PERANAN GEREJA BATAK KARO
PROTESTAN DALAMMEMPERTAHANKAN
DAN MELESTARIKAN BUDAYA SUKU KARO
DI KECAMATAN KABANJAHE
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
OLEH :
WILLIAM CHANDRA GINTING
NIM. 3103122059
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN
ANTROPOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
ABSTRAK
WILLIAM CHANDRA GINTING, NIM : 3103122059, PERANAN GEREJA BATAK KARO PROTESTAN DALAM MEMPERTAHANKAN DAN MELESTARIKAN BUDAYA SUKU KARO DI KECAMATAN KABANJAHE. FAKULTAS ILMU SOSIAL, UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 2015.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui misi Gereja Batak Karo Protestan yang berkaitan dengan pelestarian budaya, suku Karo yang menjadi jemaat Gereja Batak Karo Protestan lebih mampu mempertahankan identitasnya dari pada yang bukan jemaat GBKP, upaya Gereja Batak Karo Protestan agar para jemaat mampu melestarikan dan mempertahankan budaya suku Karo. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk memahami dan menafsirkan makna dari suatu peristiwa interaksi tingkah laku manusia sehingga dapat memberikan gambaran sistematis, penelitian ini memakai objek yaitu Moderamen (pimpinan pusat) GBKP, Pimpinan Majelis Jemaat Gereja, Pendeta, Pertua, Diaken, Badan Pelestarian Budaya GBKP, dan Jemaat GBKP yang merupakan tokoh adat Karo. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi dan wawancara.
Hasil penelitian ini adalah pelestarian budaya yang dilakukan GBKP merupakan pelestarian budaya yang tidak menentang menentang ajaran Agama Kristen Protestan. Artinya, GBKP meyakini Tuhan sebagai penyelamat bukan kepercayaan animisme ataupun dinamisme yang diyakini oleh para leluhur pada zaman dahulu ataupun pada zaman belum masuknya agama Kristen dikehihupan masyarakat Karo atau yang lebih dikenal dengan sebutan agama pemena.
Bertahannya Budaya Karo pada jemaat GBKP di Kecamatan Kabanjahe disebabkan karena kebudayaan yang dilestarikan merupakan kebudayaan yang tidak bertentangnan dengan ajaran GBKP dan masih bertumbuhnya kesadaran jemaat untuk melestarikan dan mempertahankan kebudayaannya.
Kegiatan dan upaya yang dilakukan GBKP yang ada di Kecamatan Kabanjahe seperti porseni. Dimana kegiatan porseni ini merupakan salah satu kegiatan GBKP yang diikuti oleh PERMATA (muda-mudi) GBKP yang menampilkan pertandingan Landek (seni tari), vokal group yang menggunakan perpaduan alat musik tradisional dan modern dan lain sebagainya dan memakai pakaian lengkap budaya Suku Karo.
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan penyertaanNya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Peranan Gereja Batak Karo Protestan dalam mempertahankan dan
melestarikan budaya suku Karo di Kecamatan Kabanjahe”.
Penulis juga tidak lupa menyampaikan rasa terimakasih bagi pihak-pihak
yang telah memberikan motivasi maupun kontribusi bagi penulis, sehingga
penulis mampu menyelesaikan skripsi ini . Oleh karena itu, pada kesempatan ini
penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Rektor Universitas Negeri Medan, Prof. Dr. Ibnu Hajar Damanik,
M.Si.
2. Dekan Fakultas Ilmu Sosial, Dr. Restu MS beserta jajarannya yang
telah memberikan segala kemudahan dalam penyelesaian skripsi
ini.
3. Ketua Program Studi Pendidikan Antropologi, Ibu Puspitawati,
M,Si yang telah memberikan fasilitas dan motivasi dalam
penyelesaian skripsi ini.
4. Drs. Waston Malau, M.SP selaku Pembimbing Skripsi yang telah
membimbing dan memberikan banyak masukan, arahan dan
nasihat yang sangat baik kepada penulis selama proses
iii
5. Ibu Dra. Puspitawati, M.Si Dosen Pembimbing Akademik penulis
yang telah memberikan masukan, nasehat selama proses
penyelesaian skripsi ini.
6. Bapak Erond Litno Damanik, M.Si dan Ibu Sulian Ekomila, S.Sos,
M.SP selaku Dosen Penguji yang telah memberikan banyak
masukan dalam perbaikan dan penyelesaian skripsi ini.
7. Teristimewa kepada keluarga tercinta, Ayahanda S.Ginting yang
telah membimbing penulis hingga sampai pada saat ini juga
memberikan motivasi tidak terhitung baik secara materi dan
nonmateri sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.
8. Teristimewa kepada ibunda N. Barus (+) yang sudah berada di
Sorga bersama Bapa yang selalu mendidik dan membimbing
penulis sampai dewasa dan menjadi motivasi penulis.
9. Kakak penulis Widia Wati Ginting beserta keluarga Ir. Thomas
Tarigan dan Meilitta Ginting, S.Pd beserta keluarga Ano Kurnia
Sitepu yang selalu memberikan bantuan materi, motivasi, semangat
dan arahan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan baik. Tuhan selalu memberkati.
10.Abang penulis Jan Christoper Ginting beserta keluarga dan
Ferdinan Ginting beserta keluarga yang selalu memberikan bantuan
materi, semangat, dorongan dan arahan sehingga penulis dapat
iv
11.Adik penulis William Hendra Ginting semoga semakin sukses
didalam pekerjaanya dan mendapatkan posisi dan jabatan yang
terbaik.
12.Kekasih penulis Marisa Noviyanti Tarigan, A.md yang selalu
membantu dan memberi motivasi dalam penyelesaian skripsi ini.
13.Kepala Moderamen (kantor pusat) GBKP beserta staff yang
bekerja di kantor Moderamen Kabanjahe yang telah memberikan
izin penelitian dalam penyelesaian skripsi ini.
14.Kepala kantor Klasis Kabanjahe-Tigapanah dan staff di Kabanjahe
yang telah memberikan izin penelitian dalam penyelesaian skripsi
ini.
15.Kepala Badan Pusat Statistik Kabupaten karo dan staff yang
bekerja di kantor Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo di
Berastagi yang telah memberikan izin penelitian dalam
penyelesaian skripsi ini.
16.Kepada bapak Pdt. Durmanis Pandia, S.Th, Bapak Pdt. Manik
S.Th, ibu Pdt. Nurbetty Ginting M.Th yang telah bersedia
memberikan infomasi kepada penulis dalam penyelesaian skripsi
ini.
17.Kepada seluruh informan yang telah memberikan waktunya untuk
v
18.Abang Lamhot Turnip S.Pd, Leo Apridemus, Armada Saputra
Barus, Tommi Mandala Sitepu yang bersedia membantu penulis
semasa penelitian..
19.Semua teman Antropologi stambuk 2010 yang tidak bisa penulis
sebutkan satu persatu, khususnya Ahmad S. Rifandi, Imannuel G.
Sidebang, dalam berjuang dalam menyelesaikan perkuliahan di
Prodi Antropologi Unimed.
Serta kepada pihak-pihak informan yang tidak dapat penulis sebutkan satu
per satu. Semoga Tuhan membalas kebaikan kalian serta diberikan berkat dan
rahmatNya.
Pada akhirnya penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritikan yang membangun untuk
kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini membawa manfaat yang baik.
Medan, Maret 2015
Penulis
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Luas Desa/Kelurahan di Kecamatan Kabanjahe, Tahun 2013... 28
Tabel 2. Komposisi Penduduk berdasarkan Jenis kelamin... 28
Tabel 3. Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama/Kepercayaan ... 29
Tabel 4. Komposisi Penduduk Berdasarkan Golongan Usia... ... 30
Tabel 5. Komposisi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan ... 31
Tabel 6. Sarana Pendidikan ... 33
Tabel 7. Sarana Kesehatan ... 33
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Indonesia dikenal sebagai negara yang terdiri atas berbagai macam suku
bangsa. Masing-masing suku bangsa memiliki warisan budaya yang tak ternilai
harganya. Menurut Koentjaraningrat (1989: 186), “Budaya merupakan wujud
ideal yang bersifat abstrak dan tak dapat diraba yang ada dalam pikiran manusia
yang dapat berupa gagasan, ide, norma, keyakinan dan lain sebagainya.”
Setiap kebudayaan terdapat unsur-unsur yang juga dapat dimiliki oleh
kebudayaan lain. Koentjaraningrat menyebutnya sebagai unsur-unsur kebudayaan
yang universal yang meliputi: sistem religi dan upacara keagamaan, sistem dan
organisasi kemasyarakatan, sistem pengetahuan, bahasa, kesenian, sistem mata
pencaharian hidup, dan sistem teknologi dan peralatan.
Secara eksplisit, budaya suatu suku bangsa lebih banyak tampak dalam hal
makanan khas, pakaian adat, bahasa, kegiatan adat, dan lain sebagainya. Misalnya
suku Karo yang memiliki ciri khas yang menjadi identitas mereka. Suku Karo
dikenal dengan makanan khasnya, seperti BPK, cimpa, terites dan tasak telu.
Gendang, Sarune, Ketteng-Ketteng, Landek sebagai bentuk kesenian dan bahasa
Karo sebagai bahasa khas.
Pada hakikatnya, budaya merupakan identitas bangsa yang harus
dihormati dan dijaga serta dilestarikan agar kebudayaan tersebut tidak hilang dan
kelak menjadi warisan bagi generasi berikutnya. Keanekaragaman budaya di
Indonesia merupakan salah satu daya tarik bangsa lain untuk mengetahui, bahkan
tidak sedikit yang tertarik untuk mempelajari budaya Indonesia yang dikenal
sangat unik. Kebanggaan bangsa Indonesia akan budaya yang beraneka ragam
mengundang tantangan bagi seluruh rakyat untuk mempertahankan dan
melestarikan budayanya agar tidak pudar bahkan dicuri oleh bangsa lain. Hal ini
masih tampak dari penggunaan bahasa daerah sebagai alat komunikasi sehari-hari
oleh masing-masing suku, dan kegiatan adat yang masih dilaksanakan dalam
acara pernikahan, kematian, dan sebagainya.
Namun ada kalanya budaya suku tertentu di suatu daerah mengalami
kelunturan atau pengikisan akibat adanya kontak dengan budaya lain. Beberapa
tahun belakangan ini, kebanggaan terhadap keanekaragaman budaya cukup terusik
dengan banyaknya kasus pengakuan dari pihak luar terhadap budaya Indonesia.
Diantaranya adalah dibajaknya lagu Rasa Sayange dari Maluku sebagai suara latar
website pariwisata Malaysia, diakuinya tari Reog Ponorogo sebagai budaya
Malaysia dan telah dipatenkannya motif kerajinan perak Bali oleh pengusaha
asing.
Kasus-kasus pengakuan budaya Indonesia oleh pihak asing tentunya
menimbulkan reaksi yang beragam dari masyarakat Indonesia. Tidak sedikit pihak
yang menyalahkan pemerintah dalam kasus tersebut.
Adanya pendapat bahwa ketidakpedulian bangsa Indonesia terhadap
budayanya sendiri terkait dengan makin ditinggalkannya budaya asli Indonesia
perubahan pola hidup masyarakat yang lebih modern. Akibatnya, masyarakat
lebih memilih kebudayaan baru yang mungkin dinilai lebih praktis dibandingkan
dengan budaya lokal. Masyarakat lebih bangga menggunakan budaya asing di
berbagai sektor kehidupan mulai dari permainan, hiburan sampai pola perilaku.
Demikian halnya dengan suku Karo. Pada umumnya generasi muda sudah
banyak yang tidak mengenal budayanya sendiri, khususnya mereka yang tinggal
di perkotaan. suku Karo yang masih mempertahankan kebudayaannya adalah
masyarakat Karo yang menjadi jemaat di Gereja Batak Karo Protestan.
Gereja berasal dari bahasa portugis igreja, yang berarti kumpulan orang
yang dipanggil keluar dari gelap menuju terang. Menurut KBBI, gereja
merupakan badan atau organisasi umat kristen yang sama kepercayaan, ajaran dan
tata cara ibadahnya. Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) sendiri merupakan
suatu perkumpulan suku Karo yang beragama Kristen Protestan.
Percakapan sehari-hari, suku Karo yang menjadi anggota GBKP masih
menggunakan bahasa Karo. Demikian juga dalam hal mencari kekerabatan
(ertutur), dan pelaksanaan kegiatan adat. Terlihat jelas perbedaan antara suku
Karo anggota GBKP dengan yang bukan anggota GBKP. Pada kesempatan
erbelas ras mbereken pedah (memberi nasihat), anggota GBKP akan dengan
mudah memberikan nasihat dalam bahasa Karo.
Selain penggunaan bahasa daerah, ada beberapa hal yang menjadi budaya
suku Karo yang selalu digunakan oleh masyarakat anggota GBKP. Benda budaya
landek sering ditunjukkan dalam berbagai kegiatan. Kebudayaan tersebut masih
digunakan oleh masyarakat Karo anggota GBKP. Berbeda dengan masyarakat
Karo yang bukan anggota GBKP.
Berdasarkan kenyataan tersebut, penulis tertarik untuk melakukan
penelitian yang berjudul “Peranan GBKP Dalam Mempertahankan Dan
Melestarikan Budaya Suku Karo di Kabanjahe”.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diidentifikasikan beberapa
permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Ciri khas kebudayaan suku Karo.
2. Kehidupan masyarakat Karo di Kabanjahe.
3. Sejarah GBKP.
4. Misi Gereja Batak Karo Protestan.
5. Sik
6. ap Gereja Batak Karo Protestan terhadap kebudayaan.
7. Perubahan kebudayaan dalam masyarakat suku Karo di Kabanjahe.
8. Peranan Gereja Batak Karo Protestan dalam mempertahankan dan
1.3 Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, penelitian ini dibatasi pada
“Peranan Gereja Batak Karo Protestan Dalam Mempertahankan Dan Melestarikan Budaya Suku Karo di Kabanjahe, Kabupaten Karo”.
1.4 Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, dapat dirumuskan permasalahan
dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Apakah misi Gereja Batak Karo Protestan yang berkaitan dengan
pelestarian budaya?
2. Apakah suku Karo yang menjadi jemaat Gereja Batak Karo Protestan lebih
mampu mempertahankan identitasnya dari pada yang bukan jemaat
GBKP?
3. Bagaimana upaya Gereja Batak Karo Protestan agar para jemaat mampu
melestarikan dan mempertahankan budaya suku Karo?
1.5 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apakah misi Gereja Batak Karo Protestan yang
2. Untuk mengetahui penyebab masyarakat suku Karo yang menjadi
anggota GBKP Kabanjahe Kab. Karo lebih mampu mempertahankan
budayanya daripada yang bukan anggota GBKP.
3. Untuk mengetahui bagaimana peranan GBKP dalam mempertahankan
dan melestarikan budaya suku Karo di Kabanjahe, Kab. Karo.
1.6 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang akan diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Diperoleh informasi mengenai peranan GBKP dalam
mempertahankan dan melestarikan budaya suku Karo.
2. Sebagai bahan kajian dalam pengembangan ilmu Antropologi
Sosial.
3. Sebagai landasan pemikiran untuk penelitian selanjutnya.
4. Sebagai bahan masukan untuk perbendaharaan ilmu, khususnya
25
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
1.1Kesimpulan
Gereja Batak Karo Protestan adalah gereja Kristen yang melayani masyarakat
Suku Karo. GBKP pada tanggal 18 April 1890 di Buluhawar kemudian
berkembang ke kabanjahe. Namun seiring perkembangan jemaat, GBKP
berkembang keberbagai daerah baik didesa maupun dikota. Hasil penelitian
didapat kesimpulan yaitu:
1. Gereja Batak Karo Protestan adalah gereja kesukuan yang tentunya
memiliki visi dan misi dalam pelayanan. Gereja yang pelayanannya
berbasis pada masyarakat Karo yang memiliki ikatan sosial dan
kekeluargaan yang kuat menyadari bahwa kedatangan Injil pada
masyarakat Karo membutuhkan sesuatu perbuatan kasih oleh gereja
yang bisa langsung dirasakan oleh masyarakat, khususnya masyarakat
suku karo tersebut.Untuk mewujudkan visi gereja GBKP ini, maka
sidang sinode GBKP menetapkan visi GBKP tahun 2010-2015 yaitu :
“Nggeluh lah bagi kula NiKristus (Berlaku sebagai Tubuh Kristus)”.
Dan mewujudkan visi tersebut, maka GBKP membuat beberapa misi.
Misi yang dibuat mengarah pada pelayanan diakonia agar dapat
langsung tetap sasaran ke jemaat GBKP.
2. Pelestarian budaya yang dilakukan GBKP adalah pelestarian budaya
yang tidak menentang ajaran Agama Kristen Protestan. Artinya, GBKP
26
meyakini Tuhan sebagai Penyelamat bukan kepercayaan animisme
ataupun dinamisme yang diyakini oleh para leluhur pada zaman dahulu
atau pada zaman belum masuknya agama Kristen dikehidupan
masyarakat Karo atau yang lebih di kenal dengan sebutan agama
Pemena.
3. Kegiatan dan upaya yang dilakukan GBKP yang ada di kecamatan
Kabanjahe seperti porseni. Dimana kegiatan porseni ini merupakan
salah satu kegiatan GBKP yang diikuti oleh PERMATA (muda-mudi)
GBKP yang menampilkan pertandingan landek (seni tari), Vokal
Group dengan menggunakan perpaduan alat musik tradisional dan
modern dan lain sebagainya. Dimana PERMATA (muda-mudi) akan
saling bersaing menampilkan tarian dan vokal group terbaik dari
tiap-tiap grup. Dalam kegiatan ini pemuda gereja yang berpakaian adat
lengkap (rose) melakukan landek. Dengan demikian para pemuda
tersebut sudah terjun langsung kedalam pengalaman kultural, dan
sebagai penerus dapat merasakan dan diharapkan tumbuh rasa cinta
akan budaya yang dimliki.
4. Selain dari seni tari GBKP juga melestarikan pakaian adat suku Karo.
kegiatan-kegiatan porseni, pertandingan seni tari ini akan
menampilkan seni tari dari masing-masing kelompok dan
menggunakan pakaian adat lengkap suku Karo yaitu mulai dari
ertudung(penutup kepala untuk perempuan), bulang-bulang (penutup
27
yang berbentuk ulos di budaya Batak Toba), bulang-bulang ( kain
yang digunakan oleh laki-laki).
5. Selain dari seni tari dan pakain adat,GBKP juga masih melestarikan
kesenian lain yaitu seni ukir seperti, ret-ret. Saat melakukan penelitan,
peneliti sangat tertarik melihat keunikan dari salah satu gedung gereja
yang sangat mencirikan bahwa gereja itu adalah gereja khas suku
Karo. Gereja itu adalah gereja simpang enam kecamatan Kabanjahe.
Tiang-tiang teras gedung gereja tersebut berhiaskan ret-ret atau ukiran
khas suku Karo. Ret-ret tersebut adalah kesenian khas suku Karo yang
menghiasi setiap tiang teras yang memiliki arti khusus bagi
masyrarakat Karo.Bertahannya Budaya Karo pada jemaat GBKP di
Kecamatan Kabanjahe disebabkan karena kebudayaan yang
dilestarikan merupakan kebudayaan yang tidak bertentangnan dengan
ajaran GBKP dan masih bertumbuhnya kesadaran jemaat untuk
melestarikan dan mempertahankan kebudayaannya.
1.2Saran
Adapun saran peneliti dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. GBKP sebgai gereja suku mempuyai potensi yang sangat besar untuk
melestarikan kebudaayaan Nasional Indonesia. Pasal 32 UUD 1945
menetapkan agar pemerintah memajukan kebudayaan nasional Indonesia.
28
seluruhnya. Salah satu unsur budaya yang penting dalam UUD pasal 36
adalah bahasa daerah yang tetap dihormati dan di pelihara oleh negara.
2. Gereja Batak Karo Protestan menjadi alat yang dapat memelihara dan
melestarikan adat dan budaya Karo. hal ini dapat dilakukan pada setiap
kegiatan besar gereja, GBKP tidak lupa mengemas dekorasi ruangan,
peralatan, pakaian dan perlengkapan lainnya yang bernuansa Karo.
3. Kaum Ibu (Moria) dan Kaum Bapak (Mamre) dalam kegiatan dan
berkomunikasi di lingkungan gereja, rumah, dan saat kegiatan suka dan
duka diharapkan dapat menggunakan bahasa Karo. Hal ini akan menjadi
contoh bagi anak-anak agar mengerti dan mau menggunakan bahasa Karo,
terlebih hal ini sangat penting sebagai dasar identitas masyarakat Karo di
masa mendatang.
4. Para generasi muda juga sebaiknya lebih mampu melestarikan
mempertahankan kebudayaan terutama di era medernisasi dan globalisasi
agar budaya yang dimiliki tidak hilang dimakan zaman.
5. Penulis juga mengusulkan „Stola Adat‟ yang dilengkapi salib dan logo
GBKP, karena mengamati sejak dahulu sampai sekarang mode dan bentuk
Stola dan jubah GBKP relatif tidak berubah. Karenanya dapat
dipertimbangkan dari segi teologis, praktis dan adat budaya yang dapat
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo. 2014. Kecamatan Kabanjahe Dalam Angka 2014. Berastagi: Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo.
Damanik, Harry. 2013. Perkembangan Gereja Kristen Protestan Simalungun (GKPS) perbaungan (1977-2012). Medan: Unimed.
Darmadi, Hamid. 2013. Metode Penelitian Pendidikan dan Sosial. Bandung: Alfabeta.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 2000, Kamus Besar BahasaIndonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Koentjaraningrat. 1981. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta : Rineka Cipta.
. 2004. Manusia Dan Kebudayaan Di Indonesia. Jakarta: Djambatan.
Limbeng, Julianus. 2012. Solidaritas GBKP (Internal-Eksternal). Kabanjahe: Moderamen Gereja Batak Karo Protestan.
Moderamen GBKP, 2010. Garis Besar Pelayanan Gereja Batak Karo Protestan 2010-2015. Kabanjahe: Moderamen GBKP.
Moleong Lexy, J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya Oofsset.
Simandjuntak, BA. 1986. Pemikiran Tentang Batak. Medan: Pusat Dokumentasi dan Pengkajian Kebudayaan Batak.
Sinulingga, Adil. 2012. Perjumpan Adat Karo dan Injil. Bekasi: Law Firm A.S Lingga SH & Partners Advokat/Penasihat Hukum
Sinuraya, P. 2004. Bunga Rampai Sejarah Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) jilid II. Medan: Merga Silima.
Soekanto, Soerjono. 2012. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Tarigan, Sarjani MSP. 2008. Dinamika Orang Karo, Budaya dan Modernisme. Medan: Balai Adat Budaya Karo indonesia.
, . 2011. Kepercayaan Orang Karo. Medan: Balai Adat Budaya Karo Indonesia.
Sumber Lain : Skripsi Yolanda Rafelia Tarigan, S.Pd
Sumber Lain : http://sinta.ukdw.ac.id/sinta/resources/sintasrv/nim/21910269
http://www.readbag.com/geocities-ws-konferensinasionalsejarah-ratna-razali-jaran-kepang
http://digilib.unimed.ac.id/persepsi-masyarakat-dalam-melestarikan-nilainilai-budaya-karo-di-desa-doulu-kecamatan-berastagi-kabupaten-karo-29816.html
http://bregedugetwita.blogspot.com/2010/01/dinamika-kebudayaan.html
(http://kaghoo.blogspot.com/2010/11/pengertian-peranan.html).
http://www.karokab.go.id/in/