JURNAL FAKULTAS
PSIKOLOGI UNIVERSITAS
HKBP NOMMENSEN
JURNAL FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN Volume 1 Nomor 1 September 2015
Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar: Suatu Studi eksploratif pada mahasiswa Universitas HKBP Nommensen
Asina Christina Rosito, S.Psi, M.Sc
Mengenali Adhd (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) Dan Penanganannya Pada Anak Sejak Dini
Ervina Marimbun Rosmaida Siahaan, M.Psi, Psikolog
Orang Tua Sebagai Model Utama Bagi Perilaku Makan Sehat Pada Anak-Anak
Nancy Naomi G.P. Aritonang, M.Psi, Psikolog
Pengaruh Kepuasan Kerja terhadap Well-being Karyawan in Pt. Intan Havea Industry, Medan
Nenny Ika Putri Simarmata, M.Psi, Psikolog
Perbedaan Sikap Jemaat Laki-laki dan perempuan Terhadap Efektivitas kepemimpinan pendeta perempuan di gereja batak karo protestan
Karina M. Brahmana, M.Psi, Psikolog
Gambaran Kecerdasan Spiritual (SQ) Mahasiswa Tingkat Akhir Universitas HKBP Nommensen Medan
Togi Fitri Afriani Ambarita, M.Psi, Psikolog
M A J A L A H I L M I A H
F A K U L T A S P S I K O L O G I - U N I V E R S I T A S H K B P N O M M E N S E N
JURNAL FAKULTAS PSIKOLOGI
Majalah Ilmiah Fakultas Psikologi Universitas HKBP Nommensen
Izin Penerbitan dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
No. ISSN : 2460-7835
Penerbit : Universitas HKBP Nommensen Penasehat : Rektor, Dr.Ir. Sabam Malau Penanggungjawab : Dekan Fakultas Psikologi, Karina M. Brahmana, M.Psi Mitra Bestari : 1. Prof. Dr. Frieda Simangunsong, M.Ed
2. Drs. Aman Simaremare, MS 3. Prof. Dr. Albiner Siagian
Ketua Dewan Redaksi : Nenny Ika Putri, M.Psi Redaksi Pelaksana : 1. Nancy Naomi Aritonang, M.Psi
2. Hotpascaman Simbolon, M.Psi Anggota Dewan Redaksi : 1. Asina Christina Rosito, S.Psi, M.Sc
2. Togi Fitri A.Ambarita, M.Psi 3. Freddy Butarbutar, M.Psi
4. Ervina Sectioresti, M.Psi
5. Ervina Marimbun Siahaan, M.Psi 6. Karina M.Brahmana, M.Psi
Tata Usaha : 1. KTU, Marisi Pangaribuan, SE 2. Sondang Simanjuntak
Majalah ini terbit dua kali setahun : September dan Maret Biaya langganan satu tahun untuk wilayah Indonesia
Rp. 30.000,- dan US$5 untuk pelanggan luar negeri (tidak termasuk ongkos kirim) Biaya langganan dikirim dengan pos wesel, yang ditujukan kepada Pimpinan Redaksi
Petunjuk penulisan naskah dicantumkan pada halaman dalam Sampul di belakang majalah ini
JURNAL
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN
DAFTAR ISI
Volume 1, Nomor 1, September 2015 ISSN : 2460-7835
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar: Suatu Studi eksploratif pada mahasiswa Universitas HKBP Nommensen
Asina Rosito, S.Psi, M.Sc
Mengenali ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) Dan Penanganannya Pada Anak Sejak Dini
Ervina Marimbun Rosmaida Siahaan, M.Psi, Psikolog
Orang Tua Sebagai Model Utama Bagi Perilaku Makan Sehat Pada Anak-Anak
Nancy Naomi GP Aritonang, M.Psi, Psikolog
Pengaruh Kepuasan Kerja terhadap Well-being Karyawan in Pt. Intan Havea Industry, Medan
Nenny Ika Simarmata, M.Psi, Psikolog
Perbedaan Sikap Jemaat Laki-laki dan perempuan Terhadap Efektivitas kepemimpinan pendeta perempuan di gereja batak karo protestan
Karina M Brahmana, M.Psi, Psikolog
Gambaran Kecerdasan Spiritual (SQ) Mahasiswa Tingkat Akhir Universitas HKBP Nommensen Medan
Togi Fitri Ambarita, M.Psi, Psikolog
1-21
22-32
33-43
44-65
66-78
79-91
PERBEDAAN SIKAP JEMAAT LAKI-LAKI DAN JEMAAT PEREMPUAN
TERHADAP EFEKTIVITAS KEPEMIMPINAN PENDETA PEREMPUAN
DI GEREJA BATAK KARO PROTESTAN (GBKP)
KARINA M. BRAHMANA, M.Psi, Psikolog
ABSTRACT
The purpose of this study was to see whether there are differences in the attitude between men and women of the Church Priest Women's Leadership Effectiveness In Gereja Batak Karo Protestan(GBKP). The sample in this study is 72 people(36 men and 36 women). The instrument used in this study is the attitudes of women's priest leadership effectiveness scale. The results of this study indicate that there are differences in the attitude between men and women for leadership effectiveness priest with F = 2.677, p = 0.011 (p <0.05).
Key Words : Leadership, attitude, Women
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Suku Karo merupakan salah satu dari enam suku batak yang ada di Indonesia, yang
mendiami Dataran Tinggi Karo di Sumatera Utara. Budaya karo menganut sistem kekerabatan
patrilineal, sehingga kekuasaan umumnya berada di tangan ayah atau pihak laki-laki. Dalam
kebudayaan Karo, laki-laki memegang peranan yang sangat penting. Laki-laki digambarkan
sebagai pemimpin yang berkuasa untuk mengambil suatu keputusan, termasuk pada saat upacara
adat. Sedangkan kaum perempuan secara tradisional dan turun temurun dalam budaya karo
memiliki dua peran yang cenderung bertolak belakang satu dengan yang lainnya yakni sangat
penting dan tidak penting, sehingga secara umum perempuan karo cenderung untuk menerima
posisi mereka lebih rendah dari pihak laki-laki (Tarigan, 2009).
Suku Karo hingga saat ini sebagian besar beragama Kristen dan umumnya bergabung
dalam GBKP (Gereja Batak Karo Protestan). Menurut data Statistik pada tahun 2012 GBKP
mempunyai 493 gereja, 824 bakal gereja (perminggun/kebaktian) dan sekitar 289.457 jiwa
anggota jemaat. Gereja GBKP saat ini dilayani oleh 324 orang pendeta penuh waktu (180
pendeta laki-laki dan 144 pendeta perempuan), 79 calon pendeta (vikaris), dan 12 calon vikaris.
Berdasarkan Tata Gereja GBKP 2005-2015, pelayanan kepada anggota jemaat dilakukan
oleh pelayan khusus yang terdiri dari Pendeta, Penatua atau Diaken. Dalam pasal 11 Tata Gereja
Pemimpin. Gereja Batak Karo Protestan yang sampai ini telah berusia ± 123 tahun, pada
mulanya lebih didominasi oleh keberadaan Pendeta laki-laki. Pendeta perempuan pada
kenyataannya baru diterima dan dilegalkan sebagai pemimpin gereja secara tertulis pada tahun
1987. Namun hingga saat ini belum ada satupun Pendeta perempuan yang menduduki posisi
puncak kepemimpinan di GBKP (sebagai Ketua Moderamen), sedangkan dalam Tata Gereja
GBKP tidak ada tertulis mengenai larangan bagi Pendeta perempuan untuk memimpin baik di
tingkat runggun, klasis maupun pusat (Moderamen).
Dalam menjalankan profesi dan perannya sebagai Pendeta di GBKP, Pendeta perempuan
umumnya sering mengalami situasi atau kondisi yang kurang menyenangkan. Hal ini terjadi
karena banyak jemaat yang menganggap bahwa Pendeta perempuan umumnya kurang efektif
atau kurang kompeten dalam menjalankan tugasnya sebagai pemimpin. Persepsi dan pemikiran
tersebut nampak dari tingkah laku jemaat yang menolak kehadiran pendeta perempuan untuk
ditempatkan di gerejanya. Atau perlakuan-perlakuan yang kurang baik, seperti sikap acuh, tidak
kooperatif dan lain-lain, sehingga membuat Pendeta perempuan menjadi kurang optimal dalam
menjalankan tugas dan perannya, baik sebagai guru, gembala maupun pemimpin. Apabila
ditinjau lebih lanjut, tugas seorang Pendeta pada umumnya lebih banyak menekankan pada segi
pelayanan, dimana diperlukan hati yang mau melayani dan kecakapan untuk mendengar. Terkait
dengan kemampuan melayani, umumnya hal tersebut lebih banyak dimiliki oleh perempuan
dibandingkan laki-laki. Hal ini sejalan dengan pernyataan yang diungkapkan oleh (Eagly and
Schmidt, 2001) bahwa pemimpin perempuan lebih didominasi oleh karakteristik communal
(contohnya: hangat, penolong, baik, simpatik, sensitif secara interpersonal, dan lembut). Dengan
mempertimbangkan karakteristik tersebut (communal) maka dapat diasumsikan bahwa Pendeta
perempuan secara umum memiliki peranan yang penting untuk memimpin jemaat di gerejanya.
Hingga saat ini banyak orang yang menganggap bahwa pemimpin laki-laki jauh lebih
efektif atau kompeten dibandingkan kepemimpinan perempuan. Namun berdasarkan hasil
penelitian terhadap kepemimpinan laki-laki dan perempuan dalam Pendidikan Militer di
Amerika Serikat (dalam Miner, 1992) diketahui bahwa laki-laki maupun perempuan yang
menjadi pemimpin dapat menjalankan tugas dan perannya dengan cara atau bentuk yang sama.
Dengan mempertimbangkan adanya kesenjangan perlakuan kepada Pendeta perempuan
apakah ada perbedaan sikap antara jemaat laki-laki dan jemaat perempuan terhadap efektivitas
kepemimpinan Pendeta perempuan di Gereja Batak Karo Protestan (GBKP).
1.2. Rumusan Masalah Penelitian
Rumusan masalah yang hendak diteliti dalam penelitian ini adalah: “Apakah ada
perbedaan sikap Jemaat laki-laki dan Jemaat Perempuan terhadap Efektivitas Kepemimpinan
Pendeta Perempuan Di Gereja Batak Karo Protestan (GBKP)?”
1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk mengukur apakah ada perbedaan sikap jemaat laki-laki dan
jemaat perempuan terhadap efektivitas kepemimpinan Pendeta perempuan di Gereja Batak Karo
Protestan (GBKP). Dengan demikian hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan
bagi Gereja Batak Karo Protestan guna peningkatan dan pengembanan Pendeta perempuan di
GBKP. Dengan demikian diharapkan secara bertahap keberadaan pendeta perempuan untuk
memimpin jemaat di GBKP dapat diterima oleh jemaat.
1.4. Hipotesis Penelitian
Hipotesis yang akan diajukan dalam penelitian ini adalah: “ada perbedaan sikap jemaat
laki-laki dan jemaat perempuan terhadap efektivitas kepemimpinan Pendeta perempuan di Gereja
Batak Karo Protestan (GBKP)”.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. SIKAP
2.1.1. Pengertian Sikap
Menurut Fishbein (dalam Ali, 2005) sikap adalah suatu predisposisi emosional yang
dipelajari untuk merespon secara konsisten terhadap suatu objek. Chaplin menegaskan bahwa
sumber dari suatu sikap tersebut bersifat kultural, familiar dan personal. Artinya, kita cenderung
beranggapan bahwa sikap-sikap itu akan berlaku dalam kebudayaan tertentu, selaku tempat
individu dibesarkan. Jadi, ada semacam sikap kolektif yang menjadi stereotipe sikap kelompok
budaya masyarakat tertentu. Sebagian besar dari sikap itu berlangsung dari generasi ke generasi
di dalam struktur keluarga. Akan tetapi, beberapa dari tingkah laku dari individu juga
2.1.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sikap
Menurut Sarwono (2005) ada 2 hal yang mempengaruhi terbentuknya sikap, yakni :
a. Faktor internal, individu menanggapi objek secara seleksi, mana yang harus diterima dan
mana yang tidak
b. Faktor eksternal, keadaan yang ada di luar individu yang merupakan stimulus untuk
mengubah atau membentuk sikap.
Selain itu, faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi sikap seseorang adalah sebagai berikut:
a. Nilai-nilai budaya, setiap kebudayaan mempunyai nilai-nilai tertentu yang dikaitkan
dengan bagaimana seharusnya seseorang bersikap.
b. Pengalaman pribadi, tanggapan dan penghayatan yang dialami oleh individu akan
menjadi salah satu factor terbentuknya sikap.
c. Perubahan peranan, sikap terhadap orang dari bermacam-macam usia sangat dipengaruhi
terhadap peran yang mereka mainkan.
d. Jenis kelamin, laki-laki dan perempuan cenderung memiliki sikap yang berbeda.
Laki-laki memiliki sikap lebih dominan daripada perempuan, ini dipengaruhi oleh standar
ganda dalam masyarakat yang memberikan keleluasan yang lebih besar kepada laki-laki
serta perwujudan nilai gendernya.
2.1.2. Aspek-Aspek Sikap
Travers, Gagne dan Cronbach (dalam Ahmadi, 1999) berpendapat bahwa sikap melibatkan 3
(tiga) aspek yang saling berhubungan, yaitu:
a. Aspek kognitif, berupa pengetahuan, kepercayaan, atau pikiran yang didasarkan pada
informasi yang berhubungan dengan objeknya.
b. Aspek afektif, menunjukkan pada dimensi emosional pada sikap, yaitu emosi yang
berhubungan dengan objek.
c. Aspek perilaku atau konatif, melibatkan salah satu predisposisi untuk bertindak terhadap
objek
2.1.3. Fungsi Sikap
Menurut Karz (dalam Walgito, 1999) sikap mempunyai 4 (empat) fungsi, yaitu:
Fungsi ini berkaitan dengan sarana-tujuan. Di sini sikap merupakan sarana untuk
mencapai tujuan. Orang memandang sampai sejauhmana objek sikap dapat digunakan
sebagai sarana atau alat dalam rangka pencapaian tujuan. Karena itu fungsi ini juga
disebut fungsi manfaat, yaitu sejauhmana manfaat objek sikap dalam rangka pencapaian
tujuan. Fungsi ini juga disebut fungsi penyesuaian, karena dengan sikap yang diambil
seseorang, orng tersebut akan dapat menyesuaikan diri dengan baik terhadap sekitarnya.
b. Fungsi pertahanan ego
Ini merupakan sikap yang diambil oleh seseorang demi mempertahankan egonya. Sikap
ini diambil oleh seseorang pada waktu dirinya atau egonya terancam.
c. Fungsi ekspresi nilai
Sikap yang ada pada diri seseorang merupakan jalan bagi individu untuk
mengekspresikan nilai yang ada dalam dirinya. Sistem nilai apa yang ada pada diri
individu dapat dilihat dari sikap yang diambil oleh individu yang bersangkutan terhadap
nilai tertentu.
d. Fungsi pengetahuan
Individu mempunyai dorongan untuk ingin mengerti dengan pengalaman-pengalamannya
agar dapat memperoleh pengetahuan. Elemen-elemen dari pengalamannya yang tidak
konsisten dengan apa yang diketahui oleh individu, akan disusun kembali atau diubah
sedemikian rupa hingga menjadi konsisten. Ini berarti bila seseorang mempunyai sikap
tertentu terhadap suatu objek, menunjukkan pengetahuan orang tersebut terhadap objek
yang bersangkutan.
2.2. EFEKTIVITAS PEMIMPIN
2.2.1 Pengertian Efektvitas Kepemimpinan
Menurut Yulk (2005) kepemimpinan adalah proses untuk mempengaruhi orang lain
untuk memahami dan setuju dengan apa yang perlu dilakukan dan bagaimana tugas itu dilakukan
secara efektif, serta proses untuk memfasilitasi upaya individu dan kolektif utuk mencapai tujuan
bersama. Danim (2004) mengemukakan bahwa kepemimpinan adalah setiap perbuatan yang
dilakukan oleh individu atau kelompok untuk mengkoordinasi dan member arahan kepada
telah ditetapkan sebelumnya. Selain itu Anoraga (dalam Sutrisno, 2011) mengemukakan bahwa
kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi pihak lain, melalui komunikasi baik
langsung maupun tidak langsung dengan maksud untuk menggerakkan orang-orang agar dengan
penuh pengertian, kesadaran, dan senang hati bersedia mengikuti kehendak pimpinan itu.
Menurut Anoraga (1993) pemimpin-pemimpin yang efektif adalah orang-orang yang
bermotivasi tinggi. Mereka dengan sukarela berusaha mencapai sasaran-sasaran tinggi dan
menetapkan standar-standar prestasi tinggi bagi mereka sendiri. Mereka mempunyai ifat energik,
selalu ditantang problema-problema yang tidak terpecahkan di sekitar mereka. Kepemimpinan
adalah suatu proses yang dinamis, bervariasi dari satu situasi ke situasi yang lain dengan
perubahan dari pimpinan, pengikut dan situasi. Efektivitas tergantung pada kesesuaian satu gaya
untuk situasi dimana ia gunakan (Munandar, 2001).
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa efektivitas kepemimpinan
adalah kemampuan pemimpin untuk mempengaruhi dan mendorong, serta memotivasi
bawahannya agar dapat dan mau melakukan pekerjaan yang ditentukan oleh pemimpin dalam
rangka pencapaian tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
2.2.2. Aspek-aspek Kepemimpinan
Menurut Saefullah (2010) terdapat empat aspek dalam kepemimpinan, diantaranya adalah:
1. Visi
Visi adalah kunci untuk memahami kepemimpinan. Visi merupakan suatu impian dari
seorang pemimpin, dimana didalam visi tersebut juga terdapat tahapan guna
mewujudkannya.
2. Disipllin
Disiplin merupakan mandate bagi pemimpin untuk meraih tujuan dan visinya. Salah satu
kesalahan terbesar adalah tidak adanya kepedulian dan penghargaan atas kedisiplinan
tersebut. Tidak jarang bagi pemimpin mudah melupakan fakta bahwa segala sesuatu
dalam hidup tidak mungkin diraih tanpa disiplin.
Kebijaksanaan adalah sesuatu yang memudahkan kita untuk menggunakan pengetahuan
secara benar. Dalam hal ini seorang pemimpin akan mengumpulkan fakta yang
diperlukan sehingga dirinya tidak dibatasi dalam mengambil keputusan dan menetapkan
aturan-aturan diperusahaan yang wajib ditaati oleh karyawan. Dengan pengetahuan,
seorang pemimpin tidak takut dan ragu-ragu dalam menyelesaikan pekerjaan dan segala
permasalahan.
4. Keberanian
Keberanian adalah suatu jalan untuk mengekspresikan kekuatan dalam diri, inti dari
pikiran untuk melawan semua keganjilan, peneguhan untuk tetap bertahan pada posisi
tersebut. Ada beberapa alasan untuk menciptakan keberanian: pemimpin sejati sadar
bahwa orang memperhitungkan mereka, organisasi dan tim mereka. Pemimpin sejati
selalu menjaga keberaniaannya tetap menyala dalam dirinya.
2.2.3. Aspek-aspek Efektivitas Kepemimpinan
Fiedler (Nahavandi, 2000) dalam teori Contingency Model, mendefinisikan bahwa
efektivitas kepemimpinan terlihat dari tampilan kelompoknya. Adapun aspek-aspek efektivitas
kepemimpinan yang dikemukakan oleh Fiedler (Nahavandi, 2000) dalam teori Contingency
Model yaitu:
1. Hubungan pemimpin-anggota (the leader-member relation) yakni hubungan pribadi pemimpin
dengan anggota kelompoknya.
2. Struktur tugas (task structure) yakni tugas yang diberikan pemimpin kepada karyawannya
untuk dikerjakan.
3. Kekuasaan-kedudukan (position-power) yakni kekuasaan dan kewenangan yang diberikan
dalam kedudukannya.
2.2.4. Perilaku Kepemimpinan Efektif
Yulk (2005) menyatakan ada tiga jenis kepemimpinan yang efektif, yaitu:
1. Perilaku yang berorientasi pada tugas
Para pemimpin lebih efektif berkonsentrasi pada fungsi-fungsi yang berorientasi pada
tugas seperti merencanakan dan mengatur pekerjaan, mengkoordinasikan kegiatan para
samping itu, para pemimpin yang efektif memandu para bawahannya, dalam menetapkan
sasaran kinerja yang tinggi, tapi realistis.
2. Perilaku yang berorientasi pada hubungan.
Pemimpin yang efektif lebih penuh perhatian, mendukung, dan membantu para bawahan.
Perilaku mendukung yang berkorelasi dengan kepemimpinan yang efektif meliputi
memperlihatkan kepercayaan dan rasa dipercaya, bertindak ramah dan perhatian,
berusaha memahami permasalahan bawahan, membantu mengembangkan bawahan dan
memajukan karir mereka, selalu member informasi kepada bawahan, memperlihatkan
apresiasi terhadap ide-ide para bawahan, dan memberikan pengakuan atas kontribusi dan
keberhasilan bawahan.
3. Kepemimpinan partisipatif.
Para pemimpin yang efektif lebih banyak melakukan supervisi kelompok daripada
mengendalikan tiap bawahan sendiri-sendiri. Pertemuan kelompok memudahkan
partisipasi bawahan dalam pengambilan keputusan, memperbaiki komunikasi,
mendorong kerjasama, dan memudahkan pemecahan konflik. Penggunaan partisipasi
tidak menyiratkan hilangnya tanggung jawab, dn pemimpin tersebut tetap bertanggung
jawab atas semua keputusan dan hasilnya.
III. METODE PENELITIAN
3.1. Subjek Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah anggota jemaat GBKP
Perumnas Simalingkar dengan karakteristik sebagai berikut:
a. Terdaftar sebagai anggota jemaat GBKP dimana pernah atau sedang dipimpin oleh
Pendeta perempuan.
b. Telah lulus Sidi atau Katekisasi.
Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 72 orang yang terdiri atas 36 orang jemaat
laki-laki dan 26 orang jemaat perempuan.
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian
Lokasi dimana data diambil adalah di GBKP Perumnas Simallingkar yang ada di Klasis
3.3. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini, variable yang terlibat ada dua yakni variabel bebas (IV) dan
variabel tergantung (DV). Variabel bebas yakni jenis kelamin (laki-laki dan perempuan),
sedangkan variabel tergantung yakni sikap terhadap efektivitas kepemimpinan.
3.4. Instrumen Penelitian
Untuk memperoleh data mengenai penelitian ini, peneliti akan menggunakan sebuah
skala yakni skala sikap terhadap efektivitas kepemimpinan Pendeta perempuan yang disusun
berdasarkan teori Contingency Model oleh Fiedler (dalam Nahavandi, 2000), yang terdiri atas 32
item.
Table 1. Skala Sikap Jemaat
Aspek Favourable Unfavourable Jumlah
Hubungan pemimpin-anggota
1, 3, 6, 7, 9, 15 4, 19, 21, 30 10 item
Struktur tugas 10, 11, 13, 14, 23 5, 8, 17, 20, 25, 10 item
Kekuasaan-kedudukan 2, 18, 29 11,16, 22, 24, 26, 27, 28, 31, 32 12 item
Total 32 item
3.5. Metode Pengolahan dan Analisis Data
Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik kuantitatif untuk menguji
perbedaannya pada dua kelompok sampel yang berbeda dan pengaruh faktor yang satu terhadap
yang lainnya sekaligus menguji hipotesis. Adapun metode statistik yang digunakan untuk
menguji hipotesis dan menganalisis perbedaan sikap jemaat laki-laki dan perempuan terhadap
efektivitas kepemimpinan Pendeta perempuan di Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) adalah
dengan menggunakan teknik independent sample t-test. Alat uji ini digunakan untuk melihat
apakah suatu terdapat suatu perbedaan yang signifikan antara rata-rata dari dua kelompok.
Sebelum dilakukan uji t-test, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi penelitian yang meliputi uji
normalitas dan uji homogenitas.
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Metode yang digunakan untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan uji t-test. Berdasarkan hasil uji varians ini diperoleh hasil bahwa ada perbedaan
sikap jemaat laki-laki dan perempuan terhadap efektivitas kepemimpinan pendeta perempuan
Di gereja batak karo protestan (GBKP). Dalam hal ini nilai F = 2,677 dengan p = 0,011 (p<0,05).
Dengan demikian hipotesis yang telah diajukan pada penelitian ini dinyatakan diterima.
F Sig. t df
terhadap efektivitas kepemimpinan pendeta perempuan dimana jemaat perempuan menilai
efektivitas kepemimpinan pendeta perempuan lebih tinggi daripada laki-laki. Hal ini terbukti dari
nilai p<0,05.
4.2. Pembahasan Hasil Penelitian
Penelitian ini menunjukkan bahwa ada perbedaan sikap jemaat terhadap efektivitas
kepemimpinan pendeta perempuan. Hal ini dibuktikan dengan diterimanya hipotesa dengan nilai
F = 2,677 dengan p = 0,011 (p<0,05).
Ada perbedaan sikap antara jemaat laki-laki dan perempuan, dimana nilai mean pada
jemaat laki-laki (87.44) lebih kecil daripada sikap jemaat perempuan (92.92), memberikan arti
bahwa sikap jemaat perempuan lebih tinggi dalam menilai efektivitas kepemimpinan pendeta
perempuan. Perbedaan sikap ini umumnya menurut Sarwono (2005) dipengaruhi oleh beberapa
Budaya Karo merupakan salah satu budaya yang menganut sistem patrilineal dimana
kekuasaan umumnya berada di tangan ayah atau pihak laki. Dalam kebudayaan Karo,
laki-laki memegang peranan yang sangat penting. Laki-laki-laki digambarkan sebagai pemimpin yang
berkuasa untuk mengambil suatu keputusan, termasuk pada saat upacara adat. Sedangkan kaum
perempuan secara tradisional dan turun tmurun dalam budaya karo memiliki dua peran yang
cenderung bertolak belakang satu dengan yang lainnya yakni sangat penting dan tidak penting,
sehingga secara umum perempuan karo cenderung untuk menerima posisi mereka lebih rendah
dari pihak laki-laki (Tarigan, 2009). Dari gambaran tersebut maka tidak tidak mengherankan
penelitian ini menunjukkan bahwa secara umum, sikap jemaat laki-laki dalam menilai efektivitas
kepememimpinan pendeta perempuan lebih rendah dari pada jemaat perempuan.
Perubahan peran yang terjadi sejak awal abad 21 juga turut mempengaruhi sikap
seseorang dalam menilai suatu. John Naisbitt meramalkan bahwa abad 21 akan menjadi masa di
mana perempuan banyak mengambil peranan besar dalam kehidupan umat manusia. Era ini
disebut juga sebagai era baru kebangkitan perempuan (Pitarto, 2007). Masa dimana perempuan
sebagai pendobrak belenggu dominasi laki-laki, mulai memberikan pengaruh pada pola
pengambilan keputusan dalam organisasi. Dalam kehidupan kita sehari -hari selalu dapat
ditemukan perempuan sebagai pemimpin, baik dalam lingkungan kecil seperti pemimpin desa,
pemimpin di rumah ibadah (gereja) ataupun dalam lingkungan yang lebih luas seperti pemimpin
perusahaan, pemimpin partai politik, pemimpin negara, dan sebagainya. Adanya perubahan
peran tersebut secara umum ikut mempengaruhi sikap perempuan dalam menilai kinerja
kepemimpinan perempuan pada saat ini. Dimana umumnya perempuan memberikan sikap yang
positif atau lebih tinggi terhadap kepempinan atau kinerja pemimpin perempuan.
Laki-laki dan perempuan umumnya cenderung memiliki sikap yang berbeda. Laki-laki
memiliki sikap lebih dominan daripada perempuan, ini dipengaruhi oleh standar ganda dalam
masyarakat yang memberikan keleluasan yang lebih besar kepada laki-laki serta perwujudan
nilai gendernya. Teori ini juga sejalan dengan hasil penelitian ini yang menunjukkan bahwa
sikap laki-laki lebih rendah dalam menilai efektivitas kepemimpinan pendeta perempuan
dibandingkan sikap perempuan.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil yang diperoleh dalam penelitian ini, maka dapat disimpulkan hal-hal
sebagai berikut:
1. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa terdapat perbedaan sikap jemaat yang signifikan antara
jemaat laki-laki dan jemaat perempuan (F = 2,677; p = 0,011; p<0,05).
2. Hipotesa yang menyatakan ada perbedaan sikap jemaat laki-laki dan jemaat perempuan
terhadap efektivitas kepemimpinan Pendeta perempuan di Gereja Batak Karo Protestan
(GBKP), dapat diterima. Dimana mean pada jemaat laki-laki (87.44) lebih kecil daripada
sikap jemaat perempuan (92.92), memberikan arti bahwa sikap jemaat perempuan lebih
tinggi dalam menilai efektivitas kepemimpinan pendeta perempuan dibandingkan sikap
jemaat laki-laki.
5.2. Saran
Berdasarkan landasan teori, hasil penelitian, pembahasan dan kesimpulan yang diperoleh
maka saran-saran yang dapat diberikan untuk peneliti berikutnya yang tertarik untuk
menindaklanjuti penelitian ini adalah:
1. Memperbanyak jumlah sampel penelitian sehingga hasil penelitiannya akan semakin
representatif dalam menggambarkan kondisi yang ada
2. Mempertimbangkan faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi sikap jemaat dalam menilai
efektivitas kepemimpinan pendeta perempuan, seperti lokasi tempat tinggal (desa/kota),
tingkat pendidikan, usia dan lain sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, A. (1999). Psikologi sosial. Jakarta : Rineka Cipta.
Ali, M. (2005). Psikologi remaja perkembangan peserta didik. Jakarta : Budi Aksara
Azwar, Saefuddin. (2006). Reliabiltas dan validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Azwar, Saefuddin. (2004). Dasar-dasar psikometri. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Danim, Sudarwan. (2004). Motivasi kepemimpinan dan efektivitas kelompok. Jakarta: Rineka
Cipta
Eagly, A. H., & Schmidt, M. C. (2001). The leadership styles of women and men. journal of
Hughes, R. L., Ginnet, R. C., & Curphy, G. J. (2005). Leadership: enhancing the lessons of
experience. McGraw-Hill/Irwin.
Moderamen Gereja Batak Karo Protestan. (2010). Tata Gereja GBKP Edisi Sinode 2012.
Kabanjahe: Percetakan Abdi Karya.
Nasution, S. (2006). Metode research. Cetakan kedelapan. Jakarta: Bumi Aksara
Pitarto, Liliany. (2007). Gender dalam Kepemimpinan Pendidikan. Jurnal pendidikan, jilid 16,
nomor 2, hal 125-136.
Tarigan, S. (2009). Lentera kehidupan orang karo dalam berbudaya. Medan.
Robbins, S. P. (2003). Perilaku Organisasi (Vol. edisi 10). Jakarta: Indeks.
Saefullah, Aep. (2010). Kiat menjadi pemimpin yang sukses. Jakarta: Pustakan Reka Cipta
Sarwono, S.W. (2005). Teori-teori psikologi sosial. Jakarta : Raja Grafindo Persada
Sobur, A. (2003). Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia.
Strickland, B. R. (Ed.). (2001). The Gale encyclopedia of psychology (Vol. 2). Farmington Hills,
United States of America: Gale Group.
Sutrisno, Edy. (2011). Manajemen sumber daya manusia. Jakarta : Kencana
Walgito, B. (1999). Psikologi sosial (suatu pengantar). Yogyakarta : Andi