• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERANAN GEREJA BATAK KARO PROTESTANDALAM MELESTARIKAN DAN MEMPERTAHANKAN KEBUDAYAAN SUKU BATAK KARO (STUDI DIKECAMATAN MEDAN SELAYANG).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERANAN GEREJA BATAK KARO PROTESTANDALAM MELESTARIKAN DAN MEMPERTAHANKAN KEBUDAYAAN SUKU BATAK KARO (STUDI DIKECAMATAN MEDAN SELAYANG)."

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)

i ABSTRAK

Yolanda Rafella M. Sari, NIM.309122059. Peranan Gereja Batak Karo Protestan dalam Melestarikan dan Mempertahankan Kebudayaan Suku Batak Karo (Studi di Kecamatan Medan Selayang). Skripsi, Pendidikan Antropologi. Fakultas Ilmu Sosial. Universitas Negeri Medan. 2013.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Misi Gereja Batak Karo Protestan yang berkaitan langsung dengan pelestarian budaya yang menyebabkan orang Karo yang menjadi jemaat GBKP di Kecamatan Medan Selayang lebih mampu mempertahankan kebudayaannya daripada yang bukan jemaat GBKP dan kegiatan-kegiatan serta upaya yang dilakukan oleh Gereja Batak Karo Protestan dalam melestarikan dan mempertahankan budaya Batak Karo.

Untuk memperoleh data-data yang diperlukan, maka peneliti menggunakan metode penelitian lapangan (field research) dengan pendekatan deskriptif kualitatif. Kemudian tehnik untuk mengumpulkan dilakukan dengan cara observasi ke lokasi penelitian yaitu GBKP yang berada di Kecamatan Medan Selayang. Wawancara dilakukan kepada pihak-pihak yang dapat memberikan keterangan bagaimana misi, kegiatan dan upaya yang dilakukan GBKP dalam melestarikan dan mempertahankan kebudayaan Suku Batak Karo, dalam hal ini yang diwawancarai adalah tokoh-tokoh gereja seperti pertua dan seksi budaya, juga dipelajari dokumen berupa program kerja GBKP, baik GBKP moderamen maupun GBKP setiap Runggun. Begitu juga dengan buku dan catatan yang digunakan oleh GBKP dalam setiap aktifitasnya, seperti Tata Ibadah, buku PA, buku Liturgi, dan Kitab Enden dan Penambahen Ende-Enden GBKP.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa GBKP memiliki misi yang berkaitan langsung dengan pelestarian budaya. Misi ini merupakan upaya yang dilakukan untuk mewujudkan visi GBKP yaitu “Nggeluh bagi kula Ni Kristus (Berlaku sebagai Tubuh Kristus)”. Misi tersebut adalah meningkatkan penghargaan terhadap kemanusiaan sehingga muncul rasa solidaritas dan berbudaya. Misi ini menjadi proritas kerja GBKP pada tahun 2015 yang terumus dalam peningkatan sosial, ekonomi dan budaya jemaat. Bertahannya budaya Suku Batak Karo pada Jemaat GBKP di Kecamatan Medan Selayang disebabkan karena kebudayaan yang dilestarikan tidak bertentangan dengan ajaran GBKP dan masih bertumbuhnya kesadaran jemaat untuk melestarikan dan mempertahankan kebudayaan tersebut. Kebudayaan yang dilestarikan tersebut antara lain adalah uis gara dan kampuh, musik tradisional Karo yang dipadukan dengan musik keyboard/piano gereja, ornamen atau seni ukir Karo dan bahasa Karo.

Untuk melestarikan dan mempertahankan kebudayaan Suku Batak Karo, GBKP di Kecamatan Medan Selayang melakukan berbagai kegiatan dan upaya. Kegiatan tersebut antara lain adalah Gendang guro-guro aron, kerja rani, minggu budaya, seminar budaya dan lain sebagainya. Selain itu jemaat gereja berperan serta dalam setiap kegiatan suka dan duka jemaat lain dengan membawa dan menggunakan benda budaya khas Karo, serta dalam setiap kegiatan diupayakan menggunakan bahasa Karo sebagai media komunikasi. Dengan demikian jemaat GBKP dapat terjun langsung dalam pengalaman dan pengamalan warisan budaya Karo.

Pada akhirnya penulis menyimpulkan bahwa GBKP telah menunjukkan peranannya dalam melestarikan dan mempertahankan kebudayaan Suku Batak Karo terutama di Kecamatan Medan Selayang.

(6)

ii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kasih karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan perkuliah dan skripsi yang berjudul “Peranan Gereja Batak Karo Protestan dalam Melestarikan dan Mempertahankan Kebudayaan Suku Batak Karo (Studi di Kecamatan

Medan Selayang)”

Skripsi ini diajukan untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Antropologi, Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan. Tidak sedikit tantangan yang dihadapi oleh penulis selama perkuliahan hingga penyelesaian skripsi ini, namun atas berkat dan pertolongan Tuhan penulis diberi kekuatan dalam menjalani semua. Sepenuhnya penulis menyadari atas kekurangan-kekurangan dalam penulisan skripsi ini sehingga belum dapat dikatakan sempurna..

Dalam kesempatan ini penulis dengan segala ketulusan dan kerendahan hati mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H. IbnuHajar, M.Si selaku Rektor Universitas Negeri Medan.

2. Bapak Dr. H. Restu M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial beserta jajarannya.

(7)

iii

4. Bapak Payerli Pasaribu M.Si selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah memberikan banyak bimbingan, saran dan arahan kepada penulis sejak awal dari pembuatan hingga skripsi ini selesai.

5. Bapak Dr. phil Ichwan Azhari dan Ibu Supsiloani, M.Si selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan banyak masukan dan arahan selama mengikuti perkuliahan.

6. Ibu Supsiloani, M.Si, Bapak Drs. Tumpal Simarmata M.Si dan Ibu Trisni Andayani M.Si selaku Dosen Penguji Skripsi yang memberikan banyak saran dan masukan kepada penulis untuk penyempurnaan skripsi ini. 7. Seluruh Dosen dan civitas Program Studi Antropologi Universitas Negeri

Medan.

8. Bapak Pt. Daniel Ginting, Pt. Tamasena Tarigan, Pt. Djosmeri Surbakti dan seluruh Pimpinan Jemaat Gereja Batak Karo Protestan di Kecamatan Medan Selayang yang telah memberikan banyak informasi dan membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.

9. Bapak Camat Zulfakhri Ahmadi S.Sos selaku Camat Medan Selayang. 10.Teristimewa kepada orangtua yang sangat penulis sayangi, Ayahanda Pt.

(8)

iv

hanya doa yang penulis panjatkan kepada Tuhan agar memberikan kesehatan, umur yang panjang dan selalu dalam lindunganNya.

11.Teristimewa juga kepada Adinda Yonatha Kevin Parlindungan Tarigan yang telah meyanyangi, memberikan motivasi dan semangat serta mendukung penulis hingga skripsi ini selesai.

12.Kepada seluruh keluarga besar saya yang tidak dapat di sebutkan satu per satu, terimakasih atas kasih sayang, doa dan dukungannya.

13.Teristimewa kepada sahabat terbaik Zulfina Pasaribu, Marta Sihombing dan Linda Lestari Bangun. Terima kasih buat dukungan, doa dan persahabatan yang telah kita jalanai selama ini. Suka dan duka yang telah kita jalani tidak akan dapat penulis lupakan. Semoga Tuhan yang selalu melindungi kita, memberikan berkatNya agar segala yang kita cita-citakan dapat terwujud.

14.Teristimewa kepada Abanganda August Remon Sirait, S.Pd yang telah meluangkan waktu, mamberikan doa dan motivasi kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

15.Seluruh kerabat Pendidikan Antropologi 2009, Ramika Dewi Saragih, Devi Windu, Sriyani, Alex B. Panjaitan, Mamopar, Hotnida, Rahyu Swisty dan seluruh kerabat seperjuangan Pendidikan Antropologi yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

(9)

v

Damarisa, Alni, Anita Ayu, Yemima, Puput, yang telah memberikan semangat dan dukungan dalam penyelesaian skripsi ini.

Akhir kata, penulis menyadari skripsi ini jauh dari sempurna, oleh sebab itu penulis terbuka terhadap saran yang membangun dari berbagai pihak. Penulis berharap skripsi ini bermanfaat bagi semua khususnya di Pendidikan Antropologi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan. TerimaKasih

Medan, Agustus 2013 Penulis,

(10)

vi DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... vi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 4

1.3 Pembatasan Masalah ... 4

1.4 Rumusan Masalah ... 5

1.5 Tujuan Penelitian ... 5

1.6 Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 7

2.1 Kajian Pustaka ... 7

2.1.1 Kecenderungan Budaya Mengalami Perubahan ... 7

2.1.2 Upaya Mempertahankan Kebudayaan ... 8

2.1.3 Peranan Gereja dalam Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Daerah ... 9

2.2 Kerangka Teori ... 11

2.2.1 Kebudayaan ... 11

2.2.2 Identitas Sosial ... 13

2.2.3 Peranan ... 14

2.2.4 Pelestarian Budaya ... 16

2.3 Kerangka Konseptual ... 17

2.3.1 Peranan ... 17

2.3.2 Gereja Batak Karo Protestan ... 18

2.3.3 Pelestarian Budaya ... 18

(11)

vii

BAB III METODE PENELITIAN ... 21

3.1 Jenis Penelitian ... 21

3.2 Lokasi Penelitian ... 22

3.3 Subjek Penelitian dan Objek Penelitian ... 22

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 23

3.4.1 Pengamatan (Observasi) ... 23

3.4.2 Wawancara (Interview) ... 24

3.4.3 Studi Dokumen ... 24

3.5 Teknik Analisa Data ... 21

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN ... 28

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 28

4.1.1 Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) di Kecamatan Medan Selayang ... 28

4.1.2 Berdirinya GBKP di Kecamatan Medan Selayang ... 34

4.2 Sejarah Gereja Batak Karo Protestan ... 35

4.3 Misi Gereja Batak Karo Protestan yang berkaitan dengan Pelestarian Budaya ... 41

4.4 Kebudayaan yang dilestarikan oleh GBKP ... 44

4.5 Bertahannya Budaya Suku Batak Karo pada Jemaat GBKP di Kecamatan Medan Selayang ... 46

4.6 Upaya GBKP dalam Pelestarian Budaya ... 51

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 61

A.Kesimpulan ... 63

B.Saran ... 66

DAFTAR PUSTAKA

[image:11.595.75.528.115.694.2]
(12)
[image:12.595.77.527.122.661.2]

DAFTAR TABEL

(13)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap suku bangsa memiliki ciri khas masing-masing yang membedakannya dengan suku lain. Ciri khas inilah yang akan membentuk identitas suatu suku bangsa. Identitas tersebut tampak dari budaya yang dimiliki baik yang dapat dilihat secara nyata maupun yang tidak nyata. Secara eksplisit, budaya suatu suku bangsa lebih banyak tampak dalam hal makanan khas, pakaian adat khas, bahasa, kegiatan adat dan lain sebagainya. Suku Batak Karo misalnya, memiliki ciri khas yang menjadi identitas bagi mereka. Cimpa, terites, tasak telu sebagai makanan khas, ertutur, merga silima, tutur siwalu, rakut sitelu sebagai sistem organisasi sosial dan kekerabatan, gendang, sarune, ketteng-ketteng, landek sebagai bentuk kesenian, dan bahasa karo sebagai bahasa khas.

(14)

2

Masyarakat Suku Batak Karo juga mengalami hal yang demikian. Pada umumnya generasi muda sudah banyak yang tidak mengenal budayanya lagi. Terutama Suku Batak Karo yang tinggal di daerah perkotaan. Namun, tidak seluruhnya masyarakat Suku Batak Karo mengalami erosi kebudayaan tersebut, karena masih ada yang mampu mempertahankan kebudayaannya. Masyarakat Suku Batak Karo yang masih mempertahankan dan melestarikan kebudayaan tersebut khususnya adalah masyarakat Suku Batak Karo yang menjadi jemaat di Gereja Batak Karo Protestan.

Gereja sendiri berasal dari bahasa Protugis igreja, yang berarti kumpulan orang yang dipanggil ke luar dari dunia. Secara umum gereja diartikan sebagai persekutuan, perhimpunan dan pertemuan orang Kristen yang memiliki mazhab atau aliran. Gereja Batak Karo (GBKP) sendiri adalah gereja yang memiliki aliran calvinis. Gereja Batak Karo Protestan merupakan salah satu wadah perkumpulan masyarakat Suku Batak Karo yang beragama Kristen Protestan yang dalam aktifitasnya menggunakan beberapa kebudayaan khas suku tersebut.

Dari pengamatan sehari-hari, dalam berbagai kegiatan masyarakat Suku Batak Karo yang menjadi jemaat GBKP, masih menggunakan bahasa karo dalam percakapan dan tegur sapa sehari-hari. Begitu juga dalam ertutur (mencari hubungan kekerabatan), masyarakat Suku Batak Karo jemaat GBKP lebih paham dan leluasa dalam menggunakan istilah-istilah untuk mengetahui kekerabatan dengan orang lain.

(15)

3

yang jemaat GBKP dan yang bukan jemaat GBKP. Pada kesempatan erbelas ras mbereken pedah (memberikan nasehat), masyarakat Suku Batak Karo yang GBKP

akan dengan mudahnya berbicara memberikan nasehat dalam bahasa karo. Berbeda dengan masyarakat Suku Batak Karo yang bukan GBKP, kebanyakan menggunakan bahasa Indonesia saat diberikan kesempatan untuk memberikan nasehat.

Tidak hanya bahasa karo, ada beberapa kebudayaan Suku Batak Karo yang secara kasat mata menjadi identitas dan terus digunakan oleh masyarakat Suku Karo yang menjadi jemaat GBKP. Benda budaya seperti uis nipes (sejenis ulos dalam Batak Toba), pakaian adat lengkap, dan kesenian seperti landek (menari) sering di tunjukkan dalam berbagai kegiatan suka dan duka.. Beberapa kebudayaan yang disebutkan diatas masih digunakan oleh masyarakat Suku batak karo yang menjadi jemaat di GBKP. Berbeda dengan beberapa masyarakat Suku Batak Karo yang bukan jemaat GBKP yang sudah banyak tidak menggunakan beberapa kebudayaan tersebut sebagai penunjuk identitas dan pelestarian budaya Batak Karo.

Dari kenyataan tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian untuk mengetahui bagaimana Peranan Gereja Batak Karo Protestan dalam Melestarikan dan Mempertahankan Kebudayaan Suku Batak Karo (Studi di

Kecamatan Medan Selayang).

(16)

4 1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat diidentifikasikan beberapa permasalahan dalam upaya memudahkan penelitian ini sebagai berikut :

1. Ciri khas kebudayaan Suku Batak Karo

2. Gambaran kehidupan dan kebudayaan masyarakat Batak Karo di Kecamatan Medan Selayang

3. Sejarah Gereja Batak Karo Protestan

4. Perubahan kebudayaan di Kecamatan Medan Selayang

5. Strategi adaptasi sosial dan budaya yang dilakukan masyarakat Batak Karo secara individu, kelompok dan masyarakat terhadap masyarakat setempat 6. Perubahan-perubahan yang terjadi dalam adaptasi sosial budaya

masyarakat Etnis Karo di Kota Medan

7. Peranan Gereja Batak Karo Protestan dalam melestarikan dan mempertahankan kebudayaan Batak Karo (studi di Kecamatan Medan Selayang).

1.3 Pembatasan Masalah

Dari identifikasi masalah diatas, tampak bahwa banyak masalah yang dihadapi, untuk itu dalam penelitian ini perlu diadakan pembatasan yaitu:

“Peranan Gereja Batak Karo Protestan dalam melestarikan dan

(17)

5 1.4 Perumusan Masalah

Adapun yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Apakah Misi Gereja Batak Karo Protestan yang berkaitan langsung dengan

pelestarian budaya ?

2. Mengapa orang Karo yang menjadi jemaat GBKP di Kecamatan Medan Selayang lebih mampu mempertahankan budayanya daripada yang bukan jemaat GBKP ?

3. Bagaimana upaya Gereja Batak Karo Protestan agar para jemaat mampu melestarikan dan mempertahankan kebudayaan Batak Karo ?

1.5 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah sebagaimana disebut dibawah ini, yaitu :

1. Untuk mengetahui apa yang menjadi Misi Gereja Batak Karo Protestan yang berkaitan langsung dengan pelestarian budaya.

2. Untuk mengetahui apa yang menyebabkan orang Karo yang menjadi jemaat GBKP di Kecamatan Medan Selayang lebih mampu mempertahankan budayanya daripada yang bukan jemaat GBKP

(18)

6 1.6 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang akan diperoleh dari pelaksanaan penelitian ini adalah sebagaimana yang disebut dibawah ini yaitu :

1. Sebagai sumbangan bahan kajian dalam pengembangan ilmu Antropologi Sosial khususnya mengenai sebab akibat peranan Gereja Batak Karo Protestan dalam melestarikan dan mempertahankan kebudayaan suku Batak Karo.

2. Sebagai sumbangan pemikiran untuk penelitian selanjutnya.

3. Sebagai bahan refrensi Ilmiah Antropologi Sosial untuk perpustakaan Unimed.

4. Bagi pengambil kebijakan khususnya Gereja Batak Karo Protestan hasil penelitian ini digunakan untuk melestarikan dan mempertahankan kebudayaan Etnis Batak Karo.

(19)

63

63 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

1.1Kesimpulan

Gereja Batak Karo Protestan adalah gereja protestan yang melayani masyarakat Suku Batak Karo. Gereja masyarakat Karo ini berdiri sejak 18 April 1890 di Tanah Karo. Namun seiring perkembangan jemaat, Gereja Batak Karo Protestan atau yang biasa disebut GBKP ini berkembang ke berbagai daerah baik desa maupun kota, termasuk di Kecamatan Medan Selayang.

Di kecamatan Medan Selayang sendiri ada tujuh Gereja Batak Karo Protestan yang tersebar di enam kelurahan. Gereja tersebut adalah GBKP Runggun Tanjung Sari Medan, GBKP Runggun Pasar Pitu Medan, GBKP Runggun Pasar IV Selayang II Medan, GBKP Runggun Pasar VI Selayang II Medan, GBKP Runggun Kampung Susuk Medan, GBKP Runggun Setia Budi Medan, dan GBKP Runggun Sunggal-Asam Kumbang Medan.

Dari hasil penelitian didapat beberapa kesimpulan yaitu :

1. Gereja Batak Karo Protestan memiliki misi yang berkaitan langsung dengan pelestarian budaya. Misi ini merupakan upaya yang dilakukan

untuk mewujudkan visi GBKP yaitu “Nggeluh bagi kula Ni Kristus

(Berlaku sebagai Tubuh Kristus)”. Misi tersebut adalah meningkatkan

(20)

64

2. Bertahannya budaya Suku Batak Karo pada Jemaat GBKP di Kecamatan Medan Selayang disebabkan karena kebudayaan yang dilestarikan merupakan kebudayaan yang tidak bertentangan dengan ajaran GBKP dan masih bertumbuhnya kesadaran jemaat untuk melestarikan dan mempertahankan kebudayaan tersebut, sehingga dengan demikian masyarakat Suku Batak Karo yang menjadi jemaat GBKP lebih mampu melestarikan dan mempertahankan kebudayaannya. Kebudayaan yang dilestarikan tersebut antara lain adalah uis gara dan kampuh, musik tradisional Karo yang dipadukan dengan musik keyboard/piano gereja, ornamen atau seni ukir Karo dan bahasa Karo.

3. Untuk melestarikan dan mempertahankan kebudayaan Suku Batak Karo, Gereja Batak Karo Protestan di Kecamatan Medan Selayang melakukan berbagai kegiatan dan upaya. Kegiatan tersebut antara lain adalah Gendang guro-guro aron, kerja rani, minggu budaya, seminar budaya dan lain sebagainya. Selain kegiatan diatas jemaat gereja berperan serta dalam setiap kegiatan suka dan duka jemaat lain dengan membawa dan menggunakan benda budaya khas Karo. Selain itu dalam setiap kegiatan diupayakan menggunakan bahasa Karo sebagai media komunikasi. Dengan demikian jemaat GBKP dapat terjun langsung dalam pengalaman dan pengamalan warisan budaya Karo.

(21)

65

menunjukkan dan memperkenalkan identitas sebagai masyarakat Karo yang berbudaya. Dari berbagai kegiatan yang dilakukan tentunya memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dalam kegitan dan upaya yang dilakukan tentunya membawa angin segar bagi pelestarian budaya, namun kekurangan pun tidak luput dari berbagai kegiatan tersebut. GBKP sendiri kurang mampu mengajarkan bahasa Karo bagi anak-anak KA-KR dan PERMATA (pemuda gereja). Padahal sebagai generasi penerus, ujung tombak lestarinya budaya tersebut terletak pada generasi muda yang ada sekarang ini. Selain itu, apabila anak-anak dan kaum pemuda kurang bisa atau bahkan tidak bisa berbahasa Karo tentunya identitas sebagai Masyarakat suku Batak Karo akan terkikis.

(22)

66 1.2Saran

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, maka penulis memberikan beberapa saran, yaitu :

1. Masyarakat Karo agar lebih mencintai budayanya sehingga tumbuh rasa kesadaran untuk melestarikan dan mempertahankan budaya tersebut. 2. Gereja Batak Karo Protestan sebagai gereja Suku Batak Karo harus lebih

berperan aktif dalam kegiatan pelestarian budaya tersebut karena apabila GBKP tidak memberikan peranan maka GBKP sendiri akan kehilangan identitasnya sebagai Gereja Masyarakat Karo.

3. Kaum Ibu (Moria) dan Kaum Bapak (Mamre) dalam kegiatan dan berkomunikasi di lingkungan gereja, rumah, dan saat kegiatan suka dan duka diharapkan dapat menggunakan bahasa Karo. Hal ini akan menjadi contoh bagi anak-anak agar mengerti dan mau menggunakan Bahasa Karo, terlebih hal ini sangat penting sebagai dasar identitas masyarakat Karo di masa mendatang.

4. Para generasi muda juga sebaiknya lebih mampu melestarikan dan mempertahankan kebudayaan terutama di era modernisasi dan globalisasi agar budaya yang dimiliki tidak hilang dimakan zaman.

5. Seluruh jemaat berpartisipasi aktif dalam kegiatan pelestarian budaya agar budaya yang diwariskan kepada masyarakat Suku Batak Karo dapat terus dilestarikan dan dipertahankan.

(23)

67

(24)

DAFTAR PUSTAKA

Damanik, Harry. 2013. Perkembangan Gereja Kristen Protestan Simalungun (GKPS) Perbaungan (1977-2012). Medan : Unimed

Jenkins, Richard. 2008. Identitas Sosial, edisi kedua. Medan: Bina Media Perintis. Koentjaraningrat. 1981. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta. _____________.1992. Beberapa Pokok Antropologi Sosial. Jakarta: Dian Rakyat. _____________. 2004. Manusia Dan Kebudayaan Di Indonesia. Jakarta:

djambatan.

Limbeng, Julianus. 2012. Solidaritas GBKP (Internal-Eksternal). Kabanjahe: Moderamen Gereja Batak Karo Protestan

Moleong Lexy, J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya Oofsset.

Perret, Daniel. 1995. Kolonialisme dan Etnisitas : Batak dan Melayu di Sumatera Timur Laut. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia

Simandjuntak, BA. 1986. Pemikiran Tentang Batak. Medan: Pusat Dokumentasi dan Pengkajian Kebudayaan Batak.

Sinuraya, P. 2004. Bunga Rampai Sejarah Gereja Batak Karo Protestan(GBKP) Jilid II. Medan : Merga Silima.

Sirait, August R. 2010. Peranan Surat Kabar dalam Menyebarkan Ajaran Agama Kristen Protestan di Tapanuli(1890-1933). Medan: Unimed

Soekanto, Soerjono. 2007. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. _____:_____ Tarigan, Sarjani MSP. 2008. Dinamika Orang Karo, Budaya dan Modernisme.

Medan: Balai Adat Budaya Karo Indonesia.

(25)

Sumber lain :

Razali, Ratna. 2012. Kecenderungan Budaya Mengalami Perubahan. avalable at : http://www.geocities.ws/konferensinasionalsejarah/ratna_razali_jaran_kep ang.pdf. Diakses19 Mei 2013 pukul 14.25 WIB

Marlina, Santi.2011. Upaya mempertahankan Kebudayaan. avalable at :

http://santimarlina.files.wordpress.com/2011/11/analisis-melestarikan-kebudayaan.pdf/. Diakses 21 Mei 2013 pukul 20.55 WIB

Anonim, 2013. Pengertian Peranan. avalable at :

http://www.kaghoo.blogspot.com/2010/11/pengertian-peranan.html.,

Diakses 12 April 2013, pukul 20.00 wib

Anonim, 2013. Pelestarian Budaya. avalable at :

http://husinpeng.blogdetik.com,teori+pelestarian+budaya/?p=250. Diakses 10 April 2013, pukul 15.00 wib

Kumenit, Steven. Refleksi Kerja Rani GBKP. avalable at :

http://www.stevenkumenit.blogspot.com/2011/01/kerja-ranipesta-panen-imamat-235-24.html. Diakses 18 Juli 2013 pukul 21.45 WIB

Moderamen GBKP.2013. avalable at :

http://gbkp-sejarah.blogspot.com/2012/04/sejarah-masuknya-injil-ke-tanah-karo.html. Diakses 12 april 2013, 20.00 wib

http://skripsi.uin.ac.id/doc/BabI/2009-1-004690bn%202.pdf/. Diakses 19 Mei 2013 pukul 12.55 WIB

Gambar

Gambaran Umum Lokasi Penelitian ........................................
Tabel 4.1 Statistik Kecamatan Medan Selayang  ............................................

Referensi

Dokumen terkait

Penulisan skripsi yang berjudul “Makna Sinamot Dalam Penghargaan Keluarga Isteri Pada Sistem Perkawinan Suku Batak Toba (Studi Kasus Pada Masyarakat Batak Toba Kristen Gereja HKBP

Bagaimana hambatan komunikasi yang dihadapi oleh Mahasiswa Asal Sumatera Utara Suku Batak Karo yang Melakukan Studi di Universitas Komputer Indonesia dalam Berinteraksi