• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI PAKAN OWA JAWA (Hylobates moloch Audebert 1798) DI PUSAT PENYELAMATAN DAN REHABILITASI SATWA JAVAN GIBBON CENTER (JGC) YOHANNA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STUDI PAKAN OWA JAWA (Hylobates moloch Audebert 1798) DI PUSAT PENYELAMATAN DAN REHABILITASI SATWA JAVAN GIBBON CENTER (JGC) YOHANNA"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI PAKAN OWA JAWA (Hylobates moloch Audebert 1798)

DI PUSAT PENYELAMATAN DAN REHABILITASI

SATWA JAVAN GIBBON CENTER (JGC)

YOHANNA

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Studi Pakan Owa Jawa (Hylobates moloch Audebert 1798) di Pusat Penyelamatan dan Rehabilitasi Satwa

Javan Gibbon Center (JGC) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi

pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2013

Yohanna

(4)

ABSTRAK

YOHANNA. Studi Pakan Owa Jawa (Hylobates moloch Audebert 1798) di Pusat Penyelamatan dan Rehabilitasi Satwa Javan Gibbon Center (JGC). Dibimbing oleh BURHANUDDIN MASY’UD dan ANI MARDIASTUTI.

Owa jawa (Hylobates moloch Audebert 1798) merupakan satwa dilindungi berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 7 tahun 1999. Salah satu ancaman owa jawa di habitat alami yaitu fragmentasi, perambahan, perburuan dan perdagangan. Salah satu upaya konservasi eks-situ adalah pendirian Pusat Penyelamatan dan rehabilitasi Satwa Javan Gibbon Center (JGC). Pengelolaan pakan di lembaga konservasi harus diperhatikan untuk menentukan prioritas pakan dengan melihat palatabilitas pakan dan asupan nutrisi. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi palatabilitas pakan dan asupan nutrisi owa jawa di Javan Gibbon

Center (JGC) dan hubungan antara menu pakan dengan jumlah pemilihan pakan,

konsumsi pakan dan asupan energi. Metode yang digunakan adalah focal animal

sampling dan restricted feeding dengan memberikan 2 menu pakan. Tingkat

palatabilitas tertinggi adalah pisang pada menu pakan 1 dan menu pakan 2. Asupan nutrisi berupa energi dan protein yang dikonsumsi owa jawa di kandang introduksi JGC adalah sebesar 327.47 kkal untuk menu pakan 1 dan 351.27 kkal untuk menu pakan 2. Tidak ada pengaruh nyata antara menu pakan 1 dan menu pakan 2 pada pemilihan jenis pakan oleh owa jawa.

Kata kunci: asupan energi, konsumsi pakan, menu pakan, owa jawa, palatabilitas.

ABSTRACT

YOHANNA. Feeding study of Javan Gibbon (Hylobates moloch Audebert 1798) in Animal Rescue and Rehabilitation Center Javan Gibbon Center (JGC). Supervised by BURHANUDDIN MASY’UD and ANI MARDIASTUTI.

Javan Gibbon is a protected animal based on PP RI no. 7 1999. The problems in nature habitat are fragmentation, illegal logging, illegal hunting and illegal trade. One of the ex-situ conservation effort is by building Javan Gibbon Rescue and Rehabilitation Center. Feed management in conservation institution is needed in order to choose feed priority by seeing the palatability and nutrition intake. The purpose of this research are to identify the palatability, nutrient intake and the relation beetween diet menu with the amount of feed election, feed consumption, and energy intake. Focal animal sampling and restricted feeding are used by giving two different diet menu. The first rank of palatability is banana for the first menu and the second menu. The amount of the energy intake from the first menu is 327.47 kcal and from the second menu is 351.27 kcal. There is no significant deferences between diet menu with the mount of feed selection, feed consumption and energy intake.

Keyword : Diet menu, feed consumption, javan gibbon, nutrient intake, palatability.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan

pada

Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata

STUDI PAKAN OWA JAWA (Hylobates moloch Audebert 1798)

DI PUSAT PENYELAMATAN DAN REHABILITASI

SATWA JAVAN GIBBON CENTER (JGC)

YOHANNA

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi: Studi Pakan Owa jawa (Hylobates moloch Audebert 1798) di Pusat

Penyelamatan dan Rehabilitasi Satwa Javan Gibbon Center (JGC)

Nama : Yohcinna

NIM : E34090028

Disetujui oleh'"

Dr Ir Burhanuddin Masy'ud, YIS Prof Dr Ir Ani Mardiastuti, MSc

Pembimbing I Pembimbing n

(8)

Judul Skripsi : Studi Pakan Owa jawa (Hylobates moloch Audebert 1798) di Pusat Penyelamatan dan Rehabilitasi Satwa Javan Gibbon Center (JGC) Nama : Yohanna

NIM : E34090028

Disetujui oleh

Dr Ir Burhanuddin Masy’ud, MS Pembimbing I

Prof Dr Ir Ani Mardiastuti, MSc Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Sambas Basuni, MS Ketua Departemen

(9)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juni 2013 ini ialah pakan owa jawa, dengan judul Studi Pakan Owa Jawa (Hylobates moloch Audebert 2798) di Pusat penyelamatan dan Rehabilitasi Satwa Javan Gibbon Center (JGC).

Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Burhanuddin Masy’ud MS dan Prof Dr Ir Ani Mardiastuti MSc selaku pembimbing. Penghargaan juga penulis sampaikan kepada Bapak Anton Ario, Kang Ayung, Kang Radi, Mang Icas dan Muhammad Sukandar yang telah membantu penulis dalam pengumpulan data. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada teman-teman anggrek hitam (KSHE 46) dan Fast Track angkatan pertama atas dukungannya. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga atas segala doa dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2013

(10)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR LAMPIRAN vii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 1

Manfaat Penelitian 2

METODE 2

Lokasi dan Waktu 2

Alat 2

Objek 2

Bahan 2

Jenis Data 2

Metode Pengumpulan Data 3

Analisis Data 3

HASIL DAN PEMBAHASAN 4 Kondisi Umum Lokasi Penelitian 4 Pengelolaan Pakan 4 Konsumsi Pakan 6 Palatabilitas Pakan 8

Asupan Nutrisi Owa Jawa 12

Pengaruh Pemberian Perbedaan Menu Pakan 12

SIMPULAN DAN SARAN 14

Simpulan 14

Saran 14

DAFTAR PUSTAKA 14

(11)

DAFTAR TABEL

1 Owa jawa yang menjadi objek penelitian 2

2 Konsumsi pakan owa jawa di kandang introduksi JGC 6 3 Tingkat palatabilitas pada kedua menu pakan 9 4 Kandungan zat gizi pakan owa jawa per 100 gr 11

5 Asupan energi owa jawa per hari 13

DAFTAR LAMPIRAN

1 Peta lokasi penelitian di Javan Gibbon Center 17

2 Menu pakan yang diberikan pada owa jawa 18

3 Metode pengambilan data 19

(12)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Owa jawa (Hylobates moloch Audebert, 1798) merupakan satwa dilindungi berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 7 tahun 1999 (Pusat Studi Satwa Primata 2000). Salah satu ancaman owa jawa di habitat alami yaitu fragmentasi, perambahan, perburuan dan perdagangan (Campbell et al. 2008). Owa jawa merupakan satwa arboreal sehingga keberadaan pohon sangat penting untuk berpindah dan sebagai bahan pakan. Upaya konservasi perlu dilakukan agar dapat mempertahankan satwa ini dari kepunahan. Upaya konservasi dapat dilakukan secara in-situ dan eks-situ. Pendirian lembaga konservasi adalah salah satu konservasi eks-situ yang dapat mengembalikan populasinya di alam melalui program rehabilitasi.

Pusat Penyelamatan dan Rehabilitasi Owa Jawa Javan Gibbon Center (JGC) merupakan salah satu lembaga konservasi yang didirikan untuk menyelamatkan owa jawa dari kepunahan yang dilakukan oleh instansi pemerintah dalam hal ini Departemen Kehutanan RI bekerjasama dengan Yayasan Owa Jawa, Universitas Indonesia, Balai Taman Nasional Gunung Gede Pangrango dan Conservation International Indonesia pada tahun 2002 (CII 2011). Menurut Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.31/Menhut-II/2012 tentang Lembaga Konservasi, Pusat Rehabilitasi Satwa (PRS) adalah tempat untuk melakukan proses rehabilitasi, adaptasi satwa dan pelepasliaran ke habitat alaminya, sedangkan Pusat Penyelamatan Satwa (PPS) adalah tempat untuk melakukan kegiatan pemeliharaan satwa hasil sitaan, temuan atau penyerahan dari masyarakat yang pengelolaannya bersifat sementara sebelum adanya penetapan penyaluran satwa (animal disposal) lebih lanjut oleh Pemerintah. Untuk itu, aktivitas program yang dilakukan di Javan Gibbon Center antara lain: penyelamatan, rehabilitasi, informasi konservasi, pendidikan dan penyadaran, penelitian, pelepasliaran dan pemantauan (monitoring).

Semua organisme termasuk owa jawa untuk dapat bertahan hidup dan berkembangbiak memerlukan pakan sebagai sumber energi, sehingga pakan merupakan salah satu komponen penting habitat, bahkan dikategorikan sebagai faktor pembatas (limiting factor). Salah satu indikator kunci sebagai dasar pelepasliaran owa jawa ke alam adalah kemampuan owa jawa dalam beradaptasi dengan pakan alami. Menurut Supriatna dan Wahyono (2000), di habitat alaminya owa jawa mengkonsumsi 125 jenis tumbuhan yang berbeda. Untuk itu diperlukan penunjukkan pakan prioritas yakni dengan melihat palatabilitas pakan dan asupan nutrisinya.

Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah (1) mengidentifikasi palatabilitas pakan owa jawa (Hylobates moloch Audebert 1798) di Javan Gibbon Center (JGC), (2) menganalisa asupan nutrisi owa jawa, (3) mengidentifikasi pengaruh menu pakan dengan jumlah pemilihan jenis, konsumsi pakan dan asupan energi.

(13)

2

Manfaat

Penelitian ini dapat bermanfaat sebagai informasi mengenai palatabilitas dan asupan nutrisi owa jawa yang berada di dalam kandang khususnya di Javan

Gibbon Center (JGC). Data tersebut dapat dijadikan sebagai acuan bagi pengelola

sebagai masukan untuk pengelolaan pakan di Pusat Penyelamatan dan Rehabilitasi Satwa JGC dalam melakukan proses rehabilitasi owa jawa.

METODE

Lokasi dan Waktu

Penelitian dilakukan di Pusat Penyelamatan dan Rehabilitasi Owa Jawa,

Javan Gibbon Center (JGC), yang berada di kawasan penyangga Taman Nasional

Gunung Gede Pangrango (TNGGP) yaitu di Resort Bodogol (06o46’28.8” LS 106o50’24.0” BT) (Lampiran 1). Penelitian berlangsung selama 2 bulan, yaitu bulan Juni hingga Juli 2013.

Alat

Alat yang digunakan antara lain kamera digital, jam tangan, kalkulator, komputer, timbangan, tempat makan satwa, alat tulis menulis dan kandang introduksi.

Objek

Objek penelitian yakni 4 individu owa jawa yang berada di kandang introduksi (Tabel 1).

Tabel 1 Owa jawa yang menjadi objek penelitian

No. Nama Umur (tahun) Tahun Masuk Jenis Kelamin Berat (kg) 1 Jolly 7 2010 Betina 4.2 2 Chika 9 2010 Betina 6.2 3 Cuplis 12 2008 Betina 6.0 4 Lucas 13 2007 Betina 6.0 Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pakan owa jawa berupa pakan alami, non alami dan tambahan. Setiap pakan yang diberikan berjumlah 50 gr (Lampiran 2).

Jenis Data

Jenis data yang dikumpulkan terdiri dari palatabilitas pakan dan asupan nutrisi owa jawa di kandang yang merupakan parameter dalam penelitian ini. Variabel yang diamati berupa jenis-jenis pakan, jumlah konsumsi dan kandungan nutrisi pakan.

(14)

3

Metode Pengumpulan Data

Pengambilan data di lapangan dilakukan dengan metode focal animal

sampling (Altman 1974). Pengamatan ini terfokus pada individu target tanpa

menghiraukan individu lain yang berada di sekitar target.

Pemberian pakan dilakukan dengan cara restricted feeding (Pratas 2006) yaitu, pemberian pakan dibatasi namun satwa bebas memilih pakan, jadi peluang setiap jenis pakan adalah sama. Air minum diberikan secara ad libitum, yakni pemberian minum tidak dibatasi (Ridwan et al. 2001). Pemberian pakan dilakukan pada pukul 07.00 WIB, 10.00 WIB, 12.00 WIB dan 14.00 WIB. Pengambilan dan pengukuran pakan sisa dilakukan setiap pemberian pakan berikutnya. Untuk pengambilan pakan pukul 14.00, pengambilan pakan disertai pembersihan kandang. Pengulangan dilakukan 3 kali untuk setiap menu pakan (Lampiran 3). Wawancara dilakukan dengan animal keeper untuk memperoleh data mengenai pengelolaan pakan di JGC.

Analisis Data

Analisis data yang digunakan adalah :

1. Tingkat palatabilitas

Palatabilitas disajikan dalam bentuk tabulasi dan grafik untuk mengetahui urutan pakan yang lebih dahulu dimakan oleh owa jawa. Palatabilitas pakan dapat diketahui melalui konsumsi pakan dengan mencari presentasi pakan yang dimakan menggunakan rumus (Susanto 1977) sebagai berikut.

% |g| = (g0-g1)/g0 x 100

Keterangan :

% |g| = tingkat palatabilitas g0 = berat pakan semula

g1 = sisa pakan yang disajikan

2. Uji statistik t

Uji statistik t digunakan untuk mengetahui masing-masing variabel bebas yang berpengaruh terhadap variabel terikatnya. Pengujian dilakukan dengan bantuan software SPSS 20 dengan hipotesis sebagai berikut.

H0 : menu pakan tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah pemilihan jenis,

konsumsi pakan, dan asupan energi.

H1 : menu pakan berpengaruh nyata terhadap jumlah pemilihan jenis, konsumsi

pakan, dan asupan energi.

Pengambilan keputusan menurut Walpole (1995) dilakukan berdasarkan nilai probabilitas (sig) sebagai berikut (selang kepercayaan 95%):

Jika probabilitas (sig) > α atau thitung < ttabel, maka H0 diterima artinya variabel

bebas (Xi) tidak berpengaruh nyata terhadap (Y).

Jika probabilitas (sig) ≤ α atau thitung > ttabel, maka H0 ditolak atau H1 diterima,

maka terima H1, artinya variabel bebas (Xi) berpengaruh nyata terhadap (Y).

3. Analisis proksimat

Analisis proksimat dilakukan untuk mengetahui kandungan nutrisi (Widodo 2006). Analisis proksimat dilakukan pada buah afrika dan hampelas di laboratorium pengujian nutrisi LIPI.

(15)

4

4. Asupan nutrisi

Perhitungan jumlah asupan nutrisi atau zat makanan yang dikonsumsi adalah dengan mengalikan jumlah bahan pakan yang dikonsumsi dengan jumlah kandungan zat makanan yang terkandung di dalamnya (Widodo 2006). Asupan nutrisi dapat ditentukan dengan menghitung konsumsi zat-zat makanan setiap hari per individu, kemudian dirata-ratakan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum Lokasi Penelitian

Javan Gibbon Center (JGC) berlokasi di areal perluasan TNGGP, Resort

Bodogol Seksi Konservasi Wilayah II Bogor dengan ketinggian 650 mdpl. JGC didirikan pada pertengahan tahun 2002, dengan dimulainya pembangunan berbagai fasilitas pendukung, seperti fasilitas kandang, klinik, rumah jaga, pos jaga, fasilitas air dan listrik di atas lahan PT. Pengembangan Agrowisata Prima, di desa Nangerang, Sukabumi Jawa Barat. Namun kini seiring pengembangan program dan proses rehabilitasi owa jawa yang memerlukan kondisi lokasi yang lebih dekat dengan suasana hutan, maka pada awal Desember 2006, JGC berpindah lokasi di areal perluasan TNGGP, tepatnya dalam wilayah Resort Bodogol, Seksi Konservasi Wilayah II Bogor, TNGGP. Pepohonan yang mendominasi kawasan ini adalah agatis (Agathis dammara) (CII 2011). Javan

Gibbon Center (JGC) memiliki beberapa fasilitas kandang diantaranya kandang

karantina, kandang individu, kandang introduksi atau kandang pasangan, dan kandang perjodohan. Kandang introduksi memiliki beberapa fasilitas seperti ayunan,tempat makan satwa, dan papan yang difungsikan sebagai tempat untuk makan, duduk dan tidur.

Pengelolaan Pakan

Javan Gibbon Center (JGC) memiliki beberapa tahapan kandang yakni

pada tahap pertama owa jawa yang baru datang akan dimasukkan ke dalam ruang karantina selama sekitar 3 minggu. Di dalam ruangan karantina tersebut terdapat kandang karantina serta perlengkapan medis seperti obat-obatan dan alat infus. Pakan yang diberikan di kandang karantina berupa buah-buahan dan sayuran yang seluruhnya merupakan pakan non alami owa jawa. Hal ini dilakukan agar owa jawa yang dulunya merupakan satwa peliharaan masih terbiasa dengan pakannya ketika masih dipelihara. Tujuan karantina adalah untuk mencegah tersebarnya penyakit yang berasal dari satwaliar (Akbar 2011).

Owa jawa yang telah diindikasikan sehat akan dipindahkan ke kandang individu selama sekitar 1 minggu. Terdapat 3 buah kandang individu di JGC namun sekarang ketiganya tidak dihuni oleh satu pun owa jawa karena seluruh owa jawa telah dipindahkan di kandang introduksi dan kandang perjodohan. Penerimaan satwa terakhir di JGC terjadi tahun 2010. Kandang individu berfungsi untuk menyesuaikan satwa dengan suhu dan lingkungan di JGC. Pakan yang diberikan di kandang individu, masih sama dengan pakan yang diberikan pada kandang karantina yakni berupa buah-buahan dan sayuran yang merupakan pakan non alaminya.

(16)

5

Owa jawa tersebut akan dipindahkan ke kandang pasangan atau disebut juga kandang introduksi setelah melakukan penyesuaian di kandang individu dan tidak terindikasi penyakit yang dapat menular. Kandang introduksi berfungsi sebagai kandang perkenalan terhadap buah hutan atau pakan alami owa jawa. Selain itu kandang tersebut juga berfungsi untuk memperkenalkan individu owa jawa kepada lawan jenisnya sehingga JGC juga menyebut kandang tersebut sebagai kandang pasangan. Tidak ada waktu yang pasti untuk menentukan lamanya owa jawa berada di kandang introduksi. Indikator utama owa jawa dipindahkan dari kandang introduksi adalah apabila owa jawa telah merasa cocok dengan individu yang dijodohkan.

Pakan yang diberikan di kandang introduksi sudah mulai beragam, yakni buah-buahan dan sayuran berupa pakan non alami, buah-buahan yang merupakan pakan alami namun presentasinya kurang dari 50% dari pakan alami serta pakan tambahan lain berupa ubi jalar rebus, tahu atau tempe, dan bubur yang diberi campuran vitamin sesuai kebutuhan individu owa jawa. Sejak dilepasliarkan, owa jawa rehabilitan tersebut tidak lagi mendapatkan pakan non alami, namun langsung dapat melakukan proses pencarian dan pemilihan jenis pakan yang ada di hutan Patiwel, Bodogol, TNGGP. Buah afrika (Maeopsis eminii), walen (Ficus

ribes), beunying (Ficus pistulosa) dan hampelas (Ficus hampelas) merupakan

tumbuhan yang ditemukan di Bodogol (Rahman 2011). Pemberian pakan alami tersebut sangat penting karena terbukti menurut Ario (2011) owa jawa rehabilitan dari JGC sudah mampu untuk mengkonsumsi pakan alami seperti umumnya owa jawa liar lainnya. Namun pada saat kelimpahan akan buah berkurang owa jawa akan banyak mengkonsumsi daun muda dan bunga. Kelimpahan akan buah di hutan biasanya terdapat pada saat awal musim hujan yaitu sekitar bulan Juli.

Buah afrika merupakan salah satu pakan yang terdapat di habitat owa jawa di sekitar Resort Bodogol. Namun jenis tersebut merupakan spesies asing yang berasal dari Afrika. Owa jawa diduga menjadi penyebar biji untuk spesies tersebut karena keberadaannya selain menjadi pakan, pohon tersebut juga dijadikan owa jawa untuk melakukan aktivitasnya. Jenis-jenis pakan alami juga perlu diperhatikan asal usulnya. Beberapa spesies asing berbahaya di TNGGP yang dapat menimbulkan penurunan kualitas habitat owa adalah pohon afrika (Maesopsis eminii) dan konyal (Passiflora guberosa) (Bambang dan Rismayani 2011).

Pemberian pakan di JGC dilakukan sebanyak 4 kali dalam sehari, yakni pukul 07.00 berupa buah-buahan, pukul 10.00 berupa sayuran yang tidak berdaun, pukul 12.00 berupa sayuran berdaun, dan pukul 14.00 berupa pakan tambahan. Siang hari owa cenderung memilih pakan yang memiliki kandungan air yang tinggi, yaitu buah, sayuran dan terakhir adalah umbi. Kebutuhan air siang hari owa jawa dapat dipenuhi oleh bengkuang, timun dan kangkung. Menurut Mahardika (2008), pada siang hari owa membutuhkan asupan air yang lebih tinggi dibandingkan pada pagi hari. Pakan tambahan yang diberikan berupa pakan-pakan olahan. Pemberian pakan tambahan didasarkan pada owa jawa yang belum terbiasa mengkonsumsi serangga untuk kebutuhan protein satwa (Ario 2011).

Penentuan waktu makan juga disesuaikan dengan waktu makan owa jawa di habitat alaminya. Hal ini dilakukan untuk mempermudah proses habituasi. Pemberian makan terakhir pukul 16.00 sudah tepat. Rasmada (2008) menyatakan aktivitas makan owa jawa baik jantan maupun betina di penangkaran mulai

(17)

6

menurun pada pukul 16.00-17.00, sedangkan pada pukul 17.00-18.00 owa jawa sama sekali tidak melakukan aktivitas makan.

Konsumsi Pakan

Pemberian pakan dalam studi pakan ini dibedakan menjadi 2 menu pakan. Kedua menu tersebut dibedakan berdasarkan jumlah jenis pakan alami yang diberikan pada pagi hari. Kedua menu pakan tersebut menghasilkan jumlah konsumsi yang berbeda. Pada menu pakan 1, jumlah konsumsi pakan owa jawa betina sebesar 441.3 gr sedangkan pemberian menu pakan 2 jumlah konsumsi pakan sebesar 415.6 gr (Tabel 2).

Jumlah konsumsi pakan menjadi lebih sedikit ketika diberikan 13 jenis buah pada menu pakan 2 jika dibandingkan dengan diberikannya 11 jenis buah pada menu pakan 1 di pagi hari. Pisang merupakan buah yang paling banyak dikonsumsi pada kedua menu pakan meskipun jumlahnya berbeda. Bengkuang merupakan buah yang paling banyak dikonsumsi pada pemberian pakan pukul 10.00 pada kedua menu pakan. Kelompok pakan yang paling banyak dikonsumsi yakni buah-buahan karena pengelola menyediakan lebih banyak jenis buah. Banyaknya jenis tersebut juga diiringi dengan banyaknya konsumsi owa jawa akan buah. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi jumlah konsumsi owa jawa tersebut. Menurut Church dan Pond (1988), konsumsi pakan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor internal, eksternal dan lingkungan.

Tabel 2 Konsumsi pakan owa jawa di kandang introduksi JGC

Keterangan : * =buah hutan, **=tidak diberikan

No. Waktu Jenis buah Nama ilmiah Konsumsi pakan(gr) Menu 1 Menu 2 1

07.00

Apel Pyrus malus 4.2 4.3

2 Jambu biji Psidium guajava 30.1 26.3

3 Jeruk Citrus sinensis 11.0 5.8

4 Melon Cucumis melo 10.5 14.8

5 Nanas Annas comosus 28.5 23.8

6 Pepaya Carica papaya 37.5 36.1

7 Pisang uli Musa paradisiaca 44.1 42.8

8 Salak Salacca zalacca 31.9 21.7

9 Kedondong Spondilas cytherea 0.1 0.0

10 Walen* Ficus ribes 2.8 2.1

11 Buah afrika* Maeopsis eminii 2.6 2.3

12 Beunying* Ficus pistulosa -** 9.4

13 Hampelas* Ficus hampelas -** 3.2

14

10.00

Bengkuang Pachyrhizus erosus 47.3 46.8

15 Wortel Daucus carota 12.6 11.9

16 Timun Cucumis sativus 33.3 33.9

17 Terong Solanum melongena 22.8 11.9

18 12.00 Kangkung Ipomoea aquatica 26.7 24.9 19

14.00 Tempe - 46.8 47.8

20 Ubi jalar Ipomoea batatas 48.6 45.7

(18)

7

Faktor internal berasal dari satwa itu sendiri yaitu status fisiologi dari satwa tersebut. Faktor eksternal berasal dari pakan. Jumlah pilihan pakan pada menu pakan 2 lebih banyak sehingga owa jawa cenderung untuk mengurangi jumlah konsumsi buah yang satu untuk mengkonsumsi jenis buah yang lain.

Faktor internal yang mempengaruhi salah satunya adalah berat badan. Berat badan rata-rata owa jawa betina di kandang introduksi JGC adalah 5.15 kg. Menurut Ario (2011), owa jawa betina dengan berat 5.3 kg dapat mengkonsumsi pakan sebanyak 420.37 gr/hari. Faktor lain yang mempengaruhi konsumsi pakan adalah pakan itu sendiri. Parakkasi (1985) menyatakan bahwa faktor pakan yang meliputi sifat dan komposisi kimia akan mempengaruhi tingkat konsumsi. Pisang merupakan salah satu pakan yang mudah untuk dicerna karena jumlah konsumsinya yang besar. Kandungan bahan pakan tersebut berkaitan dengan mudah tidaknya bahan pakan pakan tersebut dapat dicerna oleh owa jawa. Jika dalam pakan mengandung zat yang membentuk senyawa yang tidak dapat dicerna oleh hewan maka pakan tersebut memiliki tingkat konsumsi yang rendah (Wardani 2005).

Pihak pengelola melakukan pembelian pakan dilakukan setiap hari senin dan kamis. Perbedaan rasa dan kualitas pakan saat pembelian pakan juga mempengaruhi konsumsi pakan pada menu 1 dengan menu 2, owa jawa akan mengkonsumsi pakan yang lebih banyak pada jenis-jenis yang disukainya, karena owa jawa cenderung untuk menghabiskan pakan yang disukainya dan apabila setelah dicicipi dan dirasa tidak enak maka buah tersebut akan diletakkan kembali di tempat makan ataupun dijatuhkan ke lantai kandang. Konsumsi pakan juga dipengaruhi oleh palatabilitas hewan terhadap pakan tersebut (Mahardika 2008). Semakin palatable suatu jenis pakan, maka konsumsinya akan semakin banyak. Pisang merupakan pakan yang palatable karena jumlah konsumsinya paling banyak jika dibandingkan dengan buah-buahan lain yang diberikan pada pagi hari. Selain itu faktor kualitas pakan mempengaruhi dalam jumlah konsumsi pakan owa jawa. Perbedaan kualitas inilah yang mempengaruhi adanya perbedaan jumlah konsumsi antara menu pakan 1 dan menu pakan 2. Pakan yang berkualitas baik, tingkat konsumsinya relatif tinggi dibandingkan dengan pakan yang berkualitas rendah (Wahju 1985).

Buah lebih banyak dikonsumsi karena sesuai dengan sifat owa jawa yang merupakan satwa frugivora. Owa jawa merupakan frugivora yakni satwa yang mengkonsumsi buah-buahan (Supriatna dan Wahyono 2000). Konsumsi pakan tersebut juga mempengaruhi owa jawa setelah dilepasliarkan. Setelah dilepasliarkan, masih dilakukan pemantauan terhadap owa jawa tersebut. Hasil pemantauan tersebut memperlihatkan bahwa ternyata banyak buah hutan yang menjadi pakan alami owa yang tidak diperkenalkan di JGC namun dikonsumsi oleh owa jawa. Namun, owa jawa tersebut lebih memilih memakan buah. Menurut Ario (2011), proporsi jenis pakan yang dikonsumsi oleh owa jawa rehabilitan adalah buah 76.4-84.2%, daun 13.6-20.4%, serangga 0.9-1.9%, bunga 1.1-1.2%.

Suhu merupakan faktor lingkungan yang mempengaruhi konsumsi owa jawa. Suhu yang tercatat ketika pengamatann menu pakan 1 lebih tinggi yakni 25.23˚C sedangkan pada pemberian menu pakan 2 suhu 23.63˚C. Konsumsi pakan pada menu pakan 2 lebih rendah karena suhu lebih rendah. Hal ini juga dapat disebabkan oleh kadar air yang tinggi pada buah-buahan yang diberikan sehingga

(19)

8

konsumsi pakan owa jawa lebih banyak ketika suhu lebih tinggi. Menurut Rasmada (2008), konsumsi owa jawa pada siang hari lebih tinggi karena adanya peningkatan suhu.

Palatabilitas Pakan

Pemberian pakan di pagi hari dengan 11 jenis pakan pada menu 1 dan 13 jenis pakan pada menu 2 dapat memperlihatkan pemilihan jenis oleh owa jawa. Pada kenyataannya, tidak semua jenis pakan yang diberikan kepada owa jawa akan dipilih seluruhnya dalam hari yang sama. Pemilihan makanan dapat memperlihatkan pakan-pakan yang disukai oleh owa jawa sampai pakan yang tidak disukai bahkan tidak dipilih sama sekali.

Kedua menu pakan yang diberikan menunjukkan bahwa pisang uli adalah pakan yang konsumsi paling banyak oleh owa jawa. Berdasarkan hasil pengamatan dapat terlihat pula bahwa pisang lebih sering dipilih untuk pertama kali. Owa jawa di JGC memakan pisang uli hingga bagian kulitnya. Pisang uli dapat dikatakan pakan yang paling palatable karena pisang uli memiliki tingkat palatabilitas teringgi yakni sebesar 88.20% pada menu pakan 1 dan 85.67 % pada menu pakan 2 (Tabel 3). Tekstur pisang uli sangat lembut karena owa jawa mampu menghabiskan pisang uli dengan rata-rata kunyahan sebanyak 1-7 kali kunyahan dan 6-10 gigitan untuk menghabiskan satu buah pisang. Owa jawa di JGC membuka pisang dengan menggunakan gigi namun beberapa individu membukanya dengan menggunakan tangannya. Sering kali owa jawa tersebut terlihat memakan kulit pisang.

Pepaya memiliki rasa yang manis dan tekstur yang lembut sehingga pada menu pakan 1 dan menu pakan 2 tingkat palatabilitasnya menempati urutan kedua dengan persentase sebesar 68.80% dan 72.17% (Tabel 3). Pepaya yang diberikan merupakan pepaya yang telah matang yang ditandai dengan warnanya yang oranye kemerahan serta teksturnya yang lembut.

Salak merupakan buah yang memiliki tingkat palatabilitas ketiga setelah pisang dan pepaya pada menu pakan 1 dengan persentase sebesar 85.33%. Owa jawa mengupas kulit salak pertama dengan menggunakan mulut. Namun setelah sedikit terbuka, owa jawa akan mengupasnya dengan menggunakan tangan. Pada menu pakan 1 ini, owa jawa memakan salak hingga habis tanpa diselingi dengan aktivitas lain atau memakan buah lain. Owa jawa memakan salak dengan dibawa dari tempat pakan ke tempat lain yang dirasa lebih aman, seperti ke atas papan yang ada di tengah kandang. Salak disajikan dalam bentuk utuh sehingga owa jawa harus mengupasnya terlebih dahulu. Pemberian bentuk ini merupakan cara pengelola sebagai sarana pembelajaran bagi owa jawa.

Jambu biji merupakan jenis pakan yang tingkat palatabilitasnya menempati urutan keempat pada menu pakan 1 dengan persentase sebesar 60.20% dan urutan ketiga pada menu pakan 2 dengan persentase 52.67%. Selama pengamatan terlihat bahwa warna jambu biji ketika diberikan di menu pakan 2 lebih segar dan lebih merah. Selain itu, struktur kulitnya tidak terlalu keras.

Nanas menempati urutan kelima untuk tingkat paltabilitas pada menu pakan 1 dan urutan keempat pada menu pakan 2 dengan persentase sebesar 57.00% dan 47.67% (Tabel 3). Meskipun terkadang jenis nanas ini memiliki rasa yang asam namun diantara keempat buah tersebut, nanas merupakan buah yang

(20)

9

mengandung kadar air cukup tinggi apabila dibandingkan dengan keempat jenis sebelumnya yakni sebesar 88.9% (Tabel 4).

Buah-buahan yang dipilih berikutnya seperti melon, apel, jeruk manis, kedondong, walen, buah afrika, beunying dan hampelas dipilih setelah memiliki selang waktu beberapa saat setelah memilih lima pakan yang dipilih pertama dan memiliki tingkat palatabilitas tertinggi. Kedondong merupakan buah dengan tingkat palatabilitas paling rendah. Bahkan, pada menu pakan 2, kedondong tidak dipilih sama sekali.

Tingkat palatabilitas untuk buah hutan (pakan alami) tergolong rendah apabila dibandingkan dengan buah pasar (pakan non alami). Hal ini disebabkan oleh kebiasaan pakan yang diberikan oleh pengelola masih berupa pakan non alami. Namun, pakan alami yang berupa buah hutan tersebut telah dikonsumsi oleh owa jawa meskipun jumlahnya sedikit. Hal ini mengindikasikan bahwa owa jawa di kandang introduksi selama 2-6 tahun telah mampu beradaptasi dengan pakan alami yang diberikan oleh pengelola. Adaptasi tersebut sangat penting untuk mempermudah pelepasliaran. Pada menu pakan 1, tingkat palatabilitas walen lebih besar dari pada buah afrika. Pada menu pakan 2, tingkat palatabilitas untuk hampelas lebih tinggi karena jenis tersebut adalah jenis yang baru dikenalkan pada menu pakan 2.

Tabel 3 Tingkat palatabilitas pada kedua menu pakan

No. Jenis pakan Nama ilmiah Tingkat palatabilitas Menu 1 (%) Menu 2 (%) 1 Pisang uli Musa paradisiaca 88.20 85.67

2 Pepaya Carica papaya 68.80 72.17

3 Salak Salacca zalacca 63.80 43.33

4 Jambu biji Psidium guajava 60.20 52.67

5 Nanas Annas comosus 57.00 47.67

6 Jeruk manis Citrus sinensis 22.00 11.50

7 Melon Cucumis melo 21.00 30.00

8 Apel Pyrus malus 8.30 8.67

9 Walen* Ficus ribes 5.50 4.50

10 Buah afrika* Maeopsis eminii 5.20 5.20 11 Kedondong Spondilas cytherea 0.20 0.00

12 Hampelas* Ficus hampelas -** 18.83

13 Beunying* Ficus pistulosa -** 4.17

Keterangan: *buah hutan; **tidak diberikan

Pisang uli memiliki warna yang kuning namun kadang berwarna kehijauan. Pisang uli memiliki nilai kandungan energi paling tinggi diantara buah-buahan pasar yang lain yakni sebesar 146 kkal (Tabel 4). Kandungan energi untuk melakukan aktivitasnya pada pagi hari menjadi pertimbangan owa dalam memilih pisang. Menurut Puspaningtyas (2013), pisang uli bermanfaat sebagai sumber tenaga. Mahardika (2008) menyatakan bahwa kandungan energi pisang uli merupakan energi instan yang mudah tersedia dalam waktu singkat, sehingga bermanfaat dalam menyediakan kebutuhan kalori sesaat. Karbohidrat yang terkandung dalam pisang uli cukup tinggi yakni 38.2 gr (Tabel 4).

(21)

10

Pada dasarnya satwa akan memilih makanan yang banyak mengandung nutrisi. Satwa biasanya tidak akan memilih makanan yang mengandung bahan penyusun yang relatif sukar dicerna (Dunbar 1988 diacu dalam Nurcahyo 1999). Selain itu, pisang merupakan buah yang sudah dikenalkan oleh pemelihara ketika masih di pelihara oleh manusia. Salah satu faktor yang dapat memengaruhi pemilihan pakan adalah jenis pakan dan sejauh mana primata mengenali pakan (Sari 2009).

Pepaya yang diberikan di JGC merupakan pepaya yang masak. Hal tersebut menyebabkan owa jawa menyukai pepaya. Owa jawa termasuk jenis primata yang banyak memakan buah, terutama buah yang masak karena banyak mengandung gula (Ario 2011). Warna pepaya yang oranye kemerahan menjadi pertimbangan owa jawa dalam memilih pepaya untuk dikonsumsi. Apabila dibandingkan dengan warna buah yang lain, warna oranye ini merupakan warna yang cukup mencolok. Salah satu karakteristik pakan yang dapat menentukan pemilihan adalah warna pakan (Laska et al. 2003). Apabila dibandingkan dengan warna buah yang lain, warna oranye ini merupakan warna yang cukup mencolok bagi primata. Hal ini sesuai dengan pernyataan Gautier-Hion et al. (1985) diacu

dalam Sari (2009) yang menyatakan bahwa primata menyukai buah dengan

warna kulit buah yang cerah, seperti kuning, oranye, merah atau multi warna. Morfologi salak menjadi salah satu faktor yang menyebabkan owa jawa menyukai buah tersebut. Menurut Leighton dan Leighton (1983), buah yang disukai oleh primata memiliki ciri morfologi berkulit keras, tidak merekah, berwarna kuning hingga coklat, dan kulit harus dibuka sebelum daging buah yang melekat pada biji ditelan. Namun, pada menu pakan 2 dengan pilihan jenis yang lebih banyak, tingkat palatabilitas salak menurun menjadi 43.33 %. Hal ini dapat pula dipengaruhi oleh kualitas dan rasa buah salak yang berubah saat diberikan pada menu pakan 1 dan menu pakan 2. Menurunnya kualitas ditandai dengan busuknya bagian atas buah (Direktorat Budidaya dan Pascapanen Pertanian 2011). Hal tersebut menyebabkan konsumsi buah salak menurun namun owa jawa tetap mengkonsumsinya meskipun dalam jumlah sedikit. Hal ini menyebabkan salak kurang dipilih namun tetap dikonsumsi meskipun jumlahnya tidak sebanyak pada menu pakan 1. Menurut Krebs (1989) banyak tipe pakan yang tidak dapat dengan mudah digantikan dengan pakan lain sehingga sebagai konsekuensinya pakan yang paling disukai akan dimakan lebih dahulu.

Jambu biji yang diberikan merupakan jambu biji dengan tekstur yang lunak karena terkadang owa jawa tersebut juga memakan kulit buah tersebut. Menurut Mahardika (2008), hampir 80% pakan owa jawa adalah buah-buahan matang yang memiliki rasa manis dan tekstur yang lunak. Buah yang dikonsumsi oleh owa jawa juga sangat berhubungan dengan bentuk gigi dari owa itu sendiri. Owa jawa memiliki gigi seri yang kecil dan sedikit ke depan untuk menggigit dan mengupas kulit buah, gigi taring yang panjang dan membentuk seperti pedang untuk merobek pakan dan gigi geraham untuk mengunyah pakan (Mahardika 2008). Tingkat palatabilitas nanas menempati urutan kelima berkaitan dengan kandungan air di dalamnya. Owa jawa termasuk jenis primata yang banyak memakan buah, terutama buah yang masak karena banyak mengandung air (Ario 2011).

Tingkat palatabilitas buah keenam dan seterusnya dipilih setelah owa mengkonsumsi lima buah dengan tingkat palatabilitas tertinggi. Semakin

(22)

11

rendahnya aktivitas menjadi salah satu penyebab owa jawa tidak mencari dan memilih pakan dengan kualitas tertentu (Sari 2009). Salah satu penyebab rendahnya tingkat palatabilitas kedondong adalah tekstur buah kedondong yang keras, rasanya masam, serta warnanya kurang menarik bagi owa jawa. Ukurannya yang cukup besar karena disajikan dalam bentuk utuh dapat menjadi penyebab tingkat palatabilitas rendah karena owa jawa kesulitan dalam menggapai buah kedondong tersebut. Palatabilitas pakan tergantung pada bau, rasa dan tekstur (Church dan Pond 1988).

Warna oranye dan rasanya yang sesuai dengan seleranya membuat owa jawa lebih menyukai buah hampelas. Pakan jenis baru akan diambil atau dimakan apabila makanan tersebut sesuai dengan selera dalam hal rasa (taste), seandainya tidak sesuai dengan selera, maka makanan itu akan dicampakkan (Fleagle 1988). Ketiga buah hutan yang diberikan merupakan buah dari jenis ficus. Ficus merupakan jenis tumbuhan yang waktu berbuahnya tidak serempak dan tidak dipengaruhi oleh musim sehingga dapat tersedia setiap tahun. Oleh karena itu keberadaan pohon Ficus sp. sangat penting bagi habitat owa jawa. Menurut Kappeler (1984), habitat yang ideal bagi owa jawa adalah owa jawa membutuhkan makanan berupa buah dan daun yang tersedia sepanjang tahun dan sangat bervariasi di daerah jelajahnya yang stabil.

Tabel 4 Kandungan zat gizi pakan owa jawa per 100 gr No. Jenis Pakan Energi

(kkal) Karbohidrat (gr) Protein (gr) Lemak (gr) Air (gr) 1 Apel 52.00* 13.81* 0.26* 0.17* 85.56* 2 Jambu biji 68.00* 14.30* 2.55* 0.95* 86.00* 3 Jeruk 47.00* 11.75* 0.94* 0.12* 86.75* 4 Melon 34.00* 8.16* 0.84* 0.19* 90.15* 5 Nanas 40.00* 9.90* 0.60* 0.30* 88.90* 6 Pepaya 43.00* 10.82* 0.47* 0.26* 89.00* 7 Pisang uli 146.00# 38.20# 2.00# 0.20# 59.10# 8 Salak 77.00* 20.90* 0.40* 0.40* 78.00* 9 Kedondong 41.00# 10.30# 1.00# 0.10# 72.50# 10 Beunying 396.3** -## 8.10** 1.90** 87.09** 11 Walen 385.4** -## 6.84** 1.98** 89.19** 12 Hampelas 407.4*** -## 12.61*** 0.58*** 5.47*** 13 Buah afrika 421.3*** -## 17.13*** 7.98*** 6.00*** 14 Bengkuang 55.00# 12.80# 1.40# 0.20# -## 15 Terong 24.00# 5.50# 1.10# 0.20# -## 16 Wortel 41.00# 9.58# 0.93# 0.24# -## 17 Timun 15.00# 3.63# 0.65# 0.11# -## 18 Kangkung 29.00# 5.40# 3.00# 0.30# -## 19 Tempe 149.00# 12.70# 18.30# 4.00# -## 20 Ubi jalar 74.00# 16.60# 0.90# 6.20# -##

Keterangan : *Puspaningtyas (2013), **Farida & Harun (2000), ***hasil analisis proksimat,

(23)

12

Asupan Nutrisi Owa Jawa

Setiap jenis pakan memiliki kandungan nutrisi yang berbeda (Tabel 4). Biasanya satwa akan menggunakan energi yang terkandung pada pakannya untuk melakukan aktivitasnya. Pakan yang dikonsumsi oleh owa jawa akan berpengaruh pada kebutuhan nutrisinya yang digunakan untuk beraktivitas. Hasil analisis proksimat yang dilakukan pada dua pakan hutan yakni buah afrika dan hampelas menunjukkan bahwa jumlah kandungan energi di dalam buah afrika cenderung lebih tinggi, begitu pula dengan kandungan protein, lemak dan air.

Hasil perhitungan menunjukkan bahwa jumlah asupan energi pada menu pakan 1 adalah 327.47± 20.66 kkal dan pada menu pakan 2 sebesar 351.27± 19.88 kkal (Tabel 5). Jumlah asupan energi yang berasal dari menu pakan 2 lebih banyak dari pada yang berasal dari menu pakan 1. Jumlah tersebut berbanding terbalik dengan jumlah konsumsi pakan owa jawa. Hal ini dikarenakan pada menu pakan 2, terdapat penambahan 2 jenis buah hutan yang menghasilkan kalori cukup besar yakni hampelas sebesar 407.4 kkal/100 gr dan buah afrika sebesar 421.3 kkal/100 gr (Tabel 4).

Jumlah asupan energi terbanyak berasal dari tempe. Tempe tersebut diberikan pada siang hari yakni pukul 14.00. Energi untuk melakukan aktivitas pada siang hari cenderung lebih besar. Jumlah asupan energi terbesar kedua berasal dari pisang. Pisang diberikan pada pagi hari yakni pukul 07.00. Energi dari pisang tersebut digunakan untuk melakukan aktivitasnya. Aktivitas makan owa jawa di Bodogol terjadi sekitar pukul 07.00 – 10.00 WIB dan ketika hari menjelang siang aktivitas makan kedua kelompok tersebut menurun kemudian dimulai kembali antara pukul 14.00 – 15.00 WIB (Fithriyani 2004).

Energi sangat berguna bagi owa jawa untuk melakukan aktivitasnya. Menurut Tilman et al. (1991), nutrisi yang terkandung dalam pakan yang dikonsumsi akan sangat penting bagi setiap bentuk kehidupan, karena dapat digunakan untuk bertahan hidup, pertumbuhan, produksi dan reproduksi. Jumlah tersebut lebih besar daripada asupan energi yang owa jawa yang baru saja datang ke JGC. Rata-rata kandungan kalori yang diterima oleh owa jawa yang baru saja datang ke JGC sebesar 271.84 kal per hari dari rata-rata 14.66 jenis pakan yang diberikan (Ario 2011). Jumlah tersebut akan ditentukan oleh lamanya keberadaan owa jawa di JGC karena akan menentukan juga konsumsi pakan dari setiap individu. Hal ini disebabkan oleh owa jawa tersebut telah menyesuaikan diri dengan pakan yang ada di JGC. Menurut Mahardika (2008) semakin lama owa jawa menyesuaikan diri dengan pakan yang ada di penangkaran, maka konsumsi akan energi dan proteinnya akan semakin banyak.

Pengaruh Pemberian Perbedaan Menu Pakan

Hasil uji t menunjukkan bahwa menu pakan 1 dan kombinasi menu pakan 2 tidak berpengaruh nyata pada pemilihan menu. Hal ini dikarenakan jenis-jenis pakan yang dibedakan pada menu pakan 1 dan 2 sebagian besar adalah buah-buahan yang sudah dikenal oleh owa jawa sehingga, owa jawa tidak melakukan pemilihan jenis yang terlalu signifikan. Pada menu pakan 2, penambahan jenis hanya sebanyak 2 jenis sehingga tidak mempengaruhi owa jawa dalam pemilihan jenis.

(24)

13

Tabel 5 Asupan energi owa jawa per hari No.

Jenis Pakan Nama Ilmiah Menu Pakan (kkal)

Menu 1 Menu 2

1 Apel Pyrus malus 2.167 2.253

2 Jambu biji Psidium guajava 16.207 17.907

3 Jeruk Citrus sinensis 6.267 2.703

4 Melon Cucumis melo 3.060 5.270

5 Nanas Annas comosus 11.400 9.533

6 Pepaya Carica papaya 14.799 15.516

7 Pisang Musa paradisiaca 64.362 62.537

8 Salak Salacca zalacca 27.784 16.042

9 Kedondong Spondilas cytherea 0.034 0.000

10 Beunying* Ficus ribes -** 8.256

11 Walen* Maeopsis eminii 10.694 8.672

12 Hampelas* Ficus pistulosa -** 38.364

13 Buah afrika* Ficus hampelas 10.884 13.341 14 Bengkuang Pachyrhizus erosus 25.988 25.758

15 Wortel Daucus carota 3.633 0.772

16 Timun Cucumis sativus 6.281 8.384

17 Terong Solanum melongena 5.725 3.678

18 Kangkung Ipomoea aquatica 7.733 7.226

19 Tempe - 74.500 71.272

20 Ubi jalar Ipomoea batatas 35.952 33.793

Total 327.47 351.27

SD 20.66 19.88

Keterangan: *buah hutan; **tidak diberikan, SD=Standar Deviasi

Berdasarkan uji t pada menu pakan dengan konsumsi pakan, menu pakan 1 dan menu pakan 2 tidak berpengaruh nyata terhadap konsumsi. Meskipun menu pakan 1 dan 2 berbeda dalam hal jumlah jenis, ternyata hal tersebut tidak menyebabkan owa jawa mengkonsumsi pakan lebih banyak atau lebih sedikit. Hal ini disebabkan oleh owa jawa tetap lebih banyak mengkonsumsi pakan lebih disukai dan sedikit mengkonsumsi pakan yang baru namun tidak disukai.

Berdasarkan uji t untuk menu pakan dengan asupan energi, menu pakan 1 dan menu pakan 2 tidak berpengaruh nyata terhadap asupan energi. Hal ini disebabkan owa jawa telah terbiasa dengan pakan-pakan yang mengandung energi yang dibutuhkan untuk beraktivitas, sehingga ketika terdapat jenis yang jarang diberikan, maka owa jawa akan mengkonsumsinya lebih sedikit meskipun kandungan energinya cukup besar. Selain itu, sedikitnya aktivitas di dalam kandang menyebabkan owa tidak selektif pada jenis-jenis pakan yang banyak mengandung energi (Sari 2009).

(25)

14

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

1. Tingkat palatabilitas tertinggi pada menu pakan 1 dan menu pakan 2 adalah pisang. Pepaya, salak, jambu biji dan nanas merupakan buah dengan tingkat palatabilitas tertinggi kedua hingga kelima.

2. Jumlah asupan energi dari menu pakan 2 lebih besar apabila dibandingkan dengan menu pakan 1. Jumlah asupan energi terbanyak berasal dari tempe dan pada kelompok buah-buahan, pisang merupakan buah yang memberikan asupan terbanyak.

3. Tidak ada pengaruh nyata antara menu pakan 1 dan menu pakan 2 pada pemilihan jenis pakan oleh owa jawa.

Saran

Pengelolaan pakan yang dilakukan di Javan Gibbon Center sudah cukup baik. Penambahan proporsi dan jenis pakan alami perlu dilakukan untuk membuat owa jawa lebih cepat menyesuaikan dengan pakan di alam, sehingga proses

release tidak memerlukan waku yang lama. Selain itu, jenis-jenis pakan alami

yang belum pernah diperkenalkan sebaiknya diperkenalkan lebih dini karena banyak kasus pakan alami yang biasa diberikan di JGC tidak bisa ditemui di lokasi pelepasliaran sehingga owa jawa harus menyesuaikan kembali dengan pakan-pakan di habitat barunya. Jenis pakan yang disarankan untuk disajikan dalam setiap menu pakan adalah pisang, pepaya, salak, jambu biji dan nanas. Jenis pakan alami yang perlu diberikan dalam setiap menu pakan adalah hampelas. Berdasarkan menu yang telah disusun biaya pakan yang dikeluarkan sebesar ± Rp 161 500 per individu owa jawa dalam sau bulan.

DAFTAR PUSTAKA

Akbar H. 2011. Perawatan dan rehabilitasi satwa tangkapan di Pusat Penyelamatan Satwa Cikananga, Sukabumi dan Gadog, Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Altmann J. 1974. Observational study of behavior: Sampling methods. Behaviour 49 (3): 227-267.

Ario A. 2011. Aktivitas harian owa jawa (Hylobates moloch Audebert 1798)

rehabilitan di blok Hutan Patiwel Taman Nasional Gunung Gede Pangrango dalam Kumpulan Hasil-Hasil Penelitian Owa Jawa di Bodogol Taman Nasional Gunung Gede Pangrango 2000-2010. Jakarta (ID):

Conservation Internasional Indonesia.

Bambang N, Rismayani R. 2011. Pembinaan habitat Owa Jawa (Hylobates

moloch Audebert 1798) di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango dalam Kumpulan Hasil-Hasil Penelitian Owa Jawa di Bodogol Taman Nasional Gunung Gede Pangrango 2000-2010. Jakarta (ID): Conservation

Internasional Indonesia.

Campbell C, Andayani N, Cheyne S, Pamungkas J, Manullang B, Usman F, Wedana M, Traylor-Holzer K. 2008. Indonesian Gibbon Conservation and

(26)

15

Management Workshop Final Report. Sukabumi (ID): Conservation

Breeding Specialist Group.

Church DC, Pond WG. 1988. Basic Animal Nutrition and Feeding. 3rd Edition. Canada : John Wiley and Sons, Inc.

CII [Conservation International Indonesia]. 2011. Kumpulan Hasil-Hasil

Penelitian Owa Jawa di Bodogol Taman Nasional Gunung Gede Pangrango 2000-2010 [editor Ario A, Supriatna J, Andayani N]. Jakarta

(ID): Conservation Internasional Indonesia.

Direktorat Budidaya dan Pascapanen Pertanian. 2011. Penurunan Kualitas Pasca

Panen. Bogor (ID): Kementrian Pertanian.

Farida WR, Harun. 2000. The diversity of plants as feed resources for the Java Gibbon (Hylobates moloch), Grizzled Langur (Presbytis comata), and Silver Langur (Trachypitecus auratus) in Gunung Halimun National Park. Jurnal

Primatologi Indonesia 3 (2): 55-61.

Fithriyani U. 2004. Variasi pola pakan antar kelompok Owa Jawa (Hylobates

moloch Audebert 1798) di Stasiun Penelitian Bodogol Taman Nasional

Gunung Gede Pangrango, Jawa Barat [skripsi]. Jakarta (ID): Universitas Islam As-syafi’iyah.

Fleagle JG. 1988. Primate Adaptation and Evolution. Academic Press. New York (US): Harcout Brace and Company.

Kappeler M. 1984. Diet and Feeding Behaviour of the Moloch Gibbon dalam The

Lesser Apes Evolutionary and Behavioural Biology. Edinburgh (UK):

University Press.

Komunitas Edukasi dan Jaringan Usaha. 2012. Isi Kandungan Gizi Buah - Komposisi Nutrisi Bahan Makanan.

http://keju.blogspot.com/1970/01/isi-kandungan-gizi-buah-masak-komposisi-nutrisi-bahan-makanan.html

[diunduh 2013 6 Juli].

Krebs CJ. 1989. Ecological Methodology. New York (USA): Harper and Row Publisher.

Laska M, Salazar LTH, Luna ER. 2000. Food preferences and nutrient composition in captive Spider Monkeys, Ateles geoffroyi. International

Journal of Primatology 21(4): 671-683.

Leighton M, Leighton DR. 1983. Vertebrates Responses to Fruiting Seasonality

within a Bornean Rainforest. London (UK): Blackwell Scientific

Publication.

Mahardika Y. 2008. Pemilihan pakan dan aktivitas makan Owa Jawa (Hylobates

moloch) pada siang hari di penangkaran Pusat Penyelamatan Satwa,

Gadog-Ciawi [skripsi]. Bogor (ID): Institut pertanian Bogor.

Nurcahyo A. 1999. Studi perilaku harian Siamang (Hylobates syndactylus) di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan Lampung dalam Laporan hasil penelitian Juli 1997-Juni 1999. Wildlife Conservation Society Indonesia Programme.

Parakkasi A. 1985. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak. Departemen Ilmu Nutrisi

dan Makanan Ternak. Fakultas Peternakan. Bogor (ID): Institut Pertanian

Bogor Press.

Pusat Studi Satwa Primata. 2000. Indonesian primate profile. Jurnal Primatology

Indonesia 3 (2): 35.

(27)

16

Pratas RG. 2006. Small Animal Nutrition [Bahan Kuliah]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Rahman DA. 2011. Studi perilaku dan studi pakan Owa Jawa (Hylobates moloch) di Pusat Studi Satwa Primata IPB dan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango: penyiapan pelepasliaran [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Rasmada S. 2008. Analisis kebutuhan nutrien dan kecernaan pakan Owa J(Hylobates moloch) di Pusat Penyelamatan Satwa Gadog-Ciawi Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Ridwan R, Nahrowi, Sofyan LA. 2001. Pemberian berbagai jenis pakan untuk mengevaluasi palatabilitas, konsumsi protein, dan energi pada kadal (Mabuya multifasciata) dewasa. Biodiversitas 2 (1): 98-103.

Sari M. 2009. Studi pemilihan pakan alami dan kandungan nutrisi pakan Owa Jawa (Hylobates moloch Audebert, 1798) di Pusat Penyelamatan dan Rehabilitasi Owa Jawa, Javan Gibbon Center Taman Nasional Gunung Gede Pangrango [tesis]. Depok (ID): Universitas Indonesia.

Supriatna J, Wahyono EH. 2000. Panduan lapangan primata Indonesia. Jakarta (ID): Yayasan Obor Indonesia.

Susanto. 1977. Analisa vegetasi makanan Rusa (Rusa timorensis) di Cagar Alam Pulau Peucang [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Tillman AD, Hartadi H, Reksohadiprodjo S, Prawirokusumo S, Lebdosoekojo S. 1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Press.

Wahju J. 1985. Ilmu Nutrisi Unggas. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Press.

Walpole RE. 1995. Pengantar Statistika. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka Utama. Wardani KK. 2005. Gambaran umum konsumsi dan penggunaan pakan pada

tarsius betina (Tarsius bancanus) di penangkaran [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Widodo W. 2006. Studi pakan burung Perkici Pelangi (Trichoglossus haematodus Linnaeus, 1771) dalam Laboratorium Penangkaran. Biota 7 (3): 146-151.

(28)

17

(29)

18

Lampiran 2 Menu pakan yang diberikan pada owa jawa

No. Waktu pemberian Jenis pakan Menu 1 Menu 2

1. Pisang uli Pisang uli

2. Salak Salak 3. Pepaya Pepaya 4. Melon Melon 5. Nanas Nanas 6. 07.00 Apel Apel 7. Jeruk Jeruk

8. Jambu biji Jambu biji

9. Kedondong Kedondong

10. Buah afrika* Buah afrika*

11. Walen* Walen* 12. Beuying* 13. Hampelas* 14. 10.00 Bengkuang Bengkuang 15. Timun Timun 16. Wortel Wortel 17. Terong Terong 18. 12.00 Kangkung Kangkung 19.

14.00 Ubi jalar Ubi jalar

20. Tempe Tempe

(30)

19

Lampiran 3 Metode pengambilan data

Lampiran 4 Hasil pengujian statistik dengan software SPSS

Group Statistics

Kombinasi N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

Pemilihan

1

1.00 12 12.3333 2.74138 .79137

2.00 12 11.4167 2.81096 .81146

No. Nama Menu pakan Hari ke-

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 1. Chika 1 2. Cuplis 1 3. Jolly 1 4. Lucas 1 5. Chika 2 6. Cuplis 2 7. Jolly 2 8. Lucas 2 1 9

(31)

20

Lampiran 4 Hasil pengujian statistik dengan software SPSS (lanjutan)

Independent Samples Test Levene's Test for

Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig. t df Sig. (2-tailed)

Mean Difference

Std. Error Difference

95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper

Pemilihan Equal variances assumed .000 .983 .809 22 .427 .91667 1.13346 -1.43398 3.26731

Equal variances not assumed .809 21.986 .427 .91667 1.13346 -1.43406 3.26740

Hipotesis

H0 : Kombinasi menu 1 dan Kombinasi menu 2 tidak berpengaruh nyata pada pemilihan menu

H1 : Kombinasi menu 1 dan Kombinasi menu 2 berpengaruh nyata pada pemilihan menu

Group Statistics

Kombinasi N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

Konsumsi 1.00 12 440.0833 106.40272 30.71582

2.00 12 416.2500 107.91505 31.15239

Kalori 1.00 12 299.1382 46.49382 13.42161

2.00 12 289.9983 54.05761 15.60509

(32)

21

Lampiran 4 Hasil pengujian statistik dengan software SPSS (lanjutan)

Independent Samples Test Levene's Test for

Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig. t df Sig. (2-tailed)

Mean Difference

Std. Error Difference

95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper

Konsumsi Equal variances assumed .027 .871 .545 22 .591 23.83333 43.74852 -66.89555 114.56221

Equal variances not assumed .545 21.996 .591 23.83333 43.74852 -66.89659 114.56326

Kalori Equal variances assumed .507 .484 .444 22 .661 9.13992 20.58296 -33.54654 51.82637

Equal variances not assumed .444 21.518 .661 9.13992 20.58296 -33.60199 51.88183

Hipotesis

H0 : Kombinasi menu 1 dan Kombinasi menu 2 tidak berpengaruh nyata pada konsumsi

H1 : Kombinasi menu 1 dan Kombinasi menu 2 berpengaruh nyata pada konsumsi

H0 : Kombinasi menu 1 dan Kombinasi menu 2 tidak berpengaruh nyata pada kalori

H1 : Kombinasi menu 1 dan Kombinasi menu 2 berpengaruh nyata pada kalori

2

(33)

22

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 23 November 1990 di Jakarta. Penulis merupakan anak tunggal dari Bapak Iklim Dalimunthe dan Ibu Yoyoh. Penulis menempuh pendidikan di TK Negeri Mexindo Bogor, dilanjutkan ke SDN Malabar 1 Bogor. Penulis kemudian melanjutkan jenjang pendidikan ke SMPN 1 Bogor lalu ke SMAN 1 Bogor. Melalui Undangan Seleksi masuk IPB (USMI), penulis berhasil masuk ke IPB Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata (KSHE), Fakultas Kehutanan. Selama masa perkuliahan penulis terdaftar sebagai anggota Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Music Agricultural Expression (MAX) dan UKM Gentra Kaheman tahun 2009. Penulis juga terdaftar sebagai anggota Kelompok Pemerhati Kupu-Kupu tahun 2010-2011 pada Himpunan Mahasiswa Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata (HIMAKOVA). Penulis juga melakukan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) di Gunung Sawal dan Cagar Alam Pangandaran pada tahun 2010 dan Praktek Pengelolaan Hutan (PPH) di Hutan Pendidikan Gunung Walat pada tahun 2011. Penulis juga melakukan Praktik Kerja Lapang Profesi di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango tepatnya di Resort Mandalawangi pada bulan Januari hingga Februari 2013. Penulis menjadi asisten praktikum mata kuliah Pendidikan Konservasi dari Departemen KSHE dan Ekologi Hutan dari Departemen Silvikultur pada tahun 2011, mata kuliah Inventarisasi dan Pemantauan Satwa Liar dari Departemen KSHE pada tahun 2012, serta mata kuliah Penangkaran Satwa Liar dan Manjemen Pakan dan Kesehatan Satwa Liar dari Departemen KSHE pada tahun 2013.

Gambar

Tabel 2  Konsumsi pakan owa jawa di kandang introduksi JGC
Tabel 3 Tingkat palatabilitas pada kedua menu pakan
Tabel 4  Kandungan zat gizi pakan owa jawa per 100 gr  No.  Jenis Pakan  Energi
Tabel 5  Asupan energi owa jawa per hari

Referensi

Dokumen terkait

“Pengaruh Penyajian Neraca daerah dan Aksebilitas Laporan Keuangan Terhadap Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah”.. Yogyakarta: Universitas

Bahan uji diberikan secara oral setiap hari pada tikus hamil selama masa organogenesis (hari ke 6 sampai 15), dalam 3 kelompok perlakuan: Kelompok I, diberi zat manis stevia 360

[r]

Puji syukur Alhamdulilah atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang senantiasa melimpahkan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

Dalam penelitian sastra, sumber data berupa teks novel, cerita pendek, drama, dan lain-lain (Siswantoro, 2005: 53). Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Variabel (SPLDV). Calon subyek pada Analisis data pada penelitian ini penelitian ini sebanyak 8 siswa. 8 siswa mengacu pada indikator kemampuan dipilih secara

Berdasarkan (a) dan (b) dapat diketahui bahwa M2 sudah mengetahui konsep perkalian yaitu penjumlahan yang berulang (Hino &amp; Kato, 2019; Park &amp; Nunes, 2001). Namun

- Penerapan pointer sebagai parameter yaitu jika diinginkan agar nilai suatu variabel internal dapat diubah oleh fungsi yang dipanggil. - Penerapan pointer