedoman penilaian, dan kunci jawaban.

B. PELAKSANAAN TINDAKAN PERBAIKAN

1. Pelaksanaan Tindakan Perbaikan Siklus Kesatu

Dalam siklus kesatu ini dilakukan rangkaian kegiatan perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.

a. Perencanaan

Perencanaan yang dilakukan meliputi :

1) Mempersiapkan bahan-bahan dasar rujukan yang perlu dikaji sebelum menyususn RPP

yang lengkap dan

sistematis, yaitu :

a) PP 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan

b) Permendiknas : No 22 Tahun 2006, No 23 Tahun 2006, Permendiknas No 20 Tahun

2007, dan No 41

Tahun 2007

c) Buku mengenai Evaluasi Pendidikan d) Buku-buku Materi Pelajaran

e) Contoh / model RPP

f) Daftar kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur, yang mencakup

pengetahuan, sikap, dan

keterampilan untuk membuat indikator pencapaian kompetensi g) Buku-buku sumber inovasi pembelajaran

2) Mempersiapkan instrumen penelitian berupa (a) Rubrik Penilaian Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

(RPP) dan (b) Rubrik Penilaian Aktivitas Guru Seni Budaya SMA dalam Persiapan

Penyusunan Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) selama Workshop Penyusunan RPP pada Kegiatan

MGMP Seni

Budaya SMA Kabupaten Xxxxxxxxxx, (c) Rubrik Penilaian Aktivitas Guru dalam Proses Penyusunan

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) selama Workshop Penyusunan RPP pada

Gambar

Gambar  Alur Penelitian Tindakan Kelas

Referensi

Dokumen terkait

study. 3) Ada kontribusi pembelajaran matematika kontekstual yang dikembangkan terhadap hasil belajar matematika SD Selo Boyolali. 4) Ada kontribusi faktor-faktor

Dimensi perencanaan berkaitan dengan proses perencanaan dengan indikator antara lain: adanya organisasi yang melakukan perencanaan TIK, adanya sistem perencanaan

Kemudian melakukan analisis di titik kesetimbangan dengan teorema mengenai status penyakit kolera, juga diperoleh model penyebaran penyakit kolera dengan vaksinasi yang

Hubungan konsentrasi pupuk dengan pertumbuhan spesifik Chaetoceros calcitrans Hasil penelitian menunjukkan nilai waktu penggandaan diri sel Chaetoceros calcitrans

Berdasar hasil penghitungan rata-rata utilisasi CPU dan penggunaan memori secara keseluruhan pada proxy server IPB dapat diketahui bahwa pada tanggal 5 Juni terjadi utilisasi

Dengan mengucapkan syukur alhamdulillahirabbil’alamiin atas kehadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah memberikan rahmat, hidayah Nya, sehingga penulis dapat

Yang bertanda tangan dibawah ini saya, Dyah Puspa Arumningtyas, menyatakan bahwa skripsi dengan judul : PENGARUH SPESIALISASI INDUSTRI AUDITOR, REPUTASI AUDITOR,

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemulihan komposisi vegetasi hutan produksi yang dikelola dengan sistem Silvikultur TPTJ dilihat dari struktur tegakan dan